KEMANDIRIAN MASYARAKAT PELESTARI LINGKUNGAN HIDUP (PLH) DALAM PENGEMBANGAN HUTAN MANGROVE DI DESA MARGASARI LAMPUNG TIMUR

  

ABSTRAK

KEMANDIRIAN MASYARAKAT PELESTARI LINGKUNGAN HIDUP

(PLH) DALAM PENGEMBANGAN HUTAN MANGROVE DI DESA

MARGASARI LAMPUNG TIMUR

  

Oleh

HENDRY INDON SEPTIAWAN

  Kelestarian ekosistem hutan mangrove di Desa Margasari tidak lepas dari kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove dalam mengelola hutan. Untuk mengetahui tingkat kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove serta untuk mengetahui faktor-faktor kelembagaan, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), jaringan mitra kerja, permodalan, dan kelestarian ekosistem hutan mangrove digunakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Data diolah dalam bentuk tabulasi dan gambar, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove di Desa Margasari dikategorikan tinggi. Terdapat hubungan antara kemandirian masyarakat dengan variabel kelembagaan, pengembangan SDM, jaringan mitra kerja, permodalan dan kelestarian ekosistem hutan. Besarnya pengaruh variabel kelembagaan, pengembangan SDM, jaringan mitra kerja, permodalan, kelestarian ekosistem hutan secara bersama-sama terhadap kemandirian masyarakat sebesar 90,4%, yang menandakan bahwa pengaruh variabel independent secara keseluruhan sudah signifikan, sedangkan sisanya 9,6% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

  Kata kunci : Hutan mangrove, Kemandirian masyarakat.

  

ABSTRACT

COMMUNITY INDEPENDENCE LIVING CONSERVATIONIST (PLH)

MANGROVE FORESTS IN DEVELOPMENT IN MARGASARI

  

VILLAGE AT ON EAST LAMPUNG

by

HENDRY INDON SEPTIAWAN

  Sustainable of mangrove forest ecosystems in the Village Margasari not be separated from community self-reliance Environmental Conservation (PLH) and mangrove forest communities in forest management. To knowing the level of community self-reliance of Environmental Conservation (PLH) and the mangrove forest as well as to knowing the institutional factors, the development of Human Resources (HR), a network of partners, capital, and sustainable of mangrove forest ecosystems used interview method with tools questionnaire. Data processing and tabulation in the form of images, and then analyzed with quantitatively descriptively.

  The results showed that the level of community self-reliance of Environmental Conservation (PLH) and the mangrove forest in the village of Margasari categorized as high. Where there is a relationship between the independence of people with institutional variables, human resource development, network partners, capital and the sustainability of forest ecosystems. The magnitude of the influence of institutional variables, human resource development, network partners, funding, sustainability of forest ecosystems together against the independence of the community at 90.4%, which indicates that the overall effect of independent variables was significant, while the remaining 9.6% is influenced by variables -other variables that are not included in the model.

  Key words: mangrove forests, independence community.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang sangat unik sebagai penyambung antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Keberadaan hutan mangrove memiliki peranan penting bagi perlindungan daerah pantai dan berpengaruh positif serta dijadikan masyarakat sebagai sumber pemanfaatan sumberdaya alam.

  Propinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kawasan hutan mangrove. Salah satu desa yang memiliki luas hutan mangrove ± 700 Ha yang berada di Pantai Timur Lampung adalah Desa Margasari (Lembaga Penelitian Unila, 2010). Sebagian besar tempat tinggal masyarakat desa berdekatan dengan hutan, sehingga hutan dijadikan sebagai sumber pemanfaatan. Interaksi antara masyarakat dan ekosistem mangrove menyebabkan ekosistem hutan semakin rusak dan memberikan dampak yang negatif terhadap keberadaan hutan mangrove. Kecenderungan makin meningkatnya pemanfaatan kawasan mangrove telah menimbulkan terganggunya ekosistem hutan mangrove sehingga tidak mampu berperan sesuai dengan fungsinya. Tetapi di sisi lain, masyarakat di pedesaan telah memiliki kemampuan tradisional dan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam (hutan), yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya baik secara ekologi maupun ekonomi. Selama ini masyarakat sudah memiliki kesadaran dan sudah mandiri di dalam mengelola dan melestarikan hutan mangrove. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan pembentukan kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove. Saat ini hutan mangrove di Desa Margasari sedang mengalami pertumbuhan sekunder, yaitu dengan meluasnya areal hutan mangrove yang sudah mencapai ± 300 ha pada tahun 2010 hasil upaya rehabilitasi mangrove yang dimulai sejak tahun 1995 (Lembaga Penelitian Unila, 2010). Terjaganya pertumbuhan hutan mangrove tersebut tidak lepas dari kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove dalam mengelola hutan dan melestarikan hutan mangrove untuk tetap mempertahankan keberadaan sumber daya alam tersebut. Maka diperlukan suatu penelitian tentang tingkat kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) di dalam pengembangan hutan mangrove di Desa Margasari Lampung Timur.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk : 1.

  Mengetahui tingkat kemandirian masyarakat kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove

2. Mengetahui pengaruh faktor-faktor kelembagaan, pengembangan Sumber

  Daya Manusia (SDM), jaringan mitra kerja, permodalan dan kelestarian hutan mangrove terhadap kemandirian masyarakat kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove.

  C. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Sebagai bahan masukan bagi masyarakat setempat di dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan hutan mangrove sehingga berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, yang pada akhirnya dapat menjamin kelestarian ekosistem hutan mangrove.

  2. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan dalam pengelolaan hutan mangrove yang mendukung dalam pembangunan kehutanan.

  D. Kerangka Pemikiran

  Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah yang mengelola kawasan hutan mangrove.

  Sebagian besar masyarakat Desa Margasari menjadikan hutan sebagai sumber pemanfaatan, seperti pembukaan lahan untuk areal tambak udang dan penebangan pohon mangrove untuk kayu bakar. Interaksi antara masyarakat sekitar hutan dengan ekosistem hutan menyebabkan hutan semakin rusak dan akan mengancam kelestarian hutan tersebut. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat untuk mengelola kawasan hutan mangrove tersebut, salah satunya adalah dengan pembentukan kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove.

  Terjaganya kelestarian hutan mangrove di Desa Margasari menunjukkan bahwa masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove telah mampu melakukan kegiatan secara mandiri di dalam mengelola dan melestarikan hutan mangrove tersebut. Kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik (Hubies, 1992) Tingkat kemandirian ini perlu diketahui sebagai motivasi bagi masyarakat agar dapat mengelola hutan mangrove sehingga mendapatkan manfaat dari segi ekologi maupun ekonomi. Untuk mengetahui tingkat kemandirian masyarakat terhadap pengembangan hutan mangrove maka dapat diukur dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga kemampuan tersebut akan dinilai untuk mengetahui tinggi, sedang dan rendahnya kemandirian masyarakat berdasarkan penjumlahan skor dari masing-masing aspek yang dinilai. Untuk mengetahui tingkat kemandirian masyarakat dilakukan dengan wawancara langsung ke masyarakat kelompok pelestari lingkungan hidup (PLH), masyarakat pengelola hutan mangrove dan observasi langsung ke lapangan.

  Terdapat beberapa variabel yang akan digunakan, yaitu : kelembagaan, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), jaringan mitra kerja, hubungan antar variabel maka variabel tersebut dikorelasikan dengan uji korelasi Pearson dengan bantuan program software SPSS versi 16.0.

  • Kelembagaan -
  • Jaringan Mitra Kerja -
  • Kelestarian Hutan Mangrove Kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove

  Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran Desa Margasari

  (Hutan mangrove) Kemandirian Masyarakat

  Pengembangan SDM

  Permodalan

  Bagaimana tingkat kemandirian PLH dan masyarakat pengelola hutan mangrove

  Psikomotorik Afektif Kognitif

E. Hipotesis

  Hipotesis dari penelitian ini adalah : H = Tidak terdapat pengaruh antara variabel kelembagaan, pengembangan SDM, jaringan mitra kerja, permodalan dan kelestarian hutan mangrove terhadap kemandirian masyarakat.

  H

  1 = Terdapat pengaruh antara variabel kelembagaan, pengembangan

  SDM, jaringan mitra kerja, permodalan dan kelestarian hutan mangrove terhadap kemandirian masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian

  Pada dasarnya pengertian kemandirian dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologi dan pengertian secara terminologi. Secara etimologi kata mandiri mempunyai arti keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain (KBBI, 2005).

  Secara terminologi pengertian kemandirian diartikan oleh beberapa ahli, Barnadib (1987) mendefinisikan kemandirian sebagai berikut : a.

  Mereka yang memiliki perilaku yang mampu berinisiatif b.

  Mampu mengatasi masalah, hambatan dan tantangan c. Mempunyai rasa percaya diri d.

  Dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain e. Kemandirian suatu keadaan sehingga seorang memiliki hasrat bersaing (berkompetisi) untuk maju demi kebaikan dirinya.

  Menurut Gracinia (2004) kemandirian adalah kemampuan untuk dapat menjalani kehidupan tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain. Dapat melakukan kegiatan sehari-hari, mengambil keputusan, serta mengatasi masalah. Dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, setiap orang perlu dilatih untuk mengembangkan kemandirian sesuai kapasitas dan tahapan perkembangannya.

  Menurut Hubies (1992) dalam Yumi (2002) kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Slamet (1995) dalam Yumi (2002) berpendapat bahwa kemandirian tidak berarti anti terhadap kerjasama atau menolak saling keterkaitan dan saling ketergantungan, kemandirian justru menekankan perlunya kerjasama yang disertai tumbuh dan berkembangnya aspirasi,, kreatifitas, keberanian menghadapi resiko dan prakarsa seseorang bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan.

  Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, menurut Gilmore (1993) merumuskan ciri kemandirian yang meliputi: a. Ada rasa tanggung jawab

  b. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen c. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain d. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.

  Menurut penelitian Yumi (2002), kemandirian dipengaruhi oleh aspek kelembagaan, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), jaringan mitra juga disebut dengan berdiri diatas kaki sendiri, merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian dalam konteks individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Aspek-aspek kemandirian menurut Havinghurst (1972), yaitu : 1.

  Aspek Emosi Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orangtua.

  2. Aspek Ekonomi Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua.

  3. Aspek Intelektual Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

  4. Aspek Sosial Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

  Berdasarkan pendapat diatas kemandirian tidak hanya sebatas pada aspek fisik tetapi juga memiliki aspek lain. Dari dua pendapat itu dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian memiliki aspek emosi, ekonomi, intelektual, sosial, kemandirian berperilaku dan kemandirian dalam menilai.

B. Organisasi

  Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari kelompok-kelompok orang yang saling bekerjasama di dalam suatu struktur tata hubungan antar kelompok-kelompok (unit kegiatan) yang melaksanakan fungsi masing-masing, demi tercapainya tujuan (bersama) tertentu yang menjadi tujuan organisasi yang bersangkutan (Dephut, 1996). Menurut Robbins (2002) organisasi merupakan struktur koordinasi terencana yang formal, melibatkan dua orang atau lebih, dalam rangka mencapai tujuan bersama. Organisasi dicirikan dengan adanya hubungan kewenangan dan tingkatan pembagian tenaga kerja.

  Ada enam elemen penting yang membentuk struktur organisasi menurut Robbins (2002), yaitu : 1.

  Spesialisasi pekerjaan (work specializations) atau pembagian pekerjaan, untuk menggambarkan sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah.

  2. Departementalisasi, yaitu pengelompokkan pekerjaan-pekerjaan sehingga tugas-tugas yang sama dapat dikoordinasikan.

  3. Rantai perintah (chain of comment), merupakan garis kewenangan yang tidak terputus dari puncak organisasi ke eselon yang paling bawah dan menjelaskan siapa melapor kepada siapa.

  4. Rantai kendali (span of control), yaitu seberapa banyak bawahan yang dapat dipimpin dengan efisien dan efektif oleh seorang manajer.

  5. Sentralisasi dan desentralisasi, istilah sentralisasi mengacu pada terpusatnya pengambilan keputusan di titik tunggal dalam organisasi.

  Konsep tersebut hanya mengakui kewenangan formal, yaitu hak yang melekat pada kedudukan seseorang. Sedangkan desentralisasi mengacu pada masukan dari bawahan yang diberikan kewenangan untuk membuat keputusan.

  6. Formalisasi, mengacu pada suatu tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi distandarisasikan.

  Menurut Berelson (1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan- ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.

  2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.

  3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.

  Budaya organisasi merupakan suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya (Robbins, 2002). Ada tujuh elemen penting suatu budaya organisasi menurut Robbins (2002), yaitu :

  1. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.

  2. Perhatian terhadap detail, yaitu tingkat tuntutan terhadap karyawan untuk mampu memperlihatkan ketepatan, analisis, dan perhatian terhadap detail.

  3. Orientasi terhadap hasil, yaitu tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk lebih memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.

  4. Orientasi terhadap individu, yaitu tingkat kepuasan manajemen dalam mempertimbangkan efek-efek hasil terhadap individu yang ada di dalam organisasi.

  5. Orientasi terhadap tim, yaitu tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur dalam tim, bukan secara perorangan.

  6. Agresivitas, yaitu tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan bersaing, dan tidak bersikap santai.

  7. Stabilitas, yaitu tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status quo berbanding pertumbuhan.

C. Teori Kelompok

  Iver dan Page (1961) dalam Departemen Kehutanan (1996) mengemukakan bahwa, kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong.

  Karena itu, kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri :

  1. Memiliki ikatan yang nyata.

  2. Memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya.

  3. Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas.

  4. Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama, dan 5.

  Memiliki keinginan dan tujuan bersama (Departemen Kehutanan, 1996). Menurut Robbins (2002) kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informal. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus ditunjukkan oleh seseorang ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi. Sebaliknya, kelompok informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur atau tidak ditetapkan secara organisasional. Unsur-unsur kelompok dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu :

  1. Tujuan kelompok (goal), yaitu : hasil akhir yang ingin dicapai, baik berupa sesuatu objek (materi) atau keadaan serta keinginan-keinginan lain yang diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan (Krech, dkk. 1962). Adanya tujuan kelompok akan menggerakkan semua anggota untuk selalu berperilaku atau melaksanakan tindakan/kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Karena itu, harus diupayakan secara sederhana tetapi jelas agar setiap anggota memahami tujuan kelompoknya.

  2. Unsur-unsur kelompok yang menyangkut pembagian tugas dan hak serta kewajiban anggota-anggota kelompok yang meliputi : jenjang sosial (social rank), peran kedudukan (status role), dan kekuasaan (power).

  3. Unsur-unsur yang berkaitan dengan aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang harus ditaati oleh semua anggota kelompok dalam menunjukan perilaku, melaksanakan peran/tindakan-tindakan demi tercapainya tujuan kelompok yang mencakup : kepercayaan (belief), sanksi (sanction), norma (norm), dan perasaan-perasaan (sentiment).

  4. Unsur-unsur dalam kelompok yang harus diupayakan/disediakan demi terlaksananya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang mencakup : kemudahan (facility) dan tegangan dan himpitan (stress and strain) (Departemen Kehutanan, 1996).

  Konsep dasar kelompok menurut Robbins (2002), yaitu : 1.

  Peran, yaitu untuk menunjukkan serangkaian pola perilaku yang diharapkan, sehubungan dengan posisi yang diberikan dalam suatu unit sosial.

  2. Norma, yaitu adanya standar perilaku yang diterima di dalam suatu kelompok yang dirasakan bersama-sama oleh para anggota kelompok tersebut.

  3. Kekohesifan (Kekompakan), yaitu sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotifasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.

  4. Ukuran, yaitu sejauh mana keefektifan suatu kelompok mempengaruhi perilaku kelompok secara keseluruhan.

  5. Komposisi, yaitu keperluan dari berbagai kemampuan dan pengetahuan dari aktivitas kelompok..

  6. Status, yaitu pembedaan peningkatan gengsi, posisi atau peringkat di dalam suatu kelompok.

D. Sumber Daya Manusia (SDM)

  Sumber Daya Manusia (SDM) atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional (Ndraha, 1999). SDM mempunyai dua sisi atau aspek, yaitu sisi sumber daya (SD) dan sisi manusia (M). Dimensi pokok sisi SD ialah kontribusinya terhadap organisasi, sedangkan dimensi pokok M adalah perlakuan organisasi terhadapnya, yang pada gilirannya menentukan kualitas dan kapabilitas hidupnya (Blake dan Mouton, 1985 dalam Ndraha, 1999). Sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan perencanaan sumber daya manusia, yaitu proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan SDM sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya. Ada tiga kepentingan dalam perencanaan SDM, yaitu : kepentingan individu, kepentingan organisasi, dan kepentingan nasional (Ahira, 2010).

  Terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu : 1.

  Tujuan Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.

2. Perencanaan Organisasi

  Perencanaan organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi perkembangan organisasi (Ahira, 2010). Pencapaian outputs SDM harus di manage, dengan menggunakan konsep manajemen secara umum, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, penggunaan (pergerakan), dan penilaian SDM sedemikian rupa sehingga di satu pihak SDM memberikan kontribusi sebesar-besarnya kepada masyarakat (makro) dan organisasi (mikro), dan di pihak lain SDM merasa diperlakukan seadil- adilnya sehingga kualitaas hidup dan matinya setinggi-tingginya (Ndraha, 1999). Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu disiplin ilmu manajemen yang telah menitikkberatkan pada kajian aspek manusia dengan segala aktivitasnya. Aspek manusia menjadi sangat penting, seperti modal, metode, bahkan teknologi yang ada tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia. SDM merupakan penentu keberhasilan dalam organisasi (Dassler, 1995).

E. Hutan Mangrove

  Hutan mangrove dapat diartikan sebagai komunitas vegetasi pantai tropika yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Mangrove memiliki berbagai macam sebutan, seperti coastal woodland, tidal forest,

  mangrove forest, dan hutan payau (Kustanti, 2011).

  Hutan mangrove selalu hijau. Keterbatasan jenis mangrove disebabkan oleh kondisi yang khas pada tempat keberadaannya, sedikitnya tumbuhan yang mampu bertahan serta tumbuh subur di lumpur beragam dan sering digenangi oleh air laut. Mangrove hanya dapat ditemukan di daerah tropika dan subtropika dengan ciri-ciri sebagai berikut (Bengen, 2000 dalam Kustanti 2011): 1.

  Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir, dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang.

  2. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari, sampai daerah yang hanya tergenang saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan bakau.

  3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air, atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas serta menambah pasokan unsur hara dan lumpur.

4. Airnya mungkin payau dengan salinitas 2 sampai 22 ppm atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppm.

  Faktor biotik penyusun formasi hutan mangrove dibagi menjadi 3 zona vegetasi berdasarkan kemampuan adaptasi terhadap kondisi salin. Zonasi vegetasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) vegetasi inti, 2) vegetasi marginal, dan 3) vegetasi pilihan marginal (Jimenez dan Sato, 1985 dalam kustanti 2011). Pada dasarnya hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : 1.

  Fungsi fisik, yang meliputi menjaga garis pantai agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan baru, melindungi pantai dan tebing sungai dan mengolah limbah.

  2. Fungsi biologis dan ekologi, yang meliputi tempat bersarangnya benih- benih ikan, udang, kepiting dan kerang, tempat bersarangnya burung- burung besar, habitat alam bagi banyak biota, nursery ground, feedling ground, dan shelter area bagi biota perikanan.

  3. Fungsi ekonomi yang meliputi kelangsungan keberadaan tambak-tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi dan pariwisata serta hasil-hasil kayu dan non kayu (Lembaga Penelitian Unila, 2009). Hutan mangrove memiliki manfaat secara langsung antara lain : 1.

  Penanganan abrasi lebih murah dibandingkan dengan membuat bangunan laut lain, dan mangrove dapat member dampak ikutan yang menguntungkan kualitas perairan disekitarnya.

  2. Mangrove memiliki system akar yang kuat, tajuknya rapat, dan lebat sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung pantai alami dan menahan intrusi air laut.

  3. Secara estetika mangrove lebih baik daripada bangunan laut lainnya.

  Bangunan laut dapat menyebabkan erosi dan sedimentasi di tempat lainnya.

  4. Kawasan pertambakan dapat ditata ulang dengan system wanamina (silvofishery), yaitu perpaduan antara hutan mangrove dan perikanan.

  5. Mangrove dapat menetralisir lahan yang tercemar oleh logam berat (Kustanti, 2011).

  Pada hutan payau terdapat campuran air tawar dari sungai dan air laut, pohon- pohon yang tumbuh pada umumnya berdaun tebal dan mengkilat karena adaptasi evapotranspirasi. Tajuk pepohonan hanya satu dengan ketinggian umumnya rata-rata dapat mencapai 50 m. Komposisi hutan bakau terdiri atas asosiasi beberapa jenis tanaman yang khas sejak mulai dari pantai, yakni berturut-turut Avicenia (api-api) seperti A. marina yang tumbuh pada tanah berliat agak keras dan A. alba pada tanah yang lebih lembek serta Sonneratia (bakau). Disusul Bruguiera cylindrical (tancang) yang hidup pada tanah liat keras dan bila air pasang akan tergenang. Formasi selanjutnya oleh

  

Rhizophora mucronata (bakau) dan Rhizophora apiculata (bakau) pada pantai

agak basah dan berlumpur dalam. Selain itu, umumnya ditemui juga B. parviflora (tancang) yang hidup pada bekas tebangan Rhizophora dan dilanjutkan pada formasi akhir B. gymnorhiza (Arief, 2001).

  

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.

   Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan

  Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas ± 1.702 hektar.

  Desa yang terdiri dari 12 dusun ini berbatasan langsung dengan wilayah- wilayah sebagai berikut : a. : Desa Suko Rahayu

  Sebelah Utara

  b. : Desa Sriminosari Sebelah Selatan

  c. : Desa Srigading Sebelah Barat

  d. : Laut Jawa Sebelah Timur

  Desa Margasari termasuk tipologi desa pantai atau pesisir. Desa yang berada pada ketinggian 1,5 mdpl ini memiliki suhu rata-rata harian 1,5 C dengan bentang wilayah yang datar. Merupakan salah satu desa pantai Desa Margasari memiliki bentuk tekstur tanah pasiran, dengan warna tanah sebagian besar adalah abu-abu (Monografi Desa Margasari, 2010).

  Menurut penggunaannya, lahan di Desa Margasari terdiri dari jalan, sawah dan ladang, bangunan umum, empang, pemukiman/perumahan, jalur hijau, dan pemakaman. Pembagian luas desa menurut tata guna lahannya dapat

  Tabel 3. Pembagian luas Desa Margasari menurut tata guna lahannya.

  No. Macam Penggunaan Lahan Luas (ha)

  1 Jalan 18 km

  2 Sawah dan ladang Sawah irigasi teknis

  • 213,5
  • 18

  Sawah tadah hujan

  • 3 Bangunan

  Ladang

  • 0,5

  9 Bangunan umum

  • 4 Empang

  Pertokoan/perdagangan

  180

  5 Pemukiman/perumahan 225

  6 Tanah kering 150

  • 7 Tanah yang belum dikelola

  Pekarangan

  • 33

  700 Hutan (jalur hijau)

  • Sumber : Monografi Desa Margasari 2010. Rata-rata curah hujan di Desa Margasari berkisar 2.500 mm per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 12 hari/bulan. Bulan-bulan hujan terjadi antara bulan November sampai dengan bulan Maret, sedangkan bulan-bulan kering terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Oktober. Kondisi topografi Desa Margasari adalah dataran rendah dan pantai, dengan ketinggian tanah dari permukaan laut adalah ± 1,5 meter.

  Rawa

B. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk 1. Jumlah Penduduk

  Berdasarkan Monografi Desa Margasari tahun 2010, jumlah penduduk Desa Margasari adalah 7.480 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.859 kepala keluarga. Penduduk Desa Margasari terdiri dari laki-laki sebanyak 3.726 jiwa dan perempuan sebanyak 3.754 jiwa.

2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Margasari masih tergolong rendah.

  Sebagian besar (63,99%) penduduk hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sarana pendidikan yang dimiliki Desa Margasari juga masih kurang lengkap. Dalam tabel 4, dapat dilihat bahwa Desa Margasari hanya memiliki 4 Sekolah Dasar (SD), 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 1 Taman Kanak-Kanak, dan 1 Madrasah.

  Untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, penduduk harus ke ibukota kecamatan atau ibukota propinsi yang jaraknya ± 90 km dari desa.

  Tabel 4. Persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Margasari.

  No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%)

  1. Tamat Sekolah Dasar (SD) 1788 63,99

  2. Tamat SMP/SLTP 685 24,51

  3. Tamat SMU/SLTA 320 11,45

  4. Tamat Akademi/D1-D3 7 0,25

  5. Tamat Perguruan Tinggi/S1-S3 4 0,14 6.

  2794 100

  Jumlah Sumber : Monografi Desa Margasari Tahun 2010.

  Tabel 5. Jumlah guru dan sarana pendidikan di Desa Margasari.

  No. Sarana Pendidikan Jumlah (buah) Guru (orang)

  1. Taman Kanak-Kanak (TK)

  1

  8

  2. Sekolah Dasar (SD)

  4

  46

  3. SLTP

  1

  16

  • 4.
  • SLTA

  5. Madrasah

  1

  5

  • 6.
  • Parguruan Tinggi Sumber : Monografi Desa Margasari Tahun 2010.

  3. Mata Pencaharian

  Sebagian besar penduduk Desa Margasari bermata pencaharian sebagai nelayan (58,83%) dan petani (14,47%). Sedangkan lainnya bermata pencaharian sebagai karyawan, wiraswasta/pedagang, pertukangan, buruh tani, pengrajin, peternak, dan montir. Secara terperinci jenis-jenis mata pencaharian penduduk Desa Margasari dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase jenis mata pencaharian penduduk Desa Margasari.

  No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) (%)

  1. Karyawan a. 23 1,24 PNS b. 2 0,11

  ABRI

  c. 104 5,60 Swasta

  2. Wiraswasta/pedagang 162 8,73

  3. Tani 275 14,82 Pertukangan 55 2,96 Buruh tani 112 6,04 Nelayan 1119 60,29 Montir 4 0,02 1856 100

  Sumber : Monografi Desa Margasari Tahun 2010.

  4. Suku dan Agama

  Penduduk Desa Margasari terdiri dari bermacam-macam suku yaitu Jawa, Bugis, Madura, Sunda, dan Padang. Mayoritas penduduk Desa Margasari bersuku Jawa. Bahasa pergaulan sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Hampir seluruh penduduk Desa Margasari beragama Islam, yaitu sebanyak 7.301 jiwa atau 98,71% dari jumlah seluruh penduduk yang ada. Sedangkan sisanya beragama Kristen sebanyak 63 jiwa (0,85%) dan Budha sebanyak 32 jiwa (0,43%). Sarana peribadatan yang ada di Desa Margasari antara lain adalah 6 masjid dan 13 Mushala.

5. Prasarana Ekonomi

  Desa Margasari yang terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur dapat dicapai dengan baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Keadaan jalan khususnya jalan kecamatan kurang begitu baik karena masih banyak terdapat lubang di beberapa ruas jalan. Hingga saat ini, tidak ada mobil angkutan umum yang menuju Desa Margasari. Tetapi hal ini teratasi dengan tersedianya jasa angkutan ojek yang siap mengantar ke Desa Margasari dengan biaya antara Rp 10.000,00

  • – Rp 15.000,00 dari depan kantor Kecamatan Labuhan Maringgai dan jasa travel dengan biaya Rp 25.000,00
  • – Rp 40.000,00 (Bandar Lampung – Margasari, Sukadana- Margasari).

  Terdapat beberapa alternatif jalur untuk mencapai lokasi, antara lain : 1.

  Bandar Lampung – Metro – Sukadana – Sribawono – Desa Margasari, dengan jarak 115 km.

  2. Bandar Lampung – Tanjung Bintang – Sribawono – Desa Margasari, dengan jarak 121 km.

  3. Pelabuhan Bakauheni – Bandar Agung – Labuhan Maringgai – Desa Margasari, dengan jarak 155 km.

  4. Bandar Branti-Bandar Lampung – Metro – Sukadana – Sribawono – Desa Margasari, dengan jarak 130 km.

5. Pelabuhan Bakauheni – Bandar Lampung – Tanjung Bintang –

  Sribawono – Desa Margasari, dengan jarak 211 km. Penduduk Desa Margasari melakukan kegiatan jual beli di pasar yang terletak di desa ataupun yang terletak di ibukota kecamatan. Kegiatan ini tidak dapat dilakukan setiap hari karena pasar desa hanya diadakan pada hari Selasa dan Jumat, sedangkan pasar yang terletak di ibukota kecamatan diadakan pada hari Rabu dan Sabtu. Kecuali pada hari-hari tersebut, masyarakat berbelanja di warung-warung atau toko yang terdapat di sekitar rumah.

  

KEMANDIRIAN MASYARAKAT PELESTARI LINGKUNGAN HIDUP

(PLH) DALAM PENGEMBANGAN HUTAN MANGROVE DI DESA

MARGASARI LAMPUNG TIMUR

  Oleh

  

HENDRY INDON SEPTIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

  

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

  

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  iv

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman 1. Bagan alir pemikiran .....

  5 ……………………………........................

  2. Tingkat kemandirian masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup ............................

  (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove

  42 3.

  Nilai rata-rata per sub aspek kelembagaan masyarakat PLH dan masyarakat pengelola hutan mangrove ………………………………….

  47 4.

  Nilai rata-rata per sub aspek pengembangan SDM masyarakat PLH dan masyarakat pengelola hutan mangrove ………………………………….

  50 5.

  Nilai rata-rata per sub aspek jaringan mitra kerja masyarakat PLH dan

  53 mas yarakat pengelola hutan mangrove ………………………………….

  6.

  101 Wawancara dengan Ketua Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) …..

  7.

  101 Wawancara dengan anggota Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) ......

  8.

  102 Wawancara dengan masyarakat pengelola hutan mangrove ..............

  9. Kegiatan masyarakat Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) untuk anak SD ................................. ………………………………………………….. 102 10. Aksi penanaman bakau oleh anak SD ............................................... 103 11.

  103 Pendataan potensi lingkungan dalam trek PLH ................................

  12.

  104 Pameran produk kelompok PLH ....…………………………….....

  13.

  104 Kondisi hutan mangrove di Desa Margasari ……………………….

  i

  20 C. Jenis Data yang Dikumpulkan…………………………………………. 20 D.

  Sumber Daya Manusia (SDM)………………………………………… E. Hutan Mangrove ……………………………………………………….

  12

  15

  17 III. METODE PENELITIAN ………………………………………………. 20 A.

  Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….

  20 B. Alat dan Objek Penelitian ……………………………………...........

  Teknik Pengumpulan Data ……………………………..……….......

  10 C. Teori Kelompok………………………………………………..............

  21 E. Populasi dan Sampel ………………………………...........……….....

  22 F. Definisi Operasional ……………………….........................................

  24 G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................

  1. Uji Validitas …………………………………….............................

  2. Uji Reliabilitas .................................................................................

  29

  31

  D.

  7 B. Organisasi ……...………………………………………………………

  DAFTAR ISI

  I. PENDAHULUAN …………………………………………………….....

  Halaman

  DAFTAR ISI ………………………………………...…………………….....

  i

  DAFTAR TABEL …………………………………………………………...

  iii

  DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..

  iv

  1 A. Latar Belakang ………………………………………………………..

  7 A. Kemandirian …..…………………........................................................

  1 B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..

  2 C. Manfaat Penelitian …………………………………………………....

  3 D. Kerangka Pemikiran ……………………………………………….....

  E.

  Hipotesis ………………………………………………………………

  3

  6 II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...

  32

  ii 3.

  32 Uji Korelasi ......................................................................................

  4.

  33 Regresi Linier Berganda ...................................................................

  IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................

  35 A.

  35 Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan...................................................

  B.

  36 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk .......................................................

  1.

  36 Jumlah Penduduk ................................................................................

  2.

  37 Tingkat Pendidikan ….......................………………………………..

  3. Mata pencaharian …...............................………….…………….……. 38 4.

  38 Suku dan Agama ….............................……………………………….

  5. Prasarana Ekonomi ............................................................................... 39

  V. HASIL DAN PEMBAHASAN

  41 ……………………...............................

  A.

  Kemandirian Masyarakat ……………………………………………… 41 B. Pengaruh faktor yang mempengaruhi kemandirian masyarakat

  Pelestari Lingkungan Hidup (PLH) dan masyarakat pengelola hutan mangrove

  46 ……………………………………………………………… 1.

  46 Kelembagaan ……………………………………………………… 2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)……………………. 49 3.

  52 Jaringan Mitra Kerja ……………………………………………… 4.

  54 Permodalan ………………………………………………………...

  5.

  55 Kelestarian Hutan Mangrove ……………………………………… C.

  57 Hasil Uji Validitas …………………………………………………….

  D.

  59 Hasil Uji Reliabilitas …………………………………………………..

  E.

  62 Hasil Uji Korelasi ……………………………………………………..

  F.

  70 Analisis Regresi Linier Berganda …………………………………….

  VI. KESIMPULAN DAN SARAN

  74 ……………………………………….....

  A.