Respon Fisiologis Lamun Thalassia Hemprichii Dan Cymodocea Rotundata Terhadap Tekanan Antropogenik Di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu

RESPON FISIOLOGIS LAMUN Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata TERHADAP TEKANAN ANTROPOGENIK
DI GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

ADITYA HIKMAT NUGRAHA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Fisiologis
Lamun Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata Terhadap Tekanan
Antropogenik Di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Aditya Hikmat Nugraha
NIM C551130071

RINGKASAN
ADITYA HIKMAT NUGRAHA. Respon Fisiologis Lamun Thalassia hemprichii
dan Cymodocea rotundata Terhadap Tekanan Antropogenik Di Gugusan Pulau
Pari Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh DIETRIECH GEOFFREY BENGEN dan
MUJIZAT KAWAROE.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga angiospermae yang hidup di
perairan dangkal pada kawasan pesisir. Lamun hidup degan membentuk
ekosistem yang disebut ekosistem padang lamun. Ekosistem padang lamun
memiliki peran yang cukup penting diantaranya sebagai kawasan mencari makan
dan habitat tinggal bagi beberapa biota. Gugusan Pulau Pari merupakan gugusan
pulau kecil yang terletak di Kepulauan Seribu yang memiliki ekosistem padang
lamun. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa luasan
ekosistem padang lamun di Gugusan Pulau Pari mengalami penurunan setiap
tahunnya. Hal tersebut diduga akibat adanya masukan tekanan antropogenik pada
lingkungan perairan. Penelitian ini akan mengkaji respon fisiologis lamun

Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii terhadap tekanan antropogenik
pada beberapa lokasi di Gugusan Pulau Pari. Respon fisiologis yang dikaji
mencakup pertumbuhan, bioakumulasi logam berat dan kondisi histologi jaringan
lamun.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa untuk aspek laju pertumbuhan
lamun Thalassia hemprichii memiliki pertumbuhan daun yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan daun Cymodocea rotundata. Laju
pertumbuhan rhizome lamun Cymodocea rotundata memiliki pertumbuhan yang
lebih cepat dibandingkan dengan rhizome Thalassia hemprichii. Nutrien memiliki
peran dalam repon pertumbuhan lamun. Kandungan logam berat pada lamun yang
dianalisis mencakup logam Pb,Cd dan Cu. Logam berat jenis Pb memiliki tingkat
bioakumulasi yang tinggi dibandingkan logam jenis Cd dan Cu. Ukuran morfologi
lamun yang berbeda tidak mempengaruhi konsentrasi logam berat yang terdapat
pada lamun. Analisis jaringan histologi menunjukan bahwa belum adanya
kerusakan jaringan baik pada rhizome maupun daun. Variabel bebas yang
bertindak sebagai diskriminator antara lamun besar dan lamun kecil yaitu :
pertumbuhan daun, pertumbuhan rhizome, konsentrasi Pb,Cd dan Cu pada lamun
dan tebal lapisan epidermis atas pada daun. Variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat sampai 88%. Variabel bebas yang terdiri dari tebal lapisan
epidermis atas daun, sel korteks dan stele memiliki ukuran yang berbeda nyata

pada setiap kelompok lamun
Kata kunci: Cymodocea rotundata, fisiologi, histologi, lamun, Thalassia
hemprichii

SUMMARY
ADITYA HIKMAT NUGRAHA. Physiology Response Of Seagrass Thalassia
hemprichii and Cymodocea rotundata to Antropogenic Pressure at Pari Island
Group, Seribu Islands. Suvervised by DIETRIECH GEOFFREY BENGEN and
MUJIZAT KAWAROE.
Seagrass is a flowering plant (angiosperme) that live and thrive in shallow
waters environment at coastal area. Seagrass life by a forming ecosystem a so
called seagrass bed ecosystem. Seagrass bad ecosystem have an important role
like as feeding ground and habitat for several biota. Pari islands is one of islands
in Seribu islands, Jakarta and have a seagrass ecosystem. Base on previous
research that seagrass bad ecosystem in Pari islands have reduced area every
years. This condition caused by antrophogenic pressure fom environment. This
research study about seagrass growth, heavy metal bioaccumulation and histology
condition from seagrass tissue
Result from this study Thalassia hemprichii leaf have growth rate faster
than Cymodocea rotundata. Cymodocea rotundata rhizome have growth faster

than Thalassia hemprichii. Nutrient have role important in seagrass growth. Study
heavy metal accumulation in seagrass include Pb,Cd and Cu. Pb have highest
accumulation in seagrass tissue than others heavy metal, not correlation between
seagrass size morphology with heavy metal content in seagrass tissue. The highest
pb accumulation in Cymodocea rotundata tissue at 4th station with value 12.1
µg/g . Histology analysis result that not found a damaged seagrass tissue in all
station, and the size of seagrass tissue of Cymodocea rotundata and Thalassia
hemprichii have not different size. Discrminant analysis result show that
independent variable can explain until 88% dependent variable. Independent
variable like thick of leaf upper epiderm, cortex tissue and stele tissue have a
different significant value in two category seagrass group.
Keywords: Cymodocea rotundata, histology,physiology, seagrass, Thalassia
hemprichii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

RESPON FISIOLOGIS LAMUN Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata TERHADAP TEKANAN ANTROPOGENIK
DI GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

ADITYA HIKMAT NUGRAHA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2016

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA

iii

Judul Tesis

Nama
NIM

: Respon Fisiologis Lamun Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata Terhadap Tekanan Antropogenik di
Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu
: Aditya Hikmat Nugraha
: C551130071


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir. Dietriech G Bengen, DEA
Ketua

Dr Ir. Mujizat Kawaroe, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Neviaty P Zamani, M.Sc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 21 Desember 2015

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
kekeringan, dengan judul Sebaran Indeks Kekeringan Wilayah Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr. Dietriech G Bengen, DEA
dan Dr. Mujizat Kawaroe selaku pembimbing Prof. Dr. Dedi Soedharma, DEA
selaku penguji yang telah memberikan banyak saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Muhayar dari UPT LPKSDMO LIPI Pulau Pari
yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, almh ibu, bapak dan mama mertua, istri dan
anak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu
penulis juga mengucapak terimakasih kepada Beasiswa Program Pascasarjana
Dalam Negeri (BPPDN) Calon Dosen yang telah mensponsori penulis selama

menempuh pendidikan program magister.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Aditya Hikmat Nugraha

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

....
...
...
...

1
1
2
3
3

METODE
Waktu dan Lokasi

Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Analisis Data

3
.... 3
4
4
.. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penelitian
...
Laju Pertumbuhan Lamun
Hubungan Laju Pertumbuhan Lamun dengan Karakteristik FisikaKimiaPerairan
...
...
Bioakumulasi Logam Berat pada Lamun
Analisis Diskriminan terhadap Respon Fisiologis pada Lamun
...
Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata
...
SIMPULAN DAN SARAN

7
7
10

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

34

14
17
23
24
28

vi

DAFTAR TABEL
1. Contoh matriks data analisis diskriminan
7
2. Kondisi fisik dan kimia perairan di lokasi penelitian
8
3. Biokamulasi logam berat Pb,Cd dan Cu (µg/g) pada lamun
18
4. Ukuran anatomi jaringan daun dan rhizome pada lamun
Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii
21
5. Uji kesamaan rataan variabel bebas yang membedakan lamun
berdasarkan ukurannya
26
6. Akar ciri korelasi kanonik pada pengelompokan lamun berdasarkan
respon fisiologisnya
27
7. Koefisien persamaan diskriminan antar kelompok ukuran lamun
berdasarkan respon fisiologis
28

DAFTAR GAMBAR
1. Alur pikir penelitian
2. Lokasi penelitian
3. Pertumbuhan panjang daun lamun Cymodocea rotundata
dan Thalassia hemprichii
4. Pertumbuhan rhizome lamun Cymodocea rotundata dan
Thalassia hemprichii
5. Hasil analisis komponen utama (PCA) antara laju pertumbuhan
daun lamun dengan faktor fisika kimia perairan
6. Hasil analisis komponen utama (PCA) antara laju pertumbuhan
rhizome lamun dengan faktor fisika kimia perairan
7. Persentase logam berat rata-rata yang terakumulasi oleh setiap jenis
lamun berdasarkan sumber yang terdapat pada lingkungan
8. Sayatan transversal daun yang mengalami kerusakan
9. Sayatan transversal daun Cymodocea rotundata dan
Thalassia hemprichi
10. Sayatan transversal rhizome Cymodocea rotundata dan
Thalassia hemprichi

3
4
11
13
16
16
19
21
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1. Metode penandaan pada pengukuran pertumbuhan lamun
2. Dokumentasi Penelitian

33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu bagian dari ekosistem laut
tropis yang memiliki peranan cukup penting secara ekologi. Peran ekosistem
lamun diantaranya menyediakan berbagai macam jasa seperti sumber pangan bagi
masyarakat pesisir, menstabilkan sedimen perairan (Koch
et al. 2012;
Christianen et al.2013) dan sebagai kawasan yang menyediakan makanan
(feeding ground) bagi beberapa biota laut (Heck et al. 2003; Van Tussenbroek et
al. 2006; Christianen et al. 2014). Sebagai vegetasi yang berhabitat di ekosistem
pesisir, lamun juga memainkan peranan dalam siklus gas karbondioksida yang ada
di atmosfer (Mcleod et al. 2011). Hasil penelitian terbarukan menunjukkan
bahwa ekosistem lamun mampu meyerap gas karbondioksida yang berasal dari
atmosfer dengan kisaran serapan sebesar 31.08 – 41.73 MgC/ha (Rustam 2014).
Hasil valuasi ekonomi terhadap ekosistem lamun yang dihuni oleh spesies tunggal
di di Pulau Green Canaria menunjukkan nilai valuasi ekonomi sebesar 67030.30
EURO/ha/tahun (Tuya et al.2014).
Gugusan Pulau Pari yang terletak di wilayah Kepulauan Seribu merupakan
salah satu kawasan gugusan pulau kecil yang memiliki ekosistem padang lamun.
Terdapat 7 spesies lamun yang hidup pada ekosistem padang lamun di Gugusan
Pulau Pari, yang
terdiri dari spesies: Enhalus acoroides,Thalassia
hemprichii,Cymodocea rotundata,Cymodocea serulata,Halophila ovalis,Halodule
uninervis dan Syringodium isoetifolium. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan, bahwasanya luasan ekosistem padang lamun di Gugusan Pulau
Pari mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penelitian Kawaroe et al. (2008)
menyatakan bahwa pada tahun 1999 luasan ekosistem padang lamun di Gugusan
Pulau Pari seluas 281.5 ha dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 213.2
ha, Rustam (2014) menyatakan bahwa pada tahun 2009 luasan ekosistem padang
lamun di Gugusan Pulau Pari sebesar 160.1 ha.
Gugusan Pulau Pari berlokasi sangat dekat dengan Teluk Jakarta dan
menjadikan salah satu ancaman karena semakin banyaknya limbah antropogenik
yang masuk dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Aktivitas
pembangunan di kawasan Kepulauan Seribu yang kurang memperhatikan
lingkungan dan semakin banyaknya wisatawan yang datang setiap pekannya
menjadi ancaman yang serius terhadap keberlangsungan ekosistem pesisir di
gugusan Pulau Pari.
Salah satu dampak dari aktivitas antropogenik yang dapat mengancam
keberlangsungan lamun diantaranya meningkatnya kandungan nutrien,
meningkatnya laju sedimentasi, meningkatnya kekeruhan perairan dan
peningkatan konsentrasi kandungan logam berat di lingkungan perairan yang
merupakan minor elemen dan berdampak kepada respon fisiologis lamun
(Unsworth et al. 2015). Kandungan minor elemen tersebut biasanya memiliki
konsentrasi yang cukup tinggi di wilayah perairan yang telah tercemar akibat
banyaknya masukan antropogenik yang berasal dari limbah industri (Mora 2008).
Berdasarkan ancaman tersebut maka perlu pengkajian lebih lanjut untuk
melihat dampak yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik tersebut salah satunya
terhadap ekosistem lamun yang terdapat di Gugusan Pulau Pari. Aktivitas

2

antropogenik yang terjadi di lingkungan dapat berdampak kepada respon
fisiologis lamun (Udy et al. 1997). Respon fisiologis yang dapat diamati menurut
Udy et al. (1997) diantaranya meliputi pertumbuhan, produksi biomassa,
kerapatan, dan besarnya persen tutupan.
Penelitian ini mengkaji respon fisiologis yang meliputi pertumbuhan,
kemampuan lamun dalam mengakumulasi logam berat serta kondisi anatomi
lamun khususnya pada lamun spesies Thalassia hemprichii dan Cymodocea
rotundata. Lamun jenis ini cukup banyak ditemukan di kawasan gugusan Pulau
Pari selain itu, lamun jenis Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata
merupakan spesies lamun kunci di kawasan indo pasifik.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan terkait kondisi ekosistem lamun
di Perairan Gugusan Pulau Pari maka diperoleh perumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana laju pertumbuhan lamun di Perairan Gugusan Pulau Pari
dengan adanya tekanan antropogenik pada lingkungan perairan terhadap
lamun jenis Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata
2. Bagaimana kandungan logam berat yang terkandung dalam lamun yang
berada di Perairan Gugusan Pulau Pari, pada lamun jenis Thalassia
hemprichii dan Cymodocea rotundata
3. Bagaimana anatomi lamun berdasarkan pengamatan histologis pada dua
spesies lamun Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata di
Perairan Gugusan Pulau Pari dengan adanya tekanan antropogenik pada
lingkungan perairan.
4. Berdasarkan tiga aspek kajian respon fisiologis yaitu : pertumbuhan,
konsentrasi logam berat dan anatomi lamun, aspek respon fisiologis yang
mana yang akan menjadi diskriminator antara lamun jenis Thalassia
hemprichii dan Cymodocea rotundata
Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan pendekatan masalah terkait respon
fisiologis lamun terhadap adanya tekanan antropogenik pada lingkungan perairan
(Gambar 1.)

3

Tekanan Antropogenik Pada
Lingkungan G
Perairan
Konsentrasi
Logam Berat

Laju
Pertumbuhan

Respon Fisiologis
Lamun

Anatomi
Lamun

Konsentrasi
Nutrien

Bioakumulasi
Logam Berat

Kandidat
Bioindikator
Gambar 1. Alur pikir penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas dapat dirumuskan
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji respon fisiologis lamun yang mencakup laju pertumbuhan
lamun, kemampuan lamun dalam menyerap logam berat dan kondisi
struktur anatomi lamun,pada lamun jenis Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata
2. Menentukan respon fisiologis yang paling berbeda pada kelompok
lamun yang berbeda jenis .
Sasaran dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi terkait respon fisiologis
lamun terhadap perbedaan kondisi lingkungan di Gugusan Pulau Pari yang
meliputi Pulau Pari dan Pulau Tikus.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait respon
fisiologis lamun terhadap tekanan antropogenik perairan yang dapat digunakan
sebagai bioindikator terhadap pencemaran yang terjadi di perairan.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan di Gugusan Pulau Pari, lokasi Stasiun 1 terletak di
sebelah Selatan - Timur Pulau Pari, Stasiun 2 terletak di sebelah Selatan-Barat
Pulau Pari, Stasiun 3 terletak di Selatan Pulau Tikus dan Stasiun 4 terletak di
Utara Pulau Tikus. Penelitian berlangsung dari bulan Desember 2014 – April

4

2015. Analisis parameter lingkungan dilakukan di Laboratorium Produktivitas
Lingkungan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Pembuatan Preparat
Histologi Jaringan Lamun dilakukan di Laboratorium Histopatologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, IPB.

St.4

St.2
St.1
St.3

Gambar 2. Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ice box,
transek kuadrat ukuran 1m x 1m, kantong plastik sampel, jangka sorong,
timbangan, botol DO, Secchi disk, pH meter, hand refraktometer, hotplate,
timbangan GPS, Spektrofotometer, botol sampel, ayakan sedimen, kaca
preparat, mikroskop, floating dradan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian antara lain: ethanol 96%,
sampel air, sampel sedimen, sampel lamun, H2SO4, MnSO4, NaOH, KI, HNO3,
Amilum, Brucine, Larutan FAA, Etanol absolute, TBA, Minyak Parafin, Parafin,
Xilol, Larutan Oifford, Etanol , Akuades, Safranin 2%, Fast Green 0,5%, aniline
blue, entellan, toulidin blue.
Prosedur Penelitian
Penentuan Stasiun Pengamatan
Stasiun pengamatan terdiri dari 4 stasiun. Penentuan lokasi stasiun
pengamatan ditentukan di dua pulau berbeda yang terletak dalam satu gugusan
pulau. Pengambilan stasiun di Pulau Pari berdasarkan kepada banyaknya aktivitas
serta pemukiman masyarakat di Pulau Pari. Pengambilan stasiun di Pulau Tikus
berdasarkan kepada sedikitnya aktivitas dan tidak ditemukan pemukiman
masyarakat di sana. Berdasarkan pertimbangan tersebut diambil 2 stasiun di Pulau
Pari dan 2 stasiun di Pulau Tikus

5

Pengamatan Laju Pertumbuhan
Pengukuran laju pertumbuhan mutlak rhizome dan daun lamun dilakukan
dengan mengukur panjang dan diameter rhizome serta panjang daun lamun pada
selang waktu tertentu. Metode pengukuran laju pertumbuhan lamun dengan
melakukan penandaan (tagging) pada rhizome dan daun lamun (lampiran 1).
Penandaan rhizome lamun menggunakan kabel ties dan kertas tanda (kertas
newtop) yang dipasang pada pangkal tunas terakhir (Short dan Duarte 2001).
Panjang rhizome diukur setelah tunas terakhir menggunakan jangka
sorong pada saat penandaan, kemudian lamun dibiarkan tumbuh secara alami
selama waktu tiga bulan, pengamatan pertumbuhan diamati setiap dua minggu
sekali. Setiap dua minggu sekali, dilakukan pemanenan rhizome untuk dilakukan
pengukuran panjang rhizome dan daun serta dihitung pertumbuhannya.
Penandaan daun lamun dilakukan dengan membuat lubang menggunakan
jarum/kawat ditusukkan pada bagian dasar daun dekat rhizome (Short dan Duarte,
2001). Kemudian diukur panjang daun awal dan dibiarkan selama waktu tertentu.
Panjang daun akhir diukur pada saat pemanenan.
Pembuatan Preparat Jaringan Histologis Lamun
Sediaan anatomis yang dilakukan adalah membuat irisan transversal daun
dan rhizome yang dibuat dengan menggunakan metode parafin sdan diwarnai
dengan pewarnaan hemmalum. Tahapan pembuatan sayatan melintang daun dan
rhizome adalah sebagai berikut : potongan daun dan rhizome berukuran 1 cm x
1.5 cm difiksasi dalam larutan FAA selama ± 24 jam.
Selanjutnya dilakukan proses dehidrasi dengan merendam daun dan
rhizome dalam seri larutan n – Butanol. Tahapan selanjutnya adalah infiltrasi
(penyusupan lilin ke dalam jaringan) dengan cara sebagai berikut : botol sampel
yang berisi potongan daun pada seri larutan n – Butanol terakhir ditambah
dengan parafin (paraplast) cair, kemudian disimpan pada suhu kamar selama 4
jam dengan tutup botol tertutup. Selanjutnya tutup botol sampel dibuka dan
dipindahkan ke dalam oven parafin dengan suhu 58 oC selama 24 jam. Larutan
pada botol sampel dibuang kemudian diganti dengan parafin cair baru dan
disimpan kembali ke dalam oven parafin selama 3 hari.
Proses selanjutnya yaitu embedding (penanaman sampel daun dan rhizome
dalam parafin) dengan cara sebagai berikut : parafin cair dituang ke dalam cawan
pencetak yang sudah diolesi dengan gliserin murni. Potongan daun dengan cepat
dikeluarkan dari botol sampel dan ditanam di dalam parafin. Kemudian cawan
pencetak yang berisi potongan daun dan rhizome tersebut direndam dalam bak
plastik berisi air sampai blok parafin terlepas dari cawan. Blok – blok parafin
yang sudah selesai dicetak dibiarkan selama 1 hari. Agar jaringan yang ditanam
lebih mudah dipotong, blok parafin selanjutnya direndam di larutan Giffort. Blok
parafin 20 selanjutnya dipotong dengan mikrotom putar dengan ketebalan 8 μm.
Hasil potongan berupa pita parafin yang berisi sampel daun diletakkan pada gelas
objek yang telah diolesi dengan larutan perekat Ewitt. Kemudian spesimen
diletakkan di atas pemanas (hot plate) pada suhu 40 oC selama 4 – 5 jam agar pita
terentang dengan baik. Tahapan selanjutnya yaitu spesimen diwarnai dengan
pewarna rangkap tiga.

6

Setelah selesai pewarnaan preparat ditutup dengan gelas penutup dan
diberi perekat entellan. Karakter anatomi daun yang diamati adalah sayatan
melintang daun dan rhizome di bawah mikroskop.
Bioakumulasi Logam Berat dalam Jaringan Lamun
Alat yang digunakan untuk analisis logam berat dalam lamun ialah Atomic
Absorption Spectrometry (ASS) yang memiliki deteksi limit 0.001 ppm. Contoh
lamun yang telah dikeringkan, selanjutnya dihaluskan dan kemudian diambil
sebanyak 2 gram. Selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml. Sampel
lamun selanjutnya ditambah 10 ml HNO3 dan dipanaskan menggunakan hotplate
pada suhu 85 oC. Ketika volume larutan tersisa 1-2 ml, larutan didinginkan.
Setelah itu ditambahkan 10 ml HNO3, 10 ml HClO4. Pereaksi HNO3 dan HClO4
berfungsi sebagai pengoksidasi logam berat. Contoh dihomogenkan dan
dipanaskan kembali pada hotplate sampai uap HClO4 hilang. Jika larutan sudah
jernih, ditambahkan 100 ml akuades dan dihomogenkan, kemudian disaring
(APHA 2012). Selanjutnya dianalisis menggunakan AAS.
Pengamatan Parameter Fisik Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisik kimia lingkungan dilakukan dengan dua
cara yaitu secara insitu dan eksitu. Pengukuran parameter fisik kimia
lingkungan dilakukan pada setiap stasiun pengamatan. Parameter kualitas air dan
sedimen yang diukur secara insitu meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dengan
menggunakan titrasi winkler, pH air dengan menggunakan pH meter, salinitas
dengan menggunakan refraktometer, kecerahan dan kecepatan arus. Parameter
kualitas air
dan sedimen yang diukur eksitu adalah fraksi sedimen,
nitrat,ortofosfat, dan kandungan logam berat Pb,Cd dan Cu yang dilakukan
dengan mengambil contoh air dan sedimen yang selanjutnya dianalisis di
laboratorium dengan merujuk kepada metode APHA (2012).
Analisis Data
Analisis Komponen Utama
Hubungan antara pertumbuhan dengan karaktersitik fisika kimia perairan
dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama. Analisis komponen
utama adalah salah satu teknik dari analisis multivariat yang membentuk variabel
baru yang merupakan kombinasi linear dari variabel asal dan bertujuan untuk
melakukan reduksi dan interpretasi data (Bengen 2000). Analisis Komponen
Utama dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak XL Stat.
Analisis komponen utama dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji
hubungan laju peetumbuhan daun dan laju pertumbuhan rhizome lamun dengan
parameter fisik dan kimia perairan.
Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan merupakan salah satu teknik dari analisis multivariat
yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata antar beberapa
grup yang ditentukan oleh variabel kuantitatif, selain itu analisis diskriminan
mampu untuk mendeterminasi variabel yang paling mengkrakteristikkan
perbedaan-perbedaan (Bengen, 2000).

7

Tabel 1. Contoh matriks data analisis diskriminan
X1
0
2
4
6
8
5
7
9
11
13

X2
3
1
5
9
7
2
0
4
8
6

Grup
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2

Berdasarkan contoh matriks data analisis diskriminan (Tabel 1), terdapat variabel
bebas (X1 dan X2) serta variabel terikat yaitu pengkelompokan atau grup.
Variabel bebas pada penelitian ini meliputi pertumbuhan daun, pertumbuhan
rhizome, bioakumulasi logam berat dalam jaringan lamun, dan analisis kondisi
anatomi lamun, sedangkan variabel terikat berupa dua jenis lamun yang memiliki
morfologi yang berbeda yaitu Thalassia hemprichii yang memiliki ukuran besar
dan Cymodocea rotundata yang memiliki ukuran kecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penelitian
Gugusan Pulau Pari merupakan wilayah yang termasuk ke dalam daerah
Kepulauan Seribu bagian selatan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Teluk
Jakarta. Gugusan Pulau Pari terdiri dari 5 Pulau kecil yang meliputi : Pulau Pari
sebagai pulau utama yang terdiri dari pemukiman masyarakat, Pulau Tengah yang
saat ini telah berubah menjadi perumahan mewah, dan 3 Pulau Lainnya yang tidak
terdapat pemukiman yaitu Pulau Burung, Pulau Kongsi dan Pulau Tikus.
Ekosistem laut tropis di Gugusan Pulau Pari sangat lengkap, terdiri dari ekosistem
mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Pulau Pari
sebagai pulau utama di Gugusan Pulau Pari menjadi salah satu objek wisata yang
sering banyak dikunjungi oleh wisatawan setiap akhir pekan, hal tersebut tentunya
menjadi salah satu ancaman bagi keberlangsungan ekosistem laut tropis yang ada
disekitarnya dikarenakan beberapa aktivitas wisatawan seperti aktivitas snorkling
di kawasan ekosistem terumbu karang, serta sampah yang dihasilkan oleh
wisatawan. Selain itu ekosistem laut tropis yang ada di Gugusan Pulau Pari
mendapatkan ancaman yang berasal dari limbah yang masuk dari kawasan Teluk
Jakarta, sebanyak 13 sungai bermuara ke kawasan Teluk Jakarta.

8

Tabel 2. Kondisi fisik dan kimia perairan di lokasi penelitian
Parameter Fisik
dan Kimia
Perairan
Air
Suhu (oC)
pH
DO (ppm)
Kecerahan (%)
Salinitas (psu)
Nitrat (mg/l)
Ortofosfat (mg/l)
COD (mg/l)
Kedalaman
Arus (m/s)
Logam Berat (mg/l)
Pb
Cd
Cu
Sedimen
Ukuran butir (%)
Pasir
Debu
Liat
Karbon Organik (%)
Nitrogen Organik (%)
Posfor Organik (%)
Logam Berat (
Pb
Cd
Cu

Timur Pari
(St 1)

Barat Pari
(St 2)

Selatan Tikus
(St 3)

Utara Tikus
(St 4)

31-34
7.8
5.4-9.31
100

30-32
8.4
5.01-10.12
100

29-33
8.6
8.01-11
100

29-32
9.1
7.08-11.1
100

24-35
26-33
0.002-0.043 0.002-0.24
0.003-0.051 0.01-0.06
21.98
21.98

20-33
0.007-0.008
0.002-0.08
18.32

Baku
Mutu

7-8.5
>5

3320-34
34
0.01-0.08
0.008
0.0019-0.026 0.015
29.31