1
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Modernisasi memberikan andil pada pergeseran pola makan masyarakat dari makanan tradisional berserat tinggi ke makanan gaya barat dengan lemak tinggi dan
rendah serat. Konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak jenuh asal hewani yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner
PJK, pembunuh nomor satu di dunia, sebagai akibat penimbunan kolesterol pada pembuluh darah. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2002 diperkirakan PJK
menyebabkan 7 juta kematian di seluruh dunia dan pada tahun 2020 diperkirakan akan naik menjadi 11 juta jiwa. Dan di Indonesia diperkirakan 150 orang dalam
10.000 penduduk meninggal akibat PJK Anon, 2008. Pembentukan
asam empedu
merupakan mekanisme
utama untuk
megekskresikan kolesterol dari tubuh. Garam empedu tauro-kolat dan gliko-kokolat merupakan produk antara metabolisme kolesterol. Hidrolisis garam empedu oleh
mikroorganisme saluran pencernaan yang mempunyai enzim
bile salt hidrolase
BSH menghasilkan taurin atau glisin serta asam empedu bebas. Asam empedu bebas ini berisfat tidak larut dan tidak direabsorbsi tubuh sehingga akan
diekskresikan melalui feses Kurdi
et al
., 2000. Semakin banyak asam empedu yang dibuang melalui siklus enterohepatik semakin banyak pula kolesterol darah
digunakan untuk sintesis asam empedu baru Brisson, 1981. Penurunan kolesterol darah dilaporan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
susu terfermentasi oleh
Lactobacillus
Agerbaek
et al.,
1995; Bertolami
et al,
1999; Larsen
et al
, 2000; Schaafsma
et al
., 1998, walaupun secara mekanistik belum diketahui secara pasti bagaiaman
Lactobacillus
berperan dalam proses ini di dalam tubuh De Rose dan Katan, 2000. Dari serangkaian hasil penelitian
in vitro
, diduga bahwa mekanisme penurunan kolesterol oleh
Lactobacillus
dan
Bifidobacterium
meliputi efek fisiologis dari asam lemak rantai pendek
short chain fatty acids
dalam saluran pencernaan Kurdi
et al,
2000; 2003, asimilasi kolesterol oleh
Lactobacillus
dan
Bifidobacterium
Klaver
et al.,
1993; Gilliland
et a.l
, 1985, pengikatan
2
kolesterol pada permukaan sel
Lactobacillus
dan
Bifidobacterium
Lin dan Cheh, 2000 serta dekonjugasi enzimatis garam empedu oleh
Lactobacillus
dan
Bifidobacterium
Tahri
et al.,
1985; Tahri
et al.,
1996. Mengingat bahaya dari kandungan kolesterol yang terlalu tinggi pada darah
sebagai penyebab utama penyempitan pembuluh darah dan PJK sementara di terapi medis yang dilakukan dengan mempergunakan obat-obatan yang sangat mahal, maka
dipandang perlu dilakukan penelitian untuk menggali potensi mikrobial alam Indonesia guna menanggulangi masalah kolesterol dan PJK. Probiotik merupakan
salah satu pilihan yang menjanjikan. Serangkaian penelitian untuk mengembangkan probiotik telah dilakukan
secara
in vitro
dan
in vivo.
Penelitian in vitro dari aspek ketahan pada kondisi saluran pencernaan meliputi ketahan
Lactobacillus
sp F213 pH rendah, enzim pencernaan, dan asam empedu. Dari aspek keamanan meliputi bahwa
Lactobacillus
sp F213 tidak melakukan transformasi asam empedu primer tidak memicu kolon kanker, tidak
menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan, sifat tidak beracun tidak me-lisis sel darah meras serta
Lactobacillus
sp F213 tidak akut pada larva udang. Aspek fungsional meliputi kemampuan
Lactobacillus
sp F213 melekat pada epitel saluran pencernaan mencit untuk mencegah diare dan stimulasi sistem imun serta
Lactobacillus
sp F213 mampu menghidrolsisi garam empedu sebagai potensi dalam menurunkan kolesterol darah. Potensi
in vitro
telah teruji dalam penelitian in vivo seperti kemampuan berkompetisi untuk melekat apda saluaran pencernaan mencit
yang diinfeksi dengan
E coli
O157, sehingga
Lactobacillus
sp F213 berpotensi untuk mencegah diare Sujaya et al. 2010;
Lactobacillus
sp F213 mampu bertahan dalam saluran pencernaan tikus putih Nocianitri et al., 2010 dan menurunkan 35 dari
total kolesterol tikus Nursini et al., 2010. Penelitian pada subjek manusia menujukkan bahwa
Lactobacillus
sp F213 terdeteksi pada sidik DNA mikrobiomik feces, serta dapat menurunkan 6,29 kolesterol dan dapat menurunkan TNF alfa
sebanyak 35,87 dari 9,2 pg menjadi 0,59 pg, sebelum dan setelah pemberian
Lactobacillus
sp F213. Disamping itu pemberian
Lactobacillus
sp F213 dapat
3
meningkatkan kenyamanan buang air besar mencegah konstipasi Sujaya et al., 2012, 2013.
Rumusan Masalah
Setelah melakukan serangkaian penelitian untuk mengembangankan
Lactobacillus
sp F213 sebagai probiotik dengan potensi dapat menurunkan kolesterol, serta
berdasarkan persyaratan WHO bahwa probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dikonsusmsi dan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi
host
, maka probiotik harus mampu bertahan dan berkembang biak pada saluran pencernaan. Oleh karena
itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah
Lactobacillus
sp F213 dapat tumbuh pada saluran pencernaan dan berapakah populasi
Lactobacillus
sp F213 pada feses? Berapa lamakah
Lactobacillus
sp F213 dapat berada pada saluran pencernaan manusia sehat ?
Bagaimankan efek pemberian
Lactobacillus
sp F213 terhadap profile lipid darah subjek yang diberikan
Lactobacillus
sp F213 ?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan probiotik endogen Indonesia dalam pencegahan PJK melalui penurunan dan atau pengendalian kandungan
kolesterol darah.
Tujuan khusus penelitian :
Untuk mengembangkan metode deteksi spesifik yang dapat diperguankan untuk diagnostik
Lactobacillus
sp F213 pada saluran pencernaan ? Untuk mengetahui lama waktu kolonisasi dan populasi
Lactobacillus
sp F213 pada saluran pencernaan feses?
Untuk mengetahui efek fungsional pemberian
Lactobacillus
sp F213 terhadap profile lipid darah.
4
Manfaat khusus:
Manfaat dari penelitian ini adalah, secara teoritis, dapat menjelaskan bagaimana prilaku aktivitas dan pengaruh
Lactobacillus
sp F213 terhadap kesehatan saluran pencernaan serta profile lipid pada darah.
Manfaat aplikasinya adalah dapat menjadi salah satu pilihan dalam terapi biologis dalam penanggulangan masalah kolesterol darah dan berkontribusi
dalam menurunkan kejadian penyakit PJK di Indonesia.
5
BAB II. STUDI PUSTAKA Kasus Penyakit Jantung Koroner