Eksistensi TVRI Sebagai Televisi Publik (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal Terhadap Tayangan-tayangan TVRI Sebagai Stasiun Televisi Publik)

(1)

SKRIPSI

EKSISTENSI TVRI SEBAGAI STASIUN TELEVISI PUBLIK

(Studi Deskriptif opini Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan

Sunggal Terhadap Tayangan-tayangan TVRI Sebagai Stasiun Televisi Publik)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Guna Memenuhi Persyaratan

Dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Oleh :

M. SANDI REZA AUGUST 040904035

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini meneliti tentang opini masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal terhadap tayangan-tayangan TVRI sebagai Stasiun Televisi Publik. Pada UU penyiaran no. 32 tahun 2002 di bagian keempat pasal 14 ayat (1) disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Di ayat (2) dipertegas yang dimaksud Lembaga Penyiaran Publik adalah Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Tujuan penelitian adalah untuk merekam serta menyimpulkan opini masyarakat terhadap kinerja dan kebijakan siaran TVRI, baik siaran TVRI SUMUT maupun siaran TVRI secara nasional sebagai TV publik.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah tayangan TVRI dan yang menjadi objek penelitian ini adalah opini masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada objek penelitian (responden). Setiap kuesioner berisi 32 pertanyaan tertutup. Penentuan jumlah objek menggunakan rumus Taro Yamane dengan teknik pengambilan sampling memakai metode purposive sampling. Teknik ini berdasarkan teknik pengambilan objek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. objek yang digunakan disesuaikan dengan kriteria–kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria objek yang dimaksudkan adalah: (1)Objek adalah masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal yang pernah ataupun sering menonton tayangan-tayangan TVRI. Objek penelitian yang terpilih harus menonton TVRI setidaknya sekali dalam satu minggu dengan durasi sekali menonton minimal 30 menit. (2) Berumur 17-50 tahun.

Untuk mempermudah penelitian, teknik di atas peneliti kombinasikan dengan accidental sampling. Di mana peneliti menjadikan siapa saja yang terlebih dahulu ditemui sebagai objek penelitian, tentunya setelah memastikan para objek penelitian memenuhi kriteria yang telah ditetapkan di awal rencana penelitian. Dari kedua metode tadi didapatlah total objek penelitian dalam penelitian ini adalah 100 orang. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi TVRI sebagai stasiun televisi publik masih jauh dari harapan, sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang penyiaran nomor 32 tahun 2002. Hal ini utamanya diukur dari rendahnya animo masyarakat yang diwakili oleh objek penelitian, menyaksikan siaran-siaran TVRI. Secara umum penelitian ini juga menggambarkan, TVRI masih belum mampu memenuhi fitrah sebuah stasiun penyiaran televisi. Memenuhi empat kebutuhan dasar para pemirsanya, yakni kebutuhan diversion, surveilance, personal identity dan terakhir personal relationship. Sebagai sebuah stasiun televisi publik, yang seharusnya memenuhi empat kriteria ( filosofi ) yaitu netral, independen/ mandiri, melayani masyakat, tidak komersial. Di mata responden nilai positif TVRI baru pada satu kriteria saja, yakni netral.


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Eksistensi TVRI Sebagai Televisi Publik (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal Terhadap Tayangan-tayangan TVRI Sebagai Stasiun Televisi Publik). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, penulis persembahkan kepada Ayahanda Sugeng Prasetyo dan Ibunda Farida Anggraini Siregar yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada peneliti. Dan juga ucapan terimakasi penulis kepada abang yang tercinta Alm. Arya Ivan.


(4)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi penulis.

4. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

5. Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Kak Ros, Rotua, dan Maya yang selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

6. Sahabat – sahabat penulis : Rangga Danusa, Rangga Ket, Ayep, Stanley, Derry, Andrie, Lukfi, Wan Shelly, Andina. Yang telah mendukung dan membantu penulis.

7. Teman-teman kampus : Rico, Dimas, Eric, Tommy, Adhar, Budi, Wan Hasri, Liya, Chiko, Fany, Kiki, Nissa, Hilda, Abram, Pampam, Adiet, Jeffry, Jimmy, Yogi, Yohana, Kibo, Sabrina, Itok dan semua yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

8. Teman-teman di kirana : Lutfi, Bobby, Rido, Pacul, Embun, Opin, Pak Deblak, Citra, mega, adinda, Fandi, Torep, Cangi, Riki, Rachmadi, Didit, Arief, Ika, Ichan, Agek, Sakti, Tobok, Aol, Bima, Jojo, Rocki, Risad, Heri, Wiro.


(5)

9. Band – band kirana : Hairdresser On Fire!, Korine Conception, The Cangis, Maktuo Dakilla, Cherry Cola, Superwonderland, Kagumikami, The Object Of Addictive.

10. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, Des 2009 Peneliti,


(6)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 7

1.5.1 Uses and Gratification ... 7

1.6 Kerangka Konsep ... 11

1.6.1 Komunikasi Massa ... 11

1.6.2 Media Massa Televisi ... 12

1.6.3 TV Publik ... 14

1.6.4 Opini Publik ... 16

1.7 Model Teoritis ... 19

1.8 Operasional Variabel ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 23

2.1.1 Komunikasi ... 23

2.1.2 Ciri Komunikasi ... 25

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 25

2.1.4 Tatanan Komunikasi ... 26

2.1.5 Komunikasi Massa ... 27

2.1.6 Media Massa ... 30

2.2 Teori Uses and Gratification... 29

2.3 Motif Penggunaan Media ... 34

2.4 Televisi ... 35

2.5 Opini Publik ... 36

2.5.1 Definisi Publik dan Tokohnya ... 36

2.5.2 Tipe Publik ... 37

2.5.3 Sikap Individu Terhadap Opini ... 38

2.5.4 Defenisi Opini Publik ... 40


(7)

2.5.6 Kekuatan Opini Publik ... 44

2.6 TV Publik ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

3.1.1 Letak Geografis ... 47

3.1.2 Keadaan Demografi ... 48

3.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi ... 52

3.1.4 Fasilitas dan Sarana ... 54

3.1.5 Struktur Organisasi Kelurahan Sei Sikambing-B ... 56

3.2 Sekilas Tentang TVRI ... 57

3.2.1 Sejarah Singkat TVRI ... 57

3.2.2 Status Hukum TVRI ... 58

3.3 Metodologi Penelitian ... 59

3.3.1 Metode Penelitian ... 59

3.4 Unit Analisis ... 60

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.6 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 65

4.1.1 Tahap Awal ... 65

4.1.2 Pengumpulan Data ... 65

4.2 Proses Pengolahan Data ... 66

4.2.1 Penomoran Kuesioner... 66

4.2.2 Editing……… ... 66

4.2.3 Coding……….. ... 66

4.2.4 Inventarisasi Variabel ... 66

4.2.5 Menyediakan Kerangka Tabel ... 66

4.2.6 Tabulasi Data……….. ... 67

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 67

4.4 Pembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

I.1 : Operasional Variabel ... 18

III.1 :Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

III.2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 50

III.3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama... 50

III.4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 51

III.5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

III. 6 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 53

III.7 : Jenis dan Jumlah Sarana Ibadah ... 54

III.8 : Jenis dan Jumlah Sarana Pendidikan ... 54

III.9 : Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan... 55

III.10 : Administrasi Sosial dan Keamanan ... 55

III.11 : Jumlah Objek Disetiap Lingkungan ... 62

IV.1 : Jenis Kelamin Responden ... 67

IV.2 : Usia Responden ... 68

IV.3 : Tingkat Pendidikan Responden ... 69

IV.4 : Pekerjaan ... 70

IV.5 : Stasiun Televisi yang Sering Ditonton ... 71

IV.6 : Acara TVRI yang Paling Disukai Responden ... 72

IV.7 : Lama Menonton Televisi Setiap Harinya ... 73

IV.8 : Lama Menonton Siaran TVRI ... 74

IV.9 : Frekuensi Menonto Siaran TVRI dalam Sebulan ... 75

IV.10 : Tanggapan Terhadap Iuran TVRI ... 76


(9)

IV.12 : Tanggapan Mengenai Keberadaan TVRI ... 78

IV.13 : Tanggapan Terhadap Kualitas Gambar dan Suara TVRI ... 79

IV.14 : Pandangan Terhadap Keseluruhan Acara TVRI ... 80

IV.15 : Keberhasilan TVRI Memenuhi Kebutuhan Pemirsanya ... 80

IV.16 : Tanggapan TVRI Sebagai Corong Pemerintah ... 81

IV.17 : Tanggapan bila TVRI memperbanyak tayangan yang mengkritisi Pemerintah...82

IV.18 : Tanggapan terhadap azas keadilan tayangan TVRI...83

IV.19 : Tanggapan Terhadap Tayangan Kenegaraan ... 84

IV.20 : Pandangan Terhadap Kemandirian TVRI ... 85

IV.21 : Tingkat Dukungan Responden Terhadap Kemandirian TVRI ... 86

IV.22 : Tanggapan Terhadap Tayangan Hiburan TVRI ... 87

IV.23 : Intrnsitas Menikmati Acara Hiburan TVRI ... 88

IV.24 :Acara Hiburan TVRI yang Paling Disukai Responden ... 89

IV.25 : Tanggapan Tentang Tayangan Informatif di TVRI ... 90

IV.26 : Intensitas Mengikuti Tayangan Informatif TVRI ... 92

IV.27 : Tayangan Informatif TVRI yang Paling digemari Responden ... 93

IV.28 : Tayangan Edukatif TVRI yang Paling disukai Responden ... 94

IV.29 : Pencerminan Nilai Adat Istiadat, Etika Serta Kekayaan Alam dan Budaya Indonesia ... 95

IV.30 : Tingkat Nasionalisme Setelah Menonton Tayangan-tayangan TVRI ... 96

IV.31 : Acara Diskusi/Sosialisasi di TVRI yang Paling Disukai ... 97

IV.32 : Intensitas Aktivitas Interaksi Responden ... 98


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar.1: Model Uses and Gratification ... 9 Gambar.2: Model Teoritis ... 19 Gambar.3: Rentang Skala ... 99


(11)

ABSTRAKSI

Skripsi ini meneliti tentang opini masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal terhadap tayangan-tayangan TVRI sebagai Stasiun Televisi Publik. Pada UU penyiaran no. 32 tahun 2002 di bagian keempat pasal 14 ayat (1) disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Di ayat (2) dipertegas yang dimaksud Lembaga Penyiaran Publik adalah Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Tujuan penelitian adalah untuk merekam serta menyimpulkan opini masyarakat terhadap kinerja dan kebijakan siaran TVRI, baik siaran TVRI SUMUT maupun siaran TVRI secara nasional sebagai TV publik.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah tayangan TVRI dan yang menjadi objek penelitian ini adalah opini masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada objek penelitian (responden). Setiap kuesioner berisi 32 pertanyaan tertutup. Penentuan jumlah objek menggunakan rumus Taro Yamane dengan teknik pengambilan sampling memakai metode purposive sampling. Teknik ini berdasarkan teknik pengambilan objek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. objek yang digunakan disesuaikan dengan kriteria–kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria objek yang dimaksudkan adalah: (1)Objek adalah masyarakat Kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal yang pernah ataupun sering menonton tayangan-tayangan TVRI. Objek penelitian yang terpilih harus menonton TVRI setidaknya sekali dalam satu minggu dengan durasi sekali menonton minimal 30 menit. (2) Berumur 17-50 tahun.

Untuk mempermudah penelitian, teknik di atas peneliti kombinasikan dengan accidental sampling. Di mana peneliti menjadikan siapa saja yang terlebih dahulu ditemui sebagai objek penelitian, tentunya setelah memastikan para objek penelitian memenuhi kriteria yang telah ditetapkan di awal rencana penelitian. Dari kedua metode tadi didapatlah total objek penelitian dalam penelitian ini adalah 100 orang. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi TVRI sebagai stasiun televisi publik masih jauh dari harapan, sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang penyiaran nomor 32 tahun 2002. Hal ini utamanya diukur dari rendahnya animo masyarakat yang diwakili oleh objek penelitian, menyaksikan siaran-siaran TVRI. Secara umum penelitian ini juga menggambarkan, TVRI masih belum mampu memenuhi fitrah sebuah stasiun penyiaran televisi. Memenuhi empat kebutuhan dasar para pemirsanya, yakni kebutuhan diversion, surveilance, personal identity dan terakhir personal relationship. Sebagai sebuah stasiun televisi publik, yang seharusnya memenuhi empat kriteria ( filosofi ) yaitu netral, independen/ mandiri, melayani masyakat, tidak komersial. Di mata responden nilai positif TVRI baru pada satu kriteria saja, yakni netral.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Sebagai ”sesepuh” dalam dunia pertelevisian, tidak sedikit tayangan TVRI yang begitu lekat di benak pemirsa Indonesia. Sebut saja tayangan ”Losmen”, serial ”Pondokan”, ACI (Aku Cinta Indonesia) yang berjaya di tahun 1980-an. Lalu ada sinetron ”Sayakti dan Hanafi”, sinetron-sinetron yang diangkat dari cerita novel berlatar ranah Minang ” Sitti Nurbaya, Sengsara Membawa Nikmat” pernah begitu menyita perhatian pemirsa di era 1990-an. Bahkan tayangan khusus untuk anak-anak yang penuh pesan moral namun begitu menghibur ”Unyil” masih begitu dirindukan. Buktinya, karakter Si Unyil di reka ulang oleh stasiun televisi Trans 7 dalam acara bertajuk ” Laptop Si Unyil” Jangan lupakan pula siaran berita dengan status ”tontonan wajib” di zaman Soeharto ” Dunia Dalam Berita” dan yang paling istimewa adalah hak ekslusif TVRI dalam membagi tayangan olah raga terakbar di dunia, FIFA WORLD CUP.

Namun seiring punahnya kejayaan orde baru, pudar pulalah wibawa TVRI. Pasca reformasi, muncul keinginan untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik. Sebuah lembaga penyiaran alternatif yang tidak menempatkan dirinya di bawah intervensi negara ataupun subordinasi pasar, melainkan di bawah supervisi dan

evaluasi publik. Menjadikan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sebenarnya sudah mendapat

legitimasi dalam UU penyiaran No. 32 tahun 2002. Pada UU penyiaran tersebut di bagian keempat pasal 14 ayat (1) disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat


(13)

independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Di ayat (2) dipertegas yang dimaksud Lembaga Penyiaran Publik adalah Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Tentu saja, UU penyiaran ini lebih banyak berbicara di level normatif. Sementara teknis operasionalnya membutuhkan peraturan yang lebih rinci. Dalam status persero misalnya, apakah mengizinkan adanya lembaga supervisi penyiaran publik yang dipertimbangkan oleh manajemen TVRI? Sementara biasanya, yang akan mengambil keputusan-keputusan yang mengikat manajemen adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kalau supervisi dan evaluasi hanya dilakukan oleh segelintir pemodal atau elite manajemen saja, tentu masa depan TVRI sebagai TV publik menjadi hal yang utopis.

Pengalaman TV publik di hampir seluruh dunia menunjukkan keharusan adanya kontrol dari publik. Misalnya, ABC Australia mempunyai The National Advisory Council (NAC) atau The Australian Broadcasting Corporation Advisory Council. Begitu juga NHK (Nippon Hoso Kyokai) dalam strukturnya memiliki Board of Governors NHK yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan-kebijakan penting seperti anggaran, rencana pengembangan stasiun penyiaran,standar program acara dan lain-lain. TV publik sebetulnya sangat dimungkinkan untuk melakukan pencarian dana (fund raising) termasuk menggunakan daya tarik programnya seperti melalui iklan atau sponsor. Dengan catatan kualifikasi, standarisasi, dan etika penempatannya harus tetap di bawah supervisi dan evaluasi publik bukan semata-mata tunduk pada rating dan kemauan pengiklan. Makanya harus ada pembatasan-pembatasan yang jelas, untuk menghindari kekaburan makna TV publik. Harapan


(14)

normatif dari munculnya TV publik adalah public sphere yakni adanya suatu wilayah yang bebas dari intervensi negara dan juga dominasi pasar.

Struktur industri penyiaran di Indonesia saat ini menekan TVRI untuk menjadikan realitas pasar yang berorientasi komersial sebagai realitas objektif. Pasar tentu saja memandang TVRI yang berdasarkan wilayah jangkauannya mencapai 841.552 Km2 (42,90 % dari luas wilayah Indonesia) dan jangkauan berdasarkan penduduk mencapai 169,282 juta orang atau 81,90 % dari jumlah penduduk Indonesia (www.Sinar Harapan.com) merupakan suatu instrumen yang menjanjikan. Jika TVRI terjebak dengan rumusan maksimalisasi produksi demi akumulasi keuntungan, apa bedanya dengan TV komersial? Penghambaan atas rating sudah pasti menjadi prioritas isi media, dengan mengkonstruksi selera publik sebagaimana keinginan pengiklan.

Semakin hari angkasa nusantara semakin disesaki oleh frekuensi siaran televisi swasta yang baru muncul. Hal itu membuat masyarakat mempunyai banyak sekali pilihan tontonan. Kehadiran tv-tv baru ini sudah tentu menjadikan TVRI semakin punya banyak saingan dalam memperebutkan perhatian khalayak. Sementara TVRI sendiri punya keterbatasan ruang gerak yang disebabakan tanggung jawabnya sebagai stasiun televisi publik. Televisi swasta memandang masyarakat sebagai pasar sehingga mereka begitu peduli dan peka terhadap selera menonton masyarakat, sedangkan TVRI harus mempopulerkan “nilai – nilai ketauladanan di masyarakat”. Kondisi TVRI ini diperparah oleh minimnya anggaran operasional mereka. Akibatnya TVRI tidak sanggup menjaga kualitas gambar dan suara sesuai dengan tuntutan zaman, serta berkreasi dalam siarannya. Penurunan jumlah penonton/pemirsa setia sangat terasa, terutama dikalangan generasi muda. Hal ini dirasakan langsung oleh peneliti. Pernah suatu saat peneliti berkumpul dengan teman – teman dirumah orang


(15)

tua peneliti. Lalu peneliti memasang channel TVRI. Seluruh teman – teman peneliti tidak setuju dengan keputusan itu. Ada yang marah dan ada yang tertawa sambil menyeletuk “TVRI kok ditonton, macam uwak – uwak aja kau!”. Ternyata yang terjadi dirumah peneliti bukan kejadian tunggal. Dibanyak daerah terutama dikota besar jumlah pemirsa TVRI terus menurun. Peneliti mengetahui fenomena ini karena saat berselancar didunia maya peneliti sering membuka blog – blog yang bertema “TVRI”. Salah satu yang paling sering diikuti www.cintatvri.blogspot.com.

Pada observasi awal, peneliti menemukan fakta bahwa seluruh masyarakat kelurahan sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal telah memiliki televisi dirumahnya masing – masing. Buktinya disetiap rumah selalu terdapat tiang antena penerima siaran televisi. Jarak kelurahan sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal dengan stasiun pemancar TVRI dijalan Putri Hijau Medan bisa ditempuh kurang dari 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kedekatan jarak ini menjadikan sinyal frekuensi dari TVRI Medan bisa diterima dengan baik. Hasilnya hampir disetiap rumah kualitas gambar maupun suara siaran TVRI yang di terima pesawat televisi cukup baik. Sehingga masyarakat kelurahan tersebut dengan leluasa dapat mengakses siaran TVRI baik siang maupun malam.

Beragam uraian di atas inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti ”Eksistensi TVRI sebagai stasiun televisi publik dengan meneliti opini masyarakat kelurahan sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal terhadapnya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: "Bagaimanakah opini masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal terhadap tayangan-tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik?”


(16)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada opini publik terhadap tayangan-tayangan di TVRI sebagai stasiun televisi publik.

3. Objek penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal yang pernah atau sering menonton tayangan-tayangan TVRI dan berusia 17-50 tahun. Usia responden dipilih antara 17 – 50 tahun dengan alasan rentang usia tersebut adalah usia yang cukup matang dalam berpikir dan bertindak. Dan batasan usia maksimal responden 50 tahun adalah karena manusia yang umurnya berada di atas usia tersebut mengalami penurunan kualitas kesehatan secara alamiah seperti, pikun, kesehatan mata berkurang atau rabun. Sedangkan salah satu metode penelitian ini menggunakan kuesioner.

4. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2009. dan penelitian akan diperpanjang jika data diperoleh belum lengkap.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.


(17)

1.4.1. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui opini tentang eksistensi TVRI sebagai stasiun televisi publik di kalangan masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal yang pernah atau sering menonton tayangan-tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik.

2. Untuk mengetahui motif masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal dalam menonton tayangan-tayangan di TVRI.

3. Untuk mengetahui manfaat yang diterima oleh masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B Kecamatan Medan Sunggal setelah menonton tayangan-tayangan TVRI.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan waasan peneliti terhadap dunia penyiaran televisi.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi Massa.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen TVRI dan departemennya yang berkompeten dalam merumuskan kebijaksanaan tayangannya.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun


(18)

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 1995 : 39-40).

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6).

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah :

1.5.1. Uses and gratifications

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :

Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa (Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345). Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam


(19)

mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld y1940-ang meneliti alas1940-an masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membaca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).

Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut :

1. Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi

2. Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial

3. Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai 4. Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).

Seperti yang telah kita diskusikan di atas, uses and gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap


(20)

berbagai hal secara lebih mendalam. Karena Teori Uses and Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak bagi dirinya (Nurudin, 2004:181). Maka penjabaran uses and gratifications digambarkan seperti berikut (Rakhmat1993:66):

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek -Variabel Individual - Personal - Hubungan - Kepuasan -Variabel Lingkungan - Diversi - Macam isi - Pengetahuan

- Personal Identity - Hubungan dengan isi

Gambar 1. Model Uses and Gratifications

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa Anteseden meliputi Variabel Individual yang terdiri dari data demografis seperti; usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan. Dalam variabel lingkungan yang tercakup didalamnya adalah organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.

Motif tidak terbatas, tapi operasionalisasi Blumler dalam Rakhmat (1993:66) menyebutkan tiga orientasi: Orientasi Kognitif (kebutuhan informasi), Surveillance (pengawasan lingkungan), atau eksplorasi realitas, diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal (yakni


(21)

menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

Beberapa ahli menyebukan bahwa motif dasar menggunakan media adalah kebutuhan akan kontak sosial. Oleh Katz, Blumler dan Gurevitch dalam Rakhmat, (2005:208) kontak sosial tersebut dikelompokkan pada “aliran” Unifungsional. Kemudian disebutkan dua fungsi media massa lainnya (“aliran” bifungsional). Media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi—Menurut Weiss; atau hiburan dan informasi—Menurut Wilbur Schramm. Yang lain lagi menyebutkan empat fugsi media massa dalam memenuhi kebutuhan: Surveillance (pengawasan lingkungan), correlation (hubungan sosial), hiburan dan transmisi kultural.

Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Sedangkan yang terakhir adalah Efek media, yang dapat dioperasioanalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi. 1995 : 40).


(22)

1.6.1. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang\dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004 : 3).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi massa yang lain, yaitu Gerbner. Komunikasi massa ialah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4).

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Sedangkan menurut Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Masalah jumlah pembaca atau pemirsa tidak ada pembatasan yang jelas secara matematis.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy,2006:21).

Dari buku Effendy pula terungkap bahwa berbagai defnisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi tidak terlihat perbedaan yang mendasar


(23)

atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Kesimpuannya komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik umum yaitu :

1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimuli alat indra "terbatas" 8. Umpan balik tertunda (delayed)

1.6.2 Media Massa Televisi

Everet M. roger, dalam bukunya Diffusion of Innovation menyatakan bahwa tekhnologi dirancang untuk “instrumental action” ( gerak peralatan) guna mengurangi ketidak pastian dalam hubungan sebab akibat. Termasuk di dalamnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dan dalam bukunya yang lain ( Communication Technology: The new media in society ) Roger menulis bahwa tekhnologi biasanya memiliki dua aspek. Yaitu aspek perangkat keras dan aspek perangkat lunak. Aspek perangkat keras bersifat objek materi. Sedangkan aspek perangkat lunak adalah dasar informasi untuk perangkat keras.

Dalam tekhnologi informasi, media saluran televisi menempati posisi terdepan. Dalam hal popularitas dan pengaruh. Kemampuan media massa televisi memadukan informasi dalam bentuk audio dan visual membuatnya begitu dipuja. Kemampuan itu pula yang membuat daya tembusnya dalam fikiran pemirsa, bisa begitu dalam. Yang pada akhirnya meninggalkan bekas mendalam. Fungsi televisi


(24)

hampir sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004 : 128).

Masih menurut Ardianto, media massa televisi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan

media massa lainnya yaitu : 1. Audiovisual

2. Berpikir dalam gambar

3. Pengoperasian lebih kompleks.

1.6.3. TV Publik

TVRI mendapatkan anugerah sekaligus kepercayaan untuk menjadi Televisi

Publik sesuai dengan amanat UU 32/ 2002. TVRI menjalankan fungsi sepenuhnya sebagai TV Publik sejak 28 Desember 2005. Pertama kali dalam sejarah bangsa ini, rakyat Indonesia memiliki Televisi Publik yang menjadi tumpuan masyarakat untuk berperan sebagai media alternatif yang mampu menyajikan program siaran yang bermutu dan tidak melulu didominasi oleh kepentingan komersial. Sejuta harapan disandarkan kepada TVRI beserta jajaran manajemen dan Dewan Pengawas agar TVRI mampu "unjuk gigi" dalam keunikan dan kedudukannya yang sekarang. Sebagai Televisi Publik, TVRI harus mampu berperan aktif untuk menyediakan ruang bagi wacana publik, menghidupkan peran supervisi publik sebagai khalayak dan juga


(25)

mengajak mereka berpartisipasi aktif dalam mendukung tersajinya program acara yang benar-benar mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Peran publik ini yang tentunya tidak bisa dilakukan di masa-masa sebelumnya terkait dengan keberadaan televisi swasta yang selama ini telah mengurung kita dengan berbagai program tayangannya yang melulu tersaji karena kepentingan rating dan pendapatan iklan. Dalam Ps. 3 PP 11/2005 dikatakan, TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, sekaligus kontrol dan perekat sosial. Keikutsertaan publik oleh karenanya menjadi jiwa dari operasional TVRI sekarang. Bagaimana publik melekat dalam seluruh aktivitas dan gairah kreativitas berkarya.

Terkait dengan melekatnya publik dalam seluruh aktivitas TVRI kita bisa belajar dari TV Publik (PBS - Public Broadcast Station) di Arizona, AS beberapa waktu lalu. TV Publik di Amerika memegang peranan penting tidak saja sebagai pembentuk identitas nasional, tetapi sekaligus mencerminkan keberagaman keinginan, kebutuhan, serta harapan masyarakat akan sebuah program siaran. Kondisi yang sama yang tentunya juga diharapkan akan mampu dilakukan oleh TVRI, sehingga masyarakat yang sekaligus merupakan khalayak tersebut ditempatkan sebagai warga negara yang sesungguhnya, yang memiliki hak untuk memperoleh informasi yang benar serta menyampaikan aspirasi mereka. Ada dua penting yang bisa kita pelajari dari mereka.

Pertama keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat terhadap TV Publik di Arizona. Yang pertama adalah donasi publik (public donation) yang merupakan dukungan publik secara sukarela dengan menyumbangkan sejumlah uang agar acara yang mereka gemari dapat terus ditayangkan dan dikembangkan. Pembiayaan TV


(26)

Publik berasal dari beberapa sumber, yaitu iuran penyiaran, APBN atau APBD, sumbangan masyarakat, iklan dan usaha lain yang sah. Donasi publik adalah bentuk sumbangan masyarakat yang sifatnya sukarela; dan ini berbeda dari iuran penyiaran yang selama ini kita kenal dan sifatnya wajib. PBS di Arizona memiliki beberapa saluran telepon yang dapat dihubungi oleh masyarakat 24 jam setiap harinya untuk menyatakan dukungan mereka atas sebuah program acara, menyampaikan kritik, saran, serta menyumbangkan sejumlah dana agar acara tersebut dapat terus ditayangkan dan dikembangkan. Tidak ada paksaan, namun dari sinilah TV Publik dapat mengikuti tren yang berkembang di masyarakat tentang mata acara yang disukai. Jika misalnya, acara kesenian daerah (wayang orang, wayang kulit, kethoprak) diminati oleh masyarakat maka mereka yang merasa puas oleh sajian ini dapat menghubungi hotline yang tersedia untuk menyatakan dukungan dan menyumbangkan sejumlah dana secara sukarela. Public donation menunjukkan betapa dukungan, kepedulian, sekaligus rasa memiliki masyarakat terhadap TV Publik sudah sangat besar. Tidak mengherankan jika menurut Craig Allen (Arizona State University), PBS di Arizona menjadi TV paling digemari dan mengalahkan stasiun -stasiun televisi swasta lokal dan nasional yang ada.

Yang kedua adalah bagaimana menata program siaran TV Publik di Arizona untuk tetap fresh dan kreatif. Dalam menciptakan program acara yang kreatif dan mampu menarik perhatian serta memuaskan khalayak, PBS di Arizona bekerjasama dengan universitas setempat. Para mahasiswa Jurnalistik dan Komunikasi Massa di The Walter Cronkite School of Journalism and Mass Communication, Arizona State University menjadi partner kreatif dalam menghasilkan program acara yang tidak kalah menarik kemasannya dengan program-program yang ditayangkan oleh TV swasta. Salah satu acara yang paling digemari oleh masyarakat Arizona, yang


(27)

merupakan produksi bersama TV publik di sana dan para mahasiswa tersebut adalah program dialog bersama Gubernur Arizona. Syuting dilakukan di studio kampus, dan merupakan kerja kreatif bersama antara kru PBS dan para mahasiswa. Program ini sekaligus merupakan bentuk dukungan penuh pemerintah (selain dalam bentuk pendanaan) terhadap TV Publik yang menunjukkan political will mereka dalam menjadikan TV Publik sebagai penyeimbang dalam penyajian informasi yang benar, pendidikan, budaya, dan hiburan bagi masyarakat.

1.6.4. OpiniPublik

Definisi publik: John Dewey “Publics are spontaneous groups of citizens who share the indirect effects of a particular action”

Publik adalah kelompok spontan dari suatu penduduk yang berbagi tindakan khusus secara tidak langsung.

Public is about the what of belonging to the people; relating to, or affecting, a nation, state, or community; opposed to private; as, the public treasury, a road or lake. Public is also defined as the people of a nation not affiliated with the government of that nation.

Publik adalah tentang hal yang semestinya bagi orang orang : hubungan, perasaan/emosi, bangsa, negara bagian atau suatu komunitas, dan lain-lain. Publik juga di definisikan sebagai orang di suatu bangsa yang tidak menggabungkan diri dengan pemerintahan di suatu bangsa.

Definisi masyarakat dari segi istilah menurut Drs.Sidi Gazalba mengutamakan dua perkara, pertama, interaksi manusia dengan manusia, hidup berkelompok dan


(28)

dalam masyarakat yang teratur. Kedua, pemelihara interaksi yang teratur dalam kelompok. Masyarakat merupakan pergaulan hidup, pengaulan antara manusia dengan kelompok. Institut masyarakat bertanggungjawab mempertahankan hubungan yang teratur antara individu dengan individu. Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Perbedaan Publik dengan Masyarakat : Masyarakat lebih luas ruang lingkupnya daripada Publik. Publik lebih spontan, sedangkan masyarakat lebih teratur. Publik adalah masyarakat yang tertarik dengan suatu hal(tergantung dengan masalah/hal yang dihadapi).

Definisi Opini Publik : Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu.

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan. kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995 : 33). Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari


(29)

masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik.

2. Objek penelitian.

Objek peneltian dalam penelitian ini adalah opini publik masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal.


(30)

Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut :

Tabel I.1. Operasinal Variabel Variabel teoritis Variabel operasional Subjek penelitian

Tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik

• Independen

• Netral

• Tidak komersil

• Melayani masyarakat

Objek penelitian

Opini publik masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B kecamatan Medan Sunggal

• Diversion

• Personal relationship

Subjek penelitian

Tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik

Objek penelitian

opini publik masyarakat kelurahan Sei Sikambing-B


(31)

• Personal identity

• Surveillance

• Karakteristik reponden:

− Jenis Kelamin

− Usia

− Tingkat pendidikan

− Frekuensi menonton

− Durasi menonton

1.8. Operasional variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel tayangan TVRI sebagai stasiun televisi publik

Independen : Kemandirian TVRI dalam menentukan kebijakan tayangannya.

Netral :Tayangan TVRI tidak hanya menguntungkan/ menyuarakan kelompok tertentu saja tetapi bersifat berimbang, berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang universal.


(32)

Tidak komersil : Tidak berorientasi kepada mengejar keuntungan materi

belaka.

Melayani masyarakat : Kemampuan TVRI memenuhi harapan khalayak

Ramai yang menjadi penonton setianya.

2. Variabel opini publik

Diversion : Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

Personal realitionship : Persahabatan, kegunaan sosial.

Personal identity : Referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai.

Surveillance : Bentuk-bentuk pencarian informasi.

Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (wanita atau pria).

Usia : Umur responden saat mengisi kuesioner. Tingkatan umur responden yang akan dijadikan sampel yaitu 17-50 tahun.

Pendidikan : Tingkat pendidikan terakhir dari responden yang akan dijadikan sampel.

Frekuensi menonton : tingkat keseringan seseorang menonton Durasi menonton : lama seseorang menonton televisi


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori memegang peranan amat penting dalam melakukan penelitian, karena teori merupakan landasan berfikir untuk mendukung pemecahan masalah dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 1989:37) yakni serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Adapun teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa. 2.1.1. Komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1985:1).

Istilah komunikasi (Indonesia) atau communication berasal dari bahasa latin yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran di mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya atau dapat dikatakan pendengarnya juga ikut ambil bagian dalam pembicaraan tersebut. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum ataau bersama – sama. Kata kerjanya communicare, artinya berdialog, berunding atau bermusyawarah.


(34)

Ada berbagai macam defenisi komunikasi yang disampaikan oleh para ahli. Menurut Carl I. Hoveland (1948) komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya dalam bentuk kata – kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Arifin,1988:25).

Sedangkan menurut Onong U. Effendi (1992:5), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau prilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam proses komunikasi terdapat tiga unsure yang sangat penting, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer, yaitu : proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran.

2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu : proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy,1993:33).


(35)

2.1.2. Ciri Komunikasi

Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari komunikasi, antara lain :

1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication) a) Komunikasi Lisan (Oral Communication)

b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Non verbal (Nonverbal Communication)

a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication) b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)

3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication)

4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)

2.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi.

Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion) 3. Mengubah prilaku (to change the behaviour)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy,1999)., yaitu:

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)


(36)

2.1.4. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.

Komunikasi Pribadi ini terbagi atas:

a). Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b). Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.

Komunkasi ini terdiri dari :

a). Komunkasi kelompok kecil (small group communication) Ceramah (lecture)

Diskusi Panel (panel discussion) − Symposium

− Forum − Seminar − Lain-lain

b). Komunikasi kelompok besar (large group communication / Public Speaking).


(37)

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisai media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja,2002:2.1). Komunikasi massa juga merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoprasian terutama sifat khalayak yang luas, heterogen, dan anonim, sifat bentuk komunikasi yang di karakterisiasikan sebagai komunikasi yang umum serta sifat komunikatornya yang terorganisir (Rakhmat, 1985:3).

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Rakhmat,2001:188). Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara masal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

Ada beberapa sifat yang melakat dalam komuniksai massa dan sekaligus membedakannya dengan bentuk komunikasi lainnya (Liliweri,1991: 37-39):

1. Sifat Komunikator

Sesuai dengan hakekatnya dalam sifat penggunaan media secara profesional dengan teknologi tingi melalui usaha – usaha industri maka pemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas, fungsi – fungsi serta misi tertentu. Oleh karenanya, maka berbagai pesan yang terbit dari satu media massa sebenarnya bukan lagi milik perorangan tetapi hasil rembukan,


(38)

olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam organisasi pemilik media ini terdapat pula gatekeeper. Fungsi gatekeeper ini dalam badan – badan usaha pers umumnya dilakukan oleh editor yang berfungsi menyunting naskah supaya sesuai dengan misi organisasi, khalayak yang dituju maupun konteks yang meliputi organisai pers dengan khalayak secara bersama – sama.

2. Sifat Pesan

Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai tempat di muka bumi. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya ditujukan kepada suatu masyarakat tertentu.

3. Sifat Media Massa

Sebenarnya salah satu ciri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa nampaknya lebih bertumpu pada andalan teknologi pembagi pasan dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak dan melipatgandakannya.Bantuan industri mengakibatkan berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara yang cepat serta tepatdan terus menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai titik –titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama.

4. Sifat Komunikan

Komunikan dalam suatu komunikasi massa dalah khalayak. Khalayak merupakan masyarakt umum sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis, maupun psikografis. Jumlah keanggotaan


(39)

komunikan itu sangat besar, bisa puluhan, ribuan, jutaan, diantara mereka tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya namun pada suatu waktu dan mungkin pada tempat yang relatif sama mereka memperoleh jenis pesan yang sama dari media massa tertentu.

5. Sifat Efek

Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, berdasarkan teori hirarki efek yaitu : (a) efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.; (b) efek afektif dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senagnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar, mendengar radio, atau menonton televisi; (c) efek konatif, yaitu akibat pesan komunikasi massa orang mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

6. Sifat Umpan Balik

Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. Pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat yang sama melainkan ditunda setelah suatu media itu beredar, atau pesannya itu memasuki kehidupan masyarakat tertentu.

Komunikasi Massa ini terdiri dari :

a). Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication) − Surat Kabar (daily)


(40)

− Majalah (magazine)

b). Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)

− Radio − Televisi − Film − Lain-lain

1. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari: a). Surat

b). Telepon c). Pamflet d). Poster

e). Lain-lain (Effendy,1999).

2.1.6. Media Massa

Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc. Quail, 1991:3) : 1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang

menciptakan lapangan pekerjaan, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Dilain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain.


(41)

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian perkembangan untuk seni dan simbol, tapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Media massa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia zaman sekarang ini.

Menurut Cangara (2002: 134-135), karakteristik media massa yaitu:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni melai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.


(42)

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangn waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peraltan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

2.2 Teori Uses and Gratification

Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Teori ini secara radikal menandai pergeseran fokus pandangan dari apa yang media lakukan untuk khalayak menjadi apa yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Dan karenanya terpaan media belum

tentu diterima dan ditiru oleh khalayak. (http://tengkudhaniiqbal.wordpress.com/2006/08/04/televisi-dan-pemirsa-buatan).

Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun


(43)

1940-an oleh Paul Lazarfeld y1940-ang meneliti alas1940-an masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar. Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian.

Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media-persons interactions sebagai berikut (http:/komunikasimassa-umy.blogspot.com/2005/11/teori-komunikasi-massa-terhadap,html):

1. Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi

2. Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial

3. Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai 4. Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi).

Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and Passive Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif.

Pertama adalah selektifitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Merka tidak


(44)

asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu. Misalnya, kalangan bisnis lebih berorientasi mengkonsumsi Majalah Swasembada dan Harian Bisnis Indonesia untuk mengetahui perkembangan dunia bisnis, penggemar olahraga mengkonsumsi Tabloid Bola untuk mengetahui hasil berbagai pertandingan olah raga dan sebagainya.

Karakteristik kedua adalah utilitarianisme (utilitarianism) di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

Karakteristik yang ketiga adalah intensionalitas (intentionality), yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media. Karakteristik yang keempat adalah keikutsertaan (involvement) , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

Yang kelima, khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.

Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik

(http://komunikasimassa-umy.blogspot.com/2005/11/teori-media-dan-khalayak-dalam.html).

2.3 Motif Penggunaan Media

Menurut teori behaviorisme “ low of effects “ prilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila media massa tersebut tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita. Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif – motif


(45)

tertentu ( Rakhmat, 2001 : 207 ). Sehingga sangat jelas apabila seseorang menggunakan media massa karena ada dorongan oleh motif – motif tertentu.

Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada saat yang sama kebutuhan ini juga dapat dipuaskan oleh sumber – sumber lain selain media massa. Contohnya jika kita menginginkan kesenangan media massa akan memberi hiburan, namun hiburan juga bisa didapatkan lewat sumber lain seperti kawan, ataupun hobi. Namun ada juga anggapan bahwa media massa hanya memenuhi satu kebutuhan saja, yaitu memuaskan keinginan melarikan diri atau hasrat bermain (menurut Stephenson). Kaarle Nordenstreng menyebutkan bahwa motif dasar untuk menggunakan media adalah kebutuhan akan kontak sosial. Oleh Katz, Blumer dan Gurevitch (1947), mereka dikelompokkan pada aliran unfungsional.

Berdasarkan aliran psikologi motivasional, William J. McGuire membagi motif dalam dua kelompok besar, yaitu kognitif dan afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Sedangkan motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

Menurut uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Ini berarti bahwa efek media massa juga berlainan pada setiap anggota khalayaknya. Kepada pencari informasi, media massa diduga mempunya efek kognitif. Kepada pencari identitas, media massa mungkin menimbulkan efek afektif.

2.4. Televisi

Televisi siaran merupakan media di jaringan komunikasi dengan cirri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikator


(46)

melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen (Effendy, 1993:21).

Sedangkan menurut Atmowiloto (1986:6) televise itu mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan adanya unsur-unsur kata, musik dan sound effect juga mempunyai keunggulan menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya.

Dari pendapat-pendapat mengenai televisi di atas dapat disimpulkan ternyata televisi itu memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media yang lain.

Menurut Kuswandi (1996:23), kekuatan televisi adalah:

1. Menguasai jarak dan ruang karena telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transisi) melalui satelit.

2. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau komunikasi massa cukup besar. 3. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan maupun informasi sangat cepat.

4. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambar yang bergerak (ekspresif).

5. Yang mempengaruhi dari televisi adalah informasi yang disampaikan jelas, singkat, sistematis sehingga pemirsa televisi tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

2.5. Opini publik

2.5.1. Definisi publik dan tokohnya

Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984 : 19), publik atau khalayak ramai adalah sejumlah orang yang mempunyai minat sama terhadap suatu persoalan tertentu. Mempunyai minat yang sama tidak berarti mempunyai pendapat yang sama. Dengan demikian, publik adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa tertarik terhadap


(47)

suatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar dan dengan mewujudkan tindakan yang konkret.

Sedangkan pengertian public menurut Soekamto adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi baik media komunikasi secara umum misalnya pembicaraan secara pribadi, desas-desus, melalui media komunikasi massa misalnya surat kabar, radio, televisi dan sebagainya.

Bogadus mengatakan bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah (Sumarno, 1990: 24).

Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990 : 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai berikut:

1. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu; 2. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut;

3. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.

2.5.2. Tipe publik

Empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992:139) dalam bukunya “Strategic Management, public and issues”

1.All issue publics : bersikap aktif dalam berbagai isu.

2.Apathetic publics : tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu


(48)

4.Hot issue publics : baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang dan isu menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas.

2.5.3.Sikap individu terhadap opini.

1.Orientasi

Orientasi individual mencakup persepsi terhadap isu atau objek dalam lingkungan dan persepsi orang lain yang signifikan terhadap isu atau objek yang sama sedang. Model orientasi menyangkut masalah penilaian terhadap objek berdasarkan pengalaman dengan sumber nilai :

a). Kemenonjolan (salience) yaitu perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya.

b) relevansi (pertinence) yaitu nilai relative dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek dengan objek berdasarkan atribut yang sama.

C). sikap adalah predisposisi atau preferensi lintas situasional berkenaan dengan sebuah objek yang berhubngan dengan empat komponen : kerangka referensi evaluatif (nilai dan kepentingan), kognisi (pengetahuan dan keyakinan), apektif (perasaan) dan kecenderungan, niat prilaku (conation)

2.Koorientasi

Ketika dua atau lebih orientasi individu mengarah pada isu atau objek yang sama, maka individu itu berada dalam keadaan koorientasi. Model koorientasi mencakup tahapan Konstruk intrapersonal : a). Congruention ( sejauhmana pandangan


(49)

anda sesaui dengan perkiraan anda tentang pnadangan orang lain mengenai isu yang sama) b). kesepakatan (agreement) (sejauhmana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. c). Pemahaman (understanding) (mengukur kemiripan dalam definisi dari dua orang atau lebih)

4. Konsensus monolitik

Merupakan tingkat kesepakatan actual yang tinggi yang secara akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.

5. Konsensus semu

Ketidaksepakatan aktual tetapi mayoritas meeka yang terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat

6. Konsensus penuh

Serangkaian pemahaman timbal balik yang terus menerus antar anggota dari kelompok yang membahas isu tersebut

Menurut William Albig (Sunarjo, 1984 : 31), opini adalah suatu pemyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau "an opinion is some expression on controversial point". Selanjutnya Albig mengemukakan bahwa pendapat atau opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Suatu hal atau sesuatu masalari yang nyata dan jelas tidak dapat menjadi subjek opini publik. Subjek opini publik


(50)

biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai rasa ragu-ragu terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya.

Dengan demikian, pengertian opini mempunyai dua unsur, yaitu: 1. pernyataan,

2. mengenai masalah yang bertentangan.

Pendapat atau opini itu tidak akan timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Adapun pendapat-pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukan dengan tingkah laku atau dengan suatu bentuk tingkah laku yang lain.

Sunarjo (1984 : 24) menjelaskan opini (pendapat) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan;

b. merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat; c. mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

2.5.4. Definisi Opini Publik :

Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu.

Para ilmuwan mengungkapkan berbagai rumusan yang satu sama lain berbeda akan batasan opini publik. Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 70) menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu isu


(51)

dalam pembicaraan secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang. Dengan demikian, opini publik terbentuk melalui suatu kegiatan berupa debat pembicaraan, atau pertukaran informasi antara individi-individu yang berada dalam suatu kelompok.

Sedangkan menurut Clyde, opini publik adalah penilaian sosial mengenai suatu masalah yang penting dan berarti, berdasarkan proses perukaran-pertukaran yang sadar dan rasional oleh khalayaknya (Sumarno, 1990 : 19).

Irish dan Protho (Susanto, 1985 : 91) menyatakan bahwa suatu pendapat harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai opini publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini karena belum mengalami proses komunikasi. Suatu pendapat akan menjadi isu apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra suatu pendapat (tentang suatu kejadian) yang telah dinyatakan. Dengan demikian, ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya. Selanjutnya Irish dan Protho (Susanto, 1985 : 92) menambahkan bahwa suatu isu akan menjadi isu sosial apabila ia menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya (dan menyatakannya) atau memberikan tanggapannya atas persoalan yang dibahas oleh pendapat semula. Dengan demikian, opini publik merupakan opini yang mengandung unsur-unsur berikut:

1. Adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial;

2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah tersebut, melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha memberikan pendapatnya.

3. Adanya kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontroversial tersebut.

Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa opini publik adalah (Sunarjo, 1984 : 32) :


(52)

1. Opini publik merupakan persatuan pendapat (sintesa dari pendapat-pendapat orang banyak);

2. Sedikit banyaknya mendapat dukungan dari sejumlah orang;

3. Dalam opini publik orang menyatakan persetujuan atau tidak setuju terhadap gagasan atau terhadap suatu situasi, kejadian atau peristiwa;

4. Opini publik merupakan kesatuan perasaan (emosi) dan akal, karenanya opini mudah berubah misalnya dari setuju menjadi tidak setuju;

5. Opini publik dapat dibentuk dan karena opini itu bukan suatu fakta maka belum tentu benar;

6. Opini publik mungkin sekali dilakukan dengan timbulnya suatu aksi, misalnya demonstrasi atau unjuk pendapat;

7. Tidak boleh dilupakan bahwa terbentuknya opini publik selalu memulai diskusi sosial.

2.5.5. Proses Pembentukan Opini Publik

Menurut Cutlip dan Center, opini publik merupakan hasil penyatuan pendapat para individu tentang masalah-masalah yang bersifat umum (Sastropoetro, 1990 : 52). Mengenai suatu persoalan (isu) yang dianggap aktual, tiap individu dapat mempercakapkannya tanpa acara, waktu dan tempat. Percakapan yang berupa pertukaran-pikiran dan kadang-kadang berdebat sengit itu berlangsung di jalan, di kantor, di rumah makan atau waning kopi, di tempat-tempat pertemuan atau dimana saja, dimana masing-masing pihak yang terkait mengajukan pendapatnya berlandas pada fakta atau perasaan (sentimen), prasangka (prejudice), harapan, ketakutan, kepercayaan, pengalaman, prinsip-prinsip, pendirian, tradisi, keyakinan dan sebagainya. Persoalan yang didiskusikan iu dalam prosesnya mengacu pada suatu kondisi yang terkonsolidasi dan jelas hingga terwujud bentuk-bentuk pendapat


(53)

tertentu (Sumarno, 1990 : 19). Selanjutnya dikemukakan bahwa. orang-orang yang mempunyai opini atau pendapat yang tegas, mendasarkannya kepada alasan-alasan yang rasional yang berarti dasar-dasar yang masuk akan dan dapat dimengerti oleh orang lain. Jadi seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan perlu diulangi kembali ialah ada tiga sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat, yaitu :

1. Perbedaan pandangan terhadap fakta

2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan 3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan

Dasar-dasar yang rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti bahwa disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu opini yang menguntungkan.

Kelompok-kelompok manusia yang terdiri atas individu-individu yang secara kebetulan misalnya bertemu di jalan, di waning, di tempat kerja atau dirumah, kemudian secara tidak sadar berkumpul dan kemudian mendiskusikan isu tersebut hingga terpenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Sastropoetro, 1990 : 108):

1. Kehadiran kelompok bukan akibat dari suatu rencana yang telah dirumuskan terlebih dahulu, tetapi merupakan suatu respon yang bersifat alamiah dan wajar terhadap suatu isu atau situasi tertentu;

2. Kelompok tersebut bukan pula merupakan suatu kelompok yang telah didirikan secara resmi, dan karenanya tidak mengenal struktur organisasi dan unsur norma lainnya;

3. Bertemunya individu-individu dalam kelompok terbentuk karena spontanitas. Tersiarnya berita-berita, menimbulkan situasi bahwa secara tidak sengaja dan tertarik kepada berita-berita tersebut, orang-orang membicarakannya. Mereka secara


(54)

spontan membicarakan salah satu soal yang bersifat kontroversial. Pada awalnya pembicaraan berjalan tenang, tetapi lambat laun tanpa disadari mereka terlibat dalam diskusi. Masing-masing mengemukakan suatu penyelesaian. Pendapat-pendapat yang saling dipertukarkan akan menghasilkan masukan yang beragam dan simpang siur, yang lambat laun akan menuju kepada satu pikiran yang bulat.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, menurut Sastropoetro (1990 : 109), terdapat tiga tahap pembicaraan sebagai berikut:

Tahap 1 : masukan yang masih semrawut

Tahap 2 : tahap pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk pikiran yang jelas dan menyatu.

Tahap 3 : tahap dimana pendapat telah menyatu, bulat dan kuat.

Pendapat yang terbentuk itu tidak ditentang lagi oleh orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Seterusnya publik itu bubar dan membicarakan masalah lain. Pendapat yang telah dinyatakan dan tidak dipertentangkan itulah yang disebut dengan opini publik.

2.5.6. Kekuatan Opini Publik

Pada opini publik terdapat beberapa kekuatan yang dimilikinya, yaitu (Sastropoetro, 1990 : 119-123):

1. Dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap seseorang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut, misalnya rasa malu, rasa

dikucilkan, rasa dijauhi, rasa tak berarti lagi dalam masyarakat yang menimbulkan frustasi hingga putus asa dan sebagainya.

2. Sebagai pendukung bagi kelangsungan norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan sesamanya.


(55)

3. Dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau menghancurkannya. 4. Dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.

5. Dapat melestarikan norma sosial.

2.6.TV Publik

Kita harus ingat pasca reformasi, muncul keinginan untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik. Sebuah lembaga penyiaran alternatif yang tidak menempatkan dirinya di bawah intervensi negara ataupun subordinasi pasar, melainkan di bawah

supervisi dan evaluasi publik. Menjadikan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sebenarnya sudah mendapat

legitimasi dalam UU penyiaran No. 32 tahun 2002. Pada UU penyiaran tersebut di bagian keempat pasal 14 ayat (1) disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Di ayat (2) dipertegas yang dimaksud Lembaga Penyiaran Publik adalah Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Tentu saja, UU penyiaran ini lebih banyak berbicara di level normatif. Sementara teknis operasionalnya membutuhkan peraturan yang lebih rinci. Dalam status persero misalnya, apakah mengizinkan adanya lembaga supervisi penyiaran publik yang dipertimbangkan oleh manajemen TVRI?. Sementara biasanya, yang akan mengambil keputusan-keputusan yang mengikat manajemen adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kalau supervisi dan evaluasi hanya dilakukan oleh segelintir pemodal atau elite manajemen saja, tentu masa depan TVRI sebagai TV publik menjadi hal yang utopis.


(56)

Pengalaman TV publik di hampir seluruh dunia menunjukkan keharusan adanya kontrol dari publik. Misalnya, ABC Australia mempunyai The National Advisory Council (NAC) atau The Australian Broadcasting Corporation Advisory Council. Begitu juga NHK (Nippon Hoso Kyokai) dalam strukturnya memiliki Board of Governors NHK yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan-kebijakan penting seperti anggaran, rencana pengembangan stasiun penyiaran, standar program acara dan lain-lain. TV publik sebetulnya sangat dimungkinkan untuk melakukan pencarian dana (fund raising) termasuk menggunakan daya tarik programnya seperti melalui iklan atau sponsor. Dengan catatan kualifikasi, standarisasi, dan etika penempatannya harus tetap di bawah supervisi dan evaluasi publik bukan semata-mata tunduk pada rating dan kemauan pengiklan. Makanya harus ada pembatasan-pembatasan yang jelas, untuk menghindari kekaburan makna TV publik. Harapan normatif dari munculnya TV publik adalah public sphere yakni adanya suatu wilayah yang bebas dari intervensi negara dan juga dominasi pasar.


(1)

0 olahraga olahraga olahraga olahraga olahraga n gereja indonesi a 14.0 0 Siaran pendidik an Siaran pendidik an Siaran pendidik an Siaran pendidik an Siaran pendidik an Dialog Depag Apresias i film nasional 15.0 0 Suara perempu an Suara peremp uan Suara perempu an Suara peremp uan Kuis pintar Tangga nada Daya peremp uan 15.3 0 Cerdas cermat Info otomotif Dapur selebriti s 16.0 0 Panggun g gaul Panggun ng gaul Panggun ng gaul Panggun ng gaul Panggun ng gaul IPTEK talk Antar gelangga ng 16.3 0 Sinetron anak 17.0 0 Budi dan pekerti Budi dan pekerti Budi dan pekerti Budi dan pekerti Budi dan pekerti

Oshin Oshin 17.3

0

Sinetron Sinetron Sinetron Sinetron Sinetron Panggun g kreativit as Berita anak 18.0 0 English news service English news service English news service English news service English news service English news service English news service 18.3 0 Jendela dunia Jendela dunia Jendela dunia Jendela dunia Sahabat indonesi a Album kenanga n Album kenanga n 19.0 0 Warta malam Warta malam Warta malam Warta malam Warta malam Warta malam Warta malam 19.3 0

Binar Sinetron anak 20.0 0 Dewan pers Musik nostalgi a Dialog bina marga Kabinet Indonesi a bersatu Rumah publik

Sinetron Gong campur sari 21.0 0 Dunia dalam berita Dunia dalam berita Dunia dalam berita Dunia dalam berita Dunia dalam berita Dunia dalam berita Dunia dalam berita 21.3 0 Pelangi desa Pelangi desa Pelangi desa Pelangi desa Pelangi desa Pelangi desa Pelangi desa 22.0 0 Dialog aktual plus Indonesi a bermusi k Indonesi a bermusik Dialog aktual pasca pemilu Gebyar keroncon g Laporan internasi onal Beranda budaya 22.3 Ring


(2)

0 TVRI 23.3

0

Indonesi a

bermusik

Dialog aktual

Dialog aktual

Indonesi a bermusi k

Dialog aktual

Indonesi a bermusi k

Pentas tradisi

POLA ACARA TVRI SUMATERA UTARA 2009

HARI MINGGU KE JAM TAYANG ACARA

SENIN 1, 2, 3, 4 15.00 – 16.00 SUARA PEREMPUAN 5 15.00 – 15.30 PELANGI SUTERA

15.30 – 16.00 KELAKAR SUTERA 1, 2, 3, 4 16.00 – 16.57 HORIZON ISLAM


(3)

1, 2, 3, 4, 5 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1 18.00 – 18.58 KREASI PEREMPUAN 2, 3 18.00 – 18.58 KLINIK ALTERNATIF

18.00 – 18.30 SOLUSI TANI 18.30 – 18.58 PELANGI SUTERA

WISATA SUTERA

SELASA 1 15.00 – 16.00 FORUM PEMUDA

2, 4 15.00 – 16.00 SUMUT SPORT

3 15.00 – 16.00 RUANG KOMTIBNAS

5 15.00 – 16.00 PELANGI BUDAYA SUTERA

1, 2, 3, 4 16.00 – 16.57 ANDA BERTANYA ISLAM MENJAWAB

5 16.00 – 16.57 PELANGI SUTERA WISATA SUTERA

1, 2, 3, 4, 5 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1, 3 18.00 – 18.58 BINTANG KECIL

2, 4 18.00 – 18.58 BINTANG REMAJA

5 18.00 – 18.58 PELANGI BUDAYA SUTERA

RABU 1, 2 15.00 – 16.00 PANTUN 47

3 15.00 – 16.00 BINCANG BAHASA

4 15.00 – 16.00 POJOK KOTA

5 15.00 – 16.00 PELANGI SUTERA WISATA SUTERA

1, 2 16.00 – 16.57 SATU JAM BERSAMA TOKOH

3 PEMPROPSU MENJAWAB

4 SATU JAM BERSAMA TOKOH

5 PELANGI SUTERA

1, 2, 3, 4, 5 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1, 2, 3, 4 18.00 – 18.30 IQRA

1, 2, 3, 4 18.30 – 18.58 LENGGANG DAERAH LAPORAN TVRI LENGGANG DAERAH CELAH PERHATIAN 5 18.30 – 18.58 PELANGI SUTERA

KELAKAR SUTERA KAMIS 1, 2, 3, 4 15.00 – 16.00 BERANDA HUKUM


(4)

5 15.00 – 16.00 PELANGI BUDAYA SUTERA 1, 3 16.00 – 16.57 KISAH TELADAN

2, 4 IMAN DAN TAQWA

5 16.00 – 16.57 PELANGI SUTERA KELAKAR SUTERA 1, 2, 3, 4, 5 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1 18.00 – 18.58 DIALOG KHUSUS

2 RAKYAT KETEMU WAKIL

3 FOKUS PUBLIK

4 RAKYAT KETEMU WAKIL

5 PELANGI BUDAYA SUTERA

JUMAT 1, 2, 3, 4 15.00 – 15.30 BELAJAR BAHASA ARAB

1 IRAMA RELIGIUS

2 PELANGI DOSA

3 DAERAH MEMBANGUN

4 15.30 – 16.00 PIGURA

5 15.00 – 16.00 PELANGI SUTERA WISATA SUTERA

1, 2, 3, 4 16.00 – 16.57 MIMBAR AGAMA ISLAM 5 16.00 – 16.57 PELANGI BUDAYA SUTERA 1, 2, 3, 4, 5 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1 18.00 – 18.58 KESEHATAN KELUARGA

2 18.00 – 18.58 TEMBANG DAERAH

3 18.00 – 18.58 KLINIK ALTERNATIF

4 18.00 – 18.58 IRAMA KERONCONG

5 18.00 – 18.58 PELANGI SUTERA WISATA SUTERA

SABTU 1, 3 15.00 – 15.30 ORINSTRUSIONAL

2, 4 15.00 – 15.30 KOMISI CANDA

1, 3 DRAMA PENDEK

2, 4 UNIVERSATARIA

5 15.00 – 16.00 PELANGI BUDAYA SUTERA

1, 2, 3, 4 16.00 – 16.57 MIMBAR AGAMA

BUDHA/HINDU 5 16.00 – 16.57 PELANGI SUTERA

WISATA SUTERA


(5)

1 18.00 – 18.58 TEMU ARTIS 2, 3, 4 18.00 – 18.58 PENTAS MUSIK

5 18.00 – 18.58 PELANGI BUDAYA SUTERA MINGGU 1, 3 15.00 – 16.00 TAMAN KANAK – KANAK

2, 5 15.00 – 16.00 PELANGI SUTERA KELAKAR SUTERA 4 15.00 – 16.00 PELANGI SUTERA

WISATA SUTERA

1, 2, 3, 4 16.00 – 16.57 MIMBAR AGAMA PROTESTAN 16.00 – 16.57 PELANGI BUDAYA SUTERA 1, 2, 3, 4 17.00 – 17.57 SUMUT DALAM BERITA 1, 5 18.00 – 18.58 PELANGI SUTERA

KELAKAR SUTERA

2 18.00 – 18.58 PELANGI BUDAYA SUTERA 3 18.00 – 18.58 PELANGI SUTERA

WISATA SUTERA

4 18.00 – 18.58 PESONA BUDAYA NUSANTARA

BIODATA

Nama : M. Sandi Reza August

NIM : 040904035

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 17 Agustus 1986

Alamat : Jln. Sunggal No. 24 E Sei Sikambing B,Medan

Agama : Islam

Pendidikan : SD Al - azhar Medan SLTP Al – azhar Medan


(6)

SMA Negeri 1 Medan

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Nama Orangtua

Ayah : Sugeng Prasetyo

Ibu : Farida Anggraini Siregar Saudara Kandung : Alm. Arya Ivan