Interactions of female Orangutans with other individuals and Its relationship with Glucocorticoid Metabolite Profiles In Orangutans Research Station in Tuanan, Central Kalimantan

INTERA
AKSI OR
RANGUTA
AN (Pong
go pygmaeeus wurm
mbii) BETIINA
DENGA
AN INDIIVIDU LA
AIN DAN
N HUBUN
NGANNYA
A DENGA
AN
PROF
FIL MET
TABOLIT
T GLUKO
OKORTIK
KOID DII STASIU
UN
PEN

NELITIAN
N ORANG
GUTAN TUANAN
T
N, KALIM
MANTAN
N
TENGA
AH

NEN
NENG MAR
RDIANAH
H

SEKOL
LAH PASC
CASARJAN
NA
INSTITU

UT PERTA
ANIAN BOG
GOR
2013
3

 

SURAT PERYATAAN TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis berjudul Interaksi Orangutan
(Pongo pygmaeus wurmbii) Betina Dengan Individu Lain dan Hubungannya
Dengan Profil Metabolit Glukokortikoid Di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan,
Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang digunakan berasal atau dikutib
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini sayamelimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013

Neneng Mardianah
B 352100041

 

RINGKASAN
Neneng Mardianah. Interaksi Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) Betina
dengan Individu Lain dan Hubungannya dengan Profil Metabolit Glukokortikoid
Di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh
Prof. Dr. drh Iman Supriatna, Dr. drh Muhammad Agil M. Sc, Agr dan Dr. Sri
Suci Utami Atmoko.
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) merupakan salah satu
primata endemik yang berstatus endangered menurut IUCN dan berstatus
Apendiks I menurut CITES. Penurunan populasi disebabkan perusakan dan
penyusutan habitat serta penangkapan illegal. Penelitian orangutan telah banyak
dilakukan terutama di hutan primer, namun masih sedikit mengenai perilaku sosial
pada orangutan yang berada di hutan sekunder. Stasiun Penelitian Orangutan

Tuanan (SPOT) habitat orangutan yang termasuk dalam kategori hutan sekunder
dan mengalami degradasi yang tinggi sehingga mudah sekali terbakar pada musim
kemarau. Orangutan termasuk hewan frugivore dan sangat peka terhadap
perubahan kondisi habitat. Perusakan habitat secara besar-besaran mempengaruhi
perubahan perilaku sosial orangutan. Berkurannya daerah jelajah membuka
peluang perjumpaan antar individu semakin besar, sedangkan orangutan memiliki
sistem sosial semi soliter. Perilaku sosial pada orangutan hanya terlihat pada saat
pengasuhan anak dan sosial reproduksi.
Pada satwa non-primata variasi kadar hormon stres sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti iklim, kehadiran individu lain, status reproduksi
dan status sosial. Pada saat melakukan hubungan sosial reproduksi akan terjadi
peningkatan interaksi dengan individu lain. Orangutan betina sangat
mempertimbangkan status dari individu jantan yang menjadi pasangannya.
Perbedaan morfologi jantan yang bersifat bimaturisem membuat persaingan antar
jantan dewasa berpipi dan berpipi untuk mendapatkan individu betina reproduktif
semakin tinggi. Hal tersebut dapat membuat individu betina dalam keadaan
terancam. Ancama yang terus menerus akan melebihi batas akan menyebabkan
stres. Stres merupakan respon fisiologi dari dalam tubuh untuk menyesuaikan
dengan perubahan lingkungan ataupun ancaman.
Metode pendeteksian kadar hormon stres dalam penelitian ini dengan cara

non-invansif dengan menggunakan feses yang dikoleksi setiap pagi hari dengan
menghomogenkan semua lapisan feses. Sedangkan metode pencatatan perilaku
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Focal Animal Sampling secara
Instantaneous, setiap satu individu dalam satu periode pengamatan 5-10 hari.
Pencatatan data sosial reproduksi dengan cara Ad Libitum Sampling. Pencatatan
data reaksi individu betina terhadap long call yang didengar, ruang perjumpaan
meliputi penggunaan interval jarak perjumpaan antara individu betina reproduktif
dan non-reproduktif terhadap individu betina berkerabat, individu jantan dewasa
tidak berpipi, individu jantan dewasa berpipi, dan jarak perjumpaan individu
betina dalam hubungan berpasangan (consortship) dengan individu jantan dewasa
tidak berpipi. Adapun interval jarak yang digunakan