PERILAKU AGRESIF SUPORTER SEPAK BOLA.

(1)

PERILAKU AGRESIF SUPORTER SEPAK BOLA SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S. Psi)

Oleh :

Iftitah Banin

B37211076

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim.

Dengan memanjatkan do'a dan puji syukur kehadirat Allah SWT , penguasa alam semesta, Dzat yang Maha memiliki kehidupan, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta dengan upaya yang maksimal, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Agrsif Suporter Sepak Bola”. Guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sholawat serta salam tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Yang telah menuntun kita dari alam ketidak tahuan menuju alam pengetahuan.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Prof. Dr. Moh. Sholeh, M.Pd, Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan

UIN Sunan Ampel Surabaya

3. Rizma Fithri, S.Psi, M.Si, Kajur Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

4. Dr.Suryani, S.Ag, S.Psi, M.Si, Kaprodi Fakultas Psikologi dan Kesehatan

UIN Sunan Ampel Surabaya

5. Drs. Sjahudi Sirodj, M.Si, Dosen pembimbing yang memberikan segenap

kemampuan, keilmuannya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukan yang berharga sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang telah mendidik dan memberikan pengarahan positif selama masa perkuliahan.

7. Ayahku Imam Ismanu dan ibuku Sulimah serta ketiga saudaraku Ilham,

Ayu dan Yudha yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi baik secara materi, spiritual dan do’a.

8. Keluarga besarku di Garu, Baron Nganjuk serta keluarga besarku di

Randuagung, Gresik.

9. Sahabat baikku Muhammad Nauvan Azzaki yang memberi dukungan serta

kebersamaan untuk melewati jutaan proses pendewasaan dengan bijak.

10.Subjek penelitian yang sudi meluangkan waktu serta pengalamnya untuk

berbagi dengan peneliti. Terkhusus Ultras Mania Gresik. Salam AIB.

11.Teman-teman seperjuangan Psikologi G1, Psikologi Sosial 2014, Besties

Kece (Rima,Mbak Ikha, Inayah, Fitri,Neng Icha,Mas Adam, Latif, Aziz,

Zul,Mas Azzam, serta Novan) semoga selalu dipertemukan dalam kasih Allah serta kesuksesan yang kita doakan dan impikan


(5)

12.Teruntuk sahabat sekaligus saudara tak sedarah dan serahimku, Junin,Risa, Tika,Vella,Ana,Rahma,Mbak Vida, Buk Kaji, Mbak Ida, Naila, Emil, Wahyu, Om Sis ndud beserta crew ,Timbul, Zakiyah, mbak faiq dora serta teman petualanganku RMD BrotherHood dan X-Ride Gresik.

13.Dan semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung

yang belum penulis sebutkan yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Semoga semua orang yang telah berperan penting dalam menyelesaikan skripsi ini, apa yang telah diberikan menjadi amal, dan bermanfaat bagi penulis, apapun itu baik berupa ilmu, do’a serta restu, nasehat, dukungan, semangat, serta motivasi, semoga Allah SWT membalas dengan berlipat ganda kebaikan kalian. Penulis mengucapkan terima kasih untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua, Amin ya rabbal alamin

Surabaya, 3 Agustus2015


(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku agresif dan menemukan faktor-faktor apa saja yang muncul pada suporter sepak bola. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode triangulasi sebagai validasi data. Subjek penelitian merupakan suporter aktif dan pernah terlibat dalam peristiwa agresif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perilaku agresif yang dimunculkan oleh suporter sepak bola meliputi agresif verbal dan agresif non verbal atau fisik. Perilaku agresif non verbal atau fisik berupa memukul, menyerang kelompok lain dan merusak fasilitas umum. Sedangakan perilaku agresif verbal terdiri dari berkata kotor, mencaci-maki, serta mencela, baik lewat kata-kata maupun yel-yel yang dinyanyikan. Perilaku agresif tersebut dilakukan secara spontan manakala diri sendiri maupun kelompok merasa terancam. Hasil analisis data ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif suporter sepak bola meliputi faktor frustasi, alkohol, parovokator, kondisi aversif serta ketidak adilan wasit.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERNYATAAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

INTISARI…... ...ix

ABSTRAK ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Fokus Penelitian ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Keaslian Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi yang diteliti 1. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola ...11

a. Definisi perilaku agresif ...11

2. Teori-teori Agresif a. Teori Bawaan ...14

1) Teori Naluri ...14

2) Teori Biologi ...15

b. Teori Lingkungan ...15

c. Teori Kognitif ...16

3. Jenis-Jenis Agresi a. Menurut Sears ...17

b. Menurut Leonardo Berkowitz ...18

c. Menurut Myers...19

d. Menurut Moyer ...19

4. Bentuk-bentuk Agresi ...21

5. Dimensi Perilaku Agresi ...22

6. Faktor-faktor penyebab perilaku agresif a. Menurut Koeswara ...24

b. Menurut Mahmudah ...26

7. Definisi Suporter ...28

B. Prespektif teoritis ...31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...35


(8)

C. Sumber Data ...36

D. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara ...36

E. Prosedur Analisis Dan Interpretasi Data ...38

F. Keabsahan Data ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan ...43

1. Profil subjek pertama ...45

2. Profil subjek kedua ...47

3. Profil subjek ketiga ...50

B. Temuan Penelitian 1. Diskripsi temuan penelitian ...52

2. Analisis Temuan Penelitian...66

3. Pembahasan ...71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...79

B. Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA ...81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepak bola menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dipungkiri

keberadaannya dan menjadi salah satu cabang olah raga yang digemari

oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Terlepas dari struktur

persepakbolaan di Indonesia serta carut marut manajemen internal klub

maupun konfik yang terjadi baik dari kubu PSSI dan Menpora.

Supporter menjadi pemain keduabelas dirumput hijau saat laga

berlangsung. Di Indonesia kerusuhan suporter cenderung meningkat

dan semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari

fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia

pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter.

Tidak dapat dipungkiri, suporter memberi warna tersendiri bagi

dunia persepakbolaan. Mulai dari jersey, shal, bendera, bahkan yel-yel

atraktif serta berbagai macam cara suporter mendukung klub

kesayangannya. Menjadikan hal ini menarik untuk diteliti sebagai

salah satu kelompok sosial yang ada dimasyarakat. Selain sisi loyalitas

yang positif pada klub kesayangan adapula sisi negatif yang selama ini

dipandang oleh masyarakat luas sebagai keresahan. Misalnya perilaku


(10)

2

konvoi dijalanan yang menganggu ketertiban lalu lintas, dan lain

sebagainya.

Ultras memiliki makna ulah,terampil. dan rasional. Ultras dibentuk

untuk membuat jati diri sebuah suporter yang mampu memberikan

dukungan positif dan rasional terhadap tim kebanggaannya. Suporter

dari tim yang bernama Persegres Gresik United. Ultras Gresik lahir

pada tanggal 5 November 1999. Nama Ultras diambil dari negara Italia

yang bermakna suporter militan. Ultras sejatinya adalah suporter dari

PS Petrokimia Putra Gresik tetapi karena ada marger antara Petro dan

Persegres sehingga tahun 2004 berubah nama menjadi Gresik United.

(Atmojo, 2010).

Perilaku agresif suporter sepak bola dapat dilihat pada beberapa

laga yang berujung tawuran. Laga Persib vs Gresik memakan korban,

8 bobotoh patah tulang dan luka-luka karena tawuran. Pertandingan

belum mulai malah suporter kedua kubu sudah mulai panas duluan

diteribun penonton, bentrokan bobotoh dengan ultas sebutan suporter

gresik, dan tawuran pun tak terelakkan, terjadi bentrok antar kedua

suporter hingga aparat keamanan distadion pun turun tangan

mengamankan 5 orang suporter yang dianggap sebagai provokator,

dalam bentrokan tersebut 8 bobotoh luka-luka dan patah tulang dan

dilarikan kerumah sakit. Dalam pertandingan distadion Siliwangi,


(11)

3

United, Persib menang dengan skor 3-1. Gol Persib diciptakan oleh

Kenji Adachihara dimenit ke 32, Muhammad Ridwan dimenit 48,

Sergi Van Djik di menit ke 83, Gresik memperkecil ketertinggalannya

dimenit ke 53 oleh sundulan Ahmad Sambiring (Zaib, 2013).

Sedangkan pada hari senin bulan Januari 2015, final Piala

Gubernur diwarnai tawuran antar suporter. Kemenangan Persik

diajang Piala Gubernur ternoda. Pertandingan puncak ini dinodai oleh

insiden kericuhan antar suporter Persik Mania dan Ultras Mania

Gresik. Beberapa suporter harus menjalani perawatan karena terkena

lemparan batu. Stadion Brawijaya kediri tempat digelarnya laga final

Piala Gubernur ke-12 disesaki oleh puluhan ribu penonton, yang

didominasi Persik Mania, serta beberapa ribu Ultras Mania, suporter

Gresik United. Setelah tertinggal 1-0 di babak pertama, Persik

membalas di babak kedua. Persik bahkan sukses melesakkan dua gol

yang berubah kedudukan menjadi 2-1 untuk keunggulan macan putih.

Namun gol kedua Persik yang dilesakkan Ugik Sugiharto memicu

kericuhan ditribun penonton (Taufik, (2015).

Kericuhan terjadi di tribun selatan yang dihuni Persik Mania dan

Ultras Mania. Oknum suporter dari kelompok ini saling melempar

botol air mineral. Tidak hanya itu, oknum dari kedua kelompok

suporter ini terlibat perang batu. Sementara itu Gubernur Sukarwo


(12)

4

“Kericuhan antar suporter ini bisa menjadi pelajaran untuk even

tahunan piala Gubernur” tambah Sukarwo. Meski sempat memanas, situasi tersebut akhirnya dapat dikendalikan oleh beberapa aparat

keamanan, kepolisian serta TNI yang bertugas. Akibat insiden ini,

beberapa suporter harus ditandu keluar karena mengalami luka-luka

serta terkena lemparan batu. Beberapa diantaranya berdarah dibagian

muka dan kepala. Petugas juga mengamankan sejumlah oknum

suporter yang diduga pemicu kerusuhan (Taufik, (2015).

Aronson (1972, dalam Koeswara,1988) mengemukakan agresi

adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud

melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan

tertentu.

Kartono (2003) mengungkapkan bahwa agresi adalah

ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat yang meluap-luap dalam bentuk

sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman,

perbuatan-perbuatan yang menimbulkan penderitaan dan kesakitan,

pengerusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada seseorang

atau benda.

Agresi , menurut Robert Baron (1977, dalam Koeswara, 1988)

adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya


(13)

5

faktor : tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan

(termasuk mematikan atau membunuh), individu yang menjadi pelaku

dan individu yang menjadi korban, dan ketidakinginan si korban

menerima tingkah laku sipelaku.

Menurut Baron & Byrne (1991) agresi adalah tingkah laku yang

diarahkan kepada orang lain dengan tujuan menyakiti makhluk hidup

lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Terdapat teori

dorongan yaitu motif untuk menyakiti orang lain yaitu agresi muncul

terutama dari sutu dorongan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor

eksternal untuk menyakiti orang lain. Pendekatan ini direfleksikan

dalam berbagai teori dorongan atas agresi.

Menurut Sears, Freedman & Peplau (1991) mendefinisikan agresi

sebagai tindakan yang melukai orang lain, dan yang dimaksud kan

untuk itu. Sedangkan menurut Myers (1995, dalam Sarwono, 1999)

yang dimaksud dengan perbutan agresif adalah perilaku fisik atau lisan

yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang

lain.

Jadi dapat ditegaskan bahwa dari beberapa tokoh mengenai

perilaku agresi yaitu Perilaku agresif dalam penelitian kali ini adalah

perilaku individu terhadap orang lain dengan tujuan menyakiti baik


(14)

6

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka

penelitian ini difokuskan pada permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter

sepak bola Persegres Gresik United ?

2. Apa faktor penyebab perilaku agresif muncul pada suporter sepak

bola Persegres Gresik United ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk menggambarkan perilaku agresif apa saja yang ditunjukkan

oleh suporter sepak bola Persegres Gresik United.

2. Untuk menemukan faktor-faktor perilaku agresi yang muncul dari

suporter sepak bola Persegres Gresik United.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan pemikiran teoritis dalam kajian perilaku

agresif yang dilakukan oleh para suporter. Serta faktor-faktor

perilaku agresi apa saja yang ada pada suporter sebagi

pengembangan dispilin ilmu piskologi pada umunya dan psikologi


(15)

7

2. Manfaat Praktis

Memberi sumbangan pemikiran dan menjadi bahan referensi

bagi para pengamat sepakbola, serta masyarakat untuk antisipatif

terhadap perilaku agresif suporter sepak bola dan para suporter

sepakbola untuk meminimalisir perilaku agresif dengan tindakan

positif dalam mendukung tim kesayangannya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengenai Perilaku Agresif Suporter

Persegres Gresik United. Tentunya dalam penyampaian isinya

mengupas mengenai perilaku agresif apa saja yang dilakukan serta

faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku agresif itu muncul.

Penelitian ini memiliki referensi dari penelitian sebelumnya sebagai

pijakan serta sebagai bahan pertimbnagan dalam ranah keaslian untuk

dapat membedakan perbedaan yang mendasar dari beberapa penelitian

terdahulu. Keaslian penelitian ini akan diungkap mengenai

pembahasan beberapa penelitian yang berbeda dengan peneliti yang

ada.

Sebuah penelitian di Kota Surabaya menjelaskan bahwa sekitar 65

persen suporter melakukan perilaku agresi yang dikarenakan perasaan

frustasi dari kekalahan tim yang mereka idolakan mengalami

kekalahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku agresi pada


(16)

8

barang kedalam lapangan dan dapat merusak fasilitas pada stadion

(Utomo & Warsito,2012).

Pada jurnal Perilaku agresif anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) “x” di provinsi D.I Yogyakarta dari hasil analisis data ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi agresi anggota ormas “x” yakni : pengaruh kelompok, deindividualisasi, frustasi, alkohol dan obat-obatan, serta lingkukngan fisik tempat tinggal. Perilaku yang

dimunculkan oleh anggota tersebut meliputi agresi fisik dan agresi

verbal. Agresi fisik berupa pengerusakan sarana umum, melukai

korban, dan pertikaian antar kelompok. Sedangkan agresi verbal yang

dilakukan berupa pelecehan, penindasan, intimidasi. (Sutowo &

Wibisono, 2013)

Pada jurnal penelitian dengan judul Deskripsi perilaku agresi

penonton sepakbola Surabaya (Suryanto & Yuwono, 2001) hasil dari

penelitian tersebut adalah bentuk dan pola perilaku agresi penonton

sepakbola Surabaya antara lain : kata-kata kotor, memanjat, meminta

uang, memaksa, dan merusak hal-hal yang dianggap menghalanginya

serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya agresi penonton

sepakbola Surabaya, antara lain : deindividualisasi, kiu situasional,

identitas sosial, dan kecemburuan sosial.

Widiatmoko (2007) dalam jurnal penelitian dengan judul Perilaku

agresif pada komunitas scooter ditinjau dari kecerdasan emosional.


(17)

9

kecerdasan dengan perilaku agresif komunitas scooter. Semakin baik

kecerdasan emosionalnya maka semakin rendah perilaku agresif yang

dimunculkan kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif sebesar

57.7 % sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Fadila (2013) dengan judul

Hubungan identitas sosial dengan perilaku agresif pada geng motor

dengan hasil menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan

yakni 0.042 antara identitas sosial dengan perilaku agresif pada geng

motor, yang mengindikasikan semakin tinggi kelekatan, komitmen,

dan afeksi yang dirasakan individu terhadap geng motornya, semakin

tinggi pula kemungkinan individu tersebut untuk terlibat dalam

perilaku agresif bersama geng motornya.

Dari penelitan yang telah disinggung diatas, penelitian mengenai

perilaku agresif dari berbagai macam kalangan mulai dari suporter,

ormas hingga komunitas sebagai subjek penelitian. Penelitian

mengenai suporter Persebaya atau yang sering disebut dengan Bonek

sebagai subjek pada beberapa jurnal, namun kali ini dalam penelitian

yang peneliti lakukan subjek yang dijadikan penelitian adalah suporter

sepak bola Persegres Gresik atau yang disebut dengan Ultras Gresik.

Persamaan dengan penelitian sebelumnya yang diteliti adalah perilaku

agresif dan ditinjau dari berbagai aspek, sedangkan dalam penelitian

ini topik pembahasan yang akan diteliti adalah perilaku agresif


(18)

10

menyebabkan perilaku agresif tersebut muncul. Pada penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dimana subjek maupun

lokasi penelitian yang dilakukan adalah pendiri komunitas suporter

Persegres Gresik yakni Ultras Gresik, Sekjen mabes beserta

koordinator wilayah Ultras Gresik. Penelitan ini merupakan penelitian

asli dan tidak duplikasi atau replikasi dari penelitian yang ada


(19)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Perilaku agresif suporter sepak bola

Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti Perilaku Agresif

suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti

ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang

menimbulkan perilaku agresif tersebut muncul.

1. Definisi Perilaku agresif

Agresi menurut Brigham (1991) adalah perbuatan yang

diniati untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun secara

psikologis. Agresi menurut Nahori (2008) seringkali dipakai manusia sebagai jalan untuk “mengungkapkan perasaan” dan “menyelesaikan persoalan” hidup mereka. Kini agresi merajalela dimana-mana. Di samping peperangan, perkelahian antar pelajar,

pembunuhan, sebagaimana sering kita lihat, baca atau dengar,

akhir-akhir ini diatas bumi.

Aronson (1972, dalam Koeswara,1988) mengemukakan

agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan

maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun

tanpa tujuan tertentu. Kartono (2003) mengungkapkan bahwa

agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat yang


(20)

12

menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengerusakan, dan

tindakan permusuhan ditujukan kepada seseorang atau benda.

Agresi, menurut Robert Baron (1977, dalam Koeswara.1988),

adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari Baron ini mencakup

empat faktor : tingkah laku, tujuan untuk melukai atau

mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh), individu

yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, dan

ketidakinginan si korban menerima tingkah laku sipelaku.

Menurut Baron & Byrne (1991) agresi adalah tingkah laku

yang diarahkan kepada orang lain dengan tujuan menyakiti

makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam

itu. Terdapat teori dorongan yaitu motif untuk menyakiti orang lain

yaitu agresi muncul terutama dari sutu dorongan yang ditimbulkan

oleh faktor-faktor eksternal untuk menyakiti orang lain.

Pendekatan ini direfleksikan dalam berbagai teori dorongan atas

agresi.

Menurut Sears (1991) mendefinisikan agresi sebagai tindakan

yang melukai orang lain, dan yang dimaksud kan untuk itu.

Menurut Myers (1995, dalam Sarwono, 1999) yang dimaksud


(21)

13

disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang

lain.

Deaux (1993, dalam Nando & Nurmala, 2012) mengatakan

bahwa ada dua macam agresi , yaitu : yang pertama adalah Agresi

fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain ,

secara fisik , meliputi memukul teman, menarik baju teman dengan

kasar, meninju teman, menyikut teman, melempar teman dengan

benda, berkelahi, merusak barang milik teman, menganggu teman,

mengancam teman dengan mengacungkan tinju, membuang barang

milik teman, mencakar teman, memaksa teman memenuhi

keinginannya, dan melukai diri sendiri. Sedangkan yang kedua

Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang

lain secara verbal, meliputi mengejek teman, menghina teman,

mengeluarkan kata-kata kotor, bertengkar mulut, menakut-nakuiti

teman, memanggil teman nada kasar, mengancam dengan kata-kata

mengkritik, menyalahkan, dan menertawakan.

Dari uraian mengenai Perilaku Agresif oleh beberapa ahli

diatas, maka dapat disimpulakan bahwa perilaku agresif dalam

penelitian kali ini adalah perilaku individu terhadap orang lain


(22)

14

2. Teori-teori agresi

Teori agresi terbagi dalam beberapa kelompok (dalam

Sarwono, 1999)

a. Teori bawaan

1) Teori naluri

Freud (1955) dalam teori Psikoanalisis klasiknya

mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri

dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan

pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika naluri seks

berfungsi untuk melanjutkan keturunan, naluri agresi

berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut

berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada

bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada

prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip

kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada

bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego

yang mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat

dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.

Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah

dengan cerita bernada agresif salah satunya pembunuhan

yang dilakukan Qobil terhadap Habil putra Nabi Adam.


(23)

15

Serta kisah Nabi Khidir yang membunuh anak laki-laki

ketika nabi Musa berguru padanya.

2) Teori biologi

Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik

dari proses faal maupun teori genetika (ilmu keturunan).

Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan

susunan saraf pusat. Menurut tim American

Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah

testosteron meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan

penyalah gunaan obat dibanding pada remaja dan dewasa

biasa. Inti pendekatan biologis adalah asumsinya bahwa

tingkah laku organisme , termasuk tingkah laku agresif,

bersumber pada atau ditentukan oleh faktor bawaan yang

sifatnya biologis.

b. Teori lingkungan

Koeswara (1988) Inti dari teori Lingkungan adalah

perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau

stimulus yang terjadi di lingkungan.

1) Teori frustasi-Agresi Klasik, yaitu : Agresi dipicu oleh


(24)

16

mencapai suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut , agresi

merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi.

2) Teori Frustasi-Agresi Baru, yaitu : frustasi menimbulkan

kemarahan dan emosi, kondisi marah tersebut memicu

agresi. Marah timbul jika sumber frustasi dinilai

mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang

menimbulkan frustasi itu.

3) Teori belajar sosial, yaitu : lebih memperlihatkan faktor

tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa

perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang

tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari

pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi

dapat dipelajari dan terbentuk pada individu-individu

hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang

dilakukan oleh orang lain atau model yang diamatinya,

walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan Koeswara

(1988).

c. Teori kognitif

Teori kognitif memusatkan proses yang terjadi pada

kesadaran dalam membuat penggolongan (kategorisasi),

pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembutan


(25)

17

3. Jenis-jenis agresi

a. Menurut Sears

Sears, Freedman & Peplau (1991) membagi agresi menjadi 3

antara lain :

1) Perilaku melukai dan maksud melukai

Perilaku agresif adalah yang paling sedikit

mempunyai unsur maksud melukai dan lebih pasti

terdapat pada perbuatan yang bermaksud melukai.

Sementara itu, perilaku melukai yang tidak disertai

dengan maksud melukai tidak dapat digolongkan sebagai

agresif .

2) Perilaku agresif yang antisosisal dan yang prososial

Agresi prososial adalah tindakan agresi yang

sebenarnya diatur dan disetujui oleh norma sosial.

Perilaku agresif yang prososial misalnya polisi

membunuh teroris. Tindakan agresi tersebut dibenarkan

oleh norma yang berlaku dalam masyarakat. Agresi

antisosial adalah tindakan melukai orang lain dimana

tindakan itu secara normatif dilarang oleh norma

masyarakat. Contohnya orang yang punya kekuasaan

bertindak sewenang-wenang terhadap warga yang miskin


(26)

18

3) Perilaku dan perasaan agresif

Orang yang terinjak kakinya, misalnya, mungkin

tidak merasa menjadi korban (walaupun kakinya

kesakitan) karena dalam keadaan penuh sekali.

Sebaliknya, usapan pada punggung seorang wanita oleh

seorang pria dapat dirasakan sebagai pelecehan (agresi

terhadap harga dirinya) walupun pelaku yang

bersangkutan sama sekali tidak bermaksud agresif.

(Sears, Freedman & Peplau. 1991)

b. Menurut Leonardo Berkowitz

Leonard Berkowitz (1969, dalam Koeswara, 1988), salah

seorang yang dinilai paling komopeten dalam studi tentang

agresi, membedakan agresi sebagai tingkah laku sebagaimana

diindikasikan oleh definisi Baron dengan agresi sebagai

emosi yang bisa mengarah kapada tindakan agresif.

Disamping itu, Berkowitz membedakan agresi ke dalam dua

macam agresi, yakni agresi instrumental (instrumental

aggression) dan agresi benci (hostile aggression) atau disebut

juga agresi implusif (implusif aggression). Yang dimaksud

agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh

organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk

mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi


(27)

19

pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau

agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek

kerusakan, kesakitan, atau kematian pada sasaran atau

korban.

c. Menurut Myers

Myers (1955) membagi agresi dalam dua jenis , yaitu agresi

rasa benci atau agresi emosi (hostle aggression) dan agresi

sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental

aggression). Jenis agresi yang pertama adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Akibat

dari jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang

tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak

menimbulkan kerugian dari pada manfaat. Jenis agresi

instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan,

antara pelaku dengan korban kadang-kadang tidak ada

hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana

untul mencapai tujuan lain.

d. Menurut Moyer

Pembagian agresi yang lebih lengkap diajukan oleh Knneth

Moyer (1971, dalam Koeswara,1988) yang merinci agresi

kedalam tujuh tipe agresi sebagai berikut:

1) Agresi predatori : agresi yang dibangkitkan oleh


(28)

20

biasanya terdapat pada organisme atau species hewan

yang menjadikan hewan dari species lain sebagai

mangsanya.

2) Agresi antar jantan : agresi yang secara tipikal

dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu

species.

3) Agresi ketakutan : agresi yang dibangkitkan oleh

tertutupnya kesempatan untuk menghindari ancaman.

4) Agresi tersinggung : agresi yang dibangkitkan oleh

perasaan tersinggung atau kemarahan : respons

menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa

memilih sasaran) , baik berupa objek-objek hidup maupun

objek-objek mati.

5) Agresi pertahanan : agresi yang dilakukan oleh organisme

dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari

ancaman atau gangguan anggota species-nya sendiri.

agresi pertahanan ini disebut juga garesi teritorial.

6) Agresi maternal : agresi yang spesifik pada species atau

organisme betina (induk) yang dilakukan dalam upaya


(29)

21

7) Agresi instrumental : agresi yang dipelajari, diperkuat

(reinforced), dan dilakukan untujk mencapai

tujuan-tujuan tertentu (Moyer, 1971)

4. Bentuk-bentuk agresi

Delut (1985, dalam Dayakisni, 2001). Dalam penelitiannya ia

menggunakan bentuk perilaku agresi yang umum, yang

digambarkan dalam bentuk item-item dari factor analysis of

behavioral checklist , yang terdiri dari :

1) Menyerang secara fisik (memukul, merusak, mendorong)

2) Menyerang dengan kata-kata

3) Mencela orang lain

4) Menyerbu daerah orang lain

5) Mengancam melukai orang lain

6) Main perintah

7) Melanggar milik orang lain

8) Tidak mentaati perintah

9) Membuat permintaan yang tidak pantas dan tidak perlu

10)Bersorak-sorak, berteriak, atau berbicara keras pada saat yang


(30)

22

5. Dimensi perilaku agresi

Morgan (1987, dalam Nashori, 2008) mengklasifikasikan

perilaku agresif secara lebih lengkap, yaitu : perilaku agresif secara

fisik atau verbal, secara aktif atau pasif, dan secara langsung atau

tidak langsung. Tiga klasifikasi tersebut masing-masing akan

saling berinteraksi, sehingga akan menghasilkan delapan bentuk

perilaku agresif :

a. Perilaku agresi fisik aktif langsung, tindakan agresi fisik yang

dilakukan individu/kelompok secara langsung, misalnya

menusuk, menembak, memukul orang lain.

b. Perilaku agresi fisik aktif tak langsung, tindakan agresi fisik

yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan secara tidak

langsung, misalnya membuat jebakan untuk mencelakakan

orang lain.

c. Perilaku agresi fisik pasif langsung, tindakan agresi fisik yang

dilakukan oleh individu/kelompok lain secara langsung namun

tidak terjadi kontak fisik, misalnya tidak meberikan jalan

kepada orang lain.

d. Perilaku Agresi Fisik Pasif Tak Langsung, tindakan agresi fisik

yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak

berhadapan secara langsung dan tidak terjadi kontak fisik,

misalnya menolak melakukan sesuatu, menolak mengerjakan


(31)

23

e. Perilaku agresi verbal aktif langsung, tindakan agresi verbal

yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara

berhadapan secara langsung, misalnya memaki-maki orang.

f. Perilaku agresi verbal aktif tak langsung, tindakan agresi

verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan

cara tidak berhadapan secara langsung, misalnya menyebarkan

gosip tentang orang atau kelompok lain.

g. Perilaku agresi verbal pasif langsung, tindakan agresi verbal

yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara

berhadapan langsung namun tidak terjadi kontak verbal secara

langsung, misalnya menolak untuk berbicara dengan orang

lain, menolak untuk memberikan perhatian pada suatu

pembicaraan.

h. Perilaku agresi verbal pasif tak langsung, tindakan agresi

verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara

tidak berhadapan dengan target dan tidak terjadi kontak verbal

secara langsung, misalnya tidak setuju dengan pendapat orang

lain, tetapi tidak mau mengatakan (memboikot) , tidak mau

menjawab pertanyaan orang lain (Morgan (1987, dalam


(32)

24

6. Faktor-faktor penyebab perilaku agresi

a. Faktor-faktor pengarah dan pencetus agresi menurut Koeswara

(1988) :

1) Frustasi , yaitu situasi dimana individu terhambat atau

gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang

diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebes

bertindak dalam rangka mencapai tujuan.

2) Stres , dalam hal ini stres psikologis (psychological

stress) sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis. Adapun stres

muncul berupa stimulus eksternal (sosiologis atau

situasional) dan bisa berupa stimulus internal

(intrapsikis), yang diterima atau dialami oleh individu sebagai hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan

serta menuntut penyesuaian dana tau menghasilkan

efek, baik somatik maupun behavioral.

3) Deindividualisasi, menurut Lorenz (1966)

deindividualisasi dapat mengarahkan individu kepada

keleluasaan dalam melkaukan agresi sehingga agresi

yang dilakukannya menjadi lebih intens.

4) Kekuasaan dan kepatuhan, kekusaan itu cenderung

disalah gunakan. Dan penyalahgunaan kekuasaan yang


(33)

25

(coercive), memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap kemunculan agresi serta ditunjukkan

oleh sejumlah besar manipulator kekuasaan yang ada.

5) Efek senjata, sejarah mencatat bahwa sejak ditemukan

senjata agresi intraspesies pada manusia menjadi lebih

efektif dan efisein. Sedangkan data dan fakta yang

aktual menunjukkan bahwa moderenisasi, peningkatan

produksi, dan penyebaran senjata konvensional

memberikan andil besar terhadap terus menerus

berlangsungnya konflik-konflik lokal maupun regional.

6) Provokasi, dalam menghadapi provokasi yang

mengancam, para pelaku agresi agaknya cenderung

berpegang pada perinsip bahwa dari pada diserang lebih

baik menyerang lebih dulu, atau dari pada dibunuh

lebih balik membunuh. Dalam hal ini orang selalu

melihara keutuhannya yakni rasa harga diri self esteem

7) Alkohol dan obat-obatan , kedua benda ini apabila

dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan

pengurangan pengendalian diri sekaligus menstimulasi

keleluasaan bertindak. Sudah banyak diberitakan

bahaya kedua benda tersebut apabila tubuh kita

mengkonsumsinya, baik jangka panjang maupun jangka


(34)

26

8) Suhu udara, dibandingkan dnegan faktor-faktor lainnya,

suhu udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh

para peneliti agresi meski sesungguhnya telah sejak

lama ada dugaan bahwa suhu udara memiliki pengaruh

terhadap tingkah laku, termasuk tingkah laku agresif

(Koeswara, 1988).

b. Menurut Mahmudah (2011) Beberapa faktor yang

mempengaruhi agresifitas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Provokasi

Provokasi adalah perbuatan agresi yang disebabkan

oleh adanya usaha yang sifatnya membalas sifat orang

lain (counter agression).

2) Kondisi Aversif

Kondisi Aversif adalah kondisi tidak menyenangkan

yang biasanya dihindarkan oleh seseorang, kondisi ini

merupakan salah satu faktor saja, adanya faktor yang

kurang menyenangkan menyebabkan orang itu lalu

mencoba berbuat sesuatu agar senang dengan

mengubah suasana tersebut. Apabila yang

menyebabkan tidak senang itu orang lain, maka akan

timbul lah perilaku agresif terhadap orang yang menjadi


(35)

27

3) Isyarat Agesif

Isyarat agresif adalah orang yang berbuat agresif karena

melihat stimulus yang diasosiasikan sebagai sumber

perbuatan agresif

4) Kehadiran orang lain

Terjadinya perkelahian di antara pelajar, misalnya, saat

didatangkan kelompok pelajar lain yang menjadi

rivalnya

5) Karakteristik Individu

Individu yang mempunyai sudah terbiasa sehingga

berkarakter agresif akan mempunyai kevenderungan

untuk bertindak agresif (Mahmudah, 2011).

6) Deindividualisasi

Labon menjelaskan bahwa orang yang berasa dalam

kerumunan sering merasa bebas untuk memuaskan nalurinya yang “liar dan destruktif”. Hal ini terjadi karena adanya perasaan tak terkalahkan dan anonimitas.

7) Obat-obatan terlarang

Sudah dapat dimaklumi bahwa obat-obatan terlarang

seperti alkohol,ekstasi, dan sejenisnya dapat menjadi

oemicu seseorang untuk berperilaku agresif. Bukanlah


(36)

28

melakukan perkelahian disebabkan oelh suatu yang

sepele dimana pelaku-pelakunya dalam kondisi mabuk.

7. Definisi Suporter

Menurut Chols (1988) , kata suporter , berasal dari kata kerja

(verb) dalam bahasa inggris to support dengan akhiran (suffict)-er.

To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er

menunjukkan pelaku. Suporter dapat diartikan sebagai orang yang

memberikan dukungan.

Graham (1976) mengartikan suporter sebagai individu

maupun kelompok yang hadir pada suatu pertandingan olahraga

dengan tujuan menunjukkan dukungannya kepada salah satu tim

yang bertanding dan merasa memiliki keterikatan dengan klub

tersebut. Suporter ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih

dibandingkan penonton biasa yang hadir dilapangan.

Soekanto (1990) Suporter merupakan suatu bentuk kelompok

sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin

melihat sesuatu (spectator crowds). Kerumunan semacam ini

hampir sama dengan khalayak penonton, akan tetapi bedanya pada

spectator crowds adalah kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada umumnya tak

terkendalikan. Sedangkan suatu kelompok manusia tidak hanya

tergantung pada adanya interaksi di dalam kelompok itu sendiri,


(37)

29

perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut

suporter dalam hal ini adalah tim sepakbola yang didukung dan

dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain, permainan

bola yang bagus dari tim sepakbola yang didukungnya, ataupun tim

yang berasal dari individu tersebut berasal.

Menurut Indriyati (2003) Supporter adalah orang yang

memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif. Di lingkungan

sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang

dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Suporter

sendiri merupakan bantuk eksistensi dari masyarakat, yang

mempunyai sebuah bentuk kebanggan serta kecintaan terhadap tim

sepak bola. Hal ini yang membuat fanatisme suporter timbul.

Mereka akan sangat senang jika tim mereka menang namun bisa

sangat marah jika terjadi sebaliknya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku suporter sepak bola menurut Indriyanti (2003), yaitu :

a. Kepemimpinan wasit, wasit dalam memimpin pertandingan sering disoroti sebagai pemicu perilaku suporter sepak bola yang agresif yang dapat merugikan banyak kalangan. Permasalahan tentang wasit tidak hanya di Surabaya tetapi sudah menjadi masalah nasional. Wasit seringkali kurang tegas dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, hal inilah yang menyebabkan suporter kesebelasan merasa kesal dan


(38)

30

kurang puas sebagai pelampiasan dari keputusan wasit yang kurang tegas.

b. Permainan kasar tim lawan, pertandingan sepak bola akan dapat dinikmati jika kedua kesebelasan menunjukkan permainan yang cantik, semangat, dan enak ditonton. Suporter sepak bola akan marah jika kesebelasan yang bertanding bermain kasar, sebagai rasa ketidakpuasan maka para suporter sepak bola mulai berperilaku aktif yakni melempari pemain yang bermain kasar (terutama pemain lawan) dengan botol air mineral ataupun dengan berbagai cemooh.

c. Kekalahan tim yang didukung, suporter sepak bola suatu kesebelasan sepak bola di surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya belum cukup dewasa untuk menerima kenyataan yang terjadi di lapangan. Suporter sepak bola akan merasa puas dan senang bila kesebelasan yang didukungnya menang. Suporter sepak bola akan kecewa, kurang puas dan merasa terhina jika kesebelasan yang didukung mengalami kekalahan (Indriyanti, 2003). d. Overacting nya petugas keamanan. Petugas keamanan

sebenarnya adalah mengamankan jika ada suporter sepak bola yang melakukan perbuatan yang merugikan kedua belah pihak kesebelasan yang sedang bertanding. Namun, pada kenyataannya banyak kejadian yang diakibatkan petugas


(39)

31

keamanan, penuh kreatif, dan kreasi yang ditunjukkan oleh suporter sepak bola dalam mendukung kesebelasannya yang kemudian dilarang dengan cara yang kasar serta main pukul pakai tongkat. Petugas beranggapan bahwa suporter sepak bola itu sebagai musuh, seandainya jika pandangan ini diubah dengan beranggapan bahwa suporter sepak bola itu teman serta petugas dapat mengarahkan mereka, tentu terjalin kerja sama yang baik antara petugas keamanan dan suporter sepak bola (Indriyanti, 2003).

B.Prespektif Teoritis

Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti perilaku agresif

suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti ingin

mengetahui gambaran perilaku agresif beserta faktor-faktor yang

menimbulkan perilaku agresif tersebut muncul.

Menurut Myers (2005, dalam Sarwono, 1999) yang dimaksud

dengan perbutan agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja

dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang lain.

Deaux (1993, dalam Nando & Nurmala, 2012) mengatakan bahwa

ada dua macam agresi , yaitu : yang pertama Agresi fisik adalah agresi

yang dilakukan untuk melukai orang lain , secara fisik , meliputi

memukul temna, marik baju teman dengan kasar, meninju teman,

menyikut teman, melempar teman dengan benda, berkelahi, merusak


(40)

32

memaksa teman memenuhi keinginannya, dan melukai diri sendiri.

Sedangkan yang kedua Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan

untuk melukai orang lain secara verbal, meliputi mengejek teman,

menghina teman, mengelurkan kata-kata kotor, bertengkar mulut,

menakut-nakuiti teman, memanggil teman nada kasar, mengancam

dengan kata-kata mengkritik, menyalahkan, dan menertawakan.

Sedangkan faktor-faktor pengarah dan pencetus agresi menurut

Koeswara (1988) :

1) Frustasi , yaitu situasi dimana individu terhambat atau gagal

dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau

mengalami hambatan untuk bebes bertindak dalam rangka

mencapai tujuan.

2) Stres , dalam hal ini stres psikologis (psychological stress)

sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap

keseimbangan intrapsikis. Adapun stres muncul berupa stimulus

eksternal (sosiologis atau situasional) dan bisa berupa stimulus

internal (intrapsikis), yang diterima atau dialami oleh individu

sebagai hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan serta

menuntut penyesuaian dana tau menghasilkan efek, baik

somatik maupun behavioral.

3) Deindividualisasi, menurut Lorenz (1966) deindividualisasi


(41)

33

melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi

lebih intens.

4) Kekuasaan dan kepatuhan, kekusaan itu cenderung disalah

gunakan. Dan penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah

kekuasaan menajdi kekuatan yang memaksa (coercive),

memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap

kemunculan agresi serta ditunjukkan oleh sejumlah besar

manipulator kekuasaan yang ada.

5) Efek senjata, sejarah mencatat bahwa sejak ditemukan senjata

agresi intra spesies pada manusia menajdi lebih efektif dan

efisein. Sedangkan data dan fakta yang aktual menunjukkan

bahwa moderenisasi, peningkatan produksi, dan penyebaran

senjata konvensional memberikan andil besar terhadap terus

menerus berlangsungnya konflik-konflik lokal maupun regional

(Koeswara, 1988).

6) Provokasi, dalam menghadapi provokasi yang mengancam, para

pelaku agresi agaknya cenderung berpegang pada perinsip

bahwa dari pada diserang lebih baik menyerang lebih dulu, atau

dari pada dibunuh lebih balik membunuh. Dalam hal ini orang

selalu melihara keutuhannya yakni rasa harga diri self esteem.

7) Alkohol dan obat-obatan , kedua benda ini apabila dikonsumsi

secara berlebihan akan mengakibatkan pengurangan


(42)

34

Sudah banyak diberitakan bahaya kedua benda tersebut apabila

tubuh kita mengkonsumsinya, baik jangka panjang maupun

jangka pendek.

8) Suhu udara, dibandingkan dnegan faktor-faktor lainnya, suhu

udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh para peneliti

agresi meski sesungguhnya telah sejak lama ada dugaan bahwa

suhu udara memiliki pengaruh terhadap tingkah laku, termasuk


(43)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatif dengan studi

kasus. Peneliti kualitatif Human Instrumen , berfungsi sebagai fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012).

Mulyana (2004) Studi kasus adalah uraian dan penjelasan

konferhensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu

kelompok, suatu organisasi (komunitas), sutau program, atau suatu

situasi sosial. Dalam hal ini peneliti bertujuan memberikan pandangan

lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Mengungkap

perilaku agresi suporter sepak bola Persegres Gresik United beserta

faktor-faktor perilaku agresi yang muncul yang kemudian dikaitan

dengan teori yang ada.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah pertama di Jl.

Sindujoyo 53 Kroman, Gresik. Pengambilan data dilakukan dilokasi

tersebut karena lokasi tersebut merupakan kediaman subjek sebagai

pendiri komunuitas suporter sepak bola Persegres Gresik United yakni


(44)

36

11 , penelitian dilakukan dilokasi tersebut dikarenakan lokasi tersebut

merupakan tempat berkumpul para suporter untuk melakukan rapat,

diskusi maupun kegiatan suporter lainnya.

C.Sumber Data

Sumber data adalah dari mana data penelitian dapat diperoleh.

Adapun yang dijadikan peneliti sebagai sumber data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek pertama adalah L sebagai

pendiri komunitas suporter sepak bola Persegres Gresik United atau

yang disebut dengan Ultras Gresik, subjek kedua adalah J selaku

Sekjen dan subjek ketiga adalah EP korwil markas besar Ultras Gresik.

Informan pendukung, peneliti menggunakan informan yang

ditunjuk oleh subjek karena memiliki informasi yang sama oleh sumber

data sebelumnya. Peneliti juga mewawancarai significant other dari

ketiga subjek, yang mana signifikan other subjek L atau subjek pertama

dalam penelitian ini berinisial F dan BQ sedangkan signifikan other

subjek J atau subjek kedua dalam penelitian ini adalah G dan TM.

Sedangkan untuk signifikan other subjek EP atau subjek ketiga

berinisial W.

D. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah


(45)

37

Pedoman wawancara digunakan untuk mengigatkan peneliti

mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi

daftar pengecek (cheklist) apakah aspek-aspek relevan telah

dibahas atau ditanyakan (Moleong, 2005). Alasan dilakukannya

wawancara mendalam adalah diharapkan peneliti dapat

memperoleh pengetahuan makna-makna subjektif yang dipahami

subjek berkenaan dengan topik yang diteliti, pengalamannya serta

seperti apa emosi dan motifnya dalam melakukan kegiatannya

sehingga kemudian akan dilakukan eksplorasi terhadap topik yang

diteliti.

Wawancara mendalam akan memungkinkan peneliti memasuki

dunia pikiran dan perasan subjek. Adapun petunjuk wawancara

yang akan diajukan kepada subjek yaitu dibuat berdasarkan

teori-teori perilaku agresif yang didalamnya terdapat aspek beserta

faktor-faktonya. Selain wawancara kepada subyek, peneliti juga

melakukan wawancara kepada significant other, yang mana

significant other disini digunakan sebagai pelengkap data serta bukti-bukti untuk mengetahui perilaku beserta faktor-faktor terkait

perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

pertanyaan untuk subjek meliputi profil subjek hal ini bertujuan

untuk mengetahui latar belakang subjek, perilaku agresif baik


(46)

38

menyebabkan perilaku agresif itu muncul. Sedangkan pertanyaan

untuk significant other meliputi profil subjek serta perilaku agresif

baik verbal maupun non verbal (fisik) serta faktor-faktor apa saja

yang menyebabkan perilaku agresif itu muncul untuk memperoleh

keabsahan data.

E. Prosedur Analisis dan Intrepetasi Data

Analisis data menurut Moleong (1988) adalah mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan

mengategorikannya. Adapun teknik analisis yang dilakukan oleh

peneliti dalam penelitian ini mengunakan analisis kualitatif. Dalam

penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Dengan pengamatan yan terus menerus tersebut mengakibatkan variasi

data tinggi sekali.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip wawancara yang

telah di verbatim. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi

dan mensistemati data secara lengkap dan mendetail sehingga data

dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari

(Poerwandari, 2005). Pada penelitian kualitatif, koding dilakukan


(47)

39

Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan melalui

(Poerwandari, 2005), yaitu:

1. Peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau

catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom

kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip.

Hal ini akan memudahkannya membubuhkan kode-kode atau

catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.

2. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada

baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam

hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut

dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan

nomor baru untuk paragraf baru.

3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas

dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang

mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas

tersebut. Jangan lupa untuk selalu membubuhkan tanggal di

tiap berkas.

4. Setelah melakukan koding selanjutnya peneliti melakukan

analisis tematik terhadap data yang diperoleh. Analisis tematik

adalah proses yang memungkinkan penerjemah gejala atau

informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai dengan


(48)

40

Penggunaan analisis tematik memungkinkan penelit i

menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak melihatnya secara

jelas. Setelah tema ditemukan (seeing), maka tahap selanjutnya

mengklasifikasikan atau meng-encode pola tersebut (seeing as)

dengan cara memberikan label, definisi atau deskripsi

(Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Dengan

menggunakan analisis tematik ini maka hasil penelitian berupa

deskripsi dari pola-pola yang sudah didapatkan dari hasil

mengkoding data-data yang diperoleh dari hasil wawancara.

F. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan

teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas

sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu

derajat kepercayaan (credibility), keterahlian (tranferability),

keberuntungan (dependability), dan kepastian (confirmability)

(Moleong,2007).

Pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan

triangulasi. Menurut Moleong (2011) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Temuan penelitian dicocokan kembali dengan data yang diperoleh

melalui wawancara, rekaman maupun dokumen. Apabila diketahui

data-data tersebut dinilai koheran, maka temuan penelitian ini


(49)

41

konfirmabilitas data, peneliti meminta bantuan kepada para ahli

terutama kepada para sumber data. Pengecekan hasil dilakukan secara

berulang-ulang serta dicocokam dengan teori yang digunkan dalam

penelitian ini.

Patton (Poerwandari, 2005) menyatakan bahwa triangulasi dapat

dibedakan dalam:

a. Triangulasi data, digunakan variasi sumber data yang

berbeda

b. Triangulasi peneliti, digunakan beberapa peneliti atau

evaluator yang berbeda

c. Triangulasi teori, dilakukan beberapa perspektif yang

berbeda untuk mengintrepetasi data yang sama

d. Triangulasi metodologis, dipakainya beberapa metode

yang berbeda untuk meneliti satu hal yang sama.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data dari significant others sebagai penguat dan penambah informasi

yang telah didapatkan melalui nara sumber. Significant others yang

dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang ditunjuk oleh sumber

data yang pernah terlibat dalam perilaku agresif serta suporter sepak

bola Persegres Gresik United yang secara langsung mengetahui kondisi

dilapangan, sehingga informasi yang didapatkan dipercaya sepenuhnya.

Hasil analisis dari sumber data penelitian ini akan dibandingkan


(50)

42

data terkait yang mengetahui secara langsung perilaku agresif suporter

sepak bola Persegres Gresik United. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan koherensi tentang data yang didapat dilapangan dengan

data yang berasal dari significant others. Triangulasi data ini dapat

terlihat pada hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan analisis

verbatim dan koding secara bergantian antara sumber data dengan


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Partisipan

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan yakni

sejak awal bulan Juni dan berakhir pada bulan Juli 2015. Dan tahapan

penelitian ini dapat disisipkan dengan tahapan lain tanpa mengurangi

esensi dari penelitian itu sendiri.

Penelitian ini tidak lepas dari adanya kendala yang terjadi selama

proses penelitian. Kendala yang ditemui pada penelitian ini

diantaranya yang tersulit adalah kendala internal yang dialami peneliti

yaitu setelah menemukan subjek ke dua ternyata subjek tersebut tidak

bersedia untuk diwawancarai, subjek tersebut menyarankan peneliti

untuk menemui seseorang yang tak lain merupakan salah satu

pengurus di Mabes Ultras Gresik dan memasrahkan kepadanya sebagai

subjek pengganti, setelah ada persetujuan maka diadakan kesepakatan

waktu untuk mengadakan wawancara.

Dalam menemukan subjek, peneliti juga mengalami kendala mana

kala secara langsung datang ke kediaman subjek yang dimaksud tetapi

tidak ada respon, adapula ketika menghubungi salah satu subjek,

respon yang diberikan kurang atraktif. Sehingga peneliti meminta

rekomendasi subjek lain kepada sekjen selaku pengurus dan juga


(52)

44

Adapula setelah mendapat subjek ke 3 yang akan di wawancari

ternyata subjek susah untuk dihubungi dan akhirnya peneliti mencari

subjek pengganti dan subjek pengganti tersebut bersedia untuk

diwawancarai.

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang

pertama adalah penentuan karakteristik dan status subjek penelitian.

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perilaku agresif dan

Faktor-faktor perilaku agresi yang muncul dari suporter sepak bola Persegres

Gresik United.

Tahap pertama adalah penelusuran informasi tentang subjek

penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan peneliti pada subjek

adalah mendekati subjek kemudian berkenalan dengan subjek dan

peneliti mengutarakan maksud dan tujuan untuk menjadikannya

sebagai subjek penelitian. Setelah mendapat persetujuan maka

diadakan kesepakatan waktu untuk mengadakan wawancara dengan

subjek. Apabila dalam wawancara pertama ternyata masih ada

beberapa hal yang diperlukan penjelasan maka diadakan wawancara

lanjutan dengan kesepatakan pertemuan yang dilakukan oleh peneliti

dan subjek.

Dari beberapa proses yang sudah peneliti lalui, maka dibawah ini


(53)

45

1. Subjek pertama

Subjek pertama berinisial L , subjek merupakan pendiri

komunitas Ultras Gresik atau yang tak lain nama dari suporter

sepak bola Persegres Gresik United. Usia subjek 30 tahun dengan

berat badan sekitar 120 kg. Kulit khas Indonesia sawo matang.

Lokasi penelitian dilakukan ditoko subjek, dikarenakan subjek

merupakan owner toko Press sticker & digintal printing didaerah

kroman , Gresik.

Peneliti mengajak bertemu dengan subjek pertama pada

tanggal juli 2015, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujuan bertemu dengan L, yaitu mengharapkan kesedian subjek

menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat

mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan serta proses

wawancara yang akan dilaksankan dengan subjek.

Subjek mendengarkan penjelasan dari peneliti dan dia

menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian. Setelah subjek

pertama mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Bersedia

Menjadi Responden, maka peneliti menanyakan waktu wawancara

dengan subjek.

Pada pertemuan pertama peneliti memperkenalkan diri dan

maksud dari penelitian yang akan dilakukan. Observasi tidak

dilakukan dikarenakan tidak adanya pertandingan sepak bola yang


(54)

46

Indonesia. Peneliti tertarik meneliti subjek dikarenakan latar

belakang subjek sebagai pendiri komunitas suporter sepak bola

Persegres Gresik United. Karena dari pengalaman subjek sebagai

pendiri yang memahami seluk beluk suporter yang sama-sama

menginginkan pesepakbolaan di kota Gresik lebih berkembang

seperti di kota-kota lain, subjek merupakan suporter langsung

dilapangan baik dalam kandang sendiri maupun luar kandang saat

laga pertandingan berlangsung. Sehingga peneliti dapat

mengetahui perilaku agresif beserta faktornya yang ada pada

suporter sepak bola Persegres Gresik United dengan nama lain

Ultras gresik.

Subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada

wawancara dengan lancar serta diiringi canda tawa. Subjek juga

orang yang apa adanya, ceplas-ceplos dan terbuka. Subjek seorang

yang ramah dibuktikan ketika proses wawancara subjek banyak

tersenyum dan tertawa.

Setelah wawancara selesai peneliti segera melakukan

pengolahan data dan ternyata masih ada data-data yang kurang

sehingga peneliti segera menghubungi subjek dan membuat janji

untuk melakukan wawancara kedua. Berdasarkan kesepakatan

dengan subjek, maka wawancara kedua dilaksanakan pada 26 Juli


(55)

47

Ketika wawancara peneliti mengeluarkan peralatan yang

digunakan dalam wawancara dan wawancara segera dimulai.

Setelah wawancara selesai peneliti segera melakukan pengolahan

data ternyata masih ada data-data yang kurang jelas sehingga

peneliti segera menghubungi subjek dan membuat janji untuk

melakukan wawancara kedua.

Namun sebelum tahap ini dilakukan, terlebih dahulu disusun

sebuah pedoman wawancara yang menjaga agar penggalian data

ini tetap fokus pada data-data yang ingin diungkap. Pedoman

wawancara tersebut tidak berlaku mutlak, namun menyesuaikan

dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Setelah peneliti

melakukan wawancara yang pertama meminta ijin dan

rekomendasi dari subjek tentang seseorang yang dapat menjadi

informan menganai perilaku agresif suporter sepak bola Persegres

Gresik United. Subjek tidak keberatan dan memberikan nama F ,

yang merupakan suporter aktif yang sering mengikuti pertandingan

Persegres Gresik United baik didalam stadion Tridarma mapun di

luar stadion. Sedangkan BQ merupakan suporter VIP aktif di

stadion Tridharma.

2. Subjek kedua

Subjek kedua berinisial J. Subjek merupakan Sekjen Ultras

Gresik, dan berdomisili di Gresik. Pada awal penentuan subjek


(56)

48

tersebut melimpahkan keseluruhnya kepada sekjen. Subjek merasa

tidak kebertan akan hal itu, sehingga peneliti membuat janji untuk

bertemu dengan subjek pada 15 juli 2015. Dan subjek meminta

surat penelitian sebagai surat jalan. Setelah itu disepakati bahwa

wawancara dilakukan di Mabes Ultras Gresik pada tanggal 15 Juli

2015.

Usia subjek 31 tahun dengan berat badan sekitar 75 kg. Kulit

khas Indonesia sawo matang. Lokasi penelitian dilakukan mabes

(markas besar) Ultras Gresik, yang terletak di Jl. Proklamasi 11 ,

Gresik.

Kemudian peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan

tujuan bertemu dengan J, yaitu mengharapkan kesedian subjek

menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat

mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan dan proses

wawancara yang akan dilaksankan dengan subjek.

Penelitian dilakukan pada tanggal 15 juli 2015. Pada

pertemuan pertama peneliti memperkenalkan diri dan maksud dari

penelitian yang akan dilakukan. Peneliti tertarik meneliti subjek

dikarenakan latar belakang subjek sebagai sekjen suporter sepak

bola Persegres Gresik United. Tentunya memahami seluk beluk

suporter baik di kandang sendiri maupun dikandang lawan. Selain

itu subjek ikut serta dalam pengamanan suporter yang bertandang


(57)

49

agresif beserta faktornya yang ada pada suporter sepak bola

Persegres Gresik United dengan nama lain Ultras gresik.

Subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada

wawancara dengan lancar serta diiringi canda tawa. Subjek juga

orang yang apa adanya, ceplas-ceplos dan dengan pembawaan

santai. Subjek seorang yang ramah dibuktikan ketika proses

wawancara banyak tersenyum dan tertawa.

Setelah subjek mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan

Bersedia Menjadi Responden, maka peneliti menanyakan waktu

wawancara dengan subjek. Setelah wawancara selesai peneliti

segera melakukan pengolahan data dan ternyata masih ada

data-data yang kurang sehingga peneliti segera menghubungi subjek dan

membuat janji untuk melakukan wawancara kedua. Berdasarkan

kesepakatan dengan subjek, maka wawancara kedua dilaksanakan

pada 25 Juli di rumah subjek di Jl. Elang A-8 GKA, Gresik.

Setelah peneliti melakukan wawancara yang pertama

meminta ijin dan rekomendasi dari subjek tentang seseorang yang

dapat menjadi informan mengenai subjek. Subjek tidak keberatan

dan memberikan nama G, yang merupakan suporter aktif yang

sering mengikuti pertandingan Persegres Gresik United. G

merupakan suporter aktif yang masuk pada komunitas ultras Curva


(58)

50

3. Subjek ketiga

Subjek kedua berinisial EP. Subjek merupakan anggota

Korwil untuk daerah Kartini. Peneliti mengajak bertemu dengan

subjek ketiga pada tanggal 13 juli 2015, peneliti memperkenalkan

diri dan menjelaskan tujuan bertemu dengan EP, yaitu

mengharapkan kesedian subjek menjadi subjek. Usia subjek 32

tahun dengan berat badan sekitar 72 kg. Kulit khas Indonesia sawo

matang.

Peneliti tertarik meneliti subjek dikarenakan latar belakang

subjek sebagai korwil suporter sepak bola Persegres Gresik United.

Sebagai koordinator wilayah tentunya subjek juga berperan penting

dalam meminimalisir adanya gesekan baik antar suporter maupun

dengan pihak-pihak yang memicu timbulnya perilaku agresif

suporter, selain itu dari hasil wawancara ditemukan bahwa subjek

juga sebagai pelaku agresif meskipun tindakan itu dilakukannya

secara spontan.

Dari pengalaman subjek tersebut, peneliti dapat mengetahui

perilaku agresif beserta faktornya yang ada pada suporter sepak

bola Persegres Gresik United dengan nama lain Ultras gresik.

Lokasi penelitian dilakukan diwarung subjek, karena subjek

sebagai penjual kopi dan bekerja swasta disalah satu perusahaan


(59)

51

Peneliti memberikan gambaran singkat mengenai maksud

dari penelitian yang dilakukan dan proses wawancara yang akan

dilaksankan dengan subjek. Subjek menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada wawancara dengan lancar serta

diiringi canda tawa. Subjek juga orang yang apa adanya dengan

pembawaan santai . Subjek seorang yang ramah dibuktikan ketika

proses wawancara banyak tersenyum dan tertawa terutama saat

menceritakan pengalaman yang mengesdankan saat masih duduk

dibangku sekolah sebagai suporter.

Subjek mendengarkan penjelasan dari peneliti dan dia

menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian. Setelah subjek

mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Bersedia Menjadi

Responden, maka peneliti menanyakan waktu wawancara dengan

subjek. Ketika wawancara peneliti mengeluarkan peralatan yang

digunakan dalam wawancara (pedoman wawancara, alat perekam,

dan alat tulis) dan wawancara segera dimulai. Setelah wawancara

selesai peneliti segera melakukan pengolahan data.

Setelah peneliti melakukan wawancara yang pertama

meminta ijin dan rekomendasi dari subjek tentang seseorang yang

dapat menjadi informan mengenai subjek. Subjek tidak keberatan

dan memberikan nama W, yang merupakan suporter aktif yang

sering mengikuti pertandingan Persegres Gresik United. W


(60)

52

B. Temuan Penelitian

1. Diskripsi Temuan Penelitian

Dalam penelitian ini subjek memaparkan banyak data yang

kemudian akan diolah oleh peneliti. Dari data yang diungkpakan

peneliti ingin menjawab dua rumusan masalah yang telah

dipaparkan dalam BAB I, yaitu perilaku agresif suporter sepak

bola Persegres Gresik United dan faktor-faktor yang menyebabkan

timbulnya perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik

United.

Berikut ini diskripsi temuan penelitian hasil wawancara oleh

peneliti :

Suporter Persegres Gresik United merupakan suporter yang

selalu memegang teguh slogan AIB (alangkah indahnya bersatu)

“nek sang jare iku mbak. Arek-arek iku ga

ngara nglakoni ngunu iku nek ga digarai. Ultras iku terkenal suporter cinta damai . Ambek nyekel seru sing jengenge slogan AIB sing artine alangkah indahnya bersatu. Ambek wong gresik nek sang proso yo ga seneng rame-rame mbak, seneng e sing guyup. Wes budaya e paling yo. Karo onok selogan mbak sing dadi dasar seru. Siro tepak eson sanak, siro

mayak esok kari ngasak. ” (CHW

01.01.09)

“Wong arek ultras iku nyekel semboyan

AIB iku mau mba. alangkah indahnya bersatu mbak. Persaudaraan sing kuat sing

dipegang teguh hehehe.” (CHW 05.01.16


(61)

53

“Selama ini yang saya lihat ya.

Teman-teman iku memegang teguh makna AIB. Yang artinya alangkah indahnya bersatu. Dadi ga ngara nglakoni kyok ngunu nek ga onok sing mulai. Ancene suporter persegres sing jeneng e ultras iku bedo mbak teko suporter laine. Kita juga dijuluki sebagai surganya suporter. Nak kene mbasi dua kubu suporter lain sing tanding pihak ultras mbeking ben aman mbak. Minimalisir kerusuhan.” (CHW 02.01.07)

Hasil wawancara dengan subjek, menunjukkan perilaku

agresif dalam bentuk verbal antara lain :

“Biasane sing dicaci iku wasit mbak, yo

biasane wasit diilokno goblok.” (CHW

01.01.10)

“Eh wasite bleeeh (bodoh). maine koyok

taek. Sing lungguh ndelok bokep. Iku gawe sesama suporter sing pas pertandingan

berlangsung lungguh ae. ” (CHW 01.01.11)

“Sit sit sit wasit raimu asu cok. P P P PSSI

raimu asu cok.” (CHW 01.01.13)

“Yo mesoh mbak, ngunu iku kalimat e.”

(CHW 01.01.12)

“Kekecewaan juga diperlihatkan dengan lirik

yel-yel yang dinyanyikan Ultrasmania yang isinya mendesak pelatih dan manajemen

untuk memperbaiki susunan pemain,

strategi permainan bahkan mengganti

pelatih yang dianggap oleh suporter Ultras Mania sudah tidak mampu menangani tim, isi yel-yel tersebut dapat dituliskan sebagai

berikut: “kami butuh prestasi bukan

degradasi” “turunkan pelatih Agus yuwono sekarang juga” “sepak bola jangan


(1)

77

non verbal yang berujung pada terancamnya keselamatan wasit itu

sendiri.

Sedangkan menurut Mahmudah (2011) faktor agresif salah

satunya adalah kondisi aversif adalah kondisi tidak menyenangkan

yang biasanya dihindarkan oleh seseorang, menurut Barikit kondisi

ini merupakan salah satu faktor saja, adanya faktor yang kurang

menyenangkan menyebabkan orang itu lalu mencoba berbuat

sesuatu agar senang dengan mengubah suasana tersebut. Apabila

yang menyebabkan tidak senang itu orang lain, maka akan

timbullah perilaku agresif terhadap orang yang menjadi penyebab

tersebut.

Rasa tidak senang tersebut dipicu oleh berbagai hal yang ada

dilapangan. Antara lain ketidak adilan wasit, pemain yang selama

pertandingan bermain curang, hakim garis yang tidak transparan

dalam memberikan keputusan.

Dijelaskan dalam pembahasan diatas bahwa ada beberapa

faktor yang ditemui oleh peneliti saat wawancara. Antara lain

frustasi mana kala tim kebanggan kalah dalam pertandingan

terutama dikandang sendiri, rasa malu dan kecewa karena tim yang

didukung tidak memenangkan pertandingan terutama dengan tim

rival. Selain itu provokasi baik secara verbal maupun fisik dapat

membuat suporter tersulut amarahnya dan membalas hal tersebut


(2)

78

beberapa subjek bahwa suporter sepak bola Persegres Gresik

United tidak akan melakukan perilaku agresif jika tidak ada yang

memprovokasi. Selain itu alkohol juga merupakan faktor yang

menyebabkan perilaku agresif muncul pada suporter, jenis alkohol

baik dengan kadar rendah maupun tinggi sama-sama berpengaruh

pada kesadaran dan kognitif seseorang. Selain itu kondisi asertif

yang merupakan kondisi tidak menyenangkan yang dilakukan oleh

orang lain. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh tim lawan, hakim

garis dan sebagianya. Dapat dengan cepat memicu perilaku agresif.

Selain wasit sebagai faktor utama penyebab perilaku agresif

suporter sepak bola Persegres Gresik United adapula hakim garis

yang berlaku tidak adil, pemain lawan yang curang, kekalahan tim

Persegres Gresik United, pelatih yang tidak becus mengatur


(3)

79 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Bentuk perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United

terdiri dari perilaku agresif verbal dan non verbal. Perilaku agresif verbal

antara lain : mencaci maki, mencela, dan berkata kotor. Sedangkan

perilaku agresif non verbal atau fisik antara lain : melempar, menyerang

kelompok lain dan merusak fasilitas umum. Beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik

United meliputi provokasi, pengaruh alkohol, keputusan maupun keadilan

wasit. Perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United

dilakukan secara spontan manakala diri sendiri maupun kelompok merasa

terancam seperti melakukan serangan balasan ketika ada suporter lawan yang provokatif, kekuasaan dan kepatuhan yang dimiliki oleh wasit

menimbulkan ketidak puasan akan keputusan maupun keadilan wasit yang

memihak pihak pada tim lawan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Bagi suporter sepak bola Persegres Gresik United

Meminimalisir perilaku agresif yang merugikan diri sendiri maupun

orang lain dengan menahan diri untuk tidak terprovokasi. Lebih


(4)

80

dilapangan seperti menyanyikan yel-yel positif dan atraktif yang

ditujukan untuk pemain maupun suporter lawan, koreografi dan

selebrasi yang tidak berlebihan.

2. Wasit pertandingan

Lebih bijak dalam mengambil keputusan sehingga tidak merugikan

salah satu pihak. Pembinaan wawasan serta intelektual wasit oleh

menteri pemuda dan olaraga sehingga mencetak wasit-wasit yang

berkualitas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian mengenai faktor – faktor lain dari

perilaku agresi seperti penyebab sosial, penyebab situasional, maupun

penyebab lingkungan pada suporter sepak bola Persegres Gresik


(5)

81 DAFTAR PUSTAKA

Aronson, E.(1972). The Social Animal. San Fransisco : Freeman.

Atmojo, M. B.(2010). http://Ultrasgresik.blogspot.com/p/sejarah-ultras.html di unduh pada tanggal 15 Maret 2015.

Baron, R. A., Byrne, D.(2005). Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih

Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.

Baron, R. A., dan Byrne.(2003). Psikologi Sosial Jilid 1 (terjemahan Djuwita,

R.).Jakarta: Erlangga.

Baron, R.(1977). Human Aggression. New York : Plenum.

Brigham, J. C.(1991). Social Psychology. New York: Harper Collins Publisher.

Chols, J. M dan Hassan, S. (1988). Kamus Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia.

Jakarta

Dayakisni & Hudainah.(2001).Psikologi Sosial.Malang:UMM press.

Deaux, K. Dane, F. C, & Wrightsman, L. S. (1993). Sosial psychology in the

90’s)6th).

California:books.

Deaux, K., Dane, F. C. & Wrigshtsman, L. S. (1993). Social psychology in the

90’s (6 th). California: Brooks

Fadila,R.Hubungan identitas sosial dengan perilaku agresif pada geng motor. Jurnal Psikologia. Universitas Sumatra Utara. Vol. 8 (2), 2013 ,73-78.

Freud, S.(1955). The Standart Edition of the Complete Psychological Works of

Sigmund Freud. London : Shorouk

Graham.(1976). Psychology of Sport. New Jersey : Prentice Hall.Gramedia

Handayani,L.dkk, Hubungan Antara Intensitas Kekerasan Fisik Dan Verbal Yang Diterima Anak Dari Orang Tua Dengan Kecenderungan Agresif Anak, Fenomena : Jurnal Psikologi, Vol.V (5),2000, 36.

Hanurawan,F.(2010). Psikologi Sosial suatu pengantar.PT. Remaja Rosdakarya

Offset: Bandung.

Indriyanti, E. (2003). Hubungan Fanatisme dengan Agresifitas. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Kartono,K.(2003).Sosiologi Pedesaan. Malang :UMM Pres.

Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung : Rosda Offset.

Lorenz, K. (1966). On Aggression.New York : Harcorut Brace Javonovic.

Mahmudah,S.(2011). Psikologi Sosial teori dan model penelitian.Malang:UIN

Maliki Press

Morgan, C.T.(1987). Introduction to Psychology. Tokyo : McGraw-hill

Kogakusha Ltd.

Moyer, K.(1971).The Psysiology of Hostility.Chicago : Markham.

Mulyana, D.(2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Myers, D. G.(2005).Social Psychology. New York : McGraw Hill, Higher

Education.

Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is Happy? Psychological Science, 6,

10-19.


(6)

82

Nurmala & Nando.(2012). Hubungan antara perilaku menonton film kekerasan

dengan perilaku agresi remaja. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol.06. Hal

19-38.

Sarwono, W. S. (2002). Psikologi Sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial.

Jakarta: Balai Pustaka.

Sarwono. W. S. (2002). Psikologi Sosial: psikologi kelompok dan psikologi

terapan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A.1991. Psikologi Sosial , jilid II. Edisi kelima. Alih Bahasa : Michael Adryanto. Jakarta : Penerbit Airlangga.

Soekanto,S.(1990).Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT.Rajawali

Sugiyono.( 2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :

alfabeta.

Suryanto&Yuwono.(2001).Deskripsi Perilaku Agresi Penonton Sepakbola

Surabaya. Laporan Penelitian. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

No.31.

Sutowo &Wibisono.(2013) Perilaku Agresif Anggota Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) “X” Di Provinsi D.I. Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia. DIY.Vol. X (2),.

Taufik, A.(2015). Final piala gubernur diwarnai tawuran antar suporter. Pojok pitu.com diunduh pada tanggal 18 Maret 2015.

Utomo & Warsito. (2012). Hubungan antara frustasi dan konformitas dengan

perilaku agresi pada suporter bonek Surabaya. Jurnal Penelitian Psikologi,

Vol. 1 (2),.

Widiatmoko, M. T. (2007).Perilaku agresif pada komunitas scooter ditinjau dari

kecerdasan emosional. Skripsi . Universitas Katolik Soegijiapranata. Zaib, A.(2013).

(http://Olahraga.kompasiana.com/post/read/547192/3/laga-persib- vs-gresik-memakan-korban-8-bobotoh-patah-tulang-danluka-luka-karena-tawuran-.html diunduh pada tanggal 18 Maret 2015