BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KELAINAN KATUP
JANTUNG
3.1 PENGKAJIAN
1 Identitas Pasien
Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
karena banyak orang yang namanya sama
Umur : Tidak dipengaruhi oleh umur
Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Alamat : Tidak dipengaruhi alamat karena kelainan katup itu
didapatkan sejak lahir
Pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
Pendidikan : Bagi yang berpendidikan rendah minim
mendapatkan pengetahuan tentang penyakit kelainan katup jantung, maka akan menganggap remeh rasa
nyeri yang dirasakan, bahkan menganggap penyakit ini hanya penyakit biasa yang mudah untuk sembuh
dengan sendirinya dan akan memakan makanan yang akan memperparah penyakit ini.
Suku bangsa : Untuk mengetahui dari mana asal dan letak geografis
tempat tinggal pasien. 2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri pada bagian dada, adanya sesak nafas yang
berlebihan
b. Riwayat Kesehatan sekaranng : Klien masuk dengan keluhan sesak
nafas,nyeri di bagian dada sebelah kiri. Nyeri timbul hilang, nyeri bertambah saat klien menarik nafas. Nyeri lebih bertambah saat
beraktifitas yang berat. Wajah klien tampak menahan nyeri saat bernafas. Klien juga tanpak lemas. Bibir klien terlihat kebiruan
seanosis mukosa bibir kelihan kering, nafsu makan berkurang sejak klien sakit , berat badan 50 kg. Istri klien mengatakan 2 tahun yang
lalu klien pernah mengalami kecelakaan motor.
c. Riwayat Kesehatan dahulu : Klien tidak pernah mengalami sakit yang
serius, hanya sering batuk filek, panas dingin dan hilang dalam beberapa hari. Klien juga memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 1
SMA, kebiasaan minum kopi setiap pagi dan sore
d. Riwayat kesehatan keluarga : Belum pernah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit serupa sebelumnya 3 TTV Tanda – Tanda Vital
TD : 130 80 mmHg Meningkat menahan rasa nyeri
N :130 x per menit menhan rasa nyeri
T :37,5 Normal
RR : 28 x per menit, cepat dan dangkal
4 Pemeriksaan Fisik
Head To Toe:
1 Kepala : Kulit kepala bersih, bulat sempurna, rambut panjang
lurus, tidak ada benjolan atau lesi. 2 Kulit
: turgor kulit baik 2dtk. 3 Mata
: Konjungtipa tidak anemis maupun hiperemis, scera normal konjungtiva berwarna merah mudah, tidak
nanpak ikterik, pupil isokor, palpebra normal, tidak adanya edema, lensa normal, tidak nanpak adanya
kekeruan pada lensa, 4 Hidung
: Hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak septum deviasi, tidak ada nyeri tekan sinus.
5 Mulut : Lembab,
6 Telinga : simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih
dan tidak ada cairan yang keluar, serta pendengaran baik tidak tuli.
7 Leher : Leher terlihat normal, tidak terlihat adanya
kakikuduk, pembesaran JVP, tenggorokan normal, tidak ada pembesaran tonsil, nyeri telan.
8 Thorax dada : 1 Pemeriksaanparu-paru:
1.
Inspeksi : bentuk dada normal tidak terlihat adanya barel chest, funnel, atau pidgoen, tanpak
pengembangan paru tidak maksimal, terdapat penggunaan otot bantu: pernafasan
2. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
3. Auskultasi :
terdengar adanya suara wising saat perkusi terdengar adanya bunyi
hipersonor.
2 Pemeriksaan jantung : 1. Inspeksi
: saat diperhatikan daerah apeks kordis, dan iktus kordis tidak nanpak
2. Palpasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2 dekat
sternum didengar suara S1, dan terdengar suara jantung S2 didaerah ICS ke4 dan ke5
linea midklavikula. 3. Auskultasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2
dekat sternum didengar suara S1, dan terdengar suara jantung S2 didaerah ICS
ke4 dan ke5 linea midklavikula. 9 Pemeriksaan abdomen :
a Inspeksi : Abdomen nampak flat
b Auskultasi : saat dia auskultasi terdengar bising usus dan
peristaltik ,5-35xmnt saat dipalpasi tidak
ditemukan adanya pembesaran hepar, atau splenomegali
c Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa
terutama pada abdomen kuadran kanan bawah teraba agak kaku, tidak ada pembesaran hepar
d Perkusi :
terdengar suara tympani.. e Pemeriksaan Genetalia : Tidak ada lesi, dan bersih.
f Pemeriksaan Extermitas : Kekuatan otot atas , bawah, kanan,
kiri, didapatkan hasil kekuatan otot 5, ROM aktif, dan capillari refil 2 detik.
5 Kebutuhan Dasar Kebutuhan dasar manusia ada 11 pola Gordon :
1 Pola nutrisi Klien makan 3x sehari, berat badan klien 50 kg, tinggi badan 150
cm, IMT klien 22, BBR klien 45, selama sakit tidak ada penurunan terhadap berat badan. Klien tidak memiliki makanan kesukaan dan
tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.klien tidak memiliki masalah pencernaan seperti: mual, munta, ataupun
kesulitan menelan, kebutuhan pemenuhan ADL makan klien dilakukan secara mandiri
2 Pola eliminasi Klien melakukan eliminasi fekalbowel 1x sehari tanpak
menggunakan pencahar, dan eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Klien tidak memiliki
gangguan eliminasi seperti diare, konstipasi, atau inkontinensia bowel. Pemenuhan kebutuhan bowel klien dilakukan secara mandiri
3 Pola aktivitas dan latihan Klien bekerja sebagai petani disawah. Klien tidak pernah berolah
raga, karna sebagian besar waktunya dihabiskan disawah. Klien
tidak pernah menggunakn alat bantu seperti kursi roda, maupun
tongkat. Kemampuan klien aktif ADL dilakukan secara mandiri.
4 Pola tidur dan istirahat
Klien tidur sehari 6-8 jam, klien tidak terlalu biasa tidur siang, klien tidak pernah mengalami gangguan tidur sebelum sakit, namun
saat sakit ini klien sering terbangun karena nyeri dada sebelah kiri, nyeri hilang timbul, lebih nyeri saat beraktifitas yang berat
6 Pemeriksaan Lab dan Diagnostic Spesifik 1.
Analisi Gas Darah Gambaran analisis gas darah berupa penurunan tekanan oksigen
arterial dengan tekanan CO
2
arterial normal atau menurun. Pada gagal jantung akut, tampak penurunan hebat tekanan oksigen arterial, asidosis
metabolik dan tekanan CO
2
arterial menurun. Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan
dini atau hipoksekmia dengan peningkatan PCO
2
Dari hasil AGD menunjukan ph 7,30 MmHg PCO2 = 34-45 mmHg, PO2 = 6,5 mmHg, interprestasiadalah asidosis respiratorik
2. Kateterisasi Jantung Memungkinkan pengkuran lansung pada bilik jantung dengan hasil
yang akurat. Ekokardiografi dengan kualitas tinggi telang menggantikan fungsi kateterisasi jatung sebagai pemeriksaaan penunjang yang rutin.
Namun Angiografi koroner masih digunakan untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner yang menyertai bila dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan bedah. 2. Ekokardio grafi
Dengan posisi pengambilan aksis bujur dan aksis lintang parasternal atau subsifoid, dapat direkam kedua pembuluh darah besar aorta dan
pulmonal dan hubungannya dengan kedua ventrikel tempat asal keluarnya. Tampak kedua pembuluh darah besar berjalan paralel pada
rekaman aksisi bujur para sternal. Pada rekaman aksis lintang parasternal, tampak posisi katup aorta justru berada disebelah anterior dan katub
pulmonal di sebelah posterior.dan apabila transduser kemudian lebih diarahkan ke posterior pada aksis lintang itu, maka akan tampak
percabangan dari pembuluh darah yang berada di sebelah posterior dan percabangan ini menunjukkan bahwa pembuluh darah itu adalah arteri
pulmonal.
Dimensi ventrikel kanan biasanya besar dan ventrikel kiri dalam batas normal, kecuali sudah terjadi hipertrofi biventrikuler. Pada pemeriksaan
ekokardiografi, identifikasi morfologi tiap ruang ventrikel sangat penting dipehatikan, seprti bentuk trabekelnya, ada tidaknya infundibulum, jumlah daun
katup, dan jumlah otot papiler yang dimiliki ruangan itu.
3.2. Analisa Data