Peranan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat Dalam Pemilihan Umum Bupati Dan Wakil Bupati Sukabumi (suatu studi di kantor komisi pemilihan umum provinsi Jawa Barat)

(1)

1

1.1 Latar Belakang Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Pemilihan Umum (Pemilu) memiliki makna dan arti penting sebagai

sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ciri dari negara demokrasi adalah adanya Pemilu. Pemilu yang bebas dan adil merupakan salah satu indikator prosedural bagi ada tidaknya demokrasi

disuatu negara. Pemerintahan negara yang demokratis ialah

pemerintahan negara yang mampu menjamin dan terlaksananya

kebebasan politik (politic liberty) anggota masyarakat negara. Kebebasan

politik ini ditandai adanya rasa tenteram, karena setiap orang merasa dijamin keamanan atau keselematannya. Pelaksanaan Pemilu itu sendiri harus dilaksanakan sesuai dengan asas-asas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal ini ditegaskan didalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan Pemilu, Pemilihan umum diartikan sebagai :

“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan pelanggaran terhadap aturan pelaksanaan Pemilu


(2)

2

haruslah ditindak dan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku supaya

Pemilu dapat berjalan dengan demokratis, jujur dan adil.

Penyelenggaraan Pemilu sendiri diadakan setiap lima tahun sekali, seperti tercantum di dalam Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945 Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Pemilihan umum merupakan penafsiran normatif dari Undang-undang Dasar Tahun 1945 agar pencapaian masyarakat demokratik mungkin tercipta. Masyarakat demokratik ini merupakan penafsiran dari pelaksanaan kedaulatan rakyat. Kedaulatan dalam hal ini adalah kedaulatan rakyat yang hanya mungkin berjalan secara optimal apabila masyarakatnya mempunyai kecenderungan kuat ke arah budaya politik partisipan, maupun keharusan-keharusan lain seperti kesadaran hukum dan keseyogiaannya dalam berperilaku untuk senantiasa dapat menakar dengan tepat berbagai hal yang memerlukan keseimbangan.

Pemilu sebagai proses seleksi terhadap lahirnya pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi diharapkan menjadi refresentasi dari rakyat, karena Pemilu merupakan satu rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan masyarakat, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai bentuk kebijaksanaan. Pemilu bisa diartikan sebagai sarana

demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan Negara yang

berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar. Kekuasaan Negara yang lahir melalui Pemilu adalah kekuasaan Negara yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat


(3)

dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, menurut sistem permusyawaratan perwakilan.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut paham demokrasi. Yaitu suatu paham dimana rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Menurut Abraham Lincoln suatu negara demokratis adalah negara yang memiliki bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Negara-negara didunia didalam praktek ketataNegara-negaraan pemerintahan demokratis yang diselenggarakan belum sesuai dengan bentuk demokrasi yang ideal, bahkan terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing sehingga munculah variasi dari demokrasi sebagai tuntutan untuk memenuhi kebutuhan negara yang

menganutnya. Variasi tersebut diantaranya seperti demokrasi

konstitusional, demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, demokrasi pancasila yang sekarang dianut oleh Indonesia dan variasi demokrasi yang lain.

Paham demokrasi telah menjalar kesetiap penjuru dunia, meskipun sebenarnya paham demokrasi sama sekali tidak bisa memberikan jaminan pada negara bahwa rakyatnya akan bahagia, makmur, damai dan adil, namun setidaknya terdapat beberapa keuntungan yang didapatkan oleh suatu negara jika menerapkan demokrasi seperti yang dikemukakan oleh Robert Dahl yaitu 10 keuntungan demokrasi dibandingkan sistem politik lainnya yaitu :


(4)

4

1. Demokrasi mampu mencegah tumbuhnya bentuk pemerintahan yang diselenggarakan oleh kaum otokrat yang kejam dan licik. 2. Demokrasi menjamin warganegaranya dengan sejumlah hak

azasi yang tidak dapat diberikan oleh sistem-sistem yang non-demokratis.

3. Demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya daripada alternatif sistem politik lain yang memungkinkan.

4. Demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar mereka.

5. Demokrasi membantu perkembangan manusia lebih baik daripada alternatif sistem politik lain.

6. Hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan yang besar dan luas bagi masyarakat untuk menggunakan kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri.

7. Hanya pemerintahan yang demokratis yang mampu

memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral.

8. Hanya pemerintahan yang menganut demokrasi yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang cukup tinggi.

9. Negara-negara demokrasi perwakilan modern tidak berperang satu dengan lainnya.

10. Negara dengan pemerintahan demokratis cenderung lebih makmur daripada yang non-demokratis.

(Agustino, 2005 : 24)

Keuntungan-keuntungan inilah yang tampaknya menarik bagi negara-negara di dunia untuk menganut paham demokrasi termasuk Indonesia, namun perlu diperhatikan bahwa setiap paham memiliki kelemahan dan keuntungan termasuk demokrasi, sehingga sebagai konsekuensi yang melekat di dalam Negara Indonesia yang menganut paham demokrasi ini maka tentu saja Indonesia harus menata sistem pemerintahannya agar demokrasi yang dicita-citakan dapat terwujud, meskipun dalam proses demokratisasi ini terkadang mengalami masalah-masalah yang dapat menghambat alur demokrasi itu sendiri, hingga akhirnya tahun 1998 terjadilah reformasi yang diharapkan mampu menjadi awal perubahan bagi kehidupan demokrasi menuju lebih baik lagi. Hal ini


(5)

karena selama beberapa dekade negara Indonesia di bawah rezim Orde baru yang mengaku menganut demokrasi ternyata dalam prakteknya jauh dari kenyataan demokrasi itu sendiri, meskipun dalam pelaksanaan pemilihan umum (sebagai ciri dari kehidupan demokrasi) jumlah pemilih selalu diatas 60% namun menurut John Pamberton antropolog Amerika

ahli Indonesia (dalam Asy’ari, 2005 : 92) mengemukakan bahwa sebenarnya pemilu yang diselenggarakan oleh Orde baru selama ini hanya dijadikan sebagai wacana, dimana besarnya jumlah pemilih yang ada lebih bersifat sebagai pola mobilisasi dari pada sebuah bentuk partisipasi politik yang sebenarnya dimiliki oleh rakyat suatu negara yang demokratis.

Pemilu dan demokrasi berkaitan erat dalam substansi maupun fungsi. Pemilu merupakan aktualisasi nyata demokrasi masa kini (modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya atas negara dan pemerintahan. Pernyataan kedaulatan rakyat diwujudkan dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukan seorang pemimpin yang dipercaya rakyat untuk menjalankan kekuasaan politik guna mencapai tujuan-tujuan hidup rakyat, dan kepada sejumlah orang yang dipercaya mewakili rakyat mengawasi penyelenggara dan penyelenggaraan kekuasaan politik itu agar tidak disalahgunakan secara semena-mena. Fungsi utama Pemilu bagi rakyat adalah untuk memilih-milih dan melakukan pengawasan terhadap pemimpin dan wakil-wakil mereka. Hal Ini menjadi inti praktek demokrasi modern yang secara umum dikenal sebagai demokrasi perwakilan. Melalui Pemilu atau prosedur


(6)

6

pemungutan suara untuk menentukan pemimpin dan wakil-wakil, demokrasi perwakilan tetap mengakui rakyat sebagai pihak yang berdaulat, sebab dalam fenomena modern, demokrasi dimengerti sebagai sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertingi dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, serta di dalam sistem itu para calon secara bersaing memperoleh suara dari hampir semua penduduk dewasa yang berhak memberikan suara.

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pemilukada) langsung merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal. Ketentuan mengenai hal ini tercantum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, memandatkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, dipilih oleh rakyat daerah secara langsung. Kebangkitan demokrasi politik di Indonesia yang diawali oleh Pemilukada langsung ini merupakan upaya membangun pondasi demokrasi di Indonesia yaitu dengan penguatan demokrasi di aras lokal.

Suatu tatanan demokratis dapat ditegakkan jika dilandasi civil

liberties yang kuat dan dijalankan dengan konsekwen dengan apa yang

disebut political rights sesuai yang dikemukakan Raymond D Gastil (dalam

Agustino, 2005:1) maka sudah saatnya Indonesia mulai menyusun aturan-aturan yang mendukungnya dan merevisi aturan-aturan yang menghambat


(7)

proses demokratisasi ini. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan UU No 32 tahun 2004 yang kemudian terbit Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang ditujukan untuk mengatur bentuk pemerintahan daerah yang sesuai dengan semangat otonomi daerah dengan salah satu amanat tentang pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Konsekuensi dari adanya Pemilukada maka rakyat memiliki peran yang nyata dalam rangka ikut menentukan nasib daerahnya dengan perluasan partisipasi politik yang bersifat progresif melalui pemilihan umum, mengingat sebelum aturan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dikeluarkan yang berhak memilih Kepala Daerah adalah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terdapat di daerah tersebut. Demokrasi telah membawa Indonesia pada demokrasi yang menyeluruh, dengan artian bahwa untuk menentukan suatu pemerintahan pusat maupun daerah harus melalui tahap yang demokratis. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung akan mampu membawa iklim demokrasi kearah yang lebih baik jika mampu dikelola dengan benar, dan diharapkan setelah pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat dilaksanakan maka akan mampu memberikan efek bagi perkembangan demokrasi menjadi lebih berkualitas, sebab kondisi awal yang mendukung peningkatan demokrasi mulai terbentuk seperti yang dikemukakan oleh Robert Dahl dalam


(8)

8

demokrasi dibutuhkan kondisi awal yang memadai untuk mendukung perkembangannya, yaitu:

1. Adanya pemilihan umum yang bebas, adil, dan berkala. 2. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat.

3. Adanya kemudahan akses untuk memeproleh sumber – sumber

informasi dan alternatifnya. 4. Adanya otonomi asosiasional.

5. Dibangunnya pemerintahan perwakilan. 6. Terdapatnya hak warga negara yang inklusif. (dalam Agustino, 2005 : 14)

Efek dari Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang dapat dikelola dengan benar dan dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia maka akan mampu menunjukkan identitas Indonesia sebagai negara yang menganut demokrasi secara nyata. Hal yang serupa pun

dikemukakan oleh Tip O’Neil (dalam Agustino, 2005:132) bahwa

demokrasi di tingkat nasional akan tumbuh berkembang dengan baik, mapan dan dewasa jika di tingkat lokal nilai-nilai demokrasi ini telah mengakar dengan terlebih dahulu dan berjalan dengan baik, sehingga secara otomatis tatanan, instrumen, dan konfigurasi kearifan dan kesantunan politik lokal terlebih dahulu harus terbentuk, inilah yang di

sebut O’Neil sebagai all politics is local. Mencermati hal ini, tampak bahwa kebangkitan demokrasi politik Indonesia diawali dengan otonomi daerah, dan salah satu caranya dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas, adil, berkala, serta diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada rakyat untuk meningkatkan kualitas perannya dalam kehidupan bernegara serta melatih masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dengan kebebasan mengeluarkan pendapat dan menerima


(9)

keragaman pandangan dengan bertanggungjawab dan mendapatkan informasi yang dapat digunakannya untuk memberikan pertimbangan dan menentukan keputusan politik secara arif dan bermoral.

Pelaksanaan Pemilukada secara langsung, dalam implementasinya rakyat dituntut untuk mampu berpikir kritis, arif, cerdas terhadap tawaran yang diberikan oleh para calon Kepala Daerah, serta menentukan siapakah yang pantas dan layak menjadi pemimpinnya. Melihat kondisi ini maka perekrutan bagi para calon Kepala daerah dirasakan sebagai sebuah proses yang penting karena turut pula menentukan apakah calon yang direkrut ini memiliki posisi tawar yang tinggi dan mendapat dukungan luas dari masyarakat, oleh karena itu partai politik harus berhati-hati dalam mengajukan tokoh yang akan dijadikan sebagai calon Kepala Daerah, mengingat partai politik yang mengajukan tidak hanya satu maka dibutuhkan aturan main yang jelas, adil dan tidak memihak oleh lembaga atau komisi yang netral yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung sama halnya dengan pemilihan Presiden secara langsung. Mencermati kenyataan yang demikian maka peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) cukup vital dalam mengawal jalannya demokrasi yang ingin diwujudkan oleh Indonesia.

KPU sebagai lembaga independen berperan sebagai

penyelenggara Pemilu yang mempunyai sifat nasional, tetap dan mandiri dituntut netral didalam suatu proses demokrasi yaitu didalam kancah politik untuk menentukan suatu aktor yang pantas menduduki suatu jabatan tertentu. Peranan KPU didalam mengantarkan Pemilu kearah


(10)

10

demokrasi yang diharapkan dimana Pemilu yang bersifat demokratis jujur dan adil merupakan suatu harapan yang besar yang patut diperjuangkan. Hal yang perlu dicamkan oleh bersama bahwasanya setiap orang perlu juga memahami arti penting demokrasi itu sendiri sebagai sistem yang harus dijalankan dengan sejujur-jujurnya serta menerima secara lapang dada segala hasil putusan yang ditetapkan oleh KPU.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai peranan KPU didalam menyelenggarakan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) di Kabupaten Sukabumi secara langsung sebagai langkah untuk mengawal jalannya demokrasi yang ingin diwujudkan Indonesia, dengan

judul penelitian Peranan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat

dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi pada Tahun 2010.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalahnya adalah:

1. Bagaimana norma-norma yang digunakan KPU Provinsi Jawa Barat sebagai dasar aturan didalam menyelenggarakan Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 ?

2. Bagaimana konsep yang digunakan oleh KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara Pemilu didalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 ?


(11)

3. Bagaimana perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang penting kedudukannya dalam Pemilukada di kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 ?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana norma-norma yang digunakan KPU

Provinsi Jawa Barat sebagai dasar aturan didalam

menyelenggarakan Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep yang digunakan oleh KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara Pemilu didalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010. 3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku KPU Provinsi Jawa Barat

sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang penting

kedudukannya dalam Pemilukada di kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.


(12)

12

1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Hasil laporan Kuliah Kerja Lapangan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan dari laporan KKL ini sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi penulis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan terutama mengenai peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.

2. Kegunaan teoritis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu sosial serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang melaksanakan laporan KKL mengenai peranan KPU Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan Pemilukada di Jawa Barat.

3. Kegunaan praktis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pemerintah, khususnya bagi lembaga independen KPU dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara Pemilu.

1.5 Kerangka Pemikiran

Peranan KPU dalam pesta demokrasi di Indonesia sangat penting keberadaannya didalam menyelenggarakan Pemilu supaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. KPU sebagai lembaga independen dipercaya untuk menyelenggarakan setiap Pemilu di Indonesia sehingga


(13)

perannya sangat diharapkan dapat mewujudkan suatu proses Pemilu yang demokratis, jujur, dan adil. Peranan menurut Soerjono Soekanto adalah :

“Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat

kepadanya” (Soekanto, 2004:243).

Menurut definisi diatas dapat diartikan bahwa setiap individu atau suatu organisasi dikatakan menjalankan suatu peranan serta peranannya itu berpengaruh dan menentukan terhadap suatu nilai atau kualitas tertentu jika suatu individu atau organisasi itu telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. KPU, dalam hal ini ialah suatu organisasi yang apabila melaksanakan hak dan kewajibannya dengan benar dan sesuai dengan kedudukannya, maka telah menjalankan suatu peranan yang benar pula serta peranannya itu menentukan suatu proses demokrasi di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan semestinya.

Peranan bagi siapapun sangat menentukan apa yang harus diperbuat bagi orang lain. Peranan juga dapat mengatur perilaku seseorang, peranan menyebabkan seseorang pada batasan-batasan tertentu serta dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang selompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antar individu-individu dalam masyarakat, peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.


(14)

14

Norma-norma dan peraturan yang berlaku mengatur peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang dapat dibedakan melalui keberadaan seseorang tersebut dalam masyarakat baik secara struktural

maupun kultural, yaitu posisi dari seseorang dalam masyarakat (sosial

position). Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses kehidupan.

Diterangkan kembali oleh Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu

Pengantar mengatakan bahwa peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat

(Soekanto, 2004:244).

Mencermati teori diatas maka dapat diartikan bahwa, pertama peranan mengenai norma-norma yang dihubungkan dengan posisi masyarakat dalam bentuk peraturan-peraturan yang dapat membimbing dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan dalam hal ini adalah rangkaian peraturan tentang ketentuan penyelengara Pemilukada oleh KPU Provinsi Jawa Barat. Salah satu peraturan tersebut tercantum dalam Peraturan KPU No. 31 Tahun 2008 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum. Kedua, peranan sebagai suatu konsep yang dapat dilakukan dalam masyarakat sebagai organisasi, dalam hal ini ialah organisasi KPU. KPU sebagai penyelenggara pemilu memiliki


(15)

konsep atas dasar asas-asas pemilu yaitu seperti mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Ketiga, peranan diartikan sebagai perilaku yang penting kedudukannya bagi struktur sosial, dalam hal ini KPU kedudukannya sangat penting sekali dalam mengawal Pemilu pada kancah demokrasi di Indonesia yaitu KPU sebagai lembaga independen yang bersifat nasional,

tetap dan mandiri. Peranan inilah yang diharapkan dapat membawa

Indonesia kearah Pemilu yang demokratis jujur dan adil.

Pelaksanaan Pemilukada di Indonesia, didalam prosesnya seringkali terdapat kecurangan-kecurangan seperti manipulasi data

maupun kecurangan seperti isu money politic (politik uang), bahkan kerap

kekerasan terjadi dengan menyoalkan hasil suara yang telah ditetapkan. Sikap lapang dada diharapkan dimiliki oleh setiap kandidat dengan ikhlas menerima kekalahannya supaya demokrasi dapat berjalan dengan lancar. Peran serta masyarakat didalam pengawasan jalannya demokrasi yang jujur dan adil diharapkan dapat meminimalisir keadaan tersebut. Sikap ini selain membantu pihak KPU didalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara Pemilu didalam melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pelaksanaan Pemilu itu sendiri juga diharapkan ada suatu kepedulian masyarakat akan lancarnya proses demokrasi di Indonesia.

KPU merupakan suatu lembaga independen penyelenggara pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 22


(16)

16

Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu dinyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

KPU mempunyai arti penting dalam jalannya Pemilu di Indonesia sebagai lembaga yang sangat berperan didalam mengatur pelaksanaan Pemilu sehingga diharapkan perannya dapat membawa Pemilu kepada demokrasi yang jujur dan adil. Pengawasan Pemilu oleh KPU diharapkan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur dan damai serta lahirnya masyarakat yang dapat menghormati pendapat orang lain sehingga dapat melahirkan suatu masyarakat yang mempunyai tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti bersifat selektif atau biasa memilih yang dianggap terbaik menurut keyakinannya.

KPU memiliki visi sebagai penyelenggara Pemilu yang mempunyai integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini sebuah tuntutan yang harus di laksanakan dan dicapai supaya dapat membawa demokrasi kearah yang semestinya yaitu demokrasi yang jujur dan adil. Peranannya dituntut untuk dapat mewujudkan visi maupun misinya yang tentunya dengan berlandaskan asas-asas penyelengara pemilu sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 Pasal 2 yaitu mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Asas-asas ini diharapkan dapat


(17)

menjadi pedoman bagi KPU didalam menjalankan tugasnya melaksanakan Pemilu serta mengarahkan demokrasi. Terdapat pula kewajiban-kewajiban KPU Kabupaten/Kota pada suatu peraturan yang harus dilaksanakan didadalam mengawal Pemilu supaya demokrasi dapat berjalan dengan semestinya yaitu didalam mengantar Pemilu kepada suatu Pemilu yang demokratis jujur dan adil.

Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi tercantum dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah :

KPUD sebagai penyelenggara pemilihan berkewajiban : a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara;

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. Menyampaikan laporan kepada dprd untuk setiap tahap

pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi

kegiatannya kepada masyarakat;

d. Memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik kpud berdasarkan peraturan perundang-undangan;

e. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada dprd; dan

f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu.

Demokrasi merupakan suatu kedaulatan ditangan rakyat yang merupakan pondasi suatu negara khususnya Negara Indonesia. Istilah

demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Demos

(Rakyat) dan Kratos/Kratein (Berkuasa/kekuasaaan). Secara harfiah kata demokrasi dapat diartikan rakyat berkuasa atau kedaulatan ditangan rakyat. Terdapat berbagai macam demokrasi, seperti demokrasi konstitusionil, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi


(18)

18

pancasila, dan sebagainya. Negara indonesia sendiri menganut demokrasi pancasila, yaitu demokrasi yang berdasarkan atas pancasila. Indonesia adalah negara hukum sehingga tidak dapat disangkal bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat didalam Undang-Undang Dasar yang menjelaskan secara eksplisit dua prinsip yang menjiwai naskah itu juga yang dicantumkan dalam penjelasan tentang sistem pemerintahan Negara bahwasanya Indonesia

adalah Negara yang yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), dan

sistem konstitusiional bahwasanya pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (Hukum Dasar).

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang diselenggarakan oleh lembaga independen KPU. Pemilu memiliki hubungan yang erat dengan prinsip demokrasi karena sebenarnya Pemilu merupakan salah satu cara pelaksanaan demokrasi. Pemilu adalah sarana demokrasi yang daripadanya dapat menentukan siapa yang berhak menduduki kursi jabatan. Pemilihan umum bertujuan untuk mengimplementasikan kedaulatan rakyat dan kepentingan rakyat dalam lembaga politik negara. Rakyat melalui Pemilu mempunyai kesempatan untuk memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam lembaga perwakilan. Perwujudan suatu kedaulatan rakyat melalui Pemilu secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menjalankan tugasnya dan kewajibannya serta menyalurkan aspirasi rakyat.


(19)

Pemilukada sendiri yaitu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil di suatu daerah juga merupakan suatu kancah perebutan kursi jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dimana memiliki syarat-syarat untuk dapat mencalonkan diri yang tercantum dalam Pasal 58 Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 seperti bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah, dan lain-lain merupakan suatu syarat yang wajib dipenuhi sehingga Kepala Daerah maupun wakilnya memiliki suatu bekal untuk dapat mengemban amanat rakyat. Adapun peserta Pemilukada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik maupun gabungan partai politik serta pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 yaitu :

Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah : a. Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik.

b. Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Mencermati ketentuan tersebut, maka terdapat dua jenis pencalonan peserta Pemilukada. Pertama, pasangan calon yang diusulkan atau yang diusung oleh partai maupun oleh banyak partai. Kedua, pasangan calon yang didukung oleh sejumlah orang, yaitu yang biasa disebut calon independen atau calon perseorangan.


(20)

20

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menyusun definisi operasional sebagai berikut :

1. Peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan atau suatu status seseorang didalam menjalankan perannya seperti hak dan kewajibannya.

2. Peranan KPU Provinsi Jawa Barat adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan atau suatu status KPU dalam menjalankan perannya

didalam melaksanakan tugas serta kewajibannya pada

penyelenggaraan Pemilu. Adapun indikator dalam peranan KPU Provinsi Jawa Barat dalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi antaralain :

a. Norma-norma KPU Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan Pemilukada yaitu berupa peraturan-peraturan yang tertulis dan berlaku seperti peraturan KPU No. 31 Tahun 2008 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum. b. Konsep KPU Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan

Pemilukada yaitu berpedoman pada asas-asas Pemilu yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.

c. Perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga

penyelenggara Pemilu yang penting kedudukannya dalam Pemilukada yaitu dengan berpedoman pada norma dasar pribadi

seperti Jujur, Terbuka, Berani, Tangguh, Berintegritas,

Profesional, Kompeten, Tangkas, Jeli, Independen, dan Sederhana.


(21)

3. KPU Provinsi Jawa Barat adalah lembaga independen penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. 4. Pemilukada adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil di suatu daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Undang-Undang Pemilukada adalah norma-norma yang dijadikan bahan acuan dalam melaksanakan Pemilu sekaligus bahan konsep KPU Provinsi Jawa Barat didalam melaksanakan tugasnya.

6. Demokrasi Lokal adalah suatu kedaulatan ditangan rakyat atau kekuasaan ditangan rakyat di area suatu wilayah atau tiap-tiap daerah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat model kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Hasil Norma-Norma sebagai

peraturan yang digunakan oleh KPU

Provinsi Jawa Barat dalam Pemilukada di

Kab. Sukabumi

PERANAN KPU PROVINSI JAWA BARAT DALAM PEMILUKADA

DI KABUPATEN SUKABUMI

Tercapainya suatu Pemilu yang Demokratis, Jujur dan Adil

Konsep KPU Provinsi Jawa Barat didalam

menyelenggarakan Pemilukada di Kab.

Sukabumi

Perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara Pemilu

yang penting kedudukannya dalam

Pemilukada di Kab. Sukabumi


(22)

22

1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan 1.6.1 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Setiap penelitian harus direncanakan, untuk itu diperlukan suatu metode penelitian. Metode penelitian merupakan rencana dan rancangan cara pengumpulan data dan menganalisa agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian, sehingga pencapaian dari suatu penelitian dapat terpaparkan dengan baik.

Metode dalam Laporan KKL ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa yang berhubungan antara gejala satu dengan yang lainnya, sejalan dengan pengertian deskriptif menurut Soehartono bahwa:

”Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu

masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran

tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”

(Soehartono, 2002:35).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2010.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:


(23)

a) Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penulis berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peulis dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan.

b) Wawancara, dilakukan oleh penulis dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber yaitu kepada anggota KPU

Provinsi Jawa Barat dimana pertanyaan yang diajukan bersifat

terbuka tergantung pada obyek lapangan. 2) Data sekunder, yang diperoleh melalui:

a) Penelitian Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data yang relevan dengan masalah penelitian melalui: buku-buku, majalah, surat kabar, pemanfaatan teknologi informasi atau internet dan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah peranan KPU serta Pemilukada.

b) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Kantor KPU Provinsi Jawa Barat.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik

penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai


(24)

24

dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono, teknik pengambilan sampel purposif adalah:

“Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang kita pilih dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti”

(Sugiyono, 2005:54).

Penentuan informan dalam laporan KKL ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2010. Adapun informan dalam laporan KKL ini yaitu :

1. Ketua KPU Provinsi Jawa Barat sebagai orang yang bertanggung jawab atas proses didalam melaksanakan Pemilu di Provinsi Jawa Barat.

2. Kepala Bagian Hukum, Teknis, Hubungan dan Partisipasi Masyarakat KPU Provinsi Jawa Barat sebagai pelaksana Pemilu. 3. Partisipan politik sebagai aktor yang berpartisipasi dalam

Pemilukada di Kabupaten Sukabumi.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam laporan KKL ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan.


(25)

Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif dimana terbagi menjadi :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun yang sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, karena akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan sesuatu selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertayakannya kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat.

(Sugiyono, 2005:92-99).

Berdasarkan hal di atas maka dapat diartikan bahwa teknik analisis data merupakan proses dari Reduksi data yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Terakhir yaitu

kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga


(26)

26

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penulis berada di lapangan.

Mencermati hal tersebut, sehingga teknik analisis data yang dipakai penulis adalah analisis deskriptif karena paling sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan. Pengartiannya yaitu analisis data yang memiliki unsur utama reduksi data, sajian data hingga penarikan kesimpulan.

1.7 Lokasi dan Waktu Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi yang diambil sebagai tempat Kuliah Kerja Lapangan adalah di Kantor KPU Provinsi Jawa Barat yang beralamatkan di Jl. Garut No. 11

Tlp. 022-7278809 Fax. 022-7206157 Bandung. Penjadwalan Kuliah Kerja Lapangan dimulai dari pengajuan surat Kuliah Kerja Lapangan sampai dengan pengumpulan laporan dapat diihat pada tabel sebagai berikut :


(27)

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

No Kegiatan Tahun 2010

Jul Agus Sept Okt Nov

1

Mengajukan surat ke kantor

KPU Provinsi Jabar 2

Pelaksanaan Kuliah Kerja

Lapangan

3 Pengumpulan

data

4 Analisis Data

5 Penulisan

laporan

6 Pengumpulan


(28)

28 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”

(Poerwadarminta, 1995:751). Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu :

1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan

2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat

(Soekanto, 2004:244).

Sejalan dengan pendapat di atas, Gross Mason dan Mc Eachern

mendefinisikan peranan sebagai “perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan


(29)

Berdasarkan kedua pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi, penyesuain diri dan sebagai proses, suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi serta merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2.2 Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum adalah nama yang diberikan oleh Undang-Undang tentang Pemilu untuk lembaga penyelenggara pemilu. UUD 1945

Amandemen pasal 22E, menerangkan bahwa nama lembaga

penyelenggara pemilu tidak diharuskan bernama Komisi Pemilihan Umum, melainkan perkataan umum untuk menyebutkan lembaga penyelenggara Pemilu, sehingga sebenarnya UU dapat saja memberikan nama lain untuk menyebut lembaga penyelenggara Pemilu. Keterangan mengenai KPU pun dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 22 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 7 yang menyebutkan bahwa KPU adalah :

“Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah, penyelenggara Pemilu di provinsi dan

kabupaten/kota. Komisi pemilihan umum”.

KPU merupakan suatu lembaga independen penyelenggara pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 22


(30)

30

Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu dinyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

KPU mempunyai arti penting dalam jalannya Pemilu di Indonesia sebagai lembaga yang sangat berperan didalam mengatur pelaksanaan Pemilu sehingga diharapkan perannya dapat membawa Pemilu kepada demokrasi yang jujur dan adil. Implementasi dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No 32 Tahun 2004 diantaranya tentang penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung di daerah-daerah, maka setiap daerah memiliki KPU Daerah yang disebut dengan KPU Provinsi, KPU Kabupaten atau Kota. Akibat dari amanat UU No 32 Tahun 2004 ini menimbulkan adanya peranaan yang dimiliki oleh KPU Daerah. Peranan sendiri tidak dapat dilepaskan dari status yang melekat dalam diri individu ataupun organisasi. Maka peranan KPU Kabupaten Sukabumi

tidak dapat dilepaskan dari statusnya sebagai komisi yang

menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah langsung.

2.2.1 Kewajiban KPU Provinsi

Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 KPU Provinsi sebagai penyelenggara pemilihan memiliki kewajiban sebagai berikut :

a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara.

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan


(31)

c. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap

pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi

kegiatannya pada masyarakat.

d. Memelihara arsip dan dokumen pemilih serta mengelola barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan perundang -undangan.

e. Mempertanggungjawabkan penggunaaan anggaran.

f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan secara tepat waktu

2.2.2Tugas dan Wewenang KPU Provinsi

Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2007, KPU Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang meliputi :

1. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;

2. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dengan memperhatikan pedoman dari KPU;

3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan;

4. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan peraturan perundangundangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU;


(32)

32

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;

6. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;

7. Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi yang telah memenuhi persyaratan;

8. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;

9. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Provinsi, dan KPU;

10. Menetapkan dan mengumumkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;


(33)

11. Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan mengumumkannya;

12. Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi terpilih dan membuat berita acaranya;

13. Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi kepada KPU;

14. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota;

15. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Provinsi;

16. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi

administratif kepada anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan

rekomendasi Panwaslu Provinsi dan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

17. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat;

18. Melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU;

19. Memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata cara penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala


(34)

34

Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

20. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;

21. Menyampaikan laporan mengenai hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden, gubernur, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi; dan

22. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang Diberikan oleh KPU dan/atau undang-undang.

2.2.3 Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten atau Kota

Adapun berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2007, KPU Kabupaten Sukabumi mempunyai tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang meliputi:

1. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;

2. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;

3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan


(35)

Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan perundang-undangan;

4. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerjanya; 5. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua

tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi;

6. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih;

7. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;

8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan menyampaikannya kepada KPU Provinsi;

9. Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota yang telah memenuhi persyaratan;

10. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh PPK di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan


(36)

36

dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;

11. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi; 12. Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan

hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dan mengumumkannya;

13. Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota terpilih, dan membuat berita acaranya; 14. Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten/Kota kepada KPU melalui KPU Provinsi;

15. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS;

16. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota;

17. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi

administratif kepada anggota PPK, PPS, sekretaris KPU

Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota

yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan

terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan;


(37)

18. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;

19. Melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan pedoman KPU dan/atau KPU Provinsi;

20. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota; 21. Menyampaikan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten/Kota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Menteri Dalam Negeri, bupati/walikota, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota; dan

22. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi dan/atau undang-undang.

KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Dearah langsung di Kabupaten Sukabumi maka KPU Daerahnya bernama KPU Kabupaten Sukabumi. KPU Kabupaten Sukabumi didalam menjalankan tugasnya dapat mengeluarkan peraturan untuk menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah langsung, yang tentu saja tidak boleh bertentangan dengan aturan di atasnya.


(38)

38

2.3 Konsep Pemilihan Umum

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini ditegaskan didalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan Pemilu, Pemilihan umum diartikan sebagai:

“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri dimana Pemilih adalah warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin serta memenuhi syarat sebagai pemilih yaitu tidak terganggu jiwanya, tidak dicabut hak pilihnya berdasar keputusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum serta terdaftar sebagai pemilih. Pemilu yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali memiliki beberapa asas dalam pelaksanaanya, sesuai Pasal 1 UU Ayat 1 Nomor 22 Tahun 2007 yaitu asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Asas langsung maksudnya adalah rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Asas umum maksudnya yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Undang-Undang berhak mengikuti Pemilu.


(39)

Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. Asas bebas maksudnya bahwa setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Asas rahasia maksudnya adalah dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun. Asas jujur maksudnya adalah dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu, pengawas Pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap jujur. Asas adil maksudnya bahwa setiap pemilih dan peserta pemilu mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan dari pihak mana pun.

Pemilu bertujuan untuk mengimplementasikan kedaulatan rakyat dan kepentingan rakyat dalam lembaga politik Negara. Pemilu juga sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternatif kebijakan umum, sebagai mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan perwakilan rakyat, serta sebagai sarana untuk menggalang dukungan masyarakyat.


(40)

40

2.3.1 Asas Penyelenggara Pemilu

Adapun didalam Menurut Pasal 2 Undang-undang Republik Indoneia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas :

a. Mandiri; b. Jujur; c. Adil;

d. Kepastian Hukum;

e. Tertib Penyelenggara Pemilu; f. Kepentingan Umum;

g. Keterbukaan; h. Proporsionalitas; i. Profesionalitas; j. Akuntabilitas; k. Efesiensi; dan l. Efektivitas;

Keberadaan Pemilu menawarkan kesempatan kepada rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam kursi jabatan. Secara demokratis pejabat yang duduk di kursi jabatannya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu menurut hukum yang adil, sehingga Pemilu merupakan suatu komponen yang teramat penting keberadaannya karena

berfungsi sebagai penyaring stake holder yang ingin mencicipi

kekuasaan.

2.3.2 Fungsi Pemilu

Menurut Aurel Croissant, dalam perspektif politik sekurangnya ada tiga fungsi Pemilu, yaitu :

1. Fungsi keterwakilan. Fungsi keterwakilan merupakan urgensi di Negara demokrasi baru dalam beberapa Pemilu.

2. Fungsi Integrasi. Fungsi ini menjadi kebutuhan Negara yang mengkonsolidasikan demokrasi.


(41)

3. Fungsi Mayoritas. Fungsi Mayoritas merupakan kewajiban bagi

Negara yang hendak mempertahankan stabilitas dan

kepemerintahan (governability).

(dalam Prihatmoko, 2008:18)

Implementasi Pemilu didalam aplikasinya terdapat suatu proses kampanye yang dapat dilakukan melalui pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran melalui media cetak dan elektronik, penyiaran melalui radio atau televisi, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, rapat umum, dan kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Kampanye Pemilu didalam pelaksanaannya dilarang mempersoalkan dasar negara dan Pembukaan UUD 1945, menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan peserta pemilu yang lain, menghasut dan mengadu domba, mengganggu ketertiban umum, melakukan kekerasan, melakukan pengrusakan atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta Pemilu, serta di larang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan. Dilarang melibatkan: Ketua / wakil Ketua / Ketua Muda / Hakim Mahkamah Agung /Hakim Mahkamah Konstitusi dan hakim-hakim pada semua badan peradilan, Ketua/Wakil Ketua dan anggota BPK, Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Pejabat BUMN/ BUMD, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri, Kepala Desa.

Terdapat pula pengawas pemilu, pengawas ini memiliki tugas dan wewenang mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilu,

menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan,


(42)

42

meneruskan temuan serta laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang.

2.3.3 Tujuan Pemilu

Hasil pemilu yang baik akan menjadikan sebuah citra yang baik bagi penyelenggara pemilu oleh karena itu harus diketahui dulu apa yang

menjadi tujuan diselenggarakannya pemilu, agar pemilu yang

dilangsungkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternativ kebijakan umum.

2. Mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan perwakilan rakyat.

3. Sarana memobilisasi dan/atau menggalang dukungan rakyat.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Pemilihan Umum merupakan wadah aspirasi rakyat dimana rakyat dapat mengemukakan keinginannya dalam memilih pimpinan melalui Sosialisasi politik yang dilakukan dengan menyelenggarakan Pemilihan Umum atau yang biasa disebut dengan Pemilu.

2.3.4 Sistem Pemilu

Salah satu yang paling penting dalam pelaksanaan Pemilu adalah dengan adanya sistem Pemilu yang representatif didalam Negara demokrasi. Penyebab utama hingga terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam Pemilu adalah selain implementasi asas Pemilu yang dilaksanakan


(43)

serasa belum mantap dan pengawasan atas jalannya Pemilu kurang berjalan dengan efektif adalah karena sistem Pemilu yang tidak representatif. Menurut Miriam Budiardjo, dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistim Pemilu, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu :

a. Singgle-member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut Sistim Distrik),

b. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih

beberapa wakil; biasanya dinamakan Proportional

Representation atau Sistim Perwakilan Berimbang). (Budiardjo, 2005:177)

Sistem Pemilu menurut Joko J. Prihatmoko, berkaitan erat diantara dua faktor internal dan eksternal terhadap kinerja legislatif. Faktor eksternal yaitu partisipasi aktif dan kontrol masyarakat, kelompok kepentingan, LSM, pers bebas dan mandiri, solidaritas masyarakat madani, dan atmosfer makro epolitikan. Factor internalnya antaralain kualitas anggota dan kapasitas sistem serta mekanisme kembagaan legislatif sendiri. Menurut Joko J. Prihatmoko, ada enam prinsip yang menjadi petunjuk dalam memilih sistem Pemilu, yaitu :

1. Sistem Pemilu sangat berpengaruh terhadap watak atau persaingan kontestan.

2. Sistem Pemilu dapat dengan mudah dimanipulasi, khususnya oleh partai-partai besar, untuk memperlancar perilaku politik tertentu.

3. Sistem Pemilu dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif partai politik di parlemen.

4. Sistem Pemilu juga menentukan keterpaduan internal dan disiplin masing-masing partai. Sebagian sistem mendorong faksionalisme dan sebagianlainnya memaksa partai-partai untuk

bersatu suara dan menekan perkembangan (disobedience).

5. Sistem Pemilu bisa mengarahkan pada pembentukan koalisi atau pemerintahan satu partai dengan kendala yang dihadapi partai mayoritas.


(44)

44

6. Sistem Pemilu dapat mendorong atau menghambat

pembentukan aliansi diantara partai-partai, dan bisa pula member rangsangan kepada beberapa kelompok agar lebih bersikap akomodatif atau member dorongan kepada partai-partai untuk menghindari konflik berdasarkan ikatan etnik, kesukuan atau kekerabatan.

(Prihatmoko, 2008:34)

Sistem Pemilu menurut Lijphart, dalam ilmu politik dimaknai sebagai suatu kumpulan metode atau cara warga masyarakat memilih para wakil mereka (dalam Gaffar, 2000:255). Manakala sebuah lembaga perwakilan dipilih maka sistem pemilihan mentransfer jumlah suara kedalam jumlah kursi, sementara itu pemilihan presiden, gubernur, dan bupati yang merupakan representasi tunggal dalam sistem pemilihan, dasar jumlah suara yang diperoleh menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dengan melihat kenyataan seperti itu, maka betapa pentingnya sistem pemilihan dalam sebuah demokrasi.

2.4 Partai Politik

Menurut Miriam Budiardjo, secara umum partai politik dapat dikatakan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang angota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, yang mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusonil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Budiardjo, 2005:160).

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, menyebutkan Bahwa:

“Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk


(45)

dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Partai politik merupakan sarana sosialisasi politik dan sebagai sarana komunikasi politik, sehingga keduanya mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan pemilu yang diselenggarakan oleh kpu dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebaga penyelenggara pemilu.

Menurut Carl J. Friendrich mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah:

“Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang

bersifat idil maupun materil” (dalam Budiardjo, 2005:161).

Sedangkan menurut R.H Soltao mengemukakan bahwa Partai Politik adalah:

“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,

bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan

kebijaksanaan umum mereka” (dalam Budiardjo, 2005:161).

Berdasarkan keterangan diatas, partai politik merupakan suatu kekuasaan untuk menguasai pemerintahan baik untuk kepentingan anggota partainya dan melaksanakan kebijaksanaan umum lainnya yang bersifat idil maupun materil.


(46)

46

2.4.1 Fungsi Partai Politik

Adapun Fungsi Partai Politik menurut Miriam Budiarjo,

mengemukakan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Partai sebagai sarana komunikasi politik.

2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik. 3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. (Budiarjo, 2005:163).

Sedangkan berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Partai Politik berfungsi sebagai sarana :

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;

c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;

d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa partai politik merupakan suatu kelompok tertentu dimana kelompok tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kekuasaan di pemerintahan yang memiliki arti penting didalam fungsinya sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik maupun pengatur konflik.


(47)

2.4.2 Klasifikasi Partai Politik

Menurut Rahman, klasifikasi partai politik secara umum terbagi : a. Partai Massa

Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan

keunggulan jumlah anggota; oleh karena itu biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang memiliki ideology dan tujuan yang sama. Kelemahan dari partai massa ini adalah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang menjadi anggotanya cenderung untuk memaksakan kepentingan masing-masing, sehingga persatuan partai menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.

b. Partai Kader

Kekuatan partai ini adalah terletak pada kekuatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan seleksi terhadap calon anggotanya dan memecat angota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.

(Rahman, 2007:104).

Mencermati teori diatas, maka dapat diartkan bahwa partai masa yaitu suatu partai yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan agak kabur. Partai kader yaitu suatu partai yang mementingkan kekuatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan Parpol biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggotanya yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.


(48)

48

Sedangkan klasifikasi partai politik menurut sifat dan orientasinya

terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu Partai Lindungan (Patronage Party),

dan Partai Ideologi atau partai Azas (Rahman, 2007:105). Partai Lindungan merupakan suatu partai yang umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor, yang dimana terdapat kedisiplinan yang lemah dan tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utamanya yaitu memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang dicalonkannya. Partai ideologi/azas merupakan suatu partai yang biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Terhadap calon anggota diadakan saringan sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan.

Adapun klasifikasi partai politik menurut sistem kepartaian terbagi

menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sistem partai tunggal (One-Party Sistem),

Sistem Dwi Partai (Two Party Sistem), dan Sistem Multi Partai (

Multy-Party Sistem) (Rahman, 2007:105). Partai tunggal merupakan suatu sistem partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya. Contohnya Eropa timur dan RRC. Dwi partai merupakan suatu sistem yang dimana terdapat dua partai atau adanya beberapa partaitetapi dengan peranan dominan dari dua partai dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa dan partai oposisi, dengan demikian jelaslah dimana letaknya


(49)

tanggung jawab mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi. Contohnya Inggris, Amerika, Filipina. Multi partai merupakan suatu sistem yang dimana terdapat beberapa partai yang biasanya lebih dari dua partai kerena atas dasar keanekaragaman dalam komposisi masyarakat tentang perbedaan ras, agama, suku bangsa, golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas tadi dalam satu wadah saja. Contohnya Indonesia, Perancis, Belanda, Swedia, dll.

2.5 Konsep Demokrasi

Demokrasi sering diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Abraham Lincoln menyatakan bahwa Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sedangkan Diamond, Linz dan Lipset. Mendefinisikannya sebagai suatu sistem pemerintahan yang memenuhi syarat pokok, kompetisi yang sungguh-sungguh dan meluas diantara individu- individu dan kelompok- kelompok organisasi untuk memperebutkan jabatan -jabatan pemerintahan yang memiliki kekuasaan efektif, pada jangka waktu yang reguler dan tidak melibatkan penggunaan daya paksa, partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga negara dalam pemilihan pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui pemilu yang diselenggarakan secara reguler dan adil, sedemikian rupa sehingga tidak satupun kelompok sosial (warga negara dewasa) yang dikecualikan, dan suatu tingkat kebebasan


(50)

50

sipil dan politik, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan untuk membentuk dan bergabung dalam organisasi yang cukup untuk menjamin integritas kompetisi dan partisipasi politik

Demokrasi dapat pula dimaknai sebagai pemerintahan dengan segenap kegiatan yang dikelola dijalankan dengan menjadikan rakyat sebagai subjek dan titik tumpu roda penentu berjalannnya kepolitikan dan kepemerintahan. Sedangkan Demokratisasi dapat diartikan sebagai suatu transformasi atau proses untuk mencapai suatu sistem yang demokratis. Sebagai salah satu paham politik yang terdapat di dunia, paham demokrasi memiliki beberapa keuntungan yang dimiliki meskipun terdapat pula kelemahan di dalamnya.

2.5.1 Keuntungan dan Ciri Umum Negara Demokrasi

Menurut Robert Dahl terdapat 10 keuntungan demokrasi dibandingkan sistem politik lainnya yaitu :

1. Demokrasi mampu mencegah tumbuhnya bentuk pemerintahan yang diselenggarakan oleh kaum otokrat yang kejam dan licik. 2. Demokrasi menjamin warganegaranya dengan sejumlah hak

azasi yang tidak dapat diberikan oleh sistem-sistem yang non-demokratis.

3. Demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya daripada alternatif sistem politik lain yang memungkinkan.

4. Demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar mereka.

5. Demokrasi membantu perkembangan manusia lebih baik daripada alternatif sistem politik lain.

6. Hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan yang besar dan luas bagi masyarakat untuk menggunakan kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri.

7. Hanya pemerintahan yang demokratis yang mampu

memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral.


(51)

8. Hanya pemerintahan yang menganut demokrasi yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang cukup tinggi.

9. Negara-negara demokrasi perwakilan modern tidak berperang satu dengan lainnya.

10. Negara dengan pemerintahan demokratis cenderung lebih makmur daripada yang non-demokratis.

(dalam Agustino, 2005: 24)

Dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi yang mulai dibangun oleh Negara-negara di dunia, maka untuk dapat mengidentifikasikan apakah negara tertentu menganut demokrasi atau tidak maka dalam sistem politik ini terdapat ciri-ciri umum bahwa suatu negara tertentu menganut demokrasi diantaranya adalah:

1. Ada kekuatan politik bentukan masyarakat (partai, kelompok kepentingan, dan kelompok penekan) yang berfungsi sebagai instrumen penyampaian tuntutan masyarakat kepada pemerintah. 2. Ada pemilu yang dilakukan secara berkala dan demokratis di mana

posisi tawar-menawar (bargaining position) dan posisi kekuatan

antara rakyat dan pemerintah sejajar.

3. Ada pemerintah yang dibentuk oleh kekuatan mayoritas dengan tetap menghormati hak-hak kelompok minoritas.

4. Ada mekanisme penyeimbangan antara pusat-pusat kekuatan politik, yang tercermin dari keberadaan dan aktifitas mereka di parlemen.

5. Ada ruang dan wahana publik yang tidak dapat diintervensi oleh pemerintah.

(Imawan, 2000:272)

Proses menuju demokratisasi suatu negara tidak dapat dilakukan dengan mudah, karena di dalamnya terdapat kondisi awal yang terlebih dahulu harus di penuhi, menurut Robert Dahl kondisi tersebut adalah:

1. Adanya pemilihan umum yang bebas, adil, dan berkala. 2. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat.

3. Adanya kemudahan akses untuk memperoleh sumber-sumber informasi dan alternatifnya.

4. Adannya otonomi asosiasional.

5. Dibangunnya pemerintahan perwakilan. 6. Terdapatnya hak warga negara yang inklusif. (dalam Agustino, 2005: 14)


(52)

52

Selain itu Dahl mengungkapkan pula bahwa sebuah pemerintahan yang demokratis akan menunjukan kadar partisipasi masyarakat yang tinggi, dan kadar demokrasi sebuah negara dapat ditentukan dalam dua hal yaitu pertama seberapa besar peranan masyarakat dalam menentukan arah kebijakan umum pemerintahan, dalam hal ini dapat dilakukan melalui mekanisme partisipasi politik yang salah satunya dengan pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Kedua adalah seberapa besar peranan masyarakat dalam menentukan siapa diantara mereka yang dijadikan pejabat publik. Menurut Dahl menyatakan bahwa indikator demokrasi yang tinggi ditunjukan dengan tingginya kontrol atas keputusan pemerintah, pergantian elite atau pemimpin melalui pemilu yang bebas, adil, dan jujur secara regular, semua orang dewasa memiliki hak suara, semua orang dewasa mempunyai hak untuk menjadi kandidat dipilih, terdapat hak untuk berekspresi, termasuk mengkritik pemerintah, serta akses ke sumber informasi alternative serta hak berkumpul dan berorganisasi, memasuki parta politik untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

2.5.2 Demokrasi di Indonesia

Indonesia sebagai Negara hukum (rechsstaat) dalam

perkembangannya tidak bisa dipisahkan dari paham demokrasi sebab pada akhirnya hukumlah yang akan mengatur dan membatasi kekuasaan Negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar


(53)

kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Menurut Miriam Budiardjo, perkembangan demokrasi sejarah Indonesia terbagi tiga masa yaitu :

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi

(konstitusionil) yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi parlementer.

b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusionil yang secara formil merupakan landasannya, dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.

c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusionil yang menonjolkan sistem presidensiil.

(Budiardjo, 2005:69)

Menurut Hikam, para founding fathers Republik Indonesia telah

bersepakat bahwa ketatanegaraan yang berlaku adalah mengikuti prinsip-prinsip dasar demokrasi. Prinsip tersebut adalah

1. Kedaulatan berada di tangan rakyat,

2. Jaminan terhadap hak -hak dasar warga negara, 3. Sistem perwakilan,

4. Partisipasi warga negara dalam proses pengambilan keputusan, 5. Persamaan di depan hukum bagi warga negara,

6. Rule of law,

7. Pertanggungjawaban penguasa kepada kepada warga negara. (Hikam, 1999:126)

Pertimbangan Indonesia untuk menganut Demokrasi adalah demokrasi memberikan kemungkinan kepada setiap individu untuk melakukan proses realisasi diri dengan rasa tanggung jawab penuh, dan untuk menjadi manusia utuh yang menyadari jati dirinya. Serta demokrasi mampu memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk berkarya dan memberikan partisipasi sosial di tengah masyarakat lingkungan sendiri dan juga nasional, dengan masing-masing disesuaikan dengan fungsinya di tengah masyarakat serta sesuai misi hidupnya.


(54)

54

Melihat kehidupan demokrasi di Indonesia dalam teori dan praktek ketatanegaraan Indonesia selama lima dasawarsa terakhir dapat dilakukan dalam berbagai perspektif. Menurut Hikam terdapat tiga perspektif penting yaitu : legal formal, budaya, dan politis. Dalam perspektif legal formal, teori dan praktek ketatanegaraan yang demokratis ditelaah dari sisi persesuaian antara norma dan aturan yang telah digariskan dengan praktek yang dilaksanakan dalam realitas. Dari telaah ini dapat diketahui sejauh manakah kehidupan ketatanegaraan Indonesia mengikuti secara konsisten garis-garis yang telah dibuat dan disepakati pendiri bangsa yang tertuang dalam konstitusi. Maka akan dapat kita lihat keberhasilan dan kegagalan, ketaatan serta penyelewengan antara teori dan praktek.

Kajian dari perspektif budaya menitikberatkan pada sejauh mana budaya demokrasi telah dikembangkan, disosialisasikan dan di internalisasikan dalam kehidupan. Dimana tujuan yang terpenting adalah untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan -permasahan budaya yang menjadi elemen penting dalam demokrasi yang harus dikembangkan dalam praktek ketatanegaraan yang demokratis. Misalnya

budaya toleransi, civility, accountabilty, kegagalan dalam pelaksanaan

elemen budaya demokratis ini maka akan mempengaruhi kinerja para penyelenggara negara dan seluruh praktek ketatanegaraan.

Perspektif politis melihat teori dan praktek ketatanegaraan dengan memfokuskan pada bagaimana sumberdaya dan lembaga politik menopang kehidupan ketatanegaraan yang demokratis, misalnya partai


(55)

politik dalam menjalankan perannya, serta sumberdaya politik dalam masyarakat telah dapat secara maksimal dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi pengambilan kebijakan publik di tingkat nasional, regional ataupun lokal. Ketiga perspektif ini dalam kenyataannya akan saling berkaitan dalam kehidupan masyarakat, hal ini dapat kita lihat ketika kita berbicara mengenai aspek legal formal, maka aspek budaya pun akan turut pula mempengaruhi.

Dalam praktek kehidupan ketatanegaraan Indonesia ternyata pelaksanaan demokrasi yang hendak dibangun sering mengalami gangguan, hal ini terjadi sebagai akibat ketidakkonsistenan pemerintah dalam melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri, banyak penyimpangan yang dilakukan. Misalnya dalam orde baru yang mencoba menciptakan kondisi apati politik terhadap warga negara, sehingga hakekatnya masyarakat secara psikologis telah dijauhkan dari proses belajar yang sejati dalam berpolitik. Demikian halnya dengan pelaksanaan Pemilu yang seharusnya menjadi proses alih kekuasaan secara damai dalam kehidupan bernegara ternyata hanya berupa pemilu wacana penuh manipulasi. Kenyataan yang demikian ditambah dengan kurangnya kebebasan masyarakat untuk bebas dalam mengeluarkan pendapat dalam rangka turut mempengaruhi pembuatan kebijakan. Dari kenyataan-kenyataan yang ada maka kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan demokrasi yang ingin diwujudkan ternyata tidak didukung secara maksimal oleh pemerintah pada era Orde baru.


(1)

viii

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 3.1 Struktur Organisasi KPU Provinsi Jawa Barat ... 62


(2)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran ... 21


(3)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kuliah Kerja Lapangan dari Universitas

Komputer Indonesia Bandung.

Lampiran 2 Surat penyetujuan Kuliah Kerja Lapangan di KPU Provinsi Jawa Barat.

Lampiran 3 Surat Keterangan telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan dari KPU Provinsi Jawa Barat.


(4)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama Lengkap : Agus Rinanto

Tempat dan Tanggal Lahir : Serang, 29 Agustus 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 41707018

Program Studi : Ilmu Pemerintahan Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

No. HP : 085722948660

Alamat : Jl. Tubagus Ismail No. 28 153B Berat Badan : 57 Kg

Tinggi Badan : 178 Cm Status : Belum Kawin Nama Ayah : Maryanto

Pekerjaan Ayah : Purnawirawan TNI

Nama Ibu : Komara


(5)

Pendidikan Formal

SDN 2 Gegerbitung (1994-2000) SLTPN 1 Gegerbitung (2000-2001) SLTP Terpadu Al-Ghifari (2001-2003)

SMK Teknologi Plus Padjadjaran (2003-2006)

Universitas Komputer Indonesia Program Studi Ilmu Pemerintahan (2007-Sekarang)

Pendidikan Non Formal

1. Studium Generale Program Studi Ilmu Pemerintahan dengan Tema “Kesiapan Masyarakat & Pemda Jawa Barat Menghadapi Pilkada Langsung 2008” Auditorium UNIKOM, 23 Februari 2008. 2. Semi Loka Half Day Public Speaking Himpunan Mahasiswa Ilmu

Pemerintahan FISIP UNIKOM dengan Tema Linguistic

Intellectual Front Of Public Auditorium Miracle UNIKOM, 8 mei

2008.

3. Kunjungan Lembaga Program Studi Ilmu Pemerintahan ke Pemerintah Kabupaten Garut (BPPK Intel), 22 Mei 2008.

4. Mentoring Agama Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2008 dengan Tema “Pemerintahan Islam” Auditorium UNIKOM, 9 September 2008.

5. Seminar Nasional dengan Tema “Kepemimpinan Nasional di Indonesia Pasca Reformasi” dan Sosialisasi Pemilu Legislatif


(6)

2009. Auditorium Universitas Langlangbuana Bandung, 14 Maret 2009.

6. Pelatihan Protokoler Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (HIMA IP) Auditorium UNIKOM, 23 Maret 2009. 7. Pelatihan Mahasiswa Peneliti Tahun 2009 yang diselenggarakan

oleh Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia dengan Tema “Pengembangan Mahasiswa Berprestasi melalui Peningkatan Kesiapan Mahasiswa dalam Melaksanakan Penelitian Skripsi di Prodi IP” Aula, 7 April 2009.

8. Table Manner Course Hotel Golden Flower Bandung, 2009.

9. Simposium Nasional yang diselenggarakan oleh Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) yang didukung oleh The Japan Foundation dengan Tema “Dinamika Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia dan Jepang; Ditinjau dari Perspektif Sosial-Budaya” Banana Inn Hotel Bandung, 11 Desember 2009.

Bandung, November 2010