STRATEGI POSITIONING TVRI STASIUN DI YOGYAKARTA SEBAGAI LEMBAGA PENYIAR PUBLIK PASCA PERUBAHAN LOGO TAHUN 2015

(1)

STRATEGI POSITIONING TVRI STASIUN DI YOGYAKARTA SEBAGAI LEMBAGA PENYIAR PUBLIK PASCA PERUBAHAN

LOGO TAHUN 2015

(TVRI Stasiun Yogyakarta Positioning Strategies In Institutions Public Broadcaster After Changes Logo In 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Mohamad Nurul Pamungkas 20120530189

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Mohamad Nurul Pamungkas Nomor Mahasiswa : 20120530189

Progam Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Broadcasting

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI POSITIONING TVRI STASIUN D.I YOGYAKARTA PASCA PERUBAHAN LOGO 2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 15 Desember 2016


(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah... Ungkapan rasa syukurku pada-Mu ya Allah SWT atas segala ridhaMu untuk dalam meyelesaikan Skripsi ini. Segenap cintaku Persembahkan kepadaMU baginda Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah membawa agamaku dari jurang kebodohan menuju kehidupan yang indah ini.

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku persembahkan karya kecil ini untuk Mamahku Tercinta Sri Dikasiana dan Babehku Terbaik Suyoto yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tiada henti untuk aku, segala dukungan dan cinta kasihnya yang tak terhingga yang tiada mungkin akan ku balas dengan hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan rasa cinta dan persembahan. Hari ini aku berhasil membuktikan aku bertanggung jawab pada diriku sendiri dan aku menghargai kerja keras kalian hingga aku sampai pada posisi ini. Hanya doa setelah sholatku yang dapat aku berikan untuk membalas semua jasa-jasamu. Sebagai rasa sayang dan cinta kasih yang paling banyak ku persembahkan kepada keluarga besar Suyoto Babehku Tercinta, Sridikasiana Ibuku Tercinta dan Terbaik Terkasih Sayang, Taufik Surya Nugraha sebagai Kakaku yang Terbaik dan menjadi panutan, Dwiana Rahmawati yang tersabar dan suka Memberikan motivasi kecil yang membakar, Fikri Nurhakim Nugraha yang menjadi pesemangat penulis dan pemberi ide-ide gila, dan Seluruh Keluarga Besar Suyuoto yang telah memberikan dukungan moral yang penuh. Terimakasih.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, Amin.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Strategi Positioning TVRI Stasiun D.I Yogyakarta Pasca Perubahan Logo pada tahun 2015”.

Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi TVRI Stasiun Yogyakarta dalam mendeskripsikan positoning-nya dan apa hambatan dalam melakukan positoning-nya dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ibu Dr. Suciati, S.Sos, M.Si Selaku doesen pembimbing yang paling sabar dan menjadi motivasi tersendiri bagaimana caranya memberikan solusi .

2. Kepada Dosen Penguji Budi Dwi Arifianto, S.Sn, M.Sn. Selaku dosen penguji yang sudah memberian wawasan yang luas tentang dunia Broadcasting.

3. Kepada Mba Ayu Amalia, S.Sos, M.Si. yang menjadi Dosen Penguji paling tenang dan sangat baik ,dosen yang paling mengerti mahasiswa.


(5)

selama perkuliahan.

5. Staf dan Karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi UMY yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skrispsi ini.

6. Mamahku Tercinta Sridikasiana S.Pd dan Babehku Terbaik Suyoto. S.Pd, M.Pd yang telah memberikan kasih sayang tulus, do’a, moril dan materil kepada anak Bontotmu ini.

7. Taufik Surya Nugraha sebagai Kakaku yang Terbaik dan menjadi panutan, Dwiana Rahmawati yang tersabar dan suka Memberikan motivasi kecil yang membakar, Fikri Nurhakim Nugraha yang menjadi pesemangat penulis dan pemberi ide-ide gila.

8. Mbah Kakung Noto Sugiarto semoga mbah disana sehat selalu dan mendapat tempat terbaik disana dan semoga mbah Putri sehat selalu diberikan Umur Panjang serta Bule-Bule, Budhe-Budhe yang memberika doa terbaik untuk nurul.

9. Annisa Diana Haq, Terimakasih telah menjadi penawar letih belakangan tahun ini, Jangan Capek ya kalo disuruh sharing, yang sabar-sabar hadapi aku ayy dan telah membantu banyak dalam proses skripsi ini sehingga dapat terselsaikan. Kamu Joss ay!

10.Juang M Nugraha terimkasih bos GNFI banyak bantu dalam sharing ilmu dan faktor menjadi pingin cepat lulus.

11.Seluruh Teman-Teman dekat terbaik Fatur Al-Bashori, Leonardo Adamy, Holy Lathifa, Sintha Puspita, Royyan, Slamet Arifin, Oben Tabela, Renita Karina, Risang Puspita, Kasyfi, Hezeni Lubis, Ary Prastyo, Andi Arapa, Fathiyakan Muntazari, Debby Puspita, Intan P, Keken, Alif, Bos Reza, Bro Ardiansyah menjadi teman 4 tahun yang tidak terasa Jabat Erat buat kalian. Whats next?

12.Kepada teman-teman kelas E baik yang ada maupun yang mengilang entah kemana semoga kalian lulus 2017 ini ya. Amin


(6)

13.Koncoku Maen PES dan Buat Indomie bareng Andre, Ucrit, Fajar, Iwan, Dayat dan seluruh Konco-konco Swat Jogja Farah, Atin, Jawad, Quratu Terimakasih , pertemanan kita fix 10 Tahun.

14.Teman-Teman Broadcasting 2012, semoga pertemanan kita berlanjut sampai bekerja ya. 15.Pihak TVRI Jogja Bapak Maryanta, Bapak RM. Kris dan Tentunya Pak Anang, Terimakasih

karena ternyata bapak-bapak ini sangat Supel, Sederhana dan Mengayomi sehingga pun skripsi ini bisa terselsaikan.

16.Teman-Teman UKM Musik UMY yang amazing dan Gila. 17.Teman –Teman Cinema Komunikasi UMY, kalian luar biasa. 18.Teman-Teman KKN 95

19.Teman-teman angkatan Ilmu Komunikasi 2012.

20.Keluarga besarku, sahabat-sahabatku serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi motivasi, bantuan dan kemudahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Teori ... 12

1. Konsep Strategi ... 12

2. Konsep Segmentasi, Targeting, Positioning, Formatting, Programming ( S-T-P-F-P) ... 13

F. Metode Penelitian ... 22

1. Jenis Penelitian ... 23

2. Lokasi Penelitian ... 23

3. Teknik Pengambilan Informan ... 23

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

BAB II GAMBARAN UMUM STASIUN TVRI YOGYAKARTA ... 31

A. Sejarah Stasiun Televisi TVRI... 31

1. Sejarah Televisi Republik Indonesia ... 31


(8)

3. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan TVRI ... 35

4. Tujuan Penyiaran TVRI ... 36

5. Tujuan dan Sasaran ... 37

6. Tugas TVRI sebagai Televisi Publik ... 37

7. Arti Logo TVRI ... 39

8. TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 42

9. Prestasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 47

10.Pola Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 48

11.Jangkauan Siaran ... 50

12.Target Audiens ... 51

13.Fungsi Publik ... 52

14.Program Kerja TVRI ... 52

15.Kondisi Pegawai ... 53

16.Jobs Describtion Produk Siaran TVRI ... 54

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sajian Data ... 59

1. Latar Belakang Strategi Posiotioning ... 59

2. Segmentasi ... 62

3. Targeting ... 65

4. Posiotioning ... 68

B. Perwujudan Perubahan pada TVRI Jogja Tahun 2015 ... 69

C. Persiapan Untuk Pendukung Strategi Posiotioning TVRI Jogja ... 78

D. Tanggapan Masyarakat dari Posiotioning TVRI Jogja ... 82

E. Formating ... 83

F. Programing ... 86

a. Penyesuaian Dengan Tugas TVRI sebagai Lembaga Penyiar Publik ... 86

b. Sajian Program-program TVRI Jogja ... 88

G. Analisis Data ... 99

1. Segmentasi ... 99


(9)

3. Positioning ... 105

4. Formating ... 115

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Kepala TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 43

Tabel 2.2 Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 50

Tabel 2.3 Kondisi Pegawai ... 53

Tabel 3.1 Profile Demografi Pemirsa TVRI Jogja ... 64

Tabel 3.2 Target Pemirsa TVRI Jogja ... 67

Tabel 3.3 Profile Data Penonton Acara TVRI Jogja ... 88

Tabel 3.4 Program TVRI Jogja Pangkur Jengkleng ... 89

Tabel 3.5 Program TVRI Jogja Angkringan ... 90

Tabel 3.6 Program TVRI Jogja Taman Gabusan ... 91

Tabel 3.7 Program TVRI Jogja Ranah Publik ... 92

Tabel 3.8 Program TVRI Jogja Kethoprak ... 93


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Analisis Interaktif: Miles dan Hubberman ... 28

Gambar 2.1 Logo Baru TVRI Jogja Sesuai Branding Baru Yogyakarta ... 42

Gambar 2.2 Struktur Organisasi TVRI Yogyakarta ... 45

Gambar 2.3 Pola Acara Stasiun D.I. Yogyakarta ... 49

Gambar 3.1 Logo Lama TVRI Jogja ... 70

Gambar 3.2 Logo Baru TVRI Jogja ... 70

Gambar 3.3 Screen Shot Versi Pertama Stasiun TVRI yang Baru TVRI Jogja “Pancen Istimewa” ... 72

Gambar 3.4 Versi Kedua Stasiun ID TVRI Jogja TVRI Jogja “Pancen Istimewa” ... 72

Gambar 3.5 Live Streaming TVRI Jogja ... 74

Gambar 3.6 Tampilan Facebook TVRI Jogja ... 75

Gambar 3.7 Tampilan Twitter TVRI Jogja ... 75

Gambar 3.8 Poster Lomba di TVRI Jogja ... 76

Gambar 3.9 poster Kegiatan HUT RI 2016 ... 77

Gambar 3.10 Poster Audisi Presenter TVRI Jogja Dalam Meningkatkan Kualitas SDM ... 79

Gambar 3.11 Pewajiban Pakaian Dinas Oleh Kepala Stasiun TVRI Jogja Tahun 2016 80

Gambar 3.12 Promosi Program TVRI Jogja Melalui Media Sosial ... 81


(12)

(13)

ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Broadcasting

Mohamad Nurul Pamungkas 20120530189

STRATEGI POSITIONING TVRI STASIUN D.I YOGYAKARTA

SEBAGAI LEMBAGA PENYIAR PUBLIK PASCA PERUBAHAN LOGO TAHUN 2015

Tahun Skripsi : 2016 + 123 hal

Daftar Pustaka:21 Buku + 4 Jurnal + 4 Sumber Website + 2 Skripsi + 1 Sumber Lain

Penelitian ini menganalisi strategi positioning TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sebagai Lembaga Penyiar Publik pasca perubahan logo tahun 2015. Dengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaiamana TVRI D.I Stasiun Yogyakarta melakukan Positioning dan mengetahui hambatan/kendala TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dalam melakukan strategi positioningnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneltian ini akan menjelaskan, mengambarkan dan menganalisa dan menguraikan segala seseutu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan objek penelitian yaitu TVRI Stasiun D.I Yogyakarta.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep besar positioning TVRI Stasiun D.I Yogyakarta adalah dekat dengan masyarakat. Dalam melakukan segmentasi dan target penontonya berpatokan pada PP No 13 tahun 2005 yaitu harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Dalam penentuan segmentasi dan targetnya agar merata TVRI Jogja membedakannya menjadi tiga kategori program yaitu program share yang tinggi, nilai kepublikan yang tinggi dan komersil.

“Jogja Memang Istimewa” merupakan langkah untuk membuat stasiun image yang baru dalam upaya sebuah re-branding TVRI Jogja ditahun 2015. Agar efektif TVRI Stasiun D.I Yogyakarta juga mendekatkan diri kepada budayawan, akademis dan pelajar dengan melibatkan mereka di setiap format acaranya dengan tujuan tidak lain untuk mengimplementasikan konsep besar positioning-nya yaitu dekat dengan masyarakat.

Kata Kunci : Positioning, Lembaga Penyiar Publik, Re-Branding.


(14)

ABSTRACT Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Communication Science Program Concentration Broadcasting Mohamad Nurul Pamungkas 20120530189

TVRI STASIUN YOGYAKARTA POSITIONING STRATEGIES IN INSTITUTIONS PUBLIC BROADCASTER AFTER CHANGES LOGO IN 2015

Thesis Year : 2016 + 123 page

Resource Library : 21 Books + 4 Juornal + 4 Online Source + 2 Thesis + 1 Other Source.

This study analyzed the positioning strategy TVRI D.I Yogyakarta as the Institute for Public Broadcaster after change of logo in 2015. The purpose of this study was to determine and describe how your D.I TVRI Yogyakarta Station did Positioning and determine barriers / constraints TVRI D.I. Yogyakarta in doing strategy.

The method used in this research is descriptive qualitative research method for this research will explain, portray and analyze and decipher everything related to the problems examined with the object of research is D.I station TVRI Yogyakarta.

Research by disclosing that big concept is nearby with 'society, culture nearby yogyakarta and poured hearts with concept program. in doing segmentation and target spectators tvri yogyakarta d.i based on government regulation no. 13 year 2005 should all levels of community. in the determination of segmentation and target so evenly tvri yogyakarta being distinguish three categories program the high sharing program, value the high and in order to ensure the commercial future tvri yogyakarta has spectators without leaving its status as an institution of public broadcasters. "joga memang istimewa" re-branding a step to review images the new station make hearts efforts an tvri yogyakarta year 2015. to effectively tvri yogyakarta also shown to the self closer cultural, academic and involve them in the student with each with format event of interest other not to review implementing the concept of positioning his big namely near with society.

Keyword: Positioning, Institutions Public Broadcaster, Re-Branding.


(15)

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setelah pemerintah memberikan ijin penyiaran swasta pada tahun 1980-an dengan pertimbangan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagai perwujudan hak asasi manusia, industri pertelevisan di Indonesia menjadi sangat berkembang. Ditandai dengan jumlah televisi di Indonesia yang terus bermunculan dan dunia pertelevisian yang satu dan yang lainya saling berlomba menyuguhkan program siaran yang menarik sehingga dapat menarik penonton dalam jumlah yang banyak.

Stasiun televisi swasta pertama kali hadir di Indonesia pada 1987 setelah 25 tahun sebelumnya hanya ada satu stasiun televisi pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Semenjak pemerintah memberikan ijin penyiaran swasta pada tahun 1980-an sistem pertelevisian pada saat itu terkesan sebagai sesuatu yang tak terlepas dari dan bahkan mengawali sebuah “gelombang kebebasan” dalam sistem media massa di Indonesia sejak tahun 1990-an (Armando, 2016: 18). Dalam kurun waktu 1990-an itulah muncul sekaligus beberapa stasiun televisi swasta diantaranya RCTI, SCTV, TPI dan Indosiar.

Sebelumnya dari mulai tahun 1962 atau tepatnya ketika TVRI lahir untuk keperluan Asean Games 1962 di Jakarta sampai tahun 1980-an Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi yaitu Televisi Republik


(17)

2

Indonesia (TVRI). TVRI tercatat sebagai televisi siaran yang pertama dan satu-satunya hinggal awal 1990-an lewat slogan kebangsaan “Menjalin Persatuan dan Kesatuan“. Pada awalnya, TVRI adalah medium pemerintah Soekarno untuk memperkenalkan bangsa pada dunia luar (Sudibyo, 2004: 100).

Televisi Republik Indonesia (TVRI) dapat dilihat sebagai upaya mempertahankan jati diri ranah penyiaran Indonesia. TVRI adalah lembaga penyiar publik sesuai PP Republik Indonesia tentang Lembaga Penyiaran Publik No.13 Tahun 2005 diproyeksikan sebagai televisi yang memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, jika menyimak dinamika TVRI sejauh ini segera terasa bahwa visi penyiaran publik masih jauh.

Pertama, Pemerintah tidak serius mempoyeksikan TVRI sebagai Lembagai Penyiar Publik pasca 1998 TVRI didorong profit oriented karena TVRI tidak selamanya bisa bergantung pada subsidi pemerintah ditambah pada april 2003 pemerintah merubah TVRI dari perusahaan jawatan menjadi perseroan terbatas. Perubahan ini bertentangan dengan UU Penyiaran yang mentapkan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik milik pemerintah dan pemerintah membiarkan hal ini terlalu berlarut-larut. Kedua, Menjadikan TVRI sebagai perseroan terbatas artinya mendorong TVRI harus berorientasi kepada pasar untuk menarik sponsorship. Ketiga, yang lebih sering didengar masyarakat adalah bukan tentang bagaiman kualitas program TVRI namun justru konflik manajemen yang tak berujung. Persoalanya tidak memungkin merealisasikan TVRI sebagai Lembaga penyiar publik sejauh pemerintah dan unsur-unsur politik selalu mendekati TVRI. (Sudibyo, 2009: 23-25)


(18)

3

Hasil survey Indeks Kualitas Program siaran televisi maret–april 2015 yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia menyatakan bahwa indeks program berita berada diangka 3,58 angka ini dibawah indeks standar 5 (berkualitas) yang ditetapkan oleh KPI. Sayang-nya TVRI tidak masuk menjadi kategori pilihan berita masyrakat program pemberitaan yang terpilih antara lain kompas petang (Kompas TV), Metro Hari ini (MetroTV), KabarPetang (TVOne) (http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32784-siaran-pers-hasil-survei-kpi-kualitaas program-televisi-rendah diakses 5 Agustus 2016). Rating dan share TVRI pertanggal Mei 2016 Diwaktu Prime Time hanya berada di Rating Average 0,2 dan Share berada di 1.0 (SumberPCDCTransTV).

TVRI pada awalnya berkembang sebagai lembaga penyiaran pemerintah yang berwibawa dan populer dimata masyarakat Indonesia pada era 1960-an. Justru yang menghancurkan kredibilitas dan popularitas TVRI adalah rangkaian kebijakan pemerintah sendiri ditambah ketika kebijakan tentang ijin penyiaran swasta yang membuat TVRI jatuh ditangan penyiaran komersil (Armando, 2016: 86). Efek televisi komersil yang mengudara di seluruh Indonesia menjadi sebuah keterpusatan siaran karena masyarakat jenuh kepada TVRI (Panjaitan dan Iqbal 2006:8)

Keterpusatan siaran praktis membuat seluruh siaran sepenuhnya diisi dan disiapkan dan dipancarkan dari Jakarta menuju rumah penduduk di seluruh Indonesia dengan stasiun relai disetiap daerah. Secara sederhanaya materi isi yang disiapkan untuk keperluan Jakarta disaksikan


(19)

4

juga oleh masyarkat daerah lainya di Indonesia. Sistem ini tentu tidak adil yang sudah terjadi puluhan tahun karena keuntungan ekonomi yang bernilai triliun ini hanya mengalir di Jakarta (Adearmando, 2011: 13).

Sistem televisi berjaringan adalah sebuah solusi yang diberikan pemerintah kepada seluruh pengelola televisi di Indonesia, sistem televisi berjaringan artinya seluruh stasiun televisi harus memiliki stasiun lokal di setiap daerah yang membuat berita lokal, berita politik lokal, adat kebudayaan lokal dan program lokal lainya karena tentu saja media komunikasi seperti ini akan bermanfaat bagi pemenuhan fungsi kontrol media terhadap pemerintahan. Keberadaan lembaga penyiaran lokal bertujuan pada upaya penguatan partisipasi publik (warga lokal) dan melayani kepentingan publik. Secara filosofis, eksistensi lembaga penyiaran publik dibentuk atas dasar memenuhi kebutuhan khalayak warga lokal atas informasi dan hiburan serta berbagai program lainnya yang sesuai dengan kepentingan warga lokal, yang selama ini jarang diakomodasi oleh lembaga penyiaran swasta di Jakarta.

(www.pekerjadata.com diakses 20 Agustus 2016).

Pelaksanaan sistem siaran berjaringan sebagaimana diatur dalam pasal 70 PP No 5 Tahun 2005, adalah salah satu capain penting UU Nomor 32/2002 tentang penyiaran, yakni mengakomodasi konsep desentralisasi ekonomi di bidang media dan pengelolaan ranah publik berbasis kepentingan sosial (Sudibyo, 2009: 26). Bila yang diterapkan adalah sistem televisi berjaringan berarti seluruh stasiun televisi nasional harus


(20)

5

memiliki stasiun televisi disetiap daerah yang harus menyajikan muatan lokal (Armando, 2011: 33).

Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berperan sebagai Lembaga Penyiar Publik merupakan salah satu media televisi yang harusnya mempunyai potensi sangat besar sebagai alat kontrol sosial masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat dan juga sebagai alat untuk menggelorakan semangat serta pengabdian serta alat juang bangsa, memperkokoh dan menjalin persatuan kesatuan dalam mengairahkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Lembaga Penyiar Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Dewan Pengawas TVRI 2006-2011 Retno Intansi dengan mengutip pernyataan Ashadi Siregar menjelaskan ada dua substansi yang harus diperhatikan untuk membangun Lembaga Penyiar Publik. Dua substansi itu dikenal sebagai basis material dan basis kultural. Basis material menyangkut teknologi dan basis kultural itu meliputi ideologi LPP, SDM, kebijakan, serta regulasi. Bila LPP hendak diwujudkan maka hal pertama yang perlu diperbaiki adalah basis kulturalnya dulu baru kemudian basis material (www.Remotivi.or.id/diakses tanggal 18 Agustus 2016).

Keberadaan lembaga penyiar publik penting dalam rangka menjaga identitas dan kultur nasional yang bersifat dinamis menurut Sasa Djuarsa


(21)

6

Sendjaja jika lembaga swasta menjadi bagian dari apa yang sering disebut sebagai imperialis budaya, maka lembaga penyiar publik justru sebaliknya. Undang-Undang UU no. 32/2002 tentang Penyiaran pasal 8 (2) dijelaskan bahwa televisi berjaringan berkewajiban untuk melakukan siaran lokal maka Televisi Republik Indonesia (TVRI) mempunyai stasiun Televisi Republik Indonesia Stasiun Yogyakarta hadir sebagai pelaksanaan dari undang-undang tersebut.

Televisi Republik Indonesia Stasiun D.I. Yogyakarta adalah stasiun daerah lokal pertama yang berdiri di tanah air, yakni pada tahun 1965. Siaran perdana TVRI Yogyakarta adalah pada tanggal 17 Agustus 1965 untuk menyiarkan acara pidato peringatan proklamasi RI ke-20 oleh Wakil Gubernur D.I Yogyakarta, Sri Paduka Alam VIII. Pada awal berdiri TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dipimpin oleh kepala Stasiun Pertama yakni IR. Dewabrata. TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta beroperasi dikanal 22 UHF dari bukit patuk Gunung Kidul dan dapat mencover area siaran TVRI mencapai 90% wilayah DIY, Solo, Sragen, Blora, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Namun ada sebagian wilayah Yogyakarta yang belum bisa menerima siaran 22 UHF dikarenakan karateristik dari peralatan Pemancar Btsa buatan Spanyol ini yaitu wilayah Bantul Bagian Selatan (www.gudeg.net diakses 9 juni 2016 ).

Pendirian Lembaga Penyiaran Publik lokal TVRI Stasiun Yogyakarta semestinya dapat memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat serta melestarikan budaya daerah untuk


(22)

7

kepentingan masyarakat karena setiap daerah mempunyai visi pembangunan untuk menjadikan daerahnya maju dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Pengembangan penyiaran melalui suatu lembaga penyiaran publik lokal tentunya dapat memberikan peluang baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan dan tentunya akan meningkatkan pelayanan informasi publik sebagai jalan mewujudkan goodgovernance (Yantos, 2005: 96).

TVRI stasiun D.I. Yogyakarta adalah televisi lokal yang pertama berdiri ditanah air dengan mempositioningkan diri sebagai TVRI Jogja "Jogja Pancen Istimewa" sebagai media televisi publik yang independen, profesional, terpercaya dan menjadi pilihan masyarakat DIY. TVRI Jogja melakukan perubahan branding Yogyakarta tahun 2015 menjadi “Jogja Makin Istimewa” setelah sebelumnya TVRI jogja memakai tagline “ Media Publik Kita “. Terwujudnya perubahan positioning “Jogja Pancen Istimewa” TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta juga harus ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat dan dalam rangka melestarikan nilai budaya yang berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dengan format citra telvisi kedaerahannya memasukan unsur kedaerahan dan tradisi masyarakat Yogyakarta. Acara-acara stasiun TVRI D.I. Yogyakarta ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat propinsi Yogyakarta dan sebagian masyarakat


(23)

8

Jawa Tengah yang tercakup dalam jangkauan dengan waktu jatah siaran selama 4 jam semenjak 1 Januari 2013. Dengan Memulai waktu siaran lokal dari pukul 15.00 wib dan akhiri pukul 19.00 wib.

Namun dalam penelitian oleh Satya Raharska (2011) dalam skripsi “Kinerja Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun D.I. Yogyakarta Sebagai Lembaga Penyiar Publik” dijelaskan bahwa kinerja TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mengalami penurunan. Ditinjau dari kualitas sumber daya manusianya TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mengalami penurunan karena kurangnya tenaga ahli dibidangnya, sebab banyak karyawan yang sudah berusia 40 tahun keatas sehingga semangat kerjanya menurun. Kualitas sumber daya manusia yang menurun sangat mempengaruhi dalam memproduksi acara secara keseluruhan.

Masih dalam penelitian yang sama, indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat penurunan kinerja TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta tersebut adalah efektifitas kerja dan kualitas pelayanan. Secara keseluruhan kinerja TVRI Stasiun D.I .Yogyakarta dapat dikatakan belum cukup efektif setelah mengalami perubahan bentuk menjadi lembaga penyiar publik. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta juga belum dapat memuaskan masyarakat ditinjau dari peralatan produksi, alat produksi yang digunakan sudah tua yang dapat berpengaruh pada kualitas teknis hasil produksi acara.


(24)

9

Dalam kesempatan lain Adam Bachtiar selaku pos direktur pengembagan dan usaha TVRI tidak menampik adanya persepsi negatif tentang TVRI. Lima tahun silam TVRI mencanangkan revitalisasi besar-besaran karena tidak ingin larut dengan stigma negatif dimata masyarakat sebagai TV jadul. “Pekerjaan rumah (PR) paling besar yang harus dihadapi TVRI saat ini adalah melawan persepsi publik bahwa TVRI adalah TV yang tua, jadul, kuno, ketinggalan jaman, acaranya norak, hingga kualitas gambar dan suara jelek. Memang tidak mudah untuk mengubah persepsi itu,” aku Adam kepada MIX Indonesia Leading MarComm Media (Mix.co.id /2016).

Hasil dari suatu program tv yang berkulitas adalah salah-satunya ditandai dengan jumlah penonton yang banyak. Sebuah program televisi harus dibangun dengan perencanaan dan strategi yang tepat. Penanam positioning media terhadap penonton harus dilakukan agar stasiun televisi tersebut berbeda dengan stasiun televisi lainya. Positioning yang baik tentu akan mendukung upaya mereka dalam menarik audience yang lebih besar dan spesifik.

Penelitian lain Ahmad Ramedhon (2011) tentang Peran TVRI Dalam Menjaga Citra Yogyakarta sebagai daerah multikultural dijelaskan bahwa TVRI Yogyakarta harus lebih memperhatikan sifat pemirsa yang sangat bervariasi dengan munculnya teknologi yang bertumbuh pesat karena menurut data KPI demografi permirsa yang ditargetkan oleh TVRI Jogja adalah Dewasa dan Umum, SES: A ,B ,C ,D dan E


(25)

10

(http://kpid.jogjaprov.go.id/lembaga-penyiaran/lembaga-penyiaran-publik diakses 5 Agustus 2016)

Dalam situasi pertelevisian yang semakin berat dan berubah cepat tentunya sebuah stasiun televisi harus mempunyai strategi yang tepat untuk mendapatkan penoton. Penentuan target penonton/seleksi penonton sangat diperlukan oleh sebuah stasiun televisi karena jika sebuah televisi sudah menentukan target audiens maka media televisi tersebut dapat fokus untuk memenuhi kebutuhan target audiens yang menjadi sasaran. (Surbakti, 2008: 60)

TVRI Stasiun D.I Yogyakarta adalah televisi lokal yang pertama yang beridiri ditanah air, tentunya memerlukan strategi agar memastikan perubahan lingkungan tidak menjadi hambatan dalam menarik minat penonton dan mewujudkan diri sebagai Lembaga Penyiar Publik. Penanam Positioning media terhadap penonton harus dilakukan terlebih image TVRI sebagai TV jadul melekat dalam benak masyarakat. Positioning berfungsi agar stasiun televisi tersebut berbeda dengan stasiun televisi lainya. Positioning yang baik tentu akan mendukung upaya mereka dalam menarik audiens yang lebih besar dan spesifik.

Penelitian ini akan lebih menjelaskan secara bagaimana strategi TVRI Jogja untuk mengenalkan stasiun televisinya dalam upaya membentuk image yang dibentuk khalayak. Melalui strategi positioning ini khalayak dapat mengetahui arah stasiun televisi itu beridiri sehingga identitas dari stasiun televisi tersebut bisa diingat oleh khalayak karena


(26)

11

hasil dari suatu program TV yang berkulitas adalah salah-satunya ditandai dengan jumlah penonton yang banyak maka sebuah program televsi harus dibangun dengan perencanaan dan strategi yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian diatas adalah bagaimana strategi positioning yang dilakukan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dalam menentukan segmentasi penonton. C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan strategi positioning TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dalam menentukan segmentasi?

2. Untuk mendeskripsikan hambatan/kendalan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dalam melakukan strategi positioningnya?

D.Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembang studi komunikasi khususnya studi positioning .

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dalam membuat program sebagai terwujudnya Lembaga Penyiaran Publik.


(27)

12 E.Kerangka Teori

1. Konsep Strategi

Diihat dari sudut pandang strategi atau alasan utama keberadaan suatu perusahaan tentang pentingnya strategi adalah untuk menjamin perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan tersebut dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya, terutama kemampuan bersaingnya (P. Siagian, 2012: 127)

Strategi menurut Jauch dan Glueck adalah rencana yang disatukan menyeluruh secara terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan serta tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan serta misi perusahaan dapat tercapai melalui pelaksaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan utama organisasi dapat dicapai melaui implementasi yang tepat oleh organisasi itu sendiri (Yoshida, 2006: 21).

Menurut Effendy (1995: 32), strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya menunjukan arah saja tapi bagaimana taktik operasionalnya juga. Dengan demikian audiens atau penonton adalah pasar karena setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih dahulu memiliki suatu perencenaan strategis yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki.


(28)

13

Seperti yang dikatan Patrick Forsyth dalam 101 cara peningkatan penjualan bahwa " if you dont know where are you going , it doesnt matter which way you go". Menetapkan tujuan dan sasaran artinya berusaha untuk memasukan produk siarnya kedalam benak pelanggan agar selalu diingat dan dipersepsikan sebagi produk siar yang mendidik dan berkualitas karena tujuan pastinya adalah lebih membangun alam bawah sadar sehingga memiliki top of mind .

2. Konsep Segmentasi, Targeting, Positioning, Formatting, Programming ( S-T-P-F-P)

a. Segmentasi

Menurut H. Djaslim Saladin dalam Bukunya dasar-dasar manajemen pemasaran bahwa segmentasi adalah proses dari keseluruhan pasar yang heterogen untuk suatu produk atau jasa dibagi dalam beberapa segmen, setiap segmenya cendurung sarupa dalam seluruh aspek yang penting. Segmentasi artinya membagi pasar yang lebih spesifik dengan menempatkan program acara yang sesuai dengan segmen yang dipilih (Saladin, 2003: 45)

Segementasi pasar dapat digunakan untuk memeta-metakan pasar karena sebelum pesan-pesan dari Lembaga Penyiar Publik itu disampaikan memerlukan peta segmentasi yang jelas. Singkatnya segmentasi diperlukan agar dapat melayani dengan baik, melakukan komunikasi dengan persuasif dan yang terpenting mewujudkan arti dari Lembaga Penyiar Publik itu sendiri. Segemntasi adalah pemilihan


(29)

14

khalayak potensial berdasarkan segmen-segmen tertentu sebagai upaya membantu pemograman agar mengetahui kebutuhan penoton (Kotler dan Amstrong, 2003: 119).

Untuk memasarkan produk siarnya misalkan, Derah Istimewa Yogyakarta memiliki penduduk 3.514.762 orang (Estimasi Penduduk berdasarkan SP 2010/BPS DIY) maka sebuah stasiun televisi harus tahu betul siapa yang akan menjadi konsumennya. Sekitar tiga jutaan penduduk Yogyakarta sebuah stasiun televisi harus memilih satu atau beberapa segmen saja yang memiliki karakter dan respons yang sama. Dengan memahami siapa konsumennya maka stasiun televisi akan mudah bagaimana memahami target audiens dan mempertahankan target penontonya.

Setelah segementasi dilakukan baru diperoleh segmen, segmen itu sendiri adalah kelompok pasar yang memiliki respon yang sama terhadap stimuli pemasaran tertentu. Untuk memperoleh segmen setiap staisun televisi harus menentukan kelompok yang memiliki kesamaan, Kasali menyatakan bahwa segmentasi pasar artinya membagi-bagi atau mengelompokkan kelompok konsumen kedelam kotak-kotak yang lebih homogen (Kasali, 2007: 118).

Setelah mengevaluasi segmen-segmen pasarnya, maka sebuah stasiun televisi bisa menentukan pasar sasarannya. Pasar sasaran adalah segmen yang dijadikan sebagai sasaran pemasaran produk (Bilson Simmora, 2003: 133). Dengan demikian, sebuah stasiun


(30)

15

televisi dapat mengenali daya tarik setiap segmen selanjutnya tahap bagaimana mengelola segmen yang akan dimasuki.

b. Targetting

Setelah mempelajari pasar secara keseluruhan dan membuat suatu skema segmentasi pasar maka selanjutnya menargetkan pasar yang sudah ditentukan, Targetting adalah pemilihan kahalayak penonton yang menjadi sasaran. Menurut Kotler ada hal yang harus diperhatikan untuk mengevaluasi segmen pasar yaitu daya tarik setiap segmen secara keseluruhan serta tujuan dan sumber daya perusahaanya (Kotler dan Amstrong, 2003: 57).

Strategi Targeting didasarkan pada keunggulan kompetitif suatu perusahaan, strategi ini bertujuan untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian dalam menguasai segmen pasar yang dipilih agar mampu menghasilkan produk siar yang kompetitif maka setiap stasiun televisi memerlukan kapabilitas dan keunggulan agar mendapatkan penonton yang dipilih. Proses targeting akan semakin jelas dan mudah bila sumber daya stasiun televisi dialokasikan kepada pangsa pasar yang diinginkan.

Setelah memetakan pasar, pada tahap ini membidik kelompok konsumen mana yang akan disasar hal tersebut begitu penting karena media televisi harus sudah menentukan target audien maka media tersebut dapat fokus untuk memenuhi kebutuhan penontonnya. Terdapat dua konsep yang sangat mendasar dalam manajemen


(31)

16

pemasaran, yaitu kebutuhan (needs) dan keinginan–keinginan (wants). (Kasali, 2007: 60 )

c. Positioning

Setelah mengetahui target yang dibidik maka tindakan selanjutnya adalah menciptakan kesan dan tanggapan diproduk siar sehingga menciptakan ingatan dipikiran penonton. Bentuk tanggapan dan siar tersebut dilakukan dalam bentuk positioning. Menurut Kasali positioning adalah

Positoning bukanlah strategi produk, tetapi strategi komunikasi. Positioning sangat berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk didalam otaknya, didalam khayalnya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk itu. Tentu saja tidak dengan semua konsumen tetapi dengan konsumen yang anda targetkan, yaitu segmen yang sudah anda pilih.

Ries-Treout mengatakan bahwa perang pemasaran bukanlah terletak dipasar melainkan didalam benak pelanggan. Perang pemasaran adalah perang untuk untuk merebutkan sejengkal ruang dibenak pelanggan. Lalu Philp Kotler, mengatakan bahwa:

The act of designing the company's offering and image to occupy a distinctive place in the target costumers , benefits and prices.

Bahwa Positioning tak lain adalah segala upaya untuk mendesain produk dan mereka kita agar dapat menempatkan debuah posisi yang unik dibenak pelanggan. (Hermawan, Yuswodhy, Jacky, Taufik, 2005: 57).


(32)

17

Positioning adalah strategi untuk menguasai benak konsumen dengan apa yang ditawarkan oleh perusahaan namun selain itu positioning merupakan tantangan bagaimana membangun rasa kepercayaan diri dan kompetensi untuk pelanggan. Bukan hanya membujuk dan menciptakan citra dalam benak pelanggan positioning tentang bagaimana mendapatkan kepercayaan pelanggan.

Positioning sangat berkaitan dengan brand awareness.

Brand awareness adalah kesanggupan seseorang untuk mengenali dan mengingat kembali suatu produk dengan suatu cara misal pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda, memakai slogan atau jingle yang menarik, memiliki simbol dan melakukan pengulangan karena pengingatan lebih sulit dibanding pengenalan (Durianto, Sugiarto, Sitanjak, 2001: 57)

Pengukuran Brand Awarness bisa didasarkan kepada pengertian-pengertian dari tingkatan brand awarnes mencakup tingkatan Top Of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek) dan Brand Recognition (pengenalan merek). Informasi dapat diperoleh dengan daftar pertanyaaan yang berisi pertanyaan tunggal

1) Top Of Mind menggambarkan citra merek yang pertama kali responden ingat ketika ditanya suatu produk misal

“Sebutkam Stasiun TV Lokal Jogja yang sering ditonton” 2) Brand Recall atau pengingat kembali suatu merek setelah

menyebutkan merek yang pertama. Misal masih dalam konteks yang sama dapat ditanyakan:


(33)

18

3) Brand Recognition merupakan pengukuran brand awarness dari responden dimana kesadaranya diukur dengan diberikan bantuan misal TVRI Jogja adalah Lembaga Penyiar Publik Pertama.(Durianto, Sugiarto, Sitanjak, 200: 57)

Positioning yang tepat dan kuat dapat menciptakan brand image dan brand identity yang kuat dibenak pelanggan. Pada gilirannya hal ini kembali lagi akan memperkuat positioning yang telah dipilih. Jika proses ini berlangsung secara terus menerus maka yang pada akhirnya mengahasilkan landasan yang solid bagi keunggulan perusahaan. d. Formatting

Menentukan format stasiun merupakan hal yang dilakukan sebagai salah satu strategi para pengelola televisi untuk bersaing dalam menarik penonton. Formating sangat diperlukan dalam menentukan program yang akan dibuat oleh stasiun televisi. Dengan format yang jelas maka akan mempermudah dalam proses pembuatan program. Format stasiun penyiaran dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola media untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audien (Morissan, 2009: 220).

Menurut Sri Sartono ditinjau dari pendekatan produksinya format program siaran TV dapat dikaregorikan menjadi dua karya yaitu karya jurnalistik dan karya artistik. Karya aristik adalah program TV yang diproduksi melalui pendekatan based on creative atau pendekatan artistik contohnya :


(34)

19

a. Pendidikan/Agama: Mimbar, Monolog, Khotbah dan sebagainya

b. Hiburan: kuis, videoklip, drama, komedi, sinetron dan sebagainya

c. Seni dan Budaya: Feature

d. Iklan/Public Service: Spot Komersil, spot layanan masyarakat

e. Penerangan Umum: Drama Instruksional f. Iptek: Dokumenter/kuis

Adapun program jurnalistik melalui pendekatan based on news yang mengutamakan kecepatan dan aktualitas informasi. Contoh jenis program jurnalistik adalah sebagai berikut:

a. Berita aktual (news bulletin) merupakan program yang sangat terikat dengan waktu suaran

b. Berita non aktual (news magazine) merupakan program yang tidak mengikuti atau terikat waktu siaran

c. Penjelasan masalah hangat: Dialog, wawancara, diskusi panel

Format siaran harus disusun secara jeli selain waktu kapan penayangan yang tepat urutan format siaran juga sangat mempengaruhi minat penonton. Dengan format yang sudah dipilih maka sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi akan


(35)

20

menjadi lebih mudah dilaksakan. Kreatifitas dan desain produksi akan berjalan disesuiakan dengan tujuan dan target dari segmen.

e. Programming

Programing merupakan bagian yang paling penting dari seluruh tahapan pemasaran karena kegiatan ini langsung dirasakan oleh masyarakat. Programming merupakan sebuah proses dalam menyeleksi dan menjadwalkan program yang dilakukan secara rutin agar penjadwalan ini diingat oleh penonton (Djamal dan Fachrudin, 2011: 135).

Programing dimulai dengan menyeleksi materi/bahan program yang disesuaikan dengan pasar/segmen yang telah ditentukan. Menurut Sutrisno dalam buku pedoman praktis penulisan skenario televisi video (1993), mendefinisaikan bahwa program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam satu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar telah memenuhi standar estetik dan arsitek yang berlaku (Sutrisno, 1993: 9).

Naskah merupakan unsur penunjang dari keberhasilan suatu program yang sebagai paparannya akan memiliki langkah sebagai berikut:


(36)

21 a) Ide/Gagasan

Bermula dari timbulnya sebuah gagasan maka akan disebut ide yang menjadi tanggung jawab produser. Namun tidak berarti bahwa ide ini hanya data dari seorang produser, tetapi dapat saja datang dari crew yang lainya. Biasanya ide yang mungkin dipilih adalah ide yang dianggap menarik dan informatif yang layak ditayangkan dan tentunya sesuai dengan segmen yang telah ditentukan. b) Sasaran Program

Setelah munculnya ide dalam hati tentu terbentuk gagsan yang semakin jelas tentang konsumen. Untuk dapat lebih megefektifkan penyampain pesan, perlu menganalisis sasaran program termasuk latar belakang.

c) Tujuan Program

Landasan berikut menentukan tujuan program. Kemudian merumuskan tujuan umum berdasarkan itu kemudian merumuskan tujuan khusus. Proses ini dijadikan sebagai acuan kerja kreatif para crew agar menuju sasaran segememtasi.

d) Garis besar Isi Program

Setelah penjelasan sasaran program dan ide pesan yang akan dikomunikasi maka ditetapkan garis-garis besar materi yang akan menjadi isi program sebelumnya harus


(37)

22

mengumpulkan bahan baik dengan membaca buku atau melakukan wawancara.

e) Treatement

Dijabarkan sebagai perlakuan tentang hal-hal yang harus dikembangkann dari sinopsis. Treatment orang akan bisa membayangkan apa saja yang akan terlihat dilayar kaca. Dengan kata lain treatment adalah uraian kejadian yang akan tampak dilayar televisi.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, karena penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Metode deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karateristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar, 1999: 7). Penelitan ini bertujuan untuk mendskripsikan dan menggambarkan apa yang saat ini berlaku.

Metode analisis deskriptif sendiri bertujuan untuk memberikan deskriptif mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variable yang diperoleh kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 1999: 126). Hal ini didasarkan kepada rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini yang menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktifitas eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan


(38)

masalah-23

masalah yang menajadi fokus permasalahan dalam memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan Magelang Km 4,5 Sleman, Yogyakarta.

3. Teknik Pengambilan Informan a) Informan

Informan dalam Penelitian ini adalah orang yang benar-benar merupakan mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Informan penelitian adalah subjek yang diharapkan memberikan informasi seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, dan sedetail-detailnya tentang informasi yang dikehendaki peneliti (Fatchan, 201: 39). Aplikasi dilapangan penulis membaginya menjadi sebagai berikut:

1) Informan kunci, yaitu orang-orang yang memahami permasalahan yang diteliti adapun maksud dari informan dalam penelitian ini adalah Kepala Stasiun TVRI Yogyakarta, Kepala Bidang Program & Pengembangan Usaha dan Kepala Seksi Program TVRI Stasiun Yogyakarta.

2) Informan pendukung, yaitu orang yang dianggap mengetahui permasalah yang diteliti adapun maksud dari


(39)

24

Informan pendukung adalah Kepala seksi teknik produksi dan penyiaran, Kepala sub-bagian perlengkapan serta kelompok Fungsional dari TVRI stasiun D.I. Yogyakarta dan pemirsa TVRI.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian, teknik wawancara yang digunakan adalah Wawacara tidak terstruktur yang artinya wawancara bersifat lebih santai dan susunan pertanyaan dan susunan perkataan disesuaikan dengan kondisi saat wawancara. Wawancara tidak terstruktur artinya arahnya bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak sehingga memiliki informasi dan keterangan data yang lebih kaya (Ghony dan Almanshur, 2014: 177 ).

Wawancara berarti melaksanakan percakapan antara pewawancara dan terwawancara dengan maksud menghimpun informasi dari terwawancara yang tidak diperoleh dari observasi (Alwasih, 2012: 110). Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan berkenaan dengan latar belakang berdirinya TVRI Yogyakarta, visi dan misi serta menganalisa strategi positioning TVRI stasiun D.I. Yogyakarta dalam menetukan segmentasi penontonnya dan bagaimana


(40)

25

implementasi program siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta sebagai Lembaga Penyiaran Publik dalam industri pertelevisian di Yogyakarta sebagai sumber data utama dalam penelitian ini. b. Observasi

Metode observasi/pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun kelapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2014: 165). Teknik Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang artinya penelitian dilakukan secara terbuka dan menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian serta dijabarkan kepada tiga tahapan yaitu, observasi deksriptif, terfokus dan terseleksi.

Menurut Guba dan Lincoln dalam buku Djam’an Satori dan Aan Komariah (2014) bahwa teknik observasi adalah teknik yang tepat untuk mengungkapkan data penelitian karena memiliki alasan yang kuat seperti:

1) Teknik pengamatan didasarkan pada pengalaman langsung seperti pengamatan ruang studio, ruang kontrol TVRI dan melihat kondisi alat


(41)

26

2) Teknik pengamatan memungkinkan melihat peristiwa kejadian yang sebenarnya semisal proses produksi sebuah program.

3) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh oleh data .

4) Kadang peneliti ragu terhadap data yang sudah dikumpulkan ada yang “menceng” atau bias. Maka peneliti meyakinkan dengan melakukan pengamatan. 5) Teknik pengamatan mampu mengurangi situasi–situasi

yang rumit. c. Studi Dokumen

Gottschalks (1986: 38) mengungkapkan bahwa para ahli sering mengartikan dokumen dalam dua pengertian,

Pertama, sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-penginggalan tertulis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-sura negara surat perjanijian, hibah dan lainya. Pengertian yang lebih luas sebagai proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun yang bersifat tulisan, lisan atau gambaran (Satori dan Komariah, 2014: 147).

Dalam kepentingan penelitian, dokumen dibutuhkan sebagai bukti otentik dan mungkin menjadi pendukung suatu kebenaran. Dengan teknik dokumentasi peneliti dapat


(42)

27

memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya karya seni ataupun karya pikiran.

Dokumen bisa terdiri dari surat, pengumuman resmi, agenda acara, laporan peningkatan dan evaluasi. Bahan dokumentasi juga perlu mendapatkan perhatian, dimana terdapat bahan data yang kurang dimanfaatkan secara optimal padahal keuntungan dari bahan tulisan ini adalah bahannya telah ada, telah tersedia, tidak meminta biaya, hanya membutuhkan waktu untuk mengkaji (Ghon dan Almansyur, 2014: 200).

d. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis dari data yang diperoleh dari hasil wawanacara, catatan lapangan dengan mengorganisasikan data dalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2009: 246-252)

Metode Analsis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman (1986). Secara umum model analisi data Miles dan Hubberman melalui


(43)

28

tahapan, yaitu reduksi data, merumuskan dan menafsirkan data dan penarikan kesimpulan akhir (Ghony dan Almanshur, 2014: 306).

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan: Penarikan/Verivikasi

Gambar 1.1

Model Analisis Interaktif : Miles dan Hubberman

1) Reduksi data

Reduksi data dimulai dengan penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilokasi penelitian. Setelah itu membuat pilihan-pilihan, pemilihan tentang data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar dan memilih cerita-cerita mana yang sedang berkembang. Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,


(44)

29

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data. (Ghony dan Almanshur, 2014: 307).

2) Proses Penyajian Data

Dengan melihat penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman yang didapat peneliti dari penyajian data tersebut. Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuhdan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul diluar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman. Acuan dan pedoman tersebut direduksi kedalam data dan dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok serta disusun kedalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami.

3) Proses Penarikan Kesimpulan

Proses ini mencari arti dari penjelasan, mencatat keteraturan, pola-pola, alur sebab akibat dan proporsi. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek penelitian dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Kesimpulan akhir mungkin tidak muncul sampai pengumpulan


(45)

30

data terakhir, bergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan dan metode-metode penacarian ulang yang digunakan kecakapan peneliti.


(46)

31 BAB II

Gambaran Umum Stasiun TVRI Yogyakarta

A. Sejarah Stasiun Televisi TVRI

1. Sejarah Televisi Republik Indonesia (TVRI)

Dalam rangka menyambut penyelenggaraan ASIAN GAMES IV tahun 1961, maka pemerintah memutuskan untuk membangun stasiun televisi di Jakarta. Oleh karenanya, dibentuklah panitia persiapan pembangunan stasiun televisi yang terdiri dari sembilan orang dimana R.M. Soenarto bertindak sebagai ketua. Pada tanggal 23 Oktober 1961 diambillah keputusan akhir mengenai pendirian stasiun televisi sekaligus digunakannya peralatan dari Nippon Electronica Corporation (NEC) Jepang.

Siaran perdana sebagai siaran percobaan disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1962 berupa siaran khusus liputan tentang upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Disusul kemudian dengan penayangan pembukaan ASIAN GAMES IV pada tanggal 24 Agustus 1962 yang kemudian dilanjutkan siaran-siaran secara teratur dengan nama Biro Radio dan Television Organizing Committe ASIAN GAMES IV, sekaligus merupakan hari jadi berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Melalui Kepres RI No. 215 tahun 1963 maka dibentuklah yayasan tersendiri dengan nama Yayasan Televisi Republik Indonesia. Penyesuaian pada tahun 1968 dilantik Direktorat Jendral 51 Radio, Televisi dan Film Departemen Penerangan RI. Perluasan jangkauan TVRI terus ditingkatkan guna menggali, mengangkat serta mengembangkan potensi dari suatu daerah.


(47)

32

Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendirikan stasiun penyiaran daerah di beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu 1962 sampai dengan 1999, yakni TVRI Jakarta (1962), TVRI Yogyakarta (1965), TVRI Medan (1970), TVRI Ujung Pandang (1972), TVRI Banda Aceh (1973), TVRI Palembang (1974), TVRI Denpasar (1978), TVRI Surabaya (1978), TVRI Manado (1978), TVRI Bandung (1987), TVRI Samarinda (1993), TVRI Ambon (1993), TVRI Semarang (1996), dan TVRI Padang (1997), selanjutnya dengan adanya pemekaran wilayah di beberapa provinsi di Indonesia, maka saat ini jumlah Stasiun TVRI di Indonesia mencapai 27 Stasiun yakni :

1) TVRI Stasiun Nasional.

2) TVRI Stasiun Nanggroe Aceh Darussalam. 3) TVRI Stasiun Sumatera Utara.

4) TVRI Stasiun Sumatera Barat. 5) TVRI Stasiun Sumatera Selatan. 6) TVRI Stasiun Riau & Kepri. 7) TVRI Stasiun Bengkulu. 8) TVRI Stasiun Jambi. 9) TVRI Stasiun Lampung.

10)TVRI Stasiun Jawa Barat & Banten. 11)TVRI Stasiun DKI Jakarta.

12)TVRI Stasiun Jawa Tengah. 13)TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta.


(48)

33 14)TVRI Stasiun Jawa Timur. 15)TVRI Stasiun Bali.

16)TVRI Stasiun NTB. 17)TVRI Stasiun NTT.

18)TVRI Stasiun Kalimanten Selatan. 19)TVRI Stasiun Kalimantan Barat. 20)TVRI Stasiun Kalimanatan Tengah. 21)TVRI Stasiun Kalimantan Timur. 22)TVRI Stasiun Sulawesi Utara. 23)TVRI Stasiun Sulawesi Tengah. 24)TVRI Stasiun Sulawesi Barat. 25)TVRI Stasiun Gorontalo. 26)TVRI Stasiun Makassar.

27)TVRI Stasiun Maluku & Maluku Utara. 28)TVRI Stasiun Papau Barat.

2. Perkembangan TVRI

Semula TVRI berada di bawah Yayasan sejak tahun 1962, kemudian tahun 1965 di bawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan. Selanjutnya tahun 1970 di bawah Direktorat Jendral 53 Radio, Televisi dan setelah dibubarkannya DEPPEN pada tanggal 16 Oktober 1999, maka pada tanggal 7 Juni 2000 melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2000 yang ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid, TVRI telah resmi


(49)

34

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan). Pada pemerintahaan Megawati melalui PP No. 9 Tahun 2002, tertanggal 17 April 2002 TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Dengan beralihnya TVRI menjadi PT berarti struktur organisasinya secara otomatis mengalami perubahan dengan menyesuaikan prinsip-prinsip operasional sebuah perusahaan. Selanjutnya pemerintah mengeluarkan undang-undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 yang menempatkan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik, selanjutnya melalui PP no. 13 tahun 2005, tertanggal 18 Maret 2005, TVRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik dan sejak tanggal 24 Agustus 2006 telah ditetapkan Jajaran Direksi LPP TVRI oleh Dewan Pengawas LPP TVRI. Jika dibuat skema, maka sejarah status TVRI adalah:

1) 1962: Yayasan TVRI.

2) 1965: Direktorat dibawah Deppen.

3) 2001: Perjan PP No.36/Th.2000 (Depkeu, BKN).

4) 2002: PT (Persero) PP No.9/Th.2002 (Depkeu, BKN, Menneg BUMN, Menneg KOMINFO).

5) 2005: TV Publik–UU No.32/Th.2002, PP.11/Th.2005, PP.No.13/Th. 2005 Tgl.18-3-05.

6) 2006: Dewan Pengawas dan Dewan Direksi LPP TVRI pertama terpilih, dikukuhkan dan dilantik.

7) Dewan Pengawas Periode 2011–2016, dikukuhkan 9 Januari 2012.


(50)

35 1) Elprisdat M Zen

2) Dra. Immas Sunarya, M.M 3) Indrawadi Tamim, Ph.D 4) Bambang Soeprijanto 5) Akhmat Sofyan, S.Sos

Sedangkan Dewan Direksi LPP TVRI terdiri atas:

1) Direktur Utama: Ir. Iskandar Achmad, MM

2) Direktur Program dan Berita: Purnama Suwardi, SE 3) Direktur Teknik: Ir. Safrullah

4) Direktur Keuangan: -

5) Direktur Umum: Drs. Tribowo Kriswinarso

6) Direktur Pengembangan dan Usaha: Adam Bachtiar, ST., SE

Sehubungan dengan perubahan status tersebut, kini TVRI semakin ditantang untuk mulai mandiri khususnya dalam memproduksi acara, karena anggaran dari negara untuk penyelenggaraan produksi siaran televisi sangat terbatas.

3. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan TVRI a. VISI

Terwujudnya TVRI sebagai media independen, profesional, terpercaya dan pilihan bangsa Indonesia, dalam keberagaman usaha dan program serta jaringan penyiaran berkualitas yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum,


(51)

36

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melestarikan nilai budaya bangsa,untuk memperkuat kesatuan nasional

b. MISI

1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.

2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.

3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan.

4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional.

4. Tujuan Penyiaran TVRI

Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. (Pasal 3 UU No.32/Th.2002, tentang Penyiaran)


(52)

37 5. Tujuan Dan Sasaran

a. Terciptanya program yang menarik.

b. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan.

c. Meningkatnya kualitas SDM khususnya pada penguasaan teknologi informasi.

d. TVRI menjadi pusat sarana pembelajaran sekolah dan luar sekolah. e. Meningkatnya sistem dan prosedur pada TVRI.

f. Meningkatnya kemampuan Stasiun Penyiaran Daerah.

g. Terciptanya pemancar yang berkualitas dan berteknologi tinggi. h. Meningkatnya jangkauan siaran.

6. Tugas TVRI Sebagai TV Publik

TVRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.


(53)

38

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI berbentuk perusahaan jawatan di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2000, yang kemudian beralih menjadi perusahaan perseroan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pada Pasal 14 mengamanatkan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Selaku lembaga penyiaran publik, maka TVRI mempunyai fungsi memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa, untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran hanya mengatur kelembagaan secara garis besar sehingga untuk dapat menjabarkan secara lebih rinci tentang kelembagaan TVRI perlu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Penyiaran.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 005/PUU- 1/2003 tanggal 28 Juli 2004 maka Peraturan Pemerintah ini disusun oleh Pemerintah yang dikoordinasikan oleh Menteri yang ruang


(54)

39

lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika termasuk di dalamnya pengaturan di bidang penyiaran dan spektrum frekuensi radio untuk keperluan penyelenggaraan penyiaran radio dan televisi, dengan materi yang diatur meliputi status kelembagaan, susunan organisasi, pembiayaan, kepegawaian, dan lain-lain sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan TVRI guna mencapai tujuan yang diharapkan (Pasal 4 PP. No. 13 Th. 2005)

7. Arti Logo TVRI a. Galeri Logo TVRI

Logo pertama TVRI Logo kedua TVRI Logo ketiga TVRI 1962- 1974 Agustus 1974-1982 Agustus 1982-1999 Agustus

Logo on air TVRI Logo keempat TVRI Logo kelima 1991-1995 1999 Agustus-2001 Juli 2001- 2003


(55)

40

Logo keenam TVRI Logo ketujuh TVRI

(1 Agustus 2003-30 Maret 2007) (sejak 1 April 2007- Sekarang).

b. Makna Logo

Secara simbolis, bentuk logo ini menggambarkan “layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan dan dinamis” dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV Publik yaitu media yang memiliki fungsi kontrol dan perekat social untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan berakhir pada huruf I dari huruf TVRI membentuk huruf “P” yang mengandung 5 (lima) makna layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu: 1) P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti “memberikan

layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa”.

2) P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti “membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna”.

3) P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti “merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia”.

4) P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti “merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa


(56)

41

Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau”.

5) P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti “menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat”.

Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan yang cepat dan terencana menuju televisi publik yang lebih sempurna. Bentuk tipografi TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan zaman serta tuntutan masyarakat. Warna BIRU mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna: “Semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih sempurna”.

Khusus untuk TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, dibawah logo tersebut dicantumkan identitas lokal, yakni kata Jogja seperti yang tercantum dalam tulisan Jogja Never Ending Asia, yang berupa tulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Hal ini mengandung makna sebagai penghormatan terhadap Kraton Yogyakarta sebagai pusat budaya dan cikal bakal pengembangan wilayah DIY serta untuk turut mempromosikan icon wisata DIY baik di kancah regional, nasional dan internasional. Hal lain lagi, bahwa dengan pencantuman tulisan Jogja ini, diharapkan TVRI Jogja mampu


(57)

42

menjalankan visi dan misinya selaku TV Publik yang mempunyai kepedulian dan keberpihakan terhadap publik DIY. Namun pada Maret 2015 logo TVRI Jogja berubah sesuai branding Jogja Istimewa.

Gambar 2.1

Logo Baru TVRI Jogja Sesuai Branding Baru Yogyakarta Yaitu Jogja Istimewa.

8. TVRI Stasiun D.I Yogyakarta

a) Sejarah TVRI Stasiun D.I Yogyakarta

TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air, yakni tahun 1965. Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni IR. Dewabrata Konon, untuk mendirikan Menara Pemancar, dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya, ditahun 1970 menara pemancar TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menempati lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4 hektar, sampai dengan saat ini. Siaran perdana TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus 1965 adalah menyiarkan acara pidato peringatan Hari Proklamasi


(58)

43

Kemerdekaan RI ke-20 oleh Wakil Gubernur D.I.Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam VIII. Pada awalnya TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mengudara tiga kali dalam satu minggu yang masing-masing berdurasi dua jam. Pada saat itu jangkauan siaran masih terbatas pada area yang dapat dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 Kwatt, begitu pula format siarannya masih hitam putih.

Namun pada tahun 1973, TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta telah mulai melakukan siaran setiap hari. Siaran produksi lokal TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta tiap harinya mencapai 3 hingga 5 jam, setelah diakumulasikan dengan penyiaran terpadu dari TVRI Pusat Jakarta. Karena faktor topografis berupa pegunungan di daerah Gunung Kidul maupun di Kulonprogo, sebelum tahun 2009 terdapat beberapa daerah yang belum dapat menerima siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, untuk memberikan layanan yang optimal, maka pada awal November 2008 dibangun tower pemancar di daerah Bukit Pathuk, Gunung Kidul guna memperluas jangkauan siarannya. Sejak didirikan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta sampai dengan saat ini telah dilakukan beberapa kali pergantian jabatan Kepala Stasiun yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

DAFTAR KEPALA TVRI STASIUN D.I. YOGYAKARTA

NO NAMA PERIODE

1 Ir. Dewabrata 1965 – 1971

2 R.M. Soenarto 1971 – 1975

3 Drs. Darjoto 1975 – 1983

4 M. Djaslan, B.A 1983 – 1985

5 Drs. Ishadi SK, M.Sc 1985 – 1988 6 Drs. Semyon Sinulingga 1988 – 1990


(59)

44

7 Drs. Suryanto 1990 – Juli 1995

8 Drs. Bakaroni A.S. Agustus – Desember 1995

9 Sunjoto Suwarto 1996 – 1998

10 Drs. Pudjatmo 1998 – 2000

11 Drs. Sutrimo MM, M.Si 2000

12 Drs. Sudarto HS 2000 – 2003

13 Drs. Bambang Winarso M.Sc 2003 – 2007 14 Drs. Tribowo Kriswinarso 2007 – 2009 15 Drs. Tri Wiyono Somahardja, MM 2009 – 2010 16 Made Ayu Dwie Mahenny, SH, M.Si 2010 – 2012 17 Drs. Eka Muchamad Taufani, ME.Sy 2012 – 2014 18 Dra. Dyah Sukorini 2015 – sekarang Sumber: Arsip TVRI Jogja, 2015

Sesuai aturan Direksi LPP TVRI NO. 155/PRT/DIREKSI-TVRI/2006, maka struktur kelembagaan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta yang tergolong dalam TVRI Tipe A, maka mempunyai struktur sebagai berikut:


(60)

45

Gambar 2.2

Struktur Organisasi TVRI Yogyakarta


(61)

46

b) Visi dan Misi TVRI Stasiun D.I Yogyakarta 1) Visi

Terwujudnya TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta sebagai media Televisi Publik yang independen, profesional, terpercaya dan pilihan masyarakat DIY, dalam keberagaman usaha dan program yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan melestarikan nilai budaya yang berkembang di DIY dalam rangka memperkuat kesatuan nasional melalui jejaring TVRI Nasional.

2) Misi

a. Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi media perekat sosial sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.

b. Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi pusat layanan informasi yang utama serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DIY. c. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi

pusat pembelajaran demokratisasi dan transparansi informasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. d. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sebagai


(62)

47

informasi dengan tetap memperhatikan komunitas terabaikan.

e. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi media untuk membangun citra positif DIY sebagai pusat budaya, pendidikan dan pariwisata ditingkat nasional, regional maupun di dunia internasional melalui jejaring TVRI Nasional.

9. Prestasi TVRI Stasiun D.I Yogyakarta

Setelah TVRI Nasional menjadikan Riset Media AC Nielsen untuk memonitor siarannya, maka TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menjadi salah satu Stasiun televisi yang menjadi obyek risetnya diantara berbagai stasiun TVRI lainnya. Dalam hal ini, prestasi yang diraih berkaitan dengan Riset AC Nielsen ini adalah bahwa pada bulan April 2006, TVRI Stasiun D.I Yogyakarta memperoleh channel share terbaik diantara Stasiun TVRI Se Indonesia yakni 4,9 point. Ketidakterbukaan AC Nielsen dalam perolehan dan pengolahan data, karena tidak mau diaudit, maka menjadikan TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta memutuskan untuk berhenti berlangganan Riset AC Nielsen. Meskipun begitu, TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta memperoleh rating share 1,7 karena ada peristiwa meninggalnya mantan Presiden RI, Soeharto Januari 2008. Pada Agustus 2015 perolehan rating share


(63)

48

masih lebih baik sekitar 4,8 bila dibanding dengan TVRI daerah lain di Indonesia bahkan dari sebagian televisi swasta nasional.

10. Pola Siaran Tvri stasiun D.I Yogyakarta

Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, pola siaran yang mengacu pada pola siaran TVRI Nasional, disebut pola acara terpadu. Hal ini dikarenakan TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari Pusat.

Acara yang diproduksi TVRI Stasiun D.I.Yogyakarta disebut pola acara harian. Pola acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta. Setelah diterima oleh TVRI Stasiun D.I.Yogyakarta pola acara tersebut disebut pola acara tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun D.I.Yogyakarta merupakan hasil kombinasi antara pola acara Pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay dari Pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa langsung merelay dari TVRI Nasional.

Pada 1 Januari 2013 TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mempunyai jatah siaran selama 4 jam. Waktu ini diberikan oleh TVRI Nasional untuk lebih memberikan porsi yang memadai bagi stasiun daerah.


(1)

POSITIONING

8 Pentingnya Positioning Bagi TVRI Jogja? Jawab :

Positioning sangat penting karena menyangkut kepentingan artinya positioning-nya berbeda ketika kepentingannya itu berbeda tidak bisa disamakan antara penempatan positioning penyiaran Swasta dan kita (TVRI) sebagai Lembaga Penyiar Publik.

Positioning adalah bagaimana mencari dan mendapatkan tempat terbaik untuk dia (Setiap Televisi) ditengah-tengah masyarakat yang sangat heterogen, positioning didasari atas berdasarkan bahwa dia (Setiap Televisi) tidak akan bisa mengampu semua segmen dan postioning TVRI mengacu pada tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Penyiar Publik dalam hal ini TVRI jogja artinya kita bisa menyesuaikan perubahan Culture/kebudayaan orang Jogja

9 Faktor yang melatarbekangi Positioning TVRI Jogja? Jawab :

Ada dua kepentingan ketika kita melakukan positioning dan perlu dibedakan antara pengambilan positioning swasta dan TVRI selaku Lembaga Penyiar Publik yaitu yang pertama secara strategis kita mendekatkan diri kepada pemerintahanya yaitu pemerintahan kota Yogyakarta kita harus mendukung seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintahan Yogyakarta yang kedua kita berusaha mendekatkan diri kepada publik dalam artian dekat dengan masyarakat Yogyakarta

10 Maksud Tagline Baru dari TVRI Joga” Makin Istimewa”? Jawab :

Itu merupakan branding baru, dulu kan jogja never ending asia sekarang menjadi jogja makin istimewa dan juga terkait dengan pariwisata. Ditambah upaya sebagai dekat dengan publiknya dan juga fungsi dari lembaga penyiar publik . Pasca Jogja melakukan perubahan branding, TVRI Jogja pun ikut berubah dengan tujuan rebranding/penyegaran, TVRI Jogja pun berubah Secara fisik maksudnya dilayar/Frame. Perubahan di implementasikan menjadi jingle, ID Call kita menjadi “Jogja Pancen Istimewa” namun secara visi dan misi tetap sebagai lembaga penyiaran publik, sesuai tugas dan fungsinya sesuai PP no.13 Perubahan terjadi karena TVRI Jogja ingin melakukan Re-Branding/Penyegaran kepada masyarakatnya

11 Bagaimana promosi yang dilakukan TVRI Jogja? Jawab :

Membuat Stasiun ID baru yaitu “ Jogja Pancen Istimewa” dibuat lebih muda dan segar dengan musik rapper dibantu oleh Bagus, Alex YOI dan Shidiq, TVRI Jogja Menggunakan Logo baru TVRI Jogja, Memanfaatkan media internet seperti Youtube, Twitter Website dan media sosial. TVRI Jogja kini bisa disaksikan secara streaming, Sistem komunitas maksudya adalah TVRI Jogja melibatkan komunitas disetiap acaranya misal angkringan atau zona music, TVRI Jogja melibatkan komunitas-komunitas yang berkaitan semisal band-band lokal jogja, komunitas kreatif Jogja untuk berpartisipasi dalam program TVRI Jogja. Selain itu juga membuka kegitan seperti praktek kerja lapangan dan penelitian di TVRI Jogja juga merupakan kegiatan promosi yang tujuannya melaksanakan visinya di dunia pendidikan. TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para mahasiswa, utamanya yang menggeluti dunia broadcasting untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penelitian untuk penyusunan tugas


(2)

akhir/skripsi,

12 Bagaimana Cara Mempertahankan Positioning TVRI Jogja? Jawab :

TVRI Jogja selalu melakukan pembenahan citra TVRI dan budaya kerja organisasi terus dilaksanakan oleh TVRI Jogja, Re-evaluasi menyeluruh terhadap acara berita maupun non-berita. Evaluasi dilakukan disetiap akhir tahun dan Tahun ini sedang disiapkan oleh membuat Pola acara yang baru agar bisa meningkatkan bersaing degan TV Lokal lain di Yogyakarta

13 Bagaimana Strategi TVRI Jogja untuk bersaing dengan TV lain dan Adakah evaluasi yang terkait mengenai positioning atau TVRI? Jawab :

Dalam rangka meningkatkan kualitas TVRI Jogja, kita juga (TVRI Jogja) melakukan pelatihan-pelatihan dengan TVRI pusat setiap tahunya, Karyawan TVRI Jogja dikirm ke jakarta untuk Workshop Broadcasting dengan TVRI Pusat atau dengan program TVRI jogja sendiri. Melaksanakan program kerja dan menjalin kerja sama dengan pihak swasta juga menjadi salah satu pendukung promosi dari TVRI Jogja.

FORMATTING DAN PROGRAMING

14 Bagaimana Format yang diambil dalam penyusunan program di TVRI Jogja? Jawab

Format yang diusung oleh TVRI Jogja hampir lengkap dari mulai talkshow, komedi , berita, dokumenter ada di TVRI Jogja namun secara umum TVRI dalam melaksanakan strategi programnya harus sesuai dengan PP no.13 tahun 2005 tentang fungsi lembaga penyiar publik yang dilanjutkan menjadi sebuah editorial policy yang dibukukan bernama Buku Cetak biru yang berisi tentang latar belakang TVRI, dasar pemikiran, tujuan kebijakan umum seperti visi, misi, nilai dasar, identitas, posisi TVRI dan kebijakan penyiaran seperti penyelenggaraan siaran, ketentuan isi siaran, etika siaran dan bahasa siaran.

15 Apa yang mendasari terbuatnya sebuah program? Jawab :

Keberadaan TVRI pada dasarnya UUD NO32 ,lalu dewan pengawas mengeluarkan buku cetak biru Di dalam buku Cetak Biru terdapat Kebijakan LPP TVRI tersebut, terdapat beberapakebijakan yang ditetapkan oleh TVRI selama periode 2011-2016 berlangsung. Kebijakan tersebut di antaranya berisi tentang latar belakang TVRI, Dasar Hukum, Maksud & Tujuan, Sistematika, Kebijakan Umum (yang terdiri dari: visi, misi, nilai dasar, budaya kerja, tujuan dan sasaran strategis), Kebijakan Penyiaran (yang terdiri dari: kerangka filosofis & arah penyiaran, penyelenggaraan penyiaran, etika siaran dan rincian kebijakan siaran), Kebijakan Pengembangan Kelembagaan & Sumber Daya (yang terdiri dari: pengembangan kelembangaan dan pengembangan sumber daya) dan penutup

16 Bagaimana agar Program TVRI Jogja sesuai dengan amanat TVRi sebagai Lembaga penyiar publik

Jawab :

TVRI harus berpegang teguh pada tugas dan fungsinya sebagai lembaga penyiar publik dan kepada daerah diberikan hak untuk mengatur implementasi dari tugas dan fungsinya. Di TVRI Jogja merumuskannya menjadi pola siaran, pola siaran itu apa? Pola siaran ada


(3)

sebuah reprentasi sebuah kebijakan programatis dari lembaga penyiar publik TVRI jogja dalam hal ini, landasan filososinya merupakan editorial policy dari dewan pengawas bahwa kita harus membuat konten pendidikan, konten budaya, konten hiburan, konten perekat sosial dan sebagainya.

17 Apakah pogram acara TVRI Jogja diproduksi Sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain Jawab:

Pada penerapan programnya, kebijakannya penyajian program TVRI Jogja menayangkan programnya berasal dari produksi sendiri (in-House). Program in-house merupakan sebutan program yang dibuat sendiri oleh TVRI Jogja agar dapat menyesuaikan dengan visi dam misi dari TVRI Jogja sendiri adapun bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah daerah istimewa Yogyakarta dalam bentuk program berita, sosialisai kebijakan, Iklan Layanan Masyarakat dan siaran interkatif tentang layanan pemerintah.

Dan juga Bekerja sama dengan pihak swasta dalam bentuk penayangan hasil produksi (Production House), promosi produk dan sponsorship.


(4)

Wawancara dengan Bapak RM Kristiyadi selaku kepala seksi Program TVRI Jogja No Keterangan

1. STRATEGI POSITIONING

Apa saja faktor yg menentukan dalam membuat sebuah program di TVRI Jogja Jawab :

TVRI Jogja mempunyai 3 ketegori program yaitu mempunyai share yang tinggi, nilai kepublikan dan komersil. Share yang tinggi ibaratya bahwa berdakwah harus mempunyai umatnya, nilai kepublikan wajib dimiliki karena sesuai tugas dan fungsi sebagai lembaga penyiar publik maka program seperti kami bisa muncul untuk mendukung disabilitas dan yang terakhir komersil setiap program harus mempunyai anggaran dana.

Keberadaan TVRI pada dasarnya UUD NO32 ,lalu dewan pengawas mengeluarkan buku cetak biru Di dalam buku Cetak Biru terdapat Kebijakan LPP TVRI tersebut, terdapat beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh TVRI selama periode 2011-2016 berlangsung. Kebijakan tersebut di antaranya berisi tentang latar belakang TVRI, Dasar Hukum, Maksud & Tujuan, Sistematika, Kebijakan Umum (yang terdiri dari: visi, misi, nilai dasar, budaya kerja, tujuan dan sasaran strategis), Kebijakan Penyiaran (yang terdiri dari: kerangka filosofis & arah penyiaran, penyelenggaraan penyiaran, etika siaran dan rincian kebijakan siaran), Kebijakan Pengembangan Kelembagaan & Sumber Daya (yang terdiri dari: pengembangan kelembangaan dan pengembangan sumber daya) dan penutup.

2. Bagaimana TVRI Jogja menerapkan Positioning agar mudah dimengerti termasuk penggolongan acara ?

Jawab :

Cara termudahnya adalah melalui programnya maka dari itu TVRI Jogja membagi programnya kedalam 3 kategori program itu, Positioning kita khususnya TVRI Jogja sebenrya Khas, maksudnya positioning kita diikat oleh UUD sebagai TVRI yang harus menjalin persatuan dan sebagai alat pemersatu bangsa dan mendidik walaupun pastinya kita harus meningkatkan secara kontent tapi memang kita dibatasi oleh UUD , Sebenarnya kita sudah melewati berbagai era yang sangat menggoyahkan postioning misal eranya operasabun ( sinetron) semua Tv Swasta berlomba membuat sinetron bagus, lalu era mistis semua TV Swasta berlomba membuat konten mistis karena goalnya mereka ( Tv sawasta) adalah keuntungan, Namun TVRI tidak membuat progam-program seperti itu karena yang pertama sudah diatur oleh UUD dan TVRI berkewajiban Berpikir secara rasional maka dari itu kita harus konsisten dalam membuat program agar mudah dibaca oleh masyarakat. 3. Bagaimana TVRI Jogja melakukan Segmentasi

Jawab :

Segmentasi Audiens TVRI Jogja sudah diatur dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2005 tentang fungsi lembaga penyiar publik dan setiap daerah diberikan kebijakannya masing –masing namun harus sesuai dengan editorial policy yang diberikan oleh dewan pengawas dengan nama buku biru. Agar berimbang TVRI Jogja melakukan strategi programnya menjadi nilai share yang tinggi, nilai kepublikan dan komersil. Secara Programa TVRI mempunyai Segemen Umum karena memegang Prinsip Lembaga Penyiar Publik maka kita diwajibkan menjangkau semua segemen menjangkau semua umur tetapi dalam merumuskan pragram-program atau acara tentu punya segmen tersendiri .


(5)

Format setiap program yang dibuat berbeda karena menyangkut strategi komunikasi , misal segmen anak muda tentu strategi komunikasinya anak muda misal stylenya, set

panggungnya , gaya penyajianya kemudian kontent nya , anglenya, sudut pandang pengupasan materi harus anak muda dan itu wilayah kreatifitas . Maka setiap Program mempuyai segmen yang berbeda tinggal wilayah kreatifitas yang harus dieksekusi oleh produser dan tim

4. Apakah Penerapan Programing TVRI Jogja sudah sesuai dengan yang diharapkan Jawab :

Tentu dengan strategi program kita TVRI Jogja sudah berusaha untuk menyentuh lapisan masyarakat sesuai dengan amanat sebagai Lembaga Penyiar Publik walaupun

Sesuai data Nielsen target penonton TVRI adalah usia lanjut , menengah kebawah. Yogyakarta ini menarik karena apa yang dipermasalahkan dijogja bisa jadi itu masalah nasioanal , nilai tambah dari TVRI Jogja adalah kotanya, Jogja adalah kota yang sangah khas. Misal Permaslahan UGM mungkin bisa me-nasional, permasalahan keraton Jogja pasti bisa menasional , ke istimewaan itulah juga yang menjadi nilai tambah dari TVRI Jogja. TVRI jogja punya dayar tawar yang tinggi.

5 Bagaimana strategi programing TVRI Jogja agar tidak membosankan Jawab :

Dalam merumuskan programnya TVRI Jogja berusaha menyajikan acara yang sesuai dan dekat dengan kebudayaan Yogyakarta karena acara/program. Program adalah salah satu wujud representasi dari visi misi besarnya yaitu TVRI dekat dengan masyarakat Yogyakarta. Pola siaran adalah sebuah kebijakan programatis dari lembaga penyiar publik TVRI Jogja . Pola tersebut dibuat sedemikian rupa agar penoton tidak merasa monoton dan bisa menghafal jadwal acara TVRi Jogja

6 Bagaimana Proses Pengembangan Naskah Di TVRI Jogja Jawab :

Proses kreatif pengembangan program di TVRI Jogja harus megikuti adat/kebudayaan masyakarat Yogyakarta maka dari TVRI jogja mengunakan sistem keterbukaan komuunikasi kepada budayawan, akademisi untuk mendukung setiap program dari TVRI jogja agar tidak menjadi salah persepsi program. Misal dalam proses pengembangan naskah “Ketoprak” TVRI jogja mengundang penulis naskah lokal seperti Mas Nyoto dan Mas Bayu agar berkolaborasi dan saling mengisi antara tujuan dari program dari TVRI Jogja dan budaya yang berkembang di Yogyakarta.


(6)

Wawancara dengan Annisa Diana Haq selaku penonton TVRI Jogja

No Tanggapan Masyarakat

1 Pendapat tentang TVRI Jogja dan Program Favoritnya Jawab :

Kalo nonton TVRI Jogja itu kalo dibandingin sama tv-tv lain itu gambarnya kurang bagus, kurang enak diliat terus pemakaian bahasanya terkadang bahasa jawa halus jadi agak engga ngerti tapi program yang suka ditonton pendopo kang tedjo soalnya kadang lakonya suka lucu terus juga ada beberapa pesan-pesanya terus ada tembang-tembangnya jadi suka dengernya

2 Kritik Terhadap TVRI Jogja Jawab :

Kalau bisa gambarnya dibagusin lagi jadi betah buat diliat lama-lama dan ditambah Acaranya kalo bisa banyakin juga bahasa Indonesia dan kartunya atau semacam boneka-boneka lakon bahasa jawanya

Wawancara dengan Siti Jaryati selaku penonton TVRI Jogja

No Tanggapan Masyarakat

1 Pendapat tentang TVRI Jogja dan Program Favoritnya Jawab :

Di TVRI Jogja acara favorit Angkringan, temanya sederhana ceritanya bisa langsung kena, Acaranya mudah dicerna engga bertele-tele bagus untuk kehidupan sehari-sehari Taman gabusan juga bagus karena suka ngenalin makanan daerah dan wisata daerahnya

2 Kritik Terhadap TVRI Jogja Jawab :

Tidak ada kritik , obrolaan angkring tvri yogyakarta merupakan sebuah acara yang sudah berkesan di hati untuk saya,keluarga &masyarakat jogja pada umumnya.saya sudah menjadi penggemar & penikmat obrolan angkring sejak dulu di zaman belum sekolah sampe sekarang sudah lulus kuliah.