Strategi Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Wisata Bahari Pada Kawasan Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil Kabupaten Biak Numfor

STRATEGI KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA PERIKANAN DAN WISATA BAHARI
PADA KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KABUPATEN BIAK NUMFOR

SUTAMAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Strategi
Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Wisata Bahari Pada
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Biak Numfor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Sutaman
NIM C262114021

RINGKASAN
SUTAMAN. Strategi Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan
Wisata Bahari Pada Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Biak
Numfor. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO, MENNOFATRIA BOER dan
FREDINAN YULIANDA.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) adalah kawasan yang
memiliki potensi sumberdaya alam dan kenaekaragaman hayati yang tinggi.
Keberadaan KP3K diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi bagi
masyarakat dan pemerintah daerah dengan tetap melindungi fungsi ekologis
kawasan. Oleh karena itu perlu upaya pengelolaan secara terpadu guna
menjamin pemanfaatan yang berkelanjutan. Bentuk keterpaduan dalam
pengelolaan KP3K yaitu dengan pengembangan kawasan perikanan tangkap,
budidaya maupun pariwisata. Keberlanjutan pengelolaan meliputi berbagai

dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan,
sebagai dasar dari perencanaan dan pengambilan keputusan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menyusun strategi pemanfaatan
sumberdaya kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak
Numfor secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka
rumusan tujuan operasionalnya adalah: 1) Menganalisis karakteristik dan kondisi
eksisting kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor;
2) Menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor,
3) Menganalisis tingkat keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terkait dengan
pengembangan sektor perikanan dan pariwisata di KP3K Kabupaten Biak
Numfor; 4) Menganalisis tingkat keberlanjutan pengelolaan KP3K Kabupaten
Biak Numfor berdasarkan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan, 5)
Menentukan alternatif strategi pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor yang
lebih berkelanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pengelolaan KP3K dari
aspek pengelolaan sumberdaya kawasan dan pengelolaan sosial ekonomi dan
budaya masyarakat tergolong cukup efektif, walaupun secara kelembagaan masih
belum efektif. Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya pada KP3K Kabupaten
Biak Numfor, dari aspek perikanan tangkap masih tergolong chkhp berkelanjutan,
kecuali aspek perikanan budidaya dan pariwisata. Keberlanjutan pengelolaan

KP3K dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masih tergolong
berkelanjutan kecuali aspek pengelolaan kelembagaan. Dalam strategi
keberlanjutan pengelolaan KP3K, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak
Numfor merupakan aktor utama yang berperan penting dalam pengelolaan
sumberdaya di KP3K Kabupaten Biak Numfor. Prioritas pertama strategi
pengelolaan KP3K Biak Numfor secara berkelanjutan adalah upaya peningkatan,
perlindungan dan pengawasan ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun
serta biota yang dilindungi. Selanjutnya prioritas kedua adalah perlunya
kelembagaan pengelola KP3K yang lebih efektif, dan prioritas ketiga adalah
penegakan hukum yang sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Kata kunci: keberlanjutan, konservasi, sumberdaya, strategi pengelolaan.

SUMMARY
SUTAMAN. Sustainability Strategy Resource Utilization of Fisheries and
Maritime Tourism in Coastal Regions and Small Islands Biak Numfor Regency.
Supervised by YUSLI WARDIATNO, MENNOFATRIA BOER and FREDINAN
YULIANDA.
Coastal areas and small islands (KP3K) is the area that has the potential of natural
resources and high biological diversity. The existence KP3K expected to provide
economic value to communities and local governments while protecting the

ecological functions of the area. Therefore, efforts need to integrated management
to ensure sustainable use. Forms of integration in the management of KP3K that
with the development of the region's fisheries, aquaculture and tourism.
Sustainability management includes various dimensions of ecological, economic,
social, cultural, legal and institutional, as a basis for planning and decision
making.
The main objective of this study was to sustainable management strategy at
the coastal regions and small islands Biak Numfor Regency. To achieve that goal,
then the formulation of the operational objectives are: 1) to analyze the
characteristics and condition of the existing coastal regions and small islands
(KP3K) Biak Numfor; 2) to analyze the effectiveness of management KP3K Biak
Numfor, 3) to analyze the level of sustainability of resource use associated with
the development of the fisheries sector and tourism KP3K Biak Numfor; 4) to
analyze the level of sustainability management KP3K Biak Numfor based on the
dimensions of ecological, economic, social, and institutional, 5) Determine
alternative management strategies KP3K Biak Numfor more sustainable.
The results showed that the effectiveness of management KP3K, although
institutionally is still not effective, but from the aspect of resource management
and management of regional socio-economic and cultural community is still quite
effective. Sustainability of resource use in KP3K Biak Numfor, aspects of

fisheries is still relatively sustained, except aspects of aquaculture and tourism.
KP3K management sustainability of ecological, economic and socio-cultural
aspects still considered sustainable unless institutional management. In its
sustainability strategy KP3K management, Department of Marine and Fisheries
Biak Numfor are the main actors that play an important role in the management of
resources in KP3K Biak Numfor. The first priority Biak Numfor KP3K
management strategies on an ongoing basis is to increase the protection and
supervision of coral reefs, mangroves and seagrass, and also protected biota.
Furthermore, the second priority is the need for institutional management KP3K
more effective, and the third priority is law enforcement according to the rules and
regulations applicable

Keywords: sustainability, coastal, management, resource, strategy

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA PERIKANAN DAN WISATA BAHARI
PADA KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KABUPATEN BIAK NUMFOR

SUTAMAN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017


Penguji luar komisi pada ujian tertutup

: 1. Dr Ir M.Mukhlis Kamal, M.Sc.
2. Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, M.Sc

Penguji luar komisi pada ujian terbuka

: 1. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, M.Sc
2. Dr Ir Handoko Adi Susanto, M.Sc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 hingga Nopember
2016 ini ialah Strategi Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan
Wisata Bahari Pada Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Biak
Numfor).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2. Bapak Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc, Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc,

dan Bapak Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku Pembimbing yang
telah banyak memberi saran, arahan, dan masukan selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
3. Bapak Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc, Bapak Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi,
MSc dan Bapak Dr Ir Handoko Adi Susanto, MSc, selaku penguji pada
Sidang Tertutup dan Sidang Promosi Doktor.
4. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, MS selaku Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan yang telah banyak membantu
selama studi penulis.
5. Bapak Prof Dr Wahyono, SH selaku Rektor Universitas Pancasakti Tegal
yang telah memberi kesempatan dan dukungan moril maupun materil
kepada penulis untuk melanjutkan Program Doktor di IPB.
6. Bapak Effendi Iggirisa, S.Pi, MM, selaku Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Biak Numfor berserta segenap Staff; Kepala Loka
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Sorong-Papua, yang telah
memberikan fasilitas penelitian.
7. Teman-teman peneliti dari PT. Madani Multi Kreasi-Jakarta, dan PT.
Survindo Karya Teknik Nusantara-Jakarta yang telah membantu supporting
data penelitian.
8. Teman-teman di program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

(SPL) angkatan 2012 yang telah banyak memberikan saran konstruktif
untuk selesainya proposal ini serta segenap Karyawan TU SPL, khususnya
mas Abdilah, mas Mukhlis, mas Yunus, pak Zaenal dll. yang telah banyak
membantu penyelesaian administrasi.
Semoga proposal disertasi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2017
Sutaman

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Pendekatan Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaharuan (Novelty)

1
1
3
5
8
8

8

2 KARAKTERISTIK DAN KONDISI EKSISTING KAWASAN PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL (KP3K) KABUPATEN BIAK NUMFOR
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Dan Pembahasan

10
10
11
26

3 KAJIAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN KP3K KABUPATEN BIAK
NUMFOR
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

50
50
51
57
63

4 KAJIAN TINGKAT KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA PADA KP3K KABUPATEN BIAK NUMFOR
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Dan Pembahasan
Simpulan

63
63
64
69
78

5 KAJIAN TINGKAT KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN KP3K
KABUPATENBIAK NUMFOR
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

78
78
80
84
95

6 MODEL KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PADA
KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (KP3K) KABUPATEN
BIAK NUMFOR
95
Pendahuluan
95
Metode Penelitian
96
Hasil dan Pembahasan
102
Simpulan
110

7 STRATEGI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PADA
KAWASAN PESISIR DAN ULAU-PULAU KECIL (KP3K) KABUPATEN
BIAK NUMFOR
111
Pendahuluan
111
Metode Penelitian
112
Hasil dan Pembahasan
115
Simpulan
118
8 PEMBAHASAN UMUM
119
Efektifitas Pengelolaan KP3K Biak Numfor
119
Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Pada KP3K
121
Keberlanjutan Pengelolaan KP3K
124
Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Pada Kawasan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor
128
9 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

130
130
131

DAFTAR PUSTAKA

132

LAMPIRAN

138

RIWAYAT HIDUP

167

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Jenis dan sumber data karakteristik dan kondisi KP3K Kabupaten
Biak Numfor
Metode analisis data
Kriteria penilaian kondisi terumbu karang berdasarkan persentase
tutupan karang
Kriteria penilaian kondisi ikan karang berdasarkan kelimpahan
individu dan spesies
Klasifikasi Iklim Agroklimat Utama
Evaluasi nilai Pij dan kriteria pencemarannya
Persentase penutupan karang hidup dan kriteria di lokasi penelitian
Nilai Indeks Keanekaragaman (H‟), Keseragaman (E) dan Dominansi
(C) Ekosistem Terumbu Karang per stasiun di kawasan pesisir
Kabupaten Biak Numfor
Komposisi tumbuhan lamun di Pulau Numfor
Tutupan Tajuk dan Kondisi Mangrove Per Distrik Di Kabupaten Biak
Numfor
Jumlah individu ikan terumbu yang ditemukan di lokasi pengamatan
Rata-rata curah hujan (mm)
Penduduk Kabupaten Biak Numfor berdasarkan Distrik
Pekerjaan Utama Masyarakat
Pendapatan masyarakat (Rp/bulan) menurut Lapangan Pekerjaan
Pendapatan Rata-Rata Masyarakat Sektor Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Biak Numfor Tahun 2015
Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Distrik Tahun 2013
Jenis dan sumber data kajian efektivitas pengelolaan KP3K
Kabupaten Biak Numfor
Indikator Penilaian Efektivitas Pengelolaan KP3K (Aspek
Kelembagaan)
Indikator Penilaian Efektivitas Pengelolaan KP3K (Aspek
Pengelolaan Sumberdaya Kawasan)
Indikator Penilaian Efektivitas Pengelolaan KP3K (Aspek Sosial
Ekonomi dan Budaya)
Kategori indeks efektivitas
Validasi efektivitas pengelolaan kelembagaan KP3K Biak Numfor
Validasi efektivitas pengelolaan sumberdaya kawasan KP3K
Kabupaten Biak Numfor
Validasi efektivitas pengelolaan sosial ekonomi dan budaya KP3K
Kabupaten Biak Numfor
Jenis dan sumber data kajian keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut KP3K Kabupaten Biak Numfor
Indikator penilaian atribut keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap KP3K Kabupaten Biak Numfor
Atribut keberlanjutan pemanfaatan SDPL KP3K Kabupaten Biak
Numfor (Pariwisata)

13
15
16
17
18
24
27

29
31
33
34
35
44
45
45
46
47
48
52
54
55
56
57
58
60
62
65
67
68

30 Atribut keberlanjutan pemanfaatan perikanan budidaya KP3K
Kabupaten Biak Numfor
31 Kategori indeks keberlanjutan
32 Jenis dan sumber data kajian keberlanjutan pengelolaan KP3K
Kabupaten Biak Numfor
33 Atribut keberlanjutan pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor
34 Kategori indeks keberlanjutan
35 Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis MDS dan Monte
Carlo
36 Nilai Stress dan Koefisien Determinan (R2) Hasil Analisis RapCons
37 Jenis dan sumber data pada aspek kajian sub model perikanan
tangkap, budidaya dan pariwisata
38 Metode pengumpulan data
39 Metode analisis data dan outputnya
40 Data validasi sub model perikanan tangkap
41 Data validasi sub model perikanan budidaya
42 Data validasi sub model perikanan budidaya
43 Skala penilaian AHP
44 Alternatif strategi pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor secara
berkelanjutan
45 Prioritas aktor (stakeholders)
46 Prioritas dimensi pengelolaan
47 Prioritas aspek pemanfaatan
48 Prioritas strategi pengelolaan

69
69
81
83
84
94
95
97
98
99
103
104
104
112
113
115
116
116
117

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alur Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pada KP3K
2 Peta Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kabupaten Biak
Numfor
3 Tipe pasang surut diurnal, semidiurnal dan campuran
4 Grafik fungsi Pij untuk suatu peruntukan air
5 Grafik persentase penutupan karang hidup di lokasi pengamatan
6 Kondisi terumbu karang di lokasi DPL (zona inti)
7 Kondisi padang lamun di lokasi penelitian
8 Kondisi mangrove di beberapa lokasi penelitian
9 Kondisi Pasang Surut Distrik Biak Barat Tanggal 2-9 Agustus 2015
(Pengamatan Insitu, 2015)
10 Kondisi Pasang Surut Distrik Biak Barat tanggal 2-3 Agustus 2015
(Pengamatan Insitu, 2015)
11 Kondisi Pasang Surut Distrik Biak Utara tanggal 1-9 Agustus 2015
(Pengamatan Insitu, 2015)
12 Tipe Pasut Campuran Dominan Ganda di Distrik Biak Utara
(Pengamatan Insitu, 2015)
13 Indeks pencemaran perairan pesisir KP3K Kabupaten Biak Numfor

7
14
21
24
27
28
31
32
40
41
42
43
43

14 Pendapatan Rata-Rata Masyarakat Sektor Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Biak Numfor
15 Nilai efektivitas pengelolaan kelembagaan KP3K Biak Numfor
16 Nilai efektivitas pengelolaan sumberdaya kawasan KP3K
17 Nilai efektivitas pengelolaan sosial ekonomi dan budaya KP3K
18 Grafik ordinasi keberlanjutan arahan pemanfaatan perikanan tangkap
19 Grafik leverage of attribute keberlanjutan arahan pemanfaatan
perikanan tangkap
20 Grafik ordinasi keberlanjutan arahan pemanfaatan perikanan
budidaya
21 Grafik leverage of attribute keberlanjutan arahan pemanfaatan
perikanan budidaya
22 Grafik ordinasi keberlanjutan arahan pemanfaatan pariwisata
23 Grafik leverage of attribute keberlanjutan arahan pemanfaatan
pariwisata
24 Grafik ordinasi keberlanjutan ekologi
25 Grafik leverage of attribute keberlanjutan ekologi
26 Grafik ordinasi keberlanjutan ekonomi
27 Grafik leverage of attribute keberlanjutan ekonomi
28 Grafik ordinasi keberlanjutan sosial budaya
29 Grafik leverage of attribute keberlanjutan sosial budaya
30 Grafik ordinasi keberlanjutan kelembagaan
31 Grafik leverage of attribute keberlanjutan kelembagaan
32 Kite-Diagram keberlanjutan pengelolaan KP3K Kab. Biak Numfor
33 Grafik ordinasi keberlanjutan multidimensi
34 Diagram simpal kausal (causal loop) sub model perikanan tangkap
35 Diagram simpal kausal (causal loop) sub model perikanan budidaya
36 Diagram simpal kausal (causal loop) sub model ekowisata
37 Diagram alir (flow diagram)
38 Grafik validasi sub model perikanan tangkap
39 Grafik validasi sub model perikanan budidaya (Unit)
40 Grafik validasi sub model kegiatan wisata (ekowisata)
41 Grafik simulasi stok ikan karang
42 Grafik simulasi produksi perikanan tangkap
43 Grafik simulasi perikanan budidaya
44 Grafik simulasi jumlah kunjungan wisatawan
45 Grafik simulasi skenario#1 peningkatan koefisien tangkap
46 Grafik simulasi skenario#1 peningkatan pendapatan perikanan
tangkap
47 Grafik Simulasi skenario#2 peningkatan unit budidaya sebesar 5%
48 Simulasi skenario#2 peningkatan pendapatan budidaya
49 Simulasi skenario#3 peningkatan jumlah wisatawan
50 Grafik simulasi skenario#4 peningkatan pendapatan ekowisata
51 Hirarki/Struktur kajian alternatif strategi pengelolaan KP3K
Kabupaten Biak Numfor secara berkelanjutan

46
57
59
61
70
71
73
74
76
77
85
86
87
89
89
91
92
93
94
94
100
100
101
101
103
104
105
106
106
106
107
108
108
108
109
109
110
113

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi sampling di KP3K Kabupaten Biak Numfor
2 Persentase Penutupan Karang Hidup di KP3K Kabupaten Biak
Numfor
3 Nilai Rata-Rata Kualitas (Fisika dan Kimia) Perairan di Kawasan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor per
Distrik/Kecamatan
4 Kesesuaian Perairan untuk Perikanan Budidaya, Perikanan Tangkap
dan Pariwisata di Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K)
Kabupaten Biak Numfor
5 Indikator Penilaian Pengelolaan Sumberdaya KP3K Biak Numfor
6 Kuisioner AHP
7 Hasil pengisian kuisioner untuk metode AHP pada KP3K Kabupaten
Biak Numfor
8 Keberlanjutan Pengelolaan KP3K Biak Numfor
9 Raphfish Pemanfaaatan Sumberdaya KP3K Biak Numfor
10 Hasil Skenario Pemodelan Berdasarkan Running Data

139
140

141

142
144
148
150
156
160
163

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem
(mangroves, terumbu karang, estuaria, pantai berpasir dan lainnya) yang satu
sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang
menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu,
wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun
proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas (upland areas) maupun laut
lepas (ocean). Kondisi semacam ini mensyaratkan bahwa pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu (PWPLT) harus memperhatikan segenap
keterkaitan ekologis (ecological linkages) tersebut, yang dapat mempengaruhi
suatu wilayah pesisir (Dahuri et al. 1996). Keterkaitan berbagai ekosistem di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti antara ekosistem mangrove, padang
lamun dan terumbu karang, menyebabkan wilayah pesisir memiliki produktivitas
hayati yang tinggi, dan berperan penting sebagai penunjang sumberdaya ikan. Hal
ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa kehidupan dari sekitar 85% biota laut
tropis, termasuk Indonesia, bergantung pada ekosistem pesisir (Berwick 1993).
Clark (1992) dan Dahuri et al (1996) menyatakan bahwa wilayah pesisir
adalah suatu sistem sumberdaya (resource system) yang unik, yang memerlukan
pendekatan khusus dalam merencanakan dan mengelola pembangunannya.
Wilayah pesisir merupakan sistem alam yang sangat kompleks, beragam, dan
dinamis. Dari sisi perencanaan, kebanyakan komponen, peristiwa dan prosesproses ekologis yang ada di kawasan pesisir, khususnya di kawasan perairannya,
tidak dapat diamati secara langsung oleh mata kita dan sedikit sekali informasi
tentang hal-hal tersebut. Contohnya adalah proses abrasi pantai, migrasi ikan, dan
biota laut lainnya, nasib bahan pencemar dalam laut, dan proses makan-memakan
antar organisme (biota) di dalam laut. Oleh karena itu, sekali lagi, bahwa
pendekatan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang biasa diterapkan
di ekosistem daratan tidak akan relevan jka diaplikasikan di kawasan pesisir.
Pendekatan sistem dan interdisiplin sangat diperlukan di dalam mengelola
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem,
sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu
(integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral,
bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis (Dahuri et al. 1996), Selanjutnya Cicin-Sain
dan Knecht (1998) menyebutkan bahwa keterpaduan dalam pengelolaan wilayah
pesisir mengandung lima dimensi yaitu : keterpaduan antar sektoral (intersectoral
integration),keterpaduan antar lembaga pemerintah (intergoverment integration),
keterpaduan kawasan (spatial integration), keterpaduan ilmu dan manajemen
(science management integration), dan keterpaduan internasional (international
integration).
Wilayah pesisir menjadi sasaran kegiatan eksploitasi sumberdaya alam dan
pencemaran lingkungan akibat tuntutan pembangunan yang masih cenderung

2
lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi. Eksploitasi secara berlebihan
sumberdaya pesisir dan laut sangat berbahaya dalam pemanfaatan sumberdaya itu
secara berkelanjutan, sekaligus akan mempercepat hilangnya keragaman hayati dan
kestabilan ekosistem (Gombos et al 2013). Semakin banyak manfaat/keuntungan
ekonomi diperoleh, maka semakin berat pula beban kerusakan
lingkungan/ekologis yang ditimbulkannya. Begitu pula sebaliknya, bila semakin
sedikit manfaat/keuntungan ekonomi, semakin ringan pula kerusakan lingkungan
yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, didalam pemanfaatan sumberdaya pesisir
dan laut diperlukan pengelolaan secara terpadu yang dapat menjamin
keberlanjutan pemanfaatan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya yang
ada di dalamnya.
Adanya pemberlakuan otonomi daerah melalui Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004, pemerintah daerah diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat
untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya pesisir dalam
batas 4 mil laut perairan untuk kabupaten/kota dan 12 mil laut perairan wilayah
provinsi. Kewenangan tersebut direvisi kembali berdasarkan Undang-undang No.
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang memberikan kewenangan
kepada pemerintah provinsi hingga 12 mil untuk melakukan pengelolaan
sumberdaya laut di wilayahnya, diantaranya mengatur tentang: ekplorasi,
ekploitasi, konservasi dan pengelolaaan kekayaan laut di luar minyak dan gas
bumi, termasuk pengaturan tata ruang laut. Pengelolaan wilayah pesisir dalam hal
ini rencana teknis pemanfaatan sumberdaya perairan untuk perikanan
berkelanjutan dan pariwisata merupakan salah satu kewenangan yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada kabupaten/kota maupun provinsi untuk mengelola
dan mengembangkan potensi sumberdaya pesisir dan kelautan di wilayah masingmasing.
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten kepulauan yang
ada di Provinsi Papua dengan beberapa gugusan pulau dan memiliki wilayah
pesisir yang cukup luas. Gugusan kepulauan di Kabupaten Biak Numfor memiliki
kawasan pesisir dan laut yang mengandung sumberdaya alam yang kaya dan
beraneka ragam. Sumberdaya pesisir dan laut tersebut diantaranya terumbu
karang, ikan ekonomis penting dan ikan hias, mamalia laut (lumba-lumba),
moluska (tiram mutiara, kima raksasa, kerang anadara), crustacea (udang karang,
kepiting, dan lain-lain), ekinodermata (teripang, bulu babi), tumbuhan laut
(rumput laut jenis Eucheuma sp.), dan lain-lain (Yayasan Pelangi & LIPI-Biak
2000; COREMAP 2001; dan COREMAP 2003).
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor
telah dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas ekonomi, dan merupakan sumber
penghidupan bagi sebagian besar masyarakat sekitar kawasan pesisir. Untuk
mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan melalui pemanfaatan dan pelestraian
sumberdaya perairan, Pemerintah Daerah telah menyusun konsep pengelolaan
kawasan konservasi perairan melalui SK Bupati No. 231 tahun 2015 tentang
pencadangan kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) Kabupaten Biak
Numfor. Diharapkan dengan adanya pencadangan KKPD ini ke depan bisa menjadi
perhatian pemerintah pusat (KKP RI) untuk menjadi kawasan konservasi perairan
secara nasional yang sistem pengelolaan dan sumber pendanaannya menjadi
kewenangan pusat. Sebagai bagian dari KP3K, kawasan ini tentu dapat mendukung

3
kelestarian sumberdaya perairan yang dapat menopang penghidupan masyarakat
pesisir melalui pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan.
Dalam pemanfaatannya, keberadaan KP3K selain dapat memberikan
nilai ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah, juga diharapkan dapat
melindungi fungsi ekologis kawasan. Oleh karena itu perlu upaya pengelolaan
secara terpadu guna menjamin pemanfaatan yang berkelanjutan. Bentuk
keterpaduan dalam pengelolaan KP3K yaitu dengan pengembangan kawasan
perikanan tangkap, budidaya maupun wisata bahari yang didasarkan pada analisis
kesesuaian dan kemampuan daya dukung perairan. Keberlanjutan pengelolaan
meliputi berbagai dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, hukum
dan kelembagaan, sebagai dasar dari perencanaan dan pengambilan keputusan
(Chua 2006). Analisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya dapat memberikan
masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah setempat dalam upaya
mengembangkan, mengelola dan memanfaatkan sumberdaya perikanan dan
wisata bahari di KP3K Kabupaten Biak Numfor secara berkelanjutan.

Perumusan Masalah
Secara ekologis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia
memiliki persamaan dan atau perbedaan atas faktor-faktor iklim, hidrooseanografis dan sejarah geologis. Oleh karenanya, terdapat berbagai kapasitas
atau kemampuan lingkungan (atau lahan) pesisir dan kesesuaian penggunaannya.
Berdasarkan daya dukung (carrying capacity) dan kemampuan alamiah untuk
memperbaharui (assimilative capacity) serta kesesuaian penggunaannya, wilayah
pesisir menjadi sasaran kegiatan eksploitasi sumberdaya alam dan pencemaran
lingkungan akibat tuntutan pembangunan yang masih cenderung lebih
menitikberatkan pada bidang ekonomi. Semakin banyak manfaat/keuntungan
ekonomi diperoleh, maka semakin berat pula beban kerusakan
lingkungan/ekologis yang ditimbulkannya. Begitu pula sebaliknya, bila semakin
sedikit manfaat/keuntungan ekonomi, semakin ringan pula kerusakan lingkungan
yang ditimbulkannya.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat pesisir sebagai akibat laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pesatnya kegiatan
pembangunan di wilayah pesisir bagi berbagai peruntukan seperti pemukiman,
perikanan, pelabuhan, pariwisata, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan
sumberdaya pesisir/laut, dan pulau-pulau kecil semakin meningkat pula.
Meningkatnya tekanan ini dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan
ekosistem dan sumberdaya yang ada, baik secara langsung (misalnya, kegiatan
perikanan yang tidak ramah lingkungan) maupun tidak langsung (misalnya,
pencemaran oleh limbah yang berasal dari berbagai kegiatan pembangunan).
Permasalahan yang menjadi kendala bagi pemanfaatan sumberdaya
perikanan dan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K)
Kabupaten Biak Numfor, antara lain:
1) Belum optimalnya pengelolaan KP3K terkait dengan kelembagaan, sarana
dan prasarana dan kualitas sumberdaya manusia yang relative masih terbatas;
2) Belum berkembangnya kegiatan perikanan budidaya dan wisata bahari sesuai
dengan potensi yang dimiliki KP3K

4
3) Sebagian besar masyarakat pesisir hanya bertumpu pada kegiatan
penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana,
sehingga beberapa nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih
banyak menggunakan bahan peledak yang merusak lingkungan.
4) Adanya kerusakan fisik habitat terumbu karang yang diakibatkan oleh
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, pembuangan limbah
domestik, dan membuang jangkar perahu secara sembarangan.
Menurut Dahuri (2000), dan Dahuri et al. (1996), bahwa permasalahan
yang dapat menghambat pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir, pantai
dan pulau-pulau kecil adalah: (1) kerusakan fisik habitat; (2) pencemaran; (3) over
eksploitasi sumberdaya hayati laut; (4) konflik penggunaan ruang; (5) abrasi
pantai; (6) konversi kawasan lindung menjadi peruntukan kawasan pembangunan
lainnya.
Apabila dalam jangka pendek tidak dilakukan usaha-usaha pengelolaan
yang terintegrasi terhadap pengembangan pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Baiak Numfor khususnya pada kawasan konservasi perairan, maka
akan terjadi beberapa masalah lanjutan, yaitu:
1) Sumberdaya alam semakin menipis
2) Kondisi lingkungan akan bertambah merosot
3) Degradasi fisik habitat (lingkungan) akan terus meningkat
4) Pencemaran akan meningkat
5) Pola hunian tak mampu dikendalikan
Apabila degradasi lingkungan berlangsung terus, maka daerah habitat flora
dan fauna di kawasan konservasi perairan akan menurun dan selanjutnya
mengurangi keanekaragaman hayati, sehingga pada suatu saat tak mungkin dihuni
lagi. Oleh karena itu, jika kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) ini dapat
dikendalikan dalam perencanaan yang berkelanjutan maka hal ini akan menjadi
aset nasional yang penting sebagai penyedia sumberdaya alam maupun
terjaminnya kesejahteraan bangsa dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Garcia et al, (2003)
menyatakan, bahwa pendekatan pengelolaan dan
pengembangan perikanan harus berupaya untuk menyeimbangkan beragam tujuan
kemasyarakatan dengan mempertimbangkan pengetahuan dan ketidakpastian
komponen biotik, abiotik dan manusia dalam ekosistem dan interaksinya serta
mengintegrasikan pendekatan perikanan dalam batas-batas ekologi yang wajar.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Biak
Numfor dan semakin bertambahnya kebutuhan manusia akan bahan pangan,
memaksa masyarakat untuk mencari alternatif sumberdaya alam di laut, termasuk
sumberdaya ekosistem terumbu karang. Sebenarnya potensi terumbu karang di
Kabupaten Biak Numfor sangat besar dan tersebar di seluruh perairan dangkal
dan pulau-pulau kecil, namun keberadaannnya hingga kini masih mengalami
ancaman yang cukup serius, baik karena faktor alam maupun karena faktor
manusia. Faktor alam seperti adanya gempa bumi dan tsunami yang pernah
dialami kawasan pesisir Biak Numfor pada tahun 1998, juga telah menghancurkan
sebagian karang hidup di Pulau Owi. Demikian juga faktor manusia, walaupun
pengetahuan masyarakat semakin baik terhadap arti pentingnya terumbu karang
yang sering disosialisasikan oleh COREMAP II Biak, tetapi tingkat kesadarannya
juga masih dipertanyakan. Hal ini bisa dilihat dari masih adanya penangkapan
ikan yang dilakukan dengan menggunakan bom, apotas (walaupun secara

5
sembunyi-sembunyi, dan frekuensinya pun saat ini sudah semakin menurun
dibandingkan sebelum adanya COREMAP II) dan alat tangkap yang merusak
lingkungan. Ekploitasi yang tidak terkendali dan pola pemanfaatan yang tidak
ramah-lingkungan mengakibatkan kondisi terumbu karang berhadapan dengan
ancaman degradasi cepat bahkan dapat menyebabkan kepunahan. Di antara
penyebab kerusakannya, penggunaan bom dan apotas serta alat tangkap lain yang
merusak memberikan kontribusi terbesar.
Upaya mengatasi penyebab degradasi ini telah dilakukan namun masih
bersifat tersegmentasi/sporadis dan tidak terpadu. Demikian pula jika hanya
mengandalkan pengawasan formal dari aparat penegak-hukum juga hasilnya tidak
optimal, sehingga pendekatan dan strategi lainnya perlu diupayakan. Pemerintah
Daerah Kabupaten Biak Numfor melalui program COREMAP II telah
memperkenalkan pola pengelolaan terumbu karang yang berbasis masyarakat
melalui sistem teritorial, yaitu daerah perlindungan laut (DPL) yang saat ini
merupakan zona inti dalam kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) di
Kabupaten Biak Numfor. Namun apakah dengan pola ini sudah memberikan
perlindungan terhadap ekosistem sumberdaya terumbu karang dan keragaman
biota lainnya yang ada di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K)
Kabupaten Biak Numfor? Adakah manfaat ekonomi yang diperoleh bagi
masyarakat sekitar kawasan melalui upaya konservasi di KP3K tersebut? Hal ini
tentu perlu dilakukan kajian yang lebih konperhensif, sehingga mampu menjawab
kondisi riil dan manfaat kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten
Biak Numfor, termasuk langkah pengelolaan ke depan yang lebih efektif dan
berkelanjutan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk terarahnya penelitian ini
perlu dirumuskan masalah yang akan menjadi objek kajian yaitu:
1. Bagaimana karakteristik dan kondisi eksisting KP3K Kabupaten Biak
Numfor;
2. Bagaimana tingkat efektifitas pengelolaan yang telah dilakukan di KP3K
Kabupaten Biak Numfor;
3. Bagaimana tingkat keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terkait dengan
pengembangan sektor perikanan dan pariwisata bahari;
4. Bagaimana tingkat keberlanjutan pengelolaan KP3K Kabupaten Biak
Numfor;
5. Bagaimana strategi pengembangan dan pengelolaan KP3K Kabupaten Biak
Numfor yang lebih berkelanjutan.
6. Bagaimana model pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pariwisata bahari
pada KP3K Kabupaten Biak Numfor.

Pendekatan Penelitian
Aktivitas penduduk di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K)
Kabupaten Biak Numfor memiliki berbagai kegiatan yang dapat menyebabkan
terjadinya degradasi lingkungan berupa penangkapan yang merusak lingkungan
seperti penangkapan ikan dengan menggunakan bom, apotas, bius, penggalian
karang untuk menangkap ikan karang, penambangan batu karang, dan lain
sebagainya. Di sisi lain potensi perikanan budidaya dan wisata bahari yang ada
belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga masyarakat cenderung hanya

6
bertumpu pada kegiatan penangkapan yang cenderung tidak ramah lingkungan.
Disamping itu aktivitas dari berbagai pemanfaatan saat ini baik untuk perikanan
tangkap, budidaya karamba jaring apung (KJA), budidaya rumput laut,
pemanfaatan wisata bahari dan pantai walaupun sudah didasarkan pada hasil
analisis kesesuian dan daya dukung, tetapi budaya/sosiokultural masyarakat masih
belum sepenuhnya mendukung untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
Dari berbagai ekosistem yang ada di kawasan KP3K Kabupaten Biak
Numfor, ekosistem yang paling tinggi mengalami tekanan dari berbagai aktivitas
tersebut adalah ekosistem terumbu karang, sehingga untuk menyelamatkan
sumberdaya tersebut diperlukan penataan kembali dan pengelolaan yang
didasarkan pada hasil analisis kesesuian dan daya dukung melalui konsep
penatakelolaan perikanan dan wisata bahari. Pemanfaatan dan pengelolaan dalam
suatu kawasan diperlukan interaksi dari berbagai stakeholder melalui pelibatan
langsung untuk memecahkan persoalan masyarakat dan menciptakan kesempatan
sosial, yang didasarkan atas tiga pilar yakni koordinasi, kolaborasi dan konsultasi.
Selanjutnya Muntasib (2009) bahwa tata kelola adalah mekanisme pengelolaan
sumberdaya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor pemerintah dan
sektor non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif.
Kerangka pemikiran studi ini didekati dari pemikiran bahwa kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor merupakan
kawasan yang multifungsi bagi berbagai kegiatan pembangunan, termasuk upaya
perlindungan terhadap biota perairan yang ada. Untuk itu dalam pemanfaatannya
(perikanan dan wisata bahari) harus memperhatikan kelestarian sumberdaya yang
ada di dalamnya. Keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir
dan pulau-pulau kecil dapat dicapai bilamana memenuhi faktor-faktor: (1) sangat
didukung oleh masyarakat adat; (2) memperoleh dukungan pemerintah daerah; (3)
adanya dukungan dari LSM dan stakeholder lainnya; (4) meningkatkan kehidupan
sosial-ekonomi masyarakat setempat; (5) adanya penghargaan terhadap budaya
setempat; (6) keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan; (7) tetap
berlanjutnya fungsi ekobiologi sumberdaya hayati laut; (8) berfungsinya lembaga
pengelola; (9) keberlanjutan sumber dana pengelolaan.
Berbagai metode untuk mengukur keberlanjutan pengelolaan sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil telah diujikan walaupun sifatnya masih parsial
misalnya menggunakan valuasi ekonomi (Baker dan Koeoniam 1986) dan
manajemen Sanchirico et al. (2002). Analisis terhadap satu atau dua variabel
untuk melihat status keberlanjutan belum memadai. Hal ini diakibatkan oleh
proses pengelolaan lingkungan melibatkan banyak variabel (multidimensi).
Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya di KP3K memerlukan penelitian yang
lebih komprehensif dengan mengkaji potensi dan pemanfaatan sumberdaya yang
ada dengan memadukan berbagai pemanfaatan perikanan dan pariwisata bahari
yang ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, social, teknologi dan kelembagaan.
Hasil kajian yang diperoleh sangat penting untuk
menentukan desain
pengembangan KP3K yang keberlanjutan melalui skenario alternatif strategi
pengelolaan KP3K yang lebih ideal. Keseluruhan pendekatan tersebut disajikan
pada Gambar 1.

7

Kawasan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten
Biak Numfor

Pemanfaatan
Sumberdaya
Kawasan

Biofisik Perairan
 Ekosistem
 Oseanografi
 Kualitas Perairan

Pemanfaatan Kawasan
 Perikanan Tangkap
 Perikanan Budidaya
 Pariwisata

Daya Dukung
Lingkungan

Efektifitas
Pengelolaan

Dimensi
Ekologi

Dimensi
Sosbud

Dimensi
Ekonomi

Dimensi
Kelembagaan

Keberlanjutan
Pengelolaan KP3K

Skenario Alternatif
Pengelolaan

Model Pemanfaatan
Sumberdaya KP3K

Gambar 1 Diagram Alur Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pada KP3K

8
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah strategi keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya pada KP3K Kabupaten Biak Numfor yang lebih terintegrasi melalui
pengembangan perikanan dan wisata bahari secara terpadu, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, secara khusus tujuan penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis karakteristik dan kondisi eksisting kawasan pesisir dan pulaupulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor;
2. Menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor.
3. Menganalisis tingkat keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terkait dengan
pengembangan sektor perikanan dan pariwisata di KP3K Kabupaten Biak
Numfor;
4. Menganalisis tingkat keberlanjutan pengelolaan KP3K Kabupaten Biak
Numfor berdasarkan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
5. Menentukan model pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pariwisata bahari
pada KP3K Kabupaten Biak Numfor.
6. Menentukan alternatif strategi pengelolaan KP3K Kabupaten Biak Numfor
yang lebih berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
upaya
1. Pengelolaan KP3K yang lebih komprehensif, sehingga dapat menunjang
pemanfaatan KP3K yang berkelanjutan melalui pengembangan perikanan dan
wisata bahari.
2. Menjadi sumber informasi bagi pemerintah daerah dan stakeholder lain dalam
upaya mengembangkan berbagai pemanfaatan dalam kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor, serta lebih peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
3. Menjadi rujukan Pemerintah Daerah untuk mendukung keberadaan
pencadangan kawasan konservasi daerah (KKPD) Kabupaten Biak Numfor
menjadi kawasan konservasi perairan secara nasional.
Kebaharuan (Novelty)
Peneliti mengambil beberapa hasil-hasil penelitian sebelumnya sebagai
dasar pengayaan maupun pijakan didalam mengembangkan penelitian
selanjutnya. Beberapa penelitian yang dijadikan referensi dalam penelitian ini
merupakan hasil review disertasi maupun jurnal yang berkaitan dengan aspek
keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Adapun
beberapa review penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Laapo (2010) mengkaji tentang optimasi pengelolaan ekowisata pulau-pulau
kecil di gugus pulau Togean. Penelitian yang dilakukan Laapo menggunakan
analisis deskriptif dan Principal Component Analysis (PCA) dalam menganalisis
karakteristik sumberdaya menggunakan software raphfish 2.1; metode SIG
digunakan untuk analisis kajian kesesuain untuk analisis spasial; metode

9
EFANSIEC dalam mengevaluasi pengelolaan ekowisata serta analisis dinamik
dan skenario pengelolaan yang optimal dengan menggunakan Stella7. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan ekowisata pesisir di gugus Pulau
Togean berdasarkan kondisi pada saat itu berada dalam kategori cukup efektif
(62,50%), dimana secara parsial dimensi yang sangat efektif pengelolaannya
adalah dimensi ekologi, sedangkan untuk dimensi sosial cukup efektif dan
dimensi ekonomi dan kelembagaan kurang efektif. Adapun optimasi pengelolaan
dilakukan dengan mengintegrasikan atribut-atribut dari keempat dimensi
pembangunan berdasarkan hasil simulasi. Hilyana (2011) menganalisis tentang
optimasi pemanfaatan ruang Kawasan Konservasi Gili Sulat-Gili Lawang.
Metodologi yang digunakan didalam menganalisis sumberdaya dilakukan dengan
pendekatan analisis potensi; efektivitas pengelolaan kawasan menggunakan
software Raphfish 2.1 serta analisis dinamik spasial dan Stella 9.0 dilakukan
untuk menentukan pengelolaan kawasan secara optimal. Didalam penelitiannya,
optimasi pengelolaan kawasan dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan
terpadu antara program konservasi sumberdaya mangrove, terumbu karang dan
lamun, penyerapan tenaga kerja, pelibatan masyarakat lokal dan peningkatan
infrastruktur penunjang kegiatan perikanan dan ekowisata. Adapun penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Boli (2014) dengan mengambil judul pengelolaan
sumberdaya karang berbasis integasi sasi dengan konservasi perairan modern di
Raja Ampat. Boli berpendapat bahwa sasi telah beradaptasi dengan kedalam
aspek-aspek konservasi modern yang meliputi, kawasan yang dikelola, lembaga
pengelola dan sistem pengelolaannya. Oleh karena itu, didalam kesimpulannya
disebutkan bahwa pengelolaan di Raja Ampat menerapkan pendekatan kombinasi
antara pemanfaatan terbatas dan larang ambil terhadap sumberdaya laut, dengan
didukung lembaga pengelola yang bersifat kolaboratif antara pemerintah daerah
dengan masyarakat adat serta didukung oleh LSM. Beberapa penelitian tersebut
belum mengkaji dan menganalisis strategi pengelolaan maupun pemanfaatan
sumberdaya perikanan, budidaya dan pariwisata secara komprehensif.
Berdasarkan hal tersebut penulis memberikan rekomendasi kebaruan
didalam penelitian ini guna melengkapi penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Nilai kebaruan dalam penelitian ini mencakup 3 hal yakni:
1. Berdasarkan sisi pendekatan menggunakan analisis secara menyeluruh
(comprehensive) dengan memadukan pelbagai teknik analisis yakni; analisis
statistik deskriptif, analisis MDS/Rapfish, analisis strategi terstruktur (AHP)
serta analisis sistem dinamik, sehingga diperoleh pendekatan yang tergolong
baru dalam pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K)
Kabupaten Biak Numfor.
2. Penelitian ini memadukan dua jenis strategi yakni strategi penyelesaian
menggunakan model dinamik serta strategi struktural (hierarki). Dimana
kombinasi dari dua strategi tersebut bersifat saling melengkapi, mengingat
pada sistem dinamis belum dapat menjelaskan strategi yang perlu dilakukan
terlebih dahulu (base on priority) dan hal tersebut dapat dijawab dengan
pendekatan strategi berdasarkan tingkat prioritas (hierarchy level).
3. Berdasarkan hasil (output) penelitian diperoleh kebaruan sebuah model
pemanfaatan sumberdaya perikanan, budidaya dan wisata bahari berkelanjutan
di Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kabupaten Biak Numfor.

10

2 KARAKTERISTIK DAN KONDISI EKSISTING KAWASAN
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (KP3K)
KABUPATEN BIAK NUMFOR
Pendahuluan
Sebagai suatu ekosistem, wilayah pesisir menyediakan sumberdaya alam
yang produktif yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung seperti
sumberdaya alam hayati yang dapat pulih (renewable resources) seperti
perikanan, terumbu karang, mangrove, dan padang lamun; dan sumberdaya alam
nir-hayati yang tidak dapat pulih (unrenewable resources), diantaranya mineral
dan migas. Sehingga begitu pentingnya keberadaan sumberdaya pesisir bagi
kemakmuran bersama masyarakat suatu bangsa, karena di kawasan pesisir
terdapat beragam dan intensitas aktivitas pembangunan ekonomi.
Menurut Bengen (2002) dan Ortolano (1984) ekosistem pesisir dan laut
mempunyai 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia, yaitu: (1) sebagai penyedia
sumberdaya alam seperti sumberdaya ikan, mangrove, terumbu karang dan lainlain; (2) sebagai penerima limbah, yang menampung limbah dari aktivitas di darat
dan laut; (3) sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, misalnya air bersih
dan tempat budidaya perikanan payau (tambak) dan laut; dan (4) sebagai penyedia
jasa-jasa kenyamanan (amenity) seperti tempat rekreasi dan pengembangan
pariwisata bahari, dan lain-lain. Dengan demikian, untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya pesisir agar dikelola secara bijaksanana dan penuh
kehati-hatian (precautionary), dan terpadu karena banyak stakeholder di kawasan
pesisir.
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten kepulauan yang
ada di Provinsi Papua dengan beberapa gugusan pulau dan memiliki wilayah
pesisir yang cukup luas. Gugusan kepulauan di Kabupaten Biak Numfor memiliki
kawasan pesisir dan laut yang mengandung sumberdaya alam yang kaya dan
beraneka ragam. Sumberdaya pesisir dan laut tersebut diantaranya terumbu
karang, ikan ekonomis penting dan ikan hias, mamalia laut (lumba-lumba),
moluska (tiram mutiara, kima raksasa, kerang anadara), crustacea (udang karang,
kepiting, dan lain-lain), ekinodermata (teripang, bulu babi), tumbuhan laut
(rumput laut jenis Eucheuma sp.), dan lain-lain (Yayasan Pelangi & LIPI-Biak
2000; COREMAP 2001; dan COREMAP 2003).
Pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Kabupaten Biak
Numfor terdapat 2 (dua) jenis kawaan konservasi perairan yaitu 1) Taman Wisata
Perairairan Alam Laut (TWAL)/Taman Wisata Perairan (TWP) Padaido yang
berada di perairan Padaido Atas dan Padaido Bawah dan pengelolaannya saat ini
dilakukan oleh Kementerian Kelautan Perikanan RI, serta 2) Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Biak Numfor yang pengelolaannya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan keputusan Bupati
Biak Numfor Nomor 231 tahun 2015 tentang pencadangan Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Biak Numfor dinyatakan bahwa kawasan
yang dicadangkan sebagai Taman Wisata Perairan tersebut memiliki luas
46.984,62 Ha. Luas kawasan tersebut meliputi Kawasan Pesisir Biak Bagian

11
Timur 25.696,41 Ha, Kawasan Pesisir Biak Bagian Barat 7.623, 17 Ha dan
Kawasan Pulau Numfor 13.664,04 Ha.
Untuk memahami kondisi dan karakteristik KP3K Kabupaten Biak
Numfor, maka perlu dilakukan kajian yang lebih konprehensif sehingga kondisi
KP3K tersebut dapat digambarkan secara lebih jelas. Kondisi eksisting yang
diuraikan meliputi karakteristik perairan dengan memaparkan tentang kondisi
iklim, hidrooceanografi (batimetri, pasang surut dan gelombang), ekosistem
perairan pesisir (terumbu karang, ikan karang, lamun dan mangrove), fisika kimia
perairan serta demografi kependudukan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu pada Oktober hingga
November 2014, Juni hingga Desember 2015 serta Oktober sampai Nopember
2016. Pada Oktober - November 2014, dilakukan pengumpulan data sekunder di
instansi atau lembaga yang terkait dengan pengelolaan KP3K Kabupaten Biak
Numfor. Pada Juni - Desember 2015 dilakukan pengambilan data kondisi terumbu
karang dan ikan karang serta kualitas air dan persepsi masyarakat terhadap KP3K.
Bulan Oktober-Nopember 2016 dilakukan update data terkait dengan
kelembagaan KP3K dan data sosial ekonomi masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa titik sampling di kawasan
konservasi periaran daerah dan beberapa titik di KP3K Kabupaten Biak Numfor.
Lokasi penelitian meliputi delapan distrik/kecamatan yang masuk dalam wilayah
KP3K dari 19 distrik yang ada di Kabupaten Biak Numfor. Secara umum, gambar
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam kajian karakteristik dan kondisi
eksisting Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kabupaten Biak
Numfor; meliputi data primer dan data sekunder. Aspek kajian yang dilakukan
meliputi: Karakteristik perairan (klimatologi, oceanografi, ekosistem perairan,
fisika kimia perairan), sosial ekonomi, kelembagaan serta system zonasi KP3K.
Jenis dan sumber data yang diperlukan lebih rinci disajikan pada Tabel 1. Metode
pengambilan data terumbu karang, lamun dan mangrove dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Metode pengambilan data terumbu karang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Point
Intercept Transect (PIT), yaitu salah satu metode yang dikembangkan untuk
memantau kondisi karang hidup dan biota pendukung lainnya di suatu lokasi
terumbu karang dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang cepat (Hill and
Wilkinson, 2004). Metode ini dapat memperkirakan kondisi terumbu karang di
daerah berdasarkan persen tutupan karang batu hidup dengan mudah dan cepat.
Secara teknis, metode Point Inte