Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (S.macrophylla King)

(1)

EFEKTIVITAS GAMBUT SEBAGAI CAMPURAN MEDIA

TUMBUH DENGAN PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA

ARBUSKULA (FMA) TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla King)

SKRIPSI

OLEH:

EVA S. SEMBIRING 031202029/ BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

Judul Skripsi : Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (S.macrophylla King)

Nama : Eva S. Sembiring

Nim : 031202029

Program Studi : Budidaya Hutan

Minat : Manipulasi Tempat Tumbuh

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Delvian, SP.MP Dr. Dwi Suryanto, MSc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP : 132 287 853


(3)

(4)

ABSTRAK

Gambut mempunyai kemungkinan besar baik sebagai media tumbuh tanaman karena ringan ruang pori banyak, daya mengikat air tinggi, mudah penanganannya, dapat menciptakan lingkungan pertumbuhan akar yang bagus. Namun dari segi kimia beberapa kendala menyebabkan tanah gambut kurang baik sebagai media tumbuh tanaman, antara lain adalah pH rendah,kandungan hara rendah, senyawa organik racun. Salah satu cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan paket bioteknologi fungi mikoriza arbuskula (FMA). Fungi mikoriza arbuskula adalah suatu hubungan antara fungi dengan akar tanaman. Mikoriza mempunyai peran penting dalam membantu memperbaiki nutrisi tanaman, meningkatkan pertumbuhan, dan sebagai pelindung hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian gambut

sebagai campuran media tumbuh bagi tanaman mahoni (S. macrophylla King)

dengan pemberian fungi mikoriza arbuskular (FMA). Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan 2 faktor yaitu gambut dan mikoriza, serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara gambut dan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Gambut berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan, sedangkan mikoriza hanya berpengaruh nyata pada rasio tajuk akar


(5)

ABSTRACT

Peat has a big possibility to use as a growing media, because it is light, has a big porousity, and stringy water absorbtion, easy to handle, can create a good grow of root. But in chemist, some problems cause peat is not so good to use as a growing media, for instance low pH, low fertility, and toxic substance. One solution that we can do to solve these problems is by giving AMF. Mycorrhiza is the relation between plant and fungi.Some roles of FMA namely, helping plant to absorb nutrition, to help grow up, and caring plant. The aim of this research is to know

the effect of peat as a growing media for Swietenia macrophylla King by giving

AMF. This research use split plot design with two factor of peat and AMF. The result of this research show no interaction between peat and FMA. Peat brings significant effect to every parameter while AMF brings significant effect to the shoot root ratio.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Eva S. Sembiring dilahirkan di Bunturaja pada tanggal 23 Oktober 1984 dari bapak R. Sembiring dan Ibu P. Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari 5 bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Teladan Sumbul, lulus tahun 1997 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Neg. 1 Sumbul dan lulus tahun 2000. tahun 2003 penulis lulus dari SMU Neg 1. Sumbul dan pada tahun yang sama penulis juga diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas Sumatera Utara. Penulis memilih program studi Budidaya Hutan (BDH) di Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mendapatkan piagam penghargaan dari Project Leader ITTO PD 277/04 Rev 3 (1) dalam rangka lomba penulisan karya artikel ilmiah populer pada kegiatan hari temu lapangan (field day) di Kab. Kutai Kalimantan Timur.

Penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan dan Pembinaan Hutan (P3H) di hutan mangrove Bandar Khalipah dan Hutan Pegunungan Tahura Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani, KPH Madiun Unit II Jawa Timur. Penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS) dan melaksanakan penelitian dengan judul ” Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh

dengan Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (S. macrophylla king)” dibimbing oleh Bapak Dr. Delvian SP, MP selaku ketua dan Bapak Dr Dwi Suryanto, Msc selaku anggota. Penelitian ini merupakan bahan untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, di mana atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Delvian, SP.MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr Dwi Suryanto, MSc selaku anggota komisi pembimbing, atas semua bantuan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.

Hasil Penelitian ini berjudul Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap

Pertumbuhan Bibit Mahoni (S.macrophylla King). Kiranya penelitian ini

bermanfaat, dan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya penulis sangat mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan penelitian ini.


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Kuasa, di mana atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Delvian, SP. MP selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Dwi Suryanto, MSc selaku anggota komisi pembimbing, atas semua bantuan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.

Hasil penelitian ini berjudul Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (S. macrophylla King). Kiranya

penelitian ini bermanfaat, dan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya penulis sangat mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan penelitian ini


(10)

Judul Skripsi : Efektivitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap

Pertumbuhan Bibit Mahoni (S.macrophylla King)

Nama : Eva S. Sembiring

Nim : 031202029

Program Studi : Budidaya Hutan

Minat : Manipulasi Tempat Tumbuh

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Delvian, SP.MP Dr. Dwi Suryanto, MSc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP : 132 287 853


(11)

ABSTRAK

Gambut mempunyai kemungkinan besar baik sebagai media tumbuh tanaman karena ringan ruang pori banyak, daya mengikat air tinggi, mudah penanganannya, dapat menciptakan lingkungan pertumbuhan akar yang bagus. Namun dari segi kimia beberapa kendala menyebabkan tanah gambut kurang baik sebagai media tumbuh tanaman, antara lain adalah pH rendah,kandungan hara rendah, senyawa organik racun. Salah satu cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan paket bioteknologi fungi mikoriza arbuskula (FMA). Fungi mikoriza arbuskula adalah suatu hubungan antara fungi dengan akar tanaman. Mikoriza mempunyai peran penting dalam membantu memperbaiki nutrisi tanaman, meningkatkan pertumbuhan, dan sebagai pelindung hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian gambut

sebagai campuran media tumbuh bagi tanaman mahoni (S. macrophylla King)

dengan pemberian fungi mikoriza arbuskular (FMA). Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan 2 faktor yaitu gambut dan mikoriza, serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara gambut dan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Gambut berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan, sedangkan mikoriza hanya berpengaruh nyata pada rasio tajuk akar


(12)

ABSTRACT

Peat has a big possibility to use as a growing media, because it is light, has a big porousity, and stringy water absorbtion, easy to handle, can create a good grow of root. But in chemist, some problems cause peat is not so good to use as a growing media, for instance low pH, low fertility, and toxic substance. One solution that we can do to solve these problems is by giving AMF. Mycorrhiza is the relation between plant and fungi.Some roles of FMA namely, helping plant to absorb nutrition, to help grow up, and caring plant. The aim of this research is to know

the effect of peat as a growing media for Swietenia macrophylla King by giving

AMF. This research use split plot design with two factor of peat and AMF. The result of this research show no interaction between peat and FMA. Peat brings significant effect to every parameter while AMF brings significant effect to the shoot root ratio.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Swietenia macrophylla merupakan tanaman yang cepat tumbuh, dan

memberikan hasil yang menguntungkan sehingga banyak ditanam di hutan rakyat. Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk perabot ukiran, kayunya untuk bahan perekat, dan dipergunakan juga untuk pengobatan Cina dan pengobatan tradisional lainnya. Pohon mahoni termasuk pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekitar 47%-69%. Mahoni berdaun besar dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian bervariasi antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.600-4.000 mm per tahun dan tipe iklim A sampai D. Umumnya mahoni senang pada tanah yang bersolum dalam, dan masih bisa bertahan pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air (Rivandi, 2008).

Keberhasilan penanaman di lapangan sangat dipengaruhi oleh kualitas bibit. Kualitas bibit dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu fisiologis tanaman dan kondisi lingkungan terutama media tumbuh. Bibit yang baik ditandai dengan pertumbuhan yang normal, akar yang banyak, bebas hama dan penyakit dan berasal dari benih yang baik dan berkualitas. Tujuan akhir dari pembibitan adalah memperoleh tanaman yang baik dan apabila ditanam memberikan hasil yang memuaskan.

Menurut Irwan et al., (2000), keberhasilan penanaman sangat dipengaruhi

oleh kualitas akar. Apabila dilihat fungsi akar sebagai alat penyerap hara dan air, maka diasumsikan tanaman yang memiliki jumlah akar lebih banyak memiliki jangkauan yang lebih luas, bibit akan mampu menyerap air dan hara yang lebih banyak sehingga laju fotosintesis meningkat dan fotosintat yang dihasilkan lebih


(14)

banyak. Peningkatan fotosintat menimbulkan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan bibit yang memiliki akar yang sedikit dan jangkauannya terbatas.

Dari segi fisik gambut mempunyai kemungkinan besar baik untuk media tumbuh bibit tanaman karena ringan, ruang pori banyak, daya mengikat air tinggi, mudah penanganannya, dapat menciptakan lingkungan pertumbuhan akar yang bagus. Namun dari segi kimia beberapa kendala menyebabkan gambut kurang baik digunakan sebagai media tumbuh tanaman, antara lain adalah pH rendah, kandungan hara rendah, senyawa organik racun (Suryanto, 1997).

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan paket bioteknologi fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada tanaman. Fungi ini merupakan asosiasi akar tumbuhan dengan jamur tertentu. Fungi mikoriza arbuskula memungkinkan pengembangan lahan-lahan kritis, terutama disebabkan perluasan miselium yang meningkatkan bidang absorbsi, sehingga pemanfaatan unsur hara dan air tanah yang miskin berlangsung lebih optimum. Fungi mikoriza arbuskula akan meningkatkan serapan terhadap unsur hara seperti fosfat, sulfur, dan Zn (Simanungkalit, 2001).

Berdasarkan uraian maka penulis ingin mengetahui Efektifitas Gambut Sebagai Campuran Media Tumbuh dengan Pemberian Fungi Mikoriza

Arbuskula (FMA) Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (S. macrophylla


(15)

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian gambut sebagai campuran media tumbuh

bagi tanaman mahoni (S. macrophylla King) dengan pemberian fungi mikoriza

arbuskula (FMA).

Hipotesis Penelitian

1. Ada interaksi antara pemberian gambut dan mikoriza terhadap

pertumbuhan tanaman mahoni

2. Dosis gambut berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit mahoni

3. Dosis mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit mahoni

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan penggunaan gambut sebagai media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Botanis Tanaman Mahoni

Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika.

Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni

Jacg.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia macrophylla King). Mahoni

termasuk dalam keluarga Meliaceae.Mahoni berdaun besar dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian bervariasi antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.600-4.000 mm per tahun dan tipe iklim A sampai D. Pada umumnya mahoni senang pada tanah yang bersolum dalam. Jenis ini juga masih bisa bertahan pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Mahoni merupakan pohon tahunan, tinggi 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang dan kayunya bergetah. Daunnya daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua warnanya hijau. Bunga majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain, bentuknya seperti sendok, berwarna hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, berwarna coklat. Biji pipih, berwarna hitam atau coklat. Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan untuk perabot rumah tangga serta barang ukiran, perbanyakan dengan biji (Iptek, 2007).


(17)

Gambut

Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa Inggris antara

lain disebut peat, bog moor, mire, dan fen. Istilah-istilah ini berkenaan dengan

perbedaan jenis atau sifat gambut antara satu tempat dan tempat lainnya. Istilah gambut diambil alih dari kosa kata bahasa daerah Kalimantan Selatan (suku Banjar). Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan atau hanya sedikit mengalami perombakan (Noor, 2001).

Gambut terbentuk dari serasah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan serasah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen

yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari

serasah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi

(Radjagukguk, 1990 dalam Noor, 2001).

Tanah gambut di Indonesia tersebar di empat pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Luas tanah gambut di Indonesia diperkirakan 15,96 juta ha termasuk yang berasosiasi dengan rawa lebak dan lahan sulfat masam, dan salin. Tanah gambut menempati 47,8 % dari luas lahan rawa di Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan sehingga tanah gambut sangat


(18)

Sifat-sifat Tanah Gambut

Diantara sifat inheren yang penting dari tanah gambut di daerah tropis adalah : bahan penyusun berasal dari kayu-kayuan, dalam keadaan tergenang, sifat menyusut dan penurunan permukaan gambut karena drainase, kering tidak balik,

pH yang sangat rendah danstatus kesuburan tanah yang rendah (Andriesse, 1988

dalam Noor, 2001).

Sifat Fisik

Gambut tropis umumnya berwarna coklat kemerahan hingga coklat tua (gelap) tergantung tahapan dekomposisinya. Kandungan air yang tinggi dan

kapasitas memegang air 15-30 kali dari berat kering, rendahnya bulk density

(0,05-0,4 g/cm3) dan porositas total diantara 75-95% menyebabkan terbatasnya

penggunaan mesin-mesin pertanian dan pemilihan komoditas yang akan diusahakan. Sebagai contoh di Malaysia, tiga komoditas utama yaitu kelapa sawit, karet dan kelapa cenderung pertumbuhannya miring bahkan ambruk sebagai akibat akar tidak mempunyai tumpuan tanah yang kuat (Ambak dan Meiling, 2000).

Sifat lain yang merugikan adalah apabila gambut mengalami pengeringan yang berlebihan sehingga koloid gambut menjadi rusak. Terjadi gejala kering tak

balik (irreversible drying) dan gambut berubah sifat seperti arang sehingga tidak

mampu lagi menyerap hara dan menahan air. Gambut akan kehilangan air tersedia setelah 4-5 minggu pengeringan dan ini mengakibatkan gambut mudah terbakar


(19)

Sifat-Sifat Kimia

Ketebalan horison organik, sifat subsoil dan frekuensi luapan air sungai mempengaruhi komposisi kimia gambut. Pada tanah yang sering mendapat luapan, semakin banyak kandungan mineral tanah relatif lebih subur.

Tanah gambut tropis mempunyai kandungan mineral yang rendah dengan

kandungan bahan organik lebih dari 90%. Secara kimiawi gambut bereaksi

masam (pH di bawah 4) Andriesse (1988). Gambut dangkal memiliki pH lebih tinggi (4,0-5,1), gambut dalam memiliki (3,1-3,9). Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi. Kandungan unsur mikro

khususnya Cu, B dan Zn sangat rendah ( Subagyo et al., 1996 dalam Chotimah,

2007).

Pengembangan pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak kendala

yang berkaitan dengan sifat tanah gambut. Menurut Soepardi (1979) dalam

Chotimah (2007), secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut merupakan bahan

yang bersifat toksik bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme

tanaman yang akan berakibat langsung terhadap produktifitasnya. Sementara itu secara fisik tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral sehingga mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman sangat terbatas.

Gambut tropik umumnya mempunyai tingkat keasaman yang lebih tinggi (pH 4-5) dibandingkan dengan gambut iklim sedang yang mempunyai kandungan


(20)

mineral kapur yang cukup tinggi sehingga tingkat keasaman rendah (pH 6-7). Bahan penyusun pada gambut iklim sedang atau iklim dingin umumnya berupa

tumbuhan lumut atau sphagnum. Hal lain yang membedakan antara gambut tropik

dan gambut iklim sedang atau dingin adalah curah hujan yang tinggi, evapotranspirasi yang tinggi, suhu rata-rata tahunan yang tinggi, dan bahan asal sebagian besar terdiri atas vegetasi kayuan. Tingginya kandungan kayu-kayuan pada gambut tropik memerlukan pengelolaan khusus selama reklamasi

awal (Andriesse, 1988 dalam Noor, 2001).

Tingkat keasaman tanah gambut mempunyai kisaran sangat lebar. Umumnya tanah gambut tropik terutama gambut ombrogen (oligotropik) mempunyai kisaran pH 3,0-4,5, kecuali mendapatkan pengaruh penyusupan air laut atau payau. Keasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut makin tebal (Noor, 2001).

Susunan dan kandungan senyawa organik dan hara mineral di tanah gambut sangat beragam, tergantung pada jenis jaringan penyusun gambut, lingkungan pembentukan, dan kesudahan reklamasi. Senyawa organik utama yang terdapat dalam gambut antara lain hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Selain senyawa-senyawa tersebut, juga terdapat senyawa tannin dan resin dalam jumlah kecil. Kadar senyawa polisakarida, hemiselulosa, dan tannin menurun relatif cepat jika gambut makin dalam sampai jeluk 40 cm dan selanjutnya menurun sangat kecil, kecuali hemiselulosa dari hutan alami. Selulosa meningkat secara pelan-pelan jika gambut makin dalam, kecuali pada hutan alami. Kadar N pada tanah gambut relatif tinggi sedangkan kadar P beragam, namun sebagian N dan P dalam bentuk organik sehingga memerlukan proses mineralisasi untuk dapat digunakan


(21)

tanaman. Kadar N pada tanah gambut kayu-kayuan berkisar 0,3%-4,0% dan untuk tanah gambut Indonesia berkisar 1%-2% dan hanya sekitar separuh yang dapat

diserap oleh tanaman ( Lucas, 1982 dalam Noor, 2001).

Hara mikro tanah gambut tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh

terbentuknya senyawa organo-metal yang menyemat (fixation) ion-ion Cu dan Zn

menjadi bentuk kurang tersedia bagi tanaman. Kekahatan Cu berhubungan erat dengan kadar asam fenolat pada tanah gambut. Tingginya kadar asam fenolat menekan ketersedian Cu karena terjadinya ikatan senyawa organometal (Sabihan

et al., 1997 dalam Noor, 2001). Di samping itu, tingginya produksi CO2 yang

membentuk senyawa bikarbonat juga dapat menghambat ketersediaan hara mikro,

terutama Zn (Moormann dan Breemen, 1978 dalam Noor, 2001). Dilaporkan juga

kekahatan hara mikro seperti Cu dan Zn pada tanah gambut karena pH yang rendah juga berhubungan dengan kadar asam fenolat. Hanya saja kadar hara mikro dalam tanah gambut umumnya tidak nyata dipengaruhi oleh bahan organik sampai kadar > 38% C-organik. Kadar Cu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Zn dan Mn, terlebih pada kadar bahan organik yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Komariah et al., (1993) dalam Noor (2001),

penggunaan mikroorganisme perombak selulosa dapat meningkatkan ketersediaan hara dan pH gambut, tetapi belum mampu menurunkan nisbah C/N. Potensi redoks gambut (pH = 4) sekitar 52 mv, padahal untuk mereduksi Fe diperlukan kapasitas reduksi yang lebih kuat. Nisbah C/N sejumlah lahan gambut yang belum dimanfaatkan antara 25-35. Hal ini menunjukkan bahwa perombakan belum sempurna sehingga terjadi immobilisasi N. Perombakan dikatakan lebih sempurna


(22)

jika nisbah C/N < 20. kondisi asam (pH) rendah juga menjadi penghambat aktivitas mikroorganisme.

Menurut Waksman (1988) dalam Noor (2001), mikroorganisme di tanah

gambut dapat dipilah dalam tiga kelompok yaitu: (1) mikroorganisme yang terlibat dalam tahap perombakan awal dari keadaan asli, yang termasuk di dalamnya golongan jamur dan bakteri yang berperan dalam menghancurkan selulosa, hemiselulosa, dan beberapa protein. (2) mikroorganisme yang terlibat dalam perkembangan (penebalan) gambut yang hampir sepanjang tahun terendam. Miroorganisme yang bersifat aerob yang memperoleh oksigen dari oksidasi dan perombakan bahan organik. (3) mikroorganisme yang terlibat setelah gambut mengalami pengatusan atau terbuka. Mikroorganisme yang berperan umumnya golongan jamur, bakteri, dan mikroorganisme yang berada pada tahap awal perombakan. Sisa perombakan adalah bahan-bahan yang lebih tahan seperti lignin.

Berdasarkan hasil penelitian Suryanto (1997), ternyata tanaman melati gambir dan tanaman kopi rata-rata memiliki pertumbuhan yang baik pada media gambut yang diberi campuran pasir, meskipun masih menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan stek tanaman masih diperlukan obat perangsang pembentukan akar agar pertumbuhannya meningkat. Gambut baik untuk media tumbuh karena sifat fisik yang baik, rongga pori yang cukup, serta kemampuan menahan air yang

tinggi juga kompak dengan akar bibit yang ditanam. Suryanto (1994) dalam

Suryanto (1997), menyimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata tanah gambut dapat dimanfaatkan untuk media tumbuhan tanaman stek lebih baik dibandingkan tanah regosol biasa.


(23)

Mikoriza

Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai

manifestasi adanya simbiosis mutualistis cendawan (myces) dan perakaran (rhyza)

tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada

sistem perakaran inang (host), mikoriza dikelompokkan ke dalam 2 golongan

besar yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Di dalam kelompok endomikoriza

terdapat enam sub tipe yaitu: mikoriza arbuscula, ectendo arbutoid, monotropod,

ericoid dan orchid. (Setiadi, 2001).

Perbaikan hasil tanaman dengan inokulasi FMA juga berkaitan dengan perbaikan mikoriza itu sendiri, meski pada beberapa kasus inokulasi cendawan ini meningkatkan hasil tanaman tapi gagal memperbaiki status mikoriza. Pada saat yang sama pada beberapa kasus inokulasi gagal memperbaiki hasil tanaman,

walaupun mampu meningkatkan kondisi mikoriza (Kehri dan Chandra, 1990).

Dari beberapa pengamatan bahwa jenis tanaman yang sistem perakarannya tanpa akar-akar halus dan kurang rambut akarnya ternyata lebih sering terkena infeksi dan lebih tergantung terhadap adanya mikoriza. Menurut Suhardi (1989), infeksi mikoriza terdapat dalam epidermis dan pada kotikal parenkim akar. Infeksinya tidak masuk dalam lapisan endodermis dan juga tidak terdapat dalam bagian meristematik. Infeksi berkembang melalui beberapa stadia yaitu:

1. fase ekstramatrikal dengan extra metrical hypae (hifa yang menjulur

keluar dari akar) dan eksternal vesicles atau spora yang tersebar di sekitar


(24)

2. fase intraradical dengan inter dan intracellular hyphae (hifa di antara dan

di dalam sel) yang tidak bercabang, intracellular hyphae yang

bercabang-cabang (arbuscules) dan internal vesicles

Mikoriza, Hubungannya dengan Gambut dan Tanaman

Setiadi (2001) mengklasifikasikan tanaman kehutanan berdasarkan tingkat responnya terhadap pemberian mikoriza yakni jenis-jenis yang responsif tinggi

diantaranya adalah turi (Sesbania grandiflora), angsana (Pterocarpus sp), akasia

(acacia mangium), sengon (Paraserianthes falcataria), dan johar (Casia simea).

Tingkat rensponsif sedang adalah mahoni (Swietenia macrophylla), gmelina

(Gmelina arborea), juga terdapat tanaman hutan yang menunjukkan responsif

rendah yaitu balsa (Ochroma bicolor), dan matoa (Pomena pinnata)

Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman yang bermikoriza dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza lebih baik daripada tanaman yang tidak bermikoriza karena akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Sifat kimia tanah gambut (terutama gambut mentah) dapat diperbaiki jika perbaikan secara fisik sudah memadai. Tanpa perbaikan fisik maka perbaikan kimia (melalui pemupukan) sulit diharapkan. Pemberian unsur hara yang normal pada tanah gambut tidak cukup merangsang aktivitas mikroorganisme tanah karena mikroorganisme juga memerlukan lingkungan yang sesuai yang biasanya mengarah kepada reaksi netral (Adiwiganda, 1996).

Mikoriza berperan dalam penyerapan nutrient dengan cara difusi. Akar mikoriza ternyata meningkatkan penyerapan Zn dan S dari larutan lebih cepat


(25)

daripada tanaman yang tidak bermikoriza. Fungi mikoriza merangsang pertumbuhan lebih pada proses fisiologisnya dibandingkan dengan perluasan penyerapan nutrien. Mikoriza juga berperan dalam peningkatan serapan air, dan juga ketahanan terhadap penyakit (Suhardi, 1989).

Simbiosis antara tanaman dan FMA bersifat mutualistik dan perlu bagi fungi untuk bertahan hidup karena memperoleh fotosintat dari tanaman. Aliran karbohidrat ini tergantung pada spesies tanaman inang dan spesies FMA, namun ditaksir sekitar 1-17% dari total karbohidrat yang digunakan untuk membentuk biomassa akar digunakan FMA untuk perkembangan dan aktifitasnya. Pada awal perkembangan mikoriza bersifat parasit bagi tanaman dan jika kondisi tidak optimum, sering menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan. Fotosintat diserap FMA dalam akar khususnya melalui arbuskula, yang merupakan area kontak permukaan terbesar antara tanaman dan fungi (Hanafiah, 2005).

Secara fisik perananan FMA bagi tanaman inangnya adalah memperbesar areal serapan bulu-bulu akar melalui pembentukan miselium di sekeliling akar oleh karena itu tingkat ketergantungan tanaman terhadap asosiasi FMA ini berkorelasi negatif dengan kerapatan akar halus atau bulu-bulu akar tanaman. Volume tanah yang dijelajah oleh akar tanaman tanpa FMA hanya sekitar 1-2 cm,

sedangkan 1 cm akar tanaman ber FMA dapat menjelajahi 12-15 cm3 (6-15 kali).

Pada tanah gambut hutan tropika ditemukan 5-39 hifa/ml tanah dan 0,03-0,089 biomas fungi/ g akar kering.


(26)

Akibat perbesaran volume jelajah akar serap bermikoriza, keuntungan

yang diperoleh tanaman menurut ikhtisar Hanafiah (2003) dalam Hanafiah

(2005) meliputi:

1. Peningkatan daya serap air dan hara yang terutama yang relatif immobil

seperti P, Cu, dan Zn juga yang relatif mobil seperti K, S, NH4+, dan Mo

2. Penurunan stress tanaman akibat infeksi patogen akar, kondisi tanah salin,

kelembaban tanah yang rendah, temperatur tanah yang tinggi serta faktor-faktor yang merugikan lainnya

3. Peningkatan toleransi tanaman terhadap defisiensi hara pada tanah tidak

subur, dan terhadap kemasaman tanah dan toksisitas Al, fe, dan Mn pada tanah masam

4. Peningkatan nodulasi dan daya fiksasi N2 oleh rhizobium pada simbiosis

legum

5. Meningkatkan serapan dan toleransi tanaman terhadap toksisitas Zn

6. Merangsang laju fotosintesis dan transportasi fotosintat ke akar, produksi

hormon seperti IAA (Indole acetit acid), sitokinin auksin dan giberelin,

dan eksudasi asama-asam organik dari akar, serta permeabilitas membran terhadap lintasan hara

7. Mempercepat fase fisiologis definitif, sehingga waktu berbunga dan panen

dipercepat, serta meningkatkan daya survival tanaman pada awal penanaman

8. Berperan penting dalam konservasi dan pendauran hara dalam tanah dalam


(27)

Peningkatan serapan P tanaman akibat adanya asosiasi tanaman oleh FMA terutama ada kaitannya dengan peningkatan volume jelajah akar serap tanaman sedangkan peningkatan kelarutan bentuk P tidak atau kurang larut (rock fosfat

atau apatit atau ALPOA) menurut Mosse (1981) dalam Hanafiah (2005), diduga

akibat adanya induksi FMA yang:

1. Mengubah pH rhizosfer ke 6,3

2. Meningkatkan eksudasi akar seperti anion poligalakturonat sitrat dan

okasalat

3. Meningkatkan induksi aktifitas enzim fitase. Di samping itu FMA

(Glomus mossea)

4. Merangsang aktifitas enzim akar fosfatase-alkalin dan asam pada tanaman

gandum, papaya, dan kacang french yang berkorelasi erat dengan panjang hifa FMA

Berdasarkan hasil penelitian Irwan et al., (2000), mikoriza arbuskula

memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit manggis yang berumur 19 bulan. Bibit manggis yang mempunyai tinggi, jumlah daun, bobot kering yang lebih besar, ternyata memiliki serapan N dan P lebih tinggi. Peningkatan serapan hara akan menyebabkan peningkatan biomassa tanaman. Meskipun derajat infeksi yang terjadi pada akar cukup tinggi ternyata tidak dapat menjamin dapat memberikan hasil yang tinggi terhadap pertumbuhan serapan hara dan bobot kering. Hal ini disebabkan reaksi kompatibilitas, reaksi inkompatibiltas, serta keefektifan FMA sangat ditentukan oleh kombinasi cendawan dengan inang. Keefektifan suatu jenis FMA terhadap suatu jenis tanaman ditentukan oleh


(28)

kemampuannya menginfeksi akar dan membentuk hifa ekternal, serta dapat membantu meningkatkan absorbsi hara dan pertumbuhan tanaman.

Menurut Mosse (1981) dalam Hanafiah (1995), pada tanaman padi

pemberian FMA meskipun menurunkan 6,4 % bobot biomassa dari 31 g/ tanaman, tetapi meningkatkan 41,6 % bobot gabah (dari 8,9 g/tanaman) dan 288,9 % serapan P (dari 0,1%). Secara umum pada beberapa tanaman semusim terlihat bahwa pemberian FMA meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman 1,4-99 kali dan serapan P 1,4-3,9 kali dibanding tanpa FMA.


(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah, dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Universitas Sumatera Utara, mulai bulan Agustus 2007-Januari 2008

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bibit Mahoni (S. macrophylla king), mikoriza yang berasal dari

Laboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Bioteknologi (PPB) IPB

Bogor, dengan kandungan Glomus manihotis, G. etunicatum, Acaulospora

tuberculata, Gigaspora margarita, tanah gambut asal Dolok Sanggul sebagai

campuran media tumbuh, tanah ultisol yang diambil dari kawasan perumahan Simalingkar B sebagai campuran media tumbuh, air untuk menyiram bibit, polibag sebagai tempat meletakkan media tumbuh pupuk NPK (15:15:15) sebagai

pupuk dasar, KOH 10% HCL 2%, larutan staining (trypan blue 0,05 %, asam

laktat, glycerol, aquadest) dan larutan destaining (glycerol)

Alat

Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter mistar yang digunakan untuk mengukur tinggi tanaman, oven yang digunakan untuk

mengeringkan bibit mahoni, gembor untuk menyiram tanaman, tally sheet sebagai

tempat untuk mencatat data-data hasil pengamatan, spektrophotometer untuk


(30)

kaca preparat sebagai tempat untuk meletakkan sampel pada saat pengamatan,

pinset untuk menjepit, cover glass untuk menutup kaca preparat, kertas tissue

untuk membersihkan alat-alat, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot Design (Rancangan

Petak Terbagi) dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 3 kali (Gomez dan Gomez,

1995) di mana:

Faktor I: adalah petak utama (main plot) yaitu merupakan faktor yang kurang penting

Faktor pemberian mikoriza yaitu: Mo : tanpa pemberian mikoriza M1 : 50 g/polybag

M2 : 100 g/polybag

Faktor II: adalah petak kedua (sub plot) yaitu merupakan faktor yang penting Faktor pemberian gambut yaitu:

G0 = 100 % tanah ultisol

G1 = 75 % gambut dan 25% tanah ultisol

G2 = 50 % gambut dan 50 % tanah ultisol

G3 = 25 % gambut dan 75 % tanah ultisol


(31)

Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 3 x 5 = 15 perlakuan G0M0 G0M1 G0M2

G1M0 G1M1 G2M2

G2M0 G2M1 G2M2

G3M0 G3M1 G3M2

G4M0 G4M1 G4M2

Jumlah perlakuan = 15 unit

Ulangan = 3 unit

Jumlah tanaman seluruhnya = 45 tanaman

Model rancangan split plot design (rancangan petak terbagi) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Kk + Ai + δik + Bj + (AB)ij + €ijk

Keterangan

Yijk = nilai pengamatan /respon pada kelompok ke K yang memperoleh tahap

ke i dari faktor a dan taraf ke j dari faktor b

µ = nilai tengah umum

K = kelompok dari pengaruh additive dari kelompok

Ai = pengaruh taraf ke-i dari faktor pemberian mikoriza

δik = pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor a dalam

kelompok ke-K dari faktor utama

Bj = pengaruh taraf additif dari faktor pemberian gambut

(AB)ij = pengaruh taraf ke-i dari faktorpencampuran mikoriza dan pengaruh taraf

ke-j dari faktor pemberian gambut

€ijk = pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-I dari factor pencampuran


(32)

Data ditransformasi dengan menggunakan transformasi akar kuadrat

( y +05 ). Hal ini dilakukan karena adanya kejadian yang berpeluang sangat

kecil (kurang dari 0,1 atau 10%) untuk menjadi kenyataan dan data yang diperoleh berkisaran antara 0-30% atau 70-100% sehingga perlu ditransformasi ke bentuk

transformasi akar kuadrat ( y +05). Data dianalisis keragamannya dan apabila

terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan’s (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

Analisis Awal dan pH tersedia

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis awal untuk pH dan P tersedia, yang bertujuan untuk mengetahui pH dan jumlah P yang tersedia pada tanah gambut dan tanah ultisol (prosedur terlampir)

Persiapan Media Tumbuh

Contoh tanah diambil secara komposit sesuai dengan kebutuhan, yaitu 125 kg tanah gambut dan 125 kg tanah ultisol. Pengambilan tanah dilakukan pada tanah yang belum mendapat perlakuan, dengan cara mengambil tanah pada kedalaman 0-20 cm dan kemudian dikompositkan untuk menyeragamkan kondisi tanah. Kemudian tanah dimasukkan ke dalam polibag yang telah disediakan (ukuran 15 kg) diisi dengan tanah ultisol dan gambut (sebagai campuran media tumbuh) di mana jumlah dan perbandingannya disesuaikan dengan perlakuannya masing-masing. Perbandingan antara tanah ultisol dan gambut adalah: 100% : 0% 75% :25%, 50% : 50%, 25% : 75%, dan 0% : 100%.


(33)

Perkecambahan

Tanaman indikator terlebih dahulu dikecambahkan pada media perkecambahan dengan menggunakan pasir selama ± 4 minggu sebelum dipindahkan ke polybag. Setelah itu tanaman dapat langsung disapih dengan menanam 1 unit setiap polibag

Inokulasi Mikoriza dan Pemberian Pupuk Dasar

Pemberian pupuk dilakukan pada saat ditanam yaitu dengan membuat lubang pada media tumbuh dan setelah itu inokulasi mikoriza dilakukan sesuai dengan dosis masing-masing yaitu: 0 g, 50 g, dan 100 g. Mikoriza diletakkan ± 5 cm di bawah permukaan tanah.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman dua kali setiap hari pada pagi dan sore hari, sekaligus dilakukan penyiangan terhadap gulma yang ada di sekitar tumbuhan.

Parameter Pengamatan

Pengukuran Tinggi

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan 2 minggu setelah tanaman dipindahkan ke polibag. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari batas patok yang telah dibuat sampai batas titik tumbuh tanaman. Kemudian hasil pengukuran tinggi ditambah dengan tinggi patok yang telah dibuat.

Diameter batang

Diameter diukur dengan menggunakan jangka sorong yang diambil dengan dua arah yang tegak lurus yang diambil rata-ratanya. Pengukuran diameter


(34)

dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi dua minggu setelah tanaman dipindahkan ke polybag. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali.

Berat Kering Total

Pengukuran berat kering total dilakukan dengan mengeringkan bagian akar

dan tajuk dengan suhu 70°C selama 48 jam kemudian dihitung dengan

menjumlahkan berat kering tajuk dan berat kering akar. Rasio Tajuk Akar

Rasio tajuk akar diperoleh dengan cara membagi berat kering tajuk dengan berat kering akar yaitu:

Rasio tajuk akar = Berat kering tajuk Berat kering akar Persen Kolonisasi Mikoriza

Perhitungan persentase kolonisasi akar menggunakan metode panjang slide dari Giovanetti. Kolonisasi akar ditandai dengan adanya hifa, vesikula dan

arbuskula atau salah satu dari ketiganya. Setiap bidang pandang (field of view)

mikroskop yang menunjukkan tanda kolonisasi akar diberi tanda (+) dan yang tidak diberi simbol (-). Pengamatan kolonisasi FMA pada akar tanaman sampel dapat dilakukan melalui teknik pewarnaan (staining akar), karena karateristik anatomi yang menyatakan ada tidaknya infeksi FMA tidak dapat dilihat secara langsung. Metode yang digunakan dalam pewarnaan akar sampel adalah metode

pewarnaan Kormanik dan Mc. Graw (1982) dalam Delvian (2003), yang secara

lengkap sebagai berikut:

- dipilih akar segar dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih, sampel


(35)

- larutan KOH kemudian dibuang dan akar dicuci pada air mengalir selama 5-10 menit

- sampel akar direndam dalam larutan HCl 2% selama 30 menit dan pada

proses ini akar akan berwarna pucat atau putih. Larutan HCl 2 % kemudian dibuang dengan mengalirkannya secara perlahan-lahan

- akar sampel direndam dalam larutan staining selama 24 jam

- larutan staining kemudian diganti dengan larutan destaining untuk proses

pengurangan warna. Selanjutnya pengamatan untuk mengetahui persentase kolonisasi CMA pada akar siap dilakukan

- perhitungan persentase kolonisasi akar menggunakan metode panjang slide

Giovanetti dan Mosse (1980) dalam Delvian (2003), secara acak diambil

potongan-potongan akar yang telah diwarnai dengan panjang ± 1 cm sebanyak 10 potongan akar dan disusun pada kaca preparat kemudian diamati dengan mikroskop binokuler

Persentase kolonisasi akar dihitung dengan rumus: ∑field of view (+)

% kolonisasi = x 100%

field of view (+) dan (-) Serapan P Tanaman

Analisis serapan P tanaman dilakukan dengan menggunakan


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan gambut tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap tinggi bibit mahoni. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi sedangkan dosis gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang digunakan sebagai media pencampur media tanam maka semakin meningkat pertambahan tinggi bibit mahoni yang ditanam. Rata– rata perhitungan tinggi bibit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap tinggi bibit (cm)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 15,07 14,29 12,45 4,83 4,29 10,31

M1 16,64 10,90 11,12 2,12 9,29 10,01

M2 9,87 11,02 11,32 5,94 2,12 8,05

Rata-rata 13,86 a 12,07 a 11,63 a 4,29 b 5,44 b 9,45

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 13,86 cm, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 4,29 cm. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1, G2 tetapi berbeda nyata dengan G3, dan G4.


(37)

Pertambahan Diameter Batang

Hasil sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan gambut tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi pertambahan diameter batang bibit mahoni. Dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap diameter bibit mahoni sedangkan pemberian gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang digunakan maka semakin meningkat pertambahan diameter bibit mahoni. Rata-rata perhitungan diameter disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap diameter bibit (mm)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 6,23 5,87 5,70 3,14 3,14 4,81

M1 6,41 4,82 4,94 2,12 4,64 4,58

M2 4,67 4,94 5 3,41 2,12 4,02

Rata-rata 5,77 a 5,21 a 5,21 a 2,89 b 3,30 b 4,47

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 5,77 mm, dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 2,89 mm. Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2 , akan tetapi berbeda nyata dengan G3 dan G4. Sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Pertambahan Jumlah Daun

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 12), interaksi mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit mahoni


(38)

yang berumur 3,5 bulan. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang dicampurkan pada media tanam maka pertambahan jumlah daun bibit mahoni semakin meningkat. Rataan diameter bibit mahoni disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap jumlah daun bibit (helai)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 12,12 12,06 8,73 4,32 4,15 8,27

M1 13,42 10,08 8,77 2,12 7,78 8,43

M2 8,31 9,94 8,94 5,35 2,12 6,93

Rata-rata 11,28 a 10,69 a 8,81 b 3,93 c 4,68 c 7,87

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk dosis gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 11,28, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 3,93 helai. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa G0 tidak berbeda nyata dengan G1, akan tetapi berbeda nyata dengan G2, G3, dan G4, sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Berat Kering Total Bibit

Hasil sidik ragam (Lampiran 13), menunjukkan interaksi antara mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata


(39)

terhadap berat kering total bibit, sedangkan dosis gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit perbandingan dosis gambut yang diaplikasikan maka maka berat kering bibit semakin meningkat. Rata-rata berat kering total disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap berat kering bibit (g)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 7,30 6,03 4,88 2,39 2,47 4,61

M1 7,96 5,99 5,66 2,12 4,27 5,2

M2 5,01 5,78 6,41 3,47 2,12 4,56

Rata-rata 6,75 a 5,93 ab 5,65 ab 2,66 b 2,95 ab 4,79

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 4. diperoleh bahwa rataan tertinggi terdapat pada G0 yaitu sebesar 6,75 g, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 2,66 g. Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2, dan G4, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3.

Rasio Tajuk Akar

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 14), interaksi mikoriza dan

gambut tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang

berumur 3,5 bulan. Dosis gambut dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Mikoriza dan gambut memberikan hasil yang berbeda untuk dosis yang berbeda. Semakin sedikit dosis gambut dan mikoriza yang diaplikasikan maka rata-rata rasio tajuk akar semakin meningkat. Rata-rata rasio tajuk akar disajikan pada Tabel 5.


(40)

Tabel 5. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap rasio tajuk akar bibit (g)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 7,68 7,46 5,73 2,39 3,47 5,45 a

M1 6,98 5,85 6,19 2,12 4,58 5,14 a

M2 5,15 5,95 5,39 3,54 2,12 4,43 a

Rata-rata 6,60 a 6,42 a 5,77 a 2,86 a 3,39 a 5,01

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 5 diperoleh bahwa rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 6,60 g dan terendah pada G3 yaitu sebesar 2,86 g. Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 %, perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, G2, G3, dan G4.

Berdasarkan perlakuan mikoriza, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M0 sebesar 5,45 g dan terendah pada perlakuan M2 sebesar 4,43 g. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa antara perlakuan M0, M1, dan M2 tidak berbeda nyata.

Persen Kolonisasi Mikoriza

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 15), diperoleh bahwa interaksi mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap persen kolonisasi mikoriza bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Pengaruh faktor tunggal yaitu mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang diaplikasikan maka rasio tajuk akar semakin meningkat. Data persen kolonisasi mikoriza disajikan pada Tabel 6.


(41)

Tabel 6. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap persen kolonisasi mikoriza bibit (%)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 24,04 20,29 20,29 6,83 6,87 15,66

M1 22,91 16,55 15,99 2,12 12,66 14,04

M2 15,78 17,53 17,07 11,25 2,12 12,75

Rata-rata 20,91 a 18,12 a 17,78 a 6,73 b 7,21 b 14,15

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 7 rataan tertinggi untuk persen kolonisasi mikoriza terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 20,91 %, dan rataan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 6,73 %. Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 % menunjukkan bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3 , dan G4. Sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Serapan P Bibit

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 16) menunjukkan bahwa interaksi gambut dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P oleh bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P bibit, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap serapan P bibit. Rataan serapan P bibit disajikan pada Tabel 7.


(42)

Tabel 7. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza Terhadap Serapan P Bibit (%)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 2,49 2,43 2,45 2,30 2,26 2,38

M1 2,66 2,37 2,35 2,12 2,35 2,37

M2 2,42 2,35 2,32 2,23 2,12 2,28

Rata-rata 2,52 a 2,38 b 2,37 b 2,22 c 2,24 c 2,34

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 7 diperoleh bahwa rataan serapan P tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 2,52 %, dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 2,22 %. Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan G0 berbeda nyata dengan G1, G2, G3, dan G4. perlakuan G1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan G2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3 dan G4.

Pembahasan

Interaksi Gambut dan Mikoriza

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya interaksi antara mikoriza dan gambut yang diaplikasikan. Berdasarkan data hasil analisa awal (Lampiran 3) diduga hal ini terjadi akibat dari kondisi kimia gambut itu sendiri, yaitu pH yang asam yang berada pada kisaran 3,86.

Reaksi tanah mempengaruhi terhadap ketersediaan zat hara di dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak masam hingga pH netral, sedangkan untuk unsur mikro kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH rendah.


(43)

Menurut Hasibuan (1981) tersedianya unsur hara makro, seperti nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium optimum pada ph 6,5. Unsur hara fosfor pada pH lebih tinggi dari 8 tidak tersedia karena diikat oleh Ca. Sebaliknya jika ph turun menjadi lebih kecil dari 5,0 maka fosfat menjadi tidak tersedia. Hal ini terjadi karena pada keadaan asam, unsur-unsur Al, Fe, dan Mn menjadi larut. Fosfat yang semula tersedia akan diikat oleh Fe, Al, dan Mn sehingga Fosfat tidak tersedia bagi tanaman. Selanjutnya unsur-unsur hara mikro yang banyak larut pada pH rendah (asam) menimbulkan keracunan bagi tanaman. Tapi bila pH meningkat lebih dari 7.0, tanaman tertentu dapat menderita kekurangan Fe dan Mn. Kondisi pH harus dipertahankan sekitar 6-7 untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis.

Aktivitas dan perkembangan jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi pH. Umumnya pH yang diingini oleh tumbuhan tingkat tinggi sesuai dengan yang diingini oleh jasad-jasad renik tanah. Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi pada tiap jenis spesies cendawan terhadap pH tanah berbeda. Kondisi pH tanah akan mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman (Suhardi, 1989).

Sumber FMA yang digunakan berasal dari jenis inokulum yang biasa

diaplikasikan pada tanah mineral yaitu jenis Glomus manihotis, G.etunicatum,

Acaulospora tuberculata, Gigaspora margarita. Penggunaan gambut sebagai

media tanam menyebabkan mikoriza harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang kondisinya sangat berbeda dengan tanah mineral biasa. Akibat dari adaptasi yang harus dilakukan oleh mikoriza terhadap tanah gambut maka diduga


(44)

pengaruhnya pada tanaman menjadi berkurang. Selain itu berdasarkan pendapat Setiadi (2001) tanaman mahoni diklasifikasikan ke dalam kelompok yang tingkat responsifnya sedang terhadap mikoriza. Kedua hal inilah yang diduga terjadi pada saat dilakukan penelitian di lapangan sehingga tidak ditemukan adanya interaksi antara mikoriza yang diaplikasikan terhadap tanah gambut yang digunakan sebagai media tanam.

Pengaruh Dosis Gambut

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman mahoni. Semakin rendah dosis gambut yang dicampurkan maka hasil dari parameter yang diamati semakin meningkat.

Menurut Soepardi (1979) dalam Chotimah (2007) secara umum sifat

kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut merupakan bahan yang bersifat toksik bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung pada produktivitasnya.

Hasil penelitian Noor (1996) menunjukkan sebagian lahan gambut berada pada lahan yang berasosiasi dengan tanah mineral sulfat masam. Tanah mineral sulfat masam dicirikan oleh kandungan pirit > 2% atau kadar s > 0,75%, terletak pada jeluk < 50 cm dari permukaan tanah. Oksidasi pirit akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2-3. pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik, kecuali beberapa jenis tanaman yang


(45)

jenis rumput liar yang tumbuh dengan pesat yang dikenal sebagai vegetasi/gulma yang adaptif pada tanah sulfat asam. Selain menjadi penghambat bagi

pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan (Corrosion)

sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian, pintu-pintu air, dan mesin-mesin pertanian yang terbuat dari logam.

Menurut Noor (2001) pada tanah gambut sebagian P dalam bentuk organik sehingga membutuhkan mineralisasi untuk dapat digunakan oleh tanaman. Sesuai dengan pendapat Novizan (2005) kadar unsur P dalam tanah maupun dalam tanaman lebih kecil jika dibanding dua unsur penting lainnya, yakni N dan K. Walaupun demikian P merupakan kunci kehidupan karena langsung berperan dalam proses kehidupan tanaman. Beberapa fungsi P adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energi Adenosin Triphosfat dan Adenosin Diphosfat, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses assimilasi dan respirasi. Faktor penting yang menentukan ketersediaan P adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (asam), P akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Kadar P yang rendah pada tanah yang gambut digunakan yaitu sekitar 4,59 ppm mengakibatkan tanaman kekurangan hara.

Pengaruh Dosis Mikoriza

Berdasarkan hasil analisis dosis minoriza hanya berpengaruh nyata pada rasio tajuk akar. Rataan tertinggi diperoleh pada M0. Namun berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan hasil rataan antara M0, M1, dan M2 tidak berbeda


(46)

nyata. Jadi antara yang tidak diaplikasikan dengan yang diaplikasikan mikoriza memberikan hasil perbandingan rasio tajuk akar yang tidak berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun media tanam tidak diaplikasikan mikoriza, namun pada media tanam tersebut juga ditemui adanya kolonisasi mikoriza. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi sehingga pemberian FMA Belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman Mahon. Pada media tanam yang digunakan telah terdapat mikoriza yang

indegenuous (mikoriza lokal). Berdasarkan pendapat Setiadi (2001) mikoriza ini

bersifat kosmopolitan artinya mikoriza ini tersebar dan dapat ditemukan pada sebagian besar tanah atau ekosistem dan kondisi iklim mulai dari padang pasir sampai antártika. Umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Sesuai dengan pendapat Rao (1994), pada tanah dengan jumlah nutrisi yang rendah terutama P dan N atau yang dikenal dengan tanah kritis terdapat mikoriza. Apabila tanah tersebut digunakan untuk media tanam maka mikoriza yang terdapat pada tanah tersebut akan menjadi pesaing bagi FMA yang diinokulasi.

Penelitian menggunakan FMA yang biasa diaplikasikan pada tanah mineral biasa. Diduga hal ini menyebabkan FMA harus beradaptasi dengan kondisi tanah gambut sehingga hinggá akhir penelitian FMA Belum nampak pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit Mahon yang berumur 3,5 bulan. Selain itu berdasarkan Setiadi (2001) tanaman mahoni diklasifikasikan ke dalam kelompok tanaman dengan tingkat responsif sedang terhadap mikoriza. Faktor inilah yang diduga menjadi penyebab mengapa pengaruh mikoriza belum nampak pada bibit mahoni yang diteliti.


(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengaruh interaksi antara gambut dan FMA belum nampak pada

pertumbuhan tanaman mahoni.

2. Dosis gambut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit mahoni

dengan rataan tertinggi pada dosis 100% tanah ultisol.

3. Dosis mikoriza hanya berpengaruh pada rasio tajuk akar, sedangkan pada

parameter yang lain belum ada pengaruh mikoriza dengan rataan tertinggi pada dosis 0 gr mikoriza.

Saran

Untuk menjawab dugaan-dugaan yang muncul sehingga mengakibatkan FMA yang ditambahkan pada media tumbuh belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan efektivitas gambut sebagai campuran media tumbuh, disarankan untuk penelitian dengan perlakuan yang sama hendaknya waktu pengamatan lebih diperpanjang untuk melihat respon tanaman.


(52)

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (pH) H2O

Bahan-bahan

- air destilasi

- larutan kalium chloride (KCl) 1N

ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105oC,

dilarutkan dengan air destilasi di dalam labu ukur 5 liter, dipenuhi hingga tanda garis

Alat-alat

- mesin pengocok listrik bolak-balik

- pH meter, lengkap dengan ekletroda kolonel atau elektroda kombinasi

Cara kerja

- Ditimbang 10 g contoh tanah halus < 2 mm, dimasukkan ke dalam cawan

plastik pakai tutup

- Untuk masing-masing contoh disediakan 2 cawan plastik, satu untuk

penetapan pH suspensi H2O (air destilasi) dan yang lain untuk pH

suspensi KCl 1 N

- Pada masing-masing cawan ditambahkan 25 ml air destilasi atau 25 ml

larutan KCl 1 N

- Suspensi dikocok dengan mesin kocok selama 2 jam dan dibiarkan satu

malam

- Keesokan harinya dikocok lagi selama 30 menit dan pH diukur dengan pH

meter. Sebelum pengukuran, alat pH meter dikalibrasikan terlebih dahulu dengan larutan penyangga pH 7,0 dan larutan penyangga pH 4,0. Angka pH dinyatakan hingga 1 desimal


(53)

Lampiran 2. Penetapan fosfor (P) tersedia menurut cara Bray dan Kurtz No.2

Bahan-bahan

Larutan amonium flourida (NH4F) 2 N

Ditimbang 37 g NH4F, dilarutkan dengan 500 ml air destilasi, larutan disimpan di

dalam botol polietilen.

Larutan asam chloride (HCl) 0,5 N

Dipipet 20,2 ml HCl pekat, diencerkan dengan air destilasi di dalam labu ukur 500 ml hingga tanda garis.

Larutan pengekstrak, campuran (NH4F 0,03 N + HCl 0,1 N)

Dipipet 200 ml larutan HCl 0,5 N dan 15 ml NH4F 2 N, dimasukkan ke dalam

labu ukur 1 liter dan diencerkan dengan air destilasi hingga tanda garis.

Larutan ammonium molibdat (NH4)6Mo7O24 2,5 %

Ditimbang 25 g (NH4)6Mo7O24. 4H2O dilarutkan dengan 200 ml air destilasi

panas ± 60oC, lalu disaring, didinginkan. Dipipet 280 ml H2SO4 bebas arsen,

dimasukkan perlahan-lahan melalui dinding mulut gelas ke dalam piala gelas yang sudah diisi dengan 500 ml air destilasi, dan dibiarkan supaya dingin. Ke dalam

larutan H2SO4 ditambahkan perlahan-lahan larutan (NH4)6Mo7O24 sambil diaduk,

setelah dingin (suhu kamar) diencerkan dengan air destilasi hingga 1 liter.

Larutan stanochlorida (SnCl2) 2,5% dalam HCl 10%

Ditimbang 25 g SnCl2 dilarutkan ke dalam labu ukur 1 l dengan larutan HCl 10 %

(% isi), dipenuhkan hingga tanda garis dan bila perlu disaring. Larutan ini dibuat setiap saat akan dipergunakan.

Larutan asam Borak (H3BO3) 0,8 M

Ditimbang 49,4 g (H3BO3) dilarutkan dengan air destilasi hingga 1 l di dalam labu


(54)

Larutan standar 100 γ P/ml

Ditimbang 0,2195 g KH2PO4 yang telah dikeringkan selama 2 jam di dalam oven

1050C, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, dilarutkan dengan larutan

pengekstrak sampai dengan tanda garis.

Larutan standar 4 γ P/ml

Dipipet 20 ml larutan standar 100 γ P/ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml,

diencerkan dengan larutan pengekstrak hingga tanda garis. Alat-alat

- alat pengocok listrik bolak-balik

- spektrophotometer

- stop wacth

Cara kerja

- Ditimbang 2 g contoh tanah < 2 mm kering udara

- dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml, disertai blanko ditambah 20

ml larutan pengekstrak

- dikocok selama 1 menit dengan alat pengocok listrik. Erlenmeyer

dibiarkan pada posisi miring selama 1 menit

- cairan disaring dengan kertas saring whatman no.2. dipipet 10 ml filtrate

contoh ke dalam labu ukur 100 ml dan dipipet juga larutan standar 4 γ

P/ml masing-masing, 0-0, 5-1-2-4-6-8-10 ml ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan larutan pengekstrak: 10-9, 5-9-8-6-4-2-0 ml. seri larutan

standar mengandung: 0-2-4-8-16-24-32-40 γ P.

- Larutan seri standar larutan blanko dan larutan contoh ditambah 7,5 ml

larutan H3BO3 0,8 M, 2 ml larutan(NH4)6Mo7O24 2,5 % dan dipenuhkan

dengan air destilasi hingga tanda garis

- dikocok serba sama kemudian ditambah 0,4 ml larutan SnCl2 2,5 %

(dilakukan bertahap ± 10 contoh per 10 contoh), dikocok pakai tangan dibiarkan 3 menit (stop watch) dibaca “absorbansi” pada spektrophotometer dengan menggunakan panjang gelombang 660 nm.


(55)

Perhitungan

Dibuat grafik kurva seri standar pada kertas millimeter, kepekatan P sebagai absis dan “absorbansi” sebagai ordinat. Kepekatan P contoh dibaca pada grafik.

ppm P = γ P- grafik x 2/ berat contoh kering 105oC


(56)

Lampiran 3. Perbedaan tinggi dan diameter pada masing-masing perlakuan gambut dan FMA

Dosis gambut pada perlakuan M0 Dosis gambut pada perlakuan M1

Dosis gambut pada perlakuan M2 Dosis mikoriza pada G0

Dosis mikoriza pada G1 Dosis mikoriza pada G2


(57)

Lampiran 4. Gambar Grafik Pertumbuhan Tanaman Mahoni 10.1 11.9 13.2 14.43 19.03 20.16 24.93

9.86 11.5 12.2 14.3

17.56 18.03 22.26

9.2 10.1 11.2 12.06

15.36 15.86 17.63 10.6 10.8 10.9 11.02 11.06 11.1 11.2 8.9 9.2 10.8 11 11.1 11.6

11.8 0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6 7

pengamatan ti n g g i G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M0

10.23 12.2 13.4 16.23 23.16 24.73 30.5

12.1 12.35 13.5

14.65 20.95 21.65 25.6 9.4 10.75 12.85 14.5 19.35 21.4 27.05 6.1

0 0 0 0 0 0

10.45 11.1 11.89

13.7

16.25 16.9 17.95

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5 6 7

G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M1

9.5 10.3 11.8

12.6

15.6 16.9 17.95

9.1 9.4 10.85

13.55 18.7 19.55 26.2 6.73 8.5 11.1 12.85 19.35 21.75 28.1

6.8 6.9 7.2

10.2

15.6 16.7 20

0 0 0 0 0 0 0

0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan T in g g i G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 3. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M2


(58)

0.16

0.2 0.21 0.23

0.27 0.33

0.38

0.16

0.2 0.21 0.22 0.23

0.25 0.33

0.15 0.18 0.183

0.2 0.21

0.25 0.31

0.15 0.15 0.175

0.2 0.225

0.25 0.25

0.1

0.15 0.15 0.175

0.2 0.225 0.25 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan D ia m e te r G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 4. Grafik pertumbuhan diameter tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M0

0.18 0.21 0.21

0.25 0.3

0.36 0.4

0.2 0.21 0.21 0.225

0.275 0.3

0.375

0.15

0.21 0.225 0.225 0.28

0.35 0.4

0.15

0 0 0 0 0 0

0.125

0.175 0.2 0.2

0.25 0.28 0.33 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan D ia m e te r G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 5. Grafik pertumbuhan diameter tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M1

0.1 0.16 0.17 0.21 0.26 0.3 0.35 0.15 0.175 0.2 0.21 0.26 0.32 0.4 0.14

0.2 0.2 0.23

0.28 0.34 0.41 0.15 0.175 0.2 0.225 0.25 0.28 0.35

0 0 0 0 0 0 0

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan D ia m e te r G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 6. Grafik pertumbuhan diameter tanaman mahoni dengan dosis mikoriza M2


(59)

4.3 6 7.3 8.3 11.6 12.3 16 4.3 6.6 8 9.3 11.6 11 15.6

3.6 4.6 5 4.6

7.3 7

8.6

4 5 5

6 7 7

8

3

5 5

4

7 7 7

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan J u m la h d a u n G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 7. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman dengan dosis mikoriza M0

4.3 7 8 9.3 12.3 13.3 20 4 6 7.5 9.5 14.5 12.5 21.5 5 7 8 8.5 13.5 12 16 4

0 0 0 0 0 0

3.5 5.5

6.5 8

10 11 12

0 5 10 15 20 25

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan J u m la h d a u n G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 8. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman dengan dosis mikoriza M1

3 5 5

6.5 9.5 10 14.5 4 6 7 9 12.5 13.5 21 3

5.5 6 7.5

11 11

16.5

3

6 6 8

11 11

15

0 0 0 0 0 0 0

0 5 10 15 20 25

1 2 3 4 5 6 7

Pengamatan J u m la h d a u n G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 9. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman dengan dosis mikoriza M2


(60)

Lampiran 5. Akar yang terinfeksi FMA

Hifa external

Hifa internal

Vesikula

Hifa


(61)

Lampiran 7. Penetapan serapan P tanaman Bahan-bahan

Bagian tanaman yang akan dianalisis dikeringkan di dalam oven pengering pada

suhu 700C terus menerus sampai contoh daun menjadi kering dengan indikasi

terasa rapuh bila diremas dengan tangan. Contoh daun kering digiling dengan mesin giling listrik menggunakan saringan kehalusan 1 mm. Contoh daun yang sudah halus dimasukkan ke dalam mangkok plastik pakai tutup dan disertakan label nomor contoh dan siap untuk dianalisa.

Larutan asam sulfat (H2SO4) 5 N

Dipipet 70 ml H2SO4 pekat (b.d 1,84) dimasukkan perlahan-lahan ke dalam piala

gelas 600 ml melalui dinding piala yang sudah diisi di dalamnya dengan ± 350 ml air destilasi. Setelah dingin dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml sambil dibilas dengan air destilasi, dipenuhkan hingga tanda garis.

Larutan ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24 4%

Ditimbang 20 g ((NH4)6Mo7O24 4%, dilarutkan ke dalam labu ukur 500 ml

dengan air destilasi dan dipenuhkan hingga tanda garis. Disimpan dalam botol berwarna gelap.

Larutan asam askorbat 0,1 N

Ditimbang 0,889 g asam askorbat (C6H8O6), dilarutkan dengan air destilasi ke

dalam labu ukur 50 ml. dibuat setiap akan digunakan.

Larutan kalium antimoniltartrat (KSbOC4H4O6)

Ditimbang 0,247 g KSbOC4H4O6 dilarutkan dengan air destilasi hingga 100 ml di

dalam labu ukur.

Larutan campuran

Dicampurkan 50 ml H2SO4 5 N 15 ml larutan ammonium molibdat 4%, 30 ml

asam askorbat 01 N dan 5 ml larutan kalium antimoniltartrat. Dibuat sebelum digunakan.


(62)

Larutan standard 100 ppm P

Ditimbang 02195 g KH2PO4 yang telah dikeringkan diatas H2SO4 pekat di dalam

eksikator, dilarutkan dengan 400 ml air destilasi di dalam labu ukur 500 ml,

ditambah H2SO4 pekat 5 ml perlahan-lahan melalui pinggir labu. Dikocok

homogen dan dipenuhkan hingga tanda garis dengan air destilasi.

Larutan seri standar; 0-1-2-4-6-8 ppm P

Dipipet masing-masing 0, 1, 2, 4, 5, 8 ml diencerkan dengan larutan H2SO4 036 N

(1 ml H2SO4 pekat dilarutkan menjadi 100 ml dengan air destilasi), labu

dipenuhkan hingga tanda garis, diperoleh seri standar; 0-1-2-4-6-8 ppm P. Alat-alat

Spektrophotometer Cara kerja

- Dipipet 1 ml filtrat (4), blanko serta larutan seri standar (0-8 ppm P) ke

dalam botol gelas 30 ml atau tabung reaksi.

- Ditambah 5 ml air destilasi, 1 ml larutan campuran dikocok homogen.

Tunggu 15 menit.

- Kemudian dibaca absorbansi seri standar P blanko dan contoh pada

spechtrophotometer menggunakan panjang gelombang 700 nm. Warna akan stabil selama ± 5 jam.

Perhitungan

Dibuat kurva standar P di atas kertas millimeter blok kepekatan P (0-8 ppm P) sebagai absis dan “absorbansi” sebagai ordinat. Kepekatan P contoh dibaca pada kurva (grafik)

% P = P grafik x 0,01 Berat contoh 105oC


(63)

Lampiran 8. Rataan tinggi tanaman (cm) dan sidik ragam pada tanaman mahoni

a.Rataan tinggi tanaman (cm) pada tanaman mahoni

perlakuan ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 19,1 27,2 28,5 74,8 24,93

G1 19,8 25,8 21,2 66,8 22,26

G2 29,6 12,3 11 52,9 17,63

G3 11,2 - - 11,2 11,2

G4 - - 11,8 11,8 11,8

M1 (50 g mikoriza)

G0 27,1 38,1 26,3 91,5 30,5

G1 22,2 29 - 51,2 25,6

G2 - 20,2 33,9 54,1 27,05

G3 - - - - -

G4 17,5 - 18,4 35,9 17,95

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 14,1 28 42,1 21,05

G1 - 29,2 23,2 52,4 26,2

G2 21 - 35,2 56,2 28,1

G3 20 - - 20 20

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rataan tinggi

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 2,28431 1,142155

Mikoriza (M) 2 5,02935 2,514675 2,29tn 6,49

Galat m 4 4,37715 1,094287

Gambut (G) 4 73,66318 18,415795 4,75* 2,78

M x G 8 17,46645 2,183306 0,56tn 2,36

Galat g 24 92,87165 3,869652

Total 44 195,69209

Keterangan:

Tn : tidak nyata * : nyata FK : 447,705866


(64)

Lampiran 9. Rataan diameter dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan diameter tanaman (mm)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 3,25 4 4,25 11,5 3,83

G1 3 3,5 3,5 10 3,33

G2 4,5 2,5 2,5 9,5 3,16

G3 2,5 - - 2,5 2,5

G4 - - 2,5 2,5 2,5

M1 (50 gr mikoriza)

G0 3,5 4,5 4,25 12,25 4,083

G1 4 3,5 - 7,5 3,75

G2 - 3,5 4,5 8 4

G3 - - - - -

G4 3,25 - 3,5 6,75 3,375

M2 (100 gr mikoriza)

G0 - 2,5 4,5 7 3,5

G1 - 4 4 8 4

G2 3,75 - 4,5 8,25 4,125

G3 3,5 - - 3,5 3,5

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rataan diameter

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,369227 0,184613

Mikoriza (M) 2 0,547775 0,273887 3,42tn 6,49

Galat m 4 0,320091 0,080022

Gambut (G) 4 6,662821 1,665705 4,13* 2,78

M x G 8 1,781006 0,222625 0,55tn 2,36

Galat g 24 9,663320 0,402638

Total 44 19,34424

Keterangan:

Tn : tidak nyata * : nyata FK : 100,405583


(65)

Lampiran 10. Rataan jumlah daun dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan jumlah daun tanaman (helai) perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 13 14 21 48 16

G1 15 16 16 47 15,66

G2 16 6 4 26 8,66

G3 8 - - 8 8

G4 - - 7 7 7

M1 (50 g mikoriza)

G0 17 29 14 60 20

G1 20 23 - 43 21,5

G2 - 12 20 32 16

G3 - - - - -

G4 12 - 12 24 12

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 9 20 29 14,5

G1 - 25 17 42 21

G2 15 - 18 33 16,5

G3 15 - - 15 15

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rataan jumlah daun Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,74588 0,37294

Mikoriza (M) 2 2,267113 1,133556 1,32tn 6,49

Galat m 4 3,417854 0,854463

Gambut (G) 4 46,184299 11,546074 19,77* 2,78

M x G 8 10,661165 1,332645 2,28tn 2,36

Galat g 24 14,014682 0,583945

Total 44 77,29099581

Keterangan:

Tn : tidak nyata * : nyata FK : 310,708848


(66)

Lampiran 11. Rataan berat kering total dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan berat kering (g)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 3,738 5,143 7,759 16,64 5,5466

G1 2,475 3,83 4,46 10,765 3,5883

G2 7,138 0,75 0,5 8,388 2,796

G3 0,466 - - 0,466 0,466

G4 - - 0,633 0,633 0,633

M1 (50 g mikoriza)

G0 4,778 6,264 8,883 19,925 6,6416

G1 5,635 7,42 - 13,055 6,5275

G2 - 3,04 8,969 12,009 6,0045

G3 - - - - -

G4 2,731 - 2,615 5,346 2,673

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 1,015 8,94 9,955 4,9775

G1 - 4,271 7,88 12,151 6,0755

G2 4,843 - 11 15,843 7,9215

G3 3,743 - - 3,743 3,743

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data berat kering Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 1,667167 0,833583

Mikoriza (M) 2 0,420768 0,210384 0,47tn 6,49

Galat m 4 1,786038 0,446509

Gambut (G) 4 13,825516 3,456379 5,19* 2,78

M x G 8 2,805781 0,350722 0,52tn 2,36

Galat g 24 15,981320 0,665888

Total 44 36,48659

Keterangan:

Tn : tidak nyata * : nyata FK : 114,928959


(67)

Lampiran 12. Rataan rasio tajuk akar dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan rasio tajuk akar (g)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 5,9479 4,4538 8,0325 18,4342 6,1447

G1 5,1 6,2264 5,7576 17,084 5,6946

G2 4,3348 4 1,5 9,8348 3,2782

G3 1,8072 - - 1,8072 1,8072

G4 - - 3,7593 3,7593 3,7593

M1 (50 g mikoriza)

G0 3,8855 3,9556 7,2022 15,0433 5,0144

G1 6,6666 5,625 - 12,2916 6,1458

G2 - 5,9090 8,2559 14,1649 7,08245

G3 - - - - -

G4 3,2864 - 3,2520 6,5384 3,2692

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 3,7209 5,2083 8,9292 4,4646

G1 - 6,4798 6,2962 12,776 6,388

G2 5,51816 - 4,5 10,01816 5,00908

G3 4,0376 - - 4,0376 4,0376

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rasio tajuk akar Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,522248 0,261124

Mikoriza (M) 2 0,921191 0,460595 8,45* 6,49

Galat m 4 0,218012 0,054503

Gambut (G) 4 12,573930 3,143482 5,17* 2,78

M x G 8 2,690033 0,336254 0,55tn 2,36

Galat g 24 14,591060 0,607960

Total 44 31,516474

Keterangan:

Tn : tidak nyata * : nyata FK : 125,699743


(1)

Lampiran 9. Rataan diameter dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan diameter tanaman (mm)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 3,25 4 4,25 11,5 3,83

G1 3 3,5 3,5 10 3,33

G2 4,5 2,5 2,5 9,5 3,16

G3 2,5 - - 2,5 2,5

G4 - - 2,5 2,5 2,5

M1 (50 gr mikoriza)

G0 3,5 4,5 4,25 12,25 4,083

G1 4 3,5 - 7,5 3,75

G2 - 3,5 4,5 8 4

G3 - - - - -

G4 3,25 - 3,5 6,75 3,375

M2 (100 gr mikoriza)

G0 - 2,5 4,5 7 3,5

G1 - 4 4 8 4

G2 3,75 - 4,5 8,25 4,125

G3 3,5 - - 3,5 3,5

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rataan diameter

Sumber keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,369227 0,184613

Mikoriza (M) 2 0,547775 0,273887 3,42tn 6,49 Galat m 4 0,320091 0,080022

Gambut (G) 4 6,662821 1,665705 4,13* 2,78 M x G 8 1,781006 0,222625 0,55tn 2,36 Galat g 24 9,663320 0,402638

Total 44 19,34424

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 100,405583


(2)

Lampiran 10. Rataan jumlah daun dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan jumlah daun tanaman (helai)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 13 14 21 48 16

G1 15 16 16 47 15,66

G2 16 6 4 26 8,66

G3 8 - - 8 8

G4 - - 7 7 7

M1 (50 g mikoriza)

G0 17 29 14 60 20

G1 20 23 - 43 21,5

G2 - 12 20 32 16

G3 - - - - -

G4 12 - 12 24 12

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 9 20 29 14,5

G1 - 25 17 42 21

G2 15 - 18 33 16,5

G3 15 - - 15 15

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rataan jumlah daun

Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,74588 0,37294

Mikoriza (M) 2 2,267113 1,133556 1,32tn 6,49 Galat m 4 3,417854 0,854463

Gambut (G) 4 46,184299 11,546074 19,77* 2,78 M x G 8 10,661165 1,332645 2,28tn 2,36 Galat g 24 14,014682 0,583945

Total 44 77,29099581

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 310,708848


(3)

Lampiran 11. Rataan berat kering total dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan berat kering (g)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 3,738 5,143 7,759 16,64 5,5466

G1 2,475 3,83 4,46 10,765 3,5883

G2 7,138 0,75 0,5 8,388 2,796

G3 0,466 - - 0,466 0,466

G4 - - 0,633 0,633 0,633

M1 (50 g mikoriza)

G0 4,778 6,264 8,883 19,925 6,6416

G1 5,635 7,42 - 13,055 6,5275

G2 - 3,04 8,969 12,009 6,0045

G3 - - - - -

G4 2,731 - 2,615 5,346 2,673

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 1,015 8,94 9,955 4,9775

G1 - 4,271 7,88 12,151 6,0755

G2 4,843 - 11 15,843 7,9215

G3 3,743 - - 3,743 3,743

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data berat kering

Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 1,667167 0,833583

Mikoriza (M) 2 0,420768 0,210384 0,47tn 6,49 Galat m 4 1,786038 0,446509

Gambut (G) 4 13,825516 3,456379 5,19* 2,78 M x G 8 2,805781 0,350722 0,52tn 2,36 Galat g 24 15,981320 0,665888

Total 44 36,48659

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 114,928959


(4)

Lampiran 12. Rataan rasio tajuk akar dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan rasio tajuk akar (g)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 5,9479 4,4538 8,0325 18,4342 6,1447

G1 5,1 6,2264 5,7576 17,084 5,6946

G2 4,3348 4 1,5 9,8348 3,2782

G3 1,8072 - - 1,8072 1,8072

G4 - - 3,7593 3,7593 3,7593

M1 (50 g mikoriza)

G0 3,8855 3,9556 7,2022 15,0433 5,0144

G1 6,6666 5,625 - 12,2916 6,1458

G2 - 5,9090 8,2559 14,1649 7,08245

G3 - - - - -

G4 3,2864 - 3,2520 6,5384 3,2692

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 3,7209 5,2083 8,9292 4,4646

G1 - 6,4798 6,2962 12,776 6,388

G2 5,51816 - 4,5 10,01816 5,00908

G3 4,0376 - - 4,0376 4,0376

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data rasio tajuk akar

Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,522248 0,261124

Mikoriza (M) 2 0,921191 0,460595 8,45* 6,49 Galat m 4 0,218012 0,054503

Gambut (G) 4 12,573930 3,143482 5,17* 2,78 M x G 8 2,690033 0,336254 0,55tn 2,36 Galat g 24 14,591060 0,607960

Total 44 31,516474

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 125,699743


(5)

Lampiran 13. Rataan persen kolonisasi mikoriza dan sidik ragam tanaman

mahoni

a. Rataan persen kolonisasi mikoriza (%)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 71,08 72,04 49,38 192,5 64,1666

G1 61,44 34,69 41,66 137,79 45,93

G2 32,32 57,14 48,14 137,6 45,866

G3 28,91 - - 28,91 28,91

G4 - - 29,35 29,35 29,35

M1(50 gr mikoriza)

G0 44,44 61,95 68,42 174,81 58,27

G1 67,36 57,47 - 124,83 62,415

G2 - 47,67 69,23 116,9 58,45

G3 - - - - -

G4 37,89 - 32,65 70,54 35,27

M2(100 gr mikoriza)

G0 - 60,86 51,94 112,8 56,4

G1 - 78,94 62,1 141,04 70,52

G2 59,78 - 73,49 133,27 66,635

G3 96,25 - - 96,25 9625

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi data persen kolonisasi

Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 3,018685 1,509342

Mikoriza (M) 2 7,121759 3,560879 0,17tn 6,49 Galat m 4 82,011811 20,502952

Gambut (G) 4 177,756624 44,439156 5,26* 2,78 M x G 8 44,546305 5,568288 0,65tn 2,36 Galat g 24 202,569736 8,440405

Total 44 517,0249223

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 1002,062851


(6)

Lampiran 14. Rataan serapan P dan sidik ragam tanaman mahoni

a. Rataan serapan P tanaman (%)

perlakuan

ulangan total rataan

1 2 3

Mo (tanpa mikoriza)

G0 0,21 0,19 0,17 0,57 0,19

G1 0,12 0,18 017 0,47 0,156

G2 0,16 0,11 0,25 0,52 0,173

G3 0,30 - - 0,30 0,30

G4 - - 0,23 0,23 0,23

M1 (50 g mikoriza)

G0 0,51 0,20 0,17 0,88 0,293

G1 0,17 0,22 - 0,39 0,195

G2 - 0,18 0,18 0,36 0,18

G3 - - - - -

G4 0,17 - 0,19 0,36 0,18

M2 (100 g mikoriza)

G0 - 0,24 0,15 0,39 0,195

G1 - 0,18 0,17 0,35 0,175

G2 0,16 - 0,15 0,31 0,155

G3 0,17 - - 0,17 0,17

G4 - - - - -

b. Sidik ragam transformasi serapan P tanaman

Sumber

keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel

ulangan 2 0,002755 0,001377

Mikoriza (M) 2 0,011833 0,005916 3,46tn 6,49 Galat m 4 0,006832 0,001708

Gambut (G) 4 0,145243 0,036310 26,58* 2,78 M x G 8 0,017662 0,002207 1,61tn 2,36 Galat g 24 0,032782 0,001365

Total 44 0,217107

Keterangan:

Tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 27,581332


Dokumen yang terkait

Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)

0 138 68

Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona Sureni Merr.)

0 27 80

Uji Lama Fermentasi Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang ( Vohariella Volvaceae) Dalam Kumbung Yang Dikontrol

0 35 60

Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit (TKS) SEBAGAI Campuran Media Tumbuh Dan Pemberian Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mindi (Melia azedarach L.)

2 25 76

Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King )

2 67 35

Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat (Studi Kasus Pada Hutan Pegunungan Sinabung Kabupaten Karo)

2 49 52

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Tanaman Slow Growing (Mahoni, Glodokan, Tanjung)

2 68 65

Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Bakteri Terhadap Pertumbuhan Mahoni (Swietenia Macrophylla King)

0 6 64

UJI EFEKTIVITAS CAMPURAN PUPUK ORGANIK DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN Uji Efektivitas Campuran Pupuk Organik Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Sendok ( Brassica campestris ).

0 0 14

UJI EFEKTIVITAS CAMPURAN PUPUK ORGANIK DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN Uji Efektivitas Campuran Pupuk Organik Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Sendok ( Brassica campestris ).

0 3 14