ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK KONVENSIONAL (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk dan PT.Bank Jatim Tbk)

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BANK KONVENSIONAL (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk dan PT.Bank Jatim Tbk)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Kety Lulu Agustin

09610012

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan pada Bank Konvensional (Studi pada Bank Negara Indonesia,Tbk dan Bank Jatim, Tbk Cabang Malang)”. Penyusunan skripsi ini ditunjukkan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari atas bantuan, bimbingan, pengarahan serta dorongan dari barbagai pihak. Oleh karena itu, tidak ada kata dan ungkapan selain doa semoga Allah SWT membalas budi baik semuanya serta ucapan terima kasih yang besar-besaranya penulis haturkan kepada yang terhormat, yaitu:

1. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ekonomi.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M. Ak selaku ketua Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Marsudi, M.M dan Dra. Dewi Nurjannah, M.M selaku dosen Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, serta koreksi dalam penulisan skripsi ini.

4. The Lovely Father, Mother, Sister yang telah menjadi motivasi bagi penulis dalam Segala hal. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doa yang tidak ada habisnya. Love You so much...

5. The Lovely Man, Edy Suprianto yang telah setia menemani dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.

6. Best Friends “Powerrangers” yang anggotanya Ranger White (Echi), Ranger Black (Uyak), Ranger Blue (Hera), Ranger Green (Endah), Ranger


(5)

Red (Dilla), yang selalu mendampingi, mendoakan, memberi semangat, membantu serta memberi keceriaan. Sayang kaliaan

7. Best Friends Manajemen Sella,Vidya,Medyana,dan Nanda yang berjuang bersama dalam menuntut ilmu di kampus tercinta. Terima kasih atas kerjasama dan bantuan kalian selama ini.

8. Seluruh keluarga besar PT.Bank Jatim Cabang Malang dan PT.Bank Negara Indonesia Cabang Malang atas kesediaannya untuk mengizinkan penulis.

9. Seluruh teman-teman jurusan manajemen angkatan 2009, terutama manajemen kelas A. “Kangen belajar sekelas lagi”

10.Semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang,21 Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAKSI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

B. Tinjauan Teori ... 10

1. Perbankan ... 10

2. Kinerja Keuangan... 14

3. Analisis CAMELS ... 16

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

1. Jenis Data ... 35

2. Sumber Data ... 35


(7)

D. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan ... 41

2. Visi dan Misi Instansi ... 47

3. Struktur Organisasi ... 48

4. Deskripsi Penelitian ... 60

5. Hasil Analisis dan Penerapan Peringkat Komponen Faktor CAMELS ... 69

6. Penetapan Peringkat Faktor CAMELS ... 70

7. Penentuan Peringkat Komposit CAMELS ... 77

B. Pembahasan ... 79

1. Permodalan (Capital) ... 79

2. Kualitas Aset (Asset Quality) ... 80

3. Manajemen (Management) ... 82

4. Rentabilitas (Earning) ... 83

5. Likuiditas (Liquidity) ... 85

6. Sensitivitas terhadap Resiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)... 86

BAB V : PENUTUP 1. Kesimpulan ... 88

2. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen CAR ... 18

Tabel 2.2 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen APYD Komposisi Permodalan ... 18

Tabel 2.3 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen APYD dibanding Modal Bank ... 19

Tabel 2.4 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Permodalan .. 20

Tabel 2.5 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen APYD dibanding Aktiva Produktif ... 21

Tabel 2.6 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen KAP(2) ... 21

Tabel 2.7 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPA ... 22

Tabel 2.8 : Matriks Kriteria Penetapan Faktor Kualitas Aset ... 22

Tabel 2.9 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen Manajemen Umum ... 23

Tabel 2.10 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen Manajemen Risiko . 23 Tabel 2.11`: Matriks Kriteria Peringkat Komponen Kepatuhan Bank ... 24

Tabel 2.12 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Manajemen ... 25

Tabel 2.13 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA ... 26

Tabel 2.14 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROE ... 26

Tabel 2.15 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen NIM/NOM ... 27

Tabel 2.16 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO ... 28

Tabel 2.17 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Rentabilitas ... 28

Tabel 2.18 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Aktiva Likuid dibanding Passiva Likuid ... 29

Tabel 2.19 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR ... 30

Tabel 2.20 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Likuiditas ... 30

Tabel 2.21 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen Modal Suku Bunga dibanding Potential Loss Suku Bunga ... 31

Tabel 2.22 : Matriks Kriteria Peringkat Komponen Modal Nilai Tukar dibanding Potential Loss Nilai Tukar ... 32

Tabel 2.23 : Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Sensitivitas Risiko Pasar ... 33

Tabel 2.24 : Penentuan Skor Aspek Kuantitatif ... 41

Tabel 2.25 : Penentuan Skor Aspek Kualitatif ... 42

Tabel 2.26 : Penentuan Peringkat Aspek Kuantitatif dan Kualitatif ... 42

Tabel 2.27 : Penentuan Nilai Komposit ... 42

Tabel 2.28 : Kriteria penetapan peringkat komposit Bank Umum ... 43

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Aspek Permodalan Bank Jatim Tahun 2010-2012 ... 62


(9)

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Aspek Permodalan BNI Tahun 2010-

2012 ... 63 Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Aspek Kualitas Aset Bank Jatim Tahun

2010-2012 ... 63 Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Aspek Kualitas Aset BNI Tahun 2010-

2012 ... 64 Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Aspek Manajemen Bank Jatim Tahun

2010-2012 ... 65 Tabel 4.6 : Hasil Perhitungan Aspek Manajemen BNI Tahun 2010-

2012 ... 65 Tabel 4.7 : Hasil Perhitungan Aspek Reantabilitas Bank Jatim Tahun

2010-2012 ... 66 Tabel 4.8 : Hasil Perhitungan Aspek Rentabilitas BNI Tahun 2010-

2012 ... 67 Tabel 4.9 : Hasil Perhitungan Aspek Likuiditas Bank Jatim Tahun

2010-2012 ... 67 Tabel 4.10 : Hasil Perhitungan Aspek Likuiditas BNI Tahun 2010-

2012 ... 68 Tabel 4.11 : Hasil Perhitungan Aspek Sensitivitas terhadap Resiko

Pasar Bank Jatim Tahun 2010-2012 ... 69 Tabel 4.12 : Hasil Perhitungan Aspek Sensitivitas terhadap Resiko

Pasar BNI Tahun 2010-2012 ... 69 Tabel 4.13 : Penetapan Peringkat Komponen Faktor Permodalan,

Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas dan Sensitivitas

Bank Jatim ... 70 Tabel 4.14 : Penetapan Peringkat Komponen Faktor Permodalan,

Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas dan Sensitivitas

BNI ... 71 Tabel 4.15 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Permodalan Bank Jatim ... 72 Tabel 4.16 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Permodalan BNI ... 72 Tabel 4.17 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Kualitas aset Bank Jatim ... 73 Tabel 4.18 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Kualitas aset BNI ... 74 Tabel 4.19 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Manajemen Bank Jatim ... 75 Tabel 4.20 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Manajemen BNI ... 75 Tabel 4.21 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Rentabilitas Bank Jatim ... 76 Tabel 4.22 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Rentabilitas BNI ... 77 Tabel 4.23 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012


(10)

Tabel 4.24 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Likuiditas BNI ... 78 Tabel 4.25 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Sensitivitas terhadap risiko pasar Bank Jatim ... 78 Tabel 4.26 : Penentuan Skor Kualitatif dan kuantitatif 2010-2012

Sensitivitas terhadap risiko pasar BNI ... 79 Tabel 4.27 : Penentuan nilai komposit Bank Jatim ... 80 Tabel 4.28 : Penentuan nilai komposit BNI... 80


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian ... 33 Gambar 2 : Struktur Bank Jatim,Tbk ... 49 Gambar 3 : Struktur Bank Negara Indonesia,Tbk ... 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lampiran Laporan Keungan

2. Lampiran Angket Pengukuran Aspek Manajemen 3. Lampiran Perhitungan


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Sawir, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Boy Loen dan Sonny Ericson, 2007, (http://my.opera.com/yudhistiratryputra/blog /2012/07/03/ analisa-tingkat-kesehatan-bank-dinilai-dari-kinerja-

keuangan- dengan-menggunakan dikutip pada Selasa, 3 Juli 2012 pukul 05.37 PM )

Dahlan Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Dendawijaya, 2009, Penilaian Kesehatan Perbankan dengan Camels, (fe.wisnuwardhana.ac.id dikutip pada 29 Februari 2012 pukul 01:20)

Edward W. Reed, Edward K. Gill, 1995, Bank Umum, Buku 4, Bumi Aksara, Jakarta.

Feby Dwi Sutianto, 2012, Peringkat Bank Terbaik di Indonesia (http://www.lppi.or.id/index.php/module/Blog/sub/9/id/yuk-menengok -10- bank-terbaik-di-tiap-kategori dikutip pada Rabu, 25 Juli 2012)

Indriyo Gitosudarmo, dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, edisi keempat, cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta

Julius R. Latumaerissa. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000,Manajemen Sumber Daya Manusia \Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung


(14)

M. Faisal Abdullah, 2003, Manajemen Perbankan (Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank), Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Moh.Zarkasyi, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance,Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, cetakan pertama, Alfabeta, Bandung

Nanang Martono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis isi dan Analisis Data Sekunder, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sigit Pramono, 2011, Banyaknya Jumlah Bank Mendorong Efisiensi, (http://www.infobanknews.com/2011/12/perbanas-banyaknya-jumlah-bank- mendorong-efisiensi/ dikutip pada 29 Des 2011 pukul 12:19 WIB)

Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat

Taswan, 2009, Penilaian Kesehatan Perbankan dengan Camels, (fe.wisnuwardhana.ac.id dikutip pada 29 Februari 2012 pukul 01:20)

2004. PBI No. 6/10/PBI/2004 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan keuangan oleh organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, laba rugi, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Mendeteksi kinerja keuangan perusahaan berguna untuk mengidentifikasi kondisi perusahaan.

Terdapat 4 metode yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan selama ini, antara lain : Metode Rasio Keuangan, merupakan alat yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang menekankan operasi keuangan, Metode Economic Value Added (EVA), digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yang memfokuskan pada penerapan nilai, dan hanya bisa menilai proses dalam periode 1 tahun, Metode Balanced Scorecard (BSC), merupakan alat untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menyeimbangkan faktor-faktor keuangan dan non keuangan dari suatu perusahaan, Metode Radar merupakan alat untuk menilai kinerja pada perusahaan yang merupakan modifikasi atau


(16)

2

penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya, Namun untuk menilai perbankan metode yang digunakan adalah metode CAMELS.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS. Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. CAMELS merupakan kepanjangan dari Capital (C), Asset Quality (A), Management (M), Earning (E), Liability atau Liquidity (L), dan Sensitivity to Market Risk (S). Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Penilaian permodalan(Capital) merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko di masa datang. Penilaian kualitas aset (Assets quality) merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Penilaian manajemen (Management) merupakan penilaian terhadap kemampuan manajerial pengurus Bank untuk menjalankan usahanya, kecukupan manajemen risiko, dan kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Penilaian rentabilitas (Rentabilities) merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas Bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan.


(17)

3

Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan Bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Penilaian Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivities to market risk) merupakan penilaian terhadap kemampuan modal Bank untuk mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen risiko pasar.

Krisis keuangan di Asia yang terjadi pada dasarnya bersumber dari kelemahan kualitas sistem keuangan di Asia. Reformasi keuangan yang terjadi pada awal tahun 1980an ternyata hanya memberikan peningkatan kuantitas lembaga-lembaga keuangan dan kuantitas aliran modal yang masuk ke suatu negara. Hal yang sama terjadi pula di Indonesia, khususnya dikaitkan dengan liberalisasi perbankan yang berawal pada tahun 1988 yang merupakan salah satu faktor pemicu lemahnya sistem keuangan, khususnya perbankan. Terjadinya gejolak di pasar uang, pasar valas dan pasar modal serta meningkatnya ketidakpastian (uncertainty) dapat mengakibatkan semakin memburuknya adverse selection dan moral hazard yang pada gilirannya mengakibatkan runtuhnya kestabilan sektor keuangan.

Secara keseluruhan, akibat dari krisis yang semakin mendalam telah memperburuk tidak saja aspek likuiditas perbankan, tetapi juga aspek solvabilitas dan rentabilitasnya mengingat perbankan merupakan market dominan dalam industri keuangan di Indonesia, maka secara sistematis sektor keuangan juga mengalami kelumpuhan. Krisis keuangan dan


(18)

4

perbankan tersebut telah menyedot keuangan negara yang mencapai selatar 50% dari PDB Indonesia, sehingga dapat dikategorikan terbesar dalam sejarah krisis keuangan.

Kasus di Indonesia, gejolak nilai tukar negara-negara regional memiliki pengaruh paling utama yang menyebabkan terjadinya krisis yang berkepanjangan. Disamping sebagai dampak dari bergejolaknya nilai rupiah, sektor perbankan mengalami krisis yang sangat mendalam karena menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Hal tersebut semakin diperberat oleh lemahnya kondisi internal sektor perbankan, terutama sebagai dampak dari konsentrasi kredit yang berlebihan, lemahnya manajemen bank, moral hazard yang timbul akibat mekanisme exit yang belum tegas serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Krisis ekonomi global berdampak negatif terhadap perbankan konvensional Indonesia karena bank konvensional Indonesia memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Selain itu, bank konvensional sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga. Hal ini dapat dilihat pada Oktober 2008 tiga bank konvensional yaitu PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank BNI Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari Pemerintah (Humas Bank Indonesia, 2010:8).

Industri perbankan terus mengalami perkembangan sepanjang beberapa dekade terakhir ini. Dunia perbankan dihadapkan kepada


(19)

5

kenyataan-kenyataan baru yang membawa pemikiran-pemikiran dan pendekatan baru. Kenyataan yang paling menonjol antara lain adalah makin sengitnya persaingan antar industri perbankan maupun industri keuangan lainnya, dan kesadaran nasabah makin meningkat atas adanya pilihan berbagai macam layanan yang paling tepat memenuhi keuangan yang dapat dihubunginya. Dalam penelitian ini, penulis membandingkan kinerja PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dengan Bank Jatim, Tbk.

Penulis meneliti PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT. Bank Jatim, Tbk dikarenakan adanya kerjasama antara pihak bank dengan pihak Universitas Muhammadiyah Malang. Hal tersebut memudahkan penulis dalam proses analisis data dari kedua bank tersebut.

BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan didirikan pada tahun 1946. Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara 40% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.

Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. Total aset yang dimiliki oleh BNI saat ini senilai Rp 299,1 triliun dan lebih dari 23.639 karyawan pada akhir tahun 2011, BNI mengoperasikan jaringan pelayanan yang luas mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 6.227 unit ATM


(20)

6

milik sendiri, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking yang memberikan kemudahan akses bagi nasabah.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, yang dikenal dengan sebutan Bank JATIM, didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 di Surabaya. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) memperoleh peringkat pertama pada Indonesian Banking Award tahun 2012 dengan kategori BPD Beraset di Atas Rp 10 Triliun. Bank yang baru saja melepas 20% kepemilikan sahamnya dalam penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) ini, pada tahun 2011 memiliki total aset mencapai Rp 24,84 triliun, tumbuh sebesar 24,32% dibandingkan akhir 2010 yang tercatat Rp 19,98 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp 860,233 miliar. Bank Jatim berhasil mengalahkan PT Bank Bali yang berada di peringkat kedua dan PT Bank Papua yang berada di peringkat ketiga.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui kinerja keuangan bank konvensional. Dengan demikian penulis melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja Keuangan pada Perbankan Konvensional (Studi pada Bank Negara Indonesia, Tbk dan Bank Jatim,Tbk)”


(21)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT. Bank Jatim, Tbk ?

2. Bank manakah yang memiliki kinerja keuangan yang lebih sehat antara PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT. Bank Jatim, Tbk ? C. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan dalam penelitian ini, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Kinerja bank yang dianalisis dibatasi pada data laporan keuangan 2010, 2011 dan 2012.

2. Aspek kinerja keuangan yang dianalisis berdasarkan CAMELS Rating D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT. Bank Jatim, Tbk periode 2010-2012

b. Untuk mengetahui kinerja keuangan bank yang lebih sehat antara PT. Bank Negara Indonesia, Tbk dan PT. Bank Jatim, Tbk

2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Bank

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di masa yang


(22)

8

akan datang.

b. Bagi investor dan calon investor

Bagi investor berguna untuk informasi besarnya bagian yang diterima dan bagi calon investor sebagai pengetahuan tentang kinerja keuangan bank yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi, tambahan wawasan serta pengetahuan dalam penelitian selanjutnya.


(23)

9

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang Analisis Kinerja Keuangan Perbankan diantaranya:

Dilihat dari penelitian terdahulu Ratna Sari Nirwana (2010) yang melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Devisa dengan Analisis CAMELS (Studi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT. Bank Central Asia Tbk). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan kinerja kedua bank dengan analisis CAMELS adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami peningkatan kinerja dimana untuk tahun 2005 dan 2006 berada pada peringkat komposit 3 atau 25< skor ≤ 35 dengan total skor 27,5 dan 32. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tergolong cukup baik. PT Bank Central Asia Tbk pada 2005 dan 2006 berada pada peringkat komposit 2 atau 35≤ skor ≤ 45 dengan masing-masing total skor 39,5 dan 40,5 mengindikasikan bahwa PT Bank Central Asia Tbk tergolong baik.

Trinyoto Putranto (2009), meneliti tentang Analisis CAMELS Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus Pada Bank Swasta Nasional yang Listing di BEI).


(24)

10

Penelitian ini menyatakan bahwa kondisi Bank Indonesia dalam kategori baik, hal ini dapat disimpulkan dari peringkat bank yang termasuk dalam kategori LQ-45 pada posisi 3 besar.

Ratih Prafitri (2011), melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja keuangan Perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank Central Asia, Tbk dan Bank Mandiri, Tbk tahun 2007 sampai 2009 menunjukkan kinerja keuangan yang sehat apabila ditinjau dengan metode CAMELS. Dari kedua bank tersebut Bank Central Asia, Tbk memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari Bank Mandiri (Persero), Tbk.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode CAMELS. Perbedaan terletak pada objek yang diteliti serta tahun yang digunakan.

B. Tinjauan Teori 1. Perbankan

Peran intermediasi keuangan yang dijalankan bank berkaitan dengan penyaluran dana. Sehubungan peran intermediasi ini terutama penghimpunan dana dari masyarakat, bank juga sering disebut lembaga kepercayaan. Selengkapnya pengertian bank sebagaimana diatur dalam pasal 1 UU Nomor 7/1992 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam


(25)

11

bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Bisnis perbankan sangat luas dan punya jangkauan jauh. Munculnya pemecahan induk satu bank dan kemungkinan pelonggaran sebagian pembatasan yang diberlakukan pada perbankan, jumlah dan jenis jasa yang diberikan oleh bank umum dan anak perusahaan semakin luas. Inovasi yang baru dalam perbankan meliputi perkenalan kartu kredit, jasa akuntansi untuk perusahaan, anjak piutang, leasing, mesin kas otomatis, dan deposit box. Peranan penting bank umum dapat digambarkan dengan baik dengan memberikan penjelasan singkat tentang fungsi utamanya.

Salah satu fungsi utama bank umum adalah kesanggupannya untuk menciptakan dan menghancurkan uang. Hal ini dilakukan dengan kegiatan memberikan pinjaman, investasi dan kerjasama dengan bank sentral. Kemampuan bank umum untuk menciptakan uang mempunyai arti penting bagi perekonomian. Kemampuan ini melahirkan sistem kredit yang elastis yang diperlukan bagi kemajuan perekonomian dengan laju pertumbuhan yang agak mantap.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan


(26)

12

menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Bank merupakan sarana yang memudahkan aktivitas masyarakat untuk menyimpan uang, dalam hal perniagaan, maupun untuk investasi masa depan. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian).

Pengertian bank tersebut diatas mencerminkan dua peran bank baik sebagai financial intermediate maupun institute of economic development. Sebagai perantara keuangan (financial intermediate), bank melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai bentuk simpanan. Melalui penghimpunan dana, bank membayar bunga kepada masyarakat atau nasabah penyimpanan. Selanjutnya bank menyalurkan dana tersebut (bagian terbesar) dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang defisit dana. Selanjutnya pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,


(27)

13

tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berprinsip syariah.

Menurut Julius R.Latumaerissa (2011:137) bank dibedakan menjadi 5 macam berdasarkan fungsinya, yaitu :

a) Bank sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, sebagai contoh : Bank Indonesia, Bank of China.

b) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, sebagai contoh: BNI, BRI, Bank Mandiri.

c) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, sebagai contoh: Bank Jatim, Bank Kaltim. d) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas

utamanya adalah melaksanakan fungsi pengkreditan dan menghimpun dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa.

e) BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur pemghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan.


(28)

14

2. Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut Mangkunegara, Anwar Prabu (2000:164) kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut G.Sugiarso dan F. Winarni (2005 :111) Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut

Zarkasyi (2008 :48) berpendapat bahwa kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) kinerja keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca. Kinerja keuangan adalah untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis memerlukan beberapa tolak ukur yang digunakan adalah ratio dan indeks, yang menghubungkan dua data keuangan antara satu dengan yang lain (Agnes Sawir, 2005:6)

Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan


(29)

15

investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik.

Laporan Keuangan merupakan rangkuman dari aktivitas suatu entitas. Laporan Laba/Rugi menggambarkan tentang suatu aktivitas entitas dalam suatu periode, dan Neraca menggambarkan keadaaan entitas pada akhir periode atas perubahan kejadian dari periode sebelumnya. Evaluasi dapat dilakukan baik perubahannya, rasionya, yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk periode yang akan datang.

Kesehatan suatu bank tercermin dalam laporan keuangan yang dikeluarkan bank tersebut dimana laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Penilaian kesehatan perbankan dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian ditentukan kondisi kesehatan bank. Bagi bank yang sudah dinilai sebelumnya dapat pula dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatannya. Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22).


(30)

16

3. Analisis CAMELS

Bank umum diwajibkan untuk menyusun, menyampaikan ke BI, dan mengumumkan kondisi keuangannya kepada masyarakat secara bulanan, triwulanan, dan tahunan dalam rangka meningkatkan aspek transparansi kondisi keuangan bank serta mendorong terciptanya disiplin pasar. Selain laporan keuangan, secara triwulanan bank diwajibkan pula menyampaikan kepada BI laporan mengenai transaksi antarbank dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan laporan mengenai penyediaan dana, komitmen, maupun fasilitas lain yang dapat disamakan

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. CAMELS merupakan kepanjangan dari Capital (C), Asset Quality (A), Management (M), Earning (E), Liability atau Liquidity (L), dan Sensitivity to Market Risk (S). Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Penurunan tingkat kesehatan bank secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya financial distress, yaitu keadaan yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan. financial distress pada bank apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada bank tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari nasabah. Tingkat kesehatan bank merupakan salah satu faktor


(31)

17

penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi perbankan dalam rangka mencapai tujuannya.

Taswan (2010:537) memberikan definisi tingkat kesehatan bank sebagai “hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, profitabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar”.

Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Pada masa krisis ekonomi global, bank-bank menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan likuiditas dari pemerintah mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana simpanan masyarakat membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang mereka miliki untuk menjaga tingkat likuditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bunga yang tinggi.

Untuk lebih jelasnya, formula rasio dan tujuan penggunaan masing-masing rasio dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Aspek Permodalan (Capital)

1) Capital Adequancy Ratio (CAR) atau Kecukupan pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) terhadap ketentuan yang berlaku


(32)

18

Dipergunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Hal ini diperkirakan bagian terbesar ATMR berupa kredit. Tabel 2.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen CAR

Skor Peringkat

Rasio≥ 12% 1

9% < Rasio < 12% 2

8% ≤ Rasio ≤ 9% 3

6% < Raso < 8% 4

Rasio ≤ 6% 5

Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2) Komposisi Permodalan =

Komponen Modal Inti (Tier 1), Modal Pelengkap (Tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. Tabel 2.2 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Komposisi Permodalan

Skor Peringkat

Rasio > 150% 1

125% (Tier 2+ Tier 3)< Tier 1 ≤ 150% (Tier 2+ Tier 3) 2

100% (Tier 2+ Tier 3) < Tier 1 ≤ 125% (Tier 2+ Tier 3) 3

75% (Tier 2+ Tier 3) < Tier 1 ≤ 100% (Tier 2+ Tier 3) 4 Tier 1 < 75% (Tier 2+ Tier 3) 5 Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

3) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan dengan Modal Bank =

Aktiva Produktif Yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau


(33)

19

menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut :

a) 25% DARI Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus

b) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar

c) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan

d) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet Predikat kesehatan bank dari segi KAP(1) ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 Matriks Kriteria Peringkat Komponen APYD dibanding Modal Bank

Skor Peringkat

Rasio < 5% 1 5%< Rasio < 20% 2

20% ≤ Rasio < 50% 3

50% ≤ Rasio < 100% 4

Rasio > 100% 5

Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen permodalan maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :


(34)

20

Tabel 2.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Permodalan

Peringkat 1

Tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan

tetap berada di tingkat ini untuk 12 bulan mendatang Peringkat

2

Tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di

tingkat ini serta membaik dari tingkat ini untuk 12 bulan mendatang

Peringkat 3

Tingkat modal berada sedikit di atas atau sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 bulan

mendatang Peringkat

4

Tingkat modal berada sedikit di bawah ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami

perbaikan untuk 6 bulan mendatang Peringkat

5

Tingkat modal berada lebih rendah dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di

tingkat ini untuk 6 bulan mendatang Sumber : Bank Indonesia

b. Aspek Kualitas Aset (Asset Quality)

1) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva Produktif atau KAP(1) (Kualitas Aktiva Produktif) =

Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif. Rasio Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif (Taswan, 2010:167).


(35)

21

Tabel 2.5 Matriks Kriteria Peringkat Komponen APYD dibanding Aktiva Produktif

Skor Peringkat

Rasio ≤ 0,5% 1

0,5% < Rasio ≤ 3% 2

3% < Rasio ≤ 6% 3

6% < Raso ≤ 12% 4 Rasio > 12% 5

Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2) Tingkat kecukupan pembentukan PPAP =

Rasio pemenuhan PPAP merupakan rasio yang mengukur kepatuhan bank dalam membentuk PPAP untuk meminimalkan risiko akibat adanya aktiva produktif yang berpotensi menimbulkan kerugian (Taswan, 2010:167). Predikat kesehatan bank dari segi KAP(2) ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.6 Matriks Kriteria Peringkat Komponen KAP(2)

Rasio Peringkat

KAP ≥ 110% 1

105% ≤ KAP2 < 110% 2 100% ≤ KAP2 < 105% 3 95% ≤ KAP2 < 100% 4 KAP2 < 95% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

3) Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah / Non Performing Asset dibandingkan dengan Aktiva Produktif =


(36)

22

Tabel 2.7 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPA Rasio Peringkat

Rasio < 2% 1 2% < Rasio < 5% 2 5% < Rasio < 8% 3 8% < Rasio < 12% 4 Rasio < 12% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen kualitas aset maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :

Tabel 2.8 Matriks Kriteria Penetapan Faktor Kualitas Aset

Peringkat 1

Kualitas aset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal serta

didokumentasikan dengan baik

Peringkat 2

Kualitas aset sangat baik namun terdapat minor deficiencies yang tidak

signifikan serta didokumentasikan dengan baik.

Peringkat 3

Kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan serta didokumentasikan

dengan cukup baik.

Peringkat 4

Kualitas aset kurang baik dan diperkirakan akan mengancam kelangsungan hidup Bank apabila tidak

dikoreksi serta kurang didokumentasikan dengan baik.

Peringkat 5

Kualitas aset tidak baik dan diperkirakan tingkat aset bermasalah

semakin memburuk serta tidak didokumentasikan dengan baik. Sumber : Bank Indonesia


(37)

23

c. Aspek Manajemen (Management) 1) Manajemen Umum

Manajemen umum dinilai dari praktek Good Corporate Governance antara lain sebagai berikut :

a) Struktur dan komposisi pengurus bank b) Penanganan conflict of interest

c) Independensi pengurus bank

d) Kemampuan untuk membatasi atau mencegah penurunan kualitas GCG

e) Transparansi informasi dan edukasi nasabah f) Efektifitas kinerja fungsi komite

Tabel 2.9 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Manajemen Umum

Skor Peringkat Skor > 27 1

21 < Skor ≤ 27 2

15 < Skor ≤ 21 3

9 < Skor ≤ 15 4

Skor ≤ 9 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2) Manajemen Risiko

Indikator pendukung untuk faktor manajemen risiko adalah a) Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi

b) Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit c) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko


(38)

24

d) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Tabel 2.10 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Manajemen Risiko

Skor Peringkat Skor > 630 1

450 < Skor ≤ 630 2

338< Skor ≤ 450 3 220 < Skor ≤ 338 4

Skor ≤ 220 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 3) Kepatuhan Bank

Indikator pendukung untuk faktor Kepatuhan Bank adalah: i) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

ii) Posisi Devisa Netto (PDN)

iii) Prinsip mengenal nasabah dan tindak pidana pencucian uang

Tabel 2.11 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Kepatuhan Bank

Skor Peringkat Skor > 18 1

14 < Skor ≤ 18 2

10< Skor ≤ 14 3

6 < Skor ≤ 10 4

Skor ≤ 6 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen Manajemen maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :


(39)

25

Tabel 2.12 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Manajemen

Peringkat 1

Manajemen Bank memiliki track record kinerja yang sangat memuaskan, independen, mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi ekstern, dan memiliki sistem

pengendalian risiko yang sangat kuat serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun

di masa yang akan datang

Peringkat 2

Manajemen Bank memiliki track record kinerja yang memuaskan, independen, mampu beradaptasi dengan

perubahan kondisi ekstern, dan memiliki sistem pengendalian risiko yang sangat kuat serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun

di masa yang akan datang

Peringkat 3

Manajemen Bank memiliki track record kinerja yang cukup memuaskan, cukup independen, cukup mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi ekstern, dan memiliki sistem pengendalian risiko yang sangat kuat serta cukup mampu mengatasi masalah yang dihadapi

baik saat ini maupun di masa yang akan datang

Peringkat 4

Manajemen Bank memiliki track record kinerja yang kurang memuaskan, kurang independen, kurang mampu

beradaptasi dengan perubahan kondisi ekstern, dan memiliki sistem pengendalian risiko yang sangat kuat serta kurang mampu mengatasi masalah yang dihadapi

baik saat ini maupun di masa yang akan datang

Peringkat 5

Manajemen Bank memiliki track record kinerja yang tidak memuaskan, tidak independen, tidak mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi ekstern, dan memiliki sistem pengendalian risiko yang sangat kuat

serta tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun di masa yang akan datang Sumber : Bank Indonesia

d. Aspek Rentabilitas (Earning)

1) Return on Asset (ROA) =

ROA (Return On Asset) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki


(40)

26

Tabel 2.13 Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA

Rasio Peringkat

ROA > 1,5% 1

1,25% < ROA ≤ 1,5% 2

0,5% < ROA ≤ 1,25% 3

0 < ROA ≤ 0,5% 4

ROA ≤ 0% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

2) Return on Equity (ROE) =

Return on Equity (ROE). ROE Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. ROE mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan dan selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank (Dendawijaya, 2009:119). Predikat kesehatan bank dari segi ROE ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.14 Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROE

Rasio Peringkat

ROE > 15% 1

12,5% < ROE ≤ 15% 2 5% < ROE ≤ 12,5% 3

0 < ROE ≤ 5% 4

ROE ≤ 0% 5


(41)

27

3) Net Interest Margin (NIM) =

Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui pendapatan operasi. Rasio NIM mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif (Taswan, 2009:167).

Predikat kesehatan bank dari segi NIM ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.15 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NIM/NOM

Rasio Peringkat

NIM > 3% 1

2% < NIM ≤ 3% 2

1,5% < NIM ≤ 2% 3

1% < NIM ≤ 1,5% 4

NIM ≤ 1% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) =

Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009:120). Semakin tingga rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional


(42)

28

bank. Predikat kesehatan bank dari segi BOPO ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.16 Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO

Rasio Peringkat

BOPO ≤ 94% 1

94% < BOPO ≤ 95% 2

95% < BOPO ≤ 96% 3

96% < BOPO ≤ 97% 4

BOPO > 97% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen Rentabilitas maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :

Tabel 2.17 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Rentabilitas

Peringkat 1

Secara umum kinerja rentabilitas sangat baik. Kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

Peringkat 2

Secara umum kinerja rentabilitas baik. Kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

Peringkat 3

Secara umum kinerja rentabilitas cukupbaik. Kemampuan rentabilitas cukuptinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

Peringkat 4

Secara umum kinerja rentabilitas buruk. Kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal.

Peringkat 5

Secara umum kinerja rentabilitas sangat buruk. Kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Sumber : Bank Indonesia


(43)

29

e. Aspek Likuiditas (Liquidity)

1) Aktiva likuid dibandingkan dengan passiva likuid kurang =

Aktiva likuid. Aktiva likuid : kas, giro BI, SBI, antar Bank Aktiva (giro, deposit on call, call money). Pasiva likuid: giro, tabungan, deposito, kewajiban segera, kewajiban pada Bank lain.

Tabel 2.18 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Aktiva likuid dibandingkan dengan passiva likuid

Rasio Peringkat Rasio > 25% 1

20% < Rasio ≤ 25 % 2

15% < Rasio ≤ 20% 3

10% < Rasio ≤ 15% 4

Rasio ≤ 10% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2) Loan to Deposits Ratio (LDR) =

Loan to Deposits Ratio (LDR). Loan to Deposit ratio, juga dikenal sebagai rasio LTD, adalah rasio antara jumlah bank kredit dan jumlah simpanan. Rasio lebih rendah dari 1 berarti bank tidak meminjam uang pertama dari bank lain dalam rangka untuk kemudian meminjamkannya lebih lanjut untuk pelanggan nya, tapi hanya menggunakan deposito sendiri. Di sisi lain, rasio lebih besar dari 1, bank tidak hanya menggunakan deposito, tetapi pertama kali meminjam uang tambahan dari bank lain dan dipinjamkan


(44)

30

kepada pelanggan tersebut pada tingkat yang lebih tinggi. Bank tidak mungkin bisa mendapatkan penghasilan sebanyak yang mereka bisa, jika rasio terlalu rendah, di sisi lain, jika rasio terlalu tinggi, itu berarti bahwa bank tidak mungkin memiliki likuiditas yang cukup untuk menutupi kebutuhan dana tak terduga atau dalam kasus krisis.

Tabel 2.19 Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR

Rasio Peringkat

50% < Rasio ≤ 75 % 1

75% < Rasio ≤ 85 % 2

85% < Rasio ≤ 100% atau Rasio ≤ 50% 3

100% < Rasio ≤ 120% 4

Rasio > 120% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Tabel 2.20 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Likuiditas

Peringkat 1

Secara umum kinerja likuiditas sangat baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat. Peringkat

2

Secara umum kinerja likuiditas baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat.

Peringkat 3

Secara umum kinerja likuiditas cukup baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas cukup kuat. Peringkat

4

Secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah.

Peringkat 5

Secara umum kinerja likuiditas sangat kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat lemah.


(45)

31

f. Aspek Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity To Market risk)

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan Potential Loss Suku Bunga =

Potensial loss suku bunga adalah (igap position dari eksposur trading book + banking book) x fluktuasi suku bunga. Trading Book adalah seluruh posisi perdagangan Bank (proprietary position) pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening administratif serta transaksi derivatif.

Tabel 2.21 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Modal Suku Bunga dibanding Potential Loss Suku Bunga

Rasio Peringkat

Risiko sangat rendah atau Bank sangat tidak

rentan terhadap pergerakan suku bunga 1 Risiko rendah atau Bank tidak rentan terhadap

pergerakan suku bunga 2

Risiko moderat atau Bank cukup rentan

terhadap pergerakan suku bunga 3 Risiko tinggiatau Bank rentan terhadap

pergerakan suku bunga 4

Risiko sangat tinggi atau Bank sangat rentan

terhadap pergerakan suku bunga 5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004


(46)

32

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan Potential Loss Nilai Tukar =

Potential loss nilai tukar adalah (gap position dari eksposur trading book valas + banking book valas) x fluktuasi nilai tukar. Ekses Modal adalah kelebihan modal dari modal minimum yang ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi risiko nilai tukar.

Tabel 2.22 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Modal Nilai Tukar dibanding Potential Loss Nilai Tukar

Rasio Peringkat

Risiko sangat rendah atau Bank sangat tidak rentan terhadap

pergerakan nilai tukar

1 Risiko rendah atau Bank tidak

rentan terhadap pergerakan nilai tukar

2 Risiko moderat atau Bank cukup

rentan terhadap pergerakan nilai tukar

3 Risiko tinggiatau Bank rentan

terhadap pergerakan nilai tukar 4 Risiko sangat tinggi atau Bank

sangat rentan terhadap pergerakan nilai tukar

5 Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :


(47)

33

Tabel 2.23 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar

Peringkat 1

Risiko sangat rendah yang dikombinasikan

penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten

Peringkat 2 Risiko relatif rendah yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten Peringkat 3

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten

Peringkat 4

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang kurang efektif dan kurang konsisten

Peringkat 5

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang tidak efektif dan tidak konsisten

Sumber : Bank Indonesia C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada penelitian ini akan dijelaskan dalam gambar berikut : Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

BNI Bank Jatim

 Kuesioner

 Laporan Keuangan

CAMELS

 Capital (Permodalan)

 Asset Quality (Kualitas Aset)

 Management (Manajemen)

 Earnings (Rentabilitas)

 Liquidity (Likuiditas)

 Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar) Perbankan Konvensional

Kinerja Time Series

Cross Section

Sehat Tidak Sehat


(48)

34

Keterangan :

Dari populasi bank konvensional di Indonesia diambil dua sampel penelitian yaitu Bank Negara Indonesia, Tbk dan Bank Jatim, Tbk. Tahap selanjutnya adalah mengambil informasi dari kedua bank tersebut yang diperoleh dari Laporan Keuangan dan Kuesioner. Kemudian mengitung kinerja keuangan masing-masing bank dengan menggunakan CAMELS. Setelah adanya hasil yang diperoleh, maka penulis membandingkan kinerja kedua bank tersebut dengan teknik cross section dan time series. Tahap terakhir adalah dengan menentukan kinerja keuangan manakah yang lebih baik.


(1)

e. Aspek Likuiditas (Liquidity)

1) Aktiva likuid dibandingkan dengan passiva likuid kurang =

Aktiva likuid. Aktiva likuid : kas, giro BI, SBI, antar Bank Aktiva (giro, deposit on call, call money). Pasiva likuid: giro, tabungan, deposito, kewajiban segera, kewajiban pada Bank lain.

Tabel 2.18 Matriks Kriteria Peringkat Komponen

Aktiva likuid dibandingkan dengan passiva likuid

Rasio Peringkat

Rasio > 25% 1 20% < Rasio ≤ 25 % 2 15% < Rasio ≤ 20% 3 10% < Rasio ≤ 15% 4

Rasio ≤ 10% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2) Loan to Deposits Ratio (LDR) =

Loan to Deposits Ratio (LDR). Loan to Deposit ratio, juga dikenal sebagai rasio LTD, adalah rasio antara jumlah bank kredit dan jumlah simpanan. Rasio lebih rendah dari 1 berarti bank tidak meminjam uang pertama dari bank lain dalam rangka untuk kemudian meminjamkannya lebih lanjut untuk pelanggan nya, tapi hanya menggunakan deposito sendiri. Di sisi lain, rasio lebih besar dari 1, bank tidak hanya menggunakan deposito, tetapi pertama kali meminjam uang tambahan dari bank lain dan dipinjamkan


(2)

kepada pelanggan tersebut pada tingkat yang lebih tinggi. Bank tidak mungkin bisa mendapatkan penghasilan sebanyak yang mereka bisa, jika rasio terlalu rendah, di sisi lain, jika rasio terlalu tinggi, itu berarti bahwa bank tidak mungkin memiliki likuiditas yang cukup untuk menutupi kebutuhan dana tak terduga atau dalam kasus krisis.

Tabel 2.19 Matriks Kriteria Peringkat Komponen

LDR

Rasio Peringkat

50% < Rasio ≤ 75 % 1

75% < Rasio ≤ 85 % 2

85% < Rasio ≤ 100% atau Rasio ≤ 50% 3

100% < Rasio ≤ 120% 4

Rasio > 120% 5

Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Tabel 2.20 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Likuiditas

Peringkat 1

Secara umum kinerja likuiditas sangat baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat. Peringkat

2

Secara umum kinerja likuiditas baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat.

Peringkat 3

Secara umum kinerja likuiditas cukup baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas cukup kuat. Peringkat

4

Secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah.

Peringkat 5

Secara umum kinerja likuiditas sangat kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat lemah.


(3)

f. Aspek Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity To Market risk)

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan Potential Loss Suku Bunga =

Potensial loss suku bunga adalah (igap position dari eksposur trading book + banking book) x fluktuasi suku bunga. Trading Book adalah seluruh posisi perdagangan Bank (proprietary position) pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening administratif serta transaksi derivatif.

Tabel 2.21 Matriks Kriteria Peringkat Komponen

Modal Suku Bunga dibanding Potential Loss Suku

Bunga

Rasio Peringkat

Risiko sangat rendah atau Bank sangat tidak

rentan terhadap pergerakan suku bunga 1 Risiko rendah atau Bank tidak rentan terhadap

pergerakan suku bunga 2

Risiko moderat atau Bank cukup rentan

terhadap pergerakan suku bunga 3 Risiko tinggiatau Bank rentan terhadap

pergerakan suku bunga 4

Risiko sangat tinggi atau Bank sangat rentan

terhadap pergerakan suku bunga 5 Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004


(4)

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan Potential Loss Nilai Tukar =

Potential loss nilai tukar adalah (gap position dari eksposur trading book valas + banking book valas) x fluktuasi nilai tukar. Ekses Modal adalah kelebihan modal dari modal minimum yang ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi risiko nilai tukar.

Tabel 2.22 Matriks Kriteria Peringkat Komponen

Modal Nilai Tukar dibanding Potential Loss Nilai

Tukar

Rasio Peringkat

Risiko sangat rendah atau Bank sangat tidak rentan terhadap

pergerakan nilai tukar

1 Risiko rendah atau Bank tidak

rentan terhadap pergerakan nilai tukar

2 Risiko moderat atau Bank cukup

rentan terhadap pergerakan nilai tukar

3 Risiko tinggiatau Bank rentan

terhadap pergerakan nilai tukar 4 Risiko sangat tinggi atau Bank

sangat rentan terhadap pergerakan nilai tukar

5

Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23.DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagai berikut :


(5)

Tabel 2.23 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar

Peringkat 1

Risiko sangat rendah yang dikombinasikan

penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten

Peringkat 2 Risiko relatif rendah yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten Peringkat 3

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang efektif dan konsisten

Peringkat 4

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang kurang efektif dan kurang konsisten

Peringkat 5

Risiko moderat atau tinggi yang dikombinasikan penerapan manajemen risiko pasar yang tidak efektif dan tidak konsisten

Sumber : Bank Indonesia C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada penelitian ini akan dijelaskan dalam gambar berikut : Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

BNI Bank Jatim

 Kuesioner

 Laporan Keuangan CAMELS

 Capital (Permodalan)

 Asset Quality (Kualitas Aset)  Management (Manajemen)  Earnings (Rentabilitas)  Liquidity (Likuiditas)

 Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar) Perbankan Konvensional

Kinerja Time Series

Cross Section

Sehat Tidak Sehat


(6)

Keterangan :

Dari populasi bank konvensional di Indonesia diambil dua sampel penelitian yaitu Bank Negara Indonesia, Tbk dan Bank Jatim, Tbk. Tahap selanjutnya adalah mengambil informasi dari kedua bank tersebut yang diperoleh dari Laporan Keuangan dan Kuesioner. Kemudian mengitung kinerja keuangan masing-masing bank dengan menggunakan CAMELS. Setelah adanya hasil yang diperoleh, maka penulis membandingkan kinerja kedua bank tersebut dengan teknik cross section dan time series. Tahap terakhir adalah dengan menentukan kinerja keuangan manakah yang lebih baik.