DAMPAK KEBERLANJUTAN LIBERALISASI PANGAN PASCA IMF TERHADAP KETAHANAN PANGAN INDONESIA

DAMPAK KEBERLANJUTAN LIBERALISASI
PANGANPASCAIMFTERHADAP KETAHANAN PANGANINDONESIA
Oleh: MARDHATIL HASANAH ( 05260093 )
International Relation
Dibuat: 2010-02-11 , dengan 2 file(s).

Keywords: Kata kunci: Ketahanan Pangan, Indonesia, Hutang Luar Negeri, IMF, Bank
Dunia dan ADB, Liberalisasi Pangan.
ABSTRAKSI
Ketahanan pangan merupakan bagian yang sangat penting dari ketahanan nasional.
Ketahanan pangan umumnya didasari tiga aspek, yaitu ketersediaan pangan, akses
masyarakat terhadap pangan, dan stabilitas harga pangan. Di Indonesia, beras merupakan
komoditas pangan yang sangat strategis karena tidak hanya menjadi masalah ekonomi, tapi
juga terkait masalah sosial dan politik. Dengan pertimbangan pentingnya beras, Pemerintah
Indonesia selalu berupaya melakukan berbagai kebijakan pangan untuk meningkatkan
ketahanan pangan Nasional. Namun krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997
menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam kebijakan pangan Indonesia. Pemerintah
Indonesia memerlukan dana yang besar untuk mengatasi masalah ekonomi yang terjadi,
sehingga IMF (International Monetary Fund) datang ke Indonesia memberikan pinjaman
disertai persyaratan kepada pemerintah Indonesia yang tercantum dalam Letter of Intent
(LoI). Cakupan LoI kemudian semakin luas dan IMF memaksakan kepentingan mereka

dengan mengaitkan hutang luar negeri dengan berbagai isu, termasuk sektor pangan.
Ketahanan pangan di Indonesia menjadi sangat lemah karena pemerintah meliberalisasi pasar
beras domestik. Karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari program-program
IMF, termasuk dalam hal pangan, maka akhir Agustus 2003 pemerintah Indonesia
memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan IMF dan memasuki masa PPM (Post
Program Monitoring). Masa PPM adalah mencicil sisa pinjaman kepada IMF sampai batas
quota 100 persen dalam waktu maksimal 7 tahun. Pada tahun 2006 akhirnya pemerintah
Indonesia melunasi sisa pinjaman pada IMF hingga batas quota, sehingga secara tidak
langsung telah mengakhiri masa PPM di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini
yaitu, walaupun Indonesia telah melunasi hutangnya pada IMF, namun pasca-IMF
pemerintah Indonesia telah menciptakan hutang luar negeri baru, terutama kepada Bank
Dunia dan ADB (Asian Development Bank). Hutang luar negeri pasca-IMF kemudian ikut
berpengaruh terhadap ketahanan pangan Indonesia, dimana terjadi keberlanjutan liberalisasi
pangan di Indonesia seiring dengan pengalihan hutang luar negeri Indonesia dari IMF kepada
Bank Dunia dan ADB. Persyaratan pencairan dana yang diajukan Bank Dunia dan ADB sama
dengan agenda IMF sebelumnya. Persyaratan tersebut antara lain tetap melanjutkan target
privatisasi, penjualan aset negara, pengurangan subsidi untuk sektor publik, dan penghapusan
bea impor untuk pertanian.


ABSTRAC
Food security is important side of national security. Generally, the food security based on
three aspect, that is availability of food, society acces to food, and stability of food price. In
Indonesia, rice is strategies commodity because it is not just economic problem, but it has
relevance with social and political problem. Consideration of importance of rice, Indonesia
government always try to carry out many policy of food to increase stability of national food.

But economic crisis which experienced Indonesia in 1997 cause there are big change in
Indonesia food policy. Indonesia government need big financial in handle economic problem,
so that IMF (International Monetary Fund) came to Indonesia to give debt with some rules
and regulations to Indonesia government which listed in Letter of Intent (LoI). Then,
handling of LoI more large and IMF force their importance with relevance foreign debt with
some issues, entire of food sectoral. Food security in Indonesia are weak because government
make liberazation to market domestic rice. Because there are some negative effect which be
emerged from IMF programs, entire food security, in the last of August 2003 Indonesia
government decide to finish cooperation with IMF and enter in PPM (Post Program
Monitoring) era. PPM era is paying by instalment of debt remains to IMF until quota
boundary of 100 percent maximal 7 years. Finally in the year of 2006 Indonesia government
paying the rest of debt until boundary of quota, so indirectly have finished PPM era in
Indonesia.

The method in this research is descriptive analytic. The study result that although Indonesia
have paying debt to IMF, but after IMF Indonesia government have create new foreign debt,
especially to World Bank and ADB (Asian Development Bank). The foreign debt after IMF
then give influence to Indonesia food security, which there are continue food liberazation in
Indonesia by moving of foreign debt in Indonesia from IMF to World Bank and ADB. Rules
and regulation which be proposed by World Bank and ADB are similar with IMF before. The
rules and regulation for example continue privatization target, selling to country assets,
reduce of aim to public sector, and erase of impor bea to farmers.