Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter Sepak Bola

(1)

Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter Sepak Bola

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Debry Agriawan NIM: 201210230311176

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016


(2)

HUBUNGAN FANATISME DENGAN PERILAKU AGRESI SUPORTER

SEPAKBOLA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai

Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Debry Agriawan

NIM: 201210230311176

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(3)

i

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Debry Agriawan

NIM : 201210230311176

Jurusan/Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan Bahwa Skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter Sepakbola

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam bentuk naskah ini dan telah disebutkan naskahnya.

2. Hasil tulisan/karya ilmiah skripsi dari penelitian ini saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetauhi, Malang, 27 Januari 2016

Ketua Program Studi Yang menyatakan,


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana berkat limpahan karuniaNya peneliti dapat mneyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi pada suporter sepakbola”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak sekali mendapatkan bimbingan, petunjuk dan juga bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas muhammadiyah Malang.

2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si dan Susanti Prasetyanningrum, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing I dan Dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan yang sangat berguna bagi peneliti sehingga konsep penelitian ini menjadi semakin matang hingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi selaku dosen wali yang sangat membantu dalam proses perkuliahan dari awal hingga selesainya studi.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama peneliti melakukan studi di Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku kepala UPT. Bimbingan dan Konseling yang selalu memberikan semangat, motivasi, kritik membangun, serta memberikan Izin kepada peneliti dalam proses pengambilan data. Serta rekan-rekan karyawan, Parttimer, dan Magang UPT. Bimbingan dan Konseling yang selalu memberikan semangat, mengingatkan dan memberikan keceriaan disaat motivasi sedang menurun. Bahagia bisa berkerjasama dan menjadi keluarga bersama kalian.

6. Dedi Isrofi selaku Koordinator Wilayah Aremania Fly Over Kota Malang, Ade Kurniawan selaku Koordinator Wilayah Bonek Mojopahit yang telah membantu serta memberikan izin kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Serta kepada seluruh rekan-rekan suporter Aremania, Aremanita, Bonekmania, dan Ultras dari seluruh Jawa Timur yang telah berpartisipasi untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

7. Ayah dan Mama yang selalu mendukung memberikan dorongan dalam bentuk materil dan immaterial yang tidak pernah habis untuk mendukung peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga kebaikan yang luar biasa dari kedua orang tua dibalas dengan nyata oleh Allah SWT.

8. Kakak-kakak yang telah mendukung, menyemangati dan mengingatkan ketika peneliti dalam kelalaian. Terima kasih atas semua dukungannya.

9. Teman-teman, sahabat seperjuangan Dhicky Zakaria, Atur Nanda Prambudi, Irfan Zainuri, Muhammad Rizaldi, Wawan, Muhammad Sayfudin, Radius Umar Java, Rizal Pratama, Ferdinan Angga, Aditya Rahmadha Pradana, Rudi Hermanto, Fahmi Haqqi, Maghfirotika argha Tantri, Mitha Ayunigtyas, Ria Indi, Wilda Zulmi, Hanifah Putri, Ridha Dwi, dan Laila Alfinur H yang selalu memberikan motivasi serta selalu


(5)

iii mendengarkan keluh kesah peneliti dan menemani dalam proses penelitian selama ini. Semoga kebaikan dan pertemanan kita tetap dijaga seterusnya.

10. Teman-teman Psikologi C 2012 yang telah menjadi rekan dalam mencapai satu tahap awal dalam dunia pendidikan dan telah memberikan berbagai ilmu yang luar biasa. Kalian luar biasa.

11. Teman-teman Fakultas Psikologi 2012 Universitas Muhammadiyah Malang yang telah menjadi teman baru dengan berbagai macam karakter yang unik yang membuat peneliti menemukan insight yang baik.

12. Kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tentunya belum sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat peneliti harapkan. Meski demikian, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti ilmiah lainnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 27 Januari 2016 Penulis


(6)

iv DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI Fanatisme ... 6

Aspek-aspek dalam Fanatisme ... 7

Agresi ... 7

Faktor Pengarah atau Pencetus Agresi ... 7

Bentuk-bentuk Agresi ... 8

Hipotesa ... 12

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian ... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 13

Prosedur dan Analisis Data Penelitian ... 14

HASIL PENELITIAN Deskripsi Data ... 14

DISKUSI ... 17

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 20

REFERENSI ... 21


(7)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perilaku Agresi Suporter Sepakbola Tahun 2013-2015 ... 3

Tabel 2.Uji Normalitas Data ... 15

Tabel 3.Deskripsi Subjek Penelitian ... 16

Tabel 4.Hasil Uji Analisis ... 16

Tabel 5.Kategorisasi Hasil Subjek ... 17


(8)

vi DAFTAR GAMBAR


(9)

vii DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Skala Try Out Fanatisme dan Agresivitas Suporter Sepak Bola ... 25 LAMPIRAN 2

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala ... 30 LAMPIRAN 3

Skala Fanatisme dan Agresivitas Suporter Sepak Bola ... 39 LAMPIRAN 4

Data Hasil Penelitian... 44 LAMPIRAN 5

Analisis Hasil Penelitian ... 60 (Regresi Linier Sederhana)


(10)

1

HUBUNGAN FANATISME DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SUPORTER SEPAK BOLA

Debry Agriawan Fakutas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Debri800@gmail.com

Perilaku agresif seringkali terjadi pada saat pertandingan sepakbola berlangsung, khususnya terjadi pada suporter sepakbola. Fanatisme yang berlebihan dalam mendukung klub sepakbola adalah alasan mengapa perilaku agresif tersebut muncul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi sejauh mana hubungan fanatisme suporter sepakbola dengan perilaku agresivitas yang dimunculkan oleh suporter sepakbola. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kuantitatif korelasional dengan menggunakan alat ukur

agressivitas scale and fanaticism scale dan menggunakan analisis Regresi linier sederhana. Jumlah subjek yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 120 subjek dengan berstatus sebagai suporter Aremania, Bonek Mania, serta Ultras dan diperoleh melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang terjadi antara fanatisme dengan perilaku agresif pada kelompok suporter sepakbola (r= 0,315 dan p= 0,000) dengan sumbangsih efektif sebesar 9,9%. Hal ini memiki arti bahwa semakin fanatik suporter tersebut maka semakin tinggi tingkat agresivitasnya.

Kata kunci: Fanatisme, Agresivitas, Suporter sepakbola, kelompok suporter Aremania Bonekmania Ultras.

Aggressive behavior oftentimes when football match begin, in particular happen football fans. Excessive fanaticism in supporting the football club is the reason why the aggressive behavior. This research haveknow the connection about the fanaticism fans of football with the aggressive behavior. Method of the research today is quantitative, correlation with the measuring instrument about aggressive scale and fanaticism scale and with analysis Simple Linier Regression. Quantity of subject is about 120 fans of Arema, Persebaya and Ultras with purposive sampling technique. Output the research is positive correlation about the fanaticism with the aggressive behavior in football fans (r= 0,315 dan P= 0,000) with effective contribution 9.9%. So, This means that the more fanatical supporters that the higher the level of aggressiveness.


(11)

2 Olahraga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi tubuh. Salah satu olahraga paling populer di Indonesia adalah Sepakbola. Sepakbola dapat dimainkan oleh berbagai kalangan. Pecinta sepakbola bukan hanya dari pemain yang terlibat diatas lapangan tetapi juga penikmatnya diluar lapangan yang sering kita sebut dengan suporter atau fans. Indonesia adalah salah satu basis suporter terbesar di dunia. Menurut data dari FIFA Indonesia menempati posisi ke-3 dunia dengan basis supporter sepakbola terbesar. Hal ini menyebabkan antusiasme dan fanatisme yang besar dari masyarakat untuk mendukung klub sepakbola dikotanya. Seperti yang dikutip oleh Badan Liga Indonesia (BLI) menyebutkan rata-rata penonton sepakbola pada setiap pertandingan berkisar 10.000 penonton pada tahun 2013 (www.ligaindonesia.co.id).

Besarnya basis suporter di Indonesia menjadi hal yang dilematis karena selain mendatangkan efek positif juga dapat menimbulkan efek negative antara lain adanya perkelahian antar supporter sepakbola, perusakan fasilitas umum, hingga tawuran. Beberapa dampak dari tawuran atau perkelahian supporter adalah adanya korban luka-luka, adanya perusakan fasilitas umum, fasilitas stadion, rumah-rumah penduduk, hingga memakan korban meninggal dunia. Seperti yang dikutip oleh Tribunnews.com sedikitnya 3 orang meninggal dunia dan 20 orang mengalami luka-luka akibat perkelahian antar suporter di jawa timur antara bonek mania dengan aremania pada tahun 2014.

Banyaknya permasalahan antar suporter sepakbola menjadi realita sosial yang hangat diperbincangkan. Salah satu contoh peristiwa terbaru adalah tanggal 11 Januari 2015 yaitu terjadi perkelahian suporter Persik Mania dengan Ultras yang mengkibatkan salah seorang anak mengalami pendarahan bagian kepala pada pertandingan antara Persik Kediri melawan Gresik United pada Final Piala Gubernur Jatim yang dilaksanakan di Stadion Brawijaya Kediri (www.republika.soccer.com). Tidak jarang perkelahian seperti itu menimbulkan korban jiwa karena bentuk agresivitas yang muncul berupa suatu penyerangan kepada suporter lain yang dianggap mengancam keberadaan atau eksistensinya. Selaku sebagai badan tertinggi sepak bola Indonesia, PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) tentunya mempunyai kebijakan-kebijakan tertentu antara lain pemberian hukuman kepada suporter yang melakukan tindakan anarkis, keributan, menyalakan flare ataupun rasisme. Bentuk dari hukuman yang diberikan PSSI antara lain denda kepada klub yang bersangkutan, hukuman suporter dilarang menyaksikan pertandingan hingga pemberlakuan hukuman pidana kepada supporter tetapi pada nyatanya perilaku keributan kembali terulang meskipun PSSI sebagai selaku badan tertinggi sepakbola nasional telah mengeluarkan dan menerapkan hukuman tersebut. Berikut adalah data perilaku agresivitas yang terjadi dalam pertandingan sepakbola yang melibatkan 3 tim besar Jawa Timur antara lain Arema Cronus (Aremania), Persebaya Surabaya (Bonek), dan Gresik United (Ultras) pada periode tahun 2013-2015.


(12)

3 Tabel 1. Perilaku Agresi Suporter Sepakbola Tahun 2013-2015

Nama Tahun Kasus Sumber

Aremania 2013 Suporter Aremania melakukan pemukulan (Malang, Sindo

dan pengeroyokan terhadap suporter .news.com)

Bonek Mania yang terjadi di stadion Gajahyana pada pertandingan Persema

Malang vs Persebaya Surabaya.

2013 Suporter Bonek tewas karena dihajar dan (Sugiyono, Gresik dikeroyok oleh suporter Aremania ketika .co.id)

melintasi jln Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Gresik.

2014 Nyanyian rasis dilakukan oleh Aremania (Observasi partisipatif) kepada suporter Bonek Mania ketika

pertandingan antara Arema U-21 vs Timnas

U-19.

2014 Perkelahian antara pemain Arema dengan (Ahmad Firdaus, Persipura sehingga pemain diganjar kartu metro.news.com) merah.

2014 Suporter membentangkan spanduk yang (Aloysius, kompas bertuliskan “Jacksen Banci” kepada pelatih .bola.com, observasi) Persipura serta melakukan pelemparan botol

ke pemain persipura.

2015 Suporter Aremania melakukan pembakaran (Observasi partisipatif) kaos Bonek dan melakukan nyanyian rasis

pada uji coba Arema vs Persib pada perayaan

ulang tahun Arema.

Bonek 2012 Pelemparan botol air mineral kepada pemain (Bola.kompas.com)

Mania yang dilakukan oleh Bonekmania pada saat

Pertandingan Persebaya Surabaya vs Persija Jakarta.

2014 Aksi sweeping area yang dilakukan oleh (aremania.net, dilansir Bonek Mania kepada kendaraan bernomor Malang post)

polisi N di wilayah kota Surabaya dan warga Lawang, Kab. Malang dihajar hingga meninggal.

2014 Aksi sweeping area yang dilakukan oleh (lensaindonesia.com) Bonek kepada kendaraan bernomor polisi N

di sepanjang tol Waru, Sidoarjo.

2014 Bonek menyalakan flare dan petasan pada (bolaindo.com) pertandingan uji coba antara Persebaya U-21

vs Timnas U-19.

2015 Penyerangan Aremania oleh bonek di Sragen (Bola.tempo.co) Jawa Tengah yang menyebabkan 2 suporter


(13)

4 Ultras 2013 Suporter gresik melakukan pelemparan botol (Hamzah arfah,

minuman kepada pemain Mitra Kukar. goal.com)

2014 Suporter gresik menyalakan flare dan (Tribbunjabar.com) petasan ketika pertandingan melawan

Persib Bandung.

2015 Duel Persi Kediri vs Gresik United berakhir (Mohammad Amin, ricuh, kedua suporter terlibat bentrok yang republika.co.id) menyebabkan sejumlah suporter terluka.

Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya agresivitas yang dilakukan suporter sepakbola. Seperti hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ananda (2010) menjelaskan bahwa adanya hubungan negative antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresivitas yang artinya semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang akan semakin rendah tingat agresivitas yang akan muncul. Dari hasil penelitian ananda tersebut menjelaskan salah satu faktor yang menjadi pemicu terjadinya agresivitas pada kalangan suporter sepakbola, khususnya The Jack Mania adalah tingkat kecerdasan Emosi.

Tindakan yang dilakukan oleh suporter sepakbola tersebut termasuk kedalam perilaku agresi. Menurut Baron (dalam Dayakisni, 2012) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau melecehkan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Empat faktor dari perilaku agresi antara lain sebagai berikut: (1) Tujuan untuk melukai atau mencelakakan; (2) Individu yang menjadi pelaku; (3) Individu yang menjadi korban; (4) Ketidakinginan korban menerima perlakuan si pelaku. Penyebab perilaku agresi menurut Baron (dalam Dayakisni, 2012) antara lain sebagai berikut: (1) Provokasi, provokasi menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan menghasut, pancingan; (2) Deindividuasi, deindividuasi menurut Lorenz (dalam Dayakisni, 2012) merupakan sesuatu hal yang dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan menjadi lebih intens (3) Kekuasaan, Menurut penelitian Stanley Milgram mengungkapkan bahwa kepatuhan individu terhadap otoritas atau penguasa mengarahkan individu tersebut kepada agresi yang lebih intens, karena dalam situasi kepatuhan individu kehilangan tanggung jawab (tidak merasa bertanggung jawab) atas tindakan-tindakannya serta meletakkan tanggung jawab tersebut kepada pimpinan atau penguasa; (4) Drug Effect, menurut penelitian dari Pihl & Ross (dalam Brigham, 1991) mengkonsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi meningkat kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi. Fanatisme menurut Sudirwan (1998) sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok menganut paham secara berlebihan. Hal ini akan memicu terjadinya konflik ketika kelompok yang fanatik mendapat stimulus negative dari lingkungan atau orang lain.

Sementara menurut Coser (dalam Blower, 1983) salah satu penyebab munculnya perilaku agresi adalah adanya konflik. Konflik menurut Coser dibagi menjadi dua yaitu Konflik Realistis dan Konflik Non Realistik. Konflik Realistik artinya konflik yang berasal dari rasa kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan peruntungan para partisipan dan yang ditujukan kepada objek/seseorang yang dianggap mengecewakan. Kedua adalah konflik non realistik yang


(14)

5 artinya konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan paling tidak dari salah satu pihak. Oleh karena itu, ketika muncul konflik reaksi yang dapat ditimbulkan salah satunya adalah perilaku agresivitas. Perilaku tersebut muncul sebagai reaksi ketidaknyamanan serta ketidakpuasan dari pihak-pihak yang merasa terlibat dan dirugikan dengan konflik yang terjadi.

Sesuai dengan teori konflik realistik yang dikemukakan Coser (dalam Blower, 1983) menyatakan bahwa setiap kelompok memiliki kepentingan masing-masing dan tujuan masing-masing. Hal tersebut juga berlaku dalam pertandingan sepakbola, setiap kelompok suporter ingin tim yang didukungnya untuk memenangkan setiap pertandingan, tetapi pada kenyataannya pada setiap pertandingan tim yang didukung tidak selalu memenangkan pertandingan. Pada situasi yang demikian kelompok suporter akan merasa kecewa dengan hasil pertandingan yang tidak sesuai dengan harapan serta tujuan kelompok suporter tersebut. Kekecewaan tersebut akan menimbulkan reaksi perilaku-perilaku agresif yang ditujukan kepada banyak pihak antara lain wasit pemimpin pertandingan, tim lawan yang bertanding, kelompok suporter lawan, hingga perusakan terhadap fasilitas umum.

Bagaimana suporter dapat berperilaku agresif dapat dilihat bagaimana atribusi dari suporter tersebut. Atribusi (Jones dan Davis, 1965, dalam Baron, 2003) adalah proses-proses mengindentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian untuk mengetauhi trait-trait yang menetap. Adanya kesalahan dalam seseorang mengatribusi atau ultimate attribution eror (Baron, 2003) dapat menyebabkan perilaku berlebihan dalam menyanjung kelompoknya sendiri dari pada kelompok lain. Hal tersebut juga terjadi pada kelompok suporter sepakbola yang berlebihan dalam menyanjung kelompoknya atau timnya dibandingkan dengan kelompok lain. Hal yang demikian dapat menyebabkan terjadinya proses fanatisme kepada suporter terhadap klub sepakbola yang didukung. Fanatisme (Sudirwan, 1988) adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau yang lainnya dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga dapat berakibat kepada perusakan yang dilakukan oleh orang yang terlibat dan dapat terjadi kemungkinan seseorang tersebut melakukan tindakan agresi kepada orang lain, objek, baik secara langsung maupun tidak langsung ketika seseorang yang memiliki fanatisme tersebut tidak terpenuhi keinginannya atau harapan-harapannya.

Dinamika yang terjadi merupakan sebuah rangkaian proses psikologis yang dimulai ketika suporter sepakbola yang memiliki fanatisme mendapatkan stimulus lingkungan yang negative. Hal tersebut dapat menimbulkan sebuah reaksi dari kelompok suporter yang bersangkutan. Reaksi tersebut dapat berupa sebuah konflik yang dirasakan setiap individu yang berada didalam kelompok suporter tersebut. Ketika individu yang mengalami konflik tersebut melakukan kesalahan dalam proses atribusi (ultimate attribution eror) menyebabkan munculnya perilaku-perilaku agresif yang bertujuan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya.Dalam konteks keseharian fanatisme diartikan sebagai kesenangan yang berlebihan (tergila-gila atau keranjingan). Oleh karena itu dalam penelitian ini, akan mencari tahu apakah fanatisme juga menjadi salah satu faktor


(15)

6 pemicu atau menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku agresivitas suporter sepakbola. Khususnya di Jawa Timur dengan Sampel Klub yaitu Aremania (Malang), Bonek Mania (Surabaya), dan Ultras (Gresik).

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah fanatisme dalam membela klub sepakbola menjadi faktor yang mempengaruhi supporter berperilaku agresi atau tidak? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetauhi apakah fanatiscm yang dimiliki oleh suporter sepakbola menjadi salah satu penyebab adanya perilaku agresivitas yang muncul dari kelompok supporter Aremania, Bonek mania, Ultras. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetauhi apakah fatasime menjadi salah satu penyebab munculnya agresivitas supporter sepakbola. Selain itu menfaat dari penelitian ini bagi para pembaca adalah mengetauhi suporter mana di Indonesia yang pernah melakukan tindakan agresivitas kepada supporter lain maupun kepada fasilitas umum sehingga dapat bersikap lebih mawas ketika bertemu dengan kelompok supporter yang bersangkutan.

Fanatisme

Fanatisme menurut Sudirwan (1988) adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau yang lainnya dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat destruktif, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius bagi kelompok yang berbeda termasuk ras, suku, dan agama. Fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya, dalam penelitian ini dikaitkan dengan fanatisme terhadap klub sepakbola. Menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam: (1) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau member sesuatu; (2) dalam berfikir dan memutuskan; (3) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu.

Ciri-ciri fanatisme menurut Ismail (2008) sebagaimana dikutip oleh Menik Purwandari Astuti (2011: 31), menyatakan satu perilaku tidak terlepas dari ciri yang menjadikan perilaku tersebut dapat disebut sebagai perilaku fanatik, yaitu: 1) Adanya antusisme atau semangat berlebihan yang tidak berdasarkan pada akal sehat melainkan pada emosi tidak terkendali. Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang fanatik melakukan hal-hal yang tidak proporsional, sehingga akhirnya melakukan hal-hal-hal-hal yang kurang waras. 2) Pendidikan yang berwawasan luas dapat menimbulkan benih-benih sikap soldier, sebaliknya indoktrinasi yang kerdil dapat mengakibatkan benih-benih fanatisme.


(16)

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi fanatisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku fanatisme menurut Wolman (dalam studi psikologi Suroso, Dyan Evita Santi, dan Aditya Pramana tahun 2010) antara lain sebagai berikut: (1) Kebodohan, kebodohan yang membabi buta dengan tanpa pengetahuan yang cukup sudah mengikuti suatu pilihan dan hanya mengandalkan keyakinannya saja; (2) Cinta golongan atau kelompok, lebih mengutamakan sesuatu atau kelompok daripada dirinya; (3) Figur atau sosok yang kharismatik, individu yang fanatik berperilaku fanatik dikarenakan ada sosok yang dikagumi dan dibesar-besarkan atau mempunyai waham kebesaran.

Jenis – jenis fanatisme

Beberapa jenis fanatisme menurut Syafi’I (2008) sebagaimana dikutip oleh Menik Purwandari Astuti (2011: 30), fanatisme terdiri beberapa jenis yaitu fanatisme konsumen agama, ideologi dan politik, kesenangan, olahraga, etnik dan kesatuan. (1) Fanatisme etnik, Fanatisme etnik adalah sebuah keadaan yang dimiliki oleh seseorang yang mengagungkan tentang suku/kebudayaan/kelas sosial tertentu; (2) Fanatisme nasional, Fanatisme nasional adalah sebuah keadaan yang dimiliki oleh seseorang terkait kecenderungan dengan kenegaraan; (3) Fanatisme ideologi; (4) Fanatisme agama, Fanatisme agama adalah sebuah keadaan yang dimiliki oleh seseorang dalam perihal paham religiusitas tertentu atau aliran-aliran agama tertentu; (5) Fanatisme olahraga, Fanatisme olahraga adalah sebuah keadaan yang dimiliki seseroang dalam membanggakan dan mennganderungi jenis olahraga tertentu.

Aspek-aspek Fanatisme

Menurut Goddard (2001) aspek-aspek dalam fanatisme adalah: (1) Besarnya minat pada suatu jenis kegiatan; (2) Sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut; (3) Lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu; (4) Motivasi yang datang dari keluarga.

Agresi

Secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan suatu organism terhadap organism lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata, sementara pada tingkat manusia masalah agresi sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik (Sarason, 1967). Menurut Baron (dalam koswara, 1988, dalam Dayakisni, 2012) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lainnya yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.

Menurut Baron (dalam Dayakisni, 2012) agresi mencakup 4 faktor yaitu; (1) Adanya tujuan untuk melukai atau mencelakakan; (2)Adanya individu yang menjadi pelaku; (3)


(17)

8 Adanya Individu yang menjadi korban; (3) Ketidakinginan korban menerima tingkah laku pelaku.

Faktor Pengarah dan Pencetus Agresi

1. Deindividuasi, menurut Lorenz deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan menjadi lebih intens. Bagi setiap individu yang secara psikologis sehat (well-adjusted), Identitas dirinya maupun identitas individu-individu lain merupakan hambatan personal yang bisa mencegah pengungkapan agresi atau setidaknya bisa membatasi intensitas agresi. Dengan mengindentikkan diri dengan bangsa, kelompok tertentu, ideology, individu-individu yang terlibat merasa cukup aman dan sah untuk menyerang dan menjatuhkan korban sebanyak mungkin dengan segala cara kepada pihak lain yang diberi label “musuh”.

2. Kekuasaan dan Kepatuhan, Peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan itu, yakni kepatuhan (compliance). Bahkan kepatuhan itu sendiri diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecenderungan dan intensitas agresi individu. Dugaan ini telah dibuktikan oleh Stanley Milgram, hasil dari kesperimennya mencatat kepatuhan individu terhadap otoritas atau penguasa mengarahkan individu tersebut kepada agresi yang lebih intens, karena dalam situasi kepatuhan individu kehilangan tanggung jawab (tidak merasa bertanggung jawab) atas tindakan-tindakannya serta meletakkan tanggung jawab tersebut kepada pimpinan atau penguasa.

3. Provokasi, Wolfgang (dalam Dayakisni, 2012) mengemukakan bahwa tiga per-empat dari 600 pembunuhan yang diselidikinya terjadi karena adanya provokasi dari korban. Sedangkan beck (1983) mencatat bahwa sebagian besar pembunuhan dilakukan oleh individu-individu yang mengenal korbannya, dan pembunuhan itu terjadi dengan didahului adanya argument atau perselisihan antara pelaku dan korban. Dalam berbagai kasus, pelaku agresi bahkan menggunakan provokasi yang diciptakannya sendiri sebagai pembenar atau dalih bagi agresi yang dilakukannya.

4. Pengaruh obat-obatan terlarang (Drug Effect), Hasil penelitian dari Pihl & Ross (dalam Brigham, 1991) mengkonsumsi alcohol dalam dosis yang tinggi meningkat kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi. Sementara Lang (dalam Brigham, 1991) menjelaskan bahwa pengaruh alkohol terhadap perilaku agresi tidak semata-mata karena proses farmakologi, karena orang tidak terprovokasi untuk meningkatkan agresi bahkan dalam kondisi mengkonsumsi alkohol dalam dosis tinggi. Namun, ternyata proses ini terjadi pada setiap orang, karena ada perbedaan individual pada harapan orang tentang apakah alkohol akan merangsang perilaku agresif.

Bentuk-bentuk agresi

Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2012) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong, meludai, menendang menggigit, meninju, memarahi dan merampas.


(18)

9 3. Menyerang secara verbal atau simbolis, yang termasu didalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut. 4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

Sementara Buss (1987) mengelompokkan agresi manusia dalam 8 jenis, yaitu:

1. Agresi fisik langsung: tindakan agresi fisin dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung sperti memukul, mendrong, menendang, menembakm dll.

2. Agresi fisik pasif: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara beradapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung seperti aksi mogok, demonstrasi. 3. Agresi fisik aktif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh

individu/kelompok lain dengan cara merusak harta benda korban.

4. Agresi fisik pasif tidak langsung: seperti tidak peduli, acuh, apatis, dan masa bodoh. 5. Agresi verbal aktif langsung: seperti menghina, mencemooh, marah, mengumpat, dll. 6. Agresi verbal pasif langsung: seperti enolak bicara, bungkam.

7. Agresfi verbal aktif tidak langsung: seperti fitnah, mengadu domba.

8. Agresi verbal pasfi tidak langsung: seperti tidak memberikan dukungan, tidak menggunakan hal suara (golput).

Suporter

Hornby (2000) mendefenisikan suporter adalah seseorang yang mendukung sebuah kelompok atau pemikiran. Alwi dkk (2005) mendefinisikan suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan. Alwi (2005) mendefinisikan pendukung adalah orang mendukung, menyokong, dan menunjang. Hornby (2000) mendefinisikan pendukung adalah seseorang yang secara sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep, kegiatan. Sedangkan Pate, Rotella dan Mc. Clenaghan mengatakan suporter adalah orang-orang yang fanatik menjadi “teman baik” apabila penampilan baik dan menjadi “musuh paling jahat” apabila tidak tampil dengan baik.


(19)

10 Hubungan antara fanatisme dengan perilaku agresi:

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Pada gambar diatas dijelaskan bagaimana proses dinamika fanatisme sehingga memunculkan tindakan agresi. Fanatisme menurut Sudirwan (1998) merupakan sebuah keadaan dimana seseorang menganut paham secara berlebihan terhadap sesuatu hal tertentu. Pada pembahasan kali ini dihubungkan dengan bagaimana keadaan suporter sepakbola di Jawa Timur khususnya Suporter Aremania, Ultras, dan Bonek Mania. Suporter sepak bola yang memiliki jiwa fanatisme menururt Goddard (2001) memiliki ciri-ciri antara lain; (1) besarnya minat pada jenis kegiatan tertentu yakni sepakbola; (2) memiliki sikap pribadi maupun kelompok pada hal tersebut yakni yang berhubungan dengan klub yang didukungnya; (3) lamanya menjadi bagian dari kelompok suporter tersebut atau penggemar dari klub tertentu; (4) memiliki motivasi atau dukungan dari keluarga untuk mendukung klub tertentu. Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan oleh

Suporter Sepakbola

Fanatik dalam lingkup sepakbola

1. Memilih menyaksikan

pertandingan klub yang didukung dari pada klub lain.

2. Menyaksikan

pertandingan secara

langsung meskipun diluar kota.

3. Tetap mendukung klub yang disukainya meskipun sedang terpuruk dalam segi prestasi dalam waktu

yang tidak dapat

ditentukan.

4. Mengajak serta keluarga

untuk menyaksikan

pertandingan.

Stimulus Negatif dari lingkungan: 1. Cemoohan 2. Provokasi 3. Ketidakpuasan Muncul Konflik Realistis

Kesalahan Atribusi Utama (Ultimate Attribution Eror)

Agresi

Fisik Objek Verbal Pelanggaran

hak 1. Memukul 2. Menendang 3. Melempar botol 4. Menghajar 5. Melempar batu 6. Mendorong 1. Membakar kaos tim lawan 2. Membakar

sepeda motor 3. Merusak fasilitas stadion 1. Bernyanyi rasis 2. Mengumpat 3. Mencemooh Sweeping area


(20)

11 Goddard (2001) bentuk-bentuk fanatisme yang dilakukan oleh suporter sepakbola antara lain; (1) suporter sepakbola akan lebih memilih menyaksikan pertandingan tim kesayangan dibandingkan dengan tim lain apabila jadwal pelaksanaan pertandingan diwaktu yang sama; (2) Suporter sepakbola akan berangkat menyaksikan pertandingan tim kesayangannya meskipun lokasi pertandingan berada diluar kota; (3) Suporter sepakbola akan setia mendukung tim kesayangannya meskipun tim tersebut suatu saat mengalami prestasi yang kurang baik bahkan terdegradasi dalam jangka waktu yang lama; (4) suporter sepakbola akan mengajak anggota keluarga yang lain datang untuk menyaksikan pertandingan bersama-sama.

Saat suporter memiliki jiwa fanatisme, kemudian mendapatkan stimulus dari luar atau dari lingkungan seperti mendapat ancaman, mendapat cemoohan, ketidakadilan, adanya kecewaan ketika menyaksikan pertandingan sepakbola terkait dengan kepemimpinan wasit dan hasil pertandingan, atau bentuk provokasi yang lainnya. Jiwa fanatisme yang mendapat stimulus dari luar dan tidak dimaknai secara positif dapat memicu terjadinya sebuah konflik realistis yang dialami oleh setiap individu yang menjadi bagian dari kelompok suporter tersebut. Konflik realistik tersebut muncul karena adanya ketidakpuasan atau kekecewaan atas tuntutan-tuntutan dari suporter yang tidak dapat terealisasi. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat berupa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan wasit yang kurang fair dalam memimpin pertandingan, kekecewaan terhadap hasil dari pertandingan yang berlangsung, dan juga ketidakpuasan kepada perangkat pertandingan atau yang biasa disebut dengan panitia penyelenggara (Sinatrya, 2031). Ketika individu tersebut mengalami konflik, secara tidak langsung akan muncul proses atribusi dalam diri suporter tersebut dan ketika proses atribusi tersebut mengalami kesalahan (ultimate attribution eror) akan berpengaruh terhadap bagaimana suporter tersebut berperilaku, perilaku yang muncul ketika terjadi kesalahan atribusi utama berupa tindakan agresivitas.

Besarnya minat terhadap klub tertentu atau kelompok suporter tertentu dapat mempengaruhi bentuk dari perilaku agresi yang muncul. Bentuk dari agresi menurut Medinus & Jonhson (dalam Dayakisni, 2012) antara lain; (1) agresi fisik; (2) agresi verbal; (3) agresi objek; (4) pelanggaran terhadap hak orang lain. Bentuk dari agresi fisik yang dilakukan oleh suporter sepakbola yakni memukul, menendang, menghajar suporter lawan, melempar batu, melempar botol air mineral. Sedangkan untuk agresi verbal yang dilakukan oleh suporter sepakbola antara lain menyanyikan lagu rasis yang dapat memprovokasi lawan, mengumpat kepada wasit maupun pemain lawan, mencemooh. Untuk agresi objek yang pernah dilakukan oleh kelompok suporter antara lain membakar kaos tim lawan, membakar sepada motor, merusak fasilitas stadion. Sedangkan untuk agresi yang berkaitan dengan pelanggaran hak yang dilakukan oleh suporter sepakbola yaitu aksi sweeping area yaitu menghadang kendaraan bermotor dengan nomor polisi tertentu.


(21)

12

Hipotesa

Hipotesa penelitian ini adalah adanya hubungan antara fanatisme dengan agresivitas kelompok suporter sepakbola. Hal ini memiliki arti bahwa semakin fanatic suporter tersebut makan semakin tinggi tingkat agresivitasnya.

Metode Penelitian Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan system non-eksperimental dengan spesifikasi korelasinonal antara variable-variabel yang terkait. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lainnya berdasarkan koefisien korelasi. Variabel yang diteliti pada penelitiana ini adalah perilaku agresi dengan fanatisme. Jadi, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memunculkan hasil keterkaitan diantara keduanya dengan jelas sesuai data-data yang diperoleh.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah supporter sepak bola Aremania Malang, Bonek Mania Surabaya, dan Ultras Gresik.

Dalam proses pengumpulan data dapat dipergunakan skala-skala yang terkait dengan variable yaitu skala agresifitas dan skala fanatisme. Subjek yang akan menjadi sasaran penelitian kali ini adalah individu yang menjadi bagian dari suporter kelompok sepakbola yang telah ditentukan dan masuk kedalam organisasi suporter klub sepakbola terkait secara aktif maupun tidak, dengan klasifikasi subjek sebagai berikut:

1. Aktif menjadi keanggotaan suporter sepakbola (dapat dibuktikan dengan KTA jika ada).

2. Minimal menonton secara langsung/tidak langsung klub yang didukung sebanyak 5 kali pertandingan (kandang/tandang) dalam satu tahun.

Dimana subjek penelitian ini akan diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dimana subjek akan diambil sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya dengan tidak menentukan satu kelompok suporter saja yang menjadi penelitian. Populasi jumlah kelompok supporter tersebut diperkirakan lebih dari 100.000 orang dari berbagai wilayah di Indonesia yang menjadi bagian anggota kelompok supporter tersebut. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 subjek/kelompok suporter. Seperti yang dikemukakan oleh teori pengambilan subjek dari Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digeneralisir. Gay dan Diehl mengungkapkan jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek. Jadi, penelitian ini dapat dilaksanakan dengan minimal penggunaan 30 subjek dengan total kelompok 3 suporter , dengan demikian penelitian ini menggunakan minimal 90 subjek dan pada pelaksanaannya penelitian dengan menggunakan 120 subjek dengan pembagian subjek


(22)

13 tiap masing-masing kelompok suporter sebesar 40 orang. Pada proses mendapaykan data dilaksanakan sekitar 2 minggu dengan menyebar skala kebeberapa kota yaitu Kota Malang, Kota Kediri, Kota/Kab Mojokerto, Kota Surabaya, Kota Batu, dan Kota Gresik. Khusus untuk Kota Malang dan Surabaya proses mendapatkan data pada saat acara kumpul bareng suporter. Proses mendapatkan data secara klasikal berkala yang artinya tidak semua suporter yang hadir langsung dapat memenuhi jumlah kuota yang telah ditentukan oleh peneliti. Proses pengambilan data untuk aremania selain secara individual juga secara klasikal yang diwakili oleh suporter Aremania Korwil Fly Over. Sedangkan untuk Suporter Bonek dilakukan secara klasikal yang diwakili oleh suporter Bonek Korda Mojopahit yang berada di Kota Mojokerto dan yang terakhir untuk suporter Ultras dilakukan secara individual di kota Gresik karena hambatan yang ditemui tidak ada korwil yang jelas untuk kelompok suporter ultras.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yakni variable bebas (X) dan variable terikat (Y). adapun yang menjadi variable bebas (X) adalah Fanatisme dan untuk variable terikat (Y) adalah agresi.

Fanatisme merupakan keadaan dimana suporter sepakbola memiliki perasaan menggandrungi, menyukai, dan mengagungkan sebuah kelompok sepakbola tertentu yang bukan hanya sekedar menyukai tetapi sudah berlebihan dalam menanggapi hal yang disukai tersebut. Indikator suporter sepakbola dapat dikatan fanatik antara lain (1) besarnya minat pada sebuah klub sepakbola tertentu; (2) sikap pribadi maupun kelompok pada klub sepakbola tersebut; (3) lama suporter sepakboa tersebut mendukung klub kesayangannya; (4) memiliki motivasi yang dating dari keluarga.

Agresi dalam sepakbola dapat diartikan sebagai sebuah tindakan suporter yang memiliki tujuan untuk melukai, mencelakakan, bahkan menyerang kelompok suporter lainnya. Bentuk agresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu agresi verbal dan agresi non verbal. Agresi non verbal yang dilakukan oleh suporter sepakbola antara lain seperti memukul suporter lawan, mendorong suporter lawan, merusak fasilitas stadion. Sedangkan untuk agresi verbal yang sering muncul dalam pertandingan sepakbola adalah memaki suporter lawan, memaki wasit, memaki pemain, dan bahkan memaki perangkat pertandingan.

Adapun data penelitian diperoleh dari instrument penelitian menggunakan model pengukuran dengan menggunakan skala bentuk Likert. Skala sikap adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur sikap. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel, kemudian menjadi indikator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar, 2009:83). Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, terdapat item yang sesuai atau item yang mendukung dengan dirinya (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable).


(23)

14 Didalam kuesioner ini terdapat kolom SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Pengukuran dilakukan dengan mengumpulkan skor hasil skala fanatisme dan agresivitas pada suporter Aremania, Bonek Mania, dan Ultras. Skala fanatisme disusun oleh peneliti. Indikator yang digunakan oleh peneliti adalah menurut Goddard (2001) yaitu: (1) besarnya minat pada suatu jenis kegiatan; (2) sikap pribadi maupun kelompok pada kegiatan tersebut; (3) lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu; (4) Motivasi yang datang dari keluarga. Hasil dari Try out fanatisme yang dilakukan pada 49 subjek mendapatan hasil realibiltas sebesar 0,915 dan 30 item valid yang tersebar dari seluruh aspek dengan rentangan indeks validitas 0,307 – 0,722.

Sedangkan untuk skala agresivitas suporter sepakbola disusun oleh peneliti. Konsep teori yang digunakan adalah agresi menurut Baron (dalam Dayakisni, 2012). Indikator yang digunakan adalah bentuk dari agresi menurut Medinus dan Jonhson (dalam Dayakisni, 2012) yaitu: (1) agresi fisik; (2) agresi verbal; (3) agresi objek; (4) pelanggaran terhadap hak milik orang lain. Hasil dari Try Out yang skala Agresivitas yang dilakukan pada 47 subjek mendapatkan hasil Realibilitas sebesar 0,867 dan 15 item valid yang tersebar diseluruh aspek. Pada aspek (1) Agresi secara fisik memiliki interval indeks validitas - 0,394 – 0,581; (2) Agresi secara verbal memiliki interval indeks validitas 0,352 – 0,573; (3) Agresi Objek memiliki indeks validitas 0,600; (4) Pelanggaran terhadap hak orang lain memiliki indeks validitas 0,418.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Secara umum, penelitian yang akan dilakukan ini memiliki tiga prosedur utama sebagai berikut:

Tahap pertama yaitu Persiapan, Tahap persiapan ini dimulai dari peneliti melakukan pendalaman materi dan pembuatan alat ukur beserta melakukan try out nya. Proses dalam membuat Skala Agresivitas antara lain pemilihan teori yang digunakan, penyusan item, kemudian melakukan try out dengan subjek yang telah ditentukan yaitu kepada supporter sepakbola yang pernah melakukan tindakan agresivitas tetapi tidak dibatasi supporter dari kelompok tertentu yang artinya boleh dari kalangan supporter mana saja. Jumlah subjek untuk try out adalah sebanyak 45 orang. Setelah melakukan try out , hasilnya kemudian dianalisis dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas dengan melihat T (table) dan 0,05 untuk melihat reliabilitas.

Kedua yaitu tahap pelaksanaan, Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian dengan kelompok supporter yang telah ditentukan yaitu Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), Ultras (Gresik). Pertama-tama peneliti menentukan Korwil (Koordinator Wilayah) suporter yang akan diambil dari masing-masing supporter sebagai basis penelitian serta melakukan perijinan secara tertulis melakukan penelitian serta pengambilan data untuk keperluan skripsi. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data kepada suporter dengan klasifikasi yang telah ditentukan sebanyak 30 subjek setiap masing-masing


(24)

15 kelompok suporter dengan alat ukur yang telah dipersiapkan yatiu skala Fanatisme dan Skala Agresi.

Tahap ketiga yaitu analisis data, Pada tahap analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana menggunakan aplikasi SPSS for windows ver. 21 dengan metode regresi linier, Alasan digunakannya system aplikasi SPSS ini selain untuk mempermudah dan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, Analisis Regresi merupakan metode analisis data yang juga bertujuan untuk mengetahui seberapa hubungan dari variable pengaruh (variable independen) terhadap variable terpengaruh (variable dependen) atau dengan kata lain melihat seberapa besar hubungan antara variable fanatisme dengan variable agresivitas.

HASIL PENELITIAN

Setelah pengambilan data penelitian ini dilakukan dan sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas data. Tabel yang pertama pada bab hasil penelitian ini merupakan tabel uji kenormalan data dalam penelitian Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter Sepakbola.

Tabel 2. Uji Normalitas Data

X Y

Skewness .276 .642

Std. eror of Skewness .221 .221

Kurtosis .951 - .236

Std. Eror of Kurtosis .438 .438

Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil dari Skweness dan Kurtosis untuk menunjukkan data normal atau tidak dapat digunakan rumus sebagai berikut:

�� �

� . �� � = .

. = 1.249 � �

� . � � = − .

. = - 0.543

Data termasuk kedalam kategori normal ketika hasil dari analisis menunjukkan hasil rentangan nilai – 2 hingga 2. Pada analisis skewness mendapatkan nilai (1.276) dan Kurtosis mendapatkan hasil (– 0.543) atau dengan kata lain nilai skewness dan kurtosis normal yakni berada diantara nilai ±2 (-2 sampai 2).


(25)

16

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian

Karakteristik Jumlah (Prosentase)

Jenis Kelamin Laki-laki 115 (95.83%)

Perempuan 5 (4.17%)

12-16 Tahun (Masa Pubertas) 3 (2.5%)

Usia 17-21 Tahun (Masa Remaja) 77 (64.1%)

22-40 Tahun (Masa Dewasa Awal) 40 (33.33%)

Aremania 40 (33.33%)

Suporter Bonek Mania 40 (33.33%)

Ultras 40 (33.33%)

Berdasarkan Tabel 3 tersebut terlihat bahwa rentangan usia subjek adalah 16-38 Tahun dengan jumlah 120 orang dengan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dari 3 kelompok suporter sepakbola di Jawa Timur yaitu Aremania, Bonekmania, Ultras. Suporter tersebut tersebar dari beberapa daerah di Jawa Timur yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Sidoarjo,Kota Surabaya, Kota Gresik, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Kediri. Jumlah Aremania sebanyak 40 orang (33,33%); Bonekmania sebanyak 40 orang (33,33%); dan Ultras (33,33%).

Peneliti kemudian melakukan analisis hubungan fanatisme dengan perilaku agresi dengan menggunakan analisi regresi linier untuk mencari sejauh mana hubungan serta pengaruh variable fanatisme terhadap variabel perilaku agresi.

Tabel 4. Hasil Uji Analisis Regresi Linier

R Nilai Hitung Sig

R R2 F-Hit. T-Hit.

0.315 0.099 12.986 19.181 0.000

Berdasarkan table 4. menjelaskan besarnya nilai korelasi atau hubungan (R) yaitu sebesar 0.315 selanjutnya dijelaskan prosentase pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat atau penguadratan R (R2) diperoleh nilai sebesar 0.099 yang menunjukkan bahwa pengaruh Fanatisme (X) terhadap Perilaku Agresi (Y) adalah sebesar 9,9%, sedangkan sisanya sebesar 90,1% dapat dipengaruhi oleh variabel yang lain.

Untuk Signifikan mendapatkan hasil 0.000 hal tersebut dapat diartikan bahwa kedua variable memiliki pengaruh yang significant. Data dapat dikatan signifikan ketika berada direntangan 0.000 sampai 0.005. Hal tersebut membuktikan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang significant antara fanatisme dengan perilaku agresi suporter sepakbola.


(26)

17

Tabel 5. Kategorisasi Hasil Subjek

Variabel Kategori Jumlah (Prosentase)

Fanatisme Tinggi 57 (47,5%)

Rendah 63 (52,5%)

Agresi Tinggi 51 (42,5%)

Rendah 69 (57,5%)

Berdasarkan tabel 5. Menunjukkan jumlah subjek yang termasuk kedalam kategori yang tinggi dan rendah. Dikatakan termasuk kedalam kategori tinggi apabila subjek memiliki nilai >50, sedangkan untuk kategori rendah subjek memiliki nilai <50. Subjek dalam kategori fanatik tinggi sebesar 47,5%.Sedangkan untuk Kategori agresi tinggi sebesar 42,5%.

Tabel 6. Prosentase Perilaku Agresi Prosentase Kemunculan jenis-jenis agresi

Agresi Fisik 31,66%

Agresi Verbal 45,50%

Agresi Objek 22,50%

Pelanggaran Hak 25,83%

Berdasarkan table 6. Menunjukkan bahwa Agresi verbal merupakan bentuk perilaku agresi yang paling sering dimunculkan oleh suporter sepakbola. Kemudian yang kedua diikuti dengan Agresi fisik sebesar 31,66%. Pada urutan ketiga, bentuk perilaku agresi yang muncul adalah agresi terkait dengan pelanggaran hak orang lain yaitu sebesar 25,83%. Pada urutan terakhir bentuk perilku agresi yang dimunculkan oleh suporter sepakbola adalah agresi terhadap objek sebesar 22,50%.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang telah dipaparkan dan dianalisis menggunakan analisis SPSS 21 for windows Regresi Linier dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu Fanatisme memiliki hubungan dengan perilaku agresivitas suporter sepakbola khususnya pada suporter Aremania, Bonekmania, dan Ultras. Dapat diartikan bahwa semakin suporter tersebut fanatik maka semakin tinggi tingkat agresivitasnya.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara fanatisme dengan perilaku agresi suporter sepakbola (r=315 dan P=0,000) dengan sumbangsih variabel fanatisme sebesar 9,9% sedangkan sisanya sebesar 90,1% dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme memang memiliki peran sebagai pemicu untuk terjadinya tindakan agresi yang dilakukan oleh suporter. Hal senada terjadi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hapsari Indriana pada tahun 2015 yang mengangkat penelitian tentang hubungan fanatisme dengan perilaku sepakbola yang dilakukan pada suporter The Jack Mania (Persija Jakarta) dan Bobotoh (Persib Bandung) yang mendapatkan hasil bahwa fanatisme


(27)

18 memiliki hubungan dengan perilaku agresi meskipun hubungannya terbilang lemah dengan sumbangsih efektif sebesar 3,7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fanatisme memang memiliki hubungan dengan perilaku agresi suporter sepakbola. Jiwa fanatisme yang dimiliki oleh suporter dapat menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu hal berlebihan yang berhubungan dengan hal-hal yang disukainya. Sebaliknya, ketika seseorang memiliki jiwa fanatisme yang rendah potensi untuk melakukan tindakan agresi juga akan rendah. Tindakan agresi dapat menyebabkan resiko negatif untuk orang lain selain kerusakan juga dapat menyebabkan adanya korban jiwa.

Seperti yang dijelaskan oleh Sudirwan, 1998 fanatisme adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau yang lainnya dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga dapat berakibat kepada perusakan yang dilakukan oleh orang yang terlibat dan dapat terjadi kemungkinan seseorang tersebut melakukan tindakan agresi kepada orang lain, objek, baik secara langsung maupun tidak langsung ketika seseorang yang memiliki fanatisme tersebut tidak terpenuhi keinginannya atau harapan-harapannya. Manifestasi dari suatu keadaan diri seseorang yang menganut sebuah paham seperti dijeaskan diatas adalah sebuah perilaku desdruktif atau dapat dikatan menjadi sebuah perilaku agresi baik ditujukan kepada seseorang maupun objek. Sekalipun tidak secara langsung dapat mempengaruhi agresi tetapi fanatisme memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku agresi. Sesuai seperti pengertian yang dikemukakan oleh Sudirwan diatas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti pendukung bahwa fanatisme dapat mempengaruhi atau menjadi faktor pemicu dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan agresivitas khususnya dalam bidang olahraga sepakbola. Fanatisme tersebut diluar faktor pemicu agresi yang dikemukakan oleh Baron (Dalam Dayakisni,2012) yaitu: (1) Deindividuasi; (2) Kekuasaan dan kepatuhan; (3) Provokasi; (4) Drug effect.

Suporter sendiri memiliki pengertian menurut Alwi (2005) mendefinisikan pendukung adalah orang mendukung, menyokong, dan menunjang. Hornby (2000) mendefinisikan pendukung adalah seseorang yang secara sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep, kegiatan. Pada penelitian ini pendukung yang dimaksud adalah suporter sepakbola yang secara suka rela untuk memberikan segala hal atau ikut ambil bagian dalam proses klub yang didukungnya. Rasa suka rela ini dapat muncul secara berlebihan, rasa suka rela tidak akan muncul ketika seorang pendukung sepakbola tidak memiliki ketertarikan secara berlebihan terhadap klub yang didukugnya.

Ketika suporter sepakbola memiliki jiwa fanatisme yang tinggi menyebabkan seseorang tersebut merasa memiliki ikatan yang kuat dengan klub yang didukungnya. Perasaan inilah yang kemudian dapat menjadi pemicu munculnya tindakan agresivitas kelompok suporter terkait. Kebanggaan menjadi suporter sepakbola tentunya diiringi dengan harapan-harapan atas klub yang telah didukungnya seperti harapan klub yang dimilikinya memenangkan pertandingan. Setiap kelompok suporter memiliki sebuah kebanggan tersendiri yang berkaitan dengan eksistensi kelompok suporter tersebut. Perasaan-perasaan tersebut dapat menjadi pemicu munculnya agresivitas ketika harapan-harapan yang dimiliki oleh kelompok suporter tersebut tidak dapat terpenuhi. Selain harapan tentunya suporter sepakbola memiliki tuntutan terhadap kualitas kinerja wasit dalam memimpin pertandingan. Tuntutan yang lainnya dapat berupa ketidakpuasan


(28)

19 terhadap kepemimpinan wasit yang kurang fair dalam memimpin pertandingan, kekecewaan terhadap hasil dari pertandingan yang berlangsung, dan juga ketidakpuasan kepada perangkat pertandingan atau yang biasa disebut dengan panitia penyelenggara (Sinatrya, 2013). Pada saat tuntutan tersebut tidak terpenuhi secara langsung akan memicu suporter yang memiliki fanatisme yang tinggi untuk melakukan tindakan agresivitas demi melampiaskan kekecewaan karena harapan dan tuntutannya tidakk terpenuhi.

Penelitian ini menunjukkan sebesar 9,9% pengaruh fanatisme terhadap perilaku agresivitas sedangkan sebesar 90,1% perilaku agresi di sebabkan oleh hal-hal atau faktor-faktor yang lain. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramazanoglu dan Coban (2005) yang menyatakan bahwa suporter sepakbola percaya bahwa fanatisme yang mereka miliki adalah suatu kebanggaan yang dapat mengalahkan kehidupan sehari-hari yang dapat menimbulkan sebuah agresivitas. Suporter yang menganalisa masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan tentang bagaimana mereka mempertahankan kebanggaannya. Secara jelas penelitian tersebut menjelaskan kenapa suporter sepakbola tersebut melakukan tindakan agresivitas. Berbagai bentuk agresivitas muncul dari sikap fanatik ini dari skala mikro hingga skala makro. Bentuk-bentuk agresivitas yang ditunjukkan suporter sepakbola tersebut antara lain: (1) Agresi secara verbal; (2) Agresi secara Fisik; (3) Agresi kepada objek atau benda mati; (4) Agresi terkait dengan

sweeping area.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Julius Valjakka (2013) menyatakan bahwa masyarakat memang terfokus pada fanatisme dari sisi negative hal ini dikarenakan masyarakat melihat bukti bahwa banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh sikap fanatisme. Menurut Winston Churchill (dalam Dayakisni, 2012) mengungkapkan bahwa seseorang fanatik tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan sebagai orientasi dan mempengaruhi seseorang dalam: (1) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu; (2) dalam berfikir dan memutuskan; (3) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu. Adanya rasa kebanggaan dan rasa menyukai secara berlebihan ini yang menyebabkan seseorang atau suporter sepakbola menjadi kehilangan rasionalitasnya sehingga pada akhirnya perilaku yang muncul cenderung menjadi perilaku yang desdruktif.

Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa kemungkinan agresi verbal lebih cenderung akan muncul dibandingkan dengan jenis agresi yang lainnya dengan prosentase sebesar 45,50%. Kemudian diikuti dengan jenis agresi fisik menempati urutan kedua untuk kecenderungan dimunculkan oleh suporter sepakbola dengan prosentase sebesar 31,66% dan yang menempati urutan ketiga serta keempat adalah pelanggaran terhadap hak orang lain dan melakukan agresi terhadap objek atau benda mati dengan prosentase sebesar 25,83% dan 22,50%.

Penelitian ini tentunya belum sempurna karena peneliti tidak dapat melihat secara langsung bagaimana perilaku suporter sepakbola yang bertindak agresif terkecuali melalui media sosial. Jauh lebih baik untuk penelitian selanjutnya dilakukan ketika kompetisi sepakbola di Indonesia sedang bergulir karena hal ini akan dapat


(29)

20

memuhdahkan peneliti untuk mendapatkan hasil data yang lebih baik. Selain itu, saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk memperbanyak jumlah sampel yang digunakan karena semakin besar sampel yang digunakan akan semakin representatif untuk hasilnya dan dapat digunakan lebih dari 3 kelompok suporter yang ada dalam penelitian ini. Serta dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menganalisis terlebih dahulu perbedaan bentuk agresi yang dilakukan suporter sepakbola wanita dan laki-laki sehingga dalam penyusunan instrument penelitian khususnya variabel agresivitas dapat lebih mencakup dalam semua aspek.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 120 subjek suporter sepakbola di Jawa Timur, khususnya suporter Arema Cronus Malang, Persebaya Surabaya, dan Gresik United mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Fanatisme dengan perilaku agresi suporter sepakbola. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil Koefisien korelasi (r) sebesar 0,315 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau dengan kata lain H1 diterima karena nilai Signifikansi F hitung berada diantara 0.00 hingga 0.05. Sumbangan efektif variabel fanatisme terhadap perilaku agresi sebesar 9,9% sedangkan sisanya sebesar 90,1% perilaku agresi dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hasil dari penelitian ini dapat diartikan bahwa semakin fanatik suporter sepakbola akan semakin tinggi tingkat aresivitasnya. Perasaan yang menyukai sesuatu hal yang berlebihan dalam lingkup penelitian ini adalah klub sepakbola dapat menyebabkan perasaan bangga yang berlebihan sehingga seseorang dapat kehilangan raasionalitasnya sehingga pada akhirnya dapat melakukan tindakan yang diluar kendali yang bertujuan untuk membela, mempertahankan rasa harga diri, gengsi, rivalitas, serta eksistensi klub maupun kelompok suporter yang didukung. Oleh karena itu penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empirik sejauhmanakah hubungan antara fanatisme dengan perlilaku agresi suporter sepakbola.

Implikasi dari penelitian ini, yaitu dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan para suporter dapat mengerti bahwa perilaku agresivitas disebabkan salah satunya karena adanya rasa fanatisme. Peneliti berharap para suporter sepakbola yang mengklaim dirinya fanatik terhadap klub yang dibelanya menjadi lebih dewasa dalam mengartikan sebuah fanatisme itu sendiri. Bagi pengurus suporter masing-masing klub baik Korwil (Koordinator Wilayah) atau Korda (Koordinator Daerah), penelitian ini dapat dijadikan rujukan bahwa fanatisme memiliki sumbangsih efktif dalam memunculkan perilaku agresi. Dengan demikian, para pengurus suporter sepakbola dapat melakukan berbagai hal-hal yang positif untuk mengalihkan tindakan agresi. Seperti menadakan kegiatan rutin rapat koordinasi suporter, aksi solidaritas penggalangan dana untuk sesama suporter yang tidak mampu, membuat yel-yel baru dan mengembangkan koreografi. Hal seperti itu diharapkan dapat menjadi tindakan preventif dan persuasif untuk mengurangi periaku agresi suporter sepakbola. Sementara itu, untuk peneliti yang akan meneliti dalam konteks psikologis dalam lingkup persepakbolaan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa salah satu faktor penyebab munculnya perilaku agresivitas adalah adanya rasa fanatisme. Kemudian, peneliti selanjutnya dapat menghubungkan atau menggunakan variabel bebas yang lain sehingga dapat melengkapi faktor yang menjadikan suporter sepakbola menjadi agresif seperti loyalitas ataupun konformitas.


(30)

21

REFERENSI

Blower, Thompson. (1983). Ketidakmerataan, konflik, dan perubahan. Jakarta: UI Press. Baron, A. R (2003). Psikologi sosial jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Baron, A. R (2003). Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Bola.kompas.com. (2014). Lecehkan persipura komdis beri sanksi arema. (Online).

Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari

http://bola.kompas.com/read/2013/06/02/07444383/Lecehkan.Persipura.Komdis. Beri.Sanksi.pada.Arema

Bola.Tempo.co. (2015). Aremania dan Bonek bentrok dua tewas. (Online). Diakses pada

tanggal 8 Februari 2016 diperoleh dari http: //bola.tempo.

co/read/news/2015/12/19/099729138/aremania-dan-bonek-bentrok-dua-tewas. Bola.kompas.com (2012). Inilah kronologi kerusuhan versi Bonek. (Online). Diakses

pada tanggal 8 februari 2016 diperoleh dari http://bola.kompas.com /read/2012/06/05/11370484/Inilah.Kronologi.Kerusuhan.Versi.Bonek.

David Sears., Freedmand., Peplau,S. (1985). Psikologi sosial (edisi 5). Jakarta. Erlangga. Dayakisni, Hudaniah. (2001). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Dayakisni, Hudaniah. (2012). Psikologi sosial (Edisi Revisi). Malang: UMM Press. Dermatoto Argyo. (2010). Pemahaman akan konflik pada masyarakat industri menurut

Lewis Coser dan Ralf Dahrendolf. Solo: FISIP. Universitas Sebelas Maret.

Fakultas Psikologi. (2015). Pedoman penulisan skripsi. Malang: Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Gresik.co. (2013). Kisah pilu bonek gresik tewas dikeroyok aremania. (Online). Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari http://gresik.co/gresik/hukum-gresik-gresik/kisah-pilu-bonek-gresik-yang-tewas-dikeroyok-aremania

Goal.com. (2013). Panpel gresik united sayangkan ulah suporter. (Online). Diakses pada diakses pada tanggal 25 September diperoleh dari http://www.goal.com/id-ID/news/1387/nasional/ 2013 /02/09/ 3737776/panpel-gresik-united-sayangkan-ulah-suporter

Handoko, A., Adrianto, S. (2006). Hubungan antara fanatisme positif terhadap klub sepak bola dengan motivasi menjadi suporter. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.


(31)

22 Hapsari, I., EWibowo, I. (2015). Hubungan fanatisme dengan agresivitas suporter klub

sepakbola. Jakarta. Universitas Gunadarma.

Idrus, M. (2013). Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kuantitatif dan kualitatif (edisi kedua). Jakarta. Salemba Humanika.

King, L. A. (2010). Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika

Maqfaid Iqni. (2013). Fanatisme suporter sepakbola untuk menanamkan solidaritas sosial (studi kasus pada suporter Pasopati Kartasura). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Metrotvnews.com. (2014). Diwarnai keributan, persipura taklukkan arema. (Online). Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari http://bola. metrotvnews.com /read/2014 /10/21/308168/ diwarnai-keributan-persipura-taklukkan-arema

Mayers, D. G. (2012). Psikologi sosial (edi. kesepuluh). Jakarta: Salemba Humanika. News.okezone.com. (2014). Berulah, bonek mensweeping kendaraan plat N. (Online).

Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari http://news.okezone. com/ read/ 2014/06/05/519/994687/ berulah-bonek-mania-sweeping-kendaraan-plat-n.

Pratama, Y. P. (2011). Hubungan kecerdasan emosi dengan agresivitas remaja awal pendukung Persija Jakarta The Jack Mania.

Pius, A., Prasetya, D (2012). Kamus lengkap bahasa Indonesia edisi smart. Surabaya: Arkola

Ramazanoglu, F., & Coban, B. (2005). Aggressiveness behaviours of soccer spectators and prevention of these behaviours. Beden egitimi: Firat Universitesi. Journal of social sciences, 1-10

Republika.co.id. (2015). Duel persik Kediri vs gresik united ricuh sejumlah suporter terluka. (Online). Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari http://www.republika.co.id/berita/inpicture/nasional-inpicture/15/01/11/ni0mm7-duel-persik-kediri-vs-persegres-gresik-united-ricuh-sejumlah-suporter-terluka Robert, F. S. (2011). Pengantar psikologi understanding pscychology (edisi 10).

Jakarta. Salemba.

Syarif Ridwan. (2013). Perilaku suporter sepakboola.Jakarta.Universitas Negeri Jakarta. Sinatrya, E. Y. (2013). Agresivitas suporter sepakbola Persebaya Surabaya pada saat

pertandingan berlangsung. Surabaya; Universitas Negeri Surabaya.

Soccer.Sindonews.com. (2013). Sepuluh pemain persebaya taklukkan persema. (Online).


(32)

23

http://soccer.sindonews.com/read/724671/58/sepuluh-pemain-persebaya-taklukkan-persema-1362571114

Sunaryadi Hadi. (2013). Analisis kekerasan sepakbola. Jakarta: Jurusan Pendidikan Keolahragaan: Universitas Pendidikan Indonesia

Valjakka, J. (2013). The wonder of fanaticism in football. English: Aalto university school of business. Journal of social sciences, 1-35

Wearemania.net. (2014). Warga lawang jadi korban oknum bonek. (Online) Diakses pada tanggal 25 September 2015 diperoleh dari http://www.wearemania.net/arema-news/6692-warga-lawang-jadi-korban-oknum-bonek


(33)

24

LAMPIRAN 1

SKALA TRY OUT FANATISME

DAN


(34)

25

FANATISME

BLUE PRINT SKALA FANATISME

No Aspek Fanatisme No Item F UF

1 Besarnya Minat pada jenis kegiatan tertentu

2, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 25, 26, 2, 4, 5, 6, 7, 13, 25

8, 26 2 Memiliki sikap Pribadi 1, 3, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 21,

27, 28, 29

1, 3, 9, 14, 16, 27, 28, 29

12, 15, 17, 21

3 Lamanya menjadi bagian

suporter

19, 24, 31, 33, 34 24, 31, 33,

34

19

4 Memiliki motivasi 10, 11, 18, 20, 22, 23, 30,32 11, 20, 22,

23, 30, 32

11,18,

BLUE PRINT SKALA AGRESIVITAS

No Bentuk Agresi No Item F UF

1. Agresi Fisik/orang lain 6, 7, 8, 12, 14, 16, 17, 19, 23 7, 12, 14, 17, 19

6, 8, 16, 23

2. Agresi Verbal 2, 3, 4, 5, 13, 15, 18, 20, 22,

24, 25

2, 5, 15, 22, 24, 25

3, 4, 13, 18, 20,

3. Agresi Objek 1, 10, 21 1, 10 21

4. Menyerang daerah orang lain 9, 11, 9 11


(35)

26 Assalamualakum Wr. Wb.

Saya Debry Agriawan (201210230311176) Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Saya memohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisikan skala yang berupa pernyataan-pernyataan disamping. Berikut petunjuk cara pengisiannya.

Intruksi: Anda diinstruksikan untuk memberikan tanda () pada kolom SS, S, TS, STS, yang tersedia pada setiap pernyataan dari nomor 1-25.

Keterangan: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu/saudara/i yang telah membantu saya, Semoga kebaikan Anda dijadikan amalan baik yang akan dibalas oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum wr.wb.

Nama : (L/P) *Pilih Salah Satu

Usia :

Suporter: Aremania/BonekMania/Ultras

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya selalu berteriak kegirangan saat tim saya berhasil mencetak gol.

2 Saya lebih memilih menghabiskan uang saya untuk makan dari pada digunakan untuk membeli tiket pertandingan.*

3 Saya selalu bernyanyi dan meneriakkan yel-yel penyemangat sepanjang pertandingan berlangsung.

4 Jika tim saya direndahkan oleh suporter lain, maka saya tidak akan terlalu mempermasalahkannya.*

5 Saya rela kelelahan demi mendukung tim kebanggaan saya.

6 Jika terjadi perkelahian antar suporter, saya lebih memilih untuk tidak ikut campur.*

7 Jika terjadi bentrokan dengan suporter dari tim lain, maka saya juga akan ikut serta.

8 Saya akan tetap tenang walaupun pemain

tim yang saya dukung mendapat

pelanggaran keras dari pemain tim lawan.*

9 Saya lebih memilih untuk menonton pertandingan sepak bola di rumah karena lebih aman.*

10 Demi menjaga nama baik tim, saya tidak peduli jika harus berurusan dengan polisi.

11 Saya lebih memilih untuk menonton di stadion dengan duduk tenang daripada berdiri dan melakukan koreografi.*


(36)

27

12 Saya akan berteriak mencaci wasit jika keputusannya merugikan tim yang saya dukung.

13 Saya dapat tetap duduk santai saat tim lawan diberi hadiah tendangan penalti.*

14 Saya lebih memilih untuk membeli seragam tim (jersey) dari pada pakaian sehari-hari.

15 Saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, jika ada pertandingan di akhir pekan.*

16 Saya selalu memakai atribut yang berbau khas tim setiap menonton pertandingan.

17 Saya tidak terlalu antusias saat tim saya akan bertanding.*

18 Saya akan melakukan segala hal demi mendukung tim kesayangan.

19 Perdamaian antar suporter lebih penting

daripada fanatisme kepada tim

kesayangan.*

20 Saya selalu datang mendukung langsung di stadion saat tim saya bertanding.

21 Saya rela bepergian ke luar kota bahkan luar

pulau demi mendukung tim saya

bertanding.

22 Saya mengurungkan niat untuk menonton langsung tim saya bermain saat turun hujan agar saya tidak jatuh sakit.*


(37)

28 Assalamualakum Wr. Wb.

Saya Debry Agriawan (201210230311176) Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Saya memohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisikan skala yang berupa pernyataan-pernyataan disamping. Berikut petunjuk cara pengisiannya.

Intruksi: Anda diinstruksikan untuk memberikan tanda () pada kolom SS, S, TS, STS, yang tersedia pada setiap pernyataan dari nomor 1-25.

Keterangan: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)

Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu/saudara/i yang telah membantu saya, Semoga kebaikan Anda dijadikan amalan baik yang akan dibalas oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum wr.wb.

Nama : (L/P) *Pilih Salah Satu

Usia :

Suporter: Aremania/BonekMania/Ultras

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya akan mendorong pintu stadion jika saya kehabisan tiket pertandingan.

2. Saya akan mengejek tim lawan jika mereka mengalami kekalahan.

3. Saya dapat menerima apabila tim yang saya dukung mengalami kekalahan dengan cara mengucapkan selamat kepada pendukung tim lawan.*

4. Saya lebih memilih diam ketika pendukung tim lain mengejek saya.*

5 Saya akan menghina wasit apabila tidak adil dalam memberi keputusan.

6 Saya akan melempar wasit dengan benda ketika tidak adil dalam memimpin pertandingan.

7 Saya merasa tidak masalah ketika suporter tim lawan melewati daerah tim yang saya dukung.*

8 Saya akan memberi selamat kepada pendukung tim lawan apabila mereka menang dalam pertandingan.*

9 Saya akan memukuli pendukung tim lawan apabila tim yang saya dukung mengalami kekalahan.

10 Saya akan berkata kasar apabila tim lawan melakukan kecurangan dalam pertandingan.

11 Saya selalu respect kepada pendukung tim lawan meskipun mereka pernah menghina tim yang saya dukung.*

12 Saya akan melempar botol kepada pemain lawan ketika melakukan pelanggaran keras kepada tim yang saya dukung.

13 Saya tidak akan marah apabila pendukung tim lawan membuat yel-yel yang menghina tim yang saya dukung.*


(38)

29 14 Saya akan melerai jika teman saya sedang

berkelahi dengan pendukung tim lain.* 15 Saya akan menghina pendukung tim lawan

apabila tim yang saya dukung menang dalam pertandingan.


(39)

30 LAMPIRAN 2


(40)

31 Skala Fanatisme Suporter Sepak Bola

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.901 34

Validitas

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ITEM1 106.69 118.175 .314 .900

ITEM2 107.37 115.696 .333 .900

ITEM3 107.55 110.086 .650 .894

ITEM4 107.10 114.302 .514 .897

ITEM5 106.96 116.123 .403 .899

ITEM6 107.12 112.526 .565 .896

ITEM7 107.18 112.820 .628 .895

ITEM8 106.96 114.790 .552 .897

ITEM9 106.94 114.767 .513 .897

ITEM10 107.00 116.542 .403 .899

ITEM11 107.00 115.667 .480 .898

ITEM12 107.27 113.407 .504 .897

ITEM13 107.55 111.753 .546 .896

ITEM14 107.43 110.125 .750 .893

ITEM15 107.49 110.297 .597 .895

ITEM16 107.41 116.580 .289 .900

ITEM17 107.71 109.125 .619 .894

ITEM18 107.53 112.088 .412 .899

ITEM19 107.06 118.517 .202 .901

ITEM20 107.49 115.297 .306 .901

ITEM21 107.20 115.791 .381 .899

ITEM22 106.88 116.610 .425 .898

ITEM23 107.14 113.125 .529 .896

ITEM24 106.98 116.687 .422 .898


(41)

32

ITEM26 106.88 117.276 .363 .899

ITEM27 107.20 114.124 .505 .897

ITEM28 107.20 113.999 .487 .897

ITEM29 107.02 115.645 .421 .898

ITEM30 107.10 113.635 .647 .895

ITEM31 107.14 113.042 .593 .896

ITEM32 107.43 125.500 -.222 .914

ITEM33 107.06 114.225 .542 .897

ITEM34 106.78 116.428 .389 .899

Skala Agresivitas Suporter Sepakbola Reliabilitas

Validitas


(42)

33 Skala Fanatisme Suporter Sepakbola

Reliabilitas

Validitas

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ITEM1 97.37 114.112 .304 .915

ITEM2 98.04 111.373 .346 .915

ITEM3 98.22 105.803 .668 .910

ITEM4 97.78 110.261 .511 .912

ITEM5 97.63 112.279 .380 .914

ITEM6 97.80 108.332 .574 .911

ITEM7 97.86 108.833 .622 .911

ITEM8 97.63 110.821 .540 .912

ITEM9 97.61 110.826 .500 .913

ITEM10 97.67 112.349 .408 .914

ITEM11 97.67 111.724 .464 .913

ITEM12 97.94 109.059 .523 .912

ITEM13 98.22 107.594 .553 .912

ITEM14 98.10 105.885 .767 .908

ITEM15 98.16 105.848 .623 .910

ITEM17 98.39 104.742 .641 .910

ITEM18 98.20 107.791 .424 .915

ITEM20 98.16 111.098 .311 .916

ITEM21 97.88 111.776 .374 .914

ITEM22 97.55 112.794 .396 .914

ITEM23 97.82 108.903 .540 .912

ITEM24 97.65 112.565 .421 .914

ITEM25 97.31 114.425 .297 .915

ITEM26 97.55 113.169 .360 .914

ITEM27 97.88 109.776 .525 .912

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(43)

34

ITEM28 97.88 109.776 .497 .912

ITEM29 97.69 111.425 .429 .913

ITEM30 97.78 109.678 .637 .911

ITEM31 97.82 108.945 .595 .911

ITEM33 97.73 110.241 .534 .912

ITEM34 97.45 112.461 .375 .914

Skala Sgresivitas Suporter Sepakbola


(44)

35 Skala Fanatisme Suporter Sepakbola

Reliabilitas

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.915 30

Validitas

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

ITEM1 93.59 111.372 .295 .915

ITEM2 94.27 108.449 .355 .915

ITEM3 94.45 103.044 .670 .909

ITEM4 94.00 107.458 .513 .912

ITEM5 93.86 109.542 .375 .914

ITEM6 94.02 105.562 .576 .911

ITEM7 94.08 106.035 .626 .910

ITEM8 93.86 108.083 .536 .912

ITEM9 93.84 107.973 .506 .912

ITEM10 93.90 109.677 .397 .914

ITEM11 93.90 108.969 .461 .913

ITEM12 94.16 106.264 .525 .912

ITEM13 94.45 104.878 .551 .911

ITEM14 94.33 103.141 .769 .908

ITEM15 94.39 103.034 .629 .910

ITEM17 94.61 101.826 .654 .909

ITEM18 94.43 105.000 .426 .915

ITEM20 94.39 108.409 .305 .916

ITEM21 94.10 109.010 .371 .914

ITEM22 93.78 110.053 .389 .914

ITEM23 94.04 106.082 .544 .911

ITEM24 93.88 109.860 .412 .913

ITEM26 93.78 110.303 .365 .914

ITEM27 94.10 106.969 .528 .912

ITEM28 94.10 107.052 .494 .912


(45)

36

ITEM30 94.00 106.958 .632 .911

ITEM31 94.04 106.207 .594 .911

ITEM33 93.96 107.457 .534 .912

ITEM34 93.67 109.808 .362 .914

Skala Agresivitas


(1)

62

Frequencies

Statistics

X Y

N

Valid 120 120

Missing 0 0

Skewness .276 .642

Std. Error of Skewness .221 .221

Kurtosis .951 -.236

Std. Error of Kurtosis .438 .438

X

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

63 1 .8 .8 .8

64 2 1.7 1.7 2.5

74 2 1.7 1.7 4.2

76 2 1.7 1.7 5.8

77 1 .8 .8 6.7

78 2 1.7 1.7 8.3

79 1 .8 .8 9.2

80 4 3.3 3.3 12.5

81 1 .8 .8 13.3

82 6 5.0 5.0 18.3

83 8 6.7 6.7 25.0

84 4 3.3 3.3 28.3

85 2 1.7 1.7 30.0

86 4 3.3 3.3 33.3

87 4 3.3 3.3 36.7

88 6 5.0 5.0 41.7

89 3 2.5 2.5 44.2

90 9 7.5 7.5 51.7

91 1 .8 .8 52.5

93 4 3.3 3.3 55.8

94 3 2.5 2.5 58.3

95 4 3.3 3.3 61.7

96 4 3.3 3.3 65.0

97 2 1.7 1.7 66.7

98 3 2.5 2.5 69.2

99 3 2.5 2.5 71.7

100 3 2.5 2.5 74.2


(2)

63

102 1 .8 .8 80.0

103 4 3.3 3.3 83.3

104 2 1.7 1.7 85.0

105 4 3.3 3.3 88.3

106 3 2.5 2.5 90.8

107 3 2.5 2.5 93.3

108 2 1.7 1.7 95.0

110 1 .8 .8 95.8

111 1 .8 .8 96.7

113 1 .8 .8 97.5

114 1 .8 .8 98.3

116 1 .8 .8 99.2

135 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Y

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

21 1 .8 .8 .8

22 2 1.7 1.7 2.5

23 3 2.5 2.5 5.0

24 1 .8 .8 5.8

25 2 1.7 1.7 7.5

26 10 8.3 8.3 15.8

27 2 1.7 1.7 17.5

28 6 5.0 5.0 22.5

29 1 .8 .8 23.3

30 10 8.3 8.3 31.7

31 3 2.5 2.5 34.2

32 6 5.0 5.0 39.2

33 3 2.5 2.5 41.7

34 8 6.7 6.7 48.3

35 3 2.5 2.5 50.8

36 8 6.7 6.7 57.5

37 4 3.3 3.3 60.8

38 6 5.0 5.0 65.8

39 4 3.3 3.3 69.2

40 4 3.3 3.3 72.5

41 2 1.7 1.7 74.2


(3)

64

44 3 2.5 2.5 81.7

45 3 2.5 2.5 84.2

46 1 .8 .8 85.0

47 2 1.7 1.7 86.7

48 1 .8 .8 87.5

51 2 1.7 1.7 89.2

52 3 2.5 2.5 91.7

53 3 2.5 2.5 94.2

54 2 1.7 1.7 95.8

55 2 1.7 1.7 97.5

57 1 .8 .8 98.3

60 2 1.7 1.7 100.0

Total 120 100.0 100.0

DESCRIPTIVES VARIABLES=X Y /SAVE

/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X 120 63 135 92.16 11.417

Y 120 21 60 36.37 9.205

Valid N (listwise) 120

Frequencies

Statistics

X Y

N Valid 120 120

Missing 0 0

Skewness .276 .642

Std. Error of Skewness .221 .221

Kurtosis .951 -.236

Std. Error of Kurtosis .438 .438

Frequency Table

X

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

63 1 .8 .8 .8

64 2 1.7 1.7 2.5

74 2 1.7 1.7 4.2


(4)

65

77 1 .8 .8 6.7

78 2 1.7 1.7 8.3

79 1 .8 .8 9.2

80 4 3.3 3.3 12.5

81 1 .8 .8 13.3

82 6 5.0 5.0 18.3

83 8 6.7 6.7 25.0

84 4 3.3 3.3 28.3

85 2 1.7 1.7 30.0

86 4 3.3 3.3 33.3

87 4 3.3 3.3 36.7

88 6 5.0 5.0 41.7

89 3 2.5 2.5 44.2

90 9 7.5 7.5 51.7

91 1 .8 .8 52.5

93 4 3.3 3.3 55.8

94 3 2.5 2.5 58.3

95 4 3.3 3.3 61.7

96 4 3.3 3.3 65.0

97 2 1.7 1.7 66.7

98 3 2.5 2.5 69.2

99 3 2.5 2.5 71.7

100 3 2.5 2.5 74.2

101 6 5.0 5.0 79.2

102 1 .8 .8 80.0

103 4 3.3 3.3 83.3

104 2 1.7 1.7 85.0

105 4 3.3 3.3 88.3

106 3 2.5 2.5 90.8

107 3 2.5 2.5 93.3

108 2 1.7 1.7 95.0

110 1 .8 .8 95.8

111 1 .8 .8 96.7

113 1 .8 .8 97.5

114 1 .8 .8 98.3

116 1 .8 .8 99.2

135 1 .8 .8 100.0


(5)

66

Y

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

21 1 .8 .8 .8

22 2 1.7 1.7 2.5

23 3 2.5 2.5 5.0

24 1 .8 .8 5.8

25 2 1.7 1.7 7.5

26 10 8.3 8.3 15.8

27 2 1.7 1.7 17.5

28 6 5.0 5.0 22.5

29 1 .8 .8 23.3

30 10 8.3 8.3 31.7

31 3 2.5 2.5 34.2

32 6 5.0 5.0 39.2

33 3 2.5 2.5 41.7

34 8 6.7 6.7 48.3

35 3 2.5 2.5 50.8

36 8 6.7 6.7 57.5

37 4 3.3 3.3 60.8

38 6 5.0 5.0 65.8

39 4 3.3 3.3 69.2

40 4 3.3 3.3 72.5

41 2 1.7 1.7 74.2

42 3 2.5 2.5 76.7

43 3 2.5 2.5 79.2

44 3 2.5 2.5 81.7

45 3 2.5 2.5 84.2

46 1 .8 .8 85.0

47 2 1.7 1.7 86.7

48 1 .8 .8 87.5

51 2 1.7 1.7 89.2

52 3 2.5 2.5 91.7

53 3 2.5 2.5 94.2

54 2 1.7 1.7 95.8

55 2 1.7 1.7 97.5

57 1 .8 .8 98.3

60 2 1.7 1.7 100.0


(6)

67

COMPUTE T_X=50+(10 * ZX). EXECUTE.

SAVE OUTFILE='E:\SEMESTER 7\SKRIPSI\Blue Print\Data view turlap asli.sav' /COMPRESSED.

COMPUTE T_Y=50+(10*ZY). EXECUTE.