Pemrofilan Tabat Barito (Ficus Deltoidea) Menggunakan Uplc-Qtof-Ms/Ms.

PEMROFILAN METABOLIT TABAT BARITO
(Ficus deltoidea) MENGGUNAKAN UPLC-QTOF-MS/MS

NURMAIDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemrofilan Tabat Barito
(Ficus deltoidea) Menggunakan UPLC-QTOF-MS/MS adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2016
Nurmaida
NIM G451120091

RINGKASAN
NURMAIDA. Pemrofilan Tabat Barito (Ficus deltoidea) Menggunakan UPLCQTOF-MS/MS. Dibimbing oleh LATIFAH K DARUSMAN dan MOHAMAD
RAFI.
Ficus deltoidea dengan nama lokal tabat barito termasuk dalam famili
Moraceae. Tumbuhan ini banyak mengandung senyawaan fenolik yang umumnya
bersifat sebagai antioksidan. Komponen kimia yang telah teridentifikasi dalam
tabat barito termasuk dalam golongan polifenol (tanin, proantosianin), flavonoid,
saponin dan triterpenoid. Pada kajian ini dilakukan pemrofilan metabolit daun
tabat barito dengan UPLC-QTOF-MS/MS untuk mengidentifikasi senyawasenyawa fenolik didalamnya. Kami menggunakan dua cara ekstraksi yaitu
maserasi dan ultrasonikasi dengan dua pelarut yang berbeda yaitu metanol dan
etanol untuk mengekstrak komponen kimia dalam tabat barito. Sebagai data
tambahan kami juga melakukan pengujian kapasitas antioksidan dari masing–
masing ekstrak yang dibuat dan kaitannya dengan jumlah metabolit yang
terekstrak.
Sampel daun tabat barito yang digunakan berasal dari Desa Cikaniki
Gunung Halimun, Jawa Barat. Teknik ekstraksi maserasi dengan metanol (MM),

maserasi etanol (ME), ultrasonikasi metanol (UM) dan ultrasonikasi etanol (UE)
digunakan untuk mengekstrak dan mengetahui keragaman metabolit pada daun F.
deltoidea. Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode 2,2-difenil-1pikrilhidrazina (DPPH).
Sebanyak 70 metabolit teridentifikasi dengan menggunakan UPLC-QTOFMS/MS dengan mode ion negatif. Perbedaan metabolit yang terkandung dalam
setiap ekstrak yang berbeda, yaitu 45 metabolit dengan MM, 64 metabolit dengan
UM, 42 metabolit dengan UE dan 41 metabolit dengan ME. Enam belas senyawa
metabolit dapat teridentifikasi secara tentatif lebih lanjut setelah dikonfirmasi
dengan MS/MS. Senyawa-senyawa yang teridentifikasi tersebut termasuk ke
dalam golongan flavonoid dan asam fenolat. Selain itu dilakukan pula pengujian
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH pada tiap jenis ekstrak yang
dihasilkan untuk mengetahui potensi antioksidannya. Aktivitas metabolit yang
teridentifikasi paling banyak terdapat pada ekstrak UM dengan nilai IC50 71.9302
ppm. Hal ini diduga karena jumlah metabolit yang teridentifikasi paling banyak
terdapat pada ekstrak UM.
Kata kunci: Ficus deltoidea, tabat barito, UPLC-QTOF-MS/MS, pemrofilan
metabolit

SUMMARY
NURMAIDA. Metabolite Profiling of Ficus deltoidea Using UPLC-QTOFMS/MS). Supervised by LATIFAH K DARUSMAN and MOHAMAD RAFI.
Ficus deltoidea, locally known as Tabat Barito is belongs to Moraceae

family. This plant contains many phenolic compounds and mostly in general
exhibit antioxidants activity. The chemical components that have been identified
in tabat barito are included in the polyphenols class (tannins, proantosianin),
flavonoids, saponins and triterpenoid. In this study, metabolite profiling on tabat
barito leaves was conducted by UPLC-QTOF-MS/MS to identify its phenolic
compounds. We used maceration and ultrasonication methods and methanol and
ethanol solvents to extract the chemical components in the tabat barito leaves. As
an additional data we also tested the antioxidant capacity of each extract created
and its connection with a number of metabolites extracted.
Tabat barito leaves samples was obtained from Cikaniki village, Mount
Halimun Sukabumi National Park. Extraction by maceration technique with
methanol (MM) and; ethanol (ME) also by; sonication technique with methanol
(UM) and ethanol (UE) were used to extract the tabat barito metabolites.
A total of 70 metabolites were identified by using UPLC-QTOF-MS/MS
with negative ion mode. There are different amounts of metabolites contained in
each extract, 45 metabolites in MM, 64 metabolites in UM, 42 metabolites in UE
and 41 metabolites in ME. Sixteen metabolites could be further identified
tentatively as confirmed by MS/MS. The identified compounds were belongs to
the class of flavonoid and phenolic acid. In addition, we also conducted an
antioxidant activity assay using DPPH method on each type of extract to

determine its potency as antioxidant. The highest antioxidant activity is from UM
with IC50 71.9302 ppm. This condition probably occured by metabolites identified
were mostly contained in UM extract.
Keyword :Ficus deltoidea, UPLC-QTOF-MS/MS, metabolite profiling

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMROFILAN METABOLIT TABAT BARITO (Ficus
deltoidea) MENGGUNAKAN UPLC-QTOF-MS/MS

Nurmaida


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Dra Gustini Syahbirin, MS

Judul Tesis : Pemrofilan Metabolit Tabat Barito (Ficus deltoidea) Menggunakan
UPLC-QTOF-MS/MS
Nama
: Nurmaida
NIM
: G451120091
Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Latifah K. Darusman, MS
Ketua

Dr Mohamad Rafi, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Kimia

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Dyah Iswantini, MAgr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

6 November 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala kasih dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini
adalah Pemrofilan Metabolit Tabat Barito (Ficus deltoidea) Menggunakan
UPLC-QTOF-MS/MS.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Latifah K Darusman, MS dan
Dr. Mohamad Rafi, MSi selaku pembimbing, serta Rudi Heryanto, MSi, yang
telah banyak memberikan saran dan masukan. Selain itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada staf Salina Febriany, S.Si, staf dan laboran Laboratorium
Kimia Analitik Departemen Kimia (Nunung Nuryanti, Eman Suherman dan
Edi Suhendar), yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Alm. Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga
atas segala doa dan kasih sayangnya juga teman-teman (Dewi Angraini, Irly
Ryalina, Mazdhani, Andriawan Subekti, Dhian Eka wijaya dan Wahyu
Setiaji).
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Februari 2016
Nurmaida

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tabat Barito (Ficus deltoidea)
Ekstrasi
Metabolomik
UPLC QTOF-MS
Antioksidan

2
2
3
4
5

6

3 METODE
Bahan
Alat
Prosedur Analisis Data

8
8
8
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak daun Tabat Barito
Aktivitas Antioksidan Tabat Barito
Identifikasi Komposisi daun Tabat Barito dengan UPLC-QTOF MS/MS
Identifikasi Golongan Flavonoid
Identifikasi Asam Fenolat

9

9
10
11
13
15

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15
15
15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1 Hasil kadar air dan rendemen daun tabat barito
2 Hasil aktivitas dengan meode DPPH
3 Penetapan puncak metabolit dalam ekstrak daun tabat barito
menggunakan LC-MSMS pada mode ionisasi negatif

10
11
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Daun Tabat Barito
Prinsip penangkapan H oleh DPPH
Kromatogram daun ekstrak dari tabat barito
Struktur flavonoid dan asam fenolat ekstrak daun tabat barito
MS/MS dari Puncak 23 ekstrak daun tabat barito (A) dan standar Luteolin

2
7
13
13
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13

Diagram alir penelitian
Kadar air daun tabat barito
Rendemen ekstrak daun tabat barito
Aktivitas antioksidan dan ekstrak daun tabat barito
Identifikasi metabolit ekstrak daun tabat barito pada 4 perlakuan
Identifikasi senyawa Vicenin-2 pada waktu retensi 3.91 dan 4.02 menit
Identifikasi senyawa Skaftoside pada waktu retensi 4.25 menit
Identifikasi senyawa Luteolin pada waktu retensi 6.59 menit
Identifikasi senyawa Orientin pada waktu retensi 4.39 menit
Identifikasi senyawa Viteksin pada waktu retensi 4.86 menit
Identifikasi senyawa Galokatekin pada waktu retensi 3.22 menit
Identifikasi senyawa Katekin pada waktu retensi 3.53 menit
Identifikasi senyawa Epikatekin pada waktu retensi 4.05 menit

21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ficus deltoidea dengan nama lokal tabat barito termasuk ke dalam famili
Moraceae yang banyak tumbuh di Asia Tenggara. Tanaman ini telah banyak
dikaji untuk mengetahui aktivitas biologisnya seperti antioksidan (Hakiman et al.
2009, Sirisha et al. 2010, Abdullah et al. 2011), antihipertensi (Shafaei et al.
2013), antiadipogenik (Woon et al. 2013), antimikroba (Samah et al. 2012),
antidiabetes (Choo et al. 2012), antikanker serviks (Mat Akhir et al. 2011),
antiinflamasi (Abdullah et al. 2009) dan antiinosiseptif (Sulaiman et al. 2008).
Telah diketahui bahwa tabat barito mengandung senyawaan fenolik yang
umumnya bersifat sebagai antioksidan (Sirisha et al. 2010). Komponen kimia
yang ada dalam tabat barito termasuk kedalam golongan polifenol (tanin,
proantosianin), flavonoid, saponin dan triterpenoid (Wei et al. 2011, Woon et al.
2012, Shafaei et al. 2013). Senyawaan flavonoid yang telah teridentifikasi yaitu
(-)epikatekin/(+)katekin, epiafzelekin/(+)afzelekin, (-)epigalokatekin, luteolin,
apigenin (Omar et al. 2011), viteksin, isoviteksin (Choo et al. 2012) dan asam
kafeat (Ramamurthy et al. 2014).
Keberadaan komponen kimia dalam suatu tanaman dapat diidentifikasi
melalui pendekatan metabolomik. Kajian metabolomik dapat digunakan untuk
melihat profil metabolit sekunder dalam tanaman yang umumnya berjumlah
puluhan bahkan ratusan metabolit. Pemrofilan metabolit yang termasuk dalam
kajian metabolomik telah banyak digunakan untuk menggambarkan profil
metabolit sekunder tanpa melalui proses isolasi yang sangat panjang (Farag et al.
2014). Cara ini telah diterapkan pada tabat barito yang tumbuh di Malaysia,
dimana ekstrak menggunakan air mendidih selama 1 jam dianalisis menggunakan
HPLC dengan detektor PDA dan fluoresens dengan pengionisasi menggunakan
ion spray dan teridentifikasi beberapa senyawa yang termasuk dalam golongan
flavonoid dan proantosianidin (Omar et al. 2011). Pemrofilan metabolit juga telah
dilakukan pada jenis Ficus lainnya yaitu F. lyrata dengan menggunakan UPLCPDA-QTOF/MS, dimana ekstrak dengan teknik pengering beku menggunakan
nitrogen cair selanjutnya diaduk dalam metanol 100% dan teridentifikasi senyawa
golongan flavonoid, asam fenolat, asam lemak dan spingolipid (Farag et al. 2014).
Beberapa teknik analisis seperti NMR, LC-MS, GC-MS dan CE-MS dapat
digunakan untuk pemrofilan metabolit. Penelitian ini menggunakan teknik
kromatografi agar dapat memisahkan senyawa yang terkandung dalam tanaman
yang nantinya akan diidentifikasi dengan spektrometri massa. Penelitian ini
menggunakan kromatografi cair yang ditandem dengan spektrometri massa (LCMS). LC-MS memiliki beberapa kelebihan, yaitu cocok untuk deteksi kelas
metabolit dalam kisaran yang luas, digunakan untuk kajian metabolomik tanaman
non target, analisisnya cepat, sensitivitas tinggi, dapat memisahkan senyawa yang
tidak atsiri, dapat memisahkan komponen dalam jumlah yang sedikit, memiliki
daya pisah yang tinggi, kolom dapat digunakan kembali dan dapat menganalisis
molekul besar. Dalam banyak kajian mengenai pemrofilan, ultra-performance

2
liquid chromatography quadrupole time of flight mass spectrometry (UPLC–
QTOF-MS/MS) telah dilaporkan memberikan pemrofilan yang lebih sensitif dan
selektif dibandingkan dengan metode kromatografi lainnya (Grata et al. 2009).
LC-MS/MS dengan penganalisis massa quadrupole time of flight (QTOF) dapat
diterapkan untuk mendeteksi senyawa dengan kisaran yang luas dengan jumlah
sampel yang dibutuhkan sedikit. Sebagai tambahan, QTOF-MS mengizinkan
pembentukan informasi massa dengan ketelitian dan ketepatan yang tinggi
sehingga penentuan kemungkinan struktur lebih sedikit. Lebih lanjut, penggunaan
pemasangan QTOF-MS, dapat mengonfirmasi komponen yang belum dikenal
(Li et al. 2009).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ialah menggunakan UPLC-QTOF-(MS/MS) untuk
pemprofilan metabolit daun tabat barito asal Indonesia dengan dua cara ekstraksi
yaitu secara maserasi dan ultrasonikasi dan dua pelarut yang berbeda yaitu
metanol dan etanol 70%, untuk mengetahui banyaknya komponen kimia yang
terekstrak. Sebagai data tambahan, kami juga melakukan pengujian kapasitas
antioksidan dari masing–masing ekstrak yang dibuat dan kaitannya dengan jumlah
metabolit yang terekstrak.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah tersedianya informasi
mengenai profil senyawa kimia ekstrak daun tabat barito yang diperoleh dari
bahan baku dan metode ekstraksi dan evaluasi khasiatnya sebagai antioksidan.
Ruang Lingkup Penelitian
Subyek penelitian ini adalah identifikasi senyawa aktif atau metabolit pada
daun tabat barito dengan UPLC-QTOF-MS/MS menggunakan piranti lunak
Mzmine, versi 2.1 dan berasal dari Bioinformatics Publication. Obyek penelitian
adalah sampel daun tabat barito dari Gunung Halimun, Indonesia.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Tabat Barito (Ficus deltoidea)
Tabat barito (Gambar 1) merupakan tanaman perdu yang termasuk dalam
keluarga Moraceae. Daunnya bewarna hijau sampai coklat kekuningan dengan
bintik-bintik dipermukaannya (Yuliani 2000). Tabat barito di Kalimantan selatan
banyak terdapat di kabupaten Hulu Sungai Selatan dan kabupaten Balangan,
tepatnya di daerah pegunungan Meratus dengan ketinggian antara 200-350 m
diatas permukaan laut. Tabat barito diklasifikasikan dalam kingdom plantae, divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Urticales,
famili Moraceae dan genus Ficus.

3

Gambar 1 Tabat barito (F. deltoidea).
Dalam pengobatan tradisional, daun tabat barito biasa digunakan untuk
mengatasi penyakit darah tinggi, sakit kepala, demam, diabetes dan pemulihan
pascapersalinan. Hal inilah yang menarik banyak peneliti, terutama di Asia
Tenggara, untuk mengkaji lebih luas khasiat tanaman ini. Beberapa kajian ilmiah
telah melaporkan potensi ekstrak polar daun tabat barito sebagai antihipertensi
(Shafaei et al. 2013), antiadipogenik (Woon et al. 2013), antimikroba (Samah et
al. 2012), antidiabetes (Choo et al. 2012), antikanker serviks (Mat Akhir et al.
2011), antioksidan (Sirisha et al. 2010), antiinflamasi (Abdullah et al. 2009) dan
antiinosiseptif (Sulaiman et al. 2008). Ekstrak polar daun tabat barito diketahui
mencakup berbagai jenis senyawa, di antaranya secara umum tergolong ke dalam
senyawa saponin, tanin, flavonoid, polifenol, triterpenoid dan proantrosianin (Wei
et al. 2011, Woon et al. 2012, Shafaei et al. 2013). Dalam kajian yang lebih
spesifik, Choo et al. (2012) menyebutkan bahwa di dalam ekstrak metanol
terdapat senyawa viteksin dan isoviteksin. Senyawa lain yang telah berhasil
diisolasi dan diidentifikasi dalam ekstrak metanol tabat barito di antaranya
moretanol (Lip et al. 2009), lupeol (Suryati et al. 2011), fenol, 2,4-bis
(dimetilbenzil)-6-tert-butilfenol (Wei et al. 2011), flavan-3-ol, oligomer
proantosianidin, flavon-C-glikosida, galokatekin, epigalokatekin, katekin, asam 4p-kumarolinkuinat, serta luteolin dan apigenin (Omar et al. 2011).
Ekstraksi
Ekstraksi yaitu proses transfer solut dari suatu fase ke fase lainnya
berdasarkan perbedaan konstanta distribusi. Ekstraksi dilakukan untuk menarik
komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam karena adanya perpindahan
komponen ke dalam pelarut pada lapisan antar muka yang berdifusi. Beberapa
teknik ekstraksi yang sering digunakan yaitu maserasi dan ultrasonikasi.
Maserasi merupakan ekstraksi yang umum digunakan karena sederhana
dan tidak membutuhkan panas (Meloan 1999). Ekstraksi ini dilakukan dengan
merendam simplisia dengan pelarut dalam jangka waktu tertentu. Pelarut akan
masuk ke dalam sel melalui dinding sel, sehingga isi sel akan larut dalam pelarut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar
sel. Larutan yang konsentrasi tinggi akan terdesak ke luar dan diganti dengan
pelarut yang konsentrasi rendah. Peristiwa ini berlangsung secara terus menerus
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi. Dalam banyak kajian, senyawa aktif
tabat barito banyak diekstrak dengan maserasi menggunakan pelarut air, metanol,
dan etanol. Sebagai tambahan, perbedaan pelarut yang digunakan ditunjukkan
memberikan kandungan beberapa senyawa dan aktivitas yang berbeda.

4
Ekstraksi ultrasonikasi menggunakan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 20 KHz–500 MHz (Thompson & Doraiswamy. 1999). Prinsip ekstraksi
ultrasonikasi yaitu membentuk suhu tinggi lokal dan meningkatkan gerakan
mekanika antarmuka zat padat dan zat cair. Manfaat yang diperoleh dari
ultrasonik yaitu acoustic streaming dan acoustic cavitation (Van Iersel 2008).
Acoustic streaming adalah gelombang suara yang dipindahkan ke dalam cairan
membentuk gerakan cairan searah dengan propagasi gelombang longitudinal
(Dolatowski et al. 2007). Hal ini menyebabkan semakin tipisnya lapisan batas
antara cairan dan partikel sehingga meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut
seiring meningkatnya difusibilitas dan pelarut senyawa aktif dalam sel. Pada
akhirnya meningkatkan laju perpindahan panas, massa dan efisiensi ekstraksi
(Li et al. 2010).
Pada siklus ekspansi akan dihasilkan energi ultrasonik yang cukup kuat,
sehingga terjadi pembentukan gelembung dan kavitasi dalam cairan (Özcan.
2006). Gelembung yang terbentuk memiliki permukaan area lebih besar sehingga
meningkatkan difusi gas yang berakibat pada pertumbuhan ukuran gelembung.
Sampai titik tertentu, saat energi ultrasonik tidak cukup lagi untuk
mempertahankan fase uap dalam gelembung udara, sehingga terjadi kondensasi
secara cepat dengan molekul-molekul bertabrakan dengan keras dan membentuk
gelombang kejut pada daerah dengan suhu dan tekanan tinggi, mencapai 5500 °C
dan 50 MPa (Dolatowski et al. 2007). Perubahaan suhu dan tekanan yang
disebabkan oleh kavitasi (pecahnya gelembung gas) dapat merusak dinding
maupun membran sel partikel (Usaquén-Castro et al. 2006).
Pada proses ekstraksi, pelarut yang digunakan adalah pelarut polar yaitu
metanol dan etanol 70 %. Etanol 70 % memiliki kepolaran yang lebih tinggi dari
metanol, sehingga diharapkan mampu menyari senyawa yang mempunyai
aktivitas antioksidan yang lebih polar seperti polifenol, flavonoid dan saponin.
Kedua pelarut ini mampu menarik senyawa fenolik yang berpotensi sebagai
antioksidan.
Metabolomik
Metabolomik merupakan anggota dalam kajian "omik" yang digunakan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia dalam sel. Analisis
metabolomik mencakup identifikasi dan kuantisasi semua metabolit yang
memiliki massa lebih rendah dari 1000 Da.
Metabolom menggambarkan jumlah total metabolit, yaitu molekul kecil
dari keseluruhan metabolit non peptida dalam sel atau organisme yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan. Molekul kecil ini merupakan metabolit sekunder yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan berperan dalam kelangsungan hidup serta
adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Keberadaan metabolit sekunder
dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal
diantaranya, genetik, kondisi kesehatan tanaman dan umur, sedangkan faktor
eksternal yaitu lingkungan. Contoh metabolit sekunder diantaranya senyawa
golongan fenolik dan flavanoid.
Analisis yang digunakan untuk menggambarkan keragaman metabolit
dalam suatu sampel dalam metabolomik yaitu metabolit tertargetkan, pemrofilan
metabolit, dan sidik jari metabolit (Fiehn 2002). Metabolit tertargetkan yaitu

5
analisis kuantitatif metabolit yang berpartisipasi dalam metabolism. Pemrofilan
metabolit merupakan analisis kelompok metabolit tertentu yang memberikan
informasi fisiologi langsung dan data yang dapat diintegrasikan dalam model
metabolisme, berikutnya sidik jari metabolit memberikan informasi berdasarkan
jejak metabolit yang dihasilkan oleh sel dan digunakan untuk pengelompokkan
sampel yang berbeda seperti menggunakan analisis gerombol.
Analisis metabolomik akan mencakup tiga bagian yaitu penyiapan sampel,
akuisisi data analisis dan pengolahan data. Dalam metabolomik, akuisisi data
dapat diterapkan untuk analisis yang ditargetkan dan yang tidak ditargetkan.
Analisis metabolomik target ditujukan untuk mengukur tingkat metabolit yang
dikenali. Sementara metabolit non target mengukur semua metabolit, baik
molekul atau ion, dalam kisaran nilai massa tertentu. Metabolomik non target
memiliki keunggulan, yaitu memberikan peluang teridentifikasinya metabolit baru
(Vinayavekhin & Saghatelian. 2010). Teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menganalisis metabolit, yaitu NMR, LC-MS, GC-MS dan CE-MS. Salah satu
teknik yang umum digunakan untuk analisis metabolit adalah kromatografi cair
yang ditandem dengan spektroskopi massa (LC-MS). Tandem ini ditujukan untuk
memudahkan dalam proses mengidentifikasi senyawa kimia dalam suatu tanaman,
yang merupakan sistem kompleks dari puluhan hingga ratusan metabolit.
UPLC-QTOF-(MS/MS)
Kromatografi cair-spektrometer massa (LC-MS) merupakan gabungan
kromatografi cair dan spektrometri massa (MS). Kromatografi cair berfungsi
untuk memisahkan senyawa atau campuran senyawa berdasarkan kepolarannya
sedangkan spektrometri massa berperan untuk mengidentifikasi senyawa
berdasarkan berat molekulnya. Prinsip spektrometri massa yaitu menghasilkan ion
yang berasal dari senyawa anorganik maupun organik, memisahkan ion-ion
berdasarkan rasio massa terhadap muatan (m/z) dan dapat mendeteksi ion-ion
secara kualitatif maupun kuantitatif melalui nilai hubungan m/z dan
kelimpahannya.
Spektrometri massa terdiri dari sumber ion, penganalisa massa dan
detektor. Pada penelitian ini, sumber ion yang digunakan ESI, merupakan metode
ionisasi untuk mendapatkan berat molekul dari senyawa metabolit dengan teknik
spray. Molekul yang terdeteksi merupakan ion dalam bentuk tetesan (droplet)
agar tidak saling menempel. Ion yang terdeteksi dapat berupa [M+H] -, [M-H]-,
analit dengan tambahan seperti Na+, K+, H3O+, NH4+ dan molekul dari fase gerak,
seperti asetonitril atau metanol. Kation-kation yang sering terbentuk dalam
metode ESI adalah ion pseudomolekul hasil adisi antara analit dengan proton
(H)+. Oleh karena itu, nilai m/z dalam spektra akan sering bernilai (M+H)+ atau
(2M+H)+, dengan M adalah bobot molekul analit (Kazakevich & Lobrutto. 2007).
Teknik ionisasi tekanan atmosfir akan menghasilkan molekul ion M+ atau M-,
molekul terprotonasi [M +H]+, ionisasi molekul sederhana [M+Na]+ dan ion yang
mewakili kehilangan molekul sederhana seperti kehilangan air [M+H-H2O]+.
Kelebihan ESI yaitu, dapat melakukan ionisasi terhadap massa yang besar,
sensitivitas baik, kemampuan adaptasinya tinggi dan menghasilkan fragmen saat
diionisasi. ESI merupakan ion lunak karena hanya menghasilkan sedikit

6
fragmentasi analit, proses dapat dilakukan pada tekanan atmosfer dan pengionan
yang digunakan baik pengionan positif atau negatif. Pengionan positif akan
membuat analit menjadi terprotonasi atau menjadi kation, sedangkan pengionan
negatif akan membuat analit menjadi anion atau mengalami deprotonasi
(Kazakevich and Lobrutto. 2007). Prinsip kerja ESI, terbentuknya droplet
campuran pelarut dan analit yang bermuatan listrik karena dilewatkan melalui
celah sempit yang berpotensial listrik tinggi (4-5 kV).
Penganalisa massa yang digunakan quadrupole time of flight, terdiri dari
quadrupole dan time of flight (TOF). Kelebihan TOF yaitu dapat diterapkan untuk
semua ion pada waktu yang sama menyebabkan ion akan dipercepat menyusuri
tabung penerbangan dimana ion yang lebih ringan tiba pada detektor paling awal
sehingga fragmentasi ion ditentukan oleh waktu kedatangan mereka. Analisis
massa memiliki kisaran luas dan sangat akurat sehingga TOF banyak menjadi
pilihan dalam analisa metabolik. QTOF-MS memungkinkan analisis MS/MS dan
menyediakan massa akurat untuk kedua prekursor dan produk ion dan dapat
mengidentifikasi massa lebih teliti dibandingkan penganalisa massa lain (Lacorte
dan Alba. 2006). Kemampuan penganalisa massa QTOF, yaitu dapat mendeteksi
berat molekul sampai dengan 4 desimal dengan menggunakan pendekatan rumus
empiris berdasarkan pembacaan berat molekul secara akurat.
Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang dapat menghambat atau mencegah
oksidasi. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal bebas. Tubuh manusia tidak mempunyai
cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal
bebas, tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Adanya kekhawatiran akan
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Saija
et al. 1995). Senyawa golongan fenolik dan flavonoid merupakan antioksidan
alami. Flavonoid dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Flavonoid dioksidasi oleh radikal bebas menghasilkan bentuk radikal yang lebih
stabil berdasarkan reaksi:
Flavonoid (OH) + R• → Flavonoid (O•) + RH
dengan R• adalah radikal bebas dan O• adalah radikal bebas oksigen (Nijveldt et
al. 2001). Antioksidan mendonorkan radikal H• dari cincin aromatiknya untuk
mengurangi radikal bebas yang bersifat toksik menghasilkan radikal fenolik –O•
yang terstabilkan dan membuatnya tidak toksik. Mekanisme reaksi lain yang
terjadi melibatkan reaksi reduksi flavonoid dan oksidasi radikal. Reaksi ini
berjalan secara bersamaan. Elektron ditransfer dari senyawa pereduksi ke senyawa
pengoksidasi.
Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode
penangkapan radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan kemampuan reduksi
ion feri (ferric reducing ability, FRAP). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini ialah metode DPPH. DPPH memiliki beberapa keunggulan, di antaranya

7
mudah, sederhana, cepat, sensitif, dan hanya membutuhkan sedikit sampel
(Koleva et al. 2002).
Metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom
hidrogen dari senyawa antioksidan oleh DPPH (reduksi DPPH) (Gambar 2).
Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang direndam oleh senyawa
antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya, DPPH akan tereduksi
menjadi senyawa 2,2-difenil-1-pikrilhidrazina (DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi
DPPH-H menyebabkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning (Lupea et al.
2006). Perubahan warna uji sebanding dengan jumlah hidrogen radikal yang
diambil oleh radikal bebas.
Daya inhibisi (IC50) dihitung berdasarkan pengurangan absorbans DPPH
terhadap absorbans sampel uji. Nilai IC50 sebagai parameter aktivitas antioksidan,
merupakan konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat aktivitas radikal
bebas (serapan radikal bebas) sebanyak 50% (Molyneux 2004). Nilai IC 50 dari
masing-masing sampel diperoleh berdasarkan persamaan garis yang dihasilkan
dari hubungan antara persen inhibisi dan konsentrasi.

Gambar 2 Prinsip penangkapan H oleh DPPH (Lupea et al. 2006).
Semakin rendah nilai IC50 suatu bahan semakin tinggi aktivitas
antioksidannya. Konsentrasi sampel untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH
hanya dibutuhkan sedikit. Menurut Zuhra (2008), suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 bernilai 0-50 ppm, kuat jika IC50
bernilai 50–100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100–150 ppm, dan lemah jika nilai
IC50 bernilai 151–200 ppm.
Kajian mengenai aktivitas antioksidan ekstrak tabat barito baik dari tanaman
jantan dan betina, telah dilaporkan dengan baik oleh Hakiman et al. (2009).
Dalam pengujiannya melalui metode DPPH, 13 irisan tanaman yang
dikelompokkan ke dalam jantan dan betina, menunjukkan aktivitas antioksidan
yang berbeda-beda. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun betina dilaporkan
lebih tinggi dibandingkan daun jantan. Potensi antioksidan tanaman ini juga telah
dilaporkan dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Abdullah et al. (2011).
Dalam laporannya, ekstrak alkohol dan air dari daun tabat barito menunjukkan
aktivitas peredaman radikal yang berbeda. Namun demikian, kedua ekstrak
menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi dalam perendaman DPPH dengan
kuersetin, rutin, butil hidroksianisol dan asam askorbat sebagai pembanding.
Aktivitas ini diberikan oleh kandungan ekstraknya yang berupa senyawaan
flavonoid, tanin dan polifenol.

8

3 METODE
Metode penelitian yang dilaksanakan meliputi analisis kualitatif dan
kuantitaif. Tahapan analisis yang dilakukan dengan pengambilan sampel tabat
barito, proses ekstraksi, analisis dengan UPLC-QTOF-(MS/MS) dan pengolahan
data dengan Mzmine versi 2.1, (Syngenta, Inggris) dan Masslynk versi 4.1,
(Waters, Amerika Serikat) (Lampiran 1).
Bahan
Sampel daun tabat barito diperoleh dari Desa Cikaniki, Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak Sukabumi, metanol (Merck, Jerman), etanol (Merck,
Jerman), dan radikal 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (Merck, Jerman).
Alat
Penenentuan aktivitas antioksidan menggunakan pembaca Elisa (Epoch –
Biotek, Winooski, USA), sementara pemrofilan metabolit dilakukan dengan
menggunakan LC-MS -QTOF (G2-S-QTOF, Jerman), ultrasonikasi US-3 38 kHZ
(As one, Osaka-Jepang) dan rotary evaporator (Heidolph WB 2000, SchwabachJerman).
Prosedur Analisis Data
Penyiapan Bahan Baku
Sampel tabat barito yang digunakan pada penelitian diambil pada bulan
Juli tahun 2014. Sampel daun tabat barito yang digunakan dalam penelitian dicuci
hingga bersih, diiris dan dikeringkan pada suhu 40 ºC. Daun kering tersebut
kemudian dihaluskan dan disimpan.
Penetapan Kadar Air (AOAC 2005)
Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit, lalu
ditempatkan di dalam desikator dan ditimbang massanya. Setelah itu, simplisia
daun tabat barito ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam cawan
porselen. Contoh beserta cawan dioven pada suhu 105 ºC sampai bobot konstan.
Setelah dioven, dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Prosedur
dilakukan berulang kali sampai didapat bobot tetap dengan selisih kurang dari 1
mg. Pekerjaan dilakukan triplo dan kadar air ditentukan dengan persamaan
dibawah ini:
Kadar air (%) =
100%
Keterangan:

A = bobot contoh awal (g)

B = bobot contoh kering (g).

Ekstraksi (BPOM 2005 yang dimodifikasi)
Maserasi dilakukan dengan merendam sampel daun tabat barito dalam
etanol 70 % dan metanol p.a dengan nisbah sampel:pelarut sebesar 1:10 pada suhu
ruang selama 24 jam dan sesekali diaduk. Filtrat dipekatkan hingga diperoleh
ekstrak MM dan ekstrak ME. Ultrasonikasi dilakukan selama 30 menit dengan

9
menggunakan gelombang ultrasonikasi 42 kHz. Setelah itu, ekstrak disaring
sehingga diperoleh filtrat dan residu. Filtrat dipekatkan hingga diperoleh ekstrak
UM dan ekstrak etanol UE.
Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Uji perendaman radikal bebas DPPH dilakukan dengan mengikuti metode
(Salazar et al. 2009). Setiap ekstrak dilarutkan kembali dalam etanol hingga
diperoleh larutan masing-masing ekstrak dengan konsentrasi 100 μg/mL, 50
μg/mL, 25 μg/mL, 12.5 μg/mL, 6.25 μg/mL dan 3.125 μg/mL. Setelah itu,
sebanyak 100 μL dari setiap larutan uji tersebut ditambahkan 100 μL larutan
DPPH 125 µM dalam etanol. Campuran selanjutnya diaduk dan diinkubasi pada
suhu 37 ºC selama 30 menit. Setelah itu, absorbans setiap larutan uji dibaca
menggunakan pembaca Elisa pada panjang gelombang 517 nm.
Identifikasi Komponen Kimia dengan UPLC-QTOF-MS/MS
Identifikasi komponen kimia daun tabat barito dilakukan dengan cara
melarutkan tiap-tiap ekstrak ke dalam metanol kemudian disaring dengan saringan
milipore yang berukuran 0.45 mikron. Selanjutnya sebanyak 5 µL filtrat
diinjeksikan ke instrument UPLC-QTOF-MS/MS. Spektrometri massa
menggunakan sumber ionisasi ESI dan penganalisis massa QTOF, system Xevo
G2-S TOF dengan mode ionisasi negatif. Kondisi MS : suhu kapiler 120 ºC, gas
pengabut 50 L/Jam, sumber tegangan +2.9 kV, modus full scan dari m/z 100-1000
pada suhu 41ºC, kolom Acquity UPLC HSS C18 1.8 µm x 2.1x150 mm dengan
eluen 5mM ammonium format (A) dan 0.1 % asam format dalam asetonitril (B),
laju alir eluen 0.4 mL/menit, sistem elusi isokratik pada menit 0-0.5 dengan
perbandingan 95:5, menit ke 0.5-15 elusi linier gradien eluen A dari 95% hingga
5%, menit 15-17 elusi isokratik dengan perbandingan 5:95 dan menit 17-20 elusi
linier gradien eluen A dari 5% hingga 95%.
Pemrosesan Data Kromatogram UPLC-QTOF-MS/MS
Data kromatogram yang dihasilkan dikonversi menjadi format NetCDF
untuk mempermudah dalam mengolah data dengan MZmine. Data kromatogram
dari masing-masing ekstrak tabat barito dikumpulkan dan diolah melalui beberapa
tahap yaitu, filtering, baseline peak, peak detection, deisotope, aligment, gap
filling, normalisasi dan identifikasi (Gambar 4). Hasil yang diperoleh merupakan
data mass array dari kromatogram masing-masing ekstrak yang meliputi 3
variabel yaitu m/z, waktu retensi, dan intensitas puncak

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Tabat Barito
Besarnya rendemen yang diperoleh dari hasil ekstraksi ditunjukkan pada
Tabel 1. Rendemen maserasi metanol (MM) yang diperoleh lebih besar dari
ultrasonikasi metanol (UM). Hal ini disebabkan oleh interaksi antara sampel
dengan pelarut pada teknik maserasi lebih lama dibandingkan teknik ultrasonikasi.
Teknik ultrasonikasi cukup efektif, dengan perbedaan rendemen cukup kecil (2%)
dibandingkan teknik maserasi. Hal ini disebabkan adanya gelombang yang

10
diberikan menyebabkan suhu tinggi dan meningkatkan gerakan mekanik antar
sampel dan pelarut. Hasil yang sama juga diperlihatkan pada maserasi etanol
(ME) dan ultrasonikasi etanol (UE) dengan perbedaan rendemen sekitar 2 % dan
rendemen daun tabat barito ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar air dan rendemen daun tabat barito
Perlakuan
Pelarut
Rerata
Rendemen (%)
Maserasi
Metanol
20.19 ± 1.27
Etanol
26.00 ± 1.06
Ultrasonikasi
Metanol
17.39 ± 0.17
Etanol
23.89 ± 1.78

IC50 (ppm)
85.98 ± 3.26
80.75 ± 3.08
71.93 ± 0.86
88.37 ± 3.66

Perbandingan hasil rendemen di antara dua pelarut menunjukkan bahwa
rendemen dengan pelarut etanol selalu lebih tinggi dibandingkan dengan metanol.
Kepolaran komponen yang terekstrak dari kedua pelarut menunjukkan hasil yang
berbeda karena perbedaan kepolaran pelarutnya. Pelarut etanol 70% memiliki
kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan metanol. Hal ini menunjukkan
metabolit dalam daun tabat barito banyak mengandung komponen polar. Namun
mengingat kecilnya perbedaan kepolaran kedua pelarut tersebut, terekstraknya
komponen yang sama juga dimungkinkan. Ragam komponen hanya dapat
ditentukan melalui identifikasi lebih lanjut.
Aktivitas Antioksidan Tabat Barito
Besarnya aktivitas antioksidan ekstrak daun tabat barito ditunjukkan dengan
nilai IC50 (Tabel 1). Semakin rendah nilai IC50 suatu bahan maka semakin tinggi
nilai antioksidannya. Ekstrak daun tabat barito pada 4 perlakuan memiliki potensi
aktivitas antioksidan yang kuat karena mempunyai IC50 dibawah 200 ppm.
Aktivitas antioksidan yang tertinggi dimiliki oleh ekstrak UM dengan
rendemen yang dihasilkan paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa teknik UM
dalam mengekstrak komponen yang berpotensi sebagai antioksidan lebih besar
dibandingkan teknik yang lain. UM dapat mengekstrak komponen kimia polar
lebih banyak. Sehingga aktivitas antioksidan tabat barito dipengaruhi terhadap
komponen-komponen yang polar seperti, flavonoid dan fenolik (Ramamurthy et
al. 2014).
Potensi antioksidan yang paling kecil terdapat pada teknik UE dengan
rendemen yang cukup besar (24%). Meskipun komponen yang terekstrak lebih
banyak dibandingkan UM akan tetapi jumlah komponen polarnya lebih sedikit.
Hal ini menyebabkan penurunan aktivitas meskipun diberikan dengan teknik
menggunakan gelombang ultrasonik. Hasil yang berbeda diperlihatkan pada
teknik maserasi. Teknik ME memiliki potensi aktivitas antioksidan yang lebih
tinggi dibandingkan MM.

11
Identifikasi Metabolit Daun Tabat Barito dengan UPLC-QTOFMS/MS
Informasi mengenai komposisi metabolit daun tabat barito, profil metabolit
non target dari sampel dilakukan dengan teknik ekstraksi dan pelarut yang
berbeda. Komponen kimia berbagai teknik dianalisis dengan UPLC-QTOFMS/MS menggunakan fase gerak asetonitril dan asam format dengan elusi gradien
kemudian dilanjutkan identifikasi berdasarkan pola fragmentasi setiap komponen
tersebut. Ekstrak-ekstrak yang dibuat dalam penelitian ini memberikan profil
kromatogram yang hampir mirip (Gambar 3). Setiap puncak dalam kromatogram
merepresentasikan komponen tertentu. Puncak-puncak yang muncul dengan
waktu retensi yang sama dari setiap ekstrak menunjukkan komponen yang sama.

Gambar 3 Kromatogram daun dari ekstrak MM (a), ME (b), UM (c) dan UE (d)
tabat barito
Walaupun kromatogram setiap ekstrak yang diperoleh hampir mirip tetapi
jika dilihat secara detail, setiap kromatogram memiliki pola puncak yang khas.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap ekstrak mengandung komponen yang berbeda
satu sama lain. Lebih lanjut, analisis massa dari setiap puncak akan memberikan
puncak fragmentasi yang banyak.
Data yang diperoleh dari masing-masing kromatogram merupakan data yang
berukuran sangat besar dengan sistem tiga dimensi yaitu, waktu retensi, massa
terhadap muatan (m/z) dan intensitas puncak. Data yang besar ini sangat

12
kompleks sehingga menyulitkan dalam proses data. Kompleksitas data tersebut
dapat diatasi dengan menggunakan program MZmine. Pada proses ini data yang
besar dan kompleks akan menjadi data yang lebih sederhana dengan
menghilangkan pengaruh geseran garis dasar (background) dan noise atau derau
pada kromatogram.
Data hasil analisis dengan LC-MS diubah ke dalam bentuk NetCDF agar
lebih mudah diolah dalam program Mzmine. Pada program dilakukan beberapa
tahapan yaitu, filtering, koreksi baseline, peak detections, deisotope, aligment, gap
filling dan normalisasi. Data massa selanjutnya digunakan untuk identifikasi
komponen metabolit dalam setiap ekstrak. Komponen metabolit daun tabat barito
dari keempat perlakuan diperoleh sebanyak 70 metabolit. Jumlah metabolit yang
terkandung dari masing-masing perlakuan berbeda, yaitu 45 metabolit dengan
MM, 64 metabolit dengan UM, 42 metabolit dengan UE dan 41 metabolit dengan
ME (Lampiran 5). Selanjutnya tiap metabolit dilakukan konfirmasi dengan
fragmen yang dihasilkan dari MS. Pola pemecahan MS akan diperoleh puncak
dasar yang sama dengan senyawa dugaan dari hasil MZmine. Langkah berikutnya,
konfirmasi menggunakan pola fragmen pada MS/MS dan dibandingkan dengan
literatur. Sebanyak 16 senyawa dapat diidentifikasi dalam golongan flavanoid,
asam fenolat dan asam lemak Tabel 3.
Tabel 3 Penetapan puncak metabolit dalam ekstrak daun (MM, ME, SM dan SE)
tabat barito menggunakan LC-MS-MS pada mode ionisasi negatif
Puncak
2
8
9
10
11
12
14
15
18
20
22
23
27
28
29
30

tR
0.73
3.22
3.53
3.91
4.02
4.05
4.25
4.39
4.86
5.39
5.84
6.59
8.15
8.89
9.47
9.55

[M-H¯ ]
191.0476
305.0522
289.0576
593.1218
593.1218
289.06
563.11
447.07
431.08
167.0275
187.0892
285.03
245.0708
245.0707
245.0707
245.0707

Formula
C7H11O6
C15H14O7
C15H14O6
C27H30O15
C27H30O15
C15H14O6
C26H28O14
C21H20O11
C21H20O10
C8H8O4
C9H15O4
C15H10O6
C10H14O7
C10H14O7
C10H14O7
C10H14O7

MS-MS (m/z)
179,167,137
271, 245, 205, 179
503, 473, 383, 353
503, 473, 383, 353
289,245
443, 473, 503
327, 357
341, 311,269
125
285, 151, 133
-

Identifikasi Senyawa
Asam kuinat
Galokatekin
Katekin
Vicenin-2
Vicenin-2
Epikatekin
Skaftoside
Orientin
Viteksin
Asam vanilat
Asam azelat
Luteolin
Dimer asam glutarat
Dimer asam glutarat
Dimer asam glutarat
Dimer asam glutarat

Kebanyakan puncak yang teridentifikasi dari penelitian ini merupakan data
senyawa golongan flavonoid (contoh galokatekin, katekin, epikatekin, vicenin-2),
asam fenolik (contoh asam vanilat dan asam quinat) dan asam lemak (dimer asam
glutarat). Dalam studi ini, struktur dari senyawa yang teridentifikasi pada daun
tabat barito ditunjukkan pada Gambar 4.

13
OH

OH
HO

HO
OH

OH
OH

O

O

OH

O

HO

OH

HO

HO

O

HO

OH

HO

O

O
HO

O
OH
HO

HO

O

HO

OH

OH
HO

OH

OH

OH

Vicenin-2

OH

O

OH

Quinic acid

Schaftoside
OH

OH

HO
OH
O

OH

HO

HO

HO

OH

OH
OH

O

HO

O

O

OH
OH
OH

O

Orientin

O

Luteolin

OH

Epicatechin

Gambar 4 Struktur flavonoid dan asam fenolat pada ekstrak daun tabat barito.
Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid
Keberadaan Flavonoid dari tabat barito telah dilaporkan oleh beberapa
peneliti sebelumnya (Omar et al. 2011, Sheu et al. 2005, Veber et al. 2008).
Beberapa senyawa flavonoid dalam daun tabat barito, umumnya menunjukkan
puncak ion molekul spektrum MSn dengan fragmen M-90 dan M-120 yang
mengindikasikan adanya pembelahan C-glikosida. Kajian
sebelumnya
menunjukkan bahwa luteolin dan apigenin glikosida yang terdapat dalam Ficus
adalah dari jenis C-glikosida (Omar et al. 2011). Puncak 10 dan 11 dikarakterisasi
[M-H]- pada m/z 593 dengan ion fragmen m/z 503 ([M-H-90]¯ ) dan m/z 473 ([MH-120]¯ ) menunjukkan teridentifikasinya apigenin-6,8-C-diglukosida (vicenin-2)
(Han et al. 2008). Selain itu fragmentasi yang khas dari C-glukosilflavon
ditunjukkan dengan puncak MS/MS m/z 383 (apigenin + 113) dan m/z 353
(apigenin + 83). Perbandingan intensitas relatif diamati sinyal fragmen dengan
m/z 383 lebih tinggi dari m/z 473. Hal ini menandakan adanya aglikon apigenin
(Benayad et al. 2014) (Lampiran 6). Spektrum puncak pada waktu retensi 4.25
(senyawa 14) dengan puncak dasar m/z 563 teridentifikasi sebagai senyawa
apigenin-6-C-glukosida-8-C-arabinosida (skaftosida). Secara umum, 6-C-pentosil8-C-heksosil mengawali substitusi untuk kelimpahan yang lebih tinggi dari ion
m/z 473 [M-H-90]- ke m/z 443 [M-H-120]- (Figueirinha et al. 2008). Ion m/z 503
[M-H-60]- berasal dari pembelahan C-pentosil, sedangkan ion [M-H-120]- berasal
dari pembelahan heksosil, dan lebih lanjut substitusi glikosil pada posisi C6 dari
flavon menghasilkan puncak dasar (Lampiran 7).
Keberadaan luteolin pada waktu retensi 6.59 (puncak 23) dapat dijelaskan
dengan membandingkan spektrum ion produk dengan literatur standar luteolin
(Rabaneda et al. 2003). Gambar 5 (A) menunjukkan spektrum ekstrak daun tabat
barito pada puncak 23 dan spektrum untuk standar (Gambar 5 (B))
menggambarkan keberadaan luteolin (Lampiran 8).
Flavon C-glikosida seperti orientin (luteolin-8-C-glukosida) dan isoorientin
(luteolin-6- C-glukosida) menunjukkan pola fragmentasi yang berbeda karena
memungkinkan diferensiasi antara C-glikosida pada posisi 6 dan 8. Puncak 15

14
dengan waktu retensi 4.39 menit diperoleh dengan puncak dasar [M-H]¯ pada m/z
447. Senyawa awal diduga sebagai isoorientin atau orientin. Pola fragmen yang
dihasilkan pada m/z 357 [M-H-90]¯ dan m/z 327 [M-H-120]¯ menunjukkan
bahwa mono-C-glikosilasi berada di posisi 8. Hilangnya 120 dan 90 yang teramati
merupakan pecahan lintas cincin di unit gula. Senyawa 15 ditandai sebagai
luteolin 8-C-glukosil yang dikenal sebagai orientin (Rabaneda et al. 2003).
Perbedaan dengan isoorientin ialah ion m/z 429 [M-H-18]¯ tidak ada dalam
spektrum orientin (Tala et al. 2013) (Lampiran 9).

2

1
1

(B)

Gambar 5 MS/MS dari puncak 23 ekstrak daun tabat barito (A) dan standar
luteolin (Rabaneda et al. 2003) (B)
Hal yang sama dilakukan untuk identifikasi puncak 18. Senyawa viteksin
(apigenin-8-C-glukosida) dan isoviteksin (apigenin-6-C-glukosida) pada m/z 431
menunjukkan adanya kehilangan 90 (m/z 341) dan 120 (m/z 311) sebagai ion
karakteristik dalam MS/MS. Tidak adanya ion m/z 413 dan 353 akan
membedakan spektrum viteksin dengan isoviteksin. Selain itu, aglicone
terdeprotonasi (m/z 269) memiliki kelimpahan relatif 5%. Hal tersebut
menunjukan bahwa senyawa pada puncak 18 merupakan senyawa viteksin
(Rabaneda et al. 2003) (Lampiran 10).
Galokatekin yang termasuk dalam golongan flavan-3-ol terdeteksi pada
puncak 8 dengan waktu retensi 3.22 (m/z 305). Pola pemecahan MS²
menghasilkan m/z 179 [M-H-126]¯ , 167 [M-H-138]¯ , dan 137 [M-H-168]¯ (Tala
et al. 2013) (Lampiran 11). Puncak 9 dan 12 teridentifikasi senyawa katekin dan
epikatekin yang menghasilkan molekul terdeprotonasinya [M-H]¯ pada (m/z 289).
Senyawa (epi) katekin dengan puncak ion terdeprotonasinya [М-H]¯ terjadi pada
m/z 289 dan ion terfragmentasi pada m/z 271, 245, 205 dan 179. Ion pada m/z 205
diperoleh karena hilangnya cincin A dari flavonoid yang diamati, sedangkan ion

15
pada m/z 245 merupakan hasil dari kehilangan CO2 atau divalen -CH2-CHOH(Negri et al. 2012). Fragmen pada m/z 271 dan m/z 179 adalah hasil dari
kehilangan air, yaitu cincin B dari molekul flavonoid (Savic et al. 2014).

Identifikasi Asam Fenolat
Derivatif terbentuk dari interaksi asam sinamat hidroksi dengan suatu
asam fenolat yaitu asam kuinat dan berkontribusi terhadap rasa asam pada
tanaman (Pink et al. 1994). Puncak 2 ditandai oleh [M-H]¯ pada m/z 191.0476.
Fragmen dominan dari 191 menunjukan rumus molekul C7H11O6 untuk asam
kuinat di MSn (asam fenolat) (Farag et al. 2014). Asam quinat teridentifikasi pada
pelarut etanol di kedua teknik ekstraksi. Asam fenolat lainnya diidentifikasi dalam
studi ini meliputi asam vanilat (20) dan asam azelat (22), semua terlihat dari data
[M-H]- (Tabel 3).

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemrofilan metabolit daun tabat barito menggunakan UPLC-QTOF-MS/MS
yang terdeteksi dengan teknik ekstraksi MM, ME, UM dan UE dengan MZmine
sebanyak 70 metabolit. Komponen metabolit dengan teknik ultrasonikasi metanol
(UM) memberikan nilai aktivitas antioksidan yang besar. Hal ini telihat dari
jumlah metabolit yang dihasilkan dari tiap-tiap perlakuan, yaitu MM sebanyak 45
metabolit, ME 41 metabolit, UM 64 metabolit dan UE 42 metabolit. Sebanyak 16
senyawa metabolit yang dapat diidentifikasi lebih lanjut setelah dikonfirmasi
dengan MS/MS termasuk dalam golongan flavanoid, asam fenolat dan asam
lemak.

Saran
Identifikasi senyawa yang dilakukan pada daun tabat barito terdapat
keterbatasan dalam database sehingga perlu dilakukan pengembangan database
metabolit genus Ficus. Selain itu, penelitian lebih lanjut terkait penentuan
senyawa yang berpotensi dalam tabat barito sebagai antioksidan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Z, Hussain K, Ismail Z, Ali RM. 2009. Anti-inflammatory Activity of
Standardised Extracts of Leaves of Three Varieties of Ficus deltoidea.
International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 1(3):100105.
Abdullah Z, Hussain K, Zhari I, Rasadah MA, Mazura P, Jamaludin F, Sahdan R.
2011. Evaluation of extracts of leaf of three Ficus deltoidea varieties for
antioxidant activities and secondary metabolites. Pharmacog Research.
1:216-223.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:The
Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Benayad Z, Cordovés CG, Es-Safi NE. 2014. Characterization of Flavonoid
Glycosides from Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) Crude Seeds by
HPLC–DAD–ESI/MS Analysis. International Journal of Molecular
Sciences. 15:2066-2068.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Jakarta : BPOM RI.
Choo CY, Sulong NY, Man F, Wong TW. 2012. Vitexin and isovitexin from the
leaves of Ficus deltoidea with in-vivo α-glucosidase inhibition. Journal
Ethnopharm.142:776-781.
Dolatowski, ZJ, Stadnik J, Stasiak D. 2007. Applications of Ultrasound in Food
Technology. Acta Science Polymer Technology. 6(3): 89–99.
Farag MA, Abdelfattah MS, Badr SEA, Wessjohann LA. 2014. Profiling the
chemical content of Ficus lyrata extracts via UPLC-PDA-QTOF-MS and
chemometrics. Natural Product Research. 28(19):1549-1456.
Fiehn O. 2002. Metabolomic: The link between genotypes and phenotypes. Plant
Molecular Biology. 48:155-171.
Figueirinha A, Paranhos A, Perez-Alonso JJ, Santos-Buelga C, Batista MT. 2008.
Cymbopogon citratus leaves: Characterisation of flavonoids by HPLC-PDA
ESI/MS/MS and approach to their potential as a source of bioactive
polyphenols. Food Chemistry. 110:718-728.
Grata E, Guillarme D, Glauser G, Boccard J, Carrupt PA, Veuthey JL, Rudaz S,
Wolfender JL. 2009. Metabolite profiling of plant extracts by ultra-highpressure liquid chromatography at elevated temperature coupled to time-offlight mass spectrometry. Journal Chromatography A. 1216:5660–5668.
Hakiman M & Maziah M. 2009. Nonezymatic and enzymatic antioxidant
activities in aqueous extract of different Ficus deltoidea accessions. Jounal of
Medicinal Plants Research. 3:120–131.
Han J, Ye M, Qiao X, Xu M, Wang BR, Guo DA. 2008. Characterization of
phenolic compound in the Chinese herbal drug Artemisia annua by liquid
chromatography coupled to electrospray ionization mass spectrometry.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 47:516-525.
Hanhineva K, Rogachev I, Kokko H, Oron SM, Venger I, Kärenlampi S, Aharoni.
2008. A Non-targeted analysis of spatial metabolite composition in
strawberry (Fragaria ananassa) flowers. Phytochemistry. 69:2463-2481.

17
Kazakevich Y & Lobrutto. 2007. Introduction HPLC for Pharmaceutical Scientist.
New Jersey: John Willley & Sons. Inc. 18-19.
Khairan, Jenie Umar A, Sudibyo Retno S. 2009. Fragmentation Studies of ∆6,7Anhidroeritromisin-A by Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy
(LCMS). Indonesia Journal Chemical. 9(3): 491 - 4