BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

1. Pengertian Qadar
Qadar menurut bahasa adalah ukuran atau ketetapan.
Sedangkan secara istilah pengetahuan Allah tentang segala sesuatu
yang ingin dia wujudkan atau terjadi pada makhluqnya dan alam
semesta.[1] Sedangkan menurut paham Qadariyah manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatannya. Dan bgitu sebaliknya dengan pendapat
kaum jabariyah yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.[2]
Berbeda lagi dengan paham Ahlisunnah wal jama’ah, aliran ini
berpendapat bahwa manusia wajib ikthiar namun Allah berhak
menentukan hasil ikhtiar tersebut, dan manusia harus bertawakal
terhadap keputusan/takdir Allah.[3] Qadar merupakan perwujudan
atau realisasi dari qadha Allah, oleh karena itu baru dapat diketahui
setelah sesuatu terjadi, sehingga sering kita jumpai seseorang
mengatakan “ ini memang sudah taqdirku”. Maka Allah berfirman
dalam Qs. Al-ahzab : 38.[4]

‫ماَ ل‬

ْ‫وا‬
‫ن ل‬
‫سن ل ل‬
‫ة اْلل لهذ ذفيِ اْل ل ذ‬
‫يِ ذ‬
‫ن ل‬
‫كاَ ل‬
‫ه س‬
‫ه لل س‬
‫ض اْلل ل س‬
‫ج ذفيِ ل‬
‫ل‬
‫ماَ فللر ل‬
‫خل ل و‬
‫ذيِ ل‬
‫م و‬
‫ن ع لللىَ اْلن لب ذ ي‬
‫حلر ج‬
‫ل‬
‫ل وُل ل‬

‫ن قلب و س‬
(38) ْ‫دوُررا‬
‫م و‬
‫ذ‬
‫ق س‬
‫كاَ ل‬
‫مسر اْلل لهذ قلد لرراْ ل‬
‫نأ و‬
‫م و‬
Artinya: Tiada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang
telah ditetapkan oleh Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang
demikian) sebagai sunnah –nya pada nabi-nabi yang telah berlalu
dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti
berlaku. (Qs. Al-Ahzab : 38).
2.
a.

Macam-Macam Qadar (takdir)
Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir Allah yang tidak bisa berubah,

takdir ini semata-mata ketentuan Allah yang tidak disandarkan

1

kepada ikthiar manusia. Contohnya seperti kematian hal ini
termasuk ketentuan Allah yang mana tidak dapat dirubah melalui
ikhtiar manusia. Seperti firman Allah dalam Qs. An-nisa:78.

‫ل‬
‫ماَ ت ل س‬
‫م ل‬
‫ة‬
‫سن ل ة‬
‫ن تس ذ‬
‫م ل‬
‫شيِ لد لةج وُلإ ذ و‬
‫ح ل‬
‫صب وهس و‬
‫ج س‬
‫ت وُلل لوو ك سن وت س و‬

‫موو س‬
‫م اْل و ل‬
‫كوسنواْ يِ سد ورذك سك س س‬
‫أيِ ون ل ل‬
‫م ذفيِ ب سسروُ ج‬
‫عن ود ذ ل‬
‫ل كس ل‬
‫ك قس و‬
‫ل‬
‫ة يِ ل س‬
‫يِ ل س‬
‫ن ذ‬
‫سيِ يئ ل ة‬
‫ن ذ‬
‫قوسلواْ هلذ ذهذ ذ‬
‫ن تس ذ‬
‫قوسلواْ هلذ ذهذ ذ‬
‫عن ود ذ اْلل لهذ وُلإ ذ و‬
‫م ل‬
‫صب وهس و‬

‫م و‬
‫م و‬
‫قووم ذ لل يِ ل ل‬
(78) َ‫ديِرثا‬
‫ف ل‬
‫ن يِ ل و‬
‫ل هلؤ سللذء اْل و ل‬
‫ن ذ‬
‫ح ذ‬
‫ذ‬
‫ن ل‬
‫قسهو ل‬
‫دوُ ل‬
‫كاَ س‬
‫عن ود ذ اْلل لهذ فل ل‬
‫ماَ ذ‬
‫م و‬
Artinya: “Dimana saja kamu berada,kematian akan mendapatkan
kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,
dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “ini

adalah dari sisi Allah”. Dan jika mereka ditimpa suatu bencana
mereka mengatakan: ini (datangnya)dari sisi kamu (Muhammad).
Katakanlah: semua (datang) dari sisi Allah. Maka mengapa orangorang itu(munafiq) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun.
(An-nisa:78).
b.

Takdir mu’allaq
Takdir Mu’allaq adalah takdir yang bisa berubah. Takdir ini
merupakan ketentuan Allah yang disandarkan atas ikhtiar manusia.
Manusia berikhtiar untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan,
sehingga usahanya dilakukan dengan maksimal, baik secara lahir
(usaha) atau secara batin (do’a). Contohnya seperti kekayaan dan
kepandaian,kedua contoh tersebut bisa disandarkan atas usaha
manusia (dengan cara berdo’a disertai usaha dan hasilnya di
tawakal kan kepada Allah). Hal ini senada dengan firman Allah,
‫م‬
‫ماَ ب ذأ لن و س‬
‫ماَ ب ذ ل‬
‫ف ذ‬

‫قووم ج ل‬
‫إذ ل‬
‫سهذ و‬
‫حلتىَ يِ سغليِ يسروُاْ ل‬
‫ه لل يِ سغليِ يسر ل‬
‫ن اْلل ل ل‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka
sendiri. . . (Qs. Ar-ra’du:11)
3.

Iman kepada Qadar Allah

2

Iman kepada qadar adalah membenarkan dengan keyakinan
yang kuat bahwa semua yang terjadi meliputi perkara yang baik
maupun buruk serta segala sesuatu merupakan qadha dan
qadarnya
Allah.[5] Firman Allah dalam Qs. Al-Qamar: 49.

‫إ ذلناَ ك س ل‬
‫ل ل‬
(49) ‫قد لرج‬
‫قلناَه س ب ذ ل‬
‫خل ل و‬
‫يِجء ل‬
‫ش و‬
Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu
menurut
ukuran”. (Qs.Al-Qamar:49)

Iman kepada Qadar mencakup empat perkara:
1. Beriman bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu, baik
secara global maupun terperinci, baik berkenaan dengan
perbuatanya, seperti mencipta, mengatur, menghidupkan atau
mematikan. Semua itu telah diketahui oleh Allah, seperti dalam
firman-Nya.

‫مث ول لهن يِ لت لن للز س ل‬
‫ول‬

ْ‫موا‬
‫ذيِ ل‬
‫ت وُل ذ‬
‫واْ ج‬
‫ه اْل ل ذ‬
‫سب وعل ل‬
‫خل لقل ل‬
‫ن ل ذت لعول ل س‬
‫ل اْول و‬
‫س ل‬
‫اْلل ل س‬
‫مسر ب ليِ ون لهس ل‬
‫ض ذ س ل‬
‫م ل‬
‫م ل‬
‫ن اْلور ذ‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫حاَ ل‬

‫ط ب ذك س ي‬
‫ه ع لللىَ ك س ي‬
‫ل ل‬
‫ل ل‬
(12) َ‫ما‬
‫يِجء ذ‬
‫يِجء قل ذ‬
‫ه قلد و أ ل‬
‫ديِةر وُلأ ل‬
‫أ ل‬
‫عل و ر‬
‫ن اْلل ل ل‬
‫ن اْلل ل ل‬
‫ش و‬
‫ش و‬

Artinya: Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah
benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs. Ath-Thalaq: 12)

2. Beriman bahwa Allah menuliskan dalam Lauh Mahfuuzh, takdir
segala sesuatu dari para makhluq, kondisi, dan rezekinya. Sehingga
tidak berubah dan tidak pula diganti, tidak bertambah dan tidak
pula berkurang kecuali dengan perintahnya.
‫أ لل لم تعل ل ل‬
‫ول‬
‫ن ذ لل ذ ل‬
‫ن ذ لل ذ ل‬
‫سيِةر‬
‫ك ع لللىَ اْلل لهذ يِ ل ذ‬
‫ب إذ ل‬
‫ض إذ ل‬
‫مأ ل‬
‫ماَ ذفيِ اْل ل‬
‫س ل‬
‫م ل‬
‫ه يِ لعول ل س‬
‫ن اْلل ل ل‬
‫و لو و‬
‫ك ذفيِ ك ذلتاَ ج‬
‫ماَذء لوُاْلور ذ‬
(70)
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan yang ada dibumi?
Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (lauh
Mahfuuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi

3

Allah”. (Qs Al-Hajj: 70).
3. Beriman bahwa semua yang ada tidak terjadi kecuali atas
kehendak dan keinginan Allah, serta segala sesuatu terjadi karena
keinginan Allah.
‫ل‬
‫شاَلء منك س ل‬
‫ن يِ ل ل‬
‫ماَ ت ل ل‬
‫ن ل‬
(29) ‫ن‬
‫ب اْل ولعاَل ل ذ‬
‫ست ل ذ‬
‫ه لر ب‬
‫ن إ ذلل أ و‬
‫شاَسءوُ ل‬
‫مأ و‬
‫ن يِ ل و‬
‫شاَلء اْلل ل س‬
‫( وُل ل‬28) ‫م‬
‫قيِ ل‬
‫ذ و و‬
‫لذ ل‬
‫ميِ ل‬
‫م و‬
“Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus,
dan kamu tidak dapat menghendaki(menempuh jalan itu), kecuali
apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam, (Qs. At-Takwir: 2829).
4. Beriman bahwa Allah pencipta segala sesuatu, tiada pencipta
yang lain kecuali Dia.
‫كيِ ة‬
‫يِجء وُلهسول ع لللىَ ك س ي‬
‫خاَل ذقس ك س ي‬
‫ل ل‬
‫ل ل‬
(62) ‫ل‬
‫ه ل‬
‫يِجء وُل ذ‬
‫اْلل ل س‬
‫ش و‬
‫ش و‬
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala
sesuatu” (Qs. Az-Zumar:62).
4. Hikmah Beriman Terhadap Takdir Allah
1. Syukur atas nikmat-Nya dan sabar ketika mendapat musibah.
Seperti dalam firman Allah dalm Qs. Al-Nahl: 53 dan Qs. AlMa’arij:19-23.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah
datangnya, dan apabila kamu ditimpa oleh kemudharatan hanya
kepada nyalah kamu meminta pertolongan”. (Qs. An_Nahl: 53).
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah dan apabila
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”.
(Qs. Al-Ma’arij 19-23)
2. Selalu berhati-hati
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
terduga), tiada orang yang merasa aman dari azab Allah, kecuali
orang yang merugi. (Qs. Al-A’raf: 99)
3. Menghadapi sesuatu dengan hati yang tenang .[6]
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada irimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh

4

mahfuuz) sebelum kamu menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap
apa yang diberikannya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri .(Qs. Al-Hadiid: 2223)
KESIMPULAN
Dari paparan diatas disimpulkan bahwa Qadar merupakan
ketentuan Allah yang berlaku terhadap kondisi makhluqnya. Tak ada
satu pun orang yang dapat menggugat segala keputusan dan
ketentuan Allah, karena itu semua telah terangkum dalam sebuah
kitab yaitu lauh mahfuuz. Hakikatnya semua perbuatan yang
dilakukan manusia hanya merupakan majaz, karena sebenarnya
yang melakukan semua itu adalah Allah. Manusia hanyalah sebagai
wayang sedangkan dalangnya adalah Allah .[7]
Manusia hanya bisa berikhtiar dan bertawakal kepada Allah
dengan apa yang telah ditetapkannya. Allah tidak akan membebani
seorang hambanya melainkan sesuai dengan kesanggupannya,
karena Allah akan membalas dari apa yang telah diusahakan
manusia.

DAFTAR PUSTAKA
El-Saha, M Isoma dan saifu Hadi, Sketsa al-Qur’an .t. tp:Lista
Fariska Putra,2005.
Muhammad Yusuf, Ahmad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan
Hadits. Jakarta: Widya Cahaya, 2009.
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam
Al-Kamil. Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2007.
Nizhan, Abu. Al-Qur’an Tematis. Bandung: Mizan Pustaka,2011.
Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran sejarah analisa
perbandingan. Jakarta: Universitas Indonesia,1986.

5

[1]Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi
Islam Al-Kamil, (Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2007),278.
[2]Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran sejarah analisa
perbandingan, (Jakarta: Universitas Indonesia,1986),33.
[3]Ibid,.
[4]Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan
Hadits,(Jakarta: Widya Cahaya, 2009),336.
[5]Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, op, cit, 278
[6]Abu Nizhan, Al-Qur’an Tematis, (Bandung: Mizan
Pustaka,2011),242.
[7]M. Ishoma El-Saha dan saifu Hadi, Sketsa al-Qur’an (t. Tp:Lista
Fariska Putra,2005),589.

6