Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King )

PENGARUH ARANG SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN
INTENSITAS PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla KING)

SKRIPSI

OLEH :
MEDIANTA P. SITEPU
021202019 / BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ARANG SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN
INTENSITAS PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla KING)


SKRIPSI

OLEH
MEDIANTA P. SITEPU
021202019 / BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi


: Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan
Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni
(Swietenia macrophylla King)
Nama
: Medianta P. Sitepu
NIM
: 021202019
Departemen
: Kehutanan
Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Dr. Deni Elfiati, SP. MP
Ketua

Afifuddin Dalimunthe, SP. MP
Anggota


Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
NIP. 132 287 853

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas
Penyiraman

Terhadap

Pertumbuhan


Bibit

Mahoni

(Swietenia macrophylla King ).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Dr. Deni Elfiati, SP. MP dan Bapak Afiffudin Dalimunthe, SP. MP selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Kepada ayahanda dan ibunda beserta keluarga besar atas
doa dan dukungannya baik dari segi materi maupun spiritual yang diberikan
kepada penulis. Kepada para sahabat dan rekan-rekan rimbawan lainnya atas
bantuan, semangat dan kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari
semua pihak demi kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata , semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2007

Penulis


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian........................................................................................ 3
Hipotesa ...................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Mahoni ............................................................................ 4
Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni .............................................................. 5
Peranan Media Tumbuh.............................................................................. 5
Manfaat Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh................................... 7
Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman ................................................... 10


METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 12
Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 12
Bahan Penelitian................................................................................... 12
Alat Penelitian ...................................................................................... 12
Metode Penelitian ....................................................................................... 12
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................ 17
Pembahasan ................................................................................................ 21

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................. 26
Saran ........................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
LAMPIRAN........................................................................................................ 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Hal
1. Tinggi Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (cm) dan Hasil Uji Jarak Ganda
Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST) ........................... 17

2. Diameter Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (mm) dan Hasil Uji Jarak Ganda
Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)............................ 18

3. Jumlah Daun Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak Ganda
Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)............................ 19

4. Bobot Kering Atas Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST) ................ 20

5. Bobot Kering Bawah Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST) ................ 21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Daun Mahoni Pada
Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST)...................................
29
2. Sidik Ragam Bobot Kering Atas Tanaman dan Bobot Kering Akar
Tanaman Mahoni Pada Umur 12 Minggu
Setelah Tanam (12 MST)................................................................

30

3. Dokumentasi penelitian pertumbuhan bibit mahoni secara keseluruhan
dan pertumbuhan bibit mahoni dengan penambahan arang............
31
4. Dokumentasi penelitian pertumbuhan bibit mahoni dengan penambahan
arang dan intensitas penyiraman ....................................................
32
5. Dokumentasi penelitian pengukuran bobot kering atas dan bobot kering

bawah tanaman ...............................................................................
33

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di daerah tropis seperti halnya di Indonesia, luas lahan kritis terus
bertambah. Terjadinya pendegradasian hutan dan penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus merupakan salah satu terjadinya penurunan kualitas dari suatu
lahan. Dengan kondisi seperti itu, maka diperlukan suatu upaya pemanfaatan dari
berbagai teknologi terutama dibidang pertanian untuk dapat meningkatkan
kualitas dari lahan kritis tersebut menjadi lahan yang produktif.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
arang. Arang merupakan hasil dari pembakaran dari bahan yang mengandung
karbon yang berberbentuk padat dan berpori. Arang dapat digunakan untuk
memperbaiki tempat tumbuh suatu tanaman dan juga dapat berfungsi sebagai
pembangun kesuburan tanah (soil conditioning). Hal ini dikarenakan arang
memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara didalam

tanah. Selain itu arang juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengikat karbon
didalam tanah (Gusmailina dkk., 2002).
Arang pada umumnya hanya dikenal sebagai bahan untuk pembakaran
terutama untuk memasak dan juga untuk pembuatan briket arang dan juga arang
aktif. padahal arang memiliki peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan
tanah. Gusmailina dkk (2003) menyatakan bahwa arang baik yang berasal dari
pengolahan kayu maupun dari kegiatan lainnya mampu menyuburkan tanah.
Selain itu pemanfaatan arang dari hasil kegiatan pengolahan kayu tersebut mampu
meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu dan nilai tambah limbah kayu.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Pari (2002), arang merupakan suatu hasil teknologi yang
memanfaatkan limbah organik menjadi produk yang dapat digunakan secara
langsung untuk meningkatkan kesuburan tanah. Serbuk gergaji merupakan salah
satu jenis bahan yang dapat diolah menjadi arang. Pemanfaatan arang tersebut
juga mampu menghasilkan pertumbuhan dari suatu tanaman menjadi lebih baik
apabila dicampur dengan kompos.
Penambahan arang ke dalam tanah dapat meningkatkan pertumbuhan bibit,
perkembangan tanaman dan juga meningkatkan hasil produksi pertanian. Menurut

Chidumayo (1994) dalam Zech dkk (2002), secara umum perkembangan bibit,
tinggi tanaman dan produksi biomassa menjadi lebih baik dengan adanya
penambahan campuran arang pada tanah Ultisol.
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran atau volume dari suatu
tanaman, misalnya tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas
daun. Tanaman dalam menjalankan proses pertumbuhannya sangat dipengaruhi
oleh kondisi air. Selain itu juga pertumbuhan tanaman tergantung pada interaksi
sel dengan lingkungan (Salisbury dan Ross., 1995).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman
adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu
tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam
penyerapan berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Kebutuhan air
oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda–beda, oleh karena itu banyak
sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi
dari pertumbuhan tanaman itu sendiri (Daniel dkk., 1994).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman umumnya memanfaatkan air yang berasal air hujan dan juga air
tanah untuk pertumbuhannya. Jumlah air yang diperoleh oleh suatu tanaman
sangat berpengaruh dalam menunjang proses pertumbuhannya. Menurut Nyakpa
dkk (1988), peningkatan suplai air ke dalam tanah akan menghasilkan serapan
hara yang cenderung meningkat. Bila penyediaan air cukup di dalam tanah, maka
hara yang diperoleh pun dapat terpakai secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas
Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King ).

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh arang sebagai campuran media tumbuh dan
intensitas penyiraman terhadap pertumbuhan bibit mahoni (Swietenia macrophylla
King).

Hipotesis Penelitian
Pemberian arang sebagai campuran media tumbuh dan intensitas
penyiraman

dapat

meningkatkan

pertumbuhan

bibit

Mahoni (Swietenia

macrophylla King).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Mahoni
Mahoni tergolong kedalam famili Meliaceae dan terdapat dua jenis spesies
yang cukup dikenal yaitu Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan
S.mahagoni (mahoni daun sempit). Tinggi tanaman mahoni dapat mencapai
hingga 40 m dengan diameter batang mencapai lebih dari 100 cm. Tajuknya
berbentuk seperti kubah, kayu gubal (kayu lunak antara kulit dan teras) berwarna
merah muda, sedangkan kayu teras (inti kayu) berwarna merah hingga coklat tua.
Daun berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan panjang daun 10-30 cm.
Bunga diproduksi di tangkai bunga dan ukuran tiap bunganya kecil. Buah mahoni
berbentuk kapsul dengan panjang buah mencapai 8-20 cm, benihnya bersayap
dengan panjang 5-9 cm yang terdapat didalam buah. Menurut Dien (1983),
sistematika tanaman mahoni (S. macrophylla) adalah sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Class

: Angiospermae

Sub Class

: Dicotyledoneae

Golongan

: Lignose

Ordo

: Meliales

Famili

: Meliaceae

Sub Famili

: Swieteniodiae

Genus

: Swietenia

Spesies

: Swietenia macrophylla King.

Universitas Sumatera Utara

Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni
Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik, hal
ini dikarenakan mahoni secara alami dapat tumbuh pada tipe tanah alluvial, tanah
vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Namun
pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah yang subur dan bersolum dalam serta
memiliki

aerasi

yang

baik

dengan

pH

berkisar

6,5

sampai

7,5

(Soerianegara dan Lemmens., 1994).
Menurut Khaerudin (1999), tanaman mahoni dapat tumbuh pada daerah
bertipe iklim A sampai D, yaitu daerah yang bermusim kering atau basah.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman mahoni berkisar antara
0-1.000 mdpl. Umumnya tanaman ini akan berbuah setelah berumur 12 tahun atau
lebih yaitu pada bulan Juli-Agustus.

Peranan Media Tumbuh
Tanah sebagai media pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak
begitu saja menunjang keberhasilan usaha penanaman, hal ini disebabkan karena
tanah memberikan berbagai pengaruh bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman.
Pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah, kelembaban tanah, permeabilitas,
tersedianya unsur hara, kegiatan hidup jasad renik dan banyak sifat tanah lainnya
(Sutedjo dan Kartasapoetra., 1994).
Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi
tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan daripada tanah yang
mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya akan bahan organik
mempunyai warna yang lebih kelam daripada tanah yang mengandung bahan

Universitas Sumatera Utara

organik rendah. Tanah berwarna lebih kelam, menyerap sinar lebih banyak.
Apabila lebih banyak sinar yang diserap tanah, maka lebih banyak hara, oksigen
dan air yang diserap tanaman melalui perakaran. Tanah kaya bahan organik lebih
cepat panas daripada tanah yang secara terus menerus dipupuk dengan pupuk
kimia (Sutanto., 2002).
Perkembangan suatu tanaman berhubungan erat dengan kesuburan tanah.
Semakin subur suatu tanah, maka perkembangan akar juga akan semakin besar.
Dengan pemberian pupuk maka cenderung akan mendorong perkembangan
perakaran yang dangkal dan sering disertai dengan berkurangnya kedalaman akar
(Daniel dkk., 1994).
Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan
untuk menyemaikan benih dari suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan
sistem periode waktu yang ditetapkan. Beberapa media yang dapat digunakan
sebagai media pembibitan adalah topsoil, gambut ataupun topsoil dengan kompos.
Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburannya
memadai, tidak berkerikil, dan tidak berbatu. Memiliki aerasi yang baik, tidak
terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang
paling penting diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat fisik
medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya
serap

dan

daya

simpan

air

baik

serta

kapasitas

udaranya

cukup

(Khaerudin., 1999).
Dalam suatu media tanam, sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung
jawab atas peredaran udara, suhu tanah, air dan zat terlarut melalui tanah. Media
yang merupakan pembatas ragawi yang paling nyata adalah media yang baik

Universitas Sumatera Utara

untuk perkembangan akar, hal ini dikarenakan tanah memiliki kemampuan untuk
menambat air dan menyalurkan ke tanaman. Struktur tanah juga diperlukan untuk
mempertahankan kemantapan agregat tanah terhadap perubahan kelengasan yang
mendadak dan curah hujan yang kuat (Sanchez., 1992).
Tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu
sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya
misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah dan air
tanah. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi
(hara mineral) dari dalam tanah. Mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk
yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral tanah yang hilang, baik
yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan
pemupukan (Umboh., 1997).

Manfaat Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh
Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang
ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan. Larutan
nutrisi tersebut lalu diserap oleh perakaran. Beberapa persyaratan yang digunakan
untuk media tanam antara lain steril, porus, ringan, mudah didapat dan murah.
Salah satu bahan yang memenuhi semua persyaratan itu adalah arang (arang
sekam ataupun arang limbah industri). Arang memiliki ruang pori yang cukup
sehingga membantu terjadinya proses aerasi di dalam tanah (Hartus., 2002).
Arang merupakan hasil pembakaran dari suatu bahan yang mengandung
karbon yang berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar pori-pori dari arang
masih tertutup baik itu oleh hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lainnya

Universitas Sumatera Utara

seperti abu, air, nitrogen dan sulfur. Namun kualitas dari arang itu sendiri
ditentukan oleh proses pembuatan arang tersebut (Sudrajat dan Soleh., 1994).
Secara morfologi arang mempunyai pori-pori pada permukaannya. Pori ini
sangat efektif mengikat dan menyimpan hara tanah yang berada didalam tanah
dan disekitarnya. Unsur hara ini dapat dilepaskan secara perlahan sesuai dengan
laju konsumsi yang dilakukan oleh tanaman (slow release). Selain itu arang juga
memiliki sifat higroskopis sehingga hara yang terdapat didalam tanah tidak mudah
tercuci dan lahan akan berada dalam keadaaan siap pakai (Gusmailina dkk., 2003).
Penggunaan arang baik yang berasal dari limbah eksploitasi maupun yang
berasal industri pengolahan kayu untuk soil conditioning, merupakan salah satu
alternatif pemanfaatan arang selain sebagai sumber energi. Secara morfologi
arang memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Oleh
sebab itu aplikasi arang pada lahan-lahan terutama lahan miskin hara dapat
membangun dan meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan
beberapa fungsi antara lain: sirkulasi udara dan air tanah, pH tanah, merangsang
pembentukan spora endomikoriza dan ektomikoriza sehingga dapat meningkatkan
produktifitas lahan dan hutan tanaman (Pari., 2002).
Menurut Gusmailina dkk (2002), umumnya upaya yang dilakukan untuk
menaikan pH tanah dari asam sampai ketingkat netral adalah dengan
menambahkan kapur pertanian yang mengandung senyawa Ca dan Mg kedalam
tanah. Ternyata selain kapur, arang juga dapat digunakan untuk menaikan pH dan
mengurangi sifat asam dari tanah. Respon terhadap kondisi pH akibat
penambahan arang juga dipengaruhi oleh jenis arang. Makin tinggi pH arang,

Universitas Sumatera Utara

maka makin rendah konsentrasi arang yang digunakan sebagai campuran media
pada tanaman.
Menurut Siyek dkk (2005), bahan baku arang diambil dari kayu yang
dikeringkan melalui proses pemanasan. Sifat arang yang ringan ini ketika
diberikan ketanah bisa mengikat air dan juga membuang racun. Selain mampu
menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman, penggunaan arang bagi
pertanian juga secara otomatis dapat meminimalisir kerusakan tanah akibat bahanbahan kimia dan menggantikan posisi pupuk buatan. Arang juga dapat dijadikan
bahan pembuatan pupuk organik tambahan, misalnya kompos dan kotoran ternak.
Pematangan bahan organik ini jauh lebih baik karena bisa menghilangkan baubauan pada lingkungan yang tidak sedap.
Secara fisik arang berpengaruh terhadap struktur dan tekstur tanah, oleh
karena itu semakin banyak suplai arang ke dalam tanah maka akan mengurangi
kepadatan tanah (bulk density). Artinya dengan adanya penambahan arang
kedalam tanah maka semakin banyak ruang pori yang terdapat di dalam tanah
sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik. Selain itu juga
pemberian arang ini juga dapat menekan tingginya laju pencucian unsur hara di
dalam tanah. Hal ini dimungkinkan karena secara morfologis arang mempunyai
pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah. Penambahan arang
pada media pembibitan juga dapat meningkatkan: kelembaban, daya serap air,
serta sirkulasi udara sehingga mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan akar
halus bibit tanaman (Gusmailina dkk., 2003).

Universitas Sumatera Utara

Fungsi Air Bagi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan dari sebagian besar tanaman sangat tergantung kepada
jumlah air yang tersedia didalam tanah. Pertumbuhan akan dibatasi oleh
kandungan air sangat rendah maupun kandungan air sangat tinggi. Air dibutuhkan
tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, untuk menjaga hidrasi protoplasma
dan sebagai pengangkut dan mentranslokasikan makanan-makanan dan unsurunsur mineral (Nyakpa dkk., 1988).
Penyiraman umumnya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Pada kondisi khusus, misalnya udara sangat panas, penyiraman dapat dilakukan
lebih dari dua kali dan sebaliknya jika turun hujan maka penyiraman dapat
ditiadakan atau dikurangi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas
(jumlah) penyiraman antara lain temperatur udara, curah hujan dan jenis serta
tingkat pertumbuhan bibit. Jika hari tidak hujan serta suhu tinggi maka proses
evapotranspirasi akan meningkat dan untuk mencukupinya maka diperlukan
adanya penyiraman (Khaerudin., 1999)
Air memiliki peranan penting terutama dalam kelembaban tanah dan
pertumbuhan tanaman. Kondisi air yang berlebih dalam tanah dapat menahan atau
merintangi pertumbuhan tanaman, oleh karena itu drainase menjadi sangat
penting. Begitu juga kondisi air yang kurang tersedia di dalam tanah akan
menekan pertumbuhan suatu tanaman. Suatu tanaman akan mengalami kelayuan
bahkan kematian bila tidak bisa lebih lama untuk mengisap air yang cukup dari
tanah untuk memperoleh air yang dibutuhkan (Soetjipto., 1986).
Tanaman akan mengalami kelayuan dan berubah menjadi warna kuning
apabila tanaman tersebut mengalami kekurangan air. Pada kondisi tersebut, hama

Universitas Sumatera Utara

akan menyerang tanaman karena mikroorganisme patogen yang biasanya
menyerang hama tidak dapat berkembang biak dalam kondisi kering. Tanaman
yang mengalami kekurangan air akan menunjukan gejala–gejala sebagai berikut
dimana sel tanaman akan kehilangan turgor, jaringan mengerut dan tanaman
menampakkan gejala layu. Tanaman juga akan mengalami kelayuan bila
kekurangan air, namun akan segera segar kembali bila dilakukan penyiraman.
Tetapi apabila tanaman tetap mengalami kelayuan maka tanaman tersebut telah
mengalami layu permanen (Sutiyoso., 2003).
Menurut Hartus (2002), larutan nutrisi dapat diberikan dalam tiga cara
yaitu dengan penyiraman, penetesan dan sirkulasi. Penyiraman umumnya
dilakukan dengan dengan menggunakan air sumur. Ada tiga faktor penting yang
perlu diketahui pada saat melakukan penyiraman dengan larutan nutrisi, yaitu
konsentrasi, frekuensi dan volume larutan nutrisi. Pada saat cuaca panas (diatas
normal) dapat dilakukan penyiraman dengan menggunakan air sumur. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan shower sehingga dapat membasahi daun dan
perakaran tanaman. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengimbangi laju
evapotranspirasi yang berlebihan.
Menurut Setiawan (2000), pemberian air pada tanaman sangat penting
diperhatikan. Kebutuhan tanaman terhadap air ini makin penting lagi pada masa
awal pertumbuhan tanaman dan setiap tanaman memerlukan kebutuhan air yang
berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Oleh sebab itu, penanaman sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan. Dengan demikian, penentuan waktu tanam
yang tepat akan meringankan pekerjaan karena dengan siraman air hujan yang
cukup kita tidak perlu bersusah payah untuk menyiramnya.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai Januari hingga Mei 2007.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bibit Mahoni
(Swietenia macrophylla), arang (kayu bakau), pupuk NPK (15:15:15), top soil dan
polybag ukuran 2 kg.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan analitik,
penggaris, jangka sorong, gembor, cangkul atau sekop dan karung goni.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2
faktor dan ulangan sebanyak 3 kali, yaitu:
I. Faktor pemberian arang sebagai campuran media tumbuh.
M0 = tanpa penambahan arang (kontrol)
M1 = penambahan 100 gr arang/ polybag
M2 = penambahan 200 gr arang/ polybag
M3 = penambahan 300 gr arang/ ploybag

Universitas Sumatera Utara

II. Faktor intensitas penyiraman
P0 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 2 x 1 hari
P1 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 1 hari
P2 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 2 hari
P3 = Penyiraman yang dilakukan sebanyak 1 x 3 hari
Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 4 x 4 = 16 perlakuan
M0P0

M1P0

M2P0

M3P0

M0P1

M1P1

M2P1

M3P1

M0P2

M1P2

M2P2

M3P2

M0P3

M1P3

M2P3

M3P3

Jumlah perlakuan

= 16 unit

Ulangan

= 3 kali

Jumlah tanaman seluruhnya = 48 tanaman.
Model Rancangan Acak Lengkap Faktorial adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (α β)ij + Є ijk
Keterangan:
Yijk

= Respon tanaman yang diamati

µ

= Nilai tengah umum

αi

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor penambahan arang

βj

= Pengaruh taraf ke-j dari faktor intensitas penyiraman

(α β)ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor penambahan arang dan pengaruh taraf ke-j
dari faktor intensitas penyiraman.
Єijk

= Pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-i dari faktor penambahan arang
dan taraf ke-j dari faktor intensitas penyiraman pada ulangan ke-k.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan Arang
Arang yang digunakan adalah arang kayu yang diperoleh dari daerah
Secanggang. Arang tersebut kemudian dihancurkan atau dihaluskan dengan
kondisi yang hampir sama dengan ukuran tanah yang digunakan.
2. Penyediaan Tanah (top soil)
Tanah yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis tanah Ultisol
yang diambil di daerah Simalingkar. Tanah yang diambil adalah tanah bagian atas
(top soil) yang diambil secara acak dan dikompositkan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3. Penyediaan Bibit
Bibit mahoni yang digunakan berasal dari lokasi pembibitan Orangutan
Information Centre (OIC). Kriteria bibit yang digunakan antara lain: berumur 2-3
bulan, tinggi tanaman ± 25-30 cm dan dengan jumlah daun 3-5 helai.
4. Persiapan Media Tumbuh
Polybag yang telah disediakan diisi dengan top soil dan arang (sebagai
campuran media tumbuh), dimana perbandingannya disesuaikan dengan
perlakuannya masing-masing. Perlakuan tersebut antara lain tanah sebanyak 2 kg
tanpa adanya penambahan arang (M0); tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 100
gram arang (M1); tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 200 gram arang (M2)
dan tanah sebanyak 2 kg dicampur dengan 300 gram arang (M3)
5. Pemindahan bibit ke media tumbuh dan pemberian pupuk NPK.
Bibit mahoni yang digunakan adalah bibit yang berumur ± 2 bulan dengan
tinggi 25-30 cm. Bibit yang telah disediakan dipindahkan ke dalam polybag yang

Universitas Sumatera Utara

telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuannya masingmasing, lalu ditambahkan pupuk NPK kedalam tiap-tiap polybag.
6. Penyiraman dan Pemeliharaan
Setelah bibit mahoni dipindahkan, tanaman kemudian disiram sesuai
dengan perlakuannya masing masing dengan menggunakan gembor atau alat
penyemprot lainnya, kemudian dilakukan penyiangan pada tanaman ketika rumput
atau gulma sudah mulai muncul dengan maksud agar tidak mengganggu
perakaran dari bibit tanaman. Adapun intensitas penyiraman yang dilakukan
adalah sebanyak 2x1 hari (P0); 1x1 hari (P1); 1x2 hari (P2); 1x3 hari (P3).
7. Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah tanam (1 MST), dan parameter yang
diamati antara lain:
 Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari batang tanaman (± 3cm dari pangkal leher akar)
sampai pucuk tanaman tertinggi dengan menggunakan mistar atau penggaris.
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali dan agar tidak terjadi perubahan
dasar pengukuran, maka perlu diberi tanda tempat awal pengukuran.
 Diameter batang
Pengukuran diameter batang dilakukan pada tempat yang sama dengan
pengukuran tinggi tanaman dan dilakukan sebanyak 2 kali pada sisi batang
yang berbeda.
 Jumlah daun
Semua jumlah daun yang telah tumbuh dihitung yang dilakukan setiap
minggunya.

Universitas Sumatera Utara

 Bobot kering tanaman,
Setelah kegiatan pengamatan berakhir yaitu pada saat tanaman berumur ±12
minggu setelah tanam (12 MST) maka dilakukan pemotongan atau pemisahan
batang dengan akar. Untuk mendapatkan bobot kering atas tanaman, bagian
batang dan daun dicuci dengan air dan dibiarkan kering, kemudian
dimasukkan kedalam amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan
perlakuan. Kemudian diovenkan pada temperatur 70º C selama 48 jam, lalu
ditimbang. Untuk mendapatkan bobot kering bawah tanaman maka dilakukan
dengan cara yang sama seperti mendapatkan bobot kering atas tanaman.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman mahoni (S. macrophylla) yang
terdapat Lampiran 1. menunjukkan bahwa pemberian arang dengan berbagai
jumlah sebagai campuran media tumbuh memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap tinggi tanaman. Namun intensitas penyiraman dan juga
interaksinya dengan penambahan arang sebagai campuran media tumbuh
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam hal penambahan tinggi
tanaman.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (cm) dan Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).
Perlakuan
Arang
Penyiraman
M0
M1
M2
P0
32.43
43.03
38.5
P1
30.13
38.3
42.26
P2
25.6
37.96
40.06
P3
26.56
35.63
44.8
b
a
Rataan
28.68
38.73
41.4 a
Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf
berbeda nyata pada taraf 5 %

M3
37.1
38.6
44.16
34.8
38.66 a
yang sama

Rataan
37.76
37.32
36.95
33.18
berarti tidak

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa rataan tinggi tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 200
gr (M2) dan 300 gr (M3) yaitu dengan tinggi 44,8 cm dan 44,16 cm. Rataan tinggi
tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan
arang (M0) dengan nilai 25,6 cm.
2. Diameter Tanaman

Universitas Sumatera Utara

Hasil analisis

sidik

ragam diameter

batang tanaman

mahoni

(S. macrophylla) yang terdapat Lampiran 1. menunjukkan bahwa interaksi
penambahan arang sebagai campuran media tumbuh dengan intensitas
penyiraman memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter
tanaman.
Tabel 2. Diameter Tanaman Mahoni (S. macrophylla) (mm) dan Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).
Perlakuan
Arang
Penyiraman
M0
M1
M2
ef
bc
P0
5.14
6.57
6.33 bc
P1
4.57 fgh
5.97 cd
7.67 a
gh
cd
P2
4.29
6.18
5.85 cd
P3
4.01 h
5.01 efg
5.5 def
Rataan
4.51
5.93
6.33
Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf
berbeda nyata pada taraf 5 %

M3
6.4 bc
7.34 ab
6.83 abc
5.61 d
6.54
yang sama

Rataan
6.11
6.39
5.78
5.03
berarti tidak

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa rataan diameter terbesar
terdapat pada interaksi perlakuan penambahan arang sebanyak 200 gr dengan
intensitas penyiraman sebanyak 1x1 hari (M2P1) sebesar 7,67 mm. Nilai diameter
terkecil terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang dengan
intensitas penyiraman sebanyak 1x3 hari (M0P3) sebesar 4,01 mm.

3. Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun mahoni yang terdapat pada
Lampiran 1. menunjukkan bahwa penambahan arang memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Akan tetapi intensitas
penyiraman dan juga interaksinya dengan penambahan arang memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam hal pertambahan jumlah daun.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Jumlah Daun Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).
Perlakuan
Arang
Penyiraman
M0
M1
M2
P0
22
30.33
29.66
P1
19
26.33
32.66
P2
15.66
24.66
26.33
P3
11.33
16.66
32.33
b
ab
Rataan
17
24.5
30.25a
Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf
berbeda nyata pada taraf 5 %

M3
28.33
24.33
41.33
23.66
29.41a
yang sama

Rataan
22.91
25.58
27.91
19.66
berarti tidak

Tabel 3. menunjukkan bahwa rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada
perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 300 gr (M3) dengan
jumlah 41,33 helai, sedangkan nilai rataan jumlah daun yang terendah terdapat
pada perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang (M0) dengan jumlah
11,33 helai.

4. Rataan Bobot Kering Atas Tanaman.
Hasil analisis sidik ragam dari bobot kering atas tanaman yang terdapat
pada Lampiran 2. menunjukkan bahwa interaksi dari penambahan arang sebagai
campuran media tumbuh dengan intensitas penyiraman memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap bobot kering atas tanaman.
Tabel 4. Bobot Kering Atas Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji
Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).
Perlakuan
Penyiraman
P0
P1
P2
P3
Rataan

M0
6.03 defg
4.9 fg
3.06 g
3.06 g
4.26

M1
9.66 abc
8.8 abcde
9.3 abcd
5.66 efg
7.71

Arang
M2
7.83 bcdef
11.26 ab
7.5 cdef
9.46 abcd
9.01

M3
7.7 cdef
10.53 abc
12.13 a
7.73 cdef
9.52

Rataan
7.81
8.87
8
5.83

Universitas Sumatera Utara

Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa bobot kering atas
tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan yang mendapat penambahan arang
sebanyak 300 gr dan dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2 hari (M3P2)
yaitu seberat 12,13 gr, sedangkan bobot kering terendah terdapat pada perlakuan
yang tidak mendapat penambahan arang dan dengan intensitas penyiraman 1x2
hari (M0P2) dan 1x3 hari (M0P3) dengan berat 3,06 gr.

5. Rataan Bobot Kering Bawah Tanaman.
Hasil analisis sidik ragam bobot kering bawah tanaman yang terdapat
pada Lampiran 2. menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan penambahan
arang sebagai campuran media tumbuh dan intensitas penyiraman memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering bawah/ akar tanaman.
Tabel 5. Bobot Kering Bawah Tanaman Mahoni (S. macrophylla) dan Hasil Uji
Jarak Ganda Duncan Pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam (12 MST).
Perlakuan
Arang
Penyiraman
M0
M1
M2
M3
Rataan
ef
ab
ab
ab
P0
1.8
3.23
3.4
3.66
3.02
P1
1.33 fg
3.16 abc
3.23 ab
3.73 a
2.86
g
bcd
de
cde
P2
1
2.9
2.2
2.4
2.12
P3
1.13 fg
1.63 efg
2.3 de
2.26 de
1.71
Rataan
1.31
2.61
2.78
3.01
Keterangan: Setiap nilai yang mempunyai notasi huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa bobot kering bawah
tanaman tertinggi diperoleh dari interaksi perlakuan penambahan arang sebanyak
300 gr dan dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x1 hari (M3P1) yaitu seberat

Universitas Sumatera Utara

3,73 gr. Bobot kering bawah terendah diperoleh dari perlakuan yang tidak
mendapat penambahan arang dan intensitas penyiraman 1x2 hari (M0P2) yaitu 1
gr.

Pembahasan
Hasil analisis sidik ragam terhadap data hasil penelitian dapat dilihat
bahwa interaksi penambahan arang sebagai campuran media tumbuh dan
intensitas penyiraman memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
diameter batang, bobot kering atas dan juga bobot kering bawah tanaman. Hal ini
dapat terjadi karena arang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi tanah
menjadi lebih baik. Gusmailina dkk (2003) menyatakan bahwa arang yang berasal
dari kayu mempunyai peranan yang baik dan penting dalam menyuburkan tanah,
diantaranya meningkatkan pH tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Media tanah yang digunakan dalam penelitian merupakan jenis tanah
Ultisol, dimana jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang kurang baik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra (2005), yang menyatakan
bahwa jenis tanah Ultisol termasuk kedalam jenis tanah mineral. Tanah mineral
sendiri merupakan tanah-tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang
sedikit. Oleh karena itu dengan adanya penambahan arang kedalam media tanah
(Ultisol) itu, maka kondisi media tumbuh menjadi lebih baik. Perubahan media
tanam yang menjadi lebih baik ini akan mampu meningkatkan pertumbuhan dari
suatu tanaman. Hal ini tampak pada tiap-tiap parameter pengamatan (tinggi
tanaman, diameter, jumlah daun, bobot kering atas dan bobot kering bawah
tanaman), dimana tanaman yang mendapat penambahan arang memiliki

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan yang tidak memperoleh penambahan
arang. Umboh (2000) berpendapat bahwa tekstur tanah berperan dalam
menentukan daya ikat air dan juga infiltrasinya. Sementara aerase tanah,
pergerakan air tanah dan penetrasi dari akar tanaman ditentukan oleh struktur
tanaman. Oleh karena itu, arang memiliki peran yang baik dalam memperbaiki
sifak fisik tanah (struktur dan tekstur tanah).
Penambahan arang sebagai campuran media tumbuh memiliki
kemampuan untuk menjaga suhu tanah, hal ini dikarenakan proses aerase dan
draenase yang terjadi di dalam tanah berlangsung dengan baik. Gusmailina dkk
(2002) menyatakan bahwa pemberian arang mampu memperbaiki sirkulasi air dan
udara di dalam tanah sehingga kelembaban dalam tanah akan tetap terjaga.
Dengan sirkulasi air dan udara menjadi lebih baik, maka kondisi air tanah menjadi
lebih terjaga dan tersedia bagi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada data diameter
tanaman, dimana diameter tanaman terbesar terdapat pada penambahan arang
sebanyak 200 gr dengan intensitas penyiraman 1x1 hari (M2P1) yaitu 7,67 mm.
Hasil ini lebih baik dari pada perlakuan dengan intensitas penyiraman normal
yaitu 2x1 hari namun tidak mendapat penambahan arang (M0P0) sebesar 5,14
mm. Oleh karena itu selain mampu memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih
baik, penambahan arang sebagai campuran media tumbuh juga mampu
mengurangi intensitas penyiraman.
Intensitas penyiraman sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu
tanaman, hal ini dapat dilihat pada data diameter tanaman dimana diameter batang
tanaman yang dihasilkan dari penyiraman yang dilakukan sebanyak 2x1 hari dan
1x1 hari tampak lebih besar dibandingkan dengan penyiraman yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 1x2 hari dan 1x3. Hal ini dikarenakan air yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk menjalankan proses pertumbuhannya cukup tersedia sehingga tanaman
tidak mengalami cekaman terhadap kekurangan air. Fitter dan Hay (1991)
menyatakan bahwa air sangat menentukan pertumbuhan suatu tanaman. Kondisi
air yang kurang tersedia mengakibatkan terhambatnya proses fisiologi suatu
tanaman atau stress dan apabila berlangsung dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan tanaman mengalami kelayuan bahkan kematian bagi tanaman.
Pada parameter bobot kering tanaman (atas dan bawah/ akar) diketahui
bahwa bobot kering atas tanaman yang tertinggi terdapat pada interaksi
penambahan arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2
hari (M3P2) yaitu 12,13 gr, sedangkan untuk bobot kering bawah tanaman yang
tertinggi terdapat pada perlakuan yang mendapat penambahan arang sebanyak 300
gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x1 hari (M3P1) yaitu 3,73 gr. Untuk
bobot kering atas dan bawah yang terendah terdapat pada perlakuan yang tidak
mendapat penambahan arang dan dengan intensitas penyiraman 1x2 hari (M0P2)
dengan berat masing-masing 3,06 gr dan 1 gr. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
perlakuan penambahan arang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam hal
penambahan berat kering tanaman.
Penambahan arang sebagai campuran media tumbuh mampu merubah
kondisi tanah menjadi lebih baik, dikarenakan tanah memiliki ruang pori yang
cukup sehingga aerase, draenase dan suplai unsur hara ke tanaman dapat
berlangsung dengan baik. Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa bahan
kering suatu tanaman merupakan suatu indikasi terjadinya penyerapan hara yang
dilakukan oleh tanaman dan laju penyerapan unsur hara tersebut ditentukan ole

Universitas Sumatera Utara

akar tanaman Dengan demikian bobot kering tanaman (atas dan bawah/ akar)
yang tinggi menandakan kondisi perakaran tanaman cukup baik sehingga proses
peredaran hara yang terjadi juga berlangsung dengan baik. Selain itu, dari hasil
analisis arang diketahui bahwa arang tersebut mengandung unsur hara nitrogen,
fosfor dan kalium yang cukup yang dibutuhkan bagi tanaman untuk menunjang
pertumbuhannya. Bobot kering bawah tanaman yang tertinggi terdapat tanaman
yang mendapat penambahan arang, hal ini dikarenakan akar memperoleh suplai
unsur hara yang cukup tersedia, dimana kandungan fosfor yang terdapat pada
arang sebanyak 51,30 ppm. Sutedjo dan Kartasapoetra (2005), menyebutkan
bahwa unsur P berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan dan pembentukkan
akar bagi tanaman. Oleh karena itu selain memperbaiki sifat fisik tanah,
penambahan arang sebagai campuran media tumbuh juga memberikan tambahan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman kedalam tanah.
Pada parameter tinggi tanaman mahoni, interaksi perlakuan penambahan
arang dan intensitas penyiraman tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
Hal ini dikarenakan mahoni merupakan jenis tanaman yang pertumbuhannya
lamban (slow growing), sehingga pertumbuhan tinggi tanaman mahoni ini tidak
terlihat berbeda nyata selama kegiatan penelitian berlangsung atau tanaman
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tumbuh sehingga respon dari
perlakuan yang diberikan tampak nyata. Respon yang tidak berbeda nyata juga
terlihat pada parameter jumlah daun. Hal ini dikarenakan tanaman mahoni yang
digunakan merupakan jenis mahoni yang berdaun besar (Swietenia macrophylla).
Berbeda dengan jenis mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni) dimana jumlah
daunnya banyak, jumlah daun pada mahoni yang berdaun besar (Swietenia

Universitas Sumatera Utara

macrophylla) lebih sedikit hal ini dikarenakan tanaman ini pertumbuhannya
lamban (slow growing) dan batang tanaman belum cukup besar sehingga belum
mampu untuk membentuk cabang-cabang yang lebih banyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yaitu salah satu fase yang terjadi pada
kurva pertumbuhan (sigmoid) adalah fase logaritmik dimana ukuran akan
bertambah secara terus menerus sejalan dengan waktu. Ini berarti laju
pertumbuhan suatu tanaman akan lambat pada awalnya, tapi akan meningkat terus
dan semakin besar ukuran suatu organisme maka semakin cepat dia tumbuh.
Daniel dkk (1994) juga menyebutkan bahwa pada setiap awal musim
pertumbuhannya, pertumbuhan tanaman akan lambat dan kemudian akan tumbuh
lebih cepat selama periode utama pertumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Penambahan arang sebanyak 200 gr memberikan rataan tinggi tanaman
tertinggi yaitu sebesar 44,8 cm sedangkan terendah terdapat pada
perlakuan yang tidak mendapat penambahan arang yaitu 25,6 cm.
2. Interaksi penambahan arang sebanyak 200 gr dengan intensitas
penyiraman sebanyak 1x1 hari memberikan respon diameter batang
terbesar yaitu 7,67 mm, sedangkan terkecil terdapat pada perlakuan yang
tidak mendapat penambahan arang sebesar 4,01 mm.
3. Rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan terdapat pada
perlakuan dengan penambahan arang sebanyak 300 gr sebanyak 41,3 helai,
sedangkan yang sedikit terdapat pada perlakuan yang tidak mendapat
penambahan arang yaitu 11,33 helai.
4. Bobot kering atas tanaman terbesar terdapat pada perlakuan penambahan
arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman sebanyak 1x2 hari
yaitu 12,13 gr.
5. Bobot

kering

bawah tanaman terbesar terdapat

pada perlakuan

penambahan arang sebanyak 300 gr dengan intensitas penyiraman
sebanyak 1x1 hari yaitu 3,73 gr.

Saran
Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui volume arang
yang menghasilkan pertumbuhan yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Dien, P. K. H. 1983. Studi Watak Tumbuh Benih Mahoni (Swietenia
macrophylla). Skripsi Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Daniel, T. W, J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1994. Prinsip-Prinsip Silvikultur.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Fitter,A.H dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Gusmailina, G. Pari., dan S. Komarayati. 2002. Aplikasi Arang Kulit Kayu
Sebagai Campuran Media Tumbuh Anakan Eucalyptus urophylla dan
Acasia mangium. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang Untuk Rehabilitasi Lahan.
Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor
Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta
Khaerudin, 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nyakpa, M. Y, A. M, Lubis, M. A. Pulungan, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B.
Hong dan N. Hakim., 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Depdikbud, Jakarta.
Pari, G. 2002. Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan
Limbah. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/ S3 IPB, Bogor.
Siyek, D dan E. Petebang. 2005. Lingkungan: Arang Untuk Menyelamatkan
Lingkungan (http:// pontianak online /institute dayakologi.htm).
[22 februari 2006]
Sutedjo, M. M dan A. G. Kartasapoetra. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina
Aksara, Jakarta.
, 2005. Pengantar Ilmu Tanah Edisi Baru. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 1. Penerbit ITB
Bandung. Bandung
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB
Bandung. Bandung
Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soerianegara, I dan R. H. M. Lemmens, 1994. Mayor Commercial Timber.
Timber Press. Prosea, Bogor.
Soetjipto., V.E. Hansen., O.W.Israelsen., G.E. Stringham dan E.P. Tachyan. 1986.
Dasar-dasar dan Praktek Irigasi edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta
Sudradjat, R. dan S. Soleh., 1994. Pembuatan Arang Aktif. Petunjuk Pembuatan
Arang Aktif. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Umboh, A.H. 1997. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta
Zech, W, B. Glaser dan J. Lehmann., 2002. Ameliorating Physical and Chemical
Properties of Highly Weathered Soils In The Tropics With Charcoal.
Review Article.

Universitas Sumatera Utara