Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Abu Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

(1)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU PEMBERIAN ABU JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)

SKRIPSI Oleh:

GUSTI HANDAYANI / 110301005

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PRO GRAM ST UDI AGROE KOTE KNO LOGI FAKULTAS PE RT ANI AN

UNI VE RSITAS SUMATE RA UT ARA 2015


(2)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU PEMBERIAN ABU JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)

SKRIPSI

Oleh:

GUSTI HANDAYANI / 110301005

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PRO GRAM ST UDI AGROE KOTE KNO LOGI FAKULTAS PE RT ANI AN


(3)

Judul : Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Abu Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Nama : Gusti Handayani

NIM : 110301005

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS) (Ir. Haryati, MP) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc..) Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

GUSTI HANDAYANI: Pengaruh dosis dan waktu pemberian abu jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.), dibimbing oleh JONATAN GINTING dan HARYATI.

Ubi jalar merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberikan manfaat, selain mempunyai kandungan karbohidrat tinggi juga mengandung nutrisi yang berguna bagi kesehatan sehingga dijadikan sebagai sumber utama pangan alternatif. Maka dari itu dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat membantu dalam budidaya ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Desa Serapuh pada Juni-September 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis abu jerami padi (10g, 20g, 30g, 40g) dan waktu pemberian abu jerami padi (2 minggu sebelum tanam, 1 minggu sebelum tanam, saat tanam). Parameter yang diamati adalah panjang cabang utama, jumlah cabang, jumlah umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, jumlah umbi per plot, bobot segar umbi per plot.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang 5 dan 7 MST. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar umbi per sampel. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan dosis abu jerami padi 40g dan waktu pemberian abu jerami padi 1 minggu sebelum tanam.


(5)

ABSTRACT

GUSTI HANDAYANI: The effect of dose and time in sowing of rice straw asher to growth and yield sweet potato (Ipomoea batatas L.) supervisied by JONATAN GINTING and HARYATI.

Sweet potato is high economy value commodity and bring a lot of benefits, In addition to having carbohydrate content high have also containing nutrients helpful for health so used as a the main source of alternatives food. Therefore dose and time in sowing of rice straw asher expected to assist in cultivation sweet potatoes. The research carried out in agricultural land village Serapuh in June to September 2015, Used randomized block design with two factors that is doses rice straw asher (10g, 20g, 30g, 40g) and time in sowing of a rice straw asher (two weeks before planting , one week before planting, when planting) parameter examined is long branches main, how many branches of, the number of bulb per sample, fresh weight bulb per sample, the dried bulb weight per sample, the number of bulb per a plot, fresh weight bulb per a plot.

The result of research showed dose of rice straw ash nothing significantly to all parameter. Time of sowing of rice straw asher significantly of parameter number of branches of 5 and 7 MST. Interaction are significantly on the parameter of fresh bulb weight per sample. The best result of the research is dose of rice straw ash 40g and application of rice straw ash one week before planting. Keyword: rice straw asher, time in swing, sweet potato.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serapuh pada tanggal 16 Agustus 1993 dari ayah Jonianto dan Ibu Suyami. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA negeri 2 Pematang Siantar dan tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis memilih minat Budidaya Pertanian Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kebun Pangean, Desa Giri Soko Kecamatan Singingi Hilir Kota Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi dari tanggal 10 Juli – 13 Agustus 2014.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Abu Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua, yang telah memberikan semangat dan dukungannya. Kepada Bapak Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan Ibu Ir. Haryati, MP selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan selama penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada teman-teman yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, serta kepada dosen – dosen dan pegawai di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi budidaya ubi jalar serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ubi Jalar ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar ... 7

Fungsi Kalium ... 8

Abu Jerami Padi ... 9

Waktu Pemberian Pupuk ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan dan Pembuatan Bedengan ... 14

Persiapan Bahan Tanam ... 14

Aplikasi Abu Jerami Padi ... 14

Penanaman ... 14

Pemupukan ... 15

Panen ... 15

Pemeliharaan Tanaman ... 15

Penyiraman ... 15


(9)

Pengangkatan Batang ... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Penyiangan ... 16

Parameter Pengamatan ... 16

Panjang Cabang Utama (cm) ... 16

Jumlah Cabang Utama ... 16

Jumlah Umbi Per Sampel (Umbi) ... 16

Bobot Segar Umbi Per Sampel (g) ... 17

Bobot Kering Umbi Per Sampel... 17

Total Umbi Per Plot (Umbi) ... 17

Bobot Segar Umbi Per Plot (g) ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(10)

DAFTAR TABEL

NO. Hal.

1. Panjang cabang utama 14 MST terhadap perlakuan dosis abu jerami padi

dan waktu pemberian abu jerami padi ... ... 18 2. Jumlah cabang terhadap 5 MST perlakuan dosis abu jerami padi

dan

waktu pemberian abu jerami padi ... ... 20 3. Jumlah cabang terhadap 7 MST perlakuan dosis abu jerami padi

dan

waktu pemberian abu jerami padi ... ... 20 4. Jumlah umbi per sampel terhadap perlakuan dosis abu jerami padi

dan waktu pemberian abu jerami padi ... ... 22 5. Bobot segar umbi per sampel terhadap perlakuan dosis abu jerami

padi dan waktu pemberian abu jerami padi ... ... 23 6. Bobot kering umbi per sampel terhadap perlakuan dosis abu jerami

padi dan waktu pemberian abu jerami padi ... ... 24 7. Jumlah umbi per plot terhadap perlakuan dosis abu jerami padi

dan waktu pemberian abu jerami padi ... ... 25 8. Bobot segar umbi per plot terhadap perlakuan abu jerami padi dan

waktu pemberian abu jerami padi ... ... 26


(11)

DAFTAR GAMBAR

NO. Hal.

1. Pertumbuhan panjang cabang utama ... ... 19 2. Pertumbuhan jumlah cabang utama ...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Hal.

1. Bagan Penelitian ... 35

2. Bagan Letak Tanaman pada Plot ... 36

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37

4. Deskripsi Tanaman ... 38

5. Hasil Analisis Tanah ... 39

6. Hasil Analisis Abu Jerami Padi ... 40

7. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 2 MST ... 41

8. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 2 MST Transformasi √x + 0.5 ... 41

9. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 2 MST ... 42

10. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 2 MST Transformasi √x + 0.5 ... 42

11. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 3 MST ... 43

12. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 3 MST Transformasi √x + 0.5 ... 43

13. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 3 MST ... 44

14. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 3 MST Transformasi √x + 0.5 ... 44

15. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 4 MST ... 45

16. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 4 MST Transformasi √x + 0.5 ... 45

17. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 4 MST ... 46

18. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 4 MST Transformasi √x + 0.5 ... 46

19. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 5 MST... 47


(13)

21. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 6 MST... 48

22. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 6 MST ... 48

23. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 7 MST... 49

24. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 7 MST ... 49

25. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 8 MST... 50

26. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 8 MST ... 50

27. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 9 MST... 51

28. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 9 MST ... 51

29. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 10 MST... 52

30. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 10 MST ... 52

31. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 11 MST... 53

32. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 11 MST ... 53

33. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 12 MST... 54

34. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 12 MST ... 54

35. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 13 MST... 55

36. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 13 MST ... 55

37. Data Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 14 MST... 56

38. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 14 MST ... 56

39. Data Pengamatan Jumlah Cabang (cabang) 2 MST ... 57

40. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama (cabang) 2 MST Transformasi √x + 0.5 ... 57

41. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 2 MST ... 58

42. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 2 MST ... 58


(14)

44. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama (cabang) 3 MST

Transformasi √x + 0.5 ... 59

45. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama (cabang) 3 MST ... 60

46. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 3 MST ... 60

47. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 4 MST ... 61

48. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 4 MST ... 61

49. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 5 MST ... 62

50. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 5 MST ... 62

51. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 6 MST ... 63

52. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 6 MST ... 63

53. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 7 MST ... 64

54. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 7 MST ... 64

55. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 8 MST ... 65

56. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 8 MST ... 65

57. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 9 MST ... 66

58. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 9 MST ... 66

59. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 10 MST .... 67

60. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 10 MST ... 67

61. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 11 MST .... 68

62. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 11 MST ... 68

63. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 12 MST .... 69

64. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 12 MST ... 69

65. Data Pengamatan Jumlah Cabang Utama (cabang) 13 MST .... 70

66. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 13 MST ... 70


(15)

68. Sidik Ragam Jumlah Cabang Utama 14 MST ... 71

69. Data Pengamatan Jumlah Umbi per Sampel (Umbi) ... 72

70. Sidik Ragam Jumlah Umbi per Sampel ... 72

71. Data Pengamatan Bobot Segar Umbi per Sampel (g) ... 73

72. Sidik Ragam Bobot Segar Umbi per Sampel ... 73

73. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ... 74

74. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Sampel ... 74

75. Data Pengamatan Total Umbi per Plot (umbi) ... 75

76. Sidik Ragam Total Umbi per Plot ... 75

77. Data Pengamatan Bobot Segar Umbi per Plot (g) ... 76

78. Sidik Ragam Bobot Segar Umbi per Plot ... 76


(16)

ABSTRAK

GUSTI HANDAYANI: Pengaruh dosis dan waktu pemberian abu jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.), dibimbing oleh JONATAN GINTING dan HARYATI.

Ubi jalar merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberikan manfaat, selain mempunyai kandungan karbohidrat tinggi juga mengandung nutrisi yang berguna bagi kesehatan sehingga dijadikan sebagai sumber utama pangan alternatif. Maka dari itu dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat membantu dalam budidaya ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Desa Serapuh pada Juni-September 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis abu jerami padi (10g, 20g, 30g, 40g) dan waktu pemberian abu jerami padi (2 minggu sebelum tanam, 1 minggu sebelum tanam, saat tanam). Parameter yang diamati adalah panjang cabang utama, jumlah cabang, jumlah umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, jumlah umbi per plot, bobot segar umbi per plot.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang 5 dan 7 MST. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar umbi per sampel. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan dosis abu jerami padi 40g dan waktu pemberian abu jerami padi 1 minggu sebelum tanam.


(17)

ABSTRACT

GUSTI HANDAYANI: The effect of dose and time in sowing of rice straw asher to growth and yield sweet potato (Ipomoea batatas L.) supervisied by JONATAN GINTING and HARYATI.

Sweet potato is high economy value commodity and bring a lot of benefits, In addition to having carbohydrate content high have also containing nutrients helpful for health so used as a the main source of alternatives food. Therefore dose and time in sowing of rice straw asher expected to assist in cultivation sweet potatoes. The research carried out in agricultural land village Serapuh in June to September 2015, Used randomized block design with two factors that is doses rice straw asher (10g, 20g, 30g, 40g) and time in sowing of a rice straw asher (two weeks before planting , one week before planting, when planting) parameter examined is long branches main, how many branches of, the number of bulb per sample, fresh weight bulb per sample, the dried bulb weight per sample, the number of bulb per a plot, fresh weight bulb per a plot.

The result of research showed dose of rice straw ash nothing significantly to all parameter. Time of sowing of rice straw asher significantly of parameter number of branches of 5 and 7 MST. Interaction are significantly on the parameter of fresh bulb weight per sample. The best result of the research is dose of rice straw ash 40g and application of rice straw ash one week before planting. Keyword: rice straw asher, time in swing, sweet potato.


(18)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman ubi jalar merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberikan manfaat, selain mempunyai kandungan karbohidrat tinggi juga mengandung berbagai nutrisi yang berguna bagi kesehatan tubuh sehingga dimungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber utama subtitusi beras atau sebagai pangan alternatif. Keuntungan lainnya adalah dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, sehingga sangat strategis apabila dikembangkan di berbagai daerah marginal sebagai pendukung diversifikasi pangan (Dinas Pertanian Tanaman pangan 2012).

Secara umum ubi jalar mengandung pati 8-29%, karbohidrat bukan pati 0.5-7.5%, gula reduksi 0.5-2.5%, ekstrak eter 1.8- 6.4%, karoten 1-12% dan mineral lainnya 0.9-1.4% dalam setiap 100 gram bahan segar. Unsur hara kalium merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas umbi dan pati dari umbi-umbian termasuk ubi jalar. Ubi jalar sebagai tanaman penghasil pati, membutuhkan tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan kalium dalam jumlah yang lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tanaman lain pada umumnya karena unsur kalium sangat berperan dalam pembesaran umbi (Djalil, et al., 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi umbi ubi jalar antara lain disebabkan: populasi tanaman rendah per satuan luas, teknik budidaya masih jarang dilakukan, pemanfaatan lahan intensitasnya tinggi sehingga terjadi kehilangan unsur hara tanah yang terbawa hasil panen maupun erosi tanah, terjadinya serangan OPT utama yaitu hama boleng apabila musim tanamnya tidak


(19)

sesuai dan adanya faktor-faktor non teknis atau faktor penghambat harga rendah (Suharno, 2007).

Kalium merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman penghasil karbohidrat terutama tanaman ubi jalar. Sumber hara kalium dalam bentuk sisa pembakaran tanaman, misalnya abu jerami. Dari hasil penelitian Djalil et al (2004) yang menyatakan bahwa takaran abu jerami padi yang paling baik adalah sebanyak 54 gram/tanaman atau setara dengan memberikan pertumbuhan stek ubi jalar yang tercepat. Penetapan takaran abu jerami ini adalah berdasarkan kandungan unsur kalium yang terkandung pada abu jerami padi yang telah diteliti di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Berdasarkan kenyataan ini abu jerami padi merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan pupuk kalium yang diperlukan bagi tanaman ubi jalar. Untuk hal tersebut telah dilakukan penelitian mengenai pemberian beberapa takaran abu jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Djalil, et al., 2004).

Berdasarkan data Kementrian Pertanian RI (2014) luas areal tanam padi sawah provinsi Sumatera Utara yaitu 3.861.414 ha, dengan demikian terdapat jerami yang melimpah dan banyak petani memberikan jerami sisa panen untuk pakan ternak dan hanya sedikit petani yang menggunakannya sebagai sumber bahan organik.

Pada prinsipnya pemupukan memperhatikan waktu aplikasi yang tepat. waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Jumini, et al., 2012).


(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi.

Hipotesis Penelitian

a. Terdapat pengaruh berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

b. Terdapat interaksi antara dosis dan waktu pemberian abu jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya ubi jalar.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Adapun sistematika tanaman ubi jalar adalah: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae , Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Convolvulales, Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas L. (Rukmana. 1997).

Tanaman ubi jalar memiliki 2 tipe akar, yaitu akar penyerap hara disebut akar sejati dan akar penyimpanan energi hasil fotosintesis yang disebut umbi. Akar serabut dapat tumbuh di kedua sisi tiap ruas pada bagian batang yang bersinggungan dengan tanah (Sarwono, 2005).

Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku - buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman bertipe tegak antara 1 m–2 m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2 m–3 m. Ukuran batang dibedakan atas 3 macam yaitu besar, sedang, kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu–unguan (Rukmana, 1997).

Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007).

Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga. Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


(22)

Berdasarkan bentuk umbi, ubi jalar mempunyai 9 tipe umbi, yaitu bulat (round), bulat elips (round elliptic), elip (elliptic), oval dibawah (ovale), oval diatas (obote), bulat panjang ukuran kecil (oblong), bulat panjang ukuran besar (long oblong), elip ukuran panjang (long elip) dan panjang tak beraturan (long irregulaer). Berdasarkan bentuk permukaan umbi, terdiri dari 4 tipe yaitu alligator like skin, vein, horizontal contriction dan longitudinal grooves. Berdasarkan warna kulit, terdiri dari 9 tipe, yaitu putih (white), krem (crem), kuning (yellow), jingga (orange), jingga kecoklatan (brown orange), merah muda (pink), merah tua (red), merah ungu (purple red), dan biru tua (dark purple) (Apriliyanti, 2010).

Syarat Tumbuh Iklim

Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan apabila persyaratan iklimnya sesuai selama pertumbuhannya. Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah 10oC, suhu maksimum 40oC dan suhu optimumnya adalah 21oC – 27oC. Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke pegunungan dengan ketinggian 1700 meter diatas permukaan laut, suhu rata – rata 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari ( Jedeng, 2011).

Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 lintang utara dan 300 lintang selatan. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam didataran rendah hingga ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Didataran tinggi (pegunungan) berketinggian 1000 meter diatas permukaan laut, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya


(23)

rendah

(Rukmana, 1997).

Tanaman ubi jalar membutuhkan intensitas sinar matahari yang sama dengan tanaman padi atau setara dengan tanaman jagung dalam ketahanannya terhadap kekeringan. Ubi jalar dapat di tanam pada kelembaban yang sama dengan kelembaban yang dibutuhkan oleh jagung. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh subur apabila iklim panas dan lembab. Ubi jalar memerlukan paling sedikit empat bulan musim panas dan jumlah sinar yang cukup selama periode pertumbuhannya

(Jedeng, 2011).

Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk mencapai perkecambahan yang baik. Tanah juga harus tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk mencegah busuk umbi (Sartika, 2011).

Tanah

Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dengan drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit. Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5 - 7,5. pH tanah optimum untuk


(24)

pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relatif rendah (Jedeng, 2011).

Ubi jalar dapat ditanam di tegalan atau sawah. Penyiapan lahan ditujukan untuk menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah diolah dan dibuat guludan dengan lebar 40-60 cm dan tinggi 25-30 cm . Jarak antar guludan 80-100 cm. Pada tanah berat (berlempung) untuk membuat guludan yang gembur perlu ditambah 10 ton bahan organik/ha (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, 2010).

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sartika, 2011).

Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar dapat dibagi dalam tiga fase yaitu : (1) Fase awal umur (0-67) hari meliputi pertumbuhan daun, batang dan akar, (2) fase pertengahan umur (67-96) hari meliputi pertumbuhan daun, batang dan akar bersamaan dengan awal perkembangan umbi dan (3) fase terakhir umur (96-150) hari meliputi pertumbuhan umbi secara cepat. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada saat tanaman masih muda (fase I dan fase II) pertumbuhan vegetatif yang berkaitan dengan pertumbuhan akar batang dan daun lebih dominan terhadap pertumbuhan umbi, dengan kata lain penggunaan karbohidrat lebih dominan dari penyimpanan karbohidrat (Jedeng, 2011).


(25)

Secara umum tinggi rendahnya produksi suatu tanaman tergantung dari varietas, cara bercocok tanam dan kondisi lingkungan tempat dimana tanaman itu ditanam. Perbedaan varietas diharapkan peranannya untuk memanfaatkan lingkungan guna mencapai potensial hasil yang tinggi. Perlu dilakukan penelitian varietas yang akan ditanam. Varietas ubi jalar yang berdaun labar, semua daun berfotosintesis secara efektif, hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang berdaun sempit dan menjari (Jedeng, 2011).

Pada fase pematangan setelah dipanen akan terjadi penurunan asam organik, peningkatan jumlah gula–gula sederhana yang memberi rasa manis dan kenaikan zat–zat atsiri yang memberi flavor yang khas. Kandungan asam askorbat dalam ubi jalar mengalami perubahan selama proses penyimpanan. Pada tahap awal penyimpanan, kandungan asam askorbat pada ubi jalar akan berkurang. Tingkat berkurangnya asam askorbat ini berbeda–beda, tergantung pada varietas dan proses penyimpanannya (Narullita, 2013).

Fungsi Kalium

Hasil penelitian Paulus dan Sumayku (2006), menunjukkan bahwa pupuk kalium dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dan pati umbi ubi jalar. Pupuk kalium sangat nyata meningkatkan bobot kering tanaman dan hasil ubi jalar jika dilakukan bersama-sama dengan pupuk N (Paulus, 2011).

Kadar bahan kering digunakan sebagai salah satu indikasi mutu umbi ubi jalar dan berkorelasi positif dengan kadar pati pada umur tertentu. Rasa enak umbi merupakan indikator bahwa kadar bahan kering dan pati umbi adalah tinggi. Kondensasi senyawa karbohidrat sederhana seperti glukosa dan fruktosa menjadi


(26)

senyawa karbohidrat kompleks seperti pati terhambat bila kekurangan kalium (Fitter dan Hay, 1991).

Kalium mempunyai fungsi antara lain : membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalium juga berperan meningkatkan kualitas umbi, mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun tidak langsung dan membantu perkembangan akar (Rosmarkam danYuwono, 2001).

Kalium berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar, bahwa terdapat lebih dari 50 jenis enzim di aktivasi oleh Kalium, contohnya untuk farmasi polimer dalam sintesis pati, dan dibutuhkan pada setiap tahapan dalam sintesis protein, meningkatkan tekanan turgor yang berhubungan langsung dengan membuka stomata, berperan dalam proses fotosintesis, terutama transpor fotosintat dan menstimulasi sintesis enzim Rubiscoi, meningkatkan proses pembelahan dan pembesaran seli, transport xilem dan floem, memelihara keseimbangan ionik dan mengatur aliran massa terhadap rnaterial dalarn floem dan menstimulasi sintesis enzirn Rubisco (Paulus et al, 2012).

Abu Jerami Padi

Jerami adalah bahan organik yang banyak tersedia dari kegiatan budidaya padi sawah. Jerami memiliki kandungan kalium yang sangat baik untuk kesuburan tanah. Pemberian jerami ketanah secara terus menerus dapat memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah (BPTP, 2010).


(27)

Untuk mempercepat hilangnya limbah jerami, petani sering membakar, atau pun membawa jerami keluar lahan usaha untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar, makanan ternak, bahan dasar biogas, media jemur merang maupun dijual untuk bahan basah industri kertas (Sutanto, 2002).

Hasil analisis dari kandungan abu jerami padi yang telah dilakukan adalah N 1.24 %, P2O5 0.32 %, K2O 6.16 %, C 42.58 %, K+ 16.84, Mg+ 0.94 (Asian Agri, 2015).

Tanah-tanah yang memiliki kendala terutama berkaitan dengan pH yang relatif rendah dan kekahatan hara mineral, untuk itu penggunaan abu tanaman terutama abu jerami padi yang banyak terdapat setelah panen merupakan alternatif yang cukup baik untuk mengatasi hal tersebut (Sudadi dan Atmaka, 2000).

Waktu Pemberian Pupuk

Pada prinsipnya pemupukan memperhatikan waktu aplikasi yang tepat. waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Jumini, et al., 2012).

Tanaman yang memperoleh unsur hara dalam jumlah yang optimum serta waktu yang tepat, maka akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Masalah waktu dan metode pemupukan melalui daun merupakan hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi tanaman dalam penyerapan unsur hara (Schroth dan Sinclair 2003).


(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Desa Serapuh Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun Pematangsiantar, yang dimulai dari bulan Juni - September 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah setek yang dipesan melalui balai penelitian dan pengembangan pertanian, abu jerami padi, pupuk Urea, SP-36, fungisida, insektisida serta bahan lain yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan adalah ember, cangkul, meteran, dan selang air, gembor serta alat lain yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I: Dosis Abu Jerami Padi (A): terdiri dari 4 taraf A1 = 10 g / tanaman

A2 = 20 g / tanaman A3 = 30 g / tanaman A4 = 40 g / tanaman

Faktor II : Waktu Pemberian Abu Jerami Padi (W): terdiri dari 2 taraf W1 = 2 Minggu Sebelum Tanam

W2 = 1 Minggu Sebelum Tanam W3 = Saat Tanam


(29)

Maka diperoleh 15 kombinasi perlakuan sebagai berikut :

A1W1 A1W2 A1W3

A2W1 A2W2 A2W3

A3W1 A3W2 A3W3

A4W1 A4W2 A4W3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar ulangan : 50 cm

Lebar plot : 110 cm

Panjang plot : 100 cm

Jumlah tanaman/plot : 6 tanaman Jumlah sampel /plot : 2 tanaman Jumlah seluruh sampel : 72 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 216 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear aditive dari rancangan percobaan yang digunakan :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i= 1,2,3 (r) j=1,2,3,4 (t) k=1,2,3 (t)

Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan pada blok ke – i dengan perlakuan dosis abu jerami padi ke – j, perlakuan waktu aplikasi ke – k

μ : Nilai tengah perlakuan

ρi : pengaruh blok pada taraf ke – i


(30)

βk : Pengaruh perlakuan waktu aplikasi (W) pada taraf ke – k

(αβ) jk : pengaruh interaksi antara abu jerami padi pada taraf ke-j dan waktu aplikasi

pada taraf ke - k

εijk : galat perlakuan pada blok ke – i yang mendapat perlakuan abu jerami padi

pada taraf ke – j ,dan waktu aplikasi pada taraf ke – k.

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan uji Duncan dengan taraf 5%.


(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan dan Pembuatan Bedengan

Lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma yang ada di lahan tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 35 cm. Setelah itu dibuat plot percobaan dengan lebar 110 cm dan panjang 100 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm, dengan media tanam yang digunakan adalah tanah lahan yang sudah digemburkan dan dicampur dengan kompos. Pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 35 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.

Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanam yang digunakan berupa setek yang dipesan langsung dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang. Bahan tanam yang digunakan yaitu ubi jalar varietas sari dengan panjang kira-kira 25 cm dan setiap setek memiliki 6-8 buku.

Aplikasi Abu Jerami Padi

Pengaplikasian abu jerami padi dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu 2 minggu sebelum tanam, 1 minggu sebelum tanam, dan saat tanam dengan dosis sesuai perlakuan yaitu 10 g, 20 g, 30 g dan 40 g. Pengaplikasian abu jerami padi dilakukan dengan cara mencampur abu jerami padi pada lubang tanam yang telah disediakan dan dicampur dengan tanah yang telah digemburkan terlebih dahulu. Penanaman


(32)

Setek pucuk ditanam tegak lurus dengan pangkal setek dibenamkan (1/3 bagian setek) sehingga tinggi 2/3 bagian setek di atas tanah, jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 30 cm. Setiap lubang ditanami dengan 1 setek.

Pemupukan

Takaran pupuk yang digunakan yaitu 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP36 dan pupuk kandang sapi 5 ton/ha. Pupuk kandang diberikan bersamaan pembuatan guludan. 1/3 dosis Urea serta seluruh SP36 diberikan pada saat tanam. Sedangkan sisanya, 2/3 Urea diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan. Aplikasi pupuk ditutup dengan tanah.

Panen

Dilakukan pemanenan setelah tanaman berumur 3,5 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikering anginkan dan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang tanaman.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Untuk menjaga ketersediaan air dan kelembaban pada tanah dilakukan penyiraman dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakuakan sesuai dengan kondisi dilapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam untuk menggantikan bibit yang tidak tumbuh atau mati. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan.


(33)

Bahan sisipan dipilih bibit tanaman bebas hama dan penyakit, untuk mengurangi resiko kematian.

Pengangkatan Batang

Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil. Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau pengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Selama penelitian terjadi serangan hama ulat dengan intensitas serangan jarang , hanya ada beberapa ulat ditemukan. Pengendalian dilakukan secara manual yaitu dengan membuang ulat tersebut. Sedangkan pengendalian penyakit tidak dilakukan karena tidak ada serangan penyakit pada tanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma sekaligus menggemburkan tanah setiap satu minggu sekali. Penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tanaman ubi jalar dijadikan inang hama .

Parameter Pengamatan Panjang Cabang Utama (cm)

Pengukuran panjang cabang utama diukur dari cabang utama tanaman ubi jalar, mulai dari pangkal batang sampai ketitik tumbuh. Pengukuran panjang cabang utama diukur setiap 1 minggu sekali dimulai dari 2 MST sampai 14 MST.


(34)

Jumlah Cabang Utama

Jumlah cabang dihitung dengan cara menghitung semua cabang yang tumbuh langsung dari batang utama. Jumlah cabang dihitung mulai dari 2 MST sampai 14 MST.

Jumlah Umbi Per Sampel (Umbi)

Jumlah umbi dihitung setelah tanaman dibongkar (dipanen). Umbi yang dihitung adalah setiap umbi yang berasal dari rumpun tanaman sampel.

Bobot Segar Umbi Per Sampel (g)

Umbi yang telah dibongkar dibersihkan dari kotoran-kotoran yang terdapat pada umbi. Selanjutnya ditimbang dengan timbangan 2 kg.

Bobot Kering Umbi Per Sampel (g)

Bobot kering umbi dihitung dengan cara umbi sampel yang telah dipanen dan ditimbang bobot segarnya kemudian dipotong-potong lalu dijemur dibawah sinar matahari selama 5 hari penuh untuk mendapatkan bobot kering umbi. Selanjutnya ditimbang dengan timbangan. (Lampiran 79 e).

Total Umbi Per Plot (Umbi)

Seluruh umbi dihitung selain sampel pada setiap plotnya. Kemudian ditambahkan dengan jumlah umbi sampel agar didapat jumlah umbi per plotnya. Bobot Segar Umbi Per Plot (g)

Bobot segar umbi selain sampel pada setiap plotnya dtimbang. Kemudian ditambahkan dengan bobot umbi segar sampel untuk mendapatkan bobot per plotnya.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Panjang Cabang Utama

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam panjang cabang utama disajikan pada Lampiran 7 sampai dengan 38. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perlakuan dosis abu jerami padi, waktu pemberian abu jerami padi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang cabang utama.

Rataan panjang cabang utama pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi pada umur 14 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang cabang utama terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi 14 MST

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---cm---

A1 = 10 136.95 155.40 146.83 146.39

A2 = 20 140.77 126.30 136.20 134.42

A3 = 30 119.00 123.80 109.38 117.39

A4 = 40 144.93 154.00 150.32 149.75

Rataan 135.41 139.88 135.68 136.99

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Tabel 1 menunjukkan bahwa panjang cabang utama tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi pada dosis 40 g yaitu 149.75 g dan terendah pada dosis 30 g yaitu 117.39 g. Pada perlakuan waktu abu jerami padi tertinggi pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 139.88 g dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 135.41 g. Pada kombinasi tertinggi pada kombinasi A1W2 yaitu 155.40 dan terendah pada kombinasi A3W3 yaitu 109.38.


(36)

Pertumbuhan panjang cabang utama 2-14 MST di lapangan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan panjang cabang utama 2-14 MST. Jumlah Cabang Utama (Cabang)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah cabang utama disajikan pada Lampiran 39 sampai dengan 68. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan dosis abu jerami padi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang utama tetapi waktu pemberian abu jerami berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang utama 5 dan 7 MST.

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Panj

ang

C

aba

ng

U

tam

a (

cm

)


(37)

Rataan jumlah cabang utama pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Jumlah cabang utama terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi 5 MST

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---cabang---

A1 = 10 2.16 1.33 2.00 1.83

A2 = 20 2.16 1.83 2.00 2.00

A3 = 30 2.33 1.33 2.00 1.88

A4 = 40 2.33 1.66 1.16 1.72

Rataan 2.25a 1.54b 1.79ab 1.86

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan dosis abu jerami padi, jumlah cabang tertinggi pada dosis 10 g yaitu 1.83 cabang dan terendah pada dosis 40 g yaitu 1.72 cabang. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi tertinggi pada waktu 2 minggu sebelum tanam yaitu 2.25 cabang dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 1.54 cabang. Kombinasi tertinggi terdapat pada kombinasi A3W1 dan A4W1 yaitu 2.33 dan terendah pada kombinasi A1W2 dan A3W2 yaitu 1.33.

Tabel 3. Jumlah cabang utama terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi 7 MST

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---cabang---

A1 = 10 2.66 2.16 2.16 2.33

A2 = 20 2.33 2.00 2.50 2.27

A3 = 30 2.50 1.83 2.00 2.11

A4 = 40 2.50 1.83 1.33 1.88

Rataan 2.50a 1.95b 2.00ab 2.15

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan dosis abu jerami padi, jumlah cabang tertinggi pada dosis 20 g yaitu 2.50 cabang dan terendah pada dosis 40 g yaitu 1.33 cabang. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi


(38)

tertinggi pada waktu 2 minggu sebelum tanam yaitu 2.50 cabang dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 1.96 cabang. Pada kombinasi tertinggi pada kombinasi A1W1 yaitu 2.66 dan terendah pada kombinasi A4W3 yaitu 1.33.

Pertumbuhan jumlah cabang utama 2-14 MST di lapangan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah cabang utama 2-14 MST. Jumlah Umbi per Sampel (umbi)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah umbi per sampel disajikan pada Lampiran 69 sampai dengan 70. Berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan dosis abu jerami padi, waktu pemberian abu jerami padi dan interaksi keduanya beperngaruh tidak nyata pada parameter jumlah umbi per sampel.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Juml

ah

C

aba

ng

Uta

ma


(39)

Rataan jumlah umbi per sampel pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah umbi per sampel terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---umbi---

A1 = 10 1.16 1.16 1.33 1.22

A2 = 20 1.16 1.50 1.50 1.38

A3 = 30 1.50 1.50 1.33 1.44

A4 = 40 1.16 1.50 1.33 1.33

Rataan 1.25 1.41 1.37 1.34

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan dosis abu jerami padi, jumlah umbi per sampel tertinggi pada 30 g yaitu 1.44 umbi dan terendah pada dosis 10 g yaitu 1.22 umbi. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi jumlah umbi per plot tertinggi pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 1.41 umbi dan terendah pada waktu 2 minggu sebelum tanam yaitu 1.25 umbi. Kombinasi tertinggi terdapat pada kombanasi A1W1, A2W1, A4W1 dan A1W2 yaitu 1.16 dan terendah pada kombinasi A1W3, A3W3 dan A4W3 yaitu 1.33.

Bobot Segar Umbi per Sampel (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam bobot segar umbi per sampel disajikan pada Lampiran 71 sampai dengan 72. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis abu jerami padi dan waktu pemberian abu jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar umbi per sampel, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata pada parameter bobot segar umbi per sampel.


(40)

Rataan bobot segar umbi per sampel pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot segar umbi per sampel terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi (minggu)

Rataan

W1 W2 W3

---g---

A1 = 10 275.00abc 165.00bc 291.67ab 243.89

A2 = 20 230.00abc 216.67abc 243.33abc 230.00 A3 = 30 231.67abc 215.00abc 246.67abc 231.11

A4 = 40 206.67abc 318.33a 148.33c 224.44

Rataan 235.83 228.75 232.50 232.36

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan dosis abu jerami padi tertinggi pada dosis 10 g dan terendah pada A4 yaitu 224.44 g, pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi tertinggi pada waktu 2 minggu sebelum tanam yaitu 235.83 g dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 228.75 g. Kombinasi tertinggi terdapat pada kombinsi A4W2 yaitu 318.33 g yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi A1W3 yaitu 291.67 dan terendah pada kombinasi A4W3 yaitu 148.33 g.

Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam bobot kering umbi per sampel disajikan pada Lampiran 73 sampai dengan 74. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis abu jerami padi, waktu pemberian abu jerami padi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel.


(41)

Rataan bobot kering umbi per sampel pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering umbi per sampel terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---g---

A1 = 10 60.67 44.17 64.67 56.50

A2 = 20 55.83 42.50 61.67 53.33

A3 = 30 50.50 52.00 50.67 51.06

A4 = 40 46.00 64.50 44.17 51.56

Rataan 53.25 50.79 55.29 53.11

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada dosis abu jerami padi, bobot kering umbi per sampel tertinggi pada dosis 10 g yaitu 56.50 g dan terendah pada dosis 30 g yaitu 51.06 g. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi bobot kering umbi per sampel tertinggi pada waktu saat tanam yaitu 55.29 g dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 50.79 g. Kombinasi tertinggi pada A1W3 yaitu 64.67 dan terendah pada A2W2 yaitu 42.50.

Total Umbi per plot (umbi)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam total umbi per plot disajikan pada Lampiran 75 sampai dengan 76. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis abu jerami padi, waktu pemberian abu jerami padi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter total umbi per plot.


(42)

Rataan total umbi per plot pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Total umbi per plot terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

(minggu) Rataan

W1 W2 W3

---umbi---

A1 = 10 6.67 7.00 6.33 6.67

A2 = 20 7.33 7.33 8.00 7.56

A3 = 30 7.33 6.33 8.33 7.33

A4 = 40 6.67 7.67 5.00 6.44

Rataan 7.00 7.08 6.92 7.00

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada dosis abu jerami padi, total umbi per plot tertinggi pada dosis 20 g yaitu 7.56 umbi dan terendah pada dosis 40 g yaitu 6.44 umbi. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi tertinggi pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 7.08 umbi dan terendah pada waktu saat tanam yaitu 6.92 umbi. Kombinasi tertinggi pada A3W3 8.33 dan terendah pada kombinasi A4W3 yaitu 5.00.

Bobot Segar Umbi per Plot (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam bobot segar umbi per plot disajikan pada Lampiran 77 sampai dengan 78. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perlakuan dosis abu jerami padi waktu pemberian abu jerami padi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.


(43)

Rataan bobot kering umbi per sampel pada berbagai dosis dan waktu pemberian abu jerami padi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot segar umbi per plot terhadap perlakuan dosis dan waktu pemberian abu jerami padi

Dosis Abu Jerami Padi (g)

Waktu Pemberian Abu Jerami Padi

Rataan

W1 W2 W3

---g---

A1 = 10 1246.67 903.33 1296.67 1148.89

A2 = 20 1051.67 1443.33 1330.00 1275.00

A3 = 30 1226.67 1066.67 1550.00 1281.11

A4 = 40 1158.33 1193.33 663.33 1005.00

Rataan 1170.83 1151.67 1210.00 1177.50

Keterangan: W1: 2 minggu sebelum tanam, W2: 1 minggu sebelum tanam, W3: Saat Tanam

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan dosis abu jerami padi parameter bobot segar umbi per plot tertinggi pada dosis 30 g yaitu 1281.11 dan terendah pada dosis 40 g yaitu 1005.00. Pada perlakuan waktu pemberian abu jerami padi bobot segar umbi per plot tertinggi pada waktu saat tanam yaitu 1210.00 g dan terendah pada waktu 1 minggu sebelum tanam yaitu 1151.67 g. Kombinasi tertinggi pada A3W3 yaitu 1550.00 g dan terendah pada kombinasi A4W3 yaitu 663.33 g.

Pembahasan

Pengaruh Dosis Abu Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa, dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.

Perlakuan dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang cabang utama dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 40 g (A4) yaitu 149.75 cm dan dosis abu jerami padi 30 g (A3) sebagai perlakuan terendah yaitu 117.39 cm. Dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada


(44)

parameter jumlah cabang dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 10 g (A1) yaitu 1.83 cabang dosis abu jerami padi 40 g (A4) sebagai perlakuan terendah yaitu 1.33 cabang. Dosis abu jerami padi juga berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 30 g (A3) yaitu 1.44 umbi, dosis abu jerami padi 10 g (A1) sebagai perlakuan terendah yaitu 1.22 umbi . Dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter bobot segar umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 10 g (A1) yaitu 243.89 g dosis abu jerami padi 40 g (A4) sebagai perlakuan terendah yaitu 224.44 g. Dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 10 g (A1) yaitu 56.50 g dosis abu jerami padi 30 g (A3) sebagai perlakuan terendah dengan rataan yaitu 51.06 g. Dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan total umbi per plot dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 10 g (A1) yaitu 7.56 umbi, dosis abu jerami padi 40g (A4) sebagai perlakuan terendah dengan rataan 6.44 umbi. Dosis abu jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar umbi per plot dengan rataan tertinggi pada perlakuan dosis abu jerami padi 30 g (A3) yaitu 1281.11 g dosis abu jerami padi 40 g (A4) sebagai perlakuan dengan rataan terendah yaitu 1005.00 g. Hal ini diduga karena dosis abu jerami padi yang mengandung banyak unsur kalium memberikan pengaruh posotif terhadap prtumbuhan tanaman ubi jalar. Takaran 30 g abu jerami padi sudah mencukupi unsur kalium bagi pertumbuhan tanaman ubi jalar, hal ini sesuai dengan literatur Djalil et al (2004) yang menyatakan bahwa kalium merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman penghasil


(45)

karbohidrat terutama tanaman ubi jalar. Sumber hara kalium dalam bentuk sisa pembakaran tanaman, misalnya abu jerami. Didukung oleh hasil analisis abu jerami padi bahwa hara kalium yang terkandung dalam abu jerami padi yang digunakan cukup tinggi yaitu 6.16%. Sejalan dengan Paulus dan Sumayku (2006), menunjukkan bahwa pupuk kalium dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dan pati umbi ubi jalar. Didukung oleh Rosmarkam dan Yuwono (2001) yang menyatakan bahwa kalium mempunyai fungsi antara lain yaitu membentuk dan mengangkat karbohidrat, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh dan kalium juga meningkatkan kualitas umbi, mengaktifkan enzim dan membantu perkembangan akar, dan sejalan dengan Paulus et al (2012) yang menyatakan bahwa Kalium berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar, bahwa terdapat lebih dari 50 jenis enzim di aktivasi oleh Kalium, contohnya untuk farmasi polimer dalam sintesis pati, dan dibutuhkan pada setiap tahapan dalam sintesis protein, meningkatkan tekanan turgor yang berhubungan langsung dengan membuka stomata, berperan dalam proses fotosintesis, terutama transpor fotosintat dan menstimulasi sintesis enzim Rubiscoi, meningkatkan proses pembelahan dan pembesaran sel, transport xilem dan floem, memelihara keseimbangan ionik dan mengatur aliran massa terhadap rnaterial dalarn floem dan menstimulasi sintesis enzirn Rubisco.

Pengaruh Waktu Pemberian Abu Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada semua parameter kecuali jumlah cabang 5 MST dan 7 MST.


(46)

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang cabang utama 2-14 MST dengan rataan tertinggi 14 MST pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 139.88 cm dan terendah pada perlakuan 2 minggu sebelum tanam yaitu 135.41 cm. Waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang 5 dan 7 MST. Pada 5 MST rataan tertinggi pada 2 minggu sebelum tanam (W1) yaitu 2.25 dan terendah pada 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 1.54. Pada 7 MST rataan tertinggi pada 2 minggu sebelum tanam (W1) yaitu 2.50 dan terendah pada 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 1.95. Hal ini dikarenakan pemberian abu jerami padi memerlukan waktu aplikasi yang tepat, berbedanya waktu aplikasi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Jumini et al (2012) yang menyatakan bahwa Pada prinsipnya pemupukan memperhatikan waktu aplikasi yang tepat. waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman.

Perlakuan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah umbi per sampel dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 1.42 terendah pada perlakuan 2 minggu sebelum tanam (W1) yaitu 1.25 . Pada perlakuan pemberian abu jerami padi juga diketahui berpengaruh tidak nyata pada parameter bobot segar umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada perlakuan 2 minggu sebelum tanam (W1) yaitu 235.83 g dan terendah pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 228.78 g. Perlakuan pemberian abu jerami padi juga berpengruh tidak nyata pada


(47)

parameter bobot kering umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada perlakuan saat tanam yaitu 55.29 g dan terendah pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 50.79 g. Perlakuan pemberian abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter total umbi per plot dengan rataan tertinggi pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 7.08 dan terendah pada perlakuan saat tanam (W3) yaitu 6.92. Perlakuan pemberian abu jerami padi berpengaruh tidak nyata pada parameter bobot segar umbi per plot dengan rataan tertinggi pada perlakuan pemberian abu jerami padi saat tanam (W3) yaitu 1210.00 g dan terendah pada perlakuan 1 minggu sebelum tanam (W2) yaitu 1151.67 g. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada kaitan antara waktu pemberian abu jerami padi dengan pertumbuhan tanaman, bedanya waktu pemberian abu jerami padi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, hal ini sesuai dengan literature (Jumini, 2012) yang menyatakan bahwa waktu pemupukan memperhatikan aplikasi yang tepat. Waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Didukung oleh Schroth dan Sinclair (2003) tanaman yang memperoleh unsur hara dalam jumlah yang optimum serta waktu yang tepat, maka akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Waktu aplikasi abu jerami padi dipengaruhi oleh faktor cuaca terutama hujan karena kalium sangat peka terhadap pencucian. Hal ini sesuai dengan literatur Haris dan Krestiani (2009) bahwa kalium merupakan unsur hara yang bergerak dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi.


(48)

Pengaruh Interaksi Dosis dan Waktu Pemberian Abu Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa interaksi dosis dan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar umbi per sampel.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam, interaksi dosis dan waktu pemberian abu jerami berpengaruh nyata pada parameter bobot segar umbi per sampel dengan rataan tertinggi pada kombinasi A4W2. Hal ini diduga karena dosis abu jerami padi sudah mencukupi bagi tanaman ubi jalar dan waktu pemberian abu jerami padi dengan waktu aplikasi 1 minggu sebelum tanam diduga menurunkan C/N dari abu jerami padi, sementara itu hasil analisis kandungan unsur C yaitu 42.58 %, dan N yaitu 1.24 % yang terdapat pada abu jerami padi sehingga rasio C/N yaitu 34.3, karena syarat bahan organik dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanaman yaitu < 20 perlu dilakukan pengomposan. Hal ini sesuai dengan Badan Litbang Pertanian (2013) yang menyatakan bahwa pada proses pengomposan, rasio C/N yang ideal antara 20-40 dengan kondisis terbaik 30. Setelah proses pengomposan selesai, rasio C/N antara 10-20.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dosis abu jerami padi tidak berpengaruh nyata pada semua parameter.

2. Perlakuan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang 5 dan 7 MST dan tidak nyata pada parameter panjang cabang utama 2-14 MST, jumlah cabang utama 2-14 MST (kecuali 5 dan 7 MST), jumlah umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, total umbi per plot, bobot segar umbi per plot. 3. Interaksi dosis dan waktu pemberian abu jerami padi berpengaruh nyata

terhadap parameter bobot segar umbi per sampel yaitu pada kombinasi A3W3 yaitu 1.550 g (15.5 ton per ha) dan berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang cabang utama, jumlah cabang utama, jumlah umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, total umbi per plot, bobot segar umbi per plot.

Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, disarankan agar budidaya ubi jalar dilakukan dengan menambahkan abu jerami padi sebagai sumber kalium dengan dosis 40 g per tanaman (2.4ton per ha) dan waktu pemberian 1 minggu sebelum tanam agar rasio C/N dari abu jerami padi dapat menyumbangkan hara bagi tanaman ubi jalar.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanti. T, 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu(Ipomoea batatas blackie) dengan variasi pengeringan. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Skripsi.

Badan Litbang Pertanian, 2013. Agroinovasi. Sinar Tani. Edisi 22-28 No. 3508 Tahun XLIII. Diakses tanggal 23 Oktober 2015.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010. Teknologi Budidaya Ubi Jalar. Sulsel Litbang. Deptan. Go. Id/ Diakses tanggal 20 Februari 2015. , 2011. Teknologi Budidaya Ubi Jalar. Sulsel

Litbang. Deptan. Go. Id/ Diakses tanggal 23 Mei 2014.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2012. Petunjuk Teknis Pengolahan Produksi UbiJalar. Provinsi Jawa Barat.

Djalil, M., Dasril J., Pardiansyah. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Pada Pemberian Beberapa Takaran Abu Jerami padi. J. Stigma 12 (2): 192-195.

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan S. Andani dan E.D. Purla Yanti. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Jedeng, I. W, 2011. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Lokal Ungu. Tesis Program Studi Pertanian Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Jumini., Hasinah HAR., Armis. 2012. Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Enviro Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.). J. Floratek 7: 133-140.

Kementrian Pertanian RI, 2014. Program dan Kegiatan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2015-2019. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Pertemuan Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2015, Jakarta.

Narullita. A, 2013. Pengamatan Sifat Fisik Ubi Jalar (Asal Gisting Kabupaten Tanggamus dan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan) Pada Dua Metode Penyimpanan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Skripsi.


(51)

Pulus, J. M, 2011. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Pada Pemupukan Kalium dan Penaungan Alami pada Sistem Tumpangsari dengan Jagung. J. Agrivigor 10(3): 260-271.

Paulus. J. M., Sumuyku. B. R. A., Sompotan. S., Medlama. R, 2012. Pengaruh Peningkatan Dosis Abu Pengasapan Kopra dan Pengurangan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L) Lum) Ringkas. S., 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Kentang

(Solanum tuberesum . L). Terhadap Pupuk Kalium dan Paklobutrazol. Program Studi Agronomi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Rubatzky V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia. ITB Press, Bandung. Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sartika. D, 2011. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Anorganik. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Sudadi dan W. Atmaka, 2000. Cara dan Dosis Penggunaan Abu Jerami Padi untuk Meningkatkan Hasil Kedelai pada Tanah Masam. Agrosains Vol 2 No 2.

Suhartina, 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Supartha. N. Y., Gede. W., Gede. M. A. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik Pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Universitas Udayana. Skripsi. Suriadikarta, D.A. dan A. Adimiharja. 2001. Penggunaan Pupuk Dalam Rangka

Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 20(4) 44-52.


(52)

Lampiran 1. Bagan Penelitian 110cm

100cm

50cm

A2W2

A1W3

A3W2 A3W1

A4W3

A1W1

A3W3

A4W2

A1W2

A2W1

A4W1

A2W3

A4W3 A1W2

A3W2 A2W1

A2W1 A2W3

A1W1

A1W2

A4W3

A2W2

A2W2

A3W3

A1W1

A4W2

A4W2 A1W3

A4W1

A3W1

A3W3

A3W2

A1W3 A4W1

A2W3 A3W1


(53)

Lampiran 2. Bagan Letak Tanaman Pada Plot

25 cm

100cm

110cm 20 cm

X 70cm X

30 cm

X X


(54)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 Persiapan Lahan x

2 Pembuatan Bedengan x

3 Persiapan Bahan Tanam x

4 Aplikasi abu Jerami Padi x x x

5 Penanaman x

6 Pemupukan x x

7 Pemeliharaan

Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Penyulaman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Pengangkatan Batang Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan 8 Pengendalian Hama dan

Penyakit Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

9 Pengamatan Parameter

Panjang Cabang

Utama(cm)

x x x x x x x x x x x x x

Jumlah Cabang (Cabang) x x x x x x x x x x x x x

Jumlah Daun (Helai) x x x x x x x x x x x x x

Panen x

Jumlah Umbi Per Sampel (Umbi)

x Bobot Segar Umbi Per

Sampel (g)

x Bobot Kering Umbi Per

Sampel (g)

x Total Umbi Per Plot

(Umbi)

x Bobot Segar Umbi Per

Plot (gr)


(55)

Lampiran 4. Deskripsi Tanaman Ubi Jalar Varietas Sari

Dilepas tanggal : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 525/Kpts/TP.240/10/2001

No. induk : MIS 104-1

Asal : Persil. Genjah Rante x Lapis Daya hasil : 30,0–35,0 t/ha

Umur panen : 3,5–4,0 bulan Tipe tanaman : Semi kompak Diameter buku ruas : Sangat tipis Panjang buku ruas : Pendek Warna dominan sulur : Hijau

Bentuk kerangka daun : Segitiga samasisi

Kedalam cuping daun : Tepi daun berlekuk dangkal Jumlah cuping daun : Bercuping lima

Bentuk cuping pusat : Lancelatus Ukuran daun dewasa : Kecil

Warna tulang daun : Hijau (bagian bawah)

Warna daun dewasa : Hijau dg ungu melingkari tepi daun Warna daun muda : Agak ungu

Panjang tangkai daun : Sangat pendek

Bentuk umbi : Bulat telur melebar pada ujung umbi Pertumbuhan umbi : Terbuka

Panjang tangkai umbi : Sangat pendek Warna kulit umbi : Merah

Warna daging umbi : Kuning tua

Rasa umbi : Enak dan manis

Kadar bahan kering : 28%

Kadar serat : 1,63%

Kadar protein : 1,91%

Kadar gula : 5,23%

Kadar pati : 32,48%

Kadar beta karotin : 380,92 mg/100 g Kadar vitamin C : 21,52 mg/100 g

Ketahanan thd hama : Agak tahan boleng (Cylas formicarius) dan tahan hama penggulung daun

Ketahanan thd penyakit : Tahan kudis) dan bercak daun (Cercospora sp.) Pemulia : St. A. Rahayuningsih, Sutrisno, Gatot S, dan Joko Restuono


(56)

Lampiran 5. Analisis Tanah

RESEARCH AND DEVELOPMENT

PT NUSA PUSAKA KENCANA ANALYTICAL & QC LABORATORY P.O Box 35 Bahilang Estate – Tebing Tinggi Deli 20600 –n North Sumatera Indonesia

Telp. (0621) 21511 – Fax. ()621) 22070

Applicant : Gusti Handayani No. Of Sample:

Address : Huta 1 Serapuh Date Of Issue : 20/03/15

RT. 003 RW. 001 Ref. No :021/RD-EX/S/MAR/15

Phone : 081370313786

Email : pebriargandi@yahoo.com

Ref. Order (Date):014/R&D/Gusti/03/15, (02/03/15

Date : 02/03/15

No. Lab ref

Code sampel

N C

1 M In 25

pH

Pmg

C Mol Mg kg avp

cec

Ex p k

H2o Brai ii

Ca Mg K


(57)

Lampiran 6. Analisis Abu Jerami Padi

RESEARCH AND DEVELOPMENT

PT NUSA PUSAKA KENCANA ANALYTICAL & QC LABORATORY P.O Box 35 Bahilang Estate – Tebing Tinggi Deli 20600 –n North Sumatera Indonesia

Telp. (0621) 21511 – Fax. ()621) 22070

Applicant : Gusti Handayani No. Of Sample:

Address : Huta 1 Serapuh Date Of Issue : 20/03/15

RT. 003 RW. 001 Ref. No :308/RD-EX/F/MAR/15

Phone : 081370313786

Email : pebriargandi@yahoo.com

Ref. Order (Date):014/R&D/Gusti/03/15, (02/03/15

Date : 02/03/15

No. Lab. Ref Type Fertilizer Parameter Result Test Method

1. 15f01934 Abu Jerami Padi Moisture N

P2O5 In 25% HCl K2O In 25% HCl Org. Carbon Exch. K Exch. Mg CEC P-Bray II pH 8.91 % 1.24 % 0.32% 6.16 % 42.58%

16.84 C mol kg -1 0.94C mol kg -1 17.89 C mol kg -1 1.57 ppm

10.50

Oven (10±2oC) Kjeldhal Spectrophotometry Flamephotometry Ashing Flamephotometry AAS Titrimetry Spectrophotometry Electrometry


(58)

Lampiran 7. Data pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 0.00 0.85 0.25 1.10 0.37

A1W2 0.25 0.15 0.00 0.40 0.13

A1W3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A2W1 0.00 0.00 1.75 1.75 0.58

A2W2 0.25 0.75 0.00 1.00 0.33

A2W3 0.50 1.00 0.00 1.50 0.50

A3W1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

A3W2 0.00 0.00 0.10 0.10 0.03

A3W3 1.15 0.00 0.00 1.15 0.38

A4W1 0.00 0.00 0.75 0.75 0.25

A4W2 0.50 0.00 1.00 1.50 0.50

A4W3 0.50 0.50 0.50 1.50 0.50

Total 3.15 3.25 4.35 10.75

Lampiran 8. Data pengamatan Panjang Cabang Utama (cm) 2 MST Transformasi

√x + 0.5

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 0.71 1.16 0.87 2.74 0.91

A1W2 0.87 0.81 0.71 2.38 0.79

A1W3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

A2W1 0.71 0.71 1.50 2.91 0.97

A2W2 0.87 1.12 0.71 2.69 0.90

A2W3 1.00 1.22 0.71 2.93 0.98

A3W1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

A3W2 0.71 0.71 0.77 2.19 0.73

A3W3 1.28 0.71 0.71 2.70 0.90

A4W1 0.71 0.71 1.12 2.53 0.84

A4W2 1.00 0.71 1.22 2.93 0.98

A4W3 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00


(59)

Lampiran 9. Sidik ragam Panjang Cabang Utama 2 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 0.07 0.04 0.16 3.44 tn

Perlakuan 11 1.48 0.13 0.60 2.26 tn

A 3 0.78 0.26 1.16 3.05 tn

W 2 0.06 0.03 0.12 3.44 tn

A X W 6 0.64 0.11 0.48 2.55 tn

Galat 22 4.94 0.22

Total 35 6.49 0.19

FK= 3.21 KK = 158.63%

Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 10. Sidik ragam Panjang Cabang Utama 2 MST Transformasi √x + 0.5

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 0.01 0.01 0.11 3.44 tn

Perlakuan 11 0.40 0.04 0.65 2.26 tn

A 3 0.21 0.07 1.29 3.05 tn

W 2 0.01 0.01 0.13 3.44 tn

A X W 6 0.17 0.03 0.51 2.55 tn

Galat 22 1.22 0.06

Total 35 1.63 0.05

FK= 27.12 KK =27.13%


(60)

Lampiran 11. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 0.00 2.50 3.00 5.50 1.83

A1W2 0.35 1.00 0.50 1.85 0.62

A1W3 0.50 0.60 0.35 1.45 0.48

A2W1 0.10 0.25 3.75 4.10 1.37

A2W2 0.85 1.85 0.50 3.20 1.07

A2W3 0.85 2.25 0.00 3.10 1.03

A3W1 0.10 1.00 0.00 1.10 0.37

A3W2 1.00 0.00 0.75 1.75 0.58

A3W3 3.60 0.60 0.25 4.45 1.48

A4W1 0.50 0.05 1.50 2.05 0.68

A4W2 1.00 0.75 3.25 5.00 1.67

A4W3 2.00 1.50 1.75 5.25 1.75

Total 10.85 12.35 15.60 38.80

Lampiran 12. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 3 MST Transformas

√x + 0.5

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 0.71 1.73 1.87 4.31 1.44

A1W2 0.92 1.22 1.00 3.15 1.05

A1W3 1.00 1.05 0.92 2.97 0.99

A2W1 0.77 0.87 2.06 3.70 1.23

A2W2 1.16 1.53 1.00 3.69 1.23

A2W3 1.16 1.66 0.71 3.53 1.18

A3W1 0.77 1.22 0.71 2.71 0.90

A3W2 1.22 0.71 1.12 3.05 1.02

A3W3 2.02 1.05 0.87 3.94 1.31

A4W1 1.00 0.74 1.41 3.16 1.05

A4W2 1.22 1.12 1.94 4.28 1.43

A4W3 1.58 1.41 1.50 4.50 1.50


(61)

Lampiran 13. Sidik ragam Panjang Cabang Utama 3 MST

SK Db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 0.98 0.49 0.37 3.44 tn

Perlakuan 11 9.27 0.84 0.63 2.26 tn

A 3 1.54 0.51 0.38 3.05 tn

W 2 0.25 0.13 0.09 3.44 tn

A X W 6 7.48 1.25 0.93 2.55 tn

Galat 22 29.49 1.34

Total 35 39.75 1.14

FK= 41.82 KK = 107.42%

Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 14. Sidik ragam Panjang Cabang Utama 3 MST Transformasi √x + 0.5

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 0.10 0.05 0.27 3.44 tn

Perlakuan 11 1.27 0.12 0.61 2.26 tn

A 3 0.29 0.10 0.52 3.05 tn

W 2 0.05 0.02 0.13 3.44 tn

A X W 6 0.92 0.15 0.82 2.55 tn

Galat 22 4.12 0.19

Total 35 5.49 0.16

FK= 51.31 KK = 36.26%


(62)

Lampiran 15. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 0.60 3.35 6.00 9.95 3.32

A1W2 0.70 3.75 3.85 8.30 2.77

A1W3 5.40 3.60 5.50 14.50 4.83

A2W1 1.25 4.25 11.10 16.60 5.53

A2W2 2.60 5.50 1.60 9.70 3.23

A2W3 1.80 6.45 1.50 9.75 3.25

A3W1 3.50 4.20 1.65 9.35 3.12

A3W2 4.20 2.50 1.10 7.80 2.60

A3W3 5.05 9.35 3.45 17.85 5.95

A4W1 2.00 4.35 4.75 11.10 3.70

A4W2 3.80 4.10 6.05 13.95 4.65

A4W3 5.65 3.75 9.00 18.40 6.13

Total 36.55 55.15 55.55 147.25

Lampiran 16. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 4 MST Transformasi √x + 0.5

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 1.05 1.96 2.55 5.56 1.85

A1W2 1.10 2.06 2.09 5.24 1.75

A1W3 2.43 2.02 2.45 6.90 2.30

A2W1 1.32 2.18 3.41 6.91 2.30

A2W2 1.76 2.45 1.45 5.66 1.89

A2W3 1.52 2.64 1.41 5.57 1.86

A3W1 2.00 2.17 1.47 5.63 1.88

A3W2 2.17 1.73 1.26 5.16 1.72

A3W3 2.36 3.14 1.99 7.48 2.49

A4W1 1.58 2.20 2.29 6.07 2.02

A4W2 2.07 2.14 2.56 6.78 2.26

A4W3 2.48 2.06 3.08 7.62 2.54


(63)

Lampiran 17. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 4 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 19.64 9.82 1.71 3.44 tn

Perlakuan 11 53.08 4.83 0.84 2.26 tn

A 3 7.16 2.39 0.41 3.05 tn

W 2 18.48 9.24 1.60 3.44 tn

A X W 6 27.44 4.57 0.79 2.55 tn

Galat 22 126.67 5.76

Total 35 199.39 5.70

FK= 602.29 KK = 58.67%

Keterangan : tn = tidak nyata

Lampiran 18. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 4 MST Transformasi √x + 0.5

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 1.17 0.59 1.93 3.44 tn

Perlakuan 11 2.81 0.26 0.84 2.26 tn

A 3 0.51 0.17 0.56 3.05 tn

W 2 0.99 0.50 1.63 3.44 tn

A X W 6 1.30 0.22 0.71 2.55 tn

Galat 22 6.69 0.30

Total 35 10.67 0.30

FK= 154.58 KK = 26.61%


(64)

Lampiran 19. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 12.60 15.80 14.65 43.05 14.35

A1W2 2.60 12.00 20.55 35.15 11.72

A1W3 13.10 9.25 17.90 40.25 13.42

A2W1 9.25 12.15 16.35 37.75 12.58

A2W2 10.95 13.15 13.80 37.90 12.63

A2W3 4.75 14.95 11.20 30.90 10.30

A3W1 10.85 11.90 9.50 32.25 10.75

A3W2 10.55 11.80 8.40 30.75 10.25

A3W3 10.25 20.80 14.05 45.10 15.03

A4W1 8.05 14.70 16.55 39.30 13.10

A4W2 8.25 18.75 13.15 40.15 13.38

A4W3 11.75 10.80 26.60 49.15 16.38

Total 112.95 166.05 182.70 461.70

Lampiran 20. Sidik ragam Panjang Cabang Utama 5 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 221.16 110.58 6.33 3.44 *

Perlakuan 11 117.71 10.70 0.61 2.26 tn

A 3 35.02 11.67 0.67 3.05 tn

W 2 19.47 9.74 0.56 3.44 tn

A X W 6 63.22 10.54 0.60 2.55 tn

Galat 22 384.16 17.46

Total 35 723.04 20.66

FK = 5921.30 KK = 32.58%

Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata


(65)

Lampiran 21. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 17.85 25.40 23.75 67.00 22.33

A1W2 8.05 21.00 35.70 64.75 21.58

A1W3 24.55 21.15 24.05 69.75 23.25

A2W1 23.80 20.65 24.60 69.05 23.02

A2W2 17.35 30.95 22.50 70.80 23.60

A2W3 13.60 23.30 22.00 58.90 19.63

A3W1 16.75 30.60 26.05 73.40 24.47

A3W2 25.00 24.20 19.75 68.95 22.98

A3W3 18.15 41.00 27.95 87.10 29.03

A4W1 22.70 28.80 33.80 85.30 28.43

A4W2 14.60 35.35 21.80 71.75 23.92

A4W3 24.00 19.45 30.70 74.15 24.72

Total 226.40 321.85 312.65 860.90

Lampiran 22. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 6 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 462.07 231.03 6.02 3.44 *

Perlakuan 11 228.14 20.74 0.54 2.26 tn

A 3 101.93 33.98 0.89 3.05 tn

W 2 15.34 7.67 0.20 3.44 tn

A X W 6 110.88 18.48 0.48 2.55 tn

Galat 22 843.77 38.35

Total 35 1533.98 43.83

FK= 20587.47 KK = 25.90%

Keterangan : tn = tidak nyata *= nyata


(66)

Lampiran 23. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 24.65 38.05 30.20 92.90 30.97

A1W2 21.60 32.90 48.00 102.50 34.17

A1W3 30.35 39.95 48.05 118.35 39.45

A2W1 43.40 40.50 39.40 123.30 41.10

A2W2 27.15 54.20 31.35 112.70 37.57

A2W3 23.35 41.80 52.55 117.70 39.23

A3W1 26.50 49.25 47.45 123.20 41.07

A3W2 42.90 35.65 29.15 107.70 35.90

A3W3 28.35 56.55 42.15 127.05 42.35

A4W1 62.30 49.50 62.75 174.55 58.18

A4W2 26.55 57.05 38.30 121.90 40.63

A4W3 27.75 30.90 42.80 101.45 33.82

Total 384.85 526.30 512.15 1423.30

Lampiran 24. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 7 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 1011.49 505.74 5.62 3.44 *

Perlakuan 11 1541.42 140.13 1.56 2.26 tn

A 3 394.40 131.47 1.46 3.05 tn

W 2 211.45 105.72 1.17 3.44 tn

A X W 6 935.57 155.93 1.73 2.55 tn

Galat 22 1980.35 90.02

Total 35 4533.26 129.52

FK= 56271.75 KK= 24.00%

Keterangan : tn = tidak nyata *= nyata


(67)

Lampiran 25. Data pengamatan Panjang Cabang Utama 8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 44.65 56.60 46.65 147.90 49.30

A1W2 44.60 52.80 75.95 173.35 57.78

A1W3 42.10 65.20 77.20 184.50 61.50

A2W1 73.10 81.85 43.45 198.40 66.13

A2W2 39.70 75.80 39.95 155.45 51.82

A2W3 37.80 54.85 83.65 176.30 58.77

A3W1 35.95 56.45 68.80 161.20 53.73

A3W2 65.90 44.75 40.80 151.45 50.48

A3W3 42.20 68.70 52.55 163.45 54.48

A4W1 65.05 71.20 79.65 215.90 71.97

A4W2 49.45 88.55 44.05 182.05 60.68

A4W3 36.55 42.60 54.80 133.95 44.65

Total 577.05 759.35 707.50 2043.90

Lampiran 26. Sidik Ragam Panjang Cabang Utama 8 MST

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 1470.53 735.26 3.08 3.44 tn

Perlakuan 11 1927.54 175.23 0.73 2.26 tn

A 3 227.68 75.89 0.32 3.05 tn

W 2 222.25 111.13 0.47 3.44 tn

A X W 6 1477.61 246.27 1.03 2.55 tn

Galat 22 5255.02 238.86

Total 35 8653.09 247.23

FK= 116042.42 KK = 27.22%


(1)

Lampiran 77. Data Pengamatan Bobot Segar Umbi per Plot (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A1W1 1490 1190 1060 3740.00 1246.67

A1W2 710 1210 790 2710.00 903.33

A1W3 630 1710 1550 3890.00 1296.67

A2W1 1050 1410 695 3155.00 1051.67

A2W2 1830 1830 670 4330.00 1443.33

A2W3 1030 1250 1710 3990.00 1330.00

A3W1 970 1750 960 3680.00 1226.67

A3W2 1140 910 1150 3200.00 1066.67

A3W3 1290 2110 1250 4650.00 1550.00

A4W1 1370 1150 955 3475.00 1158.33

A4W2 1430 1000 1150 3580.00 1193.33

A4W3 530 590 870 1990.00 663.33

Total 13470.00 16110.00 12810.00 42390.00 Lampiran 78. Sidik Ragam Bobot Segar Umbi per Plot

SK db JK KT F hit. F .05 Ket

Blok 2 508200.00 254100.00 1.88 3.44 tn

Perlakuan 11 1867058.33 169732.58 1.26 2.26 tn

A 3 457347.22 152449.07 1.13 3.05 tn

W 2 21216.67 10608.33 0.08 3.44 tn

A X W 6 1388494.44 231415.74 1.71 2.55 tn

Galat 22 2972566.67 135116.67

Total 35 5347825.00 152795.00

FK= 49914225.00 KK = 31.22%


(2)

Lampiran 79. Dokumentasi Foto Penelitian a. Lahan Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)