Study Development Of Tuna Fishing Based Community In Ambon City

KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA BERBASIS
MASYARAKAT DI KOTA AMBON

SELFI SANGADJI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pengembangan
Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Selfi Sangadji
NIM C452110031

RINGKASAN
SELFI SANGADJI. Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota
Ambon. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN dan SUGENG HARI WISUDO.

Kota Ambon mengalami perkembangan yang cukup pesat, melebihi
kabupaten/kota lainnya di Maluku. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
pertumbuhan ekonomi setiap tahun dalam lima tahun terakhir, berkisar 5,5 - 7%.
Dari segi struktur ekonomi, perekonomian Kota Ambon dalam tiga tahun terakhir
(2008-2010), Sektor perikanan memberi kontribusi rata-rata per tahun 17%,
dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 4,5% per tahun terhadap PDRB.
Ikan pelagis besar tersebar pada wilayah ekologis pantai selatan Kota Ambon
dengan kelimpahan stok sebesar 620.6 ton/bln dengan maksimum tangkap lestari
(MSY) sebesar 310,3 ton/bln. Sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan dengan

melakukan pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.
Dengan mengetahui faktor-faktor produksi, dapat dibuat strategi-strategi guna
pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsiakan kondisi kini (present status)
perikanan tuna di Kota Ambon, menganalisis tingkat pengaruh faktor produksi
terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon, merumuskan prioritas
strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang perikanan, bahan informasi bagi
pengelola usaha perikanan tuna dalam mengembangkan usahanya, bahan
masukan untuk pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan
perikanan tuna di Kota Ambon, menambah wawasan mahasiswa mengenai
pengembangan perikanan khususnya perikanan tuna di Kota Ambon.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret tahun 2013
di Kota Ambon yaitu Desa Laha, Desa Latuhalat dan Desa Seri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data primer dan
sekunder. Responden di pilih secara purposive sampling, dengan nelayan yang
diambil berjumlah 60 orang, untuk analisis prioritas pengembangan perikanan
tuna sebanyak 6 orang yang mewakili nelayan, perusahaan tuna, dan konsumen.
Mendiskripsikan kondisi kini (present status) perikanan tuna di Kota Ambon

analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menggambarkan produksi,
nelayan sampai yang ada di Kota Ambon. Menganalisis tingkat pengaruh faktor
produksi terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, and threats) dilakukan untuk mengetahui strategistrategi apa saja yang dilakukan untuk pengembangan perikanan tuna. Hasil
SWOT yang ada digunakan sebagai penentu prioritas strategis pengembangan
perikanan tuna yang dianalisis dengan pendekatan hierarki (AHP).
Perikanan tuna merupakan salah satu perikanan yang ada di Kota Ambon,
pada tahun 2011 volume produksi mencapai 1769.24 ton. Kota Ambon memiliki 5
kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Teluk Ambon
Baguala dan Leitimur Selatan. Kecamatan Nusaniwe dan Sirimau merupakan
daerah penghasil tuna terbanyak di Kota Ambon, pada tahun 2011 jumlah

produksi perikanan tuna sebesar 615.25 dan 578.36 ton (Dinas perikanan Kota
Ambon 2012). Nelayan Kota Ambon melakukan pengoperasian penangkapan tuna
menggunakan pancing tonda. Panjang kapal mencapai 7-11 meter, dengan lebar 11.5 meter. Jumlah pemilik pancing tonda di Kota Ambon berdasarkan hasil
penelitian, terdapat 60 nelayan.
Hasil analisis regresi berganda tentang hubungan produksi ikan tuna
mendapat nilai signifikansi (sig) 0.000. Nilai sig itu berada dalam range
kepercayaan < 0.005 itu berarti model regersi ini dapat memprediksi produksi

perikanan tuna. Model hubungan tersebut mempunyai koefisien determinan (R2)
sekitar 0,719. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh bersama-sama ukuran kapal
(X1), ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok
(X4), dan Jumah ABK (X5) dapat menjelaskan 71.9 % naik turun produksi tuna.
Sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain di luar yang dikaji. Bila melihat nilai
signifikansi setiap faktor produksi terhadap prouksi ikan tuna di Kota Ambon,
maka hanya penggunaan BBM (X3) dan penggunaan es balok (X4) yang
mempunyai nilai signifikansi < 0.05 (0.000), sedangkan ketiga faktor produksi
lainnya > 0.05. Hal ini menunjukan bahwa hanya penggunaan BBM dan
penggunaan es balok benar-benar nyata berpengaruh dalam kegiatan produksi
ikan tuna di Kota Ambon. Tiga faktor produksi lainnya tidak menyebabkan
perubahan nyata terhadap kegiatan produksi ikan di Kota Ambon.
Urutan prioritas strategi pengembangan perikanan di Kota Ambon adalah
peningkatan etos kerja dengan rasio kepentingan 0.161. Peningkatan skala usaha
penangkapan tuna mempunyai rasio kepentingan 0.160. Peningkatan prasarana
perikanan yang tersedia mempunyai rasio kepentingan 0.116. Penggunaan alat
bantu penangkapan yang modern dengan rasio kepentingan 0.090. Peningkatan
kegiatan penangkapan dengan rasio kepentingan 0.076. Peningkatan penanganan
pasca penangkapan untuk menjamin kesegaran ikan mempunyai rasio kepentingan
0.040. Penyediaan alat navigasi yang memadai merupakan strategi terakhir

dengan rasio kepentingan 0.013.
Kata kunci: berbasis masyarakat, Kota Ambon, pengembangan perikanan tuna.

SUMMARY
SELFI SANGADJI. Study Development Of Tuna Fishing Based Community In
Ambon City. Supervised by MUSTARUDDIN dan SUGENG HARI WISUDO.

Ambon city has developed quite rapidly, exceeding the district or city in
Maluku. It can be seen from the average annual economic growth in the last five
years, ranging from 5.5 to 7%. In terms of economic structure, economic Ambon
City in the last three years (2008-2010), Fishery sector contributes an average of
17% per year, with a relatively stable growth of about 4.5% per year to PDRB.
Large pelagic fish scattered on the south coast ecoregion Ambon city with an
abundance of stock amounting to 620.6 tons per month with maximum sustainable
yield (MSY) of 310.3 tons per month Existing resources can be utilized by
developing community-based tuna fishing in the city of Ambon. By knowing the
factors of production, can be made strategies for the development of communitybased tuna fishing industry in the city of Ambon.
The purpose of this study was to describe the present condition (present
status) of tuna fishery in the city of Ambon, to analyze the factor influence levels
of production towards the the tuna fishing development in the city of Ambon, to

formulate strategic priority-based tuna fisheries development community in
Ambon City. This study is expected to provide benefits to the development of
science and technology in the field of fisheries, information material for tuna
fisheries managers in developing a business, an input to government policymaking in the development of the tuna fishery in the city of Ambon, about the
development of the fishing industry, especially the tuna fishery in the City
Ambon.
The study was conducted in January and March of 2013 in Ambon city there
is Laha Village, Latuhalat Village and Seri Village. This study is expected to
provide benefits is a method of collecting primary and secondary data.
Respondents were selected by purposive sampling, with fishermen being taken
was 60, for the analysis of the priority development of the tuna fishing industry as
much as 6 people representing fishermen, tuna companies, and consumers. To
describe the present status tuna fishery in Ambon analysis used is descriptive
analysis to describe the start of production, fishing up in Ambon city. To analyze
the influence of the factors production to the development of the tuna fishing in
Ambon city analysis used is multiple regression analysis. SWOT analysis
(strengths, weaknesses, opportunities, and threats) was conducted to determine
what strategies are carried out for the development of the tuna fishing industry.
SWOT results are used as a determinant of the strategic priorities of development
of the tuna fishery are analyzed with hierarchy approach (AHP).

Tuna fishery is one that is in the city of Ambon, in 2011 the production
volume reached 1769.24 tons. Ambon has 5 districts is Nusaniwe District,
Sirimau, Bay of Ambon, Ambon Bay Baguala and South Leitimur. Subdistrict
Nusaniwe and Sirimau is the largest tuna producing area in Ambon city, in 2011
the number of tuna fisheries production amounted to 615.25 and 578.36 tonnes
(Ambon City Department of Fisheries, 2012). Fishermen Ambon did tuna fishing
operations using a trolling fishing line. The length of the vessel reached about 7-

11 meters, with a width of between 1-1.5 meters. The number of owners of fishing
trolling in Ambon based on the results of the study, there were 60 fishermen.
The results of multiple regression analysis of the relationship of tuna
production gets the value of significance (sig) 0000. Sig value was in the range of
beliefs t Tabel atau P-value (α = 0,05), maka terima Ha
Dimana hipotesis :
Ho : ai = o, Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X5) berpengaruh tidak nyata
terhadap variabel terikat Y
Ha : ai ≠ o, Variabel bebas (X1, X2, X3,…, X5) berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat
Dalam analisis ini, yang merupakan variabel tetap adalah produksi (Y), dan
variabel bebasnya adalah ukuran kapal (X1), ukuran alat tangkap (X2),

penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok (X4), Jumah ABK (X5). Hubungan
antara variabel-variabel tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +...+ b5X5

Keterangan :
Y = Produksi
X1 = Ukuran kapal (GT)
X2 = Ukuran alat tangkap (m)
X3 = Penggunaan BBM (Liter)
X4 = Penggunaan es (Balok)
X5 = Jumlah ABK (orang)

a = Konstanta
b1 = Konstanta ukuran kapal
b2 = Konstanta ukuran alat tangkap
b3 = Konstanta penggunaan BBM
b4 = Konstanta penggunaan es
b5 = Konstanta jumlah ABK
Hasil Penelitian


Perikanan Pancing Tonda Di Kota Ambon
Perikanan tuna di Kota Ambon berpusat pada 3 daerah yaitu Desa
Latuhalat, Desa Seri dan Desa Laha. Alat pengakapan yang di gunakan untuk
menangkap ikan tuna adalah pancing tonda. Pancing tonda yang digunakan di
Kota Ambon pada prinsipnya sama dengan pancing tonda yang digunakan di
daerah lain, yang terdiri dari kapal penangkap ikan dan alat tangkap pancing.
Tabel 3.1 Spesifikasi Pancing Tonda
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

SPESIFIKASI
Panjang (m)

Lebar (m)
Tinggi (m)
Ukuran Mesin (PK)
Jumlah Bahan Bakar (liter)
Jumlah ABK (orang)
Jumlah Es (Balok)
Jumlah Air Tawar (liter)
Panjang Alat tangkap (m)

Ukuran Kapal
2 GT*
9
1.19
0.75
40
100
1
1
5
400


3 GT*
10.5
1.5
0.75
15
200
2
2
5
600

*GT: Gross Tonnage

Gambar 3.2

Kapal Pancing Tonda

Pancing tonda berpotensi untuk dikembangkan di perairan Maluku setelah
dianalisis berdasarkan aspek berkelanjutan sumberdaya ikan serta
pemanfaatannya. Hasil tangkapan alat ini adalah jenis ikan pelagis besar seperti:
ikan tuna, cakalang, tongkol dan tenggiri. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan alat ini
merupakan jenis-jenis ikan ekspor yang permintaannya di pasar internasional

cukup besar, sehingga perlu dikelola dan dikembangkan guna menambah devisa
daerah maupun negara. (Nanlohy 2013)
Nelayan tuna di Kota Ambon biasanya melakukan operasi penangkapan
ikan antar 7 sampai 11 jam, dengan lama trip 1 hari. Peralatan navigasi yang biasa
digunakan adalah kompas, teleskop, GPS, Fishfinder, dan alat komonikasi berupa
telepon genggam. Nelayan – nelayan di Kota Ambon melakukan penangkapan
setiap musim, tapi biasanya pada musim peralihan hasil penangkapan banyak.
Musim peralihan yaitu bulan Maret dan April, pada 2 bulan ini puncak-puncaknya
penangkapan ikan tuna. Jenis tuna yang sering tertangkap di Kota Ambon yaitu
jenis tuna mata besar (Big Eye Tuna) dan tuna sirip kuning (Yellow Fin Tuna).
Pengaruh Faktor Produksi Perikanan Tuna di Kota Ambon
Produksi nelayan rata-rata setiap tahunnya meningkat ditahun 2011 volume
produksi perikanan tangkap kota Ambon sebesar 1769.24 ton. Untuk mendukung
suatu produksi diperlukan kesiapan faktor-faktor produksi sehingga operasi
penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Untuk melihat faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh dalam operasi perikanan tuna di Kota Ambon maka dilakukan
perhitungan melalui analisis regresi berganda.
Terdapat 5 faktor yang mendukung dalam operasi penangkapan ikan tuna di
Kota Ambon yaitu ukuran kapal, ukuran alat tangkap, penggunaan BBM,
penggunaan es dan jumlah ABK. Yang digunakan untuk menguji ada tidaknya
multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat matrix korelasi.
Hasilyang ditunjukan oleh matrix korelasi dari regresi yang dilakukan adalah
korelasi antara variabel bebas di bawah 0,9 sehingga dapat dikatakan tidak
terdapat multikolinearitas (lampiran 2).
Hasil analisis regresi berganda tentang hubungan produksi ikan tuna
mendapat nilai signifikansi (sig) 0,000. Nilai sig itu berada dalam range
kepercayaan < 0,005 itu berarti model regersi ini dapat memprediksi produksi
perikanan tuna. Tabel 3.2 menyajiakan hasil analisis pengaruh faktor produksi
terhadap operasi penangkapan ikan tuna dengan menggunakan pancing tonda.
Tabel 3.2 Hubungan produksi ikan tuna
ANOVAb
Sum of
Squares

Model
1

Regression
Residual
Total

df

Mean Square

1707022.915

5

341404.583

668061.019

54

12371.500

2375083.933

59

Keterangan : Constant : X5, X2, X1, X3, X4
Dependent Variable : Y

F
27.596

Sig.
.000a

Tabel 3.3 Pengaruh faktor produksi terhadap operasi penangkapan ikan
tuna.
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

92.652

105.669

X1

27.042

16.768

X2

-.026

X3

Beta

t

Sig.
.877

.384

.149

1.613

.113

.206

-.010

-.126

.900

-3.405

.391

-.816

-8.711

.000

X4

273.742

41.446

.688

6.605

.000

X5

6.741

37.751

.015

.179

.859

Keterangan :
Constant : X5, X2, X1, X3, X4
Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel 3.3, maka model hubungan antara produksi ikan tuna (Y)
dengan ukuran kapal (X1), ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3),
penggunaan es balok (X4), Jumah ABK (X5) dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Y = 92.652 + 27.042 X1– 0,026X2 – 3.405X3 + 273.742X4 + 6.741X5
Model hubungan tersebut mempunyai koefisien determinan (R2) sebesar
0,719. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh bersama-sama ukuran kapal (X1),
ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok (X4), dan
Jumah ABK (X5) dapat menjelaskan 71.9 % naik turun produksi tuna. Sedangkan
sisanya dipengaruhi faktor lain di luar yang dikaji. Bila melihat nilai signifikansi
setiap faktor produksi terhadap prouksi ikan tuna di Kota Ambon, maka hanya
penggunaan BBM (X3) dan penggunaan es balok (X4) yang mempunyai nilai
signifikansi < 0.05 (0.000), sedangkan ketiga faktor produksi lainnya > 0.05. Hal
ini menunjukan bahwa hanya penggunaan BBM dan penggunaan es balok yang
benar-benar nyata berpengaruh dalam kegiatan produksi ikan tuna di Kota
Ambon. Tiga faktor produksi lainnya tidak menyebabkan perubahan nyata
terhadap kegiatan ikan tuna di Kota Ambon.

Pembahasan
Menurut Nurani et al. (2008) menjelaskan ketersediaan input produksi
merupakan faktor penting agar kegiatan usaha penangkapan tuna dapat berjalan
dengan lancar. Input produksi pada perikanan tuna meliputi: (1) ketersediaan
teknologi penangkapan (kapal, alat, mesin, dan perlengkapan lainnya); (2)
ketersediaan sumberdaya manusia (SDM); (3) ketersdiaan modal; (4) ketersediaan
perbekalan operasi (BBM, air tawar, es dan umpan); dan (5) ketersediaan
informasi. Lebih lanjut dijelaskan berbagai faktor akan berpengaruh terhadap

keberhasilan produksi usaha penangkapan tuna diantaranya, (1) ukuran kapal dan
mesin; (2) ukuran palka ikan; (3) jumlah mata pancing dan jumlah umpan; (4)
jumlah trip; (5) jumlah solar; dan (6) jumlah anak buah kapal (ABK). Sutisna
(2007) menyatakan bahwa penyiapan faktor produksi yang baik merupakan
penentu utama keberhasilan kegiatan produksi. Pelaku ekonomi termasuk nelayan
umumnya akan melakukan kegiatan operasi pada kondisi cuaca baik dan diduga
akan membawa hasil yang banyak, sehingga kesiapan faktor produksi menjadi
penentu akhir keberhasilan kegiatan produksi.
Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa penggunaan BBM(X3)
dan es balok(X4) sangat berpengaruh nyata terhadap produksi ikan tuna di Kota
Ambon. Signifikansinya pengaruh penggunaan BBM dan penggunaan es balok
terhadap produksi dikarenakan sifat ikan tuna yang selalu bermigrasi sehingga
daerah penangkapan tidak menentu dan jauh. Mengakibatkan es dan BBM
merupakan faktor yang penting karena apabila jumlah es dan BBM banyak maka
daerah penangkapan bisa lama. Selain itu tujuan operasi penangkapan adalah ikan
tuna yang membutuhkan penanganan langsung, sehingga persedian es balok
sangat di perlukan guna mempertahankan mutu ikan.
Dari hasil penelitian lapang menunjukan sekali melakukan operasi
penangkapan rata-rata nelayan membutuhkan 70 sampai 100 liter bensin dan 2
balok es. Rasio kebutuhan yang begitu besar terhadap BBM (terutama bensin) d