Analisis Klausa Kompleks Dalam Novel No Greater Love Karya Danielle Steel (Kajian Tata Bahasa Fungsional)

(1)

Bahwa yang bertandatangan dibawah ini, penulis belsedia :

"Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan".

Bandung, $ Agustus 2012

Penulis,

fi-@lM

Erqawati Marvam NrM.63707013


(2)

CLAUSE COMPLEX ANALYSIS IN NO GREATER LOVE BY DANIELLE STEEL

(A Study of Functional Grammar)

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

ERNAWATI MARYAM NIM. 63707013

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2012


(3)

NO GREATER

LOW

KARYA DAIYIELLE STEEL

(Kajian Tata Bahasa X'ungsional)

CIAUSE COMPLEX ANATYSE

BY DANIELLE STEEL

(A Study of Functional Grammar)

PEIYYUSUN : ERNAWATI MARYAM

NIM

:63707A13

Bandung, Agustus 2012 Mengetahui,

J

Tatan Tawami. S.S.. M.Hum. NIP. 4127.20.03.011

IN

NO

GREATER LOVE

Pembimbing Pendamping


(4)

vii

Penelitian ini berjudul Analisis Klausa Kompleks dalam Novel “No

Greater Love” karya Danielle Steel yang bertujuan menganalisis hubungan

logico-semantic yang muncul dalam setiap klausa dengan klausa lainnya dalam klausa kompleks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dimana data-data dikualifikasikan berdasarkan klasifikasi hubungan taksis kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam hubungan logico semantic-nya.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa 6 data yang berupa klausa kompleks hipotaksis memunculkan hubungan elaboration dan enhancing, 2 data yang berupa klausa kompleks parataksis memunculkan hubungan extending. Selain itu, 3 data yang berupa klausa kompleks parataksis dan hipotaksis memunculkan hubungan extending-enhancing dan 2 data yang berupa klausa kompleks hipotaksis dan parataksis memunculkan hubungan enhancing dan

extending. Maka dari itu, pada klausa kompleks parataksis selalu memunculkan hubungan extending dan klausa kompleks hipotaksis selalu memunculkan hubungan elaboration dan enhancing.


(5)

viii

This research is entitled Clause Complex Analysis in “No Greater Love” novel by Danielle Steel which is purposed to analyze the logico-semantic relation. It is showed by clause complex. In addition, the writer uses qualitative-descriptive methods in this research in which the data is qualified based on taxis relation classification, then it is described based on logico-semantic relation.

The result of research indicates that 6 data of hypotaxis clause complexes show elaboration-enhancing relation and 2 data of parataxis clause complexes show extending relation. In addition, 3 data of parataxis and hypotaxis clause complexes show extending-enhancing relation and 2 data of parataxis and hypotaxis clause complexes show enhancing-extending relation. Based on data analysis, it can be concluded that parataxis clause complex always shows extending relation and hypotaxis clause complex always shows elaboration and enhancing relations.


(6)

viii

Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana dan saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi mereka-mereka yang ingin melanjutkan penelitian ini. Maka dari itu, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih terhadap orang-orang yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A, sebagai dekan Fakultas Sastra.

2. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum, sebagai Ketua Program Studi Sastra Inggris.

3. Dr. Juanda sebagai wali dosen, terima kasih atas bantuan dan dukungan dan mengembalikan semangat saya lagi untuk tetap maju dalam penelitian ini. You’re the best,

4. Tatan Tawami, S.S., M.Hum sebagai pembimbing pertama saya, terima kasih pak atas bantuan bapak menyadarkan saya bahwa saya bisa menyelesaikan skripsi ini dan dukungan dalam bentuk menjadi pembimbing yang baik dan sabar. Mohon maaf atas kesalahan-kesalahan saya selama ini yang terkadang membuat bapak merasa kesal. Terima kasih pak, atas bantuan bapak, saya akhirnya bisa menyelesaikan penelitian ini.

5. Muhammad Rayhan Bustam, S.S sebagai pembimbing kedua saya, terima kasih atas bantuan bapak dalam membimbing saya dan dukungan bapak


(7)

ix

dan dunia kerja nantinya. Selain itu, mohon maaf atas keteledoran saya selama ini.

6. Terima kasih untuk semua dosen-dosen, mahasiswa/mahasiswi, staff-staff Sastra Inggris atas bantuan kalian semua.

Bandung, Agustus 2012


(8)

xi

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.5Kerangka Teori ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1Functional Grammar ... 6

2.2Klausa dan Klausa Kompleks ... 8

2.2.1 Parataksis ... 10

2.2.2 Hipotaksis ... 12

2.3Hubungan Logico Semantic ... 15

2.3.1 Elaboration... 18

2.3.2 Extending ... 21

2.3.3 Enhancement ... 22

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Objek Penelitian ... 24

3.2 Metode Penelitian ... 24

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 25


(9)

xii

4.3 Extending-Enhancing

4.4 Enhancing ... 41

4.5 Enhancing-Extending ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

Daftar Pustaka... 52

Synopsis ... 53

Apendiks ... 55


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Berdasar pada teori Brian Paltridge (1994) bahwa klausa dapat didefinisikan sebagai unit tata bahasa terbesar, jika ada grup yang memiliki beberapa klausa, klausa tersebut disebut dengan klausa kompleks. Klausa kompleks itu sendiri terdiri dari beberapa klausa yang memiliki hubungan satu sama lain. Selain itu, klausa kompleks terdiri dari 2 jenis yaitu klausa kompleks parataksis dan klausa kompleks hipotaksis. Klausa komplek parataksis menggabungkan klausa independen dengan klausa independen lainnya sedangkan klausa kompleks hipotaksis berfungsi menggabungkan satu atau beberapa klausa independen dengan satu atau beberapa klausa dependen.

Jika ditelusuri dengan baik, di antara penggabungan klausa-klausa tersebut terdapat hubungan logico-semantic agar satu klausa dengan klausa yang lain padu seperti yang diutarakan oleh Halliday (1985:193) yaitu “we shall interpret the

relations between clauses in terms of logical component of the linguistic system: the functional-semantic relations that make up the logic of natural languange”

dan didukung oleh pernyataan Paltridge (2000:89) “clauses can be combined

through one of two logico-semantic relations: expansion or projection”.

Dengan berlandaskan pemikiran di atas, penulis hanya fokus di dalam menganalisis data dengan hubungan expansion. Di dalam hubungan expansion


(11)

tersebut terbagi menjadi 3 hubungan yaitu elaboration, extending dan

enhancement. Jadi klausa kompleks yang terdapat pada data akan memunculkan hubungan-hubungan tersebut dan hubungan logico-semantic tersebut akan dijelaskan melalui simbol yang telah dinyatakan oleh teori Halliday dan akan dibahas lebih lanjut di dalam bab selanjutnya.

Dengan topik yang diangkat penulis tersebut, ada sedikit perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati (2010) dengan judul “Thematic Progression in Gail B.Stewart’s Cuba (Places In The News)”, dia membuat penelitiannya tentang alur tema yang berada di dalam teks novel. Sedangkan penulis melakukan penelitian mengenai hubungan taksis dan logico-semantic di dalam alur teks klausa kompleks. Dengan demikian, penulis menetapkan judul “Analisis Klausa Kompleks dalam novel No Greater Love

karya Danielle Steel” sebagai penelitiannya.

1.2Rumusan Masalah

Penulis fokus untuk menganalisis klausa kompleks sekaligus mengetahui hubungan hipotaksis dan parataksis yang terkandung dalam data. Guna membatasi topik dan fungsi pembahasan, penulis merumuskannya sebagai berikut:

1) Hubungan taksis apa saja yang muncul pada klausa kompleks dalam novel

No Greater Love?

2) Hubungan logico-semantic apa yang dihasilkan dari hubungan taksis tersebut?


(12)

1.3Tujuan Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis mempunyai beberapa tujuan yang dapat menjawab pertanyaan di atas sebagai berikut:

1. Menjabarkan hubungan taksis yang muncul pada klausa kompleks yang terkandung dalam novel No Greater Love.

2. Menjabarkan hubungan logico-semantic yang dihasilkan oleh hubungan taksis dalam klausa kompleks.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas akan hubungan taksis yang muncul dalam setiap konteks dan makna logico-semantic teks yang dihasilkan dalam klausa hipotaksis dan parataksis. Penulis mengambil topik di atas agar pembaca dapat menghindari kesalahpahaman dalam memahami hubungan yang terjalin di antara klausa tersebut dan juga memahami pula pengaruh makna tersebut terhadap keseluruhan wacana. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih terhadap penelitian selanjutnya yang nantinya membahas klausa kompleks ataupun meneruskan penelitian penulis. Penelitian ini pun bertujuan agar pembaca khususnya para mahasiswa/mahasiswi Sastra Inggris memahami sistem Functional Grammar (FG) dan makna semantik dalam konteks bacaan mereka.


(13)

1.5Kerangka Pemikiran

Berdasar pada Functional Grammar, penelitian akan dianalisis seperti yang akan diperlihatkan dalam kerangka pemikiran di bawah ini. Pertama,

Functional Grammar menjadi acuan penulis dalam menganalisis data. Menurut Halliday (1994) sistem Functional Grammar itu sendiri adalah sistem bahasa mengenai bagaimana struktur tersebut diorganisasikan dan bagaimana makna muncul.

Dalam kajian sistem Functional Grammar ada 3 konsep yang memunculkan makna yang berbeda di dalam sebuah klausa. Menurut Halliday (1985:3), konsep tersebut di antaranya clause as representation, clause as an exchange dan clause as message. Dalam penelitian penulis hanya fokus terhadap

clause as message dan fokus terhadap klausa kompleks saja. Setelah itu, penulis meneliti dalam segi hubungan taksis (Halliday, 2004:538) dan hubungan logico-semantic khususnya expansion (Brian Paltridge, 2000:89) yang muncul dalam taksis tersebut. Berdasarkan pada teori Halliday (2004:538) bahwa hubungan taksis itu sendiri terdiri dari 2 yaitu hubungan parataksis dan hubungan hipotaksis. Sedangkan untuk logico-semantic nya berdasar pada teori JR Martin (1992:168) ada 3 hubungan yaitu elaboration, extending, dan enhancing. Untuk hubungan elaboration terbagi menjadi 2 hubungan yaitu appositive dan clarifying

sedangkan hubungan extending terbagi menjadi 3 hubungan yaitu additive,

adversative dan varying. Terakhir hubungan enhancing terbagi menjadi 4 hubungan yaitu matter (respective), manner, spatio-temporal, causal-conditional. Prosedur di atas akan terkuak dalam kerangka pemikiran di bawah ini:


(14)

System Functional Grammar

Ideational meaning Interpersonal meaning Textual meaning

Gambar 1 Kerangka Teori

Clause as representation Clause as exchange Clause as a message

Clause and clause complex

Logico semantic relation Taxis

Elaboration Extending Enhancing Parataxis Hypotaxis

Appositive clarifying clarifying clarifying

clarifying clarifying


(15)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis memaparkan beberapa teori yang digunakan dalam menganalisis data. Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori Halliday (1985), Gerot & Wignell (1994) dan Paltridge (2000). Teori Halliday digunakan penulis sebagai teori utama sebagai landasan penulis dalam menganalisis data. Selain itu, teori pendukung yang digunakan oleh penulis adalah teori Gerot & Wignell dan Paltrige.

2.1 Functional Grammar

Menurut Halliday (1994), sistem Functional Grammar itu sendiri adalah sistem bahasa, struktur mengenai bagaimana struktur tersebut diorganisasikan dan bagaimana makna muncul. Dalam kajian sistem FG ada 3 konsep yang memunculkan makna yang berbeda di dalam sebuah klausa. Menurut Halliday (1985:3), konsep tersebut di antaranya clause as representation, clause as an exchange dan clause as message.

Clause as representation adalah klausa yang merepresentasikan beberapa peran penting (Gerot & Wignell, 1994). Peran itu adalah circumstances,


(16)

He runs slowly.

He sebagai participant yaitu actor. Runs sebagai process yaitu hal yang dilakukan oleh actor. Sedangkan slowly sebagai circumstance yaitu kata keterangan yang menjelaskan proses yaitu runs. Selain itu, dikarenakan slowly

adalah adverb of manner, slowly tersebut berfungsi menjawab pertanyaan yang bersifat kualitas yaitu menjawab bagaimana caranya dan itu dilakukan.

Selain konsep clause as representasion di atas, clause as an exchange

adalah klausa yang memunculkan makna-makna dari hubungan sosial participant

yang berada di dalam klausa. Makna-makna tersebut dapat disebut dengan

interpersonal meaning atau dalam istilah lexicogrammar makna-makna tersebut disebut dengan mood (Gerot & Wignell, 1994:22). Makna-makna tersebut muncul ketika ada hubungan yang dilakukan oleh participant1 dengan participant2 (Gerot & Wignell, 1994:22). Lebih lanjut dijelaskan contoh di bawah ini.

Kiss me!

Untuk contoh di atas, hubungan sosial yang dimunculkan dari interaksi dalam kalimat imperatif merupakan hubungan antara participant 1 dengan

participant 2. Hubungan khusus yang terjalin di antara mereka hubungan keintiman. Hal ini diperlihatkan dari pernyataan yang meminta participant 2

untuk memberikan balasan (ciuman). Oleh karena itu, dikarenakan data di atas memunculkan hubungan sosial tertentu maka data tersebut yang berupa kalimat imperatif merupakan clause as an exchange.

Sedangkan dengan clause as a message adalah klausa yang berfungsi memberikan makna terhadap context yang dikandungnya atau context yang


(17)

mengikutinya (Gerot & Wignell, 1994:102). Context tersebut berada dalam tataran klausa dan klausa kompleks. Dalam penelitian penulis, konteks yang akan diteliti hanya dalam tataran klausa kompleks saja. Di bawah inilah dijelaskan mengenai klausa, klausa kompleks dan hubungan taksis apa saja yang muncul dalam klausa kompleks dan tentu saja dengan hubungan logico-semantic yang muncul di antara taksis tersebut pun dijelaskan.

2.2 Klausa dan Klausa Kompleks

Berdasar pada teori Brian Paltridge (1994) bahwa klausa dapat didefinisikan sebagai unit tata bahasa terbesar, dimana jika satu klausa digabungkan dengan klausa yang lainnya, klausa-klausa tersebut dapat disebut dengan klausa kompleks seperti yang diutarakan oleh Gerot & Wignell (1994:82),

a clause can be defined as the largest grammatical unit, and a clause complex is two or more clauses logically connected.” Selain itu, klausa dapat disebut dengan klausa kompleks jika dalam klausa kompleks tersebut terdiri dari beberapa klausa independen dan beberapa klausa dependen seperti yang diutarakan oleh Gerot & Wignell (1994:84) “independent clauses can stand alone’. Dependent clauses

can’t stand alone in that particular environment.” Selain itu, klausa independen dan klausa dependen dapat merepresentasikan hubungan antara klausa ke dalam konsep yang tertera di dalamnya. Salah satu konsepnya adalah di dalam struktur kalimat akan terdapat head dan modifier (Halliday, 1985:192). Head disitu dapat berupa klausa independen yang berfungsi sebagai klausa utama. Sedangkan


(18)

pengikut dan menambahkan informasi terhadap klausa sebelumnya seperti yang dijelaskan contoh di bawah ini.

It won’t be surprising if people complain.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa head adalah klausa independen, untuk itu pada contoh di atas klausa It won’t be surprising termasuk kedalam head yaitu klausa independen yang berfungsi sebagai klausa utama. Sedangkan dengan klausa if people complain merupakan modifier yaitu klausa dependen yang berfungsi melengkapi klausa utama. Jadi klausa if people complain tidak dapat berdiri sendiri karena membutuh keberadaan klausa utama.

Selain itu, dalam penggabungan klausa independen dengan klausa dependen dibutuhkan alat penghubung dengan tujuan satu klausa dengan klausa lainnya dapat berhubungan erat. Seperti yang diutarakan oleh Gerot & Wignell (1994:85), “a clause complex is comprised of two or more logically connected, or put another way, a clause complex is a sequence of processes which are logically

connected.”

Lebih lanjut, alat penghubung di antara klausa kompleks harus dipertimbangkan agar klausa kompleks dapat merepresentasikan makna yang saling berkaitan satu sama lain. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh seperti di bawah ini.


(19)

John ran away because he was scared. Klausa 1 John ran away.

Klausa 2 because he was scared.

Contoh di atas terdapat 2 klausa yaitu John ran away dan because he was scared. Pada klausa kompleks di atas terdapat subordinating because yang berfungsi menggabungkan klausa 1 dengan klausa 2. Subordinating because

memunculkan makna enhancing khususnya causal conditional reason yang mana klausa 2 adalah penyebab dimana klausa 1 muncul. Itu pun dapat dibuktikan bahwa subjek he mengacu terhadap John. Maka dari itu, subordinating because

tersebut mempunyai posisi yang kuat agar makna yang muncul pada setiap klausa tetap mempunyai hubungan yang erat yaitu padu dengan klausa yang lainnya.

Untuk itu, alat penghubung akan muncul keberadaannya pada tataran klausa kompleks. Klausa kompleks itu sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu klausa kompleks parataksis dan klausa kompleks hipotaksis yang lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini.

2.2.1 Parataksis

Parataksis berfungsi menggabungkan klausa independen dengan klausa independen lainnya. Klausa-klausa tersebut dapat dihubungkan oleh

apposition dan coordination (Halliday, 1985:252). Contoh penghubung

coordination adalah for, and, nor, but, yet, so, or. Selain itu, hubungan parataksis dilambangkan dengan simbol angka yaitu 1,2,3,...dengan rincian bahwa simbol


(20)

“1” menandai klausa utama. Sedangkan simbol “β” menandai anak klausa dari klausa utama dan posisi dari anak klausa tersebut berada setelah klausa utama.

Untuk simbol “γ” menandai anak klausa yang posisi nya setelah anak klausa

kedua. Lebih lanjut, hubungan parataksis yang ditandai dengan coordination

dijelaskan contoh sebagai berikut.

I tidied up my messy desk | and | I finished revising a paper. I tidied up my messy desk and I finished revising a paper.

klausa independen klausa independen

Klausa I tidied up my messy desk di atas dihubungkan dengan klausa I finished revising a paper oleh coordinating and. Dikarenakan keduanya berupa kalimat independen dan ditandai oleh coordinating and maka contoh klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks parataksis.

Selain itu, di bawah ini contoh klausa kompleks parataksis yang ditandai dengan apposition.

Someone comes along with a great idea for an expedition| for example, | I did a book called Sand Rivers.

Someone comes along with a great idea for an expedition

klausa independen

for example, I did a book called Sand Rivers.


(21)

Pada klausa kompleks di atas, klausa someone comes along with a great idea for an expedition dihubungkan dengan penghubung for example dengan klausa I did a book called Sand Rivers. Untuk penghubung for example, penghubung tersebut adalah salah satu ciri appositive yang memunculkan hubungan parataksis. Maka dari itu, klausa-klausa independen pada contoh ini adalah klausa kompleks parataksis yang ditandai oleh penghubung appositive.

2.2.2 Hipotaksis

Klausa kompleks hipotaksis berfungsi menggabungkan beberapa klausa independen dengan beberapa klausa dependen. Dalam teorinya, Halliday (1985:254) menyatakan bahwa klausa-klausa tersebut dihubungkan oleh beberapa konjungsi yang bersifat sebagai nominal group, adverbial group atau

prepositional phrase, dan verbal group. Ketiga sifat konjungsi ini berperan penting dalam menghindari kerancuan makna dalam klausa kompleks hipotaksis. Selain itu, hubungan hipotaksis dilambangkan dengan simbol α, β,... dengan

rincian adalah simbol “α” menyimbolkan klausa independen sedangkan simbol “β” menyimbolkan klausa dependen.

Di bawah ini contoh klausa kompleks yang dihubungkan oleh penghubung yang bersifat nominal group dimana kasus ini sering muncul untuk menghindari pengulangan kata dan makna yang rancu.

This is my new house whichJack built.

α This is my new house


(22)

Dalam kata yang bercetak miring di atas, penghubung which bersifat

nominal group karena mengacu kepada new house yang bersifat noun phrase. Untuk itu, klausa kompleks hipotaksis tersebut mempunyai hubungan yang padu antara klausa pertama dan klausa kedua dengan adanya penghubung nominal group.

Selain penghubung yang bersifat nominal group, penghubung yang bersifat adverbial group dituangkan dalam contoh di bawah ini.

We had orchestra rehearsal even though it was a public holiday.

α We had orchestra rehearsal

even though it was a public holiday

We had orchestra rehearsal dihubungkan dengan klausa even though it was a public holiday dengan menggunakan subordinating eventhough. Dalam hal ini, subordinating eventhough tersebut menandakan bahwa klausa even though it was a public holiday memberikan penjelasan yang berupa informasi tambahan mengenai klausa we had orchestra rehearsal. Selain itu, subordinating even though tersebut bersifat adverbial group yang mengacu terhadap nominal group

atau keseluruhan klausa we had orchestra rehearsal. Dikarenakan adanya keberadaan adverb tersebut, we had orchestra rehearsal adalah klausa pertama dengan klausa kedua yaitu even though it was a public holiday memiliki


(23)

hubungan yang erat artinya klausa kedua tidak dapat berdiri tanpa keberadaan klausa pertama.

Selain penghubung yang bersifat nominal group, adverbial group, ada juga penghubung yang bersifat prepositional phrase yang dituangkan dalam contoh di bawah ini.

He stood between the door and the window.

preposition

Klausa di atas mempunyai hubungan hipotaksis yang mana terdiri dari

prepositional phrase between dengan dua frasa parataksis nominal group yaitu the door and the window yang bertindak sebagai complement. Jadi, prepositional phrase between tersebut berfungsi menjelaskan kata kerja stood buka keseluruhan klausa seperti pada penjelasan adverbial group. Selain penghubung yang bersifat

nominal group, adverbial group atau prepositional phrase, di bawah ini contoh penghubung yang bersifat verbal group.

Verbal group yang memunculkan hubungan hipotaksis berfungsi menjelaskan pekerjaan yang dilakukan oleh subjek dan mendeskripsikan prosesnya.

She tried to do it, what was she trying to do.

α She tried to do it


(24)

Penghubung what di atas memunculkan makna specifying in greater detail

terhadap klausa she tried to do it dimana what mengacu kepada it yang bersifat

verbal group. Itu dapat dibuktikan dari kata it yang mengacu kepada tried to do

dan tried to do bersifat proses dimana she melakukan hal tersebut.

2.3 Hubungan logico-semantic

Diantara hubungan klausa kompleks terdapat hubungan logico-semantic. Hubungan itulah yang membuat satu klausa dengan klausa yang lainnya menjadi padu dan berkaitan satu sama lainnya dengan ditandai oleh conjunction

seperti yang dinyatakan oleh Halliday (2004:540) di bawah ini.

The logico-semantic relations that are manifested in the system of conjunction fall into the same three types of expansion we met in our exploration of clause complexing-that its, conjunction mark relations where one span of text elaborates, extends or enhances another, earlier span of text.”

Jadi dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa hubungan logico-semantic

itu sendiri terdapat 2 jenis yaitu hubungan expansion dan hubungan projection. Hubungan projection adalah hubungan yang berupa pernyataan dan kutipan. Sedangkan hubungan expansion itu sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu hubungan

elaboration, extending dan enhancing tetapi salah satu hubungan yang akan diambil penulis adalah hubungan expansion dan penulis akan fokus menganalisis data yang mempunyai hubungan expansion.


(25)

Selain itu, dalam penggabungan klausa kompleks dan memunculkan beberapa tipe hubungan expansion dapat diketahui ketika dalam penggabungan tersebut terdapat penanda conjunction dan dapat diketahui hubungan logico-semanticnya seperti yang diutarakan oleh Halliday di bawah ini.


(26)

Appositive expository in other words, that i, i mean

Exemplifying for example/instance

Elaborating corrective or rather, at least,

Distractive by the way, incidentally

clarifying dismissive in any case, anyway

particularizing in particular

resumptive to resume

summative in short, brieffy verificative actually, verificative

additive positive and, also, moreover

negative nor

Conjunted extending adversative but, yet, however

varying replacive instead

subtractive except for that alternative or (else), alternatively

matter positive here, there, as to that

negative in other respects

manner comparative likewise, similarly

means in the same manner

following then

simultaneous just then

simple preceding previously

conclusive finally

spatio- immediate at once

temporal interrupted after while

repetitive next time

complex specific next day

enhancing durative meanwhile

terminal until then

punctiliar at this moment

general so, therefore

causal

result

specific reason

causal- purpose

conditional

positive in that case

conditional negative if not

Gambar 2.1 System of Conjunction


(27)

2.3.1 Elaboration

Hubungan logico-semantic elaboration adalah hubungan yang muncul dalam sebuah klausa yang merincikan satu makna dan makna yang lain dengan menspesifikan atau mendeskripsikan klausa tersebut (Halliday, 1985: 203). Selain itu, menurut Gerot & Wignell (1994:89) hubungan elaboration mencakup 4 makna yaitu:

1) Specifying in greater detail 2) Restatement

3) Exemplification

4) Comment

Jika ada klausa kompleks berupa 4 hubungan di atas maka klausa kompleks tersebut mempunyai hubungan elaboration dan hubungan ini akan

dilambangkan dengan simbol “=”.

Berdasar pada teori ini, ada 4 hubungan elaboration yaitu hubungan

specifying in greater detail, restatement, exemplification, comment dan pada masing-masing hubungan akan dijelaskan di bawah ini.

Pertama, hubungan elaboration khususnya specifying in greater detail

adalah hubungan di mana penghubung yang menghubungkan beberapa klausa berfungsi menjelaskan kembali secara detail bahwa penghubung tersebut mengacu terhadap informasi sebelumnya. Di bawah ini contoh klausa kompleks yang memunculkan hubungan tersebut.


(28)

I meet him who likes me.

α I meet him

who likes me

Dalam kata yang bercetak miring di atas, penghubung who bermakna

specifying in greater dimana kata who mengacu kepada him dan menegaskan kembali informasi yang berada di klausa I meet him. Maka dari itu, untuk makna penegasan khususnya specifying in greater detail disebut hubungan yang memunculkan makna elaboration.

Kedua, hubungan elaboration khususnya restatement adalah hubungan dimana pada penggabungan klausa terdapat penghubung yang menandai dan memunculkan makna pengulangan pernyataan dan menjelaskan kembali pernyataannya. Di bawah ini contoh klausa kompleks yang memunculkan hubungan tersebut.

Barry Tuckwell may be the world’s best living horn player i mean,

he’s very tallented.

1 Barry Tuckwell may be the world’s best living horn

player

=2 I mean, he’s very tallented.

Pada klausa kompleks di atas, klausa kompleks tersebut terdiri dari 3 klausa. Pertama, klausa Barry Tuckwell may be the world’s best living horn player. Kedua, klausa I mean dan klausa he’s very tallented. Pada penggabungan klausa kompleks tersebut, klausa I mean memunculkan makna elaborasi khususnya restatement yaitu hubungan yang menjelaskan kembali informasi yang


(29)

terdapat di klausa sebelumnya yaitu Barry Tuckwell yang berada di klausa Barry

Tuckwell may be the world’s best living horn player.

Ketiga, di bawah ini contoh klausa kompleks yang mempunyai hubungan

elaboration khususnya exemplification. Hubungan ini dapat muncul ketika dalam penggabungan klausa terdapat konjungsi yang bersifat memberikan contoh.

We used to have races for example we used to have relays.

1 We used to have races

=2 for example we used to have relays

Terdiri dari 2 klausa pada klausa kompleks di atas. Klausa pertama adalah

we used to have races yang termasuk pada klausa independen dan klausa for example we used to have relays yang disebut dengan klausa independen. Dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.

Pada penggabungan kedua klausa tersebut, kata penghubung for example

adalah salah satu penghubung yang memunculkan makna exemplification. Jadi dalam klausa kompleks di atas, kata relay dalam klausa we used to have relays

adalah sebuah contoh dari kata races yang berada dalam klausa we used to have races.

Terakhir, di bawah ini contoh klausa kompleks yang mempunyai hubungan elaboration khususnya comment dimana terdapat klausa yang menjelaskan kembali informasi sebelumnya dan berupa komentar.


(30)

This stew is awfull, I mean it’s too salty.

1 This stew is awfull

=2 I mean it’s too salty

Pada klausa kompleks di atas terdiri dari 3 klausa yaitu klausa this stew is awfull, klausa I mean dan klausa it’s too salty.

Di dalam klausa kompleks di atas, kata yang bercetak miring “I mean” bermakna comment dimana kata it’s mengacu kepada awfull dan participant I

bertujuan mengomentari masakan seseorang. Maka dari itu, makna penegasan khususnya comment disebut hubungan yang memunculkan makna elaboration.

2.3.2 Extending

Hubungan logico-semantic extending adalah hubungan yang muncul dalam sebuah klausa yang memunculkan makna yang erat dengan klausa lainnya dengan adanya penambahan sesuatu yang baru di dalam klausa kompleks tersebut (Halliday, 1985:207). Penghubung yang menghubungkan klausa kompleks dan memunculkan makna extension adalah penghubung yang bersifat hanya menambahkan atau dapat bersifat menggantikan. Biasanya, penghubung yang memunculkan makna extension tersebut dapat dicirikan dengan adanya penghubung and, but, dan or (Gerot & Wignell, 1994:90). Hubungan ini dilambangkan dengan simbol “+”. Inilah contoh klausa kompleks yang memunculkan hubungan extension.


(31)

I play a Frech Horns and my sister plays oboe.

1 I play a Frech Horns

+2 and my sister plays oboe

Klausa kompleks di atas di sebut dengan klausa kompleks parataksis yang ditandai dengan coordinating and dalam menghubungkan kedua klausa independen. Dalam contoh tersebut, penanda and memunculkan makna extension

yaitu makna penambahan. Jadi klausa my sister plays oboe menambahkan informasi yang berada pada klausa I play a Frech Horns. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan oleh subjek I dan my sister adalah pekerjaan yang sama yaitu memainkan alat musik tiup walaupun jenis musiknya berbeda.

2.3.3 Enhancement

Hubungan logico-sematic enhancement akan muncul ketika sebuah klausa dapat memperluas maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan penghubung yang bersifat mengacu kepada waktu, tempat, cara, sebab akibat atau kondisi (Halliday, 1985:211). Selain itu, teori tersebut juga didukung oleh pernyataan Gerot &

Wignell (1994:90) bahwa “enhancement involves circumstantial relationship where the circumstantial information is coded as a new clause rather than within a clause. This can be temporal, conditional, causal, concessive, spatial or


(32)

Jadi, jika ada klausa kompleks yang digabungkan oleh penghubung yang bersifat memberikan informasi tentang waktu, kondisi, sebab akibat dan cara maka klausa kompleks tersebut mempunyai hubungan enhancement dimana hubungan satu klausa dengan klausa yang lainnya akan padu satu sama lain. Oleh

karenanya, hubungan tersebut akan disimbolkan dengan “x” seperti contoh di

bawah ini.

She comes on time because she wakes up early.

α She comes on time

because she wakes up early

Pada klausa kompleks di atas terdiri dari 2 klausa yaitu klausa she comes on time dan klausa because she wakes up early. Klausa she comes on time

termasuk pada klausa independen dan klausa because she wakes up early adalah klausa dependen. Dikarenakan klausa yang digabungkan berupa klausa independen dan klausa dependen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Dalam penggabungan klausa kompleks tersebut, penanda because

memunculkan makna enhancing karena klausa she wake up early menerangkan keterangan sebab dari akibat yang berada di klausa she comes on time. Jadi klausa kedua tidak akan muncul keberadaanya tanpa klausa pertama.


(33)

24

Pada bab ini penulis mendeskripsikan tentang metode dan objek penelitian yang meliputi teknik dan prosedur dalam menganalisis data.

3.1 Objek Penelitian

Objek yang dijadikan penelitian berupa klausa kompleks di ambil dari novel yang berjudul No Greater Love karya Danielle Steel. Di dalam membaca novel tersebut, penulis menemukan banyak data yang mewakili topik penelitian penulis. Data-data tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan hubungan taksisnya dan dianalisis berdasarkan hubungan logico semantic-nya.

Agar penelitian ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif disusul dengan metode deskriptif yang akan dijelaskan di bawah ini.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif-deskriptif. Metode kualitatif itu sendiri sebagaimana diutarakan oleh Creswell (1994:1):


(34)

a qualitative research is defined as an inquiry process of understanding a social human problem, based on building a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting.”

Sedangkan dengan metode deskriptif itu sendiri seperti yang diutarakan oleh Nyoman Kuta Rata (2006:53) bahwa “metode deskriptif analisis dengan cara mendeskripisikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis”.

Dengan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif adalah metode yang digunakan dalam proses pengambilan data dimana penulis dalam proses tersebut memilah dan menjadikan data untuk dianalisis. Sedangkan dengan metode deskriptif adalah metode yang mendeskripsikan proses data yang telah dipilah tersebut. Jadi, metode kualitatif berhubungan erat dengan metode deskriptif dimana metode-metode tersebut saling melengkapi satu sama lain.

3.2.1 Teknik Pengumpulan

Penulis mengumpulkan data dari dalam novel. Berdasar pada metode di atas, penulis fokus kepada penggambaran yang sistematik dalam mengumpulkan data selama penelitian. Di bawah inilah cara pengumpulan data:

1) Pengamatan.

Ketika membaca novel, penulis mencoba mengamati teks-teks yang terkandung di dalam nya, apakah teks-teks tersebut mempunyai hubungan parataksis atau hipotaksis.


(35)

2) Pengumpulan:

Setelah mengamati teks-teks tersebut, penulis berusaha mengumpulkan teks-teks atau data tersebut yang memiliki hubungan parataksis dan hipotaksis.

3) Klasifikasi:

Ketika data telah terkumpul, penulis mengklasifikasikan data tersebut berdasar pada hubungan makna logico-semanticnya masing-masing.

4) Analisis:

Setelah melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengklasifikasian maka penulis menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan teknik analisis data yang akan dijelaskan di bawah ini:

3.2.2 Teknik Analisis Data

Inilah proses teknik analisis data:

1. Data yang telah terkumpul akan dipilah berdasarkan klausa. Jadi, ketika data klausa kompleks mempunyai beberapa klausa, maka klausa tersebut dipisahkan masing-masing.

2. Setelah dipilah menjadi klausa, klausa tersebut diklasifikasian berdasarkan hubungan taksisnya.

3. Setelah dianalisis berdasar hubungan taksis tersebut, penulis menetapkan indikator yang menjadi tanda hubung taksis yang dimilikinya.


(36)

4. Indikator tersebut akan memunculkan makna logico-semantic expansion dan penulis akan menganalisis data berdasarkan makna-makna tersebut.

Inilah contoh data analisis:

1. She was tired of playing alone, and she hadn’t wanted to get in the lifeboat, but she was beginning to seriously miss her mommy and the others.

Ada 3 klausa yang berupa head pada data di atas. Klausa yang pertama adalah She was tired of playing alone, klausa kedua ialah and she hadn’t wanted

to get in the lifeboat dan klausa ketiga adalah but she was beginning to seriously miss her mommy and the others. Dikarenakan data mempunyai 3 klausa independen yang ditandai dengan coordinating-nya yaitu and dan but, maka klausa kompleks tersebut disebut dengan parataksis.

Pada klausa pertama, kedua, dan ketiga di antaranya mempunyai hubungan logico-semantic. Klausa pertama berhubungan erat dengan klausa kedua karena fungsi dari klausa she hadn’t wanted to get in the lifeboat yaitu

additive positive dengan ditandai coordinating and yang berarti menambahkan informasi yang terdapat di klausa she was tired of playing alone. Itu terbukti dari

she mengacu kepada orang yang sama dan was tired of playing alone mengacu kepada hadn’t wanted to get in the lifeboat. Sama dengan makna yang muncul pada klausa ketiga yaitu she was beginning to seriously miss her mommy and the


(37)

others bermakna menambahkan informasi yang berlawanan khususnya extending adversative yang ditandai dengan coordinating but dengan klausa she hadn’t

wanted to get in the lifeboat. Jadi, pada klausa ketiga muncul makna pertentangan bahwa she merindukan ibunya dan teman-temannya tetapi di sisi lain dia tidak ingin berada di kapal tersebut tempat dimana teman-temannya berada.

Untuk itu, parataksis disimbolkan dengan 1,2,3,... sedangkan hubungan taksisnya ditandai dengan “+” yang bermakna penambahan. Kesimpulan yang didapat dari analisis di atas adalah 1^+2^+3 dan dibagankan seperti di bawah ini:

1 she was tired of playing alone

+2 and she hadn’t wanted to get in the lifeboat


(38)

29

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Data yang terkumpul diambil dari novel No Greater Love karya Danielle Steel, data tersebut dianalisis oleh penulis dalam bab ini. Analisis data dianalisis dengan menggunakan teori sistem functional grammatical Halliday (1985) dan Linda Gerot & Wignell (1994) dan didukung oleh Brian Paltridge (2000). Dalam menganalisis, penulis menemukan 6 data yang terdiri dari 2 klausa dan 7 data yang terdiri dari 3 klausa. Di bawah inilah data-data yang telah diklasifikasikan berdasar pada logico-semantic-nya:

4.1 Elaboration

Hubungan logico-semantic elaboration adalah hubungan yang muncul dalam sebuah klausa yang merincikan satu makna dan makna yang lain dengan menspesifikkan atau mendeskripsikan klausa tersebut. Di bawah inilah data-data yang mewakili hubungan elaboration tersebut.

Data 1:

She liked taking care of the children herself, actually she preffered it. (No Greater Love, 37)

Pada data di atas terdapat 2 klausa. Klausa yang pertama adalah she liked taking care of the children herself dan klausa kedua ialah actually she preffered it.


(39)

Klausa she liked taking care of the children herself adalah head dan dapat disebut juga dengan klausa independen. Sedangkan dengan klausa actually she preffered it adalah modifier dan disebut juga dengan klausa independen. Klausa kompleks tersebut digabungkan oleh conjunctive adjunct actually. Karena

conjunctive adjunct actually tersebut menggabungkan klausa independen dan independen, maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks parataksis.

Actually yang terdapat pada data di atas mempunyai hubungan logico-semantic yang bermakna elaborasi khususnya verificative. Makna tersebut muncul dengan ditandai adanya modifier actually yang bersifat memverifikasikan. Itu dapat dibuktikan dalam klausa actually she preffered it mempunyai kata she dan mengacu kepada orang yang sama yang terkandung pada klausa she liked taking care of the children herself. Selanjutnya dalam klausa she preffered it, it disitu mengacu kepada taking care of the children herself yang artinya memverifikasikan informasi yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, dikarenaan data di atas merupakan klausa kompleks parataksis

maka klausa kompleks tersebut dilambangkan dengan “1,β,...” di mana simbol “1” menyimbolkan klausa independen dan simbol 2” menyimbolkan klausa independen. Selain itu, makna elaborasi yang terjalin pada klausa kompleks di

atas akan disimbolkan dengan “=”, maka dari itu simbol yang muncul adalah 1^=2 dan akan diberi bagan seperti di bawah ini:


(40)

1 She liked taking care of the children herself

=2 actuallyshe preffered it

Data 2:

Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles, who were helping the women and children into the lifeboats. (No Greater Love, 59)

Terdapat 2 klausa pada data di atas yaitu klausa independen Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles sebagai head dan klausa dependen who were helping the women and children into the lifeboats sebagai

modifier. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari klausa independen dan klausa dependen maka klausa kompleks tersebut di sebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Dalam data di atas, klausa whowere helping the women and children into the lifeboats tidak dapat berdiri sendiri karena terdapat conjunctive who yang melekat padanya yang bermakna expansion khususnya elaboration specifying in greater detail dimana conjunctive who berfungsi menspesifikkan greater detail

terhadap Philip, Jack Thayer and Charles yang terdapat pada klausa Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, who tidak hanya mengacu kepada Jack Thayer and Charles tetapi juga kepada Philip karena pada prepositional phrase with Jack Thayer and Charles berfungsi melengkapi klausa Phillip stayed outside on deck.


(41)

Oleh karena itu, hubungan logico-semantic yang muncul di antara klausa

kompleks tersebut ditandai dengan “=” yang berarti mempunyai makna

elaboration. Selain itu, klausa independen disimbolkan dengan α dan klausa

dependen disimbolkan dengan β. Jadi kesimpulan dari analisis di atas adalah α^=β

seperti bagan di bawah ini.

Data 3:

They had been going close to twenty-three knots all day, which was a good speed for the titanic. (No Greater Love, 37)

Data di atas terdapat 2 klausa yaitu they had been going close to twenty-three knots all day dan which was a good speed for the titanic. Klausa independen

they had been going close to twenty-three knots all day sebagai head dan klausa dependen which was a good speed for the titanic sebagai modifier. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari klausa independen dan klausa dependen maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Dalam klausa kompleks hipotaksis tersebut, conjunctive which

menggabungkan kedua klausa dan memunculkan makna elaboration khususnya menspesifikkan greater detail terhadap twenty-three knots yang berada pada klausa they had been going close to twenty-three knots all day. Selain itu, fungsi dari conjunctive which adalah menjelaskan dan memperluas makna which yang α Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles


(42)

mengacu kepada noun phrase twenty-three knots. Dengan begitu makna yang dimunculkan which pada klausa which was a good speed for the titanic jelas dan detail dan mempunyai hubungan yang erat dengan klausa pertama dimana klausa

which was a good speed for the titanic tidak dapat berdiri sendiri tanpa kehadiran klausa they had been going close to twenty-three knots all day.

Oleh karena itu, hubungan elaboration yang muncul di antara kedua

klausa di atas disimbolkan dengan “=” dan klausa kompleks hipotaksis ditandai dengan “α,β,...” dengan rincian “α” menyimbolkan klausa independen dan “β”

menandai klausa dependen. Lebih lanjut, kesimpulan yang didapat adalah α^=β seperti yang ditampilkan tabel berikut ini.

α They had been going close to twenty-three knots all day

which was a good speed for the titanic.

4.2 Extending

Penghubung yang menghubungkan klausa kompleks dan memunculkan makna extension adalah penghubung yang bersifat hanya menambahkan atau dapat bersifat menggantikan. Biasanya, penghubung yang memunculkan makna

extension tersebut dapat dicirikan dengan adanya penghubung and, but, dan or. Di bawah inilah data-data yang mewakili hubungan tersebut.


(43)

Data 4:

She was tired of playing alone, and she hadn’t wanted to get in the

lifeboat, but she was beginning to seriously miss her mommy and the others. (No Greater Love, 66)

Terdapat 3 klausa independen pada data di atas. Klausa yang pertama adalah she was tired of playing alone, klausa kedua ialah she hadn’t wanted to get

in the lifeboat dan klausa ketiga adalah she was beginning to seriously miss her mommy and the others. Dikarenakan data mempunyai 3 klausa independen yang berfungsi sebagai head dan ditandai dengan coordinating and dan but, klausa kompleks tersebut disebut dengan parataksis.

Pada klausa pertama, kedua, dan ketiga di antaranya mempunyai hubungan logico-semantic. Klausa pertama berhubungan erat dengan klausa kedua karena fungsi dari klausa she (Alexis) hadn’t wanted to get in the lifeboat

yaitu additive positive yang berarti menambahkan informasi yang terdapat di klausa she was tired of playing alone dimana she (Alexis) dalam klausa she was tired of playing alone berada dalam tempat yang berbeda yaitu di dalam kapal bukan dalam lifeboat. Selain itu, makna yang muncul pada klausa ketiga yaitu but she was beginning to seriously miss her mommy and the others bermakna menambahkan informasi khususnya extending adversative dengan klausa she was tired of playing alone. Jadi, pada klausa ketiga muncul makna pertentangan bahwa she(Alexis) merindukan ibunya dan teman-temannya tetapi di sisi lain dia tidak ingin berada di kapal tersebut tempat di mana teman-temannya berada.


(44)

Dikarenakan pada data di atas mempunyai hubungan parataksis, maka klausa kompleks tersebut disimbolkan dengan 1,2,3,... sedangkan hubungan taksisnya ditandai dengan “+” yang bermakna penambahan. Untuk itu, kesimpulan yang didapat dari analisis di atas adalah 1^+2^+3 yang dituangkan dalam bagan di bawah ini.

Data 5:

George was in no way shy around girls, or around anyone for that matter. (No Greater Love, 14)

Terdapat 2 klausa pada klausa kompleks di atas. Head pada klausa pertama adalah George was in no way shy around girls disebut juga dengan klausa independen dan klausa kedua adalah (George was in no way shy) or around anyone for that matter dimana George was in no way shy pada klausa tersebut diresapkan berfungsi sebagai head. Subjek tersebut adalah George yang melakukan hal yang sama dengan klausa pertama. Maka dari itu, walaupun adanya peresapan di antaranya tetap klausa tersebut dapat disebut juga dengan

1 she was tired of playing alone

+2 and she hadn’t wanted to get in the lifeboat +3

but she was beginning to seriously miss her mommy and the others.


(45)

klausa independen. Dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.

Hubungan logico-semantic yang muncul pada klausa kompleks tersebut adalah extending khususnya varying alternative dimana klausa or around anyone for that matter berfungsi menambahkan informasi yang bervariasi terhadap klausa

George was in no way shy around girls dengan ditandai oleh coordinating or. Itu dapat dibuktikan dari George was in no way shy around girls atau around anyone. Jadi informasi yang bervariasi tersebut terdapat pada around girls atau around anyone.

Oleh karena itu, hubungan extendingtersebut ditandai oleh simbol “+” dan

klausa kompleks parataksis ditandai dengan simbol “1,β,...” dan untuk kesimpulan

yang didapat dari analisis data di atas yaitu 1^+2 dengan rincian seperti tabel berikut ini.

4.3Extending-Enhancing

Di bawah inilah data-data yang memunculkan makna extending dan

enhancing.

1 George was in no way shy around girls


(46)

Data 6:

He can check the third-class passenger list, and if it’s she, she’ll be on it. (No Greater Love, 28)

Pada data di atas terdapat 3 klausa. Klausa pertama sebagai head yaitu he can check the third-class passenger list adalah klausa independen, klausa kedua

and if it’s she adalah klausa dependen yang berfungsi sebagai modifier dan klausa

she’ll be on it adalah klausa independen yang berkedudukan sebagai head.

Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari beberapa klausa independen maka disebut dengan klausa parataksis. Selain itu, dikarenakan ada klausa independen dan klausa dependen maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Surbordinating yang digunakan dalam menghubungkan klausa di atas adalah if dan coordinating yang digunakan dalam menghubungkan klausa pertama dengan kedua adalah and. Coordinating and tersebut bermakna extending

khususnya makna additive positive karena klausa if it’s she menambahkan informasi pada klausa he can check the third-class passenger list. Itu dapat dibuktikan dengan kata it pada klausa tersebut mengacu kepada proses dari satu kesatuan klausa he can check the third-class passenger list yang terdapat klausa pertama. Selain itu, klausa she’ll be on it mempunyai hubungan menambahkan informasi pada klausa if it’s she karena mengacu terhadap orang yang sama. Sama dengan hubungan yang dimunculkan oleh oleh klausa kedua dengan ketiga dimana hubungan tersebut tanpa ditandai dengan coordinating tetapi makna yang muncul adalah additive positive. Itu artinya klausa she’ll be on it berfungsi menambahkan


(47)

informasi terhadap klausa if it’s she karena pada klausa she’ll be on it, subjek she

mengacu terhadap she pada klausa if it’s sheyang mengacu juga terhadap the third-class passenger list yang berada di klausa pertama. Untuk itu, ketiga klausa tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Berbeda dengan klausa kedua mempunyai subordinating if yang bermakna

enhancing yaitu makna causal conditional positive karena pada klausa it’s she adalah penyebab kondisi dimana klausa she’ll be on it muncul dimana she mengacu terhadap orang yang sama juga.

Oleh karena itu, dikarenakan klausa kompleks di atas memunculkan hubungan logico-semantic extending, maka hubungan tersebut disimbolkan dengan

“+” dan untuk klausa kompleks hipotaksis yang terdiri dari klausa independen

disimbolkan dengan α, klausa dependen ditandai dengan β. Kesimpulan yang

didapat adalah 1^+2^+3^ xβ^ α yang digambarkan seperti bagan di bawah ini.

Data 7:

She was still holding Alexis by the hand, and although the child was terrified, she was no longer protesting.( No Greater Love, 45)

Terdapat 3 klausa pada data di atas di antaranya klausa she was still holding Alexis by the hand sebagai head adalah klausa independen, klausa although the

1 He can check the third-class passenger list

+2 xβ and if it’s she


(48)

child was terrified sebagai modifier adalah klausa dependen dan klausa he was no longer protesting adalah klausa independen yang berfungsi sebagai head. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari beberapa klausa independen dan klausa dependen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Pada klausa kedua mempunyai hubungan extending khususnya additive positive terhadap klausa pertama dan klausa ketiga dengan ditandai oleh

coordinating and. Itu artinya klausa although the child was terrified berfungsi menambahkan informasi terhadap klausa she was still holding Alexis by the hand

bahwa the child mengacu kepada Alexis. Sedangkan dengan klausa kedua dan ketiga memunculkan makna enhancing khususnya causal conditional concessive

dengan ditandai subordinating although. Dengan adanya klausa although the child was terrified maka subordinating although disitu mengizinkan klausa she was no longer protesting untuk muncul dan melengkapi makna sebagai akibat dari klausa kedua. Selain itu, makna yang dimunculkan pada klausa kedua dengan klausa ketiga tidak hanya hubungan enhancing tetapi di antaranya memunculkan hubungan extending additive positive juga dimana klausa she was no longer protesting berfungsi menambahkan informasi terhadap klausa although the child was terrified dan klausa she was still holding Alexis by the hand. Itu dapat dibuktikan bahwa she yang terdapat pada klausa ketiga mengacu kepada the child

yang berada pada klausa kedua, sedangkan the child pada klausa kedua mengacu kepada Alexis yang berada di klausa pertama.


(49)

Hubungan logico-semantic extending tersebut ditandai dengan simbol “+”

sedangkan dengan hubungan enhancing disimbolkan dengan “x”. Untuk klausa kompleks hipotaksis yang memunculkan hubungan-hubungan tersebut disimbolkan dengan “α,β, ,...”. Jadi, simbol-simbol tersebut lebih detailnya adalah

1^+β^+γ^xβ^α dijelaskan kembali pada bagan yang berada di bawah ini.

5

Data 8:

The Winfields walked on past the gym then, and they came out on the port side, where the crew were uncovering eight wooden lifeboats. (No Greater Love, 46)

Pada klausa kompleks di atas, terdapat 3 klausa. Klausa pertama adalah The Winfields walked on past the gym then disebut dengan klausa independen yang berkedudukan sebagai head. Klausa kedua adalah they came out on the port side

sebagai head dan juga disebut dengan klausa independen. Klausa ketiga adalah

where the crew were uncovering eight wooden lifeboats yang disebut juga dengan klausa dependen dan klausa tersebut berkedudukan sebagai modifier. Untuk klausa pertama dengan klausa kedua, keduanya disebut dengan klausa kompleks parataksis dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen. Sedangkan dengan klausa kedua dengan klausa ketiga disebut dengan klausa

1 She was still holding Alexis by the hand

+2 xβ and although the child was terrified


(50)

kompleks hipotaksis dikarenakan klausa kedua termasuk ke dalam klausa independen dan klausa ketiga termasuk ke dalam klausa dependen.

Untuk menggabungkan klausa kompleks tersebut membutuhkan penghubung yang tepat yang memunculkan makna yang padu di antaranya klausa pertama dengan klausa kedua dihubungkan oleh coordinating and. Coordinating and

tersebut bermakna extending khususnya additive positive dimana and they came out on the port side berfungsi menambahkan informasi terhadap the Winfields walked on past the gym then. Itu dapat dilihat dari they mengacu kepada The Winfields dan mereka berada di dalam satu jalur yang sama. Sedangkan dengan klausa they came out on the port side dihubungkan dengan klausa where the crew were uncovering eight wooden lifeboats oleh subordinating where. Subordinating where tersebut memunculkan makna enhancing khususnya matter positive dimana

subordinating where mengacu ke keadaan atau tempat yaitu the port side yang berada di klausa they came out on the port side.

Dari hubungan enhancing di atas, hubungan ditandai dengan simbol “x” dan

klausa kompleks parataksis ditandai dengan “1,β,γ,...” dan klausa kompleks

hipotaksis ditandai dengan “α,β,...” Jadi, simbol-simbol tersebut lebih detailnya

adalah 1^+β^α^xβ dan dijelaskan pada bagan di bawah ini.

1 The Winfields walked on past the gym then,

+β α and they came out on the port side,


(51)

4.4Enhancing

Hubungan logico-sematic enhancement akan muncul ketika sebuah klausa dapat memperluas maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan penghubung yang bersifat mengacu kepada waktu, tempat, cara, sebab akibat atau kondisi. Inilah data-datanya:

Data 9:

Members of the crew were threatening to shoot them if they attempted to make their way through the ship, because they were afraid of looting and property damage aboard.( No Greater Love, 58)

Pada data di atas terdapat 3 klausa yaitu head pada klausa pertama adalah

members of the crew were threatening to shoot them yang disebut juga dengan klausa independen, modifier pada klausa kedua adalah if they attempted to make their way through the ship yang disebut juga dengan klausa dependen dan

modifier klausa ketiga adalah because they were afraid of looting and property damage aboard yang disebut juga dengan klausa dependen. Dikarenakan klausa kompleks tersebut menggabungkan klausa independen dengan beberapa klausa dependen maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Klausa pertama dengan klausa kedua digabungkan oleh subordinating if. Subordinating if bermakna enhancing causal conditional dimana klausa they attempted to make their way through the ship tidak akan muncul keberadaannya jika tidak ada penyebabnya yaitu klausa members of the crew were threatening to


(52)

shoot them. Selain itu, pada klausa they attempted to make their way through the ship terdapat kata they yang mengacu kepada members of the crew. Itu adalah salah satu bukti bahwa klausa kedua sangat mempunyai hubungan logico-semantic yang erat dengan klausa pertama. Begitupun dengan klausa because they were afraid of looting and property damage aboard, dengan adanya kata they

disana yang mengacu kepada membersof the crew maka hubungan yang muncul adalah enhancing yaitu perluasan makna causal reason karena klausa because they were afraid of looting and property damage aboard adalah alasan dimana pada klausa members of the crew were threatening to shoot them dapat muncul. Dikarenakan pada klausa kompleks di atas mempunyai kata yang mengacu terhadap orang yang sama, maka klausa pertama, kedua dan ketiga mempunyai

logico-semantic yang erat.

Hubungan enhancing tersebut disimbolkan dengan “x” dan klausa

kompleks hipotaksis ditandai dengan “α” untuk klausa independen, simbol “β” untuk klausa dependen. Kesimpulannya adalah α^xβ^α^xβ seperti yang dituangkan dalam bagan di bawah ini.

α α members of the crew were threatening to shoot them

if they attempted to make their way through the ship

because they were afraid of looting and property damage aboard.


(53)

Data 10:

He was whispering because his wife was still a sleep. (No Greater Love, 41)

Ada 2 klausa pada data di atas. Head pada klausa pertama adalah he was whispering. Modifier pada klausa kedua adalah because his wife was still a sleep. Klausa pertama disebut dengan klausa independen dan klausa kedua disebut dengan klausa dependen. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari klausa independen dan klausa dependen, maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Klausa kompleks tersebut digabungkan oleh subordinating because yang bermakna causal specific artinya klausa his wife was still a sleep adalah penyebab dimana klausa he was whispering muncul. Dalam klausa he was whispering, kata

he (Bertram) disitu spesifik mengacu kepada his wife yang terdapat pada klausa pertama. Jadi, he (Bertram) tidak akan berbisik jika istrinya tidak bangun. Kedua klausa tersebut saling berhubungan erat satu sama lain yang berarti mempunyai hubungan enhancing khususnya causal spesific yang akan disimbolkan dengan

“x” dan untuk klausa kompleks hipotaksis ditandai dengan “α, β,...” seperti α^ xβ dan dituangkan dalam bagan di bawah ini.

α He was whispering


(54)

Data 11:

Lady Fitzgerald was going to bring it over with her, when they came to San Fransisco in late July. (No Greater Love, 11)

Klausa kompleks di atas terdiri dari 2 klausa yaitu Lady Fitzgerald was going to bring it over with her sebagai head dan klausa when they came to San Fransisco in late July sebagai modifier. Dikarenakan klausa Lady Fitzgerald was going to bring it over with her adalah klausa independen digabungkan dengan klausa when they came to San Fransisco in late July yang berarti klausa dependen juga maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.

Subordinating yang muncul pada klausa kompleks di atas adalah when

yang mempunyai makna enhancing khususnya temporaldurative. Makna tersebut muncul dalam klausa they came to San Fransisco in late July yang menandakan waktu yang dibutuhkan Lady Fitzgerald untuk pergi tidaklah lama, dia hanya butuh kepastian dari they untuk datang ke San Fransisco. Jadi, kejadian klausa

when they came to San Fransisco in late July muncul beriringan dengan klausa

Lady Fitzgerald was going to bring it over with her.

Oleh karena hubungan logico-semantic yang muncul adalah enhancing temporal maka hubungan tersebut disimbolkan dengan “x” dan untuk klausa

kompleks hipotaksis ditandai dengan “α,β,...” dan kesimpulannya adalah α^ xβ seperti yang tertera di bagan di bawah ini.


(55)

α Lady Fitzgerald was going to bring it over with her

when they came to San Fransisco in late July.

4.5 Enhancing-Extending

Berbeda dengan data-data sebelumnya, di bawah inilah data-data yang memunculkan makna enhancing dan extending

Data 12:

Perhaps if we wait, they’ll call the whole thing off, and we won’t have to put the children through all this for nothing. (No Greater Love, 49)

Klausa kompleks diatas terdiri dari 3 klausa. Klausa pertama adalah

perhaps if we wait disebut juga dengan klausa dependen dan berkedudukan sebagai head. Sedangkan dengan modifier pada klausa kedua yaitu they’ll call the

whole thing off disebut juga dengan klausa independen dan klausa yang terakhir adalah we won’t have to put the children through all this for nothing adalah klausa independen dan mempunyai fungsi sebagai head. Oleh karena itu, klausa pertama adalah klausa dependen dan klausa kedua adalah klausa independen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa hipotaksis. Sedangkan dengan klausa kedua adalah klausa ketiga adalah klausa independen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.

Untuk klausa pertama perhaps if we wait terdapat subordinating if yang menghubungkan dengan klausa kedua yaitu klausa they’ll call the whole thing off.


(56)

Makna yang muncul pada subordinating if adalah causal conditional positive

karena klausa we wait adalah penyebab kondisi dimana kondisi pada klausa

they’ll call the whole thing off dapat muncul walaupun subjek pada klausa kedua mengacu terhadap orang yang berbeda.

Sedangkan dengan klausa ketiga we won’t have to put the children

through all this for nothing terdapat coordinating and yang menghubungkan dengan klausa they’ll call the whole thing off dan memunculkan makna extending

khususnya makna additive positive. Makna itu menggabungkan atau menambahkan informasi we won’t have to put the children through all this for

nothing terhadap informasi yang terkandung dalam klausa they’ll call the whole

thing off.

Lebih lanjut, klausa kompleks yang bermakna enhancing disimbolkan

dengan “x” dan klausa kompleks yang bermakna extending ditandai dengan “+”.

Klausa kompleks hipotaksis ditandai dengan simbol “α,β,...” dan klausa kompleks parataksis disimbolkan dengan “1,β,...” Maka kesimpulan dari analisis di atas

adalah xβ^1^α^+2.

Perhaps if we wait

α 1 they’ll call the whole thing off +2

and we won’t have to put the children


(57)

Data 13:

There was talk of drawing guns if any of the men tried to board the lifeboat, and no one was anxious to challenge him to do that.( No Greater Love, 53)

Terdapat 3 klausa pada data di atas, head pada klausa pertama yaitu there was talk of drawing guns dapat disebut juga dengan klausa independen, modifier

klausa kedua adalah if any of the men tried to board the lifeboat disebut dengan klausa dependen, dan klausa terakhir and no one was anxious to challenge him to do that disebut dengan klausa independen dan berkedudukan sebagai head. Dikarenakan klausa pertama bertindak sebagai klausa independen dan klausa kedua bertindak sebagai klausa dependen maka keduanya disebut dengan klausa kompleks hipotaksis. Sedangkan klausa kedua yang bertindak sebagai klausa dependen digabungkan dengan klausa ketiga yang bertindak sebagai klausa independen disebut sebagai klausa kompleks parataksis.

Subordinating if yang menghubungkan klausa there was talk of drawing guns dengan klausa if any of the men tried to board the lifeboat memunculkan makna enhancing khususnya causal conditional positive, makna tersebut muncul dikarenakan klausa any of the men tried to board the lifeboat adalah penyebab dimana klausa there was talk of drawing guns dapat muncul keberadaannya. Kondisi pada klausa if any of the men tried to board the lifeboat akan terjadi jika kondisi klausa there was talk of drawing guns terjadi sebelum klausa kedua muncul.


(58)

Berbeda dengan klausa ifany of the men tried to board the lifeboat dengan klausa no one was anxious to challenge him to do that yang dihubungkan oleh

coordinating and. Pada klausa kompleks tersebut, klausa coordinating and

memunculkan makna extending khususnya additive positive dimana klausa no one was anxious to challenge him to do that berfungsi menambahkan informasi tambahan terhadap klausa kedua. Itu dapat dibuktikan lewat kata no one yang mengacu kepada men yang terdapat pada klausa kedua dan kata that yang mengacu kepada to board the lifeboat yang terdapat pada klausa ifany of the men tried to board the lifeboat.

Maka dari itu, kesimpulan yang dapat diambil dari analisis di atas adalah

α^ xβ^1^+β dengan rincian simbol yang muncul pada klausa kompleks hipotaksis

adalah α,β,... dan klausa kompleks parataksis disimbolkan dengan 1,β,...

sedangkan dengan hubungan enhancing ditandai “x” dan hubungan extending

ditandai dengan “+” seperti bagan berikut ini.

α there was talk of drawing guns

xβ 1 if any of the men tried to board the lifeboat


(59)

50

Bab ini menjelaskan tentang simpulan dari penelitian penulis dan sejumlah saran bagi mahasiswa/mahasiswi yang tertarik atau akan melanjutkan penelitian ini khususnya tentang functional grammar.

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini, penulis mendapatkan simpulan-simpulan sebagai berikut:

1. Dalam novel No Greater Love, penulis mendapatkan data yang memunculkan hubungan taksis pada 13 klausa kompleks yang terdiri dari 2 hingga 3 klausa. Klausa kompleks tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu parataksis dan hipotaksis. Untuk klausa kompleks parataksis didapat 2 data yang terdiri dari 1 data berupa 3 klausa dan 1 data berupa 2 klausa. Selain itu, klausa kompleks hipotaksis didapat 6 data yang terdiri dari 1 data berupa 3 klausa dan 5 data berupa 2 klausa. Sedangkan 5 data lainnya terdiri dari klausa kompleks parataksis dan hipotaksis berupa 3 klausa. 2. Dalam hal ini selain penulis menganalisis hubungan taksis, penulis

menganalisis hubungan logico-semantic expansion yang muncul di antara data yang berupa klausa kompleks. Dari 13 data yang didapat, penulis


(60)

menemukan 3 data memunculkan hubungan elaboration, 2 data memunculkan hubungan extending dan 3 data memunculkan hubungan

extending-enhancing. Selain itu, 3 data memunculkan hubungan

enhancing dan 2 data memunculkan hubungan enhancing-extending. Jadi, hubungan logico semantic yang muncul pada klausa kompleks parataksis adalah extending. Selain itu, hubungan logico semantic yang muncul pada klausa kompleks hipotaksis adalah elaboration dan enhancing.

5.2 Saran

Bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin melanjutkan penelitian ini, ada beberapa saran yang diberikan penulis sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian ini dapat menganalisis hubungan taksis yang muncul pada klausa kompleks yang terdiri lebih dari 3 klausa karena akan memunculkan hubungan taksis yang lebih bervariasi dan memunculkan hubungan logico semantic yang berbeda beda pula.

2. Selain itu, mahasiswa/mahasiswi dapat juga menganalisis hubungan

logico-semantic yang muncul tidak hanya dalam hubungan expansion saja tetapi menganalisis juga hubungan projection, biasanya hubungan tersebut muncul pada klausa yang berupa percakapan dan bermanfaat dalam membuat tulisan yang berupa drama, dll.


(61)

52

Haliday, MAK. 1985. An Introduction to Functional Grammar. Great Britain: Edward Arnold (Publisher) Ltd.

Kutharatna, I Nyoman. 2006. Teory, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Martin, JR. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: (John Benjamin (Publisher) Ltd.

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, California:: SAGE Publications, Inc.

Halliday, M.A.K., and C.M.I.M. Matthiessen. 2004. An introduction to functional grammar, 3d ed. London: Arnold.

Quirk, Randolph. 1779. A comprehensive grammar of the English language. Greenbaum, Sidney.

Paltridge, B. 2000. Making Sense of Discourse Analysis. Sydney: Gold Coast. Wignell & Gerot. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Australia.

Brown, Gillian and George Yule. 1983. Discourse Analysis. Cambridge: Press Syndicate


(62)

72

A. Data Diri

a. Nama : Ernawati Maryam

b. Tempat dan Tanggal Lahir: Jayapura, 18 September 1988

c. Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah no.46, Bandung

d. No Telp : 085720132030

e. Jenis Kelamin : Perempuan

f. Kewarganegaraan : Indonesia

g. Agama : Islam

h. Hobi : Menyanyi

B. Pendidikan Formal

No Tahun Institusi

1 1992 - 1994 TK Cendrawasih

2 1994 - 2000 SDN 3 Lembang-Bandung

3 2000 - 2003 SLTP Negeri 2 Lembang-Bandung

4 2003 - 2006 SMU Lab School UPI Bandung

5 2007 - sekarang Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Komputer Indonesia


(1)

49

Berbeda dengan klausa if any of the men tried to board the lifeboat dengan klausa no one was anxious to challenge him to do that yang dihubungkan oleh coordinating and. Pada klausa kompleks tersebut, klausa coordinating and memunculkan makna extending khususnya additive positive dimana klausa no one was anxious to challenge him to do that berfungsi menambahkan informasi tambahan terhadap klausa kedua. Itu dapat dibuktikan lewat kata no one yang mengacu kepada men yang terdapat pada klausa kedua dan kata that yang mengacu kepada to board the lifeboat yang terdapat pada klausa if any of the men tried to board the lifeboat.

Maka dari itu, kesimpulan yang dapat diambil dari analisis di atas adalah α^ xβ^1^+β dengan rincian simbol yang muncul pada klausa kompleks hipotaksis adalah α,β,... dan klausa kompleks parataksis disimbolkan dengan 1,β,... sedangkan dengan hubungan enhancing ditandai “x” dan hubungan extending ditandai dengan “+” seperti bagan berikut ini.

α there was talk of drawing guns

xβ 1 if any of the men tried to board the lifeboat


(2)

50 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang simpulan dari penelitian penulis dan sejumlah saran bagi mahasiswa/mahasiswi yang tertarik atau akan melanjutkan penelitian ini khususnya tentang functional grammar.

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini, penulis mendapatkan simpulan-simpulan sebagai berikut:

1. Dalam novel No Greater Love, penulis mendapatkan data yang memunculkan hubungan taksis pada 13 klausa kompleks yang terdiri dari 2 hingga 3 klausa. Klausa kompleks tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu parataksis dan hipotaksis. Untuk klausa kompleks parataksis didapat 2 data yang terdiri dari 1 data berupa 3 klausa dan 1 data berupa 2 klausa. Selain itu, klausa kompleks hipotaksis didapat 6 data yang terdiri dari 1 data berupa 3 klausa dan 5 data berupa 2 klausa. Sedangkan 5 data lainnya terdiri dari klausa kompleks parataksis dan hipotaksis berupa 3 klausa. 2. Dalam hal ini selain penulis menganalisis hubungan taksis, penulis

menganalisis hubungan logico-semantic expansion yang muncul di antara data yang berupa klausa kompleks. Dari 13 data yang didapat, penulis


(3)

51

menemukan 3 data memunculkan hubungan elaboration, 2 data memunculkan hubungan extending dan 3 data memunculkan hubungan extending-enhancing. Selain itu, 3 data memunculkan hubungan enhancing dan 2 data memunculkan hubungan enhancing-extending. Jadi, hubungan logico semantic yang muncul pada klausa kompleks parataksis adalah extending. Selain itu, hubungan logico semantic yang muncul pada klausa kompleks hipotaksis adalah elaboration dan enhancing.

5.2 Saran

Bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin melanjutkan penelitian ini, ada beberapa saran yang diberikan penulis sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian ini dapat menganalisis hubungan taksis yang muncul pada klausa kompleks yang terdiri lebih dari 3 klausa karena akan memunculkan hubungan taksis yang lebih bervariasi dan memunculkan hubungan logico semantic yang berbeda beda pula.

2. Selain itu, mahasiswa/mahasiswi dapat juga menganalisis hubungan logico-semantic yang muncul tidak hanya dalam hubungan expansion saja tetapi menganalisis juga hubungan projection, biasanya hubungan tersebut muncul pada klausa yang berupa percakapan dan bermanfaat dalam membuat tulisan yang berupa drama, dll.


(4)

52

DAFTAR PUSTAKA

Haliday, MAK. 1985. An Introduction to Functional Grammar. Great Britain: Edward Arnold (Publisher) Ltd.

Kutharatna, I Nyoman. 2006. Teory, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Martin, JR. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: (John Benjamin (Publisher) Ltd.

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, California:: SAGE Publications, Inc.

Halliday, M.A.K., and C.M.I.M. Matthiessen. 2004. An introduction to functional grammar, 3d ed. London: Arnold.

Quirk, Randolph. 1779. A comprehensive grammar of the English language. Greenbaum, Sidney.

Paltridge, B. 2000. Making Sense of Discourse Analysis. Sydney: Gold Coast. Wignell & Gerot. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Australia.

Brown, Gillian and George Yule. 1983. Discourse Analysis. Cambridge: Press Syndicate


(5)

72

Daftar Riwayat Hidup

A. Data Diri

a. Nama : Ernawati Maryam

b. Tempat dan Tanggal Lahir: Jayapura, 18 September 1988

c. Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah no.46, Bandung

d. No Telp : 085720132030

e. Jenis Kelamin : Perempuan f. Kewarganegaraan : Indonesia

g. Agama : Islam

h. Hobi : Menyanyi

B. Pendidikan Formal

No Tahun Institusi

1 1992 - 1994 TK Cendrawasih

2 1994 - 2000 SDN 3 Lembang-Bandung

3 2000 - 2003 SLTP Negeri 2 Lembang-Bandung 4 2003 - 2006 SMU Lab School UPI Bandung

5 2007 - sekarang Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Komputer Indonesia


(6)

73

73 C. Pendidikan Informal

No Tahun Institusi

1 2012 Seminar Hari Sastra (certified)

2 2011 Seminar Road to Success of a Movie Maker (certified) 3 2010 Seminar Upaya Meningkatkan Motivasi Mahasiswa

Sastra Inggris (certified)

4 2010 Seminar Copywriting (certified)

5 2010 Translating and Interpreting Workshop (certified) 6 2009 Copywriting Seminar and Workshop (certified) 7 2011 Semiotics: Literature and Media Seminar and

Workshop (certified)

8 2012 Public Speaking Seminar

9 2012 Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan Habis berasama Raditya Dika Talkshow

10 2011 Copywriting Seminar and Workshop

11 2011 Trend Cyberpreneurship 2011 Seminar 12 2011 Feminist, Feminine and Text Seminar

13 2010 Islamic Wedding Fair Seminar

14 2009 Seminar Muslimah

D. Pengalaman Bekerja :

1. Kuliah kerja lapangan di Kementrian Luar Negeri selama 65 hari. 2. Tour leader freelance di Travel Satria Sakti

3. Stock Controller dan Marketing di Trinity Apple Specialist Reseller selama 9 bulan.