6
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Pak Sila diperoleh setelah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah keluarga dampingan. Identifikasi permasalahan
tersebut menggunakan metode wawancara dengan melakukan percakapan dengan Pak Sila dan Ibu Ketut Rai. Adapun hal
– hal yang dilakukan untuk memperoleh informasi antara lain berkenalan atau beramah
– tamah, sosialisasi mengenai program KKN
– PPM, berdiskusi dengan anggota keluarga, melihat – lihat suasana tempat tinggal beliau serta mengikuti aktivitas keluarganya yaitu membantu berjaualan di
warung dan ikut menemani anak kedua Made untuk bersekolah di Yayasan Widya Guna. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan hasil wawancara dengan
keluarga dampingan, diperoleh beberapa permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Pak Sila yakni sebagai berikut:
2.1 Permasalahan Keluarga
Dalam waktu 35 hari pendampingan telah dilakukan 20 kali pertemuan dengan keluarga Pak Sila dan dalam jangka waktu tersebut telah dilakukan identifikasi
beberapa masalah yang Pak Sila dan keluarga hadapi. Adapun beberapa permasalahan yang disampaikan oleh Pak Sila dan keluarga antara lain :
1. Permasalahan terkait ekonomi
Pendapatan keluarga Pak Sila hanya berasal dari hasil berjualan diwarung pribadi yang berada didepan SD N 3 Bedulu dan juga warung kecil yang
berada dikantin sekolah SD tersebut. Pak Sila mengatakan bahwa keuntungan yang ia dapat selama seharian berjualan baik di warung pribadi dan juga di
kantin SD sesungguhnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga sehingga Pak Sila harus berhemat dan selalu menyimpan sedikit
keuntungan dari hasil berjualan untuk disimpan sebagai simpanan dihari yang akan datang.
7
2. Permasalahan terkait pendidikan
Berdasarkan penjelasan Pak Sila, anak keduanya Made saat ini tidak dapat melanjtukan sekolahnya dikarenakan tidak memiliki KPS. Kartu Perlindungan
Sosial KPS merupakan kartu yang dapat digunakan seseorang untuk menerima program-program perlindungan sosial seperti raskin dan bantuan
anak sekolah. Apabila dilihat dari syarat dan ketentuan, sesungguhnya kartu ini tidak sulit untuk didapatkan oleh anak kedua Pak Sila yakni Made karena
melihat kondisi fisik Made yang sesungguhnya penting untuk mendapatkan perlindungan sosial. Namun setelah beberapa kali mengurus kepesertaan kartu
tersebut hasilnya tetap nihil. Hal ini terjadi karena data Made tidak tercatat di Klian Banjar Tegallinggah sehingga hal ini akan mempersulit kepesertaan
KPS untuk Made. Karena lemahnya system pencatatan KPS tersebut menyebabkan Made tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP dan
dari pihak Dinas Sosial hanya dapat menyarankan Made untuk menunda sekolahnya selama 1 tahun karena pada bulan agustus sudah tidak dapat
mendaftar sekolah lagi sehingga Made baru dapat melanjutkan sekolah SMP pada tahun 2017.
3. Permasalahan terkait kesehatan
Secara umum kondisi kesehatan anggota keluarga Pak Sila dapat dikatakan dalam kondisi baik, hanya saja anak kedua Pak Sila Made mengalami
keterbatasan fisik pada bagian kaki yang menyebabkan ia sulit untuk berjalan dengan normal. Ibu Ketut Rai mengatakan bahwa kondisi ini terjadi sejak ia
kecil yang dikarenakan pada saat lahir Made hanya memiliki berat 1,1 kg dan lahir premature. Kondisi seperti ini yang menyebabkan Made menjadi tidak
percaya diri dengan dirinya sendiri dan sering kali merasa malu jika bertemu dengan teman sebayanya. Pak Sila dan istri tidak dapat berbuat banyak untuk
melakukan pengobatan untuk Made karena kondisi ekonomi yang tidak memadai untuk melakukan pengobatan. Pak Sila dan Ibu Ketut Rai hanya
dapat memberikan semangat dan motivasi untuk Made agar tetap percaya diri dan selalu menemani Made untuk dapat berlatih berjalan dengan
8
menggunakan alat bantu jalan. Selain itu, kondisi lingkungan rumah keluarga Pak Sila tidak tertata dengan rapi. Terlihat banyak tumpukan-tumpukan
barang yang tidak berguna dan sudah berdebu namun dibiarkan begitu saja. Hal ini tentu dapat menimbulkan sarang penyakit seperti berkumpulnya tikus
dan kecoa.
2.2 Masalah Prioritas