BAB 10 IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR - 10 Iman Kepada Qada Qadar

BAB 10 IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

10. Meningkatkan keimanan kepada

  10.1. Menyebutkan ciri-ciri beriman kepada qadha dan qadhar Qadha dan Qadhar

  10.2. Menjelaskan hubungan antara qadha dan qadhar

  10.3. Menyebutkan contoh-contoh qadha dan qadhar dalam kehidupan sehari-hari 10.4. Menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan qadha dan qadhar.

  Bila kamu mengamati orang-orang dan teman-teman di sekelilingmu, maka akan terlihat bahwa Allah SWT telah menciptakan setiap manusia dalam keadaan yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan, ada yang tampan dan ada yang kurang tampan, ada yang cantik dan ada pula yang kurang cantik. Ada yang berambut pirang, berambut hitam, ada yang berambut lurus, dan ada pula yang keriting. Ada yang berkulit putih, sawo matang, dan ada yang berkulit hitam. Ada sangat cerdas dan ada pula orang yang idiot. Seseorang tidak pernah meminta dilahirkan untuk menjadi bangsa Indonesia, bangsa Malaysia, Cina, Arab, Amerika, atau bangsa manapun. Semua itu merupakan ketetapan penciptaan Allah SWT yang sering kita sebut dengan takdir.

  Bagaimana manusia menyikapi takdir Allah SWT tersebut ? Untuk lebih memahaminya simaklah pembahasan mengenai iman kepada Qadha dan Qadar berikut ini !

A. Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan hidup yang dialaminya.

  Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan terkadang negatif, seperti :

  • ada yang memuaskan ada yang tidak,
  • ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan, • ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.

  Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa yang dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif. Contoh :

  • Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan kesabaran dan ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang dinilai Allah SWt dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula pahalanya terus mengalir.
  • Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa bahwa semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang lain dengan menafkahkan sebagian keuntungannya tersebut.
  • Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak berguna lagi.

  Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan berbagai macam perbuatan yang merusak, seperti melamun, merokok, mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.

  • Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah malah menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya itu semata-mata merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas menggunakan sesuka hatinya.

  Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman kepada qadha dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan? Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan keimananmu kepada qadha dan qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan

  1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan

  Iman kepada qadha dan qadar dapat menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk menerima kenyataan hidup. Karena yang terjadi adalah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya bencana atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT.

  Firman Allah SWT :

  

ﻻ ﹶ ﻭ ﹰ ﺔ ﻤ  ﺣ ﺭ ﻢﹸﻜﹺﺑ  ﺩﺍ  ﺭ  ﺃ ﹶ ﻭﹶ  ﺃ ﺍ ًﺀ ﻮ ﺳ  ﻢﹸﻜﹺﺑ ﺩﺍ  ﺭ  ﺃ ﹶ ﹾ ﻥﹺﺇ ﷲﺍ ِ ﻦﻣ  ﻢﹸﻜ  ﻤﺼ ﻌ ﻳ  ﻱﺬﱠﻟ ﺍ ﺍ ﺫ ﹶ ﻦ  ﻣ ﻞﹸﻗ ﹾ

( : ) ۱٧ ﺏ ﺍ ﺰ ﺣﻻﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ

  ﺍ ﲑْﺼ ﻧ ﹶ ﻻ ﻭ ﺎﻴ ﻟ ﻭ ِ  ﷲﺍ ﻥ ﻭ ﺩ  ﻦﻣ  ﻢ ﻬﹶ ﻟ ﹶ ﻥ ﻭ ﺪﹺﺠ ﻳ

  Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah

  menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)

  2. Senantiasa bersikap sabar

  Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa dalam keadaan yang stabil jiwanya.

  ( : ) ۲ ﺕﻮﺒ ﻜﻨ ﻌ ﻟ ﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ ﻥ ﹶ ﻮ ﻨ  ﺘ ﹾ ﻔ ﻳ  ﹶ ﻻ  ﻢ ﻫ ﻭ ﺎﻨ  ﻣ ﺍ ﺁ  ﻮﹸﻟ ﻮﹸﻘ   ﻳ ﹾ ﻥﹶ ﺃ ﺁ  ﻮﹸﻛ ﺮ ﺘ   ﻳ ﻥﹶ ﹾ ﺃ ﺱﺎﻨ  ﻟ ﺍ  ﺐِ ﺴ ﺣﹶ ﺍ Artinya : “Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji lagi ?”.

  (QS. al-Ankabut : 2) Wujud ujian dan cobaan bisa berupa tiadanya biaya pendidikan, fisik yang lemah, penyakit, orang tua meninggal, dilanda bencana alam, dan sebagainya. Perhatikan firman Allah berikut :

  ﹺﺮ ّﺸ ﺑ ﻭ ﺕﺍ  ﺮ  ﻤﱠﺜ  ﻟ ﺍ ﻭ ﹺﺲﹸﻔ  ﻧ  َﻷﹾ ﺍ  ﻭ ﹺﻝﺍ ﻮ  ﻣ َﻷﹾ ﺍ  ﻦﻣ ﹴ ﺺ ﹾ ﻘ ﻧ  ﻭ ﹺﻉ  ﻮ ﺠﹾ ﻟ ﺍ  ﻭ ﻑ ﻮ ﺨﹾ ﻟ ﺍ  ﻦﻣ ٍ ﺀ  ﻲ ﺸﹺﺑ  ﻢﹸﻜﻧ  ﻮﹸﻠ ﺒ   ﻨ ﹶ ﻟ ﻭ  ( : ) ۱٥٥ ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ

  ﻦ  ﻳ ﹺﺮ ﹺﺑ ﺎﺼﻟ ﺍ

  Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,

  kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah : 155)

  Renungkan ayat 155 surat al-Baqarah, yaitu supaya memberi berita gembira kepada orang- orang yang sabar. Memang dalam menghadapi cobaan diperlukan sikap sabar. Tanpa sikap sabar akan sulit manusia mencapai sukses.

  3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah

  Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah : . . .

  

ﱠﻥﹶ ﺃ  ﻭ ﻰﹶ ﻓ ﻭَﻷﹾ  ﺍ َﺀ ﺁ ﺰ   ﺠﹾ ﻟ ﺍ ﻩ  ﺍ  ﺰ  ﺠ ﻳ ﻢﹸﺛ ﻯ ﺮ ﻳ  ﻑ  ﻮ ﺳ ﻪ ﻴ  ﻌ   ﺳ ﱠﻥﹶ ﺃ  ﻭ ﻰﻌ ﺳ ﺎ  ﻣ ﱠﻻﹺﺇ ﻥﺎ ﺴ ﻧ ِ ﻺﻟ ﺲ  ﻴ ﹶ ﻟ ﻥﹶ ﹾ ﺃ  ﻭ

( : ) ٤۲ ٣٩ ﻢﺠﻨ ﻟ ﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ

  ﻰﻬ ﺘ ﻨ   ﻤﹾ ﻟ ﺍ  ﻚّﹺﺑ  ﺭ ﻰﹶ ﻟ ﹺﺇ

Artinya : “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

  diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42) 4.

   Selalu bersikap optimis, tidak pesimis

  Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah putus asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan berputus asa.

  Firman Allah SWT :

  ) ﺓ ﺭ ﻮﺳ ...

ﻥﻭ ﹶ ﺮ ﻓ ﺎﹶ ﻜﹾ ﻟ ﺍ ﻡ   ﻮﹶ ﻘ ﹾ ﻟ ﺍ ﱠﻻﹺﺇ ﷲﺍ ِ ﹺﺡ ﻭ ﺭ ﻦﻣ  ﺲﹶ  ﺌ ﻴ ﻳ  ﹶ ﻻ  ﻪ ﻧ ﹺﺇ ﷲﺍ ِ ﹺﺡ ﻭ ﺭ ﻦﻣ  ﺍ ﻮ ﺴﹶ ﺌ ﻴ ﺗ  ﹶ ﻻ ﻭ

  ( ٨٧ : ﻒﺳﻮﻳ

  Artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa

  dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87) 5.

   Senantiasa menerapkan sikap tawakal

  Tawakal (berserah diri0 kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini bahwa segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut keyakinannya Allah tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak mungkin Allah menghendaki hamba-Nya kepada keburukan.

  Firman Allah SWT :

  

ﻁ  ﺍ ﺮ  ﺻ ﻰﹶ ﻠ ﻋ ﻲّﹺﺑ   ﺭ ﱠﻥﹺﺇ ﺎ ﻬﺘ ﻴ  ﺻﺎ ﻨ ﹺﺑ ﹲ ﺬﺧﺍ ﻮ  ﻫ ﱠﻻﹺﺇ ﺔ  ﺑ ﺍ  ﺩ  ﻦﻣ ﺎ ﻣ  ﻢﹸﻜّﹺﺑ ﺭ  ﻭ ﻲّﹺﺑ  ﺭ  ِ ﷲﺍ ﻰﹶ ﻠ ﻋ   ﺖ ﹾ ﻠ ﱠﻛ ﻮ ﺗ ﻲّﹺﻧ ﹺﺇ

( : ) ٥٦ ﺩﻮﻫ ﺓ ﺭ ﻮﺳ

  ﹴ ﻢﻴ ﻘ ﺘ  ﺴ  ﻣ

  Artinya : “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu

  binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).

B. Hubungan Qadha dan Qadar

  Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Qadha adalah ketentuan akan kepastian yang datangnya dari Allah SWT terhadap segala sesuatu sejak zaman azali, yaitu sejak zaman sebelum sesuatu itu terjadi. Segala sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT terlebih dahulu karena Dialah yang merencanakan serta yang menentukannya. Seluruh makhluk, baik malaikat, syetan, jin, maupun manusia tidak akan mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.

  Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini merupakan salah satu bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia memang diberi kemampuan untuk berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah SWT dan kekuasaan-Nya adalah di atas segala-galanya.

  Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur tangan siapapun dan dari manapun. Oleh karena itu manusia harus mau menerima kenyataan. Kemampuan manusia terbatas pada ikhtiar untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau gagal, ini merupakan kekuasaan Allah SWT semata.

  :

ﹺﻢﺣﺮ ﻟ ﺎﹺﺑ ﻞﱠﻛ ﹶ ﻭ  ﺪﹶ ﻗ ﱠﻞ ﺟ ﻭ ﺰ ﻋ َﷲﺍ  ﱠﻥﹺﺇ ﻝﺎ ﹶ ﻗ ﹶ  ﻪ ﻧ ﹶ ﺃ  ﻪ  ﻨ ﻋ ُ  ﷲﺍ  ﻲﺿ ﺭ  ﻚﻟ ﺎ ﻣ ﹺﻦ ﺑ ﹺﺲ ﻧ ﺃ ﹶ  ﻦ ﻋ

ﻲﻀﹾ  ﻘ ﻳ  ﻥﹶ ﹾ ﺃ ُ ﷲﺍ ﺩﺍ  ﺭ  ﺃ ﹶ ﺍ ﺫ ﹶ ﹺﺈﹶ ﻓ ﺔ ﹲ ﻐ  ﻀ  ﻣ ّﹺﺏ ﺭ ﻱﹶ  ﺃ ﺔ ﹲ ﻘ ﹶ ﻠ ﹶ  ﻋ ّﹺﺏ ﺭ ﻱﹶ  ﺃ ﺔ ﹲ ﻔ ﹶ ﹾ ﻄ ﻧ ّﹺﺏ ﺭ ﻱﹶ  ﺃ ﹸﻝﻮﹸﻘ  ﻴ ﻓ ﹶ ﺎﹰ ﻜﹶ ﻠ ﻣ 

ﹸﻞ ﺟَﻷﹾ ﺍ ﺎ ﻤﹶ ﻓ ﻕ  ﺯ ﺮ ﻟ ﺍ ﺎ ﻤﹶ  ﻓ ﺪﻴ  ﻌ ﺳ   ﻭﹶ ﺃ ﻲﻘ ﺷ ﻰﹶ  ﺜ  ﻧ ﹸﺃ ﻭﹶ  ﺃ ﺮ  ﻛﹶ ﹶ ﺫ ّﹺﺏ ﺭ  ﻱﹶ ﺃ ﻚﹶ  ﻠ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ ﹶ ﻝﺎﹶ ﻗ ﻝﺎﹶ ﹶ ﻗ ﺎﹰ ﻘ ﻠ ﹾ  ﺧ

  ( ) ﻢﻠ ﺴﻣ ﻭ ﻱﺭ ﺎﺨﺒ ﻟ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭﺭ ﻪ ّﻣ ﹸﺃ ﹺﻦﹾ ﻄ ﺑ ﻲﻓ  ﻚﻟ ﺬﹶ ﹶ ﻛ  ﺐ ﺘ ﹾ ﻜ ﻴ ﹶ ﻓ

  Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda s.a.w bersabda: Allah SWT mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.

  Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah. Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging. Apabila Allah SwT membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-galanya dicatat ketika

  (HR Bukhari dan Muslim) masih di dalam kandungan ibunya”.

  Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap makhluk sesuai

  dengan ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT sejak zaman azali. Oleh karena itulah, baik buruknya telah direncanakan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :

  ( : ) ٨ ﺪﻋﺮ ﻟ ﺍ ﹴ ﺭ ﺍ ﺪﹾ  ﻘ ﻤﹺﺑ ﻩ  ﺪ  ﻨ ﻋ ٍ ﺀ  ﻲ ﺷ ﱡﻞﹸﻛ ﻭ

  Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS Ar Ro’du: 8)

  Dari pengertian hadis dan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa qadha dan qadar atas diri manusia telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum manusia ada atau dilahirkan ke dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah qadha dan qadar biasa disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman kepada qadha dan qadar dapat dikatakan pula dengan beriman kepada takdir.

  Takdir baru dapat diketahui oleh manusia dengan kenyataan atau peristiwa yang yang telah terjadi, contoh :

  1. Terjadinya musibah bencana tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember tahun 2004 yang merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum kejadian tersebut tak ada seorangpun yang mengetahuinya.

  2. Dalam suatu kejadian kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang ternyata ada seorang bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi adalah makhluk yang sangat lemah dan tidak mampu mencari perlindungan, tetapi malah dia yang selamat. Sementara penumpang lain yang sudah dewasa dan dapat berusaha menyelamatkan diri malah meninggal dunia.

  3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang sekampung memperkirakan anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin seperti orang tuanya. Namun, setelah anak tersebut dewasa ternyata menjadi orang yang pandai berdagang, sehingga dia menjadi orang yang kaya.

  Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bagian kecil ari peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali peristiwa yang bisa kita pahami sebagai perwujudan dari qadha dan qadar dari Allah SWT. Namun dari berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa qadha dan qadar Allah SWT akan tetap berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, orang beriman harus meyakini dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar.

  Firman Allah SWT :

  ( : ) ٣٨ ﺲﻳ ﺓ ﺭ ﻮﺳ Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (takdir) Yang

  Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin : 38)

  Dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah juga berfirman :

  ﱠﻥﹺﺇ ﺎ ﻫﹶ ﺃ ﺮ  ﺒ  ﻧ  ﹾ ﻥﹶ ﺃ ﹺﻞ ﺒ ﻗ ﹶ ﻦﻣ  ﺏ ﺎ ﹴ ﺘ ﻛ ﻲﻓ ًﱠﻻﹺﺇ ﻢﹸﻜِ  ﺴﹸﻔ  ﻧ ﺃ ﹶ ﻲﻓ ﻻ ﹶ ﻭ ﹺﺽ ﺭ َﻷﹾ ﺍ ﻲﻓ ﺔ  ﺒ  ﻴ ﺼ ﻣ ﻦﻣ  ﺏ ﺎ  ﺻﹶ ﺃ ﺎ ﻣ ( : ) ۲۲ ﺪﻳ ﺪﳊﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ

  ﺮ   ﻴ ِ ﺴ ﻳ ِ ﷲﺍ ﻰ ﻠ ﹶ  ﻋ  ﻚﻟ ﹶ ﺫ

  Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,

  melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)

C. Contoh dan Macam-macam Takdir

  Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya.

  Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq : 1. Takdir Mubram

  Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.

  Contoh takdir mubram antara lain : D Waktu ajal seseorang tiba

  Usia seseorang

  D D Jenis kelamin seseorang D Warna darah yang merah D Bumi mengelilingi matahari D Bulan mengelilingi bumi

  Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh.

  Allah SWT. berfirman :

  ( ٧٨ : ﺀ ﺎﺴﻨ ﻟ ﺍ ﺓ ﺭ ﻮﺳ )  ﺓ ﺪﻴ   ﺸ ﻣ ﺝ ﹴ ﻭ ﺮ  ﺑ ﻲﻓ  ﻢ ﺘ ﻨ  ﹸﻛ  ﻮﹶ ﻟ ﻭ   ﺕ ﻮ ﻤﹾ ﻟ ﺍ  ﻢﹸﻜﹸﻛﹺﺭ ﺪ  ﻳ ﺍ  ﻮ ﻧ ﻮﹸﻜ  ﺗ ﺎ ﻤ ﻨ  ﻳ ﹶ ﺃ

  Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam

  benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78) 2.

   Takdir Mu’allaq

  Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir muallaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya aakhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT.

  Allah SWT. berfirman : ( : ) ...

  ۱۱ ﺪﻋﺮﻟا ةرﻮﺳ ...  ﻢﹺﻬِ ﺴﹸﻔ  ﻧ ﹶ ﺄ ﹺﺑ ﺎ ﻣ ﺍ  ﻭ ﺮ ّﹺﻴ  ﻐ  ﻳ ﻰﺘ ﺣ ﹴ  ﻡ  ﻮﹶ ﻘ ﹺﺑ ﺎ ﻣ  ﺮ ّﹺﻴ ﻐ   ﻳ ﻻ َﷲﺍ ﹶ ﱠﻥﹺﺇ

  “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah

  Artinya :

  keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11) Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.

  Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.

  Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita cita- citakan.