Pengukuran Karakteristik Akustik Sumber Daya Perikanan di Laguna Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Oleh:
Arief Wijaksana
C64102055

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Juli 2008

ARIEF WIJAKSANA
C64102055

RINGKASAN
ARIEF WIJAKSANA. Pengukuran Karakteristik Akustik Sumber Daya
Perikanan Di Laguna Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Dibimbing
oleh INDRA JAYA dan SRI PUJIYATI.
Karakteristik akustik di perairan Laguna Soa Besar gugusan Pulau Pari
Kepulauan Seribu belum diketahui dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini
ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik akustik sumber daya
ikan di perairan tersebut.
Pengambilan data akustik dilakukan pada tanggal 2 Juni dengan
menggunakan instrumen akustik Scientific Echosounder Biosonics DT6000
berfrekuensi 200 KHz. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Visual
Analyzer 4.1.

Perairan Laguna Soa Besar termasuk laguna besar dengan kisaran
kedalaman 10,3 – 40,6 meter dan memiliki kedalaman rata–rata 30,6 meter. Hasil
deteksi sebaran ikan menunjukkan keragaman yang cukup tinggi dengan nilai SV
berkisar antara 830,24 dB s.d. 889,93 dB. Jumlah ikan yang terdeteksi relatif
banyak dengan sebaran tertinggi pada kedalaman 18,0 – 21,0 m yang terletak di
tengah kolom perairan. Ikan yang terdeteksi sebagian besar tergolong ikan kecil
yaitu sekitar 81,3% dari total target yang terdeteksi, dugaan kisarannya yaitu 3,9 –
5,1 cm, atau dengan sebaran TS antara 856 sampai 850 dB.
Rata8rata keseluruhan kepadatan adalah sebesar 8,3 ekor/m3. Banyaknya
ikan yang terdeteksi dalam perairan tersebut diduga disebabkan adanya
kandungan plankton yang cukup tinggi serta kondisi perairan yang relatif baik.

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Arief Wijaksana
C64102055

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SKRIPSI

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Departemen

: PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK

SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA
GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
: Arief Wijaksana
: C64102055
: Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP 131 578 799

Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si.
NIP 131 999 591

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Prof. Dr. Ir Indra Jaya, M.Sc.
NIP 131 578 799

Tanggal lulus : 16 Mei 2008

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia8
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
“Pengukuran Karakteristik Akustik Sumber Daya Perikanan Di Laguna
Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu “.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si.
selaku pembimbing yang memberikan bimbingan dan masukan serta
para dosen dan staf Ilmu dan Teknologi Kelautan yang turut membantu
melancarkan penyusunan skripsi ini.
2. Ayahanda Saino, Ibunda Lestari, kakak dan adik tercinta yang telah
memberikan dukungan moril kepada penulis.
3. Teman – teman asrama Sylvalestari, ITK 39, kakak dan adik kelas ITK
serta semua pihak yang telah memberi bantuan dan semangat kepada

penulis selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berarti bagi
penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Bogor, Juli 2008

Arief Wijaksana

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL . ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN . ............................................................................... xi
1. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3

2.1. Keadaan umum lokasi penelitian ........................................................ 3
2.2. Metode akustik.................................................................................... 5
2.3. Scientific Echosounder BIOSONICS DT–X ..................................... 7
2.4. Target Strength (TS) ........................................................................... 8
2.5. Volume Backscattering Strength (Sv) ............................................... 12
2.6. Pendugaan densitas ikan dengan sistem akustik beam terbagi ......... 14
2.7. Ikan karang sebagai target................................................................. 15
3. METODE PENELITIAN .......................................................................17
3.1. Waktu dan tempat penelitian............................................................. 17
3.2. Peralatan penelitian ........................................................................... 17
3.3. Penentuan lokasai survei ................................................................... 19
3.4. Kalibrasi Transducer......................................................................... 20
3.5. Pengambilan data .............................................................................. 20
3.6. Pengolahan dan analisis data............................................................. 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22
4.1. Dimensi fisik goba ........................................................................... 22
4.2. Sebaran scattering volume coefficient/strength (Sv) ....................... 23
4.3. Jumlah target tunggal yang terdeteksi.............................................. 27
4.4. Sebaran Target Strength (TS) per jumlah target.............................. 29
4.5. Sebaran densitas ikan seluruh lintasan............................................. 31

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 33
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 33
5.2. Saran................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34

LAMPIRAN................................................................................................... 36
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 62

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kategori ukuran dugaan dan kategori ikan berdasarkan nilai TS
(Foote, 1987a) ..............................................................................................31

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Goba Pulau Pari.....................................................................................4
2. Scientific Echosounder Biosonics DT–X...………………………………...8
3. Blok diagram peralatan elektronik untuk mengukur TS…………………...9
4. Peta lokasi penelitian...................................................................................18
5. Lintasan survei akustik................................................................................19

6. Kontur kedalaman goba Pulau Pari..............................................................23
7. Sv Lintasan A–B, rata8rata kedalaman 23.44 m...........................................23
8. Sv Lintasan B–C rata8rata kedalaman 25.70 m...........................................24
9. Sv Lintasan C–D rata8rata kedalaman 31.96 m.............................................24
10. Sv Lintasan D–E rata8rata kedalaman 34.68 m...........................................24
11. Sv Lintasan E–F rata8rata kedalaman 34.72 m............................................25
12. Sv Lintasan F–G rata8rata kedalaman 32,19 m............................................25
13. Sv Lintasan G–H rata8rata kedalaman 33,38...............................................25
14. Sv Lintasan H– I rata8rata kedalaman 34,81 m...........................................26
15. Sv Lintasan I–J rata8rata kedalaman 31,57 m.............................................26
16. Jumlah target tunggal per strata/kedalaman................................................28
17. Jumlah target tiap target strength................................................................30
18. Densitas ikan (ekor/m3) seluruh lintasan.....................................................32

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Oleh:
Arief Wijaksana

C64102055

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Juli 2008


ARIEF WIJAKSANA
C64102055

RINGKASAN
ARIEF WIJAKSANA. Pengukuran Karakteristik Akustik Sumber Daya
Perikanan Di Laguna Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Dibimbing
oleh INDRA JAYA dan SRI PUJIYATI.
Karakteristik akustik di perairan Laguna Soa Besar gugusan Pulau Pari
Kepulauan Seribu belum diketahui dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini
ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik akustik sumber daya
ikan di perairan tersebut.
Pengambilan data akustik dilakukan pada tanggal 2 Juni dengan
menggunakan instrumen akustik Scientific Echosounder Biosonics DT6000
berfrekuensi 200 KHz. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Visual
Analyzer 4.1.
Perairan Laguna Soa Besar termasuk laguna besar dengan kisaran
kedalaman 10,3 – 40,6 meter dan memiliki kedalaman rata–rata 30,6 meter. Hasil
deteksi sebaran ikan menunjukkan keragaman yang cukup tinggi dengan nilai SV
berkisar antara 830,24 dB s.d. 889,93 dB. Jumlah ikan yang terdeteksi relatif
banyak dengan sebaran tertinggi pada kedalaman 18,0 – 21,0 m yang terletak di
tengah kolom perairan. Ikan yang terdeteksi sebagian besar tergolong ikan kecil
yaitu sekitar 81,3% dari total target yang terdeteksi, dugaan kisarannya yaitu 3,9 –
5,1 cm, atau dengan sebaran TS antara 856 sampai 850 dB.
Rata8rata keseluruhan kepadatan adalah sebesar 8,3 ekor/m3. Banyaknya
ikan yang terdeteksi dalam perairan tersebut diduga disebabkan adanya
kandungan plankton yang cukup tinggi serta kondisi perairan yang relatif baik.

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Arief Wijaksana
C64102055

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SKRIPSI

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Departemen

: PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK
SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA
GUGUSAN
PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU
: Arief Wijaksana
: C64102055
: Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP 131 578 799

Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si.
NIP 131 999 591

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir Indra Jaya, M.Sc.
NIP 131 578 799

Tanggal lulus : 16 Mei 2008

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia8
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
“Pengukuran Karakteristik Akustik Sumber Daya Perikanan Di Laguna
Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu “.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si.
selaku pembimbing yang memberikan bimbingan dan masukan serta
para dosen dan staf Ilmu dan Teknologi Kelautan yang turut membantu
melancarkan penyusunan skripsi ini.
2. Ayahanda Saino, Ibunda Lestari, kakak dan adik tercinta yang telah
memberikan dukungan moril kepada penulis.
3. Teman – teman asrama Sylvalestari, ITK 39, kakak dan adik kelas ITK
serta semua pihak yang telah memberi bantuan dan semangat kepada
penulis selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berarti bagi
penulis. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Bogor, Juli 2008

Arief Wijaksana

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL . ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN . ............................................................................... xi
1. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1. Keadaan umum lokasi penelitian ........................................................ 3
2.2. Metode akustik.................................................................................... 5
2.3. Scientific Echosounder BIOSONICS DT–X ..................................... 7
2.4. Target Strength (TS) ........................................................................... 8
2.5. Volume Backscattering Strength (Sv) ............................................... 12
2.6. Pendugaan densitas ikan dengan sistem akustik beam terbagi ......... 14
2.7. Ikan karang sebagai target................................................................. 15
3. METODE PENELITIAN .......................................................................17
3.1. Waktu dan tempat penelitian............................................................. 17
3.2. Peralatan penelitian ........................................................................... 17
3.3. Penentuan lokasai survei ................................................................... 19
3.4. Kalibrasi Transducer......................................................................... 20
3.5. Pengambilan data .............................................................................. 20
3.6. Pengolahan dan analisis data............................................................. 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22
4.1. Dimensi fisik goba ........................................................................... 22
4.2. Sebaran scattering volume coefficient/strength (Sv) ....................... 23
4.3. Jumlah target tunggal yang terdeteksi.............................................. 27
4.4. Sebaran Target Strength (TS) per jumlah target.............................. 29
4.5. Sebaran densitas ikan seluruh lintasan............................................. 31
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 33
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 33
5.2. Saran................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34

LAMPIRAN................................................................................................... 36
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 62

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kategori ukuran dugaan dan kategori ikan berdasarkan nilai TS
(Foote, 1987a) ..............................................................................................31

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Goba Pulau Pari.....................................................................................4
2. Scientific Echosounder Biosonics DT–X...………………………………...8
3. Blok diagram peralatan elektronik untuk mengukur TS…………………...9
4. Peta lokasi penelitian...................................................................................18
5. Lintasan survei akustik................................................................................19
6. Kontur kedalaman goba Pulau Pari..............................................................23
7. Sv Lintasan A–B, rata8rata kedalaman 23.44 m...........................................23
8. Sv Lintasan B–C rata8rata kedalaman 25.70 m...........................................24
9. Sv Lintasan C–D rata8rata kedalaman 31.96 m.............................................24
10. Sv Lintasan D–E rata8rata kedalaman 34.68 m...........................................24
11. Sv Lintasan E–F rata8rata kedalaman 34.72 m............................................25
12. Sv Lintasan F–G rata8rata kedalaman 32,19 m............................................25
13. Sv Lintasan G–H rata8rata kedalaman 33,38...............................................25
14. Sv Lintasan H– I rata8rata kedalaman 34,81 m...........................................26
15. Sv Lintasan I–J rata8rata kedalaman 31,57 m.............................................26
16. Jumlah target tunggal per strata/kedalaman................................................28
17. Jumlah target tiap target strength................................................................30
18. Densitas ikan (ekor/m3) seluruh lintasan.....................................................32

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peralatan yang digunakan saat penelitian………….……………………….36
2. Spesifikasi perangkat Scientific Echosounder Biosonics DT–X..................37
3. Horizontal Integration Results (data hasil olahan Biosonics DT–X, file
gabungan 1)………………………………………………………………...38
4. Volume Backscattering Strength (dB) (data hasil olahan Biosonics
DT–X, file gabungan1)…………………………………………………......39
5. Absolute Density Distribution Matrix (In Number Per Cubic Meter)
(data hasil olahan Biosonics DT–X, file gabungan 1)……………………..43
6. Target Strength Distribution (dB) Per Strata (data hasil olahan
Biosonics DT–X, file gabungan 1)……………………………………..….47
7. Target Strength Distribution (data hasil olahan Biosonics DT–X,
file gabungan 1)………………………………………………………..…...49
8. Horizontal Integration Results (data hasil olahan Biosonics DT–X,
file gabungan 2)……………………………………………………………50
9. Volume Backscattering Strength (dB) (data hasil olahan Biosonics
DT–X, file gabungan 2)……………………………………………………51
10.

Absolute Density Distribution Matrix (In Number Per Cubic

Meter) (data hasil olahan Biosonics DT–X, file gabungan 2)……………..55
11.

Target Strength Distribution (dB) Per Strata (data hasil olahan

Biosonics DT–X, file gabungan 2)…………………………………………59
12.

Target Strength Distribution (data hasil olahan Biosonics DT–X,

file gabungan 2)………………………………………………….…………61

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kepulauan Seribu merupakan salah satu perairan laut dimana kondisinya
masih relatif baik untuk pertumbuhan berbagai biota laut. Salah satu biota laut
yang potensial adalah ikan, yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mengandung
gizi yang cukup tinggi serta sebagai sumber protein hewani bagi manusia.
Gugusan Pulau Pari terdapat di kawasan Kepulauan Seribu yang memiliki
kondisi perairan cukup baik dengan ditandai tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi (Pratiwi, et. al., 1997). Menurut Darmayati (2002), hasil peneltitian yang
telah dilakukan sejak 1962 telah menunjukkan bahwa fauna laut di Gugusan Pulau
Pari memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Selain itu sumberdaya
perikanannya juga cukup potensial, baik berupa ikan maupun sumberdaya bentik.
Perairan di gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, memiliki beberapa
laguna (goba). Laguna merupakan sebuah kawasan dangkal di pesisir lautan yang
terpisah dari lautan terbuka yang dibatasi oleh suatu tepian atau karang, biasanya
berupa terumbu karang. Dapat juga diartikan sebagai bagian perairan yang
terpisah seperti atol (Clapham, 1973).
Berdasarkan survei akustik oleh Nugroho, et. al. (2006) di Pulau Pari,
diketahui bahwa kondisi laut di sebelah Selatan Pulau Pari memiliki topografi
yang curam, kalau di sebelah Barat relatif landai. Kawasan tersebut memiliki laju
sedimentasi tinggi, tipe substrat berpasir, dan terdapat arus bawah yang cukup
kuat (Nugroho, et. al.,2006).
Penelitian keberadaan ikan di perairan Kepulauan Seribu dengan metode
hidroakustik pernah dilakukan oleh Asep (2006) yang berjudul ”Analisis

Pendugaan Target Strength Ikan Pelagis dengan Split Beam Acouctic System Di
Bawah Cahaya Pada Alat Tangkap Bagan” dengan hasil bahwa ikan8ikan yang
terdeteksi didominasi oleh ikan dengan ukuran Target Strength dari 860 dB
sampai 857 dB.
Informasi tentang sebaran dan kelimpahan ikan–ikan di kawasan Kepulauan
Seribu khususnya gugusan Pulau Pari sendiri belum diketahui dengan baik.
Penerapan metode akustik ini dipergunakan untuk pengamatan mengenai sebaran
dan pola sebaran ikan di kawasan tersebut, sehingga dimungkinkan dapat
melakukan penangkapan yang tepat dan optimal.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang
karakteristik akustik sumber daya perikanan di perairan laguna (goba) Gugusan
Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan umum lokasi penelitian
Kepulauan seribu merupakan kabupaten administrasi dari propinsi Daerah
Khusus Ibu kota Jakarta yang terdiri dari 108 pulau dengan dasar batu karang dan
30 pulau diantaranya terletak di Teluk Jakarta. Pulau Pari merupakan salah satu
gugusan pulau di kepulauan Seribu yang secara geografis terletak pada 5°50’21,4”
– 5°53’14,4” LS dan 106°33’58,6” – 106°38’10,5” BT. Kawasan ini mengalami
musim hujan pada bulan November sampai April dengan 10–20 hari hujan per
bulan dimana bulan Januari merupakan bulan terbasah. Musim kemarau terjadi
pada bulan Mei sampai Oktober dengan 4–10 hari hujan per bulan dimana bulan
terkering jatuh pada bulan Agustus. Musim Pancaroba terjadi antara bulan April –
Mei dan Oktober – November (Dinas Hidro8Oseanografi, 1986).
Di kawasan kepulauan Seribu bertiup dua jenis angin yaitu angin Barat dan
angin Timur. Angin Barat bertiup pada bulan Desember – Maret dengan arah
berkisar dari barat daya hingga barat laut. Kecepatan angin rata–rata 7–12 knot,
dan pada bulan Desember – Februari dapat melebihi 20 knot. Angin Timur terjadi
pada bulan Juni – September dengan kecepatan 7–15 knot, arah angin berkisar
antara timur laut dan tenggara (Dinas Hidro8Oseanografi, 1986).
Gugusan Pulau Pari terdiri dari 5 buah pulau, 8 buah Goba besar dan kecil
(lagoon), daerah rataan terumbu atau daerah pasang surut (reef flat) yang
merupakan daerah paling luas dan daerah pinggiran terumbu (tubir) yang
melingkarinya (reef edge). Kelima buah pulau tersebut antara lain pulau Tikus
dengan luas 1,31 ha, pulau Burung dengan luas 3,26 ha, pulau Kongsi dengan luas
1,63 ha, pulau Tengah dengan luas 5,46 ha dan pulau Pari dengan luas 43,07 ha.

Gugusan Pulau Pari terdapat beberapa goba yang terdiri dari goba Soa besar,
Kuanji, Labangan Pasir, Ciaris, Besar I, Besar II, Kurungan dan Buntu. Di
beberapa tempat terdapat beberapa koloran, yaitu berupa ”pintu masuk/keluar” di
daerah pinggiran terumbu yang menghubungkan perairan di dalam terumbu
dengan perairan di luarnya. Koloran–koloran tersebut yaitu koloran Besar, Legun
Dalam, Tanah Miring, Tenggang, Kelapa Tinggi dan Ciadung (Darsono, 1977).
Secara keseluruhan goba–goba tersebut memberikan ciri khas bagi gugusan
Pulau Pari, yang menjadikan daerah ini ideal untuk penelitian maupun tempat
rekreasi. Goba merupakan semacam kolam yang dalam di daerah terumbu dan
terlindung dari keadaan fisik laut terbuka. Goba yang dideteksi yaitu goba Soa
Besar. Goba ini terletak diantara Pulau Burung dengan Pulau Tikus (Gambar 1).
Rata–rata kedalamannya 6 meter, di beberapa tempat dijumpai kelompok–
kelompok terumbu (reef patches) (Darsono, 1977).

Sumber : Ismail et al., 1981

Gambar 1. Peta Goba Pulau Pari

2.2. Metode akustik
Metode akustik digunakan untuk menentukan perubahan kelimpahan stok
ikan, dengan menggunakan sistem pemancar yang memancarkan sinyal akustik
secara vertikal disebut echosounder, sedangkan yang memancarkan sinyal akustik
secara horizontal disebut sonar (Burczynski, 1982).
Sistem echosounder dan sonar umumnya terdiri dari lima komponen,
adapun kelima komponen tersebut yaitu (MacLennan and Simmonds, 1992):
1) transmitter berfungsi untuk menghasilkan pulsa listrik
2) transducer untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu juga
sebaliknya
3) receiver untuk menerima echo dari objek
4) peraga–perekam untuk mencatat hasil echo
5) time base digunakan untuk mengaktifkan pulsa.
Beberapa keunggulan dan keuntungan yang didapat dengan menggunakan
peralatan dan metode akustik dalam pendugaan kelimpahan dan distribusi
kelompok ikan (Maclennan, 1990):
a) Menghasilkan informasi tentang distribusi dan kelimpahan ikan secara cepat
dan mencakup kawasan luas.
b) Pendugaan stok ikan dilakukan secara langsung tanpa harus bergantung
kepada data statistik perikanan
c) Memiliki tingkat ketelitian dan ketepatan tinggi
d) Tidak berbahaya atau merusak karena frekuensi suara yang digunakan tidak
membahayakan baik bagi pemakai alat maupun target survei.

Metode beam terbagi pertama kali ditemukan oleh Ehrenberg (1984) yang
kemudian dikembangkan di Norwegia (Foote, 1987). Metode ini merupakan
metode baru yang dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan–kelemahan dari
metode sebelumnya seperti single beam method dan dual beam method.
Sistem akustik beam terbagi ini dilengkapi dengan transducer yang dibagi
menjadi empat bagian kuadran yaitu : fore (depan kapal), aft (buritan kapal), port
(sisi kiri kapal), starboard (sisi kanan kapal). Arah target ditentukan dengan
membandingkan sinyal yang diterima oleh setiap kuadran (MacLennan and
Simmonds, 1992).
Split beam echosounder menggunakan receiving transducer yang
merupakan penggabungan dari keempat kuadran dimana pemancaran gelombang
suara dilakukan dengan full beam dalam pemancarannya secara simultan.
Selanjutnya sinyal yang dipantulkan kembali dari target, diterima oleh masing–
masing kuadran secara terpisah, output dari masing–masing kuadran kemudian
digabung lagi untuk membentuk full beam dan dua set split beam (MacLennan
and Simmonds, 1992).
Split beam scientific echosounder modern memiliki fungsi time varied gain
(TVG) di dalam sistem perolehan data akustik. TVG ini berfungsi secara otomatis
untuk mengeliminasi pengaruh atenuasi yang disebabkan baik oleh geometrical
spreading dan absorbsi suara ketika merambat kedalam air. Ada dua tipe fungsi
TVG yang bekerja untuk echo tunggal yang disebut fungsi TVG 40 log R dan
yang bekerja untuk echo kelompok ikan yang disebut TVG 20 log R. Fungsi
keduanya yaitu menghasilkan sinyal amplitudo yang sama untuk ukuran yang
sama tanpa tergantung dari jarak target terhadap transducer sehingga kekuatan

echo hanya tergantung dari echo target strength yang bersangkutan (MacLennan
and Simmonds, 2005).
2.3.

Biosonics DT–X
Scientific Echosounder Biosonics DT–X (Gambar 2) merupakan suatu

instrumen akustik yang dibuat oleh Biosonics Inc. yaitu suatu perusahaan
konsultasi, permesinan dan manufaktur yang khusus bergerak dalam bidang
hidroakustik untuk memonitor dan menilai sumber daya hayati suatu perairan.
Perkembangan Scientific Echosounder Biosonics DT–X diawali pada tahun 1994
dimana diperkenalkan teknologi akustik yang benar–benar baru yaitu dengan
diciptakannya tranducer keramik yang membutuhkan lebih sedikit rangkaian
analog. Lebih sedikit rangkaian analog dan memiliki resolusi lebih tinggi , rasio
antara maximum signal level dari system hingga noise levelnya (dynamic range)
lebih luas serta lebih sedikit pengaruh noise (sinyal yang tidak diinginkan yang
bercampur dengan sinyal yang akan dihitung). Hal ini merupakan kelebihan dari
Scientific Echosounder Biosonics DT–X daripada instrumen akustik lainnya
(Biosonics, 2004).
Kelebihan lain dari Scientific Echosounder Biosonics DT–X yaitu satu–
satunya sistem hidroakustik yang proses digitasinya di dalam transducer. Alat ini
menggunakan prosesor yang terpasang dengan ethernet sampai ke operasi
komputer, selain itu juga mempunyai kisaran yang luas dari autonomous dan
wireless pada teknik penilaian yang memungkinkan untuk mendapatkan data
biologi dan fisik yang sebenarnya di suatu perairan (Biosonics, 2004).

Sumber: Biosonics (2004)

Gambar 2. Scientific Echosounder Biosonics DT–X
2.4.

(TS)
Target Strength (TS) didefinisikan sebagai kekuatan echo dari ikan atau

target lainnya (Ehrenberg, 1984). Dalam pendugaan stok ikan menggunakan
metode akustik, TS merupakan faktor yang penting untuk diketahui.
Pada saat gelombang akustik menginsonifikasi target dengan intensitas I(r),
suara akan disebarkan oleh target ke segala arah, beberapa akan dipantulkan
kembali sebagai echo dan diterima oleh receiver. Faktor yang paling penting
diketahui dalam pendugaan stok ikan adalah target strength. Kekuatan pantulan
Echo dari ikan atau target lainnya disebut target strength (Ehrenberg, 1984).
Target Strength dari ikan adalah nilai yang menunjukkan besarnya echo
(MacLennan dan Simmonds, 1992). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 3.

Sumber : MacLennan dan Simmonds, 1992

Gambar 3. Blok diagram peralatan elektronik untuk mengukur TS
Nilai target strength didefinisikan sebagai 10 kali nilai logaritma intensitas
suara yang dipantulkan, diukur pada jarak 1 meter dari ikan dibagi dengan
intensitas suara yang mengenai ikan (Johannesson dan Mitson, 1983). Nilai target
strength berhubungan erat dengan ukuran ikan, bentuk ikan, orientasi ikan
terhadap transducer, gelembung renang, spesies ikan, kecepatan renang ikan,
acoustic impedance dan beam pattern (MacLennan and Simmonds, 1992).
Secara akustik, ukuran panjang ikan berhubungan linear dengan scattering
cross section (σ) (σ = a L2) dimana σ: scattering cross section, a: normalized
target strength, dan L: panjang ikan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
TS = 20 log L + A ………………………………………….. (1)
dimana A adalah nilai target strength untuk 1 cm panjang ikan (normalized target
strength) yang tergantung dari spesies ikan itu sendiri (Foote, 1987a).
Dalam kenyataannya nilai 20 log L dalam persamaan (1) juga bervariasi
tergantung dari spesies ikan dan faktor instrumen yang digunakan. Ikan yang
mempunyai gelembung renang (bladder fish) pada umumnya nilai target strength

maksimum tidak tepat pada dorsal aspect, karena membentuk sudut terhadap
sumbu horizontal ikan sebesar 2,2°810° dengan rataan 5,6°, sedangkan ikan yang
tidak mempunyai gelembung renang (bladderless fish) nilai target strength
maksimum tepat pada dorsal aspect, kecuali untuk ikan yang bentuk tubuhnya
tidak streamline (Burczynski, 1982).
Ikan yang memiliki gelembung renang terbuka (bladder fish physostome),
nilai A pada persamaan (1) adalah 871.9 dB dan ikan dengan gelembung renang
tertutup (bladder fish physoclist) adalah 867.4 dB, sedangkan ikan yang tidak
mempunyai gelembung renang (bladderless fish) nilai A sebesar sebesar 880.0 dB
(Foote, 1987b).
Johannesson dan Mitson (1983) membagi target strength menjadi dua yaitu,
intensity target strength dan energy target strength.
Intensity target strength dirumuskan sebagai berikut :

TS i = 10 log
dimana :

Ir
………………………………………………………. (2)
Ii
TSi = intensity target strength
Ir

= reflected intensity; r = 1 m

Ii

= incident intensity

Energy target strength dirumuskan sebagai berikut :
TS e = 10 log

dimana :

Er
…………………………………………. …………..(3)
Ei

TSe = energy target strength
Er

= reflected energy; r = 1 m

Ei

= incident energy

Hubungan antara intensitas (I) dan energi (E) adalah sebagai berikut :
E = ∫ I (t) dt …………………………………………………. (4)
I = P2(rec)/ρc;
dimana :

I

= intensity

ρc = acoustic impedance
P(rec) adalah pressure yang diterima oleh receiver dari echosounder yang
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Foote, 1982):
P (rec) = s Gb 2σ …………………………………………. ..(5)
dimana :

s = bentuk gelombang dari sinyal echo
G = Cumulative gain
b2 = transmit dari receive beam pattern
σ = scattering cross section

Acoustic scattering cross section (σ) merupakan jumlah energi suara yang
dipantulkan ketika suatu obyek dikenai sinyal akustik. Backscattering cross
section (σbs) merupakan perbandingan intensitas suara yang dipantulkan oleh
target (Ir) dengan intensitas suara yang mengenai target (Ii) (Urick, 1983).

σ bs =
dimana :

Ir
……………………………………………….……..(6)
Ii

σbs

= backscattering cross section

Ir

= reflected intensity; r = 1 m

Ii

= incident intensity

sehingga persamaan (2) menjadi :
TSi = 10 log (σbs) …………………………………………… (7)
Selanjutnya gain (G) didefinisikan sebagai rasio intensitas suara pada suatu titik
kejauhan di dalam air saat menggunakan transducer dan input power yang

konstan pada omni directional transducer. Hubungan gain dengan directivitas
transducer (D) adalah :

G(α,β) = η. D (α,β) ……………………………………….…..(8)
Property echo dari target disebut sebagai acoustic backscattering cross Section

Pr 64π 3 4 2αr
(Urick, 1983) yaitu : σ =
r 10 ……………………………….….(9)
PtG 2 λ2
Secara umum property echo lebih sering disebut backscattering strength
daripada backscattering area (Johanesson dan Mitson, 1983). Persamaan yang
menyatakan backscattering strength adalah:
Sp =

σ
Pr 16π 2 4 2αr
r 10 ………………………….(10)
=
PtG 2 r02 λ2
4πr02

Persamaan (10) dalam bentuk logaritma dapat dinyatakan sebagai berikut :
10 log (Sp) = 10 log (Pr) + 10 log (16π2) + 10 log (r4 102 αr) – 10 log
(PtG2r02λ2)......................................................................................................(11)
dimana :

Pr = Power dari echo yang diterima
Pt = power yang dipancarkan ke dalam air
G = gain terhadap target
r = jarak antara transducer dengan target
α = konstanta atenuasi suara
σ = area backscattering cross section

2.5.

(Sv)

Pengertian volume backsccatering strength mirip dengan target strength,
dimana target strength untuk ikan tunggal sedangkan volume backscatering
strength untuk kelompok ikan. Volume backsccatering strength adalah rasio

antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok single target yang
berada pada suatu volume air tertentu (1m3) dan diukur pada jarak 1 meter dari
target dengan intensitas suara yang mengenai target (Johanesson dan Mitson,
1983).
Volume reverberasi digunakan untuk mendapatkan volume backsccatering
strength dari kelompok ikan. Total intensitas suara yang dipantulkan oleh
multiple target adalah jumlah dari intensitas suara yang dipantulkan oleh masing–

masing target tunggal :
Irtotal = Ir1 + Ir2 + Ir3 + ….. + Irn ………………………………….....(12)
dimana : n = jumlah target
Jika n memiliki sifat8sifat akustik yang serupa (linier), maka :
Irtotal = n. Ir ……………………………………………………….....(13)
dimana : Ir = intensitas rataan yang direfleksikan oleh target tunggal.
Selanjutnya acoustic cross section rataan tiap target adalah :

σ=

1 n
∑ σ j ………………………………………..……………..…(14)
n j =i

Nilai σ juga dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
 Ir 
 ………………………………………………….....(15)
 Ii 

σ = 4πro2 

sehingga Ir = σ. Ii/4πro dan Ir total dicari dengan menggunakan persamaan :
 n.σ
Ir total = 
2
 4πr0


 Ii dengan ro = 1m …………………………….…....(16)



Persamaan (14) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu :
Ir total = n. σ . Ii ……………………………………………….…......(17)

Persamaan di atas akan memungkinkan untuk mencari nilai rataan target

( )

strength TS . Bila ρv = n/volume, dalam bentuk persamaan logaritma dalam

satuan dB, maka nilai Sv (Volume Backsccatering Strength) dapat ditulis dalam
persamaan :
Sv = 10 log ρv + TS …………………………………………….…...(18)
Metode echo integration yang digunakan untuk mengukur volume backscattering

strength berdasarkan pada pengukuran total power backscattered pada transducer
(Johanesson dan Mitson, 1983).

2.6. Pendugaaan densitas ikan dengan sistem akustik beam terbagi

Pendugaan densitas ikan di suatu perairan dilakukan dengan cara
mengintegrasikan echo yang berasal dari kelompok–kelompok ikan yang
terdeteksi. Kelompok–kelompok ikan tersebut dianggap membentuk suatu
kedalaman dengan ketebalan perairan yang dibentuk oleh kelompok ikan tersebut.
Lapisan perairan merupakan bidang–bidang datar dan integrasi echo dilakukan
untuk bidang datar berlapis–lapis dan berturut–turut hingga seluruh perairan yang
dibentuk kelompok ikan terintegrasi secara keseluruhan (Johanesson dan Mitson,
1983).
Menurut Johanesson dan Mitson (1983), untuk integrasi pada kedalaman SR
= R1 – R2, volume back scattering strength direfleksikan dari tiap m3 air yang
dijumlahkan dan dirata–ratakan pada SR, sehingga
Sv = 10 log ρv + TS…………………………………………………(19)
Jika Sv diketahui, maka rataan densitas ikan untuk suatu integrasi dapat diketahui
apabila TS diketahui.

Rata – rata Sv sebuah transmisi akustik dalam range SR = R1 – R2 adalah:
n= N

Sv =

∑ (V
n =1

2
0

)n

Ci ( R1 − R2 )

…………………………………………………..(20)

dimana:
N

: SR /(Cτ / 2) adalah jumlah pulsa yang terjadi dalam SR

Ci

: menggambarkan instrumen parameter SL, SRT, ψ dan lain – lain

(V02 )n : kuadrat dari keluaran voltase ke8n
Volume Back Scattering Strength dapat dihitung per strata, per report, atau
dari dasar volume yang diberikan. Sv dapat mengukur rata–rata dari intensitas
yang dipantulkan kembali dari sebuah volume yang spesifik. Adapun
perhitungannya sebagai berikut (Biosonics, 2004):
Sv =

ρ c ∑ (C 2 )

∑ samples

…………………………………………………..(21)

dan

ρc =

1
2

2

SL
RS
π .τ .c10 20  10 20  bav2 (θ )

 


………………………………(22)

dimana π = 3,14159…, τ = lebar pulsa (detik), c = kecepatan suara (m/dtk), SL =
Source Level (dB WPa), RS = Receiving Sensitivity (dBCounts WPa), dan bav2(θ)
= beam pattern factor.

2.7. Ikan karang sebagai target

Ikan karang adalah ikan yang hidup dari masa juvenil hingga dewasa pada
daerah terumbu karang. Ekosistem terumbu karang secara nyata komunitasnya
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok ikan yang berasosiasi

dengan terumbu karang (famili Scombridae dan Myctophidae) dan kelompok ikan
yang tergantung pada terumbu karang sebagai tempat mencari makan, tempat
hidup atau keduanya. Ikan–ikan inilah yang biasa disebut ikan karang (Reese,
1977). Sebagian besar ikan karang merupakan ikan bertulang keras (Teleostei)
dari ordo Perciformes yang mulai berkembang pada jaman tersier (Hutomo et. al.,
1985).
Ikan karang dalam kurun waktu tertentu selama 24 jam, akan mengalami
fase istirahat dengan sendirinya dimana akan kembali ke naungannya. Peristiwa
tersebut sangat berpengaruh terhadap asosiasi erat antara ikan dengan struktur
lingkungannya (terumbu karang) (Nybakken, 1988).

3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 2 Juni 2007 di goba Soa Besar
Gugusan Pulau Pari Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, yang lebih tepatnya di sebelah barat Pulau Burung
dengan koordinat 5° 51’ 40,578” – 5° 52’ 1,974” LS dan 106° 35’ 9,575” –
106° 35’ 56,346” BT. Pengukuran dilakukan pada siang hari pukul 12.00 sampai
sore hari pukul 15.00 WIB. Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proyek
riset antara Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor
dengan Pusat Riset Perikanan Tangkap (PRPT). Lokasi penelitian selengkapnya
disajikan pada Gambar 4.
3.2. Peralatan penelitian

1. Perangkat Scientific Echosounder Biosonics DT6000 (Lampiran 1 dan 2)
2. Global Positioning System (GPS) Garmin GTREX (Lampiran 1)
3. Seperangkat komputer untuk pengolahan data
4. Printer untuk mencetak hasil pengolahan data
5. Perangkat lunak (soft ware) saat pengolahan data yang terdiri atas Visual
Analyzer versi 4.1, Surfer versi 8.0, Microsoft Excel dan Matlab versi 7.0
6. Perahu motor

Sumber : Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan Sekitarnya, LON8LIPI Jakarta (1975)

Gambar 4. Peta lokasi penelitian

3.3. Penentuan lokasi survei

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan pada goba Soa Besar gugusan
Pulau Pari yang lebih tepatnya berada di sebelah barat Pulau Burung. Metode
penentuan lintasan survei yaitu dilakukan dengan metode System Parallel
Transect. Lintasan survei akustik secara keseluruhan, dibagi menjadi 9 lintasan
yaitu lintasan A–B, B–C dan seterusnya sampai lintasan terakhir I–J. Adapun
bentuk lintasannya seperti pada Gambar 5.

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 dan 8

Gambar 5. Lintasan survei akustik

3.4 Kalibrasi

Kalibrasi transducer dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi galat
ukur dari transducer sendiri (MacLennan and Simmonds, 2005). Penentuan
kalibarasi transducer dilakukan dengan menggunakan bola sphere (Lampiran 1)
yang diletakkan di bawah transducer dengan kedalaman ± 3 meter.
3.5. Pengambilan data

Data akustik diperoleh menggunakan Scientific Echosounder Biosonics D –
X. Target diamati dari atas kapal dengan tranducer ditempelkan di samping kiri
badan kapal. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan berdasarkan pada
Elementary Sampling Distance Unit (ESDU) sebesar 100 ping per report.
Data yang diperoleh direkam menggunakan software dari Scientific
Echosounder Biosonics DT–X yaitu Visual Analyzer versi 4.1 dalam bentuk
echogram. Data yang diperoleh kemudian direkam ke harddisk dengan format
.dt4, data tersebut kemudian diolah dengan Microsoft Excel dan software Matlab
versi 7.

3.6. Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data akustik dilakukan dengan menggunakan Visual Analyzer
versi 4.1. Program ini menyajikan data dalam bentuk echogram dengan horizontal
distance berdasarkan ping yang jumlahnya diatur sesuai kebutuhan. Integrasi
berdasarkan Elementary Sampling Distance Unit (ESDU) yang dibuat sebesar 100
ping per report file8nya.
Data akustik yang diperoleh dalam bentuk echogram diolah dengan
menggunakan Visual Analyzer versi 4.1, Microsoft Excel dan Matlab versi 7.

Data akustik yang berekstensi dt4 ditampilkan dengan menggunakan visual
analyzer versi 4.1, kemudian data dianalisis dan disimpan dalam Microsoft Excel
dengan ekstensi .csv. Sebaran nilai target strength dan volume backscattering
strength sudah tercantum per lapisan kedalaman pada Microsoft Excel, kemudian
dicatat dan ditabulasikan serta diubah ekstensinya yang semula .csv menjadi .xls
atau .txt dan dimasukkan ke dalam Matlab versi 7 untuk dicantumkan dalam
bentuk grafik.
Penentuan untuk menentukan dugaan panjang ikan, yang umum digunakan
yaitu menurut Foote (1987a) dapat dijelaskan pada persamaan (1), yaitu
mengenai hubungan antara target strength (TS) dengan panjang ikan (L). Pada
dasarnya formula Foote (1987a) digunakan untuk menentukan dugaan panjang
ikan Cod. Berhubung target yang diamati pada penelitian kali ini merupakan
ikan8ikan kecil, maka diasumsikan bahwa dugaan panjang ikan ini sesuai dengan
ikan Cod.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Dimensi fisik goba

Survei akustik ini dibagi menjadi 9 lintasan (Lintasan A–B, B–C, dan
seterusnya sampai Lintasan I–J). Masing–masing lintasan survei memiliki jarak
dan kedalaman yang berbeda – beda. Panjang lintasan keseluruhan yaitu 4371,90
meter dan rata–rata dari panjang lintasannya yaitu 485,75 meter. Lintasan
terpanjang sebesar 663,10 meter (I–J), sedangkan lintasan terpendek sebesar
370,80 meter (E–F). Kisaran kedalaman keseluruhan lintasan yaitu antara 10,7 –
40,60 meter. Pada lintasan A–B memiliki kedalaman terendah yaitu sebesar 10,30
meter. Lintasan yang memiliki kedalaman tertinggi sebesar 40,60 meter yaitu
lintasan I–J.
Goba merupakan perairan dangkal sempit yang dipisahkan dari lautan
terbuka oleh terumbu karang atau pulau. Gambar 7 dapat menunjukkan bahwa
kedalaman goba dari perairan tersebut berkisar antara 10,30–40,60 meter dan
kedalaman rata–rata dari goba ini sebesar 30,60 meter. Hal ini tidak sesuai
dengan Darsono (1977) yang menyatakan bahwa kedalaman rata8rata goba
tersebut adalah 6 meter, disebabkan karena daerah yang dideteksi sampai ke
daerah koloran air yang memiliki kedalaman lebih dalam.

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 dan 8

Gambar 6. Kontur kedalaman goba Pulau Pari

4.2. Sebaran s

(Sv)

Scattering volume merupakan rasio antara intensitas suara yang
direfleksikan oleh suatu group single target yang berada pada suatu volume air
tertentu (1m3) dan diukur pada jarak 1 meter dari kelompok target yang
bersangkutan dengan intensitas suara yang mengenai target (insident intensity).
Nilai Sv dapat menunjukkan adanya dugaan kelompok ikan yang berada di dalam
kolom perairan. Semakin tinggi nilai Sv maka semakin besar pula dugaan ukuran
kelompok ikannya. Adapun hasilnya seperti yang tertera pada Gambar 7 – 15.

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 7. Sv Lintasan A–B, rata–rata kedalaman 23.44 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 8. Sv Lintasan B–C, rata–rata kedalaman 25,70 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 9. Sv Lintasan C–D, rata–rata kedalaman 31,96 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 10. Sv Lintasan D–E, rata–rata kedalaman 34,68 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 11. Sv Lintasan E–F, rata–rata kedalaman 34,72 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Gambar 12. Sv Lintasan F–G, rata–rata kedalaman 32,19 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4 dan 9

Gambar 13. Sv Lintasan G–H, rata–rata kedalaman 33,38 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4 dan 9

Gambar 14. Sv Lintasan H–I, rata–rata kedalaman 34,81 m

Sumber : Diolah dari Lampiran 4 dan 9

Gambar 15. Sv Lintasan I–J, rata–rata kedalaman 31,57 m
Hasil dari sebaran Sv yang terdeteksi dari Gambar 7–15, dapat diketahui
bahwa lintasan yang memiliki nilai Sv tertinggi sebesar 830,24 dB (B–C) dan
lintasan yang memiliki nilai Sv terendah sebesar 889,93 dB (B –C). Lintasan yang
memiliki nilai Sv rata–rata tertinggi sebesar 867,67 dB (A–B) dan lintasan yang
memiliki nilai Sv rata–rata terendah sebesar 875,21 dB (H–I). Dimana menurut
MacLennan and Simmonds (1992) ikan memiliki nilai Target Strength dari 860
dB sampai 820 dB. Bila densitas ikan itu satu ekor berdasarkan persamaan Rumus
(18), maka diperoleh nilai dari Sv juga sama dengan TS yaitu 860 dB sampai 820
dB. Adapun nilai Sv dibawah 860 dB diduga sebagai plankton.

Berdasarkan sebaran nilai Sv yang merupakan indikator dari kelompok ikan
terbesar ditemukan pada Lintasan B–C. Dari hasil Sv yang terdeteksi dapat
dikatakan bahwa perairan tersebut terdapat banyak ikan (nilai Sv 860 sampai 820
dB) dan plankton (< 860 dB). Adrim (1985) menjelaskan bahwa perairan di
sekitar selatan gugusan Pulau Pari kaya akan ikan terutama ikan karang yang
didukung dengan ketersediaan makanan yang