2
Namun pada pelaksanaannya proses pembelajaran cenderung menggunakan metode konvensional atau metode ceramah.
Permasalahan lain adalah berkaitan dengan proses kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas. Selama kegiatan observasi,
penulis mengamati bahwa mengatur dan mengkondisikan kelas tidaklah mudah. Sebagai seorang guru kita harus mampu
mengendalikan segala kegiatan yang siswa lakukan di dalam kelas. Selain manajemen kelas, guru juga harus mampu mengatur waktu
dengan baik. Karena setiap pertemuan terdiri dari 2 JP 2 x 45 menit yang harus mampu digunakan oleh guru secara efektif untuk
menyampaikan materi dan juga memberi siswa kesempatan untuk berlatih secara langsung. Kemudian permaslahan yang berkaitan
dengan bagaimana prilaku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Dari pengamatan yang dilakukan mahasiswa di dalam kelas, beberapa
siswa aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru, namun di didi lain masih banyak siswa yang bermain handphone, mengobrol dengan
teman, bahkan tertidur di dalam kelas. Dari pengamatan di luar kelas, perilaku siswa cukup santun kepada guru-guru maupun mahasiswa
PPL. Mereka ramah dan sering berjabat tangan dengan guru atau mahasiswa PPL yang mereka temui. Para siswa tidak jarang pula ikut
mengobrol dengan mahasiswa PPL maupun guru di luar kelas atau menanyakan apa yang tidak mereka mengerti di luar jam
pembelajaran.
2. Potensi Pembelajaran
a. Potensi Sekolah
1 Profil SMA PIRI 1 Yogyakarta
Analisis dilakukan sebagai upaya untuk menggali potensi dan kendala yang ada sebagai acuan untuk dapat
merumuskan program. Melalui observasi, didapatkan berbagai informasi tentang SMA PIRI 1 Yogyakarta sebagai dasar
acuan atau konsep awal untuk melakukan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan di SMA PIRI 1 Yogyakarta. SMA PIRI
1 Yogyakarta terletak di Jalan Kemuning nomor 14, Baciro Sebelah Barat Stadion Mandala Krida. SMA PIRI 1
Yogyakarta berada satu kompleks dengan Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia PIRI dimana bersebelahan
3
langsung dengan SMP PIRI 1 Yogyakarta, SMK PIRI 1 Yogyakarta, dan SMK PIRI 2 Yogyakarta. SMA PIRI 1
Yogyakarta memiliki 6 kelas yaitu X A, X B, XI IPA, XI IPS, XII IPA, dan XII IPS. Semua kelas baik kelas X, kelas XI, dan
kelas XII dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Berikut ini
adalah profil SMA PIRI 1 Yogyakarta :
a. Sejarah Singkat Sekolah
Berdirinya SMA PIRI 1 Yogyakarta tidak dapat lepas dari keberadaan Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia
PIRI Yogyakarta, yang lahir dari Gerakan Ahmadiyah Indonesia GAI aliran Lahore yang diprakarsai oleh H.
Minhadjurrahman Djojosugito. Yang kemudian beliau disebut sebagai Peletak dasar Yayasan PIRI.
Maksud dan tujuan didirikannya Yayasan PIRI seperti termaktub dalam anggaran Dasar Yayasan PIRI pasal 4, yang
berbunyi : ”Untuk menegakkan kedaulatan Tuhan agar umat
manusia di Indonesia mencapai keadaan jiwa state of mind atau kehidupan batin inner life yang disebut salam damai
”. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, Yayasan PIRI
menempuh beberapa langkah, yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah, yang berlandaskan pada Alquran dan Sunnah
Nabi. Berdasarkan hasil dari Muktamar Gerakan Ahmadiyah
Indonesia GAI di Purwokerta Jawa Tengah, maka pada tanggal 01 Oktober 1947 didirikan SMA PIRI Yogyakarta oleh
H. Minhadjurrahman Djojosugito, Suwindo, S.H. dan dr. Achmad Muhammad. Pada saat itu SMA PIRI belum
mempunyai gedung sendiri, oleh karenanya proses kegiatan belajar mengajar untuk sementara menumpang di 2 sekolah,
yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Kaliurang dan SMP Negeri 5 Yogyakarta 1947
– 1959 dengan jurusan A, B, dan C.
Kemudian pada tahun 1958, SGA PIRI dapat membangun gedung di Baciro, dan pada sore harinya SMA
PIRI ikut memakainya untuk kegiatan belajar mengajar sementara waktu. Tahun 1960, terjadi pergantian kepala
4
sekolah. Dan ditetapkan Bapak Singgih sebagai kepala sekolah. Dibawah kepemimpinan Bapak Singgih ini, sedikit
demi sedikit dilakukan penertiban administrasi sekolah. Sebagai langkah awal pengembangan, Tahun 1967
SMA PIRI menambah ruang kelas yang bersifat semi permanen, sebagai tempat proses kegiatan belajar mengajar
pagi. Tahun 1970, siswa SMA PIRI sebanyak 400 siswa, yang terbagi dalam 14 kelas. Mengingat fasilitas gedung yang masih
terbatas, maka proses kegiatan belajar mengajar di bagi dalam 2 paruh waktu, yaitu 7 kelas pagi dan 7 kelas lainnya masuk
sore. Untuk pengembangan sekolah selanjutnya pada Tahun 1980 SMU PIRI dipecah menjadi dua yaitu :
1 SMU PIRI 1 Bersubsidi Yogyakarta berlokasi di komplek
Baciro dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. Harijono. 2
SMU PIRI 2 Yogyakarta berlokasi di Pugeran dengan Kepala Sekolah Dra. Sri Hartati Sudiyana.
Kemudian pada Tahun 1985, berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Dasar Menengah Nomor : 607CKep11985,
tepatnya tanggal 17 Januari 1985, SMA PIRI 1 bersubsidi Yogyakarta mendapat status disamakan. Untuk meningkatkan
kualitas sekolah, mulai tahun 1995 diadakan Program Pengembangan, Program Unggulan dan Matrikulasi. Sampai
saat ini SMA PIRI 1 Yogyakarta berlokasi di Jalan Kemuning 14 Baciro Yogyakarta.
b. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah