Kesesuaian Desain Operasional Kapal Inkamina 163 Berbasis di PPP Sadeng Yogyakarta

KESESUAIAN DESAIN OPERASIONAL KAPAL INKAMINA 163
BERBASIS DI PPP SADENG YOGYAKARTA

PADUARTAMA TANDIPUANG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kesesuaian Desain
Operasional Kapal Inkamina 163 Berbasis di PPP Sadeng Yogyakarta adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015
Paduartama Tandipuang
NRP C451120061

RINGKASAN
PADUARTAMA TANDIPUANG. Kesesuaian Desain Operasional Kapal
Inkamina 163 Berbasis di PPP Sadeng Yogyakarta. Dibimbing oleh YOPI
NOVITA dan BUDHI HASCARYO ISKANDAR.

Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta ragu untuk mengoperasikan kapal ikan bantuan sampai batas
maksimum ZEEI. Keraguan nelayan terletak pada kemampuan operasional kapal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kapasitas muat yang
tersedia di atas kapal dengan rencana target operasional kapal, dan menganalisis
kesesuaian tata letak muatan di lantai dek kapal. Metode yang digunakan adalah
metode studi kasus. Kapal Inkamina 163 menjadi objek penelitian. Data dianalisis
dengan cara comparative-numeric untuk mengkaji kesesuaian desain kapal dan
untuk mengetahui area kerja pada dek kapal. Analisis kesesuaian desain juga
dilakukan dengan mengacu pada KEPMEN KKP No. 21/2004.
Hasil kajian menunjukkan bahwa Kapal Inkamina 163 memiliki kapasitas

muat yang sebagian besar sudah dapat memenuhi rencana target operasional kapal
di ZEEI. Luas area kerja utama tidak mencukupi untuk ABK yang bertugas
menurunkan dan menarik jaring. Desain dan peralatan kapal Inkamina 163
sebagai kapal penangkap ikan memenuhi 7 syarat dari 8 syarat yang ada di
KEPMEN KKP No. 21/2004. Kualitas stabilitas statis kapal Inkamina 163 dengan
kondisi un-intact tidak memenuhi kriteria stabilitas minimum untuk kapal
penangkap ikan yang dikeluarkan oleh IMO. Upaya redesain kapal Inkamina 163
meningkatkan kualitas stabilitas statis.
Kata kunci : comparative numeric, Inkamina, kapal ikan, kapasitas muat,.

SUMMARY
PADUARTAMA TANDIPUANG. Operational Design Sustainability of an
Inkamina 163 Fishing Vessel Based in Sadeng Fishing Port, Yogyakarta.
Supervised by YOPI NOVITA and BUDHI HASCARYO ISKANDAR.

Fishermen in Sadeng still in doubt to operate an Inkamina fishing vessel
until ZEEI area in the Indian Ocean. Fishermen doubt about the ability of fishing
vessels operational. This research aimed to analyze suitability of loading capacity
available on board with its operational plan, and analyze suitability of deck
arrangement with its loading plan. Case study method was applied in this research.

Data were analyzed by comparative-numeric approach to assess the suitability of
design and to know sutability ofworking area on deck. In addition, KEPMEN
KKP No.21/2004 was used as well to assess design suitabity.
The results showed that most of loading capacity of this vessel had been
able to agreed plan targets to be operated in ZEEI. The main area on the deck is
not sufficient for all crew who set and pull the net. This vessel had agreed 7 from
8 requirements hat mentioned in the regulation reffered. Quality of static stability
this vessel with un - intact condition does not suffient the minimum stability
criteria for fishing vessels issued by IMO. Redesign of this ship increased the
quality of static stability
Key words : comparative numeric, Inkamina, fishing vessel, load capacity.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KESESUAIAN DESAIN OPERASIONAL KAPAL INKAMINA 163
BERBASIS DI PPP SADENG YOGYAKARTA

PADUARTAMA TANDIPUANG

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr Ir Mohammad Imron, M.Si


Judul Tesis : Kesesuaian Desain Operasional Kapal Inkamina 163 Berbasis di
PPP Sadeng Yogyakarta
Nama
: Paduartama Tandipuang
NRP
: C451120061

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Yopi Novita, SPi, MSi
Ketua

Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Laut


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 12 Maret 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Salam sejahtera bagi kita semua. Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memampukan penulis untuk menyelesaikan penelitian serta penulisan karya
ilmiah ini. Penelitian yang dilakukan berdasarkan permasalahan yang dihadapi
oleh nelayan pengguna kapal ikan bantuan pemerintah di Yogyakarta. Penelitian
yang dilakukan pada bulan April hingga Mei 2014 ini berjudul Kesesuaian Desain
Operasional Kapal Inkamina 163 Berbasis di PPP Sadeng Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Yopi Novita, SPi, MSi dan
Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi selaku dosen pembimbing. Adapun penulis

memberikan apresiasi kepada pihak-pihak di luar kampus yang turut membantu
penelitian ini. Bapak Untung Leksono selaku kepala PPP Sadeng, Bapak Ngatno
selaku pendamping teknis di pelabuhan, Bapak Agrip Madi selaku pengelola
kapal Inkamina 163 dan teman-teman seangkatan penulis di SD Bobkrigondolayu
Yogyakarta yang telah membantu pengambilan data. Penelitian ini didukung atas
bantuan dana penyelesaian studi dari Bupati Kabupaten Mamasa, Provinsi
Sulawesi Barat. Rasa terima kasih juga dihaturkan oleh penulis kepada kedua
orang tua dan kedua adik atas kasih sayang serta dukungan doa.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, secara khusus
untuk nelayan yang mengoperasikan kapal ikan bantuan di Yogyakarta.
Bogor, Maret 2015
Paduartama Tandipuang

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR


xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran Penelitian

1
1
2
4
4
4

2 METODE
Waktu dan Tempat
Alat
Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Analisis Data

6
6
6
6
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimensi Kapal Inkamina 163
General Arrangement Kapal Inkamina 163
Parameter Hidrostatis Kapal Inkamina 163
Kapasitas Internal Kapal Inkamina 163
Kesesuaian desain kapal Inkamina 163 menurut KEPMEN KKP
No.21/2004
Stabilitas Kapal Inkamina 163

11
13
14

21
27

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

48
48
48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

52

RIWAYAT HIDUP


61

33
35

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis dan Metode pengumpulan data
Kisaran ukuran kapal ikan di Indonesia
Variasi kondisi muatan
Spesifikasi teknis kapal Inkamina 163
Perbandingan ukuran dimensi utama
Volume tiap ruang di Kapal Inkamina 163
Bangunan dan muatan di dek kapal Inkamina 163
Parameter hidrostatis kapal Inkamina 163
Perbandingan kisaran nilai coefficient of fineness kapal Inkamina 163
dengan kapal ikan di Indonesia
10. Persentase perbandingan volume terpasang terhadap volume estimasi
pada DPI yang berbeda
11. Syarat desain dan peralatan kapal penangkap ikan
12. Distribusi dan berat muatan pada Kapal Inkamina 163 kondisi K0
13. Distribusi dan berat muatan pada Kapal Inkamina 163 kondisi K1
14. Distribusi dan berat muatan pada Kapal Inkamina 163 kondisi K2
15. Distribusi dan berat muatan pada Kapal Inkamina 163 kondisi K3
16. Distribusi dan berat muatan pada Kapal Inkamina 163 kondisi K4
17. Perbandingan kualitas stabilitas Inkamina 163 terhadap kriteria IMO
18. Perbandingan kualitas stabilitas Inkamina 163 dengan batasan FA
terhadap kriteria IMO

6
7
8
13
13
15
16
23
26
29
33
35
36
37
38
39
41
42

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Kapal Inkamina 163 (kiri) dan Kapal Inkamina 401 (kanan).
Kerangka pemikiran penelitian
Area kerja yang dibutuhkan tiap ABK. Rata-rata lebar bahu nelayan
(LB) dan rata-rata panjang pangkal lengan nelayan (PL)
4. Kapal Inkamina 163. (A) Tampak depan, (B) tampak belakang, dan (C)
tampak samping.
5. Operational General arrangement Kapal Inkamina 163. (A) tampak
6. Pembagian area kerja di atas dek kapal Inkamina 163. (1) Dek buritan,
(2) Dek samping, (3) Rumah kemudi, (4) Dek kerja utama, dan (5) Dek
haluan
7. Area kerja pada dek keseluruhan kapal Inkamina 163
8. Area kerja pada dek utama kapal Inkamina 163
9. Perbandingan luas area tutupan dan area bebas pada dek utama
10. Perbandingan luas area tutupan dan area bebas pada dek kerja utama
(main working deck)
11. Lines plan kapal Inkamina 163

3
5
8
12
14

16
17
17
18
19
22

12. Kurva hidrostatis kapal Inkamina 163
13. Perbandingan volume ruang terpasang terhadap volume ruang estimasi
pada DPI yang berbeda
14. Kurva stabilitas statis kapal 5 kondisi berbeda
15. Kondisi operasional kapal Inkamina 163 tampak samping. (A) sebelum
redesain dan (B) sesudah diredesain
16. Perbandingan kurva stabilitas kondisi eksisting dengan kondisi redesain.
(a) K1 Vs K1R, (b) K2 Vs K2R, (c) K3 Vs K3R, dan (d) K4 Vs K4R
17. Perubahan nilai kualitas stabilitas pada seluruh kondisi redesain

25
29
40
44
46
47

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tabel offset kapal Inkamina 163
Tabel Perhitungan GT kapal Inkamina 163 berdasarkan lines plan
Perhitungan perubahan nilai kualitas stabilitas statis Inkamina 163
Moment longitudinal dan vertical muatan kapal Inkamina 163 Kondisi K0
Moment longitudinal dan vertical muatan kapal Inkamina 163 Kondisi K1
Moment longitudinal dan vertical muatan kapal Inkamina 163 Kondisi K2
Moment longitudinal dan vertical muatan kapal Inkamina 163 Kondisi K3
Moment longitudinal dan vertical muatan kapal Inkamina 163 Kondisi K4

52
53
54
56
57
58
59
60

DAFTAR SIMBOL DAN ISTILAH
After perpendicular (AP); garis tegak pada linggi buritan atau pada poros daun
kemudi yang memotong base line secara vertikal.
Anak buah kapal (ABK); orang yang berada di kapal ikan untuk melakukan
operasi penangkapan ikan.
Base line; garis dasar terendah yang berada tepat di atas lunas (upper keel).
Beamseas; gelombang yang datang dari arah samping kapal.
Breadth (B); lebar kapal yang diukur melintang antara kulit lambung yang satu
dengan sisi kulit lambung lainnya.
Breadth maximum (Bmax); lebar terbesar kapal yang diukur dari jarak yang
paling jauh antara kulit lambung terluar sisi yang satu dengan kulit lambung
sisi terluar lainnya.
Breadth moulded (Bmoulded); lebar kapal yang diukur antara kulit lambung bagian
dalam ke kulit lambung bagian dalam sisi lainnya.
Bulk; salah satu jenis sistem penyimpanan ikan di dalam palka dimana terjadi
kontak langsung antara ikan dan es curah yang disatukan di dalam palka.
Buritan; bagian di belakang midship kapal.
Capsize; kondisi kapal yang kehilangan tenaga pembalik ke posisi tegak sehingga
sudut kemiringan kapal semakin besar.
Centre line (CL); garis yang berada di tengah, yang membagi dua bagian kapal
secara membujur pada gambar kapal tampak atas dan membagi dua bagian
kapal secara vertikal pada gambar kapal tampak depan.
Coefficient of block (Cb); perbandingan antara volume badan kapal yang
terbenam di air terhadap volume balok yang dibentuk oleh dimensi utama
kapal (panjang, lebar, dan dalam).
Coefficient of fineness; nilai-nilai koefisien yang menggambarkan bentuk badan
kapal yang terbenam di air.
Coefficient of midship (C⊗); nilai perbandingan antara luas penampang gading
kapal yang terlebar di bagian tengah kapal dengan luas persegi empat yang
dibentuk oleh lebar dan tinggi draft kapal.

Coefficient of prismatic (Cp); nilai perbandingan antara volume badan kapal
yang terbenam di air dengan volume prisma yang dibentuk oleh luas
penampang gading terlebar dan panjang kapal.
Coefficient of vertical prismatic (Cvp); nilai perbandingan antara volume badan
kapal di bagian midship yang terbenam di air dengan luas prisma yang
dibentuk oleh penampang garis air dan draft kapal.
Coefficient of waterplan (Cw); nilai perbandingan antara luas penampang garis
air dengan luas persegi empat yang dibentuk pada ketinggian garis air (water
line) yang sama.
Comparative numeric; analisa data dengan membandingkan nilai-nilai yang
diperoleh dengan nilai standar atau nilai kisaran tertentu.
Deck; disebut juga geladak yang merupakan lantai tempat berpijak di atas kapal.
Depth (D); tinggi kapal yang diukur secara vertikal dari bagian kapal yang paling
bawah ( di atas lunas) sampai geladak utama yang terendah.
Draught atau Draft (d); tinggi kapal yang diukur secara vertikal dari bagian
bawah kapal di atas lunas (upper keel) atau base line ke water line saat kapal
sarat muatan.
Drifting; aktifitas kapal saat mengapung bebas di air tanpa adanya kerja dari
mesin penggerak.
Encircling gear; golongan atau kelompok alat tangkap yang dioperasikan dengan
cara melingkari gerombolan ikan.
Even keel; kondisi kapal dimana garis air sama tinggi di bagian haluan dan
buritan.
Fishing base; pangkalan penangkapan dimana dilakukan aktifitas tambat, labuh,
bongkar dan muat kapal ikan.
Fishing ground; daerah perairan dimana terdapat sumberdaya ikan yang dapat
dimanfaatkan dengan melakukan operasi penangkapan ikan.
Flat stern; tipe buritan kapal dimana buritan kapal tersebut tegak vertikal.
Flooding angle; sudut kemiringan kapal ketika tinggi permukaan geladak yang
terendah sama dengan permukaan air.

Fore perpendicular (FP); garis tegak yang memotong titik pertemuan antara garis
air (water line) di bagian haluan dengan linggi saat sarat muatan terhadap
garis base line secara vertikal.
Free surface; zat cair yang dapat bergerak bebas dalam suatu ruang.
General arrangement (GA); gambar desain kapal yang menunjukkan jenis dan
posisi ruang yang ada di kapal.
GM; tinggi garis khayal yang diukur dari jarak antara titik metacentre (M) ke titik
berat (G).
Gross ton (GT); berat kotor. GT dalam arti satuan merupakan satuan volume
displacement kapal dalam ton register
Half breadth plan; teknik gambar rencana kapal dalam bentuk dua dimensi kapal
tampak atas yang digambar dari centre line ke kulit lambung terluar beserta
dengan garis air (water plan) dan ordinat.
Haluan; bagian depan midship kapal.
Houling; aktifitas saat mengoperasikan alat tangkap setelah setting dimana alat
tangkap tersebut telah menangkap ikan dan siap untuk diangkat kembali ke
atas kapal.
Human error; faktor kesalahan yang berasal dari manusia.
Hydrolic; cara kerja suatu jenis alat dengan tenaga penggerak yang berasal dari
udara yang dimampatkan.
Inkamina; merupakan nama kapal bantuan yang berasal dari program 1000 kapal
di atas 30 GT berdasarkan instruksi Presiden No. 1/2010.
Intact; kondisi kapal yang kedap udara dan air.
International Maritime Organization (IMO); organisasi atau badan khusus PBB
internasional yang mengatur keselamatan maritim.
Kapasitas internal (loading capacity); disebut juga kapasitas muat yang
merupakan daya tampung kapal untuk berbagai jenis muatan.
Kasko; lambung atau badan kapal.
KB; jarak antara titik apung (B) dengan keel (K) kapal.
KG; jarak antara titik berat (G) dengan keel (K) kapal.

Kurva GZ; kurva yang menyatakan nilai kualitas stabilitas kapal dimana nilai GZ
dinyatakan saat kapal oleng pada sudut tertentu.
Kurva hidrostatis; kurva yang menunjukkan perubahan nilai parameter
hidrostatis kapal tiap garis air (water line).
Length of deck (Ldeck); panjang kapal yang diukur membujur dari ujung geladak
di bagian haluan hingga ujung geladak di bagian buritan.
Length of water line (Lwl); panjang kapal yang diukur membujur sepanjang batas
ketinggian air maksimum (draugth).
Length over all (LoA); panjang terbesar kapal yang diukur secara membujur
(longitudinal) dari ujung buritan terluar hingga ujung haluan kapal terluar.
Length perpendicular (Lpp); panjang kapal yang diukur membujur antara garis
tegak after perpendicular (AP) di buritan dengan garis tegak fore
perpendicular (FP) di haluan pada ketinggian air maksimum.
Life buoy; pelampung yang dipakai saat keadaan darurat sebagai perlengkapan
keselamatan.
Life jacket; jaket pelampung yang dapat dipakai saat keadaan darurat sebagai
perlengkapan keselamatan di atas kapal.
Lines plan; teknik gambar rencana garis kapal dalam bentuk dua dimensi. Kapal
digambar secara membujur (tampak samping), melintang (tampak atas), dan
tampak depan sehingga diperoleh tiga buah gambar yaitu profile plan, half
breadth plan, dan body plan.
Linggi; bagian kapal yang kokoh di ujung haluan dan di ujung buritan.
Liquid; zat cair.
Maneuver; kemampuan kapal untuk merubah arah haluan pada olah gerak kapal.
Marine engine; mesin yang didesain khusus sebagai tenaga penggerak kapal.
Midship; bagian tengah kapal.
Millimeter block; lembaran kertas bergaris kotak-kotak dengan ketelitian 1
milimeter.
Naval architecture; seni rancang bangun dalam bidang perkapalan.

NT; berat bersih. NT dalam arti satuan merupakan satuan volume displacement
bersih kapal dalam ton register.
Phi (π); bilangan irrasional yang digunakan sebagai konstanta untuk perhitungan
bangun datar lingkaran (dua dimensi).
Pitch; salah satu jenis gerak kapal dimana kapal berputar pada poros sumbu y.
Propeller atau baling-baling; bagian kapal yang digerakkan oleh mesin kapal
yang dihubungkan dengan poros yang berputar sehingga menghasilkan daya
dorong untuk menggerakkan kapal.
Purse seine; Jenis alat tangkap berupa jaring yang memiliki pelampung di atasnya
serta pemberat dan cincin yang berfungsi sebagai jalur tali kolur di bagian
bawah jaring . Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara melingkari
gerombolan ikan lalu mengerucutkan cincin-cincin di bagian bawah untuk
memerangkap.
Purse seiner; kapal yang mengoperasikan alat tangkap purse seine.
Racked bow; tipe haluan kapal dimana haluan kapal tersebut miring sehingga
ujung atas haluan melebihi ujung bawah haluan.
Radian (rad); satuan besaran sudut dimana 1 radian = π/ 8 0.
Rasio dimensi utama; perbandingan antara 3 dimensi utama kapal yang meliputi
panjang (L), lebar (B), dan tinggi (D) kapal.
Ratio B/D; nilai perbandingan antara lebar kapal (B) dengan tinggi kapal (D).
Ratio L/B; nilai perbandingan antara panjang kapal (L) dengan lebar kapal (B).
Ratio L/D ; nilai perbandingan antara panjang kapal (L) dengan tinggi kapal (D).
Righting arm (GZ); jarak antara titik berat (G) saat kondisi awal dengan saat
kapal mengalami oleng atau berada dalam kondisi miring. GZ memiliki
satuan meter radian (m.rad).
Roll meter; alat untuk mengukur panjang. Berupa lempengan besi dimana
terdapat skala satuan untuk ukuran panjang yang dapat digulung.
Roll; salah satu jenis gerak kapal dimana kapal berputar pada poros sumbu x.
Round bottom; tipe kasko kapal dimana lambung kapal berbentuk hampir
menyerupai setengah lingkaran di bagian midship.

Rudder; daun kemudi yang berada di buritan kapal untuk membelokkan arah
haluan kapal.
Rumpon; alat bantu dalam operasi penangkapan ikan yang berfungsi sebagai
atractor sehingga ikan-ikan berkumpul disekitar alat tersebut. Rumpon
terdiri dari empat bagian utama yaitu pelampung, tali utama, atractor, dan
pemberat.
Setting; aktifitas mengoperasikan alat tangkap dimana alat tangkap tersebut di
keluarkan dari kapal untuk menangkap ikan.
Sheer; bagian lambung kapal yang lebih tinggi dari permukaan geladak utama.
Statical stability curve atau kurva stabilitas statis; kurva yang menunjukkan
kemampuan kapal untuk kembali ke posisi tegak setelah oleng pada sudut
tertentu dimana gerak kapal hanya dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari
air dan badan kapal yang terbenam di air.
Stowage factor; nilai koefisien perbandingan antara berat ikan dan es di dalam
palka.
Streering gear; bagian kapal yang berfungsi mengendalikan kapal untuk olah
gerak kapal atau melakukan perubahan haluan saat kapal beroperasi.
Tanda selar; merupakan identitas kapal dimana terdapat angka dan huruf yang
menunjukkan tonase kapal (GT), nomor surat ukur, serta kode pengukuran
yang dibuat dan dipasang di kapal.
Ton displacement; berat badan kapal yang terbenam di air.
Ton

per centimeter immertion (TPC); berat yang diperlukan untuk
membenamkan kapal sehingga merubah draft kapal sebesar 1 cm.

Trim by bow; kondisi kapal dengan ketinggian garis air bagian haluan lebih tinggi
dari bagian buritan. Bagian haluan kapal lebih banyak terbenam.
Trim by stern; kondisi kapal dengan ketinggian garis air bagian buritan lebih
tinggi dari haluan. Bagian buritan kapal lebih banyak terbenam.
Un-intact; kondisi kapal yang tidak kedap udara dan air.
Vanishing angle; sudut kemuringan kapal pada saat nilai GZ kembali menjadi nol.
Volume displacement; volume badan kapal yang terbenam di air.

Water ballast; media zat air yang yang digunakan untuk membantu
menyeimbangkan kapal secara melintang.
Water line (WL); garis air.
Waterpass; alat untuk mengukur kemiringan.
Wetted area; area basah pada lambung kapal.
Wheelhouse; ruang di atas geladak yang ditempati oleh nahkoda saat
mengemudikan kapal.
Winch; alat bantu saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Alat tersebut
berupa roller yang digerakkan oleh garden sehingga dapat berputar untuk
menarik alat tangkap.
Yaw; salah satu jenis gerak kapal dimana kapal berputar pada poros sumbu z.
Zona ekonomi ekslusif Indonesia (ZEEI); wilayah perairan Negara Indonesia
yang dipengaruhi dengan hukum internasional. Zona tersebut berada di luar
zona perairan teritorial mulai 12 mil hingga 200 mil dari garis pantai pulau
terluar saat surut terendah.

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada di bagian selatan Pulau
Jawa. Perairan selatan Pulau Jawa berhubungan langsung dengan Samudera
Hindia. Keadaan ini mengakibatkan perairan tersebut memiliki karakteristik yang
lebih ekstrim dibandingkan dengan perairan bagian dalam Indonesia seperti Laut
Jawa, Selat Karimata, Selat Makassar, dan lainnya. Rata-rata ketinggian
gelombang air laut di perairan selatan DIY berkisar antara 2-3 meter, berada di
atas rata-rata ketinggian gelombang air laut di perairan pedalaman Indonesia yang
hanya berkisar antara 0,5 – 1 meter (BMKG 2004). Menurut Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jakarta dan Stasiun Meteorologi Maritim
Kelas III Cilacap, ketinggian gelombang air laut di perairan selatan Pulau Jawa
dapat mencapai 3-5 meter.
Pemanfaatan perairan yang luas di DIY belum didukung oleh armada
penangkapan yang mampu dioperasikan hingga memasuki ZEEI (Pustek Kelautan
UGM 2000). Wilayah perairan DIY merupakan perairan yang masuk dalam
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 537 di Indonesia. Provinsi DIY memiliki
potensi perikanan tangkap yang besar, namun tingkat pemanfaatannya masih
tergolong rendah. Menurut KKP (2010), volume produksi perikanan tangkap pada
perairan tersebut adalah sebesar 2,44% (KKP). Volume produksi tersebut
merupakan volume produksi perikanan tangkap yang terkecil di antara seluruh
WPP di Indonesia pada tahun 2010. Persentase jumlah kapal penangkap ikan di
laut Selatan Jawa sebesar 4,86%, adalah yang persentase jumlah kapal penangkap
ikan terkecil di wilayah perairan Indonesia tahun 2010 (KKP 2010).
Pemanfaatan potensi perikanan tangkap di Provinsi DIY masih tergolong
rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Hal tersebut
dinyatakan oleh KKP sebagai berikut (KKP 2010):
a) Jumlah kapal penangkap ikan di Provinsi DIY adalah sebanyak 476 unit,
dimana 423 unit kapal motor tempel 2-20 GT dan 1 unit kapal motor 50-100
GT. Provinsi DIY memiliki jumlah kapal penangkap ikan yang paling sedikit
dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.
b) Jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi DIY adalah sebesar 4239 ton
pada tahun 2010. Jumlah produksi tersebut merupakan jumlah produksi
perikanan tangkap yang terkecil dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Indonesia.
Mayoritas nelayan masih menggunakan kapal ikan berukuran kecil.
Kondisi ini mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan DIY hanya
terpusat di perairan pantai hingga 60 mil dari garis pantai. Padahal potensi
sumberdaya ikan di DIY meliputi perairan pantai hingga Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI).
Kapal Inkamina merupakan kapal penangkap ikan yang berasal dari
program bantuan 1000 kapal ikan dari pemerintah berdasarkan instruksi Presiden
No. 1/2010. Kapal-kapal bantuan tersebut dibagikan kepada nelayan-nelayan di

2

berbagai provinsi di Indonesia agar dapat memanfaatkan potensi perikanan laut
dengan optimal di daerah masing-masing. Inka merupakan akronim dari Instruksi
Presiden Kapal dan kata Mina yang berarti ikan. Kapal Inkamina berarti kapal
penangkap ikan yang merupakan bagian dari program revitalisasi armada kapal
perikanan melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan. Provinsi DIY
memperoleh bantuan kapal Inkamina berukuran > 30 GT jenis purse seine
sebanyak 11 unit mulai tahun 2011 hingga tahun 2014. Seluruh Kapal Inkamina
tersebut ditempatkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng, Kabupaten Gunung
Kidul.
Seluruh kapal Inkamina yang berbasis di PPP Sadeng belum optimum
dioperasikan di perairan ZEE. Nelayan mengoperasikan kapal-kapal tersebut
sekitar 47-60 mil dari garis pantai. Kapal Inkamina didesain sebagai kapal
penangkap ikan dengan alat tangkap jaring purse seine dan wilayah operasi
penangkapan hingga di ZEEI. Kapal Inkamina yang diserahkan ke nelayan
Sadeng terdiri dari 2 tipe, yaitu Inkamina 163 dan Inkamina 401. Angka 163 dan
401 merupakan nomor kapal untuk jenis kapal inkamina di Indonesia. Dari kedua
tipe kapal Inkamina tersebut, kapal Inkamina 163 merupakan tipe kapal yang
terbanyak diberikan, yaitu sebanyak 9 unit. Hingga saat ini, kapal Inkamina 163
masih banyak yang belum dioperasikan oleh nelayan setempat. Jika pun ada yang
dioperasikan, hanya dioperasikan di perairan yang berjarak sekitar 60 mil dari
garis pantai. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, mereka
meragukan kemampuan operasional kapal tersebut untuk dapat dioperasikan lebih
dari 60 mil di ZEEI. Faktor kenyamanan menjadi salah satu penyebab nelayan
enggan mengoperasikan kapal Inkamina.
Menurut Fyson (1985), desain yang tepat bagi sebuah kapal penangkap
ikan, akan menentukan kesuksesan suatu operasi penangkapan ikan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan ketepatan desain kapal adalah
kesesuaian kapasitas internal serta tata letak muatan di kapal. Selain itu, kualitas
stabilitas yang tinggi turut menentukan keberhasilan operasi penangkapan. Oleh
karena itu, untuk menjawab keraguan nelayan akan kemampuan operasional kapal
Inkamina 163, maka kajian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian desain
kapal Inkamina 163 secara operasional

Perumusan Masalah
Terdapat 11 unit kapal Inkamina yang ada di PPP Sadeng. Berdasarkan
bentuknya, kapal Inkamina yang ada di pelabuhan tersebut dapat digolongkan
menjadi 2 tipe, yaitu kapal Inkamina 163 dengan lantai dek yang cenderung datar
dengan tinggi kapal (D) yang lebih tinggi; dan kapal Inkamina 401 dengan lantai
dek cenderung melengkung dan D kapal yang lebih rendah. Kapal Inkamina 163
dan Inkamina 401 masing-masing sebanyak 9 dan 2 unit. Kapal Inkamina 401
lebih sering digunakan oleh nelayan setempat untuk melakukan operasi
penangkapan ikan dibandingkan dengan kapal Inkamina 163. Perbedaan antara
kapal Inkamina 163 dengan Inkamina 401 disajikan pada Gambar 1. Adapun
kapal Inkamina 163, dari 9 unit yang ada, 5 unit kapal tidak beroperasi, sedangkan

3

4 unit kapal Inkamina 163 yang beroperasi, tidak dioperasikan rutin dan hanya
dioperasikan di perairan yang berjarak 60 mil dari garis pantai. Kondisi ini
menjadikan kapal Inkamina 163 dioperasikan tidak sesuai dengan rancangan awal
kapal tersebut, yaitu kapal penangkap ikan dengan wilayah operasi di perairan
ZEEI. Kenyataan ini terjadi dikarenakan nelayan setempat ragu akan kemampuan
kapal Inkamina 163 untuk dapat dioperasikan hingga ke ZEEI yang berjarak 200
mil dari garis pantai. Kapal Inkamina 163 dianggap terlalu kecil untuk
dioperasikan di perairan ZEEI yang merupakan perairan samudera dengan
karakteristik gelombang dengan ketinggian gelombang yang cukup berisiko bagi
sebuah kapal, terlebih jika kapal tersebut tidak memiliki stabilitas yang baik.

Gambar 1 Kapal Inkamina 163 (kiri) dan Kapal Inkamina 401 (kanan).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kemampuan operasional kapal Inkamina 163 baik dari segi desain
maupun stabilitas kapal. Kajian ini diharapkan dapat menjawab keraguan nelayan
akan kemampuan operasional kapal Inkamina 163, sekaligus membantu
pemerintah dengan memberikan informasi yang terkait dengan berhasil atau
tidaknya program 1.000 kapal melalui kajian terhadap salah satu kapal bantuan
yang dioperasikan di perairan Samudera Hindia. Tahapan untuk mencapai suatu
kesimpulan sebagai solusi alternatif tersebut dilakukan dengan merumuskan
permasalahan pokok yang ada. Perumusan permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1) Bagaimana kesesuaian desain operasional kapal Inkamina sebagai kapal
penangkap ikan yang beroperasi di ZEEI ditinjau dari rasio dimensi utama,
parameter hidrostatis, kapasitas internal, dan KEPMEN KKP No.21/2004 ?

4

2) Bagaimana kualitas stabilitas kapal Inkamina dengan variasi bobot muatan di
kapal sesuai dengan kondisi operasionalnya?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1) Menganalisis kesesuaian desain operasional kapal Inkamina 163 sebagai kapal
penangkap ikan yang dioperasikan di ZEEI.
2) Menentukan kualitas stabilitas kapal Inkamina.
3) Menentukan tingkat kelayakan operasional kapal Inkamina 163.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Memberikan informasi kepada nelayan pengelola kapal Inkamina kondisi
operasional kapal yang ideal agar memenuhi batas minimum stabilitas kapal.
Diharapkan informasi ini dapat mengurangi keraguan nelayan sehingga dapat
kembali mengoperasikan kapal Inkamina dengan optimal di ZEE.
2) Menjadi masukan bagi pemerintah dalam perancangan desain kapal
penangkap ikan untuk daerah-daerah dengan karakteristik perairan yang tidak
sama.
3) Menjadi acuan dan pembanding untuk setiap pihak yang akan melakukan
penelitian lanjutan dalam lingkup operasional kapal dan pertimbangan untuk
melakukan redesain suatu kapal penangkap ikan.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pendekatan studi yang digunakan untuk membantu memberikan
solusi terhadap permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini disajikan
pada Gambar 2.

5

Kapal Inkamina

Permasalahan
Kemampuan operasional kapal Inkamina 163 diragukan
oleh nelayan setempat

Analisis
Kapasitas Internal

Analisis
Rasio Dimensi
Utama

Analisis Kesesuaian Desain

Analisis
Parameter
Hidrostatik

Analisis
Muatan

Analisis Stabilitas

Evaluasi kelayakan desain dan kualitas stabilitas kapal Inkamina 163

METODE
Gambar22 Kerangka
pemikiran penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Metode ini digunakan berdasarkan kasus atau permasalahan kapal Inkamina 163
yang terdapat di PPP Sadeng, Provinsi Yogyakarta.

6

2 METODE

Waktu dan Tempat
Pengambilan data dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2014. Objek
penelitian yang digunakan adalah satu unit kapal ikan bantuan yakni kapal
Inkamina 163 yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng,
Kelurahan Pucung, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu : roll meter (20 m), tali kenur,
tali rafia, pemberat (bandul), waterpass, senter, penggaris 20 dan 60 cm, senter,
digital camera, alat tulis, kertas millimeter block (1x1 m), dan laptop.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Jenis data
dikelompokkan berdasarkan pencapaian tujuan penelitian.
Tabel 1 Jenis dan Metode pengumpulan data
No.
1
a
b

2

Input
Data yang digunakan
Tujuan 1
Analisis dimensi utama
LoA, B, dan D
Analisis
parameter Gambar lines plan kapal
hidrostatis

c

Kapasitas internal

d

Ketersediaan area kerja

Tujuan 2
Analisis stabilitas statis

Ukuran palka
Ukuran tangki BBM
Ukuran tangki air tawar
Ukuran ruang ABK
Ukuran ruang mesin
Luas area pada dek

Metode pengumpulan
Pengukuran langsung
Penggambaran manual pada
kertas millimeter block lalu
penggambaran menggunakan
bantuan perangkat lunak lunak
naval architecture dan desain
grafis
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran langsung
Pengukuran berdasarkan
gambar kapal

5 variasi kondisi muatan - Pembuatan variasi volume
dan kondisi redesainnya
setiap jenis muatan yang ada
menjadi 5 kondisi.

7

t Lanjut Tabel 1
- Kondisi redesain : merubah
posisi muatan.
3

Tujuan 3
Analisis kelayakan
operasional kapal

KEPMEN KKP
No.21/2004 dan parameter
stabilitas IMO

Acuan berdasarkan literatur
yang ada

Analisis Data
1. Data tersebut dianalisa secara comparative numeric dan deskriptif. Analisis
data dilakukan dengan cara membandingkan rasio dimensi utama kapal
Inkamina 163 dengan rasio dimensi utama kapal kelompok encircling gear
yang dikemukakan oleh Iskandar dan Pujiati (1995). Nilai kisaran ukuran
kapal ikan di Indonesia disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kisaran ukuran kapal ikan di Indonesia
Rasio dimensi
Kelompok kisaran ukuran kapal ikan encircling gear
utama
di Indonesia*)
L/B
2,06-9,30
L/D
4,55-17,43
B/D
0,5-5,00
Keterangan : Iskandar dan Pujiati, 1995.

2. Membandingkan kapasitas internal kapal kondisi eksisting dengan estimasi
secara teori.
3. Membandingkan desain kapal dengan KEPMEN KKP No.21/2004.
4. Membandingkan kualitas stabilitas kapal pada empat variasi kondisi muatan.
Nurdin (2014) melakukan modifikasi kondisi kapal purse seine dengan
menggunakan simulasi distribusi muatan secara vertikal dan longitudinal.
Dalam penelitian ini dilakukan simulasi kondisi berat muatan kapal Inkamina
163. Simulasi menggunakan 5 variasi kondisi dimana terdapat 4 kondisi
variasi berat muatan (K1, K2, K3, dan K4) dan 1 kondisi yang menjadi faktor
kontrol (K0). K0 merupakan kondisi kapal Inkamina 163 tanpa muatan.
Simulasi kondisi muatan ini mengacu pada aturan dari IMO (1995). Aturan
tersebut meliputi :
a) Kondisi 1 (K1) adalah kondisi kapal pada saat akan berangkat dari fishing
base (FB) menuju fishing ground (FG).
b) Kondisi 2 (K2) adalah kondisi kapal setelah melakukan operasi
penangkapan dan akan pulang ke FB.
c) Kondisi 3 (K3) adalah kondisi kapal saat tiba di FB dengan palka penuh
ikan hasil tangkapan.
d) Kondisi 4 (K4) adalah kondisi kapal tiba di FB dengan palka terisi ikan
dengan jumlah yang minim.
Variasi kondisi berat muatan tersebut dipaparkan pada Tabel 3.

8

Tabel 3 Variasi kondisi muatan
Jenis Muatan
Bahan bakar
Es dan lelehan es
Ikan hasil tangkapan
Perbekalan ABK
Alat tangkap
Mesin
ABK 13 0rang
Kasko
Berat total (ton)

K0
100%
100%
100%
15,707

K1
100%
100%
0
100%
100%
100%
100%
100%
32,739

K2
60%
100%
100%
25%
100%
100%
100%
100%
41,750

K3
10%
80%
100%
10%
100%
100%
100%
100%
37,713

K4
10%
80%
20%
10%
100%
100%
100%
100%
28,11

5. Mengkaji ketersediaan area kerja di lantai dek kapal
Kajian dilakukan dengan mengestimasi area kerja ABK berdasarkan
asumsi bahwa setiap ABK melakukan aktifitas di kapal idealnya
membutuhkan ruang gerak untuk bahu dan kedua lengan yang terlentang
maksimal. Lengan yang terlentang maksimal ini dimaksutkan ketika posisi
lengan adalah 900 terhadap posisi badan nelayan saat berdiri tegak. Ilustrasi
dimensi area kerja tiap ABK disajikan pada Gambar 3. Analisa area kerja
untuk ABK dilakukan di dek utama (main deck) dan di dek kerja utama (main
working deck) kapal Inkamina 163.

PL

LB

PL

Gambar 3 Area kerja yang dibutuhkan tiap ABK. Rata-rata lebar bahu nelayan
(LB) dan rata-rata panjang pangkal lengan nelayan (PL)

Perhitungan luas area kerja yang diperlukan oleh tiap ABK, diestimasi
melalui dimensi rata-rata tubuh ABK. Luas area kerja tiap ABK diperoleh dengan

9

menghitung luas lingkaran dengan diameter yang terbentuk dari rata-rata lebar
bahu nelayan ditambah dengan 2 kali panjang pangkal lengan (LB + 2PL).
Pemaparan perhitungan luas area kerja yang diperlukan oleh tiap ABK (LAABK)
ini disajikan pada persamaan sebagai berikut :
LA ABK = Luas lingkaran..……………………………………………………… (1)
Luas lingkaran =
Keterangan :
=

…………………………………………………………… (2)

Jika LB + 2 PL = diameter lingkaran, maka :
= ½ (LB + 2 PL)
= ½ LB + PL………………………………………………………………….(3)
Dengan demikian jika persamaan (3) disubstitusikan ke dalam persamaan (1),
maka persamaan untuk luas area kerja untuk 1 orang ABK adalah :
LA ABK =
LA ABK =

(½ LB + PL)2 ………………………………………………………(4)

6. Mengkaji stabilitas kapal Inkamina 163
Analisa stabilitas dilakukan berdasarkan tujuan penelitian yang kedua
melalui simulasi kualitas stabilitas. Terdapat 2 jenis tahapan analisa kualitas
stabilitas kapal Inkamina 163 yang dilakukan pada penelitian ini. Tahap pertama
adalah analisa kualitas stabilitas kondisi operasional kapal. Pada tahap ini
dilakukan perbandingan kualitas stabilitas kapal dengan variasi berat muatan.
Marjoni (2009) dan Susanto (2010) melakukan simulasi stabilitas kapal
menggunakan 5 variasi kondisi muatan yang mengacu pada ketentuan IMO.
Tahap yang kedua adalah analisa kualitas stabilitas kapal yang telah diredesain.
Pada tahap ini dilakukan perbandingan antara kualitas stabilitas operasional kapal
dengan kualitas stabilitas kapal yang telah mengalami redesain. Redesain kapal
yang dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas stabilitas operasional
kapal tersebut menjadi lebih baik.
Standar nilai stabilitas minimum pada kriteria stabilitas yang dikeluarkan
oleh IMO (International Maritime Organization) dijadikan pembanding terhadap
kualitas stabilitas operasional kapal Inkamina 163. Kriteria stabilitas minimum
yang dikeluarkan oleh IMO untuk kapal ikan harus menjadi acuan oleh setiap
kapal ikan agar dapat melakukan operasi penangkapan dengan aman. Kriteria
tersebut adalah sebagai berikut (IMO 1995):
A. Luas area di bawah kurva GZ statis pada kemiringan 00 sampai 300 harus
melebihi 0,055 m.rad;
B. Luas area di bawah kurva GZ statis pada kemiringan 00 sampai 400 harus
melebihi 0,09 m.rad;

10

C. Luas area di bawah kurva GZ statis pada kemiringan 300 sampai 400 harus
melebihi 0,03 m.rad;
D. Pada saat mencapai nilai maksimum righting arm (GZ), tinggi kurva GZ
minimal pada 0,2 m dan sudut harus melebihi 300;
E. Sudut yang terbentuk saat nilai GZ maksimum harus di atas 250;
F. Tinggi GM awal harus melebihi 0,35 m.

11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Kapal Inkamina adalah program pengadaan 1000 unit kapal ikan
bertonase minimal 30 GT oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
kepada kelompok nelayan di Indonesia. Program ini merupakan realisasi dari
Instruksi Presiden Susilo Bambang Yudoyono Nomor 1 tahun 2010. Tujuan
utama diadakannya program bantuan kapal ikan ini adalah untuk menigkatkan
kesejahteraan nelayan tradisional. Peningkatan kesejahteraan ini dimulai dengan
meningkatkan produktifitas nelayan karena dapat melakukan operasi penangkapan
ikan sampai ke ZEE.
Berdasarkan tujuan dari program kapal Inkamina, wilayah operasi
penangkapan ikan kapal bantuan tersebut berada di ZEEI. Wilayah operasi
penangkapan ikan menggunakan kapal Inkamina yakni mulai dari 12 hingga 200
mil. Jalur I dan jalur II menjadi daerah terlarang untuk pengoperasian alat tangkap
menggunakan kapal Inkamina. Kapal Inkaimina 163 merupakan salah satu kapal
ikan bantuan dari pemerintah untuk Provinsi DIY yang berbasis di PPP Sadeng.
Daerah operasi penangkapan ikan menggunakan kapal ini berada di 12 mil hingga
200 mil perairan selatan Pulau Jawa. Kapal Inkamina 163 harus memiliki
spesifikasi tertentu agar dapat dioperasikan di perairan tersebut.
Kapal Inkamina 163 dan seluruh kapal Inkamina lainnya yang berbasis di
PPP Sadeng merupakan kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap
jaring purse seine. Ikan yang menjadi target penangkapan adalah ikan tongkol,
cakalang, tuna, dan jenis ikan pelagis lainnya. Sistem operasi penangkapan
menggunakan alat tangkap ini adalah memerangkap gerombolan ikan dengan cara
melingkari dengan jaring. Operasi penangkapan ikan dapat dilakukan pada siang
dan malam hari. Kapal Inkamina 163 melakukan operasi penangkapan ikan di
malam hari menggunakan alat bantu rumpon dan lampu. Rumpon telah terpasang
di perairan yang menjadi daerah penangkapan, sedangkan lampu diletakkan di
kapal. Rumpon-rumpon dipasang pada jarak 47 mil hingga 60 mil di perairan
selatan DIY sehingga daerah ini menjadi daerah operasi penangkapan kapal
Inkamina 163. Jumlah anak buah kapal (ABK) yang terdaftar di Sertifikat
Kelaikan dan Pengawakan Kapal Ikan Inkamina 163 (terlampir) berjumlah 13.
Jumlah ABK ini terdiri dari nahkoda, KKM, 4 orang ABK Kelas I, dan 7 orang
ABK pengikut. Kapal Inkamina 163 memiliki alat-alat keselamatan untuk para
ABK yang terdiri 10 buah life jacket dan 3 buah life buoy. Foto kapal Inkamina
163 disajikan pada Gambar 4 dan spesifikasi teknis kapal Ikamina 163 disajikan
pada Tabel 4.

12

(A)

(A)

(B)

(C)
Gambar 4 Kapal Inkamina 163. (A) Tampak depan, (B) tampak belakang, dan
(C) tampak samping.

13

Tabel 4 Spesifikasi teknis kapal Inkamina 163
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Keterangan
Nama
Inkamina Makmur 163
Tempat pembuatan
Batang, Provinsi Jawa Tengah
Tanda selar
GT.32 No.215/Fr
Tahun pembuatan
2011
Bahan
Kayu
Panjang total (LoA)
17,18 m
Panjang garis air (LWL)
13,65 m
Lebar maksimum (Bmax)
5,04
Lebar pada dek (Bmoulded)
4,79
Dalam (D)
2,04 m
Draft (d)
1,63 m
Jumlah geladak
1
Tonase kotor
32 GT
Tonase bersih
9 NT
Tenaga Penggerak
Marine engine (Yuchai YC6A 170 C)
Jenis kapal
Purse seiner (pukat cincin) pelagis kecil

Dimensi Kapal Inkamina 163
Menurut Muhammad dan Iskandar (2007) perhatian utama mendesain kapal
ikan yang terbuat dari bahan kayu adalah rasio antara ketiga dimensi utama kapal
yaitu panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan tinggi kapal (D). Perbandingan
dimensi tersebut merupakan parameter awal menggambarkan bentuk dan jenis
kapal. Fyson (1985) menyatakan bahwa nilai perbandingan dimensi utama kapal,
dapat menggambarkan bentuk kapal yang menyerupai balok tetapi tidak
menggambarkan bentuk lambung dari kapal tersebut.
Perbandingan ukuran dimensi utama kapal Inkamina 163 disajikan pada
Tabel 5. Kisaran nilai perbandingan dimensi utama kapal ikan tipe encircling gear
di Indonesia yang telah dilakukan oleh Iskandar dan Pujiati (1995) dijadikan
sebagai pembanding rasio dimensi utama kapal Inkamina 163.
Tabel 5 Perbandingan ukuran dimensi utama
Rasio dimensi
utama
L/B
L/D
B/D

Kapal Inkamina
163
2,88
6,96
2,32

Keterangan : *) Iskandar dan Pujiati, 1995.

Kelompok kisaran ukuran kapal ikan
encircling gear di Indonesia*)
2,06-9,30
4,55-17,43
0,5-5,00

14

Berdasarkan data pada Tabel 5, dimensi utama kapal Inkamina 163 masuk
dalam rentang kisaran nilai kelompok encircling gear. Hasil perbandingan ini
menyatakan bahwa dimensi kapal Inkamina 163 merupakan dimensi kapal ikan
yang umumnya digunakan oleh nelayan di Indonesia untuk mengoperasikan alat
tangkap dengan cara dilingkarkan seperti purse seine.

General Arrangement Kapal Inkamina 163
Tata letak ruang dan muatan di kapal Inkamina 163
General arrangement (GA) adalah rencana umum kapal yang
menunjukkan jenis ruang dan posisi ruang di kapal. Akan tetapi dalam
pengoperasiannya, seringkali nelayan meletakkan benda/muatan di tempat yang
tidak sesuai dengan rencana desain. Penempatan ruang dan muatan pada Kapal
Inkamina 163 saat kondisi operasional disajikan pada Gambar 5.

(A)

(B)
Keterangan :
1. Gudang
2. Palka ikan
3. Pelampung lampu
4. Jaring purse seine
5. Roller

6. Ruang mesin
7. Mesin
8. Tangki BBM
9. Tangki air tawar
10. Ruang perbekalan

11. Kursi nahkoda
12. Tempat ABK
13. Tempat memasak

Gambar 5 Operational General arrangement Kapal Inkamina 163. (A) tampak
atas dan (B) tampak samping

15

Pada Gambar 3 terlihat bahwa di atas lantai dek Kapal Inkamina 163
terdapat 3 ruang yang terdiri ruang perbekalan, ruang kemudi, dan tempat
memasak. Adapun di bawah lantai dek Kapal Inkamina 163 terdapat 13 ruang.
Ruang tersebut terdiri dari ruang palka gudang, 10 ruang palka ikan, ruang mesin,
dan ruang streering gear. Kapal Inkamina 163 memiliki 11 ruang palka yang
terdiri dari 1 ruang palka gudang dan 10 ruang palka ikan. Seluruh palka terletak
di area midship hingga ke haluan kapal. Secara rinci, volume tiap ruang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Volume tiap ruang di Kapal Inkamina 163
No.
Jenis ruang
Di atas lantai dek
Wheelhouse
Sub total
Di bawah lantai dek
1
Ruang palka gudang
2
Ruang palka ikan
3
Ruang mesin
4
Ruang streering gear
Sub total
Total

Volume (m3)
14,636
14,636
13,300
40,592
28,285
24,182
106,359
120,995

Berdasarkan volume ruang yang ada, dapat diketahui bahwa total volume
ruang di atas lantai dek adalah sebesar 14,636 m3, dan di bawah lantai dek adalah
sebesar 106,359 m3. Volume ruang di bawah lantai dek lebih besar dibandingkan
dengan volume ruang di atas lantai dek. Kondisi ini memungkinkan muatan dapat
lebih banyak disimpan di bawah lantai dek.
Saat pengoperasian kapal Inkamina 163, pelampung lampu yang
digunakan sebagai alat bantu saat operasi penangkapan ikan, diletakkan di atas
penutup palka ikan. Peletakkan yang demikian dimaksudkan agar nelayan mudah
mengambilnya untuk digunakan. Jaring purse seine diletakkan di atas lantai dek
sisi kanan kapal, yaitumulai dari buritan hingga ke arah haluan kapal. Rumah
kemudi (wheelhouse) berada di area midship. Di dalam rumah kemudi terdapat
ruang kemudi, ruang tempat perbekalan, ruang mesin, dan tangki BBM. Kapal
Inkamina 163 memiliki tangki BBM tunggal yang dapat memuat 3,11 m3 solar.
Terdapat 4 buah tangki air tawar berupa toren yang terlak di samping rumah
kemudi (3 buah) dan pada buritan (1 buah). Seluruh tangki air tawar tersebut
terletak di atas dek. Kapal ini juga dilengkapi dengan ruang untuk memasak yakni
dapur yang terletak di sisi kiri buritan kapal

Area kerja di dek kapal Inkamina 163
Lantai dek merupakan area kerja nelayan yang berbahaya karena merupakan
pijakan yang terus-menerus mengalami pergerakan dan tidak stabil (Husberg et al.

16

2001). Berdasarkan distribusi jenis kegiatan di dek, Fyson (1985) membagi area
kerja di atas dek menjadi 5 area yaitu: dek buritan (1), dek samping (2), rumah
kemudi (3), dek kerja utama (4), dan dek haluan (5). Pembagian area kerja
tersebut pada kapal Inkamina 163 disajikan pada Gambar 6.

2

4

3

5

1
2
Gambar 6 Pembagian area kerja di atas dek kapal Inkamina 163. (1) Dek buritan,
(2) Dek samping, (3) Rumah kemudi, (4) Dek kerja utama, dan (5) Dek
haluan
Selain menjadi area kerja ABK, dek juga menjadi tempat diletakkannya
beberapa jenis muatan dan bangunan. Bangunan dan muatan yang berada di lantai
dek kapal Inkamina 163, disajikan pada Tabel 7. Adanya peletakan bangunan dan
muatan yang berada pada dek kapal tersebut mengakibatkan area kerja ABK di
lantai dek menjadi berkurang.

Tabel 7 Bangunan dan muatan di dek utama kapal Inkamina 163
Bangunan dan
Muatan
Tutup palka gudang
Tutup palka ikan
Ruang kemudi
Tangki air tawar
Dapur
Pelampung lampu
Jaring

Letak pada dek Inkamina 163
1

2

3

4



5













Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pada area kerja 4 terdapat lebih
banyak bangunan dan muatan dibandingkan dengan area kerja yang lainnya.
Sebagaimana diketahui, area kerja 4 bagi kapal Inkamina 163 adalah merupakan
area kerja ABK baik saat setting, hauling, maupun saat penanganan hasil

17

tangkapan. Area kerja 4 merupakan dek kerja utama (main working deck) di
kapal Inkamina 163. Adanya bangunan dan muatan yang banyak pada dek utama
dapat mengganggu ABK saat bekerja dikarenakan terbatasnya luas area kerja bagi
ABK.
Berdasarkan adanya bangunan yang timbul dan peletakan muatan yang
menutupi permukaan lantai dek kapal, maka lantai dek kapal tersebut dibagi
menjadi 2 area yakni area tutupan dan area bebas. Area tutupan merupakan area
yang digunakan untuk meletakkan muatan atau berdirinya bangunan. Adapun
area bebas pada kapal adalah daerah sisa yang tidak ditempati oleh bangunan
maupun muatan apapun. Selanjutnya analisa area kerja dilakukan terhadap luas
area dek kapal secara keseluruhan disajikan pada Gambar 7 dan luas area dek
utama kapal disajikan pada Gambar 8.

Keterangan :
= luas area kerja pada dek utama (main deck)
Gambar 7 Area kerja pada dek keseluruhan kapal Inkamina 163

Keterangan :
= luas area kerja pada dek kerja utama (main working deck)
Gambar 8 Area kerja pada dek utama kapal Inkamina 163

Dek utama kapal merupakan seluruh area lantai dek yang membentang
mulai dari ujung haluan hingga ke ujung buritan kapal. Perbandingan luas area
tutupan dan area bebas di dek utama kapal Inkamina 163, disajikan pada Gambar
9.

18

2

= area bebas

1

= area tutupan
3

7

4

5

6

1 = dek haluan
2 = pelampung lampu
3 = jaring
4 = tangki air tawar
5 = dapur
6 = wheelhouse
7 = tutup palka

Gambar 9 Perbandingan luas area tutupan dan area bebas pada dek utama

Luas dek utama kapal Inkamina 163 mulai dari haluan hingga buritan adalah
62,98 m2. Luas area bebas terhitung sebesar 20,59 m2 atau sekitar 32,70% dari
luas keseluruhan lantai dek. Luas area bebas tersebut merupakan area pada dek
yang dapat dijadikan oleh ABK untuk tempat berpijak dan melakukan aktifitas.
Terdapat area tutupan dimana terdapat bangunan timbul yang menutupi
permukaan dek kapal Inkamina 163. Tiap muatan maupun bangunan timbul
tersebut memiliki luas area tutupan yang berbeda. Muata