3
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
1.2.1 Pendapatan Keluarga Keluarga Bapak I Wayan Sila Diasmara termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi
dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Sumber pendapatan keluarga ini hanya berasal dari pendapatan Bapak I Wayan Sila Diasmara. Pendapatan Pak Sila
tidak menentu setiap harinya, hal ini dikarenakan Pak Sila hanya bekerja sebagai pedagang di SD N 3 Bedulu dan memiliki warung kecil didepan SD N 3 Bedulu. Pak
Sila memulai usaha dagangnya pada tahun 2013 dengan modal 10 juta rupiah yang ia pinjam disalah satu Bank yang ada di Kabupaten Gianyar kemudian melihat peluang
yang ada Pak Sila memulai usaha dagangnya di SD N 3 Bedulu pada bulan April 2016 untuk menambah penghasilannya. Sehari-harinya Pak Sila dibantu oleh Ibu
Ketut Rai untuk berjualan. Di pagi hari mulai dari jam 06.00 – 12.00 WITA Pak Sila
mulai berjualan di SD dan sang istri bertugas untuk menjaga warung yang berada tepat didepan SD tersebut. Warung tersebut setiap harinya buka mulai jam 05.00
– 21.00 WITA. Total penghasilan dari hasil berjualan di 2 tempat tersebut berkisar
antara 200-500 ribu setiap harinya, namun hanya dengan keuntungan 50-100 ribu setiap harinya.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
1. Kebutuhan sehari-hari Untuk kebutuhan sehari-hari, Pak Sila tidak terlalu banyak mengeluarkan uang. Hal
ini dikarenakan kebutuhan sehari-hari biasanya langsung diambil dari warung yang ia miliki. Untuk kebutuhan makan sehari-hari pun Pak Sila dan keluarga biasanya
langsung makan diwarung yang mereka miliki sehingga tidak terlalu banyak pengeluaran yang digunakan untuk keperluan makan. Namun Pak Sila
memperkirakan biaya maksimal untuk kebutuhan sehari-hari diluar ketersediaan barang diwarung sekitar 250.000bulan.
2. Pendidikan
4
Terkait masalah pendidikan, kedua anak Pak Sila masih berada dibangku sekolah. Anak pertama Putu saat ini sedang bersekolah di SLB Negeri Gianyar dikarenakan
memiliki daya ingat otak yang tidak senormal anak-anak lainnya sehingga pada saat menginjak kelas 4 SD ia dipindahkan ke SLB dan saat ini sudah memasuki kelas XII.
Untuk keperluan pendidikan, Pak Sila tidak ada mengeluarkan uang sama sekali untuk membayar biaya sekolah ataupun membeli buku keperluan anaknya. Hal ini
dikarenakan sekolah SLB Negeri Gianyar telah menanggung seluruh biaya sekolah. Pak Sila hanya mengeluarkan 12.000hari untuk uang saku anaknya. Sehingga setiap
bulannya Pak Sila mengeluarkan 288.000 untuk uang saku anak pertamanya. Sedangkan untuk anak kedua Made saat ini tidak dapat melanjutkan sekolah ke
jenjang SMP dikarenakan tidak memiliki berkas-berkas yang seharusnya ia gunakan untuk mendaftar ke sekolah baru dengan status berasal dari keluarga kurang mampu.
3. Kesehatan Dari segi kesehatan, Pak Sila mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit serius hanya saja yang paling membutuhkan perhatian dari segi kesehatan yakni anak kedua Made karena mengalami kesulitan untuk berjalan yang dialami
dari sejak lahir. Segala aktivitas Made menjadi terganggu sehingga selalu membutuhkan orang lain untuk membantunya melakukan aktivitas. Dari segi
kepemilikan asuransi, Pak Sila mengatakan belum memiliki asuransi kesehatan dengan alasan tidak mampu membayar iuran yang setiap bulan harus dibayar
sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit maka tidak ada asuransi kesehatan yang menanggung dan harus mengeluarkan uang dari kantong sendiri. Namun, Pak
Sila sendiri memiliki keinginan untuk memiliki asuransi kesehatan dan akan segera mengurus keperluan pembuatan asuransi kesehatan.
4. Kerohanian Seluruh anggota keluarga Pak Sila beragama Hindu. Untuk keperluan sembahyang
sehari-harinya maupun untuk rahinan kajeng kliwon, tilem, purnama, serta hari raya besar seperti galungan, kuningan pagerwesi, nyepi dan lain-lain Istri dan anak-anak
Pak Sila biasanya membuat canang dan banten sendiri. Bahan-bahan untuk keperluan canang dan banten biasanya ia dapat dari tetangga yang menjual bahan tersebut dan
5
tentunya dengan harga yang lebih murah dari harga pasar. Untuk keperluan keagamaan di Banjar, Pak Sila biasanya memberikan sumbanganpunia sebesar
20.000. Beliau mengatakan “walaupun jumlahnya tidak banyak yang penting sudah bisa menyumbang”.
5. Sosial Untuk biaya sosial, Pak Sila mengatakan jarang terlibat pada bantuan sosial. Namun
apabila ada yang meminta sumbangan, Pak Sila selalu mengusahakan untuk dapat memberikan sumbangan walaupun dengan nominal yang tidak besar.
6
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Pak Sila diperoleh setelah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah keluarga dampingan. Identifikasi permasalahan
tersebut menggunakan metode wawancara dengan melakukan percakapan dengan Pak Sila dan Ibu Ketut Rai. Adapun hal
– hal yang dilakukan untuk memperoleh informasi antara lain berkenalan atau beramah
– tamah, sosialisasi mengenai program KKN
– PPM, berdiskusi dengan anggota keluarga, melihat – lihat suasana tempat tinggal beliau serta mengikuti aktivitas keluarganya yaitu membantu berjaualan di
warung dan ikut menemani anak kedua Made untuk bersekolah di Yayasan Widya Guna. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan hasil wawancara dengan
keluarga dampingan, diperoleh beberapa permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Pak Sila yakni sebagai berikut:
2.1 Permasalahan Keluarga