Model Transformasi Pesantren Dalam Mewujudkan Keberlanjutan Pangan

MODEL TRANSFORMASI PESANTREN
DALAM MEWUJUDKAN KEBERLANJUTAN PANGAN

SEPTALINA PRADINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Model
Transformasi Pesantren Dalam Mewujudkan Keberlanjutan Pangan” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Januari 2017

Septalina Pradini
P062120071

RINGKASAN
SEPTALINA PRADINI. Model Transformasi Pesantren Dalam Mewujudkan
Keberlanjutan Pangan. Dibimbing oleh HADI S ALIKODRA, TRI PRANADJI,
dan HASIM.
Persoalan dalam pembangunan pertanian muncul akibat ketidakseimbangan
pengelolaan sumber daya alam (SDA) serta struktur dan kultur sumber daya
manusia (SDM) yang lemah, sehingga dapat mengakibatkan krisis pangan.
Kegagalan pembangunan SDM dan kelembagaan pada sektor pertanian juga
memudarkan budaya pertanian maupun keberlanjutan pangan. Oleh karena itu,
dibutuhkan SDM berkompetensi, terampil, serta mampu menyeimbangkan nilai
spiritual. Pembangunan SDM tersebut mampu diperankan oleh lembaga sosial
berbasis keagamaan. Salah satunya pesantren yang sudah mengakar dalam
masyarakat dan memiliki potensi serta kekuatan untuk menyatukan nilai spiritual
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada tahun 2013 tercatat 29 535

pesantren dengan jumlah santri mencapai 3 876 696 orang. Data tersebut
menunjukkan potensi yang besar bagi pembangunan bangsa, termasuk
pembangunan pertanian. Namun pesantren juga menghadapi berbagai persoalan
internal maupun eksternal kelembagaan sesuai tuntutan masyarakat dan
modernisasi. Oleh karena itu, pesantren perlu melakukan perubahan menuju
pesantren masa depan dengan karakter unggul: mandiri, berkeadilan dan
menerapkan prinsip-prinsip ekologi dalam mengelola potensi yang dimilikinya
Perubahan secara menyeluruh, terstruktur, dan terus menerus sebagai proses
transformasi terhadap sistem pesantren dan sistem pertanian menjadi keniscayaan
yang tidak bisa dihindarkan lagi. Dengan demikian, diperlukan model
transformasi untuk mengintegrasikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi dalam
perubahan pesantren masa depan.
Penelitian bertujuan untuk: (1) Menganalisis keragaan pesantren ditinjau
dari aspek manajemen, SDM, dan tradisi; (2) Menganalisis sistem pertanian yang
dilakukan pesantren saat ini; (3) Menganalisis kompleksitas perubahan pesantren
terhadap unsur kelembagaan, SDM, serta nilai universal pesantren dalam
mewujudkan keberlanjutan pangan; dan (4) Merancang model transformasi
pesantren yang mampu menjadi agen of change secara holistik dengan strategi
yang terarah untuk mewujudkan keberlanjutan pangan. Pendekatan soft system
methodology (SSM) digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Pemilihan

obyek penelitian dilakukan secara purposive pada 6 pesantren di 3 kabupaten: (1)
Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea - Bogor; (2) Pesantren
Asshiddiqiyah 7, Cijeruk - Bogor; (2) Yayasan Pendidikan Islam Al Uzlah, Pacet
- Cianjur; (4) Yayasan Pesantren Al Muhajirin Al Musri, Ciranjang - Cianjur; (5)
Yasayan Pesantren Al Barkah, Soreang - Bandung; dan (6) Pesantren Al Ittifaq,
Ciwidey - Bandung. Analisis data dilakukan dengan metode SAST (Strategic
Assumption Surfacing and Testing) untuk membangun asumsi strategis, ISM
(Interpretive Structural Model) untuk menstrukturkan sistemnya, serta MPE
(Metode Perbandingan Eksponensial) untuk penentuan prioritas strategi
implementasi model. Validasi model konseptual digunakan metode face validity.

Berdasarkan hasil observasi lapangan dan in depth interview diperoleh
keragaan pesantren dikategorikan menurut aspek manajemen, SDM dan tradisi
dalam 3 kondisi: baik, sedang, dan kurang. Pesantren dengan kategori baik adalah
pesantren yang memiliki: manajemen baik dan jelas, SDM Islami yang
berkarakter, konsisten dalam tradisi, bijak dalam memanfaakan dan mengelola
SDA, teknologi ramah lingkungan serta memiliki skema dan sumber pembiayaan
benar dan jelas.
Asumsi yang diperlukan sebagai persyaratan untuk mendorong keberhasilan
perubahan pesantren: (1) memiliki tokoh pemimpin progresif, tidak hanya

menjadi leader tetapi juga manajer; (2) nilai pesantren dilembagakan untuk
membangun karakter secara individu maupun kolektif; serta (3) memiliki
modalitas kuat dalam bentuk lembaga formal yang dapat meningkatkan
kapabilitas pesantren untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat.
Untuk antisipasi terhadap persoalan transformasi pesantren disyaratkan: (1)
perubahan dikelola dengan baik dan (2) memiliki orientasi perubahan pada
pertumbuhan hijau. Orientasi dalam pengelolaan sumber daya pesantren perlu
dijalankan dengan komitmen bersama, peningkatan kemampuan inovasi, patuh
terhadap regulasi, serta menganut pola hidup hemat untuk keberlanjutannya.
Model konseptual dibangun dengan proses peralihan bentuk organisasi
dalam sistem transformasi pesantren. Prosesnya dilakukan dengan pengembangan
fungsi pesantren untuk mengelola potensi sumber daya pertanian (SDP) guna
mewujudkan keberlanjutan pangannya serta didukung kelembagaan pengelola
SDP dan budaya organisasinya agar menjadi pesantren ideal yang mampu
menerangi kehidupan masyarakat. Berdasarkan proses transformasinya dihasilkan
3 model, yaitu (1) model pembangunan spiritual kolektif yang dilandaskan pada
the deep ecology guna membangun komitmen dengan benar; (2) model
pengelolaan sumber daya pertanian pesantren sebagai proses pengelolaan sumber
daya alam yang sesuai dengan paradigma keberlanjutan lingkungan dan teologis;
(3) model kelembagaan pengelola sumber daya pertanian dengan penguatan

kelembagaan ekonomi umat berdasarkan keimanan dan amal saleh yang
menciptkan keseimbangan material dan spiritual serta kepentingan individu dan
masyarakat.
Strategi implementasi model sebagai tindak lanjut proses transformasi
pesantren untuk keberlanjutan pengelolaan sumber daya pertanian dibangun dari
pembentukan komitmen, konservasi sumber daya pertanian dan optimalisasi
sumber daya pertanian. Berdasarkan hasil analisis MPE diperoleh 5 prioritas
strategi, yaitu (1) Pengembangan kompetensi SDM pesantren; (2) Pengkaderan
pimpinan pesantren dengan kepemimpinan spiritual; (3) Pengembangan visi-misi
pesantren sesuai paradigma baru dalam keberlanjutan pangan; (4) Pengembangan
usaha produktif dengan inklusif bisnis; (5) Pembentukan struktur organisasi yang
sesuai dengan fungsinya. Kelima prioritas strategi tersebut sesuai konsep
transformasi 4R melalui tahapan renew, restructure, reframe, dan revitalize.
Kata kunci: transformasi, pesantren, keberlanjutan pangan, kepemimpinan
spiritual, sumber daya pertanian

SUMMARY
SEPTALINA PRADINI. Pesantren Transformation Model Toward Foods
Sustainability. Supervises by HADI S ALIKODRA, TRI PRANADJI, and
HASIM.

Agricultural development problems have been occured becouse of
unbalanced natural resources management and human resources (HR) weakness
in structure and culture system. That was cause food crisis in Indonesia. The
failure of HR development and institution on agriculture sectors also faded
agriculture culture and food sustainability. Therefore, it was need HR
competency, skill, and spiritual balancing. Human Resource Development is able
to be played by religious-based social institutions. One of these institutions is
pesantren which has been rooted in the community and have the potential and
strength to unite spiritual values in various aspects of community life. In 2013,
there are 29 535 pesantren with the number of students is 3,876,696 people. The
data show a great potential for people development, including agricultural
development. However, pesantren are also facing various internal and external
problems of institutional due to the demands of society and modernization.
Therefore, pesantren have to change to the future pesantren which superior
character: independent, fair, and apply ecological principles in managing their
potential. Overall, structured, and continuous change as the process of
transformation for pesantren agricultural systems becomes a necessity that can not
be avoided anymore. Therefore, transformation model of pesantren is needed to
integrate ecological, social and economic change for future pesantren.
The aims of the study: (1) to analyze the performance of schools in terms of

aspects of management, human resources, and tradition; (2) to analyze farming
systems that do schools today; (3) to analyze the complexity of the changes in
pesantren to the institutional element, human resources as well as the universal
values of pesantren in realizing food sustainability, and (4) to design pesantren
transformation model which is capable to be an agent of change holistically with
directional strategies to achieve food sustainability. Soft system methodology
(SSM) approach is used in order to achieve the aims. The selection of research
objects is using purposively way to six pesantrens in three districts/regions: (1)
Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea - Bogor; (2) Pesantren
Asshiddiqiyah 7, Cijeruk - Bogor; (2) Yayasan Pendidikan Islam Al Uzlah, Pacet
- Cianjur; (4) Yayasan Pesantren Miftahul huda Al Musri, Ciranjang - Cianjur; (5)
Yasayan Pesantren Al Barkah, Soreang - Bandung; dan (6) Pesantren Al Ittifaq,
Ciwidey - Bandung. The data analysis is using SAST (Strategic Assumption
Surfacing and Testing) method to establish a strategic assumption, ISM
(Interpretive Structural Model) for structuring the system, and ECP (Exponential
Comparative Method) for determining priority in model implementation strategy.
Validation of the conceptual model uses face validity method.
Based on the field observation and in depth interviews resulted pesantren
varieties that categorized three condition: good, moderate, and lesss. The good
pesantren are have clearly and good management, islamic human resources

character, tradition consistent, to manage natural resources wise, environment

friendly technology, and they own clearly and right financial resources and
schema.
Assumptions strategic that are encouraging, which has a progressive
prominent leader not only a leader but also the manager, the value of pesantren
institutionalized or internalized into pesantren to build the character of both
individual and collective, become strong modalities in the form of formal
institutions that can enhance the capabilities of pesantren to meet the needs and
demands of the society. In addition, the two strategies assumptions are identified
to anticipate the issue of the pesantren transformation, they are: the change that is
well managed and having orientation on green growth. Orientation in the
management of pesantren resources needs to be run with a shared commitment,
increased innovation capabilities, obedient to the regulations, and adopting frugal
lifestyle to sustainability.
Conceptual model is built with the organizational transition process in the
form of pesantren transformation system. The process is carried out by developing
the function of pesantren to manage the potential agricultural resources (SDP) in
order to achieve its food sustainability as well as institutional support manager
SDP and its organizational culture in order to be able to illuminate the ideal

pesantren community life. The transformation process produced three models: (1)
the collective spiritual development models which is based on the deep ecology in
order to build right commitment; (2) the management of pesantren agricultural
resources model as the process of managing natural resources in accordance with
environmental sustainability and theological paradigms; (3) the institutional
agricultural resource management model with community economic institutional
strengthening based on faith and good deeds creating material and spiritual
balance as well as the individual and society interests.
Model implementation strategy as a follow-up of the pesantren transforming
process for the sustainability of agricultural resource management is built on
commitment building, conservation of agricultural resources and the optimization
of agricultural resources. The MPE analysis results obtained five strategic
priorities, namely (1) Development of pesantren human resource competencies;
(2) regeneration of pesantren leaders with spiritual leadership; (3) Development of
pesantren vision and mission that fit with new paradigm in food sustainability; (4)
Development of productive enterprise with business inclusive; (5) The
establishment of an organizational structure that is appropriate to its function.
These five strategic priorities match to the 4R transformation concept through the
steps of renew, restructure, reframe, and revitalize.
Keywords: transformation, pesantren, food sustainable, spiritual leadership,

agricultural resources.

vii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MODEL TRANSFORMASI PESANTREN
DALAM MEWUJUDKAN KEBERLANJUTAN PANGAN

SEPTALINA PRADINI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada Program Studi Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji pada Ujian Tertutup:

1. Prof Dr Drs Didin Hafidhuddin, MS
(Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun
Bogor)
2. Dr Ir Momon Rusmono, MS
(Sekretaris
Badan
Penyuluhan
dan
Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian
Pertanian)

Penguji pada Sidang Promosi:

1. Prof Dr Drs Didin Hafidhuddin, MS
(Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun
Bogor)
2. Dr Ir Momon Rusmono, MS
(Sekretaris
Badan
Penyuluhan
dan
Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian
Pertanian)

Judul Disertasi : Model Transformasi
Keberlanjutan Pangan
Nama

: Septalina Pradini

NIM

: P062120071

Pesantren

Dalam

Mewujudkan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Hadi S. Alikodra
Ketua

Dr drh Hasim, DEA
Anggota

Dr Ir Tri Pranadji, MSi
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber daya Alam dan
Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Cecep Kusmana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian Tertutup:
10 Januari 2017

Tanggal Lulus: 10 Januari 2017

Tanggal Sidang Promosi:
31 Januari 2017

Tanggal Lulus: 31 Januari 2017

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Model
Transformasi Pesantren Dalam Mewujudkan Keberlanjutan Pangan” di Program
Studi Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian dan penulisan disertasi ini bertolak dari pengalaman penulis di lapangan
yang menimbulkan suatu kecemasan hingga melalui perenungan dan pencarian yang cukup
panjang dan tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya kontribusi, pemikiran dan
pandangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof Dr Ir Hadi Sukadi Alikodra, MSi; Dr Ir
Tri Pranadji, MSi; dan Dr drh Hasim, DEA selaku komisi pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan koreksi, saran, dan arahan dengan penuh kesabaran dan
ketulusan mulai penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian serta penyusunan disertasi
ini.
Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Didin
Hafidhuddin dan Dr Momon Rusmono selaku penguji luar komisi yang telah banyak
memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas dan kedalaman disertasi. Penghargaan
juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Cecep Kusmana selaku ketua program studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, seluruh pengajar beserta seluruh
karyawan ilmu, bantuan dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan sehingga
dapat menyelesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Kementerian Pertanian Republik
Indonesia cq Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian, Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi, Kepala Bagian
Perencanaan Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
penulis megikuti dan menyelesaikan tugas belajar ini.
Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan juga kepada KH Abdul Hanan
Abbas, Lc pengasuh pesantren Darul Fallah Bogor, Gus Yajid pengasuh pesantren
Asshiddiqiyah 7 Bogor, KH Aceng Yajid pengasuh pesantren Al Uzlah Cianjur, KH
Syaeful Uyun, Lc pengasuh pesantren Miftahul Huda Al Musri Cianjur, H Najib Fauzy
pengasuh pesantren Al Barkah Bandung, KH Fuad Affandi sesepuh dan pengasuh
pesantren Al Ittifaq Bandung, beserta seluruh masyarakat pesantren masing-masing yang
telah banyak memberikan kesempatan dan meluangkan waktu bagi penulis melakukan
pengambilan data selama penelitian sekaligus memperkaya wawasan dan memahami
kehidupan pesantren.
Dalam proses penelitian, saya diperkenankan untuk berinteraksi dalam Focus Group
Discussion (FGD) yang difasilitasi oleh Kepala Bagian Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Pusat Pengembangan dan Manajemen Kepemimpinan Pertanian Ciawi beserta
seluruh staf. Proses penelitian dan penyusunan disertasi ini juga melibatkan beberapa pakar
yang memberikan input, masukan dan konsultasi selama proses pengisian angket penelitian
juga dalam proses FGD, antara lain adalah Prof Dr Sudiyanto (MMU Pancasila Jakarta),
Dr Ir Saptana (Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian), Dr Ir Syahyuti, MSi (Pusat
Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian); Dr Ir Fachruddin Mangunwijaya, MS (PPI
Universitas Nasional Jakarta); KH Abbas Aula, Lc (pengasuh pesantren Al Quran wal

xiv

Hadist Bogor), Dr Suhendra selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor
beserta seluruh staf Sub Dinas Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kepala Kantor
Kementerian Agama Kota Bogor beserta seluruh staf Sub Dinas Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren (khususnya Bapak Zainal Abidin); Ir Nursyamsu M, MSi (Direktur PT
Daffa Agrotek); Dr Ir Rimun Wibowo (SIT Insan Tama Bogor).
Terima kasih tak terhingga kepada Ir Andi Sumarga, MSc untuk penggalian ide,
kristalisasi pemikiran serta lecutan semangat dari awal pendidikan hingga penyusunan.
Terima kasih tak terhingga disampaikan juga kepada Ir Sugiyono, MSi (Centre for System)
atas komitmennya serta untuk seluruh waktu, tenaga, pikiran, dan diskusi-diskusi panjang
dalam mendampingi penulis selama penelitian hingga tersusunnya disertasi ini dengan
penuh kesabaran dan ketulusan, serta Dedi Kurniawan, SS MPd atas kesediaan alih bahasa
naskah ringkasan disertasi dan jurnal internasional.
Penghargaan yang tinggi dan terima kasih tak terhingga kepada orang tua penulis
yang selalu mendoakan, berjasa membesarkan dan memberikan bekal semangat, Ayahanda
Bambang Supriyanto, SH (alm) dan Ibunda Hajjah Titit Kartini, SH, Ibunda Hajjah
Supartin (alm), semua kakak dan adek dan keluarga besar Hadi Soeparto. Studi saya ini
juga mendapat dukungan dan semangat tiada henti dengan penuh kasih sayang dari suami
Mochamad Akur Arifin, SPi; ananda Mochamad Hafidz Putra Fajar dan Mochamad Hanif
Muhandis.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi,
baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis
sampaikan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang
lebih baik.
Tiada kesempurnaan melainkan kesempurnaan-Nya. Saran dan koreksi senantiasa
diperhatikan sebagai landasan penyempurnaan disertasi ini.
Bogor, Januari 2017

Septalina Pradini

xv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

xv

DAFTAR GAMBAR

xvii

DAFTAR TABEL

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

xviii

1.

PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian

1
1
4
7
7
7

2.

TINJAUAN PUSTAKA
Pesantren
Konsep Transformasi
Keberlanjutan Pangan
Pembangunan Berkelanjutan
Pendekatan Sistem
Posisi Penelitian

9
9
13
15
20
22
32

3.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisis Data
Pemodelan Sistem
Validasi Model

34
34
39
39
40
45
48

4.

ANALISIS SITUASIONAL
Sejarah dan Perkembangan Pesantren
Kebijakan Pemerintah Terkait Pesantren, Pertanian dan Lingkungan
Keragaan Pesantren Berdasarkan Aspek Manajemen, SDM, dan Tradisi
Keragaan Sistem Pertanian Pesantren
Berdasarkan Faktor Lahan, Teknololgi, dan Pembiayaan
Situasi Proses Transformasi Pesantren
Persoalan Perubahan Pesantren

49
49
54
58
88
88
102
105

5.

PEMODELAN SISTEM TRANSFORMASI
Analisis Sistem Transformasi
Asumsi Strategis
Struktur Sistem Transformasi

108
108
113
115

xvi

6.

MODEL TRANSFORMASI PESANTREN
Model Proses Transformasi Pesantren
Sub-model Pembangunan Spiritual Kolektif
Sub-model Pengelolaan Sumber Daya Pertanian
Sub-model Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Pertanian
Validasi Model
Strategi Implementasi Model
Implikasi Model

125
128
131
134
139
141
142
150

7.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

153
153
154

DAFTAR PUSTAKA

155

LAMPIRAN

162

RIWAYAT HIDUP

224

xvii

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.

Rumusan permasalahan dalam penelitian
Siklus proses transformasi
Proses pembelajaran soft systems methodology
CS-Protokol aplikasi SOSM
Grafik assumption rating
Skema pohon klaim
Intermediate Objective Map
Kerangka pikir penelitian
Tahapan Penelitian
Diagram Teknik ISM
Format umum PAM
Skematik aturan logik penyusunan PAM
Validasi dalam pemodelan sistem
Visi dan program pesantren contoh
Faktor pengendalian pesantren contoh
Peran dan fungsi personal pesantren contoh
Faktor kepemimpinan berdasarkan dimensi keteladanan pesantren contoh
Faktor kompetensi SDM dari dimensi spiritual pesantren contoh
Faktor kompetensi SDM dari dimensi kemampuan emosional pesanten contoh
Faktor kompetensi SDM dari dimensi kemampuan intelektual pesanten contoh
Kondisi infrastruktur pesantren contoh
Faktor etika dari dimensi tata nilai pesantren contoh
Faktor etika dari dimensi aturan pesantren contoh
Faktor etika dari dimensi kebiasaan pesantren contoh
Kondisi faktor lahan pesantren contoh
Kondisi sumber daya air pesantren contoh
Kondisi komoditas pertanian pesantren contoh
Siklus proses transformasi pesantren contoh
Rich picture kompleksitas keterkaitan pesantren
Diagram purposeful activity model transformasi pesantren
Kuadran asumsi strategis
Elemen sistem yang dikembangkan
Diagram (a) driver power-dependence, (b) struktur hirarki elemen tujuan
Diagram (a) driver power-dependence, (b) struktur hirarki elemen kebutuhan
Diagram (a) driver power-dependence, (b) struktur hirarki elemen kendala
utama
Diagram (a) driver power-dependence, (b) struktur hirarki elemen perubahan
yang dimungkinkan
Diagram (a) driver power-dependence, (b) struktur hirarki elemen lembaga
yang terkait
Diagram venn konsep transformasi pesantren dalam keberlanjutan pangan
Tahapan transformasi pesantren
Model proses membangun spiritual kolektif
Model pengelolaan sumber daya pertanian (SDP)
Model kelembagaan pengelolaan sumber daya pertanian
Diagram IOM (a) komitmen pesantren; (b) konservasi sumber daya pertanian
pesantren; dan (c) optimalisasi sumber daya pertanian pesantren

6
15
24
26
27
30
31
36
37
41
46
47
48
61
66
69
72
74
76
78
78
82
83
84
89
91
93
103
111
112
114
116
117
118
120
122
123
128
129
132
135
139
143

xviii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Aspek pembelajaran deduktif dan induktif
Keterkaitan antar sub-elemen pada teknik ISM
Matriks penilaian alternatif strategi
Perkembangan jumlah pesantren dan santri
Jumlah pesantren di Jawa tahun 2012/2013
Keunggulan sistem pesantren
Keunggulan sistem pertanian
Asumsi-asumsi transformasi pesantren
Arah Transformasi Pesantren menuju Keberlanjutan Pangan
Prioritas strategi implementasi model transformasi

26
28
45
53
54
87
102
113
142
145

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kuesioner analisis situasional
Kuesioner proses transformasi pesantren
Kuesioner penilaian asumsi dan struktur model
Kuesioner penentuan prioritas strategi dengan MPE
Hasil analisis SAST untuk penentuan asumsi strategis
VAXO, matrik initial reachability dan final untuk elemen tujuan
VAXO, matrik initial reachability dan final untuk elemen kebutuhan
VAXO, matrik initial reachability dan final untuk elemen kendala utama
VAXO, matrik initial reachability dan final untuk elemen perubahan yang
dimungkinkan
VAXO, matrik initial reachability dan final untuk elemen lembaga yang terkait
Hasil penetapan prioritas strategi implementasi model
Foto kondisi pesantren contoh
Daftar Responden

163
183
186
199
207
208
209
210
211
212
213
214
223

1.

PENDAHULUAN
Latar belakang

Pangan menjadi kebutuhan pokok yang turut menentukan keberlangsungan hidup
manusia. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang merupakan bagian
dari hak asasi manusia (HAM) sebagaimana tercantum dalam pasal 25 Declaration Of
Human Right tahun 1948 dan Undang Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012. Dalam
undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pangan mencakup makanan dan minuman yang
berasal dari hasil-hasil usaha pertanian dalam arti luas (mencakup pertanian tanaman
pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan) untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.
Terkait dengan kewajiban negara dalam pemenuhan pangan sebagai kebutuhan
dasar masyarakat, peran dan kebijakan pemerintah akan penyediaan dan penjaminan
keberlanjutan pangan menjadi sangat penting. Indonesia telah meluncurkan kebijakan
pembangunan nasional sektor pertanian tentang pencapaian ketahanan pangan sejak tahun
2009. Dalam penyelenggaraannya pemerintah menerapkan prinsip manfaat secara adil,
merata dan berkelanjutan berbasis kemandirian, kedaulatan, dan ketahanan pangan. Pangan
harus tersedia sepanjang waktu sehingga dibutuhkan upaya sungguh-sungguh untuk
mempertahankan keberlanjutan pangan.
Pertanian menjadi pabrik alami yang menghasilkan produk-produk bahan pangan
yang sangat dibutuhkan manusia. Penyelenggaraan pangan berhubungan erat dengan
produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian memberi gambaran tentang kinerja
pertanian dalam penyelenggaraan usahatani. Kinerja usahatani adalah hasil yang dicapai
dalam bentuk ouput proses produksi. Banyak hal yang saling terkait dan mempengaruhi
produkvitas pertanian, terutama sumber daya. Faktor-faktor sumber daya tersebut meliputi
sumber daya alam (SDA) termasuk lahan, air, iklim, sumber daya sarana produksi dan
sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaku usahatani. Faktor-faktor sumber daya tersebut
saling berinteraksi dalam menentukan dinamika produkvitas pertanian (Muksin 2014).
Penyediaan pangan untuk masyarakat Indonesia akan terus menghadapi kendala
yang mengarah pada terjadinya krisis pangan. Krisis pangan di Indonesia didasarkan pada
fakta bahwa ketersediaan atau pasokan pangan tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan
terhadap pangan. Dalam konteks ketersediaan pangan aspek-aspek terhadap kemampuan
produksi dianggap lemah, sedangkan kebutuhan pasokan atau permintaan dari waktu ke
waktu terus meningkat. Dengan kata lain bahwa pertumbuhan permintaan pangan lebih
cepat dari pertumbuhan penyediaannya (Kementan & PSP3 2015). Peningkatan
permintaan yang semakin melaju tersebut merupakan hasil dari peningkatan jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli dan perubahan selera masyarakat
(Kementan & PSP3 2015).
Keberhasilan
pembangunan
pertanian
pada
dasarnya
juga
kurang
mempertimbangkan kelestarian SDA dan SDM dari sisi struktural maupun kultural.
Beberapa kondisi yang kurang menguntungkan memberikan kontribusi signifikan dalam
konteks kemampuan produksi pertanian. Lambatnya pertumbuhan kapasitas produksi
disebakan adanya kompetisi pemanfaatan sumber daya air dan lahan sehingga lahan
pertanian semakin sempit, konversi lahan pertanian yang terus berlanjut, kerusakan
lingkungan, dan mutu kelembagaan petani yang dinilai rendah adalah kondisi-kondisi yang
kurang menguntungkan tersebut (Muksin & Bustang 2014). Di sisi lain, masyarakat
perdesaan menjadi basis kegiatan pertanian sebagai penopang sumber pangan. Kurangnya

2

kompetensi SDM pertanian dan lemahnya kelembagaan pengelola pertanian menyebabkan
pudarnya aktivitas pertanian, yang dapat mengakibatkan impor pangan. Persoalan
kelembagaan petani selama ini disebabkan adanya intervensi pemerintah yang
menyebabkan tumbuhnya sikap pasif sehingga kelompok tani cenderung lebih kepada
fungsi administratif dan menjalankan program pemerintah; karakter kepemimpinan lemah
dan tidak berminat menjadi pengurus; serta keanggotaan berdasarkan lahan dan tempat
tinggal (Syahyuti et al. 2015). Bila terus berlanjut kondisi ini tentu berdampak pada
semakin terpuruknya sektor pertanian terhadap kemampuan produksi pangan dalam negeri.
Untuk mencegah sektor pertanian yang semakin terpuruk dan krisis pangan, seluruh
pihak terkait harus bangkit untuk melakukan perubahan menjalin, mendudukan perannya
dan berkomitmen kuat untuk bersama-sama memperbaiki kondisi pertanian. Dalam hal ini,
tidak cukup hanya meluncurkan kebijakan dan program-program pembangunan sektor
pertanian, akan tetapi perlu ditekankan pada pengembangan dan penguatan SDM yang
terlibat di dalamnya. Pembangunan SDM ini perlu dilakukan secara utuh dan terus
menerus. SDM yang dibutuhkan harus memiliki kompeten dalam berbagai keterampilan
hidup, serta mampu menggabungkan nilai spiritual dengan kompetensi yang dimiliki
dalam kehidupan. Bahkan kompetensi ini seharusnya dibangun di atas fondasi
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai sprititual dan agama yang kuat.
Agama seharusnya menjadi dasar dan sumber motivasi berbagai kegiatan duniawi.
Indonesia memiliki 87.18 persen penduduk beragama Islam dan 29 535 pesantren
sebagai lembaga pendidikan pembangun karakter generasi muda. Islam sebagai agama
Rahmatan lil alamin tidak memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Pemahaman
spiritual yang tinggi akan tercermin pada perilaku dan aktivitas di dunia. Pesantren
menjadi contoh lembaga yang menyatukan ketaatan beragama dengan aktivitas ekonomi
khususnya pertanian. Pesantren menjadi salah satu alternatif yang sangat potensial untuk
mempertahankan budaya dan menggerakkan pembangunan pertanian.
Pesantren salah satu bentuk lembaga sosial yang telah hidup dan berkembang
menyebar di tengah masyarakat Indonesia. Pesantren dengan sistem dan karakter tersendiri
memegang nilai luhur, norma (Supardi 1994; Duff & Bull 2011), perilaku mental tinggi
dan prinsip kuat yang diterapkan membangun sistem pertanian nasional. Masyarakat
umum mengenal pesantren sebagai institusi yang mengajarkan dan menjalankan nilai-nilai
agama secara detil, khusus dan intensif. Tidak banyak masyarakat luas melihat sisi lain
yang positif dari lembaga keagamaan ini. Selain belajar agama, mayoritas pesantren
menjalankan aktivitas pertanian untuk penghidupannya. Disadari atau tidak, banyak di
antara mereka telah berkiprah dalam pembangunan dan bergerak melakukan pembaharuan
bagi masyarakat sekitar, terutama keterlibatan dalam membangun sektor pertanian
Indonesia.
Sepanjang perjalanan sejarah, pesantren mengalami perubahan fungsi sesuai
tuntutan jamannya pada saat itu, bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan penyairan
agama. Perubahan pesantren bukan hanya terjadi pada sistem pendidikan, melainkan juga
melakukan proses transformasi dalam bidang ekonomi, sosia, dan budaya. Semangat
pesantren melakukan pengembangan dan penyesuaian menyebabkan keberadaan pesantren
sebagai sebuah lembaga pendidikan diakui di tengah masyarakat.
Namun demikian, bukan berarti pesantren tidak memiliki kelemahan dan tidak
menghadapi kendala. Dalam proses perkembangannya, pesantren tampak termajinalisasi
secara politik dan ekonomi oleh pasar-pasar dan kebijakan yang kurang berpihak.
Pesantren kurang mampu memainkan peran reform secara strategis disebabkan
berkurangnya tokoh-tokoh yang duduk dalam dewan rakyat di bidang politik, sosial dan

3

ekonomi. Lahan-lahan produktif pesantren sering dipertaruhkan untuk pembangunan
infrastruktur. Disamping itu, sifat kharismatik kepemimpinan seorang kiai menjadikannya
cenderung lemah dalam kaderisasi pemimpin.
Oleh karena itu, kekuatan besar pesantren masih belum menunjukkan
perkembangan dengan baik terutama di sektor pertanian. Selain hal di atas, penyebab
pesantren belum berkembang secara baik dalam hal ini dilihat dari 3 sudut pandang.
Pertama, aspek yang bersifat materi pendukung yang dimiliki pesantren masih lemah.
Sumber daya alam yang menjadi salah satu modal utama pertanian banyak mengalami
kerusakan dan degradasi. Sarana dan prasana produksi serta infrastruktur penunjang usaha
pertanian umumnya masih belum memadai, baik dalam jumlah maupun kualitas.
Kemajuan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang pesat belum dapat diserap
sepenuhnya oleh pesantren. Upaya untuk menjalin kemitraan dan meluaskan jaringan pasar
menjadi kelemahan yang banyak dirasakan pihak pesantren dan organisasi petani lainnya.
Demikian pula, akses pada sumber permodalan juga menjadi kelemahan dalam
meningkatkan usaha pertanian pesantren. Kedua, aspek yang bersifat non material yang
mendukung pesantren masih lemah. SDM yang dimiliki belum cukup baik secara kualitas
maupun kuantitas. Hal ini terlihat dari sistem nilai (moral) cenderung hanya dilaksanakan
oleh orang-orang tertentu dalam hal ini tokoh pemimpin pesantren. Adapun anggota atau
santri cenderung bersifat pasif, yaitu tunduk dan mengikuti perintah-perintah para
pemimpin. Dapat dikatakan bahwa penerapan sistem nilai dalam kehidupan dan kegiatan
sehari-hari masih bersifat individu belum diterapkan secara kolektif – secara bersama-sama
di antara seluruh SDM pesantren. Tidak dipungkiri bahwa setiap individu pesantren
memiliki tingkat keshalihan di atas masyarakat pada umumnya, keshalihan ini cenderung
bersifat untuk diri sendiri. Di samping itu, SDM yang terlibat dalam pesantren umumnya
belum memiliki keterampilan dan kompetensi di luar bidang spiritual dan keagamaan yang
memadai. Umumnya kepemimpinan pesantren belum bersifat progresif. Kepemimpinan
persantren mayoritas tergantung hanya pada satu orang pemimpin yang bersifat aktif,
sedangkan anggota lain dan santri terkesan bersifat pasif dalam menerima semua nilai,
norma dan peraturan yang telah berlaku di pesantren. Ketiga, kapasitas organisasi
pesantren masih lemah. Sebagian besar usaha pertanian pesantren belum menerapkan
sistem manajemen yang sepenuhnya rasional dan profesional. Pesantren tidak didukung
dengan kerangka kerja yang kuat dan sistematik, terutama dalam pengelolaan lahan dan
sumber daya lokal lainnya secara kompetitif dan berkelanjutan (Pranadji 2011).
Sebagai akibat belum berkembangnya pesantren dengan baik menyebabkan
produktivitas usaha belum mampu meningkat bahkan mungkin mengalami stagnasi. Lebih
jauh lagi, usaha pertanian yang dijalankan selama ini cenderung belum ramah lingkungan
karena pesantren belum memahami benar tentang prinsip-prinsip konservasi. Dengan
kondisi seperti sekarang, pesantren dapat dipastikan tidak akan berdaya saing dengan
lembaga lain. Daya saing ini tidak hanya di tingkat produk, namun juga manusia dan
organisasinya.
Berdasarkan uraian di atas, dibutuhkan pesantren tangguh yang memiliki karakter
unggul sehingga mampu menjalankan aktivitas pesantrennya secara efektif, mampu
mengelola sumber daya yang dimiliki secara bijak dan cerdas. Keunggulan pesantren ini
dicirikan dengan kemandirian, berkeadilan dan menerapkan prinsip-prinsip ekologi.
Pesantren dengan karakter tersebut akan menghasilkan suatu wadah usaha ekonomi dan
sosial yang berdaya saing, yang mampu merespon tantangan pasar bebas dan perbaikan
kehidupan. Kondisi ketahanan pangan yang berkelanjutan akan terwujud apabila
pengembangan kapasitas pesantren dilakukan dengan berbasis tata nilai dan etika,
lingkungan, serta proses.

4

Untuk mewujudkan pesantren ideal dengan karakter unggul, pesantren perlu
melakukan perubahan secara menyeluruh dan terus menerus. Perubahan pada dasarnya
mengarah pada perbaikan dan peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu menghadapi
dinamika lingkungan (Robbins 2006). Faktor pendorong perubahan ekstern berupa
teknologi dan ekonomi serta faktor intern organisasi mencakup perubahan struktural (hard
system tools) dan kultural (soft system tools) (Sobirin 2005). Umumnya organisasi hanya
melakukan perubahan struktural dan cenderung kurang memperhatikan faktor ekstern dan
kultural sehingga perubahan yang dilakukan kurang efektif.
Dalam rangka keberlanjutan penyediaan pangan di pesantren sangat diperlukan
perubahan yang direncanakan secara baik dan terstruktur dengan memperhatikan aspek
ekstern dan intern. Hal tersebut yang menjadikan pesantren memiliki keunikan untuk
diteliti secara terpadu dan komprehensif. Dengan mendisain sebuah perubahan yang
menyatukan sistem pesantren berbasis keshalihan spiritual dengan aktivitas pertanian
dalam penyediaan pangan. Pertanian dilakukan sebagai refleksi ketaatan beragama akan
mampu memperbaiki sistem pertanian yang semakin terpuruk. Dengan perubahan ini pula
diharapkan pesantren memiliki kepemimpinan yang mampu diteladani, melakukan
sosialisasi, internalisasi dan konstitualisasi nilai-nilai yang dimiliki untuk pengelolaan
pangan. Secara kolektif, perubahan ini diharapkan mampu membawa pesantren mencapai
kehidupan yang lebih baik yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan dan hidup
harmonis bersama alam. Transformasi pesantren diarahkan mampu mengembangkan
kelembagaan pengelola pangan yang berbasis nilai, ekologis dan keshalehan sosial.
Akhirnya, setelah melakukan transformasi, lembaga tadi dapat menjadi kekuatan utuh
mewujudkan keberlanjutan pangan.
Keberlanjutan pangan mengandung makna kondisi yang menggambarkan seluruh
sumber daya (SDA, SDM, fisik) pendukung pangan yang dimiliki pesantren tidak
berkurang, sehingga masyarakat dapat mendapatkan manfaatnya sepanjang waktu dan
konsumsinya tidak menurun sepanjang waktu. Keberlanjutan tersebut mencakup dimensi
waktu dan interaksi antar aspek (Fauzy 2006). Keberlanjutan pangan juga mencakup
kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan. Kemandirian dan kedaulatan pangan
merupakan intepretasi dari keberlanjutan SDM pertanian. Ketahanan pangan merupakan
perwujudan dari keberlanjutan faktor-faktor pendukung produksi pangan.
Perumusan Masalah
Ketidakberhasilan SDM dan kelembagaan yang terlibat pada sektor pertanian di
perdesaan ini dapat menyebabkan pudarnya aktivitas pertanian yang berdampak pada krisis
pangan. Sementara itu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan budaya
pertaniannya secara turun menurun. Dengan demikian, sangat dibutuhkan suatu institusi
yang ditopang oleh SDM berkualitas yang mampu mempertahankan dan melestarikan
budaya pertanian. Tujuannya agar penyediaan pangan tetap berlanjut selama manusia
hidup di bumi. Pesantren menjadi pilihan alternatif pada saat kelembagaan yang bergerak
di sektor pertanian belum tangguh menjalankan peran dan fungsinya.
Pesantren telah lama berkembang di masyarakat Indonesia khususnya, masyarakat
muslim. Awalnya pesantren dikembangkan dengan maksud membudayakan nilai-nilai
Islam. Namun kemudian pesantren semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan pengamatan, pesantren sebagian berada di perkotaan dan lebih
banyak berada di perdesaan. Ada keterkaitan antara pesantren dengan pertanian khususnya
dalam penyediaan pangan. Keberadaan dan potensi pesantren yang syarat dengan nilainilai religi ini menjadi salah satu kekuatan gerakan pembangunan pertanian.

5

Pesantren dalam melaksanakan kegiatan agribisnisnya dapat berupa pengelolaan
usahatani tanaman pangan, tanaman perkebunan dan hortikultura, perikanan dan
peternakan, serta dapat mengikutsertakan beberapa santrinya yang dianggap mampu untuk
ikut mengelola kegiatan agribisnis. Manfaatnya bagi para santri, selain mendapatkan ilmu
yang berharga mengenai usaha pertanian untuk bekal masa depannya juga para santri
tersebut dibebaskan dari biaya pendidikan bahkan menerima uang saku (Hadi 2000).
Pesantren merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiai dibantu ustaz,
berdomisili bersama santri dengan masjid sebagai pusat aktivitas belajar mengajar, serta
pondok (asrama) sebagai tempat tinggal para santri dan kehidupan bersifat kreatif, seperti
satu keluarga (Mastuhu 1994; Duff & Bull 2011). Nilai dan norma agama yang dimiliki
pesantren menjadi bagian penting dalam pembangunan masyarakat dan umumnya berada
di perdesaan (Supardi 1994; Duff & Bull 2011). Pesantren juga didukung oleh SDA,
seperti lahan dan air, prasana dan sarana; nilai-nilai religi dan spiritual yang mendasari
aktivitas sehari-hari serta SDM termasuk kepemimpinan. Nilai kemandirian,
kesederhanaan, dan kebersamaan diwujudkan secara nyata dalam pemenuhan kebutuhan
pangan pesantren melalui tradisi bercocok tanam dan berternak. Akan tetapi, tradisi
pertanian ini mulai menipis sejalan dengan semakin lajunya pembangunan, terutama jika
belum dikelola dengan maksimal.
Persoalan yang dihadapi pesantren yang memiliki kegiatan pertanian ternyata tidak
sederhana, ditinjau dari berbagai aspek diantaranya bio-fisik, struktural dan kultural.
Pesantren menghadapi 3 persoalan: SDA, sistem nilai, dan organisasi. Tersedianya potensi
baik SDM maupun SDA-nya belum ditunjang oleh daya dukung perilaku manajemen
agribisnis yang andal (Isnawati 2007). Pemanfaatan SDA pesantren contoh dihadapkan
pada status kepemilikan lahan yang belum kuat (masih milik pengelola atau pengurus
pesantren). Terkait fungsinya terdapat persoalan manajemen tradisional yang belum
profesional dan rasional (Pranadji 2011). Nurkhamidi (2010) melihat penyebabnya karena
kreativitas pengelola yang rendah, tidak ada komunikasi terhadap persoalan pesantren,
belum ada kemitraan, serta program pemerintah yang belum berjalan. Pesantren juga
menghadapi persoalan kerusakan lingkungan yang berdampak pada kelangsungan aktivitas
serta masyarakat sekitarnya. Selain itu, pola pangan utama di pesantren kurang variatif dan
gizi kurang seimbang (Hermina et al. 1996). Menghadapi kondisi demikian, pesantren
tidak dapat berjalan sendiri, apalagi peran strategisnya menjadi pendorong para pihak
untuk bersinergi dalam kekuatan dan kemandiriannya agar tercapai keberlanjutan pangan
di pesantren dengan harmonis.
Kompleksitas dan keberagaman pesantren menjadi persoalan aktual dalam
pengembangan kelembagaan pesantren. Komunikasi kiai dengan ustaz, santri dengan
ustaz, menjadikan ustaz sebagai channel yang lebih efektif (Nasvian et al. 2013). Hal ini
membuat eksklusif seorang pimpinan pesantren (kiai). Kharisma kiai sangat
mempengaruhi perubahan karakter santri. Terkait penumbuhan budaya pertanian di
pesantren, perubahan perilaku santri sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan,
pendidikan, sikap, komitmen, kepemimpinan, serta struktur organisasi. Perubahan perilaku
tersebut dapat dilakukan untuk pemberdayaan santri (Kadir 2015). Masyarakat pesantren
juga membangun gerakan pengelolaan lingkungan sesuai dengan motivasi keyakinan dan
pengetahuan nilai agama untuk menjadi kholifah di bumi (Halid et al. 2014). Sosok
pimpinan (kiai) dan masyarakat pesantren serta tata nilai yang ada didalamnya saling
berkaitan sebagai suatu sistem pesantren yang tidak dapat dikendalikan oleh satu atau dua
metode spesifik dan mekanistik untuk mengatasi persoalan perubahan yang sudah menjadi
suatu keniscayaan.

6

Dengan pendekatan kesisteman yang merupakan meta-konsep atau meta-disiplin
dari keseluruhan disiplin ilmu dapat dipadukan untuk mencapai tujuan (Gigh 1993;
Carvayal 1992). Berpikir sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui
pemahaman yang utuh, sehingga kompleksitas persoalan yang ada dapat diformulasikan
dalam suatu kerangka pikir baru untuk mencapai tujuan dari perubahan. Proses
mentransformasikan potensi pesantren menjadi pesantren sebagai agen pemberdayaan
umat dilakukan dengan menggabungkan SDM pesantren dengan alam pertanian.
Selanjutnya diperlukan upaya-upaya strategis untuk menghasilkan SDM andal, yang
responsif terhadap perkembangan jaman, tuntuntan kebutuhan serta persoalan sosial
budaya di tengah-tengah masyarakat.
Permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian ini antara lain menyangkut
indikator, elemen, dan hal-hal yang terkait dengan pengembangan pesantren secara ideal
untuk menghasilkan pangan sebagai produk aktivitas pertanian. Keberlanjutan pangan
menjadi salah satu implementasi konsep pembangunan berkelanjutan yang dibangun
berdasarkan pilar ekonomi, sosial, dan ekologi juga aspek budaya dan etika.
Untuk lebih mengarahkan penelitian dalam merancang model transformasi
pesantren mencapai keberlanjutan pangan dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)
(4)

Nilai-nilai positif apa saja yang diterapkan dan dapat dikembangkan pada setiap
aktivitas pesantren?
Bagaimana pesantren menjalankan aktivitas pertaniannya?
Bagaimana proses perubahan pesantren untuk memperkuat sistem pertanian dengan
menerapkan keunggulan-keunggulannya?
Bagaimana pesantren dapat menjadi agent of change secara holistik dengan strategi
terarah untuk mewujudkan keberlanjutan pangan?
Alur pikir permasalahan penelitian secara ringkas ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Rumusan permasalahan dalam penelitian

7

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model transformasi
pesantren dan strategi implementasinya berbasis nilai spiritual, ekologis, dan keshalihan
sosial untuk mewujudkan keberlanjutan pangan. Tujuan penelitian tersebut dijabarkan
dalam rincian sebagai berikut:
(1). Menganalisis keragaan pesantren ditinjau dari aspek manajemen, SDM dan tradisi
guna merespon kondisi pertanian dan lingkungan di era global
(2). Menganalisis sistem pertanian yang dilakukan pesantren saat ini
(3). Menganalisis kompleksitas perubahan pesantren terhadap unsur kelembagaan,
sumber daya manusia serta nilai universal pesantren dalam mewujudkan
keberlanjutan pangan
(4). Merancang model transformasi pesantren yang mampu menjadi agen of change
secara holistik dengan strategi yang terarah untuk mewujudkan keberlanjutan
pangan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
(1).

Memberikan pemahaman kepada stakeholders pentingnya membangun,
memperkuat dan mengembangkan lembaga sosial yang hidup dan berkembang di
masyarakat terutama pesantren dalam bersama-sama mewujudkan keberlanjutan
pangan;

(2).

Memberikan masukan kepada stakeholders tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembangunan, penguatan dan pengembangan pesantren untuk
mampu menjadi lembaga yang mandiri;

(3).

Merekomendasikan model pesantren yang mampu berfungsi sebagai agent of
change dengan menerapkan prinsip-prinsip tradisi pesantren dalam pembangunan
pertanian, khususnya untuk mewujudkan suatu kondisi berkelanjutan pangan; dan

(4).

Mengembangkan keilmuwan di bidang lingkungan hidup dalam kerangka
pembangunan pertanian berkelanjutan.
Kebaruan Penelitian

Penelitian dengan obyek pesantren sebagai lembaga pendidikan telah dilakukan di
berbagai Institut Agama Islam, perguruan tinggi kependidikan maupun lembaga-lembaga
penelitian pendidikan tinggi dan kementerian. Namun penelitian pesantren sebagai suatu
entitas atau komunitas relatif belum digali lebih mendalam. Keungulan pesantren sebagai
sebuah lembaga dengan nilai spiritual yang tinggi juga belum menjadi perhatian pihakpihak terkait. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mentransformasikan sumber daya
pesantren secara keseluruhan untuk mendukung pembangunan pertanian.
Disamping itu, pesantren mengalami dinamika perubahan dari jaman ke jaman.
Gejala-gejala sosial masyarakat mempengaruhi pola pendidikan pesantren. Kebutuhan
masyarakat yang terus berkembang mengharuskan perubahan pesantren. Banyak penelitian
dan pengkajian tentang perubahan yang dilakukan pesantren, namun belum ada yang
menggunakan proses transformasi dengan konsep 4R.

8

Oleh karena itu, menggunakan pendekatan sistem dan logical thinking process dalam
penelitian ini serta penerapan proses perubahan pesantren dengan konsep Transformasi 4R,
dapat diperoleh kebaruan, yaitu proses transformasi pesantren dengan memadukan sistem
pesantren dan sistem pertanian yang diintegrasi dalam dimensi biofisik, struktural dan
kultural untuk mewujudkan keberlanjutan pangan. Kunci transformasi berdasarkan nilainilai spiritual untuk mewujudkan pesantren dengan karakter mandiri, adil dan ekologis
yang menghasilkan etos kerja tinggi. Ini menunjukkan bentuk totalitas ibadah dan peran
nyata pesantren dalam membangun peradaban Islami serta mewujudkan keberlanjutan
pangan.
Penelitian ini juga memiliki kebaruan dari proses transformasi pesantren yang
dirumuskan dalam model konseptual untuk mewujudkan pesantren ideal yang meliputi: (1)
Pembangunan SDM yang memiliki komitmen tinggi untuk mengelola SDA secara tepat
dan benar; (2) Pengembangan kelembagaan yang bertujuan mencapai optimalisasi
pengelolaan SDA; dan (3) Dukungan instrumen pengelolaan SDA yang menerapkan
prinsip-prinsip konsevasi.

2.

TINJAUAN PUSTAKA
Pesantren

Pengertian pesantren
Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan agama sekaligus sebagai
komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama Islam. Pesantren sebagai lembaga tidak hanya
identik dengan makna keislama