Kajian Konsep Taman Islam Berdasarkan Kandungan Quran dan Hadis

KAJIAN KONSEP TAMAN ISLAM
BERDASARKAN KANDUNGAN QURAN DAN HADIS

MIFTAHUL JANNAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Kajian Konsep Taman
Islam Berdasarkan Kandungan Quran dan Hadis” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Miftahul Jannah
NIM A451130256

RINGKASAN
MIFTAHUL JANNAH. Kajian Konsep Taman Islam Berdasarkan Kandungan
Quran dan Hadis. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH dan ANDI
GUNAWAN.
Islam adalah agama yang memiliki konsep menyeluruh (syumuliyyah). Hal
ini berarti bahwa segala hal dalam kehidupan seorang muslim memiliki kaitan dan
aturan dalam agama Islam, termasuk di dalamnya merencanakan, mendesain, dan
memanajemen suatu taman. Hingga saat ini, telah terdapat beragam studi
mengenai taman Islam, tetapi pada umumnya pembahasan mengacu pada taman
yang berkembang pada periode kejayaan Islam, tidak bersumber dari hukum dasar
Islam. Oleh karena itu, studi ini memiliki beberapa tujuan, yaitu menganalisis
kedudukan hukum dan batasan-batasan syariah dalam perencanaan, desain, dan
manajemen taman Islam, mengidentifikasi elemen dan karakter taman Islam
berdasarkan kandungan Quran dan hadis, serta menganalisis perbedaan antara
konsep taman Islam yang berkembang saat ini dengan konsep taman Islam
berdasarkan kandungan Quran dan hadis.

Pengumpulan data pada kajian menggunakan metode studi literatur. Sumber
data yang digunakan dalam kajian ini meliputi dua literatur utama dalam agama
Islam, yaitu Quran dan hadis, beserta literatur lainnya berupa buku, jurnal, dan
hasil penelitian yang terkait dengan topik bahasan. Selanjutnya, data yang telah
dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis isi.
Berdasarkan hasil studi literatur, didapatkan bahwa hukum asal dari
perencanaan, desain, dan manajemen taman dalam syariat Islam adalah
diperbolehkan selama tidak mengandung hal-hal yang diharamkan. Batasan utama
dari hal-hal yang diharamkan tersebut adalah hal-hal yang bersifat
mempersekutukan Allah Swt. dan tidak membawa manfaat bagi manusia dan
alam. Terdapat tiga kategori mengenai hal-hal yang diharamkan, yaitu elemen
yang diharamkan (menggunakan patung dan bentukan yang menyerupai makhluk
hidup serta elemen dari emas dan perak), karakter yang diharamkan
(mencampuradukkan kebaikan dan keburukan serta berlebihan), dan aktivitas
yang diharamkan (mempersekutukan Allah Swt., menyimpang dari sunnatullah,
merusak, mendekati zina, serta hal-hal yang minim manfaat atau sia-sia).
Kemudian, didapatkan penggambaran elemen lunak (air, vegetasi, dan hewan),
elemen keras (bangunan taman, pintu, dan elemen keras lainnya), elemen desain
(warna, suara, dan aroma), serta karakter fisik (indah, teduh, area yang luas,
kemudahan akses, dan area bersama (publik)), nonfisik (aman dan tenang serta

rekreatif), dan pengunjung (tipe, perasaan, pakaian, dan aktivitas) dari taman
surga dalam Quran dan hadis sebagai rekomendasi dalam perencanaan, desain,
dan manajemen sebuah taman Islam.
Pada bagian akhir tesis, disusun perbandingan singkat antara konsep taman
Islam yang berkembang saat ini dengan konsep berdasarkan kandungan Quran
dan hadis. Berdasarkan hasil perbandingan, didapati bahwa konsep taman Islam
yang berkembang saat ini belum sepenuhnya mengacu pada sumber utama hukum
Islam sehingga bersifat lebih terbatas, hanya terfokus pada bentukan-bentukan
fisik saja. Di sisi lain, hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan kandungan
Quran dan hadis, taman Islam tidak terfokus pada bentukan-bentukan secara fisik

saja, tetapi lebih terfokus pada aspek nilai dan fungsional taman yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa pada
dasarnya perencanaan, desain, dan manajemen taman Islam dapat bersifat lebih
bebas dan disesuaikan dengan lokasi dan kebutuhan pengguna taman tersebut.
Kata kunci: Quran, analisis isi, hadis, konsep taman, taman Islam

SUMMARY
MIFTAHUL JANNAH. Study of Islamic Garden Concept Based on the Content
of Quran and Hadith. Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH and

ANDI GUNAWAN.
Islam is a religion that has a comprehensive concept (syumuliyyah). It means
that everything in a Muslim’s life is connected in Islam, included in planning,
designing, and managing a garden. Up until now, there have been various studies
about Islamic garden, but in general, the discussion refers to the garden that
emerged in Islamic glory period, not based on the Islamic law itself. Therefore,
this study has several objectives, namely to analyze the law position and some
limits in planning, designing, and managing an Islamic garden according to
sharia, to identify elements and characters of Islamic garden based on the content
of Quran and hadith, and also to analyze differences between the Islamic garden
concept based on gardens that emerged in Islamic glory period and the concept
based on the content of Quran and hadith.
The data collection in this study is using study literature methods. The
sources of data include two major literatures in Islam, namely the Quran and
hadith, along with other literatures such as books, journals, and research reports
that are related to the topic. Furthermore, the data that has been collected were
analyzed using content analysis.
The result of literature study found that the legal origin of the planning,
designing, and managing a garden in Islamic law is allowed as long as it does not
contain forbidden things. The main limitations of the forbidden things are the

things that associating others as partners with Allah Swt. and things that brings
unbenefical uses for human beings and nature. There are three categories of
forbidden things, namely the forbidden elements (sculptures and forms that
resemble living beings and materials from gold and silver), the forbidden
characters (mixing good and evil as well as excessive), and the forbidden
activities (associating others as partners with Allah Swt., activities that does not fit
the Allah Swt.’s rules (sunnatullah), vanadalism activities, activities that close to
adultery, and useless activities). There are also some depiction found about
softscapes (water, vegetation, and animal), hardscapes (garden buildings, gates,
and the other hardscapes), design elements (color, sound, and scent), and also
physical characters (beautiful, shady, wide area, easy-access area, and public
area), nonphysical characters (safe and quiet and also recreational), and user
characters (types, feelings, clothes, and activities) from the paradise garden on
Quran and hadith as a recommendation in planning, designing, and managing an
Islamic garden.
In the final section of this thesis, a brief comparison between the Islamic
garden concept based on gardens those emerge in Islamic glory period and the
concept based on the context of Quran and hadith is presented. As the result, it
revealed that the concept of the Islamic garden nowadays still hasn't referred to
the primary sources of Islamic law and it is more restrictive, only focused on some

physical feature. On the other hand, the literature study that has been done showed
that based on the content of Quran and hadith, the Islamic garden is not focused

on physical features, but more about the value and functional aspects that isn’t
contrary with the Islamic law. So, it should be emphasized that basically the
planning, designing, and managing of the Islamic garden can be freer and adjusted
to the location and the needs of garden users.
Keywords: content analysis, garden concept, hadith, Islamic garden, Quran

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN KONSEP TAMAN ISLAM

BERDASARKAN KANDUNGAN QURAN DAN HADIS

MIFTAHUL JANNAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Aris Munandar, MS.

iii


Judul Tesis : Kajian Konsep Taman Islam Berdasarkan Kandungan Quran dan
Hadis
Nama
: Miftahul Jannah
NIM
: A451130256

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc.
Ketua
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Arsitektur Lanskap


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 15 Januari 2015

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
taman Islam, dengan judul “Kajian Konsep Taman Islam Berdasarkan Kandungan
Quran dan Hadis”. Penggunaan Quran dan hadis sebagai rujukan utama pada

karya ilmiah ini menjadi pertimbangan penting tersendiri dikarenakan nilai
kebenaran yang terpercaya dari kedua sumber tekstual tersebut sebagai sumber
hukum utama bagi umat Islam. Penulisan kata Quran dan hadis pada karya ilmiah
ini mengacu pada kata baku yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara
Mugnisjah, M.Agr. dan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc. selaku komisi
pembimbing, Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M.Si, serta Dr. Ir. Nizar Nasrullah M.Agr.
selaku Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap dan jajaran staf pengajar yang
telah banyak memberikan masukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada K. H. Badruddin H. Subky, M.H.I. serta Dr. H. Ibdalsyah, M.A. atas
kesediaannya menelaah karya ilmiah ini. Tidak terlupa ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, suami tercinta, seluruh keluarga, temanteman ‘lingkaran cahaya’, pengurus FORKOM Alims dan pejuang dakwah
sekolah lainnya, adik-adik mentoring dan mentoring plus, teman-teman ‘lima
bintang’, seluruh mahasiswa Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012 dan 2013,
Arsitektur Lanskap 46, serta berbagai pihak lainnya atas segala doa dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat sebagai penerapan ilmu yang telah
dipelajari sekaligus mengawali studi mengenai taman Islam berdasarkan
kandungan dari sumber hukum Islam yang utama, yaitu Quran dan hadis.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.


Bogor, Februari 2015
Miftahul Jannah

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pikir

1
2
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Taman Islam sebagai Sebuah Produk Budaya
Konsep Dasar Ajaran Islam

4
10

3 METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Prosedur Analisis Data

11
11
12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedudukan Hukum Taman Islam
Batasan Syariah
Elemen Taman dan Desain
Karakter Taman
Perbandingan Konsep Taman Islam

18
20
32
45
57

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

61
62

DAFTAR PUSTAKA

62

LAMPIRAN

66

RIWAYAT HIDUP

89

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Daftar nama pakar dan bidang kompetensi
Batasan syariah
Elemen taman dan desain dalam Quran dan hadis
Karakter taman dalam Quran dan hadis
Perbandingan konsep taman Islam

17
21
33
45
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Kerangka pikir
Halaman Mesjid Cordoba, Spanyol
Lukisan Taman Persia setelah masuknya pengaruh Islam dari Mongol
Taj Mahal di India sebagai karya terbesar
Lukisan Turki yang menggambarkan mengenai taman Islam
Humayun's Tomb, India, dengan kesan geometris yang kuat
Alcázar of Seville, Spanyol
Perkembangan pola chahar bagh (kiri ke kanan)
Modifikasi tekstur pada dinding taman
Pola arabesque (tidak terputus)
Ilustrasi penerangan pada taman Islam di malam hari
Pergerakan air dalam taman Alhambra, Spanyol
Al-Qur'an dan terjemahnya (1), Tafsir Jalalain (2), dan Tafsir Ibnu
Katsir (3)
Ilustrasi aplikasi Ensiklopedi Hadis 9 Imam
Beberapa buku rujukan lain sebagai sumber pustaka
Alur penelitian
Turunan konsep taman Islam berdasarkan hasil studi literatur
Court of Lions, Alhambra, Spanyol
Ilustrasi patung kura-kura dari emas pada taman
Islam kejawen: bersemedi di taman dengan sesajen
Pola chahar bagh pada Shalimar Garden, Lahore, Isfahan, Iran
Boleh menghias taman seindah mungkin, asalkan sesuai kegunaan
Membuat sesajen di taman
Menanam tanaman tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan
kerusakan
Mencoret-coret fasilitas taman termasuk vandalisme
Berpacaran di taman termasuk aktivitas mendekati zina
Duduk-duduk tanpa alasan yang jelas termasuk perbuatan sia-sia
Argo, Persian Garden, Iran
Pohon berbuah sebagai naungan (1) dan taman bernaungan pohon (2)
Ilustrasi keberadaan burung di taman
Moorish style gazebo di Pettibone Beach, Amerika
Ilustrasi pintu gerbang taman
Ilustrasi elemen keras lainnya
Keukenhof Garden, Jerman, yang berwarna-warni

3
4
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
12
14
15
16
17
22
23
24
25
25
27
28
29
31
32
35
36
38
39
40
41
42

vii

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Welcoming sound dari air yang mengalir
Bunga sebagai elemen yang memberikan wangi dalam taman
Garden in Hamsphire, Inggris
Halaman rumah bernaungan pohon di dekat Islamlar, Turki
Taj Mahal, India
Ghavam Garden, Shiraz, Iran, dengan akses yang jelas dan mudah
Beragam aktivitas dalam satu taman
Suasana tenang di Highrove Garden, Inggis
Rekreasi di The Garden of Al-Azhar, Mesir
Ilustrasi beragam pengguna taman
Bergembira piknik bersama keluarga di Taman Babur, Afghanistan
Ilustrasi pakaian muslim dan muslimah
Beragam aktivitas dalam taman

43
44
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Tabel hasil pencarian batasan syariah dalam Quran
Tabel hasil pencarian batasan syariah dalam hadis
Tabel hasil pencarian elemen taman dan desain dalam Quran
Tabel hasil pencarian elemen taman dan desain dalam hadis
Tabel hasil pencarian karakter taman dalam Quran
Tabel hasil pencarian karakter taman dalam hadis

66
68
73
76
82
85

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Islam sebagai agama yang memiliki karakteristik menyeluruh atau universal
(syumuliyyah) mengatur tidak hanya dimensi vertikal (ibadah mahdah) saja, tetapi
mencakup dimensi horizontal (ibadah ghairu mahdah atau muamalah) (Asy’ari
2007). Sabiq (2006) menerangkan bahwa dalam perundangan Islam (fikih), dalam
hal-hal yang masih menyangkut urusan keduniaan (muamalah), sangat terbuka
kemungkinan penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanannya, bergantung kepada
situasi dan kondisi yang menyertai. Urusan-urusan keduniaan ini mencakup segala
hal termasuk di dalamnya konsep dalam membangun sebuah taman.
Terminologi taman Islam sebenarnya bukanlah merupakan sebuah hal yang
baru dalam bidang arsitektur lanskap. Hamed (1994) menjelaskan definisi taman
Islam sebagai sebuah lanskap yang didesain dengan tujuan tertentu yang spesifik,
mengaplikasikan ideologi dan prinsip berdasarkan agama Islam dan budaya
masyarakat muslim, dan menggunakan elemen desain yang relatif khusus.
Beriringan dengan terminologi taman Islam tersebut, dikenal pula terminologi
taman surga. Lehrman (1980) menerangkan bahwa sejak periode awal studi taman
Islam, istilah taman Islam seringkali disamakan dengan taman surga.
Paradise (surga) dalam bahasa Inggris diturunkan dari kata pairidaeza dari
bahasa Yunani yang merujuk pada kata paradeisos dari bahasa Persia dengan
pengertian yang sama (Lehrman 1980). Sementara itu, Alwi (2007) dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian surga sebagai alam akhirat yang
membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya dengan keabadian.
Hardianto dan Widayat (2006) menerangkan bahwa kata surga dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta ‘svarga’ yang memiliki arti kurang lebih
sama, yaitu tempat mulia yang menjadi tujuan manusia setelah mati.
Ajaran Islam memiliki beberapa terminologi yang digunakan dalam Quran
dan hadis mengenai surga. Al-Jauziyyah (2000) menyebutkan beberapa nama
surga sesuai dengan sifat-sifatnya, yaitu, 1) al-jannah yang berarti negeri dengan
seluruh jenis kenikmatan, kelezatan, kebahagiaan, kesenangan, dan hal-hal yang
menyejukkan mata, 2) darus-salam yang berarti negeri penuh kesejahteraan, 3)
darul khuldi yang berarti negeri yang abadi, 4) darul muqamah yang berarti
tempat kediaman, 5) jannatul ma’wa yang berarti surga tempat tinggal, 6) surga
‘Adn yang merupakan nama bagi keseluruhan surga, 7) darul hayawan yang
berarti negeri yang sesungguhnya, 8) firdaus yang berarti surga yang paling mulia
dan paling tinggi, 9) jannatun na’im yang berarti surga kenikmatan, 10) al-maqam
al-amin yang berarti tempat yang aman, 11) maq’ad sidq yang berarti tempat yang
disenangi, serta 12) qadam sidq yang berarti tempat yang disenangi.
Beberapa terminologi di atas menegaskan bahwa istilah surga dengan
pengertiannya yang sejalan merupakan istilah yang umum dalam umat beragama,
tidak hanya dimiliki oleh agama Islam saja. Clark (2004) menerangkan bahwa ide
mengenai taman surga (yang kemudian seringkali disamakan dengan taman Islam)
merupakan sebuah ide yang lebih tua daripada Quran itu sendiri karena

2
penggambaran surga telah terdapat pula pada kitab-kitab agama lainnya yang
hadir sebelum Quran, salah satunya kitab agama Hindu dan Budha.
Hingga saat ini, telah terdapat beragam studi mengenai berbagai aspek
dalam taman Islam. Namun, sangat sulit untuk memisahkan mengenai
pembahasan taman Islam secara tekstual melalui sumber-sumber hukum Islam
dengan pembahasan mengenai taman yang berkembang pada periode kejayaan
Islam. Lehrman (1980) menyatakan bahwa terdapat berbagai hal yang
mempengaruhi karakter taman Islam dalam perkembangannya di berbagai area di
dunia, termasuk di antaranya adalah iklim dan kebiasaan serta tradisi masyarakat
setempat yang telah mengakar sebelum Islam memasuki wilayah tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, Ansari (2011) menyatakan bahwa terdapat
kemungkinan karakter taman Islam yang dikenal saat ini tidak sepenuhnya
berkiblat pada Quran dan hadis saja, melainkan telah terasimilasi dengan budaya.
Salah satu contoh dari asimilasi konsep Islami dengan budaya adalah pada Court
of Lions di Alhambra. Lehrman (1980) menerangkan bahwa taman ini memiliki
water basin yang dihias dengan dekorasi berupa patung singa. Menurut Qardhawi
(2000), penggunaan patung singa ini berlawanan dengan ajaran Islam yang
melarang penggunaan patung dan hal-hal yang menyerupai makhluk hidup.
Studi mengenai taman Islam terus berkembang hingga saat ini. Akan tetapi,
mulai terlihat indikasi bahwa studi tersebut menjadi lebih terfokus pada sejarah
taman yang berkembang pada periode kejayaan Islam dahulu dan mengambil
konsep dasar serta konsep desain darinya, bukan kembali kepada sumber hukum
Islam yang utama, yaitu Quran dan hadis. Oleh karena itulah, perlu dilakukan
sebuah studi tekstual terhadap sumber utama hukum Islam untuk dapat
merumuskan dasar-dasar dari perencanaan, desain, dan pengelolaan taman Islam.

Perumusan Masalah
Saat ini telah terdapat penyempitan makna dari taman Islam, hal ini didasari
oleh perkembangan literatur dan studi mengenai taman Islam yang menjadi sangat
spesifik pada satu bentuk desain saja. Padahal, pembahasan mengenai taman
Islam sebagai bagian dari konsep ajaran Islam secara keseluruhan akan lebih luas
dan menyeluruh. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian tekstual untuk
menyusun ulang konsep taman Islam berdasarkan sumber hukum Islam yang
utama, yaitu Quran dan hadis.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kajian ini adalah
menganalisis kedudukan hukum dan batasan-batasan syariah dalam
perencanaan, desain, dan pengelolaan taman Islam berdasarkan syariat Islam,
mengidentifikasi elemen dan karakter taman Islam berdasarkan kandungan
Quran dan hadis, serta
menganalisis perbedaan antara konsep taman Islam yang berkembang saat ini
dengan konsep taman Islam berdasarkan kandungan Quran dan hadis dan
konsep umum dalam bidang arsitektur lanskap.

3
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.

Beberapa manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah
mengetahui kedudukan hukum dan batasan syariah dari taman Islam
berdasarkan kandungan Quran dan hadis,
memberikan rekomendasi elemen dan karakter taman Islam berdasarkan
kandungan Quran dan hadis, serta
mengetahui perbedaan konsep taman Islam yang berkembang saat ini dengan
konsep taman Islam berdasarkan kandungan Quran dan hadis dan konsep
umum dalam bidang arsitektur lanskap.

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Kajian ini dibatasi pada studi tekstual mengenai kedudukan hukum, batasan
syariah, serta rekomendasi elemen dan karakter taman Islam pada sumber-sumber
tertentu yang telah diseleksi sebelumnya. Selain itu, kajian ini juga membahas
secara singkat mengenai perbandingan konsep taman Islam yang berkembang saat
ini dengan konsep taman dalam Islam berdasarkan Quran dan hadis sebagai
sumber hukum utama dalam ajaran Islam yang terjamin kebenarannya dan konsep
umum dalam bidang arsitektur lanskap. Ruang lingkup kajian hanya mencakup
konsep tekstual berdasarkan hasil studi literatur, tidak memberikan keluaran
berupa desain spesifik mengenai taman Islam.

Kerangka Pikir Penelitian
Dua hal yang mendasari pelaksanaan kajian ini adalah
1. hukum dasar dari perencanaan, desain, dan pengelolaan taman Islam, serta
2. perlunya kajian mendalam mengenai konsep taman Islam dengan menjadikan
Quran dan hadis sebagai sumber utama.
Kerangka pikir kajian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

4

2

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Islam sebagai Sebuah Produk Budaya
Jellicoe et al. (1995) menjelaskan mengenai perkembangan lanskap Islam
dalam satu kesatuan sebagai perkembangan kebudayaan pada area tengah. Mereka
menyebutkan bahwa kebudayaan Islam berhasil mengambil alih di area timur
pada tahun 1700-an. Di sisi lain, Lehrman (1980) menjelaskan perkembangan
taman dan lanskap Islami menggunakan pembagian lokasi. Terdapat beberapa
area yang disinyalir menjadi pusat perkembangan taman dan lanskap Islami, yaitu
Spanyol, Iran, India, dan beberapa negara lain (Afrika Utara dan Silicy, Mesir dan
Semenanjung Arab, Turki, Uzbekistan, dan Afghanistan).
Spanyol
Lehrman (1980) menerangkan bahwa bangsa Moor yang memeluk agama
Islam tiba di Spanyol pada awal abad ke-8. Mereka memperkenalkan budaya serta
ilmu pengetahuan, seni, dan pendidikan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan bangsa Eropa pada saat itu. Kemudian, pada abad ke-10, dilaporkan
bahwa telah terdapat ribuan taman di sepanjang kota Cordoba. Fireza (2007)
menerangkan bahwa taman Islami di Spanyol dapat dilihat dari desain patio
tradisional yang memanjang mengikuti kontur. Sebagai penutup dari dunia luar,
pada taman dibangun deretan pilar dengan arch yang masih bergaya Moorish.
Secara garis besar, pengaruh Islam terlihat pada (1) taman yang religius, sebagai
tempat spiritual dalam persiapan memasuki ibadah (Gambar 2), serta (2) tamantaman istana yang mengekspresikan surga dalam bentuk aliran empat sungai
surga.

Gambar 2 Halaman Mesjid Cordoba, Spanyol
Sumber: skyscrapercity.com
Iran
Penduduk Iran telah tinggal di kaki bukit dan lembah yang memiliki musim
dingin yang sangat dingin dan musim panas yang cukup panas semenjak lama.

5
Fireza (2007) menerangkan bahwa terdapat 4 unsur penting pada taman Persia
(Iran, Turkistan, dan Irak) tradisional, yaitu air, naungan, bunga, dan musik. Pada
umumnya, taman-taman Persia kuno didesain menjadi 4 bagian yang dipisahkan
oleh sungai atau kanal, berhubungan dengan kepercayaan Persia sebelum Islam
hadir, yaitu konsep kosmologi bahwa alam semesta dibagi menjadi 4 bagian oleh
4 sungai besar. Selain itu, hal tersebut juga terdapat dalam pendeskripsian surga
pada Kitab Injil Perjanjian Lama. Lehrman (1980) menyerangkan bahwa pada
abad ke-7, Islam pertama kali memasuki Iran bersama dengan bangsa Arab.
Kemudian, pada abad ke-16, Isfahan telah dikenal sebagai salah satu kota yang
terindah di dunia, dengan taman-taman yang konsep umumnya serupa dengan
taman yang dibuat oleh masyarakat muslim di Spanyol. Fireza (2007)
menyebutkan bahwa masyarakat muslim mengadaptasi konsep taman yang telah
ada sebelumnya dan mengkombinasikannya dengan penggambaran surga yang
didapatkan dalam Quran, antara lain, dengan menambahkan kolam sebagai
elemen air, menghilangkan figur makhluk hidup, menggunakan dua jenis pohon
yang cukup berarti bagi Muslim Persia saat itu (cemara sebagai lambang
kematian, serta kenari dan plum berbunga sebagai lambang kehidupan dan
harapan), dan hal-hal lainnya (Gambar 3).

Gambar 3 Lukisan taman Persia setelah masuknya pengaruh Islam dari Mongol
Sumber: electummagazine.com
India
Sejarah taman di India telah dimulai sejak sebelum Islam memasuki wilayah
tersebut, jauh sebelumnya di bawah perintah Raja Ashoka yang memiliki afiliasi
dengan agama Budha. Kemudian, penggambaran taman menjadi lebih
komprehensif pada masa Sultan Muslim yang pertama, dan pada
perkembangannya muncullah desain taman Mughal yang mengacu pada konsep
chahar bagh (segi empat) dengan air mancur dan ubin yang berwarna-warni.
Konsep taman pada masa kejayaan Islam di India pun tidak lepas dari pengaruh
bangsa Iran sebagai hasil interaksi, serta berkembang sesuai dengan setiap periode
kesultanan (Lehrman 1980). Fireza (2007) menyebutkan bahwa terdapat tiga
kawasan penting dalam perkembangan taman di India yang bergaya Mughul, yaitu
(1) kompleks Agra sebagai pusat administrasi kerajaan dengan bangunan

6
membentuk benteng yang dibuat dari batu merah serta bangunan marmer putih
yang elegan dengan makam yang indah sebagai isi utamanya, (2) jalan kerajaan
menuju Kashmir berupa sebuah prosesi yang indah dan berdiri seperti Tembok
Raksasa dari Himalaya, serta (3) Kota Kashmir itu sendiri yang dilukiskan sebagai
perwujudan dari kebahagiaan insan di dunia. Sisa-sisa kebudayaan Hindu
sebelumnya tetap dipertahankan dengan Taj Mahal sebagai karya terbesar dari
arsitektur Islam India (Gambar 4).

Gambar 4 Taj Mahal di India sebagai karya terbesar
Sumber: bugbog.com
Negara Lainnya
Lehrman (1980) mencatat negara-negara lainnya yang pada periode yang
sama perkembangannya dipengaruhi oleh Islam, termasuk dalam desain
tamannya. Terdapat Afrika Utara dan Silicy, Mesir dan semenanjung Arab, Turki
(Gambar 5), Uzbekistan, dan Afghanistan yang tercatat memiliki taman dengan
konsep umum yag cenderung serupa. Di Tunisia (Afrika Utara), taman dengan
tradisi budaya Islam pertama kali masuk pada abad ke-9, berupa taman yang luas,
bersifat geometrik, ditanami dengan berbagai macam tanaman, dan diirigasi
dengan baik.

Gambar 5 Lukisan Turki yang menggambarkan mengenai taman Islam
Sumber: turkishculture.org

7
Lehrman (1980) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kesamaan karakter
dari keseluruhan taman yang tercatat berkembang pada masa kejayaan Islam
tersebut. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut.
1. Order (urutan)
Kesamaan yang paling nyata dari hampir keseluruhan taman tersebut adalah
pada bentukan utamanya yang bersifat geometris. Geometris ini digunakan
karena diyakini dapat menyimbolkan keesaan Tuhan melalui penggambaran
yang jelas dan terbaca. Pada awalnya, taman-taman tidaklah berbentuk
geometris, sebagai contohnya taman bunga di Kabul memiliki aliran air yang
zigzag dan tidak terarah, tetapi Mughal mengubahnya menjadi geometris
karena merasa hal tersebut lebih indah dan menarik. Secara umum, bentukan
geometris dianggap memberikan sense yang berhubungan dengan spirit yang
terasa lebih besar daripada manusia itu sendiri (Gambar 6).

Gambar 6 Humayun’s Tomb, India, dengan kesan geometris yang kuat
Sumber: en.wikipedia.org
2. Space (ruang)
Sense of place pada taman sangat kuat, berkaitan dengan fungsi taman pada
tempat tersebut. Akan tetapi, tidak ada ukuran yang khusus dalam taman.
Space pada taman dan halaman yang berkembang pada masa kejayaan Islam
sangatlah bervariasi bergantung kepada penggunannya, masing-masing
memberikan pengalaman spasial yang berbeda-beda (Gambar 7).

Gambar 7 Alcázar of Seville, Spanyol
Sumber: Ansari (2011)

8
3. Form (bentukan)
Bentukan yang berkembang pada taman-taman di masa kejayaan Islam
sebenarnya sangat dipengaruhi oleh tradisi dan budaya setempat. Sebagai
contohnya, sebelum Islam hadir, telah dikenal empat elemen suci, yaitu air,
udara, api, dan tanah, serta telah terdapat keterangan dalam The Book of
Genesis bahwa Eden dibagi menjadi empat; kemudian diwujudkan dalam pola
chahar bagh (Gambar 8). Contoh lainnya adalah penggunaan dinding, hal ini
dilakukan untuk memanipulasi iklim mikro pada taman agar lebih sejuk dari
area di sekitarnya. Selain itu, beberapa elemen lainnya adalah air, paving,
vegetasi yang lebih didominasi oleh pepohonan evergreen sebagai simbol
keabadian, serta penggunaan ubin yang berwarna-warni dan dominasi dari
suara burung.

Gambar 8 Perkembangan pola chahar bagh (kiri ke kanan)
Sumber: Ansari (2011)
4. Texture (tekstur)
Tekstur yang digunakan pada taman Islam sangat beragam, tetapi secara umum
pengembangan tekstur terfokus pada tekstur yang lebih bersifat alami. Jika
tekstur dimodifikasi, hal ini tidak sampai mengubah tekstur alaminya secara
keseluruhan. Dalam taman, tidak hanya tekstur dari material perkerasan atau
bangunan saja yang dimodifikasi, tetapi tekstur dari vegetasi dan air pun turut
mendapat perhatian (Gambar 9).

Gambar 9 Modifikasi tekstur pada dinding taman
Sumber: images.google.com

9
5. Pattern (pola)
Selain bentukan geometris secara umum, pola yang digunakan pada taman
Islam adalah pola abstrak yang terus berkembang semakin kreatif, tidak hanya
berupa lingkaran dan segi empat. Inspirasi utama dari pola-pola tersebut adalah
tumbuhan, selain itu terdapat pula kaligrafi. Sementara itu, pola yang
terinspirasi dari penggambaran manusia dan hewan dihindari karena
dikhawatirkan dapat menjadi objek sesembahan atau menghina Tuhan.
Sekalipun penggunaan pola terlihat bebas, bagi seorang muslim yang
kontemplatif, pola dapat menjadi hal yang sangat menarik dan memiliki
banyak makna, seperti puisi (Gambar 10).

Gambar 10 Pola arabesque (tidak terputus)
Sumber: shutterstock.com
6. Light (cahaya)
Terdapat tiga aspek cahaya yang relevan pada taman-taman Islam. Pertama,
aspek kognitif, bergantung kepada persepsi yang terlihat dari bentukan,
kecerahan, dan warna cahaya pada lingkungan. Kedua, aspek estetis,
berhubungan dengan kesadaran sensual dan emosional, umumnya didapatkan
dari cahaya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Aspek ketiga adalah aspek
simbolis, menjadi penghubung dua aspek sebelumnya sekaligus memberikan
pemahaman mengenai kehidupan (Gambar 11).

Gambar 11 Ilustrasi penerangan dalam taman Islam di malam hari
Sumber: flickr.com

10
7. Movement (pergerakan)
Sense of movement dalam taman Islam sangat jelas dan terarah, hal ini
disebabkan oleh dominasi dari karakter formal dan aksialnya. Terdapat banyak
aspek pergerakan dalam taman selain pergerakan dari pengunjung. Aspek
pergerakan lainnya yang dominan dan menonjol adalah pergerakan air yang
kontinu dan tidak berubah, hal ini memberikan ketertarikan dan kekonstanan
yang hidup pada lingkungannya (Gambar 12).

Gambar 12 Pergerakan air dalam taman Alhambra, Spanyol
Sumber: gardener.ru

Konsep Dasar Ajaran Islam
Nasuha (2009) menjelaskan bahwa Islam pada hakikatnya sangat luas, tetapi
secara sederhana Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu akidah,
syariah, dan akhlak. Pembagian konsep dasar ajaran Islam menjadi tiga bagian ini
merupakan pendapat paling umum yang disetujui oleh mayoritas ulama.
Berkenaan dengan ranah pertama dalam Islam (akidah), Omer (2012)
menyebutkan bahwa inti dasar dari akidah adalah tauhid yang merupakan
pemahaman bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya zat yang layak untuk
disembah. Terdapat tiga jenis tauhid, yaitu tauhid uluhiyah (pengesaan Allah Swt.
dalam peribadatan, kepatuhan, kecintaan, ketakutan, dan ketaatan secara mutlak),
rububiyyah (keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta semua
makhluk dan penguasa seluruh alam), dan tauhid asma wa sifat (keyakinan akan
nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang tidak mungkin dimiliki oleh selainNya).
Sebagai ranah kedua dalam Islam, syariah, secara etimologis dan
terminologis memiliki pengertian yang berbeda dengan fikih. Marzuki (2013)
menyebutkan bahwa definisi dari syariah adalah seperangkat aturan yang

11
bersumber dari Allah Swt. dan Rasulullah Saw. untuk mengatur perbuatan
manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya (beribadah) maupun
dalam rangka berhubungan dengan sesamanya (bermuamalah). Sementara itu,
fikih memiliki pengertian sebagai penjelasan atau uraian yang lebih rinci dari apa
yang telah ditetapkan dalam syariah. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
pengertian dari hukum Islam mencakup kedua hal tersebut, yaitu syariah dan
fikih. Terdapat dua perbedaan hukum dasar antara ibadah dan muamalah. Hukum
dasar dari ibadah mahdhah adalah haram selama tidak terdapat aturan (baik ayat
dalam Quran maupun hadis yang bersumber shahih dari Rasulullah Saw.),
sedangkan hukum asal dari muamalah (hal-hal yang berkaitan dengan dunia)
adalah halal selama tidak ada aturan atau dalil yang mengharamkannya.
Sebagai ranah ketiga dalam Islam, yaitu akhlak, Marzuki (2009)
menyebutkan bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang berarti
tabiat, perangai, dan kebiasaan. Kata ini banyak ditemukan dalam hadits Nabi
Saw. Dalam perbedaharaan bahasa Indonesia, kata-kata yang setara maknanya
dengan akhlak adalah moral, etika, nilai, dan karakter. Sylviyanah (2013)
menyebutkan bahwa akhlak mulia merupakan pondasi utama dalam pembentukan
pribadi manusia. Untuk merealisasikan akhlak mulia ini, diperlukan sebuah
pembinaan yang terus-menerus semenjak dini.

3

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengenai kajian konsep taman Islam berdasarkan
kandugan Quran dan hadis tidak ditentukan secara spesifik karena kajian lebih
bersifat tekstual dan memfokuskan pada dua sumber hukum Islam yang utama,
yaitu Quran dan hadis, serta menggunakan literatur-literatur lainnya berupa buku
dan jurnal hasil penelitian sebelumnya sebagai pembanding. Kegiatan penelitian
dilaksanakan selama empat belas minggu, yaitu sejak bulan Februari hingga Juni
2014.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi
pustaka mencakup beberapa hal, yaitu
1. dasar hukum dan batasan syariah pada taman Islam yang sesuai dengan syariat
Islam,
2. rekomendasi elemen dan karakter taman Islam dengan mengacu pada
penggambaran taman surga dalam Quran dan hadis, serta
3. perbedaan antara konsep taman Islam yang berkembang saat ini dengan konsep
taman Islam berdasarkan kandungan Quran dan hadis dan konsep umum pada
bidang arsitektur lanskap.

12
Terdapat tiga rujukan utama dalam studi pustaka. Ketiga rujukan tersebut
adalah
1. Quran sebagai sumber hukum utama dalam ajaran Islam beserta dua jenis
tafsirnya, yaitu Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibnu Katsir,
2. enam kitab hadis yang paling populer, yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan At-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu
Majah, serta
3. sumber-sumber literatur ilmiah lainnya berupa buku, jurnal, dan hasil
penelitian sebelumnya yang terkait dengan taman Islam maupun bidang
arsitektur lanskap secara umum.

Prosedur Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis isi (content
analysis) (Berg dan Lune 2011, dengan modifikasi) yang terdiri atas tiga tahapan,
yaitu mengumpulkan data, mengidentifikasi dan menyeleksi data, serta memilih
indikator untuk menentukan konsep taman yang sesuai dengan konsep ajaran
Islam. Setelah ketiga tahapan tersebut selesai, dilakukan validasi hasil studi
dengan mengirimkan keseluruhan hasil kajian kepada pakar untuk dinilai dan
diberikan kritik saran yang membangun. Berikut adalah langkah-langkah yang
dilakukan dalam studi konsep taman Islam.
Pengumpulan Data
Data utama yang dikumpulkan adalah berupa ayat-ayat dari Quran beserta
tafsirnya, hadis-hadis, dan literatur lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
dasar hukum mengenai taman Islam, batasan-batasan konsep taman Islam secara
syariah, serta perumusan konsep taman Islam dengan mengacu pada
penggambaran elemen dan karakter dari taman surga dalam Quran dan hadis.
Berikut adalah penjelasan sumber-sumber data yang digunakan.

1

2

3

Gambar 13 Quran dan terjemahnya (1), Tafsir Jalalain (2), dan Tafsir Ibnu Katsir
(3)
Sumber: images.google.com

13
1. Quran
Al-Qaththan (2013) menjelaskan bahwa para ulama menyebutkan definisi
Quran dengan khusus, yaitu firman Allah Swt. yang diturunkan kepada
Muhammad Saw., yang pembacaannya menjadi suatu ibadah. Kata ‘kalam’ yang
dimaksud dalam definisi ini merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh
jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah Swt. yang menjadikannya
kalamullah menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam
manusia, jin, atau malaikat.
Sebagai sumber hukum pertama umat Islam, Quran memperoleh perhatian
intensif dari umatnya, terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata yang gharib
(aneh atau asing) atau dalam mena’wilkan suatu redaksi kalimat. Maka, dalam
mendefinisikan lebih lanjut setiap ayat Quran, dibutuhkan tafsir Quran sebagai
bantuannya. Terdapat dua tafsir yang digunakan dalam kajian ini, yaitu Tafsir
Jalalain dan Tafsir Ibnu Katsir (Gambar 13).
a. Tafsir Jalalain
Tafsir Al-Jalalain ditulis oleh dua orang, yaitu Jalaluddin Al-Mahalliy dan
Jalaluddin Asy-Syuyuthi (Al-Qaththan 2013). Tafsir Jalalain tergolong tafsir
yang sangat dasar. Zuhdi (2011) menerangkan bahwa Tafsir Jalalain termasuk
ke dalam golongan tafsir yang menggunakan model penafsiran objektiftradisionalis. Model penafsiran ini mengisyaratkan bahwa pemahaman Quran
haruslah sesuai atau tidak boleh jauh dari bunyi teks ayatnya. Oleh karena itu,
penafsiran dengan Tafsir Jalalain bersifat sangat dasar dan hanya
memperdebatkan wilayah gramatikal kebahasaan semata, tidak melihat pesan
moral di balik ayat yang ditafsirkannya.
b. Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim) ditulis oleh Imaduddin Abu
Fida’ Ismail bin Amr bin Katsir dan termasuk tafsir terkemuka dan
termasyhur, terutama dalam pendekatan tafsir bil-ma’tsur (mendefinisikan
ayat Quran dengan ayat lainnya atau hadis yang relevan). Keistimewaan
Tafsir Ibnu Katsir terletak pada seringnya memberikan peringatan akan
riwayat-riwayat yang berbau Israiliyat (berita-berita yang diceritakan Ahli
Kitab—yang berpegang pada Taurat dan Injil—yang masuk Islam) dan
memaparkan masalah-masalah hukum yang ada dalam berbagai mazhab,
kemudian mendiskusikannya secara komprehensif (Al-Qaththan 2013).
2. Hadis
Menurut ahli hadis, istilah hadis bermakna sebagai apa yang disandarkan
kepada Nabi Saw., berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau,
baik sebelum kenabian maupun sesudahnya. Menurut ahli ushul fikih, yang
termasuk di dalam hadis adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang
disandarkan kepada Nabi Saw. setelah kenabian karena konsekuensinya adalah
dikerjakan (Al-Qaththan 2004). Arifin (2012) menyebutkan bahwa diterimanya
hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam merupakan suatu keniscayaan. Hal
ini didasari oleh dua sebab, yaitu a) berdasarkan ruang lingkup dan jangkauan
Quran, dan b) keterbatasan manusia dalam memahami petunjuk Quran.
Al-Qaththan (2004) menerangkan bahwa terdapat beberapa metode dalam
pembukuan dan penyusunan hadis. Dua di antaranya adalah metode pengumpulan
hadis berdasarkan semua bab pembahasan agama (seperti kitab-kitab Al-Jawami’)
dan metode penulisan hadis berdasarkan pembahasan fikih. El-Rashed (2010)

14
menyebutkan bahwa dalam khazanah hadis, terdapat enam kitab hadis induk yang
menjadi rujukan utama karena kelebihannya dalam aspek validitas dan akurasi
hadis. Keenam kitab tersebut yang kemudian digunakan dalam studi pustaka
dengan penjelasannya masing-masing sebagai berikut.

Gambar 14 Ilustrasi aplikasi Ensiklopedi Hadis 9 Imam
Sumber: Lidwa (2011)
a.

b.

c.

Shahih Bukhari
Shahih Al-Bukhari (Al-Jami’ Ash-Shahih) ditulis oleh Al-Imam Abu
‘Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari (194-256 H). Kitab hadis ini
merupakan kitab yang paling akurat dan komprehensif jika dibandingkan
dengan yang lain. Al-Bukhari adalah orang pertama yang menyusun dan
membukukan hadis shahih, diawali dengan Kitab Bad’u Al-Wahyu dan
Kitabul Iman, kemudian diakhiri dengan Kitabut Tauhid dengan keseluruhan
berjumlah 97 kitab. Dalam kajian ini, untuk memudahkan proses pencarian,
kitab Shahih Bukhari diakses menggunakan perangkat lunak Ensiklopedi
Hadis 9 Imam yang dikembangkan oleh Lidwa (2011) (Gambar 14).
Shahih Muslim
Shahih Muslim (Al-Jami’ Ash-Shahih) ditulis oleh Imam Abul Husain
Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi (wafat 261 H). Kitab hadis ini
berisi kumpulan riwayat hadis yang shahih saja sesuai dengan syarat yang
telah ditentukan oleh Imam Muslim. Total dari keseluruhan kitabnya adalah
sejumlah 54 kitab. Dalam kajian ini, untuk memudahkan proses pencarian,
kitab Shahih Muslim diakses menggunakan perangkat lunak Ensiklopedi
Hadis 9 Imam yang dikembangkan oleh Lidwa (2011).
Sunan Tirmidzi
Sunan Tirmidzi (Jami’ At-Tirmidzi) ditulis oleh Imam Abu Isa Muhammad
bin Isa At-Tirmidzi (wafat 279 H). Kitab hadis ini berisi kumpulan hadis
shahih, hasan, dan dhaif (lemah) dengan sebagian besar dijelaskan derajat
hadisnya, diawali dengan bab Thaharah dan diakhiri dengan bab Al-Manaqib.
Dalam kajian ini, untuk memudahkan proses pencarian, kitab Sunan AtTirmidzi diakses menggunakan perangkat lunak Ensiklopedi Hadis 9 Imam
yang dikembangkan oleh Lidwa (2011).

15
d.

Sunan Abu Dawud
Sunan Abu Dawud merupakan kitab hadis yang ditulis dengan metode
berdasarkan pembahasan fikih. Penulis dari kitab hadis ini adalah Sulaiman
bin Asy’ats As-Sijitsani (wafat 275 H). Dalam kajian ini, untuk memudahkan
proses pencarian, kitab Sunan Abu Dawud diakses menggunakan perangkat
lunak Ensiklopedi Hadis 9 Imam yang dikembangkan oleh Lidwa (2011).
e. Sunan An-Nasa’i
Sunan An-Nasa’i merupakan kitab hadis yang ditulis dengan metode
berdasarkan pembahasan fikih. Penulis dari kitab hadis ini adalah
Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i (wafat 303 H). Dalam kajian
ini, untuk memudahkan proses pencarian, kitab Sunan An-Nasa’i diakses
menggunakan perangkat lunak Ensiklopedi Hadis 9 Imam yang
dikembangkan oleh Lidwa (2011).
f. Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibnu Majah merupakan kitab hadis yang ditulis dengan metode
berdasarkan pembahasan fikih. Penulis dari kitab hadits ini adalah
Muhammad bin Yazid bin Majah Al-Qazwini (wafat 275 H). Dalam kajian
ini, untuk memudahkan proses pencarian, kitab Sunan Ibnu Majah diakses
menggunakan perangkat lunak Ensiklopedi Hadis 9 Imam yang
dikembangkan oleh Lidwa (2011).
3. Literatur lainnya
Literatur lainnya yang digunakan berupa buku dan jurnal terkait mengenai
hukum Islam, studi taman Islam, dan mengenai taman secara keseluruhan.
Beberapa buku rujukan disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Beberapa buku rujukan lain sebagai sumber pustaka
Sumber: images.google.com

16
Identifikasi dan Seleksi Data
Pada tahapan ini, data yang telah diperoleh berdasarkan hasil pencarian
sebelumnya diidentifikasi ulang dan diseleksi ke dalam tiga bagian. Ketiga bagian
tersebut adalah
1. kedudukan hukum dan batasan syariah dalam perencanaan, desain, dan
pengelolaan taman Islam,
2. rekomendasi elemen dan karakter taman Islam berdasarkan penggambaran
elemen dan karakter taman surga pada Quran dan hadis, serta
3. perbedaan konsep taman Islam yang berkembang saat ini dengan konsep
taman Islam berdasakan Quran dan hadis dan konsep umum pada bidang
arsitektur lanskap.
Gambar 16 menyajikan alur pencarian data semenjak awal hingga mendapatkan
hasil untuk diidentifikasi ulang dan diseleksi sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 16 Alur penelitian
Pemilihan Indikator untuk Menentukan Konsep Taman Islam Berdasarkan
Kandungan Quran dan Hadis
Setelah identifikasi dan seleksi data, dilakukan pemilihan indikator untuk
mendapatkan konsep taman Islam yang diinginkan, yaitu konsep taman Islam
berdasarkan kandungan dari Quran dan hadis. Pemilihan ini dilakukan untuk
merinci keseluruhan hasil kajian agar lebih spesifik dan jelas. Secara umum,
indikator konsep taman Islam dibagi menjadi tiga, yaitu kedudukan hukum dan

17
batasan taman berdasarkan syariah, rekomendasi elemen dan karakter taman surga
yang dapat diterapkan pada taman Islam di dunia, serta perbandingan antara
konsep taman Islam yang telah berkembang saat ini dengan konsep taman Islam
berdasarkan kandungan Quran dan hadis yang telah dikaji sebelumnya. Gambar
17 secara umum menyajikan turunan konsep taman Islam berdasarkan kandungan
Quran dan hadis dari hasil studi literatur.
Konsep Taman Islam berdasarkan Kandungan Quran dan Hadis

Kedudukan Hukum
dan Batasan Taman
Berdasarkan Syariah
1. Elemen yang
Dilarang pada
Taman
2. Karakter yang
Dilarang pada
Taman
3. Aktivitas yang
Dilarang pada
Taman

Rekomendasi Elemen
dan Karakter pada
Taman
1. Rekomendasi
Elemen (Elemen
Taman dan Desain)
2. Rekomendasi
Karakter (Fisik,
Nonfisik, dan
Pengguna)

Perbandingan Konsep
Taman Islam yang
Berkembang Saat ini
dengan Konsep Taman
Islam Berdasarkan
Kandungan Quran dan
Hadis serta Konsep
Umum dalam Bidang
Arsitektur Lanskap

Gambar 17 Turunan konsep taman Islam berdasarkan hasil studi literatur
Validasi Konsep Taman Islam
Validasi konsep taman Islam yang telah dirumuskan berdasarkan hasil
kajian dilakukan dengan cara memberikan keseluruhan hasil kajian kepada dua
orang pakar agama Islam yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing.
Kedua pakar yang berasal dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor membaca
keseluruhan hasil kajian, kemudian memberikan masukan secara umum mengenai
substansi dari kajian tersebut. Tabel 1 menyajikan daftar nama pakar dan bidang
kompetensinya.
Tabel 1 Daftar nama pakar dan bidang kompetensi
No
Nama
1 K. H. Badruddin H. Subky, M.H.I
2 Dr. H. Ibdalsyah, M. A.

Kompetensi
Pakar tafsir Quran
Pakar tafsir hadis

Untuk penulisan selanjutnya dalam hasil penelitian, digunakan model
penulisan berupa nomor surat dan nomor ayat di dalam kurung (x:yy) untuk
menuliskan sitasi ayat Quran, serta nama perawi dan nomor hadis (HR x no. y)
untuk menuliskan sitasi hadis.

18

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kedudukan Hukum Taman Islam
Konsep Muamalah dalam Islam
Sabiq (2006) menerangkan bahwa universalitas Islam bermakna risalah
Islam yang mencakup seluruh umat manusia di segala masa, dengan beberapa
bukti berikut: a) pada dasarnya tidak terdapat hal-hal yang sulit untuk dipercaya
dan dilaksanakan, b) pada dasarnya hal-hal yang tidak dipengaruhi waktu seperti
masalah akidah dan ibadah telah dijelaskan secara sempurna dan terperinci
sehingga tidak usah ditambah atau dikurangi lagi, sedangkan hal-hal yang
memungkinkan mengalami perubahan karena perbedaan situasi dan kondisi, yaitu
muamalah, cukup ditetapkan garis besarnya agar dapat mengikuti perkembangan
kepentingan manusia, serta c) pada dasarnya seluruh ajaran Islam dimaksudkan
untuk menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta)
manusia.
Qardhawi (2000) menerangkan bahwa dasar pertama yang ditetapkan dalam
Islam mengenai muamalah adalah tentang kehalalan dan kemubahan segala
sesuatu benda yang diciptakan oleh Allah Swt. Maksud dari hal tersebut adalah
tidak ada satu pun yang haram kecuali terdapat dalil yang sah dan tegas yang
mengharamkannya. Hal ini sesuai pula dengan firman Allah Swt. dalam QS AlBaqarah yang artinya, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (2:29). Pada ayat tersebut,
ditekankan bahwa segala yang ada di bumi pada dasarnya diciptakan untuk
manusia, sebagai khalifah di muka bumi (Ar-Rifa’i 2000a).
Hal senada juga terdapat dalam hadis riwayat Daraquthni, seperti dikutip
dalam Qardhawi (2000), yaitu, “Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah
ta’ala telah mewajibkan beberapa perkara, maka janganlah kamu
meninggalkannya dan telah menetapkan beberapa batas, maka janganlah kamu
melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu
melanggarnya dan Dia telah mendiamkan beberapa perkara sebagai rahmat
bagimu bukan karena lupa, maka janganlah kamu membicarakannya.” Qardhawi
(2000) melanjutkan bahwa berdasarkan hadis tersebut, menjadi jelas bahwa
kaidah asal segala sesuatu adalah halal, tidak hanya terbatas masalah benda, tetapi
meliputi pula segala perbuatan dan pekerjaan yang tidak termasuk ke dalam
ibadah, atau diistilahkan sebagai muamalah. Pokok masalah ini tidak haram dan
tidak terikat, kecuali sesuatu yang memang oleh syar’i sendiri telah diharamkan.
Seni, Kreativitas, dan Taman dalam Islam
PPPB (1991) menjelaskan bahwa seni memiliki definisi sebagai
kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi atau luar biasa.
Seringkali, seni dipandang sebagai suatu hal yang kontroversial dalam kehidupan
seorang muslim. Bahkan, pemahaman mengenai Islam yang belum menyeluruh
seringkali mengakibatkan seorang muslim mengharamkan seni yang sebenarnya
diizinkan dalam Islam. Qardhawi (2004) menerangkan bahwa sebenarnya Islam

19
sangat berpihak, membenarkan, dan b