BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian. Diawali dengan tinjauan umum perusahaan, proses produksi kain
selimut per gulung dan teori pendukung konsep ergonomi.
2. 1 TINJAUAN PERUSAHAAN
Usaha tenun kain kerik yang dahulu hanya sebatas Home Industri di Jl. Tegalgondo-Cokro, Sidowayah, Polanharjo, Klaten ini didirikan oleh Bapak
Soehardi. Usaha pertenunan inilah yang menjadi cikal bakal Perusahaan Kapas Putih. Pada awalnya perusahaan ini memproduksi kain kerik dengan
menggunakan alat tenun yang masih sederhana yaitu Alat tenun bukan mesin ATBM yang tenaga penggeraknya manusia. Mulai tahun 1965 produksi kain
kerik dihentikan karena pemasaran yang mulai sulit dan diganti dengan memproduksi kain putihan kain blacu.
Mendapatkan nilai tambah yang lebih maka pada tahun 1980 pimpinan perusahaan memutuskan untuk menghentikan produksi kain blacu sebagai
gantinya diproduksi kain selimut dan kain pel. Ternyata kain selimut mendapat tanggapan yang baik oleh pasar. Semakin lama permintaan semakin banyak.
Mengimbangi meningkatnya permintaan pasar maka diadakan regenerasi alat tenun. Tepatnya pada tahun 1982 alat tenun bukan mesin diganti dengan alat
tenun mesin ATM yaitu alat tenun yang digerakkan mesin. Mesin tersebut didatangkan dari Bandung, dengan tenaga penggerak ATM masih menggunakan
disel. Kurang efektifnya tenaga disel maka tahun 1985 digunakan mesin dengan tenaga penggerak listrik yang digunakan sampai sekarang.
2.1.1 Proses Produksi
Benang hasil produksi industri pembuatan benang belum dapat langsung ditenun, benang yang siap ditenun sudah berupa gulungan benang lusi pada 600m
lusi dan gulungan benang paduan pada bobbin palet yang akan diletakkan kedalam teropong.
Proses Pelikasa
n Pencucian
dan Pewarnaa
n Proses
Pengelos an
Proses Penghani
an Proses
Pencucuk an
Input
Benang
Tepol kaporit
Proses Pemaleta
n Proses
Weaving Finishing
Output
Kain selimut
Gambar 2.1 Proses pembuatan kain selimut
Sumber PT. Kapas putih 2007
Proses produksi kain selimut dijelaskan pada flowchart 2.1 sesuai dengan urutan elemen kerja awal sampai akhir, berikut keterangan dari flowchart 2.1.
proses pelikasan, pencucian dan pewarnaan, pengelosan, penghanian, pencucukan, pemaletan, weaving dan terakhir proses finishing.
1. Pelikasan Bahan baku benang yang didatangkan dari pabrik pemintalan tidak dapat
langsung diproses lanjut, karena masih terbentuk gulungan yang digulung pada bobbin. Pencucian dan pewarnaan dilaksanakan, benang harus diurai
dulu menjadi uraian benang dengan diameter kurang lebih 50 cm dan tebal gulungan lebih dari 5 cm. Proses penguraian ini disebut dengan proses likas,
likas dijalankan dengan mesin dan dijalankan oleh 1 orang yang mengikat uraian benang apabila sudah dicapai ketebalan benang yang diinginkan, satu
mesin likas sekali dijalankan dapat mengurai benang kurang lebih 50 uraian. 2. Pencucian dan pewarnaan
Maksud dan tujuan pencucian adalah untuk mendapatkan benang yang putih bersih karena benang yang didatangkan dari pabrik pemintalan masih
berwarna kusam, sedang pewarnaan adalah untuk mendapatkan variasi warna pada kain selimut. Kain selimut hasil produksi perusahaan kapas putih
memiliki dua variasi warna, pertama warna biru putih dan warna pelangi yaitu putih sebagai warna dasar divariasikan dengan biru, merah, kuning.
Proses pencucian benang menggunakan obat-obatan yaitu tepol dan kaporit. Benang yang keluar dari mesin likas sudah dalam bentuk untaian. Untaian
benang tersebut direndam dalam air yang sudah dicampur dengan tepol kurang lebih 6 jam. Fungsi tepol adalah untuk membuka pori-pori benang supaya
benang dapat menyerap obat-obatan yang diberikan. Selesai direndam benang diperas dengan mesin peras untuk menghilangkan kandungan air pada benang.
Selanjutnya benang tersebut direndam ke dalam air yang sudah dicampur dengan kaporit. Perbandingannya untuk 1m
3
air diberi 2 kg kaporit. Kemudian benang dalam rendaman diinjak-injak dengan kaki supaya penyerapan obat
lebih merata. Setelah itu direndam kurang lebih 2 jam agar didapatkan hasil yang maksimal yaitu benang yang putih bersih. Setelah direndam kurang lebih
2 jam benang dimasukkan kedalam mesin peras untuk menghilangkan kandungan air. Pada kondisi ini benang sudah berwarna putih bersih. Proses
selanjutnya benang dijemur ditempat terbuka dengan memanfaatkan sinar matahari.
Proses pewarnaan dilakukan dengan cara benang direndam dengan air yang dicampur tepol sama dengan proses pemutihan. Selanjutnya ada perbedaan
antara proses pemutihan dan pewarnaan. Pada pemutihan dengan menggunakan air dingin sedang proses pewarnaan dengan menggunakan air
panas. Proses pemutihan dan pewarnaan dikerjakan sebagai berikut :
1. Pertama air dipanaskan pada tungku pemanas sampai mencapai suhu
70 - 80 .
2. Zat warna yang akan digunakan diencerkan didalam ember dengan
perbandingan 1kg zat warna untuk 10 liter air. 3.
Selanjutnya air yang dipanaskan apabila sudah mencapai suhu 70 -
80 diberi zat warna yang sudah diencerkan sebanyak 3 liter diaduk rata.
4. Setelah zat warna rata ambil benang sebanyak 3 kg dicelupkan dalam air
tersebut kemudian direndam kurang lebih 2 menit kemudian angkat dan taruh ditempat aman.
5. Selanjutnya air yang dipakai dalam pencelupan pertama ditambah zat
warna ± 1 gelas.
6. Ambil benang ± 3 kg untuk dicelupkan kedalam larutan tadi,
selanjutnya diulang sampai proses pewarnaan selesai. 7.
Benang yang sudah diwarna untuk menghindari kelunturan bilas dengan air bersih dan keringkan dibawah sinar matahari.
3. Pengelosan Setelah benang selesai dicuci dan diwarnai sampai kering dilanjutkan proses
pengelosan, benang dari hasil pencucian dan pewarnaan masih berupa untaian selain itu keadaan benang masih dalam keadaan menggumpal karena pengaruh
zat warna. Benang harus dirapikan kedalam bentuk bobbin, proses tersebut disebut pengelosan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa maksud dari pengelosan adalah memperbaiki mutu benang dan mendapatkan gulungan benang dalam volume dan bentuk
yang sesuai sehingga dapat digunakan untuk proses selanjutnya. 4. Penghanian
Mengatur dan menggulung benang-benang lusi pada 600m lusi atau 600m tenun yang akan dipasang pada mesin tenun dengan sistem penggulungan
sejajar. Sedangkan tujuannya adalah agar proses selanjutnya yaitu pencucukan dapat berjalan dengan lancar. Kain selimut jenis benang yang digunakan
adalah 20s. Setiap corak warna biru-putih jumlah lusi yang dibutuhkan maksud dikalikan 2 untuk 4 lubang sisir, dimasuki 2 benang, adalah :
Warna biru = 8 2
=16 helai Warna putih
= 12 2 =24 helai
= 40 helai Satu potong selimut dengan lebar 120 cm ada 78 corak biru-putih dengan
demikian total lusi adalah 78 40 = 2920 helai. Selimut paling pinggir menggunakan benang pinggiran dengan rangkap
1 sisir 4 benang dengan warna putih sehingga bagian pinggir lebih tebal dari pada bagian tengah.
5. Pencucukan Proses memasukkan benang lusi dari 600m lusi ke dalam lubang mata gun dan
lubang sisir. Jadi yang dilakukan dalam proses pencucukan adalah memasukkan benang lusi ke gun dan memasukkan benang lusi dari gun ke
sisir tenun. Mencucuk dilakukan dengan tangan oleh dua orang operator, seorang bertindak sebagai penyuap benang sedang yang satunya sebagai
pencucuk. 6. Pemaletan
Menggulung benang dari untaian bobbin kerucut atau bobbin silinder menjadi bentuk bobbin pakan atau palet. Tujuannya adalah agar palet cepat dipasang
dimasukkan pada alat peluncuran atau teropong. Proses menenun benang palet tersebut berfungsi sebagai benang pakan. Pembuatan selimut jenis
benang pakan yang digunakan adalah 10s dan 6s dengan warna putih. 7. Proses Weaving Pertenuan
Proses menenun adalah proses dimana pembentukan benang menjadi kain selimut. Ada beberapa gerakan-gerakan pokok didalam pertenunan
diantaranya adalah : 1. Gerakan membentuk mulut lusi
Gerakan ini untuk membentuk celah-celah yang disebut mulut lusi karena sebagian benang-benang lusi diangkat keatas sedang sebagian lagi ditarik
turun atau diam ditempat. 2. Gerakan peluncuran benang pakan
Bertujuan untuk meletakkan benang pakan didalam mulut lusi, peluncuran benang pakan dapat dilakukan dengan pemukul.
3. Gerakan pengetekan Tujuannya untuk menempatkan benang-benang pakan yang berada pada
mulut lusi ke dekat benang-benang pakan yang sudah teranyam dengan benang lusinya hingga membentuk tenunan. Dengan ketiga gerakan
tersebut maka pembuatan kain dengan proses pertenunan pada prinsipnya telah terpenuhi.
Selanjutnya untuk proses pertenunan hingga menghasilkan kain selimut dengan panjang tertentu diperlukan gerakan-gerakan lain yang disebut
gerakan pelengkap, yaitu : 1. Gerakan penggulungan kain
Tujuannya agar setiap pengetekan kain maju untuk seterusnya digulung pada lalatan kain.
2. Gerakan penggulungan lusi Tujuannya untuk mengukur lusi dari lalatan lusi pengukuran lusi diatur
sedemikian rupa sehingga panjang pengukuran lusi selalu sesuai dengan panjang kain yang digulung sehingga diperoleh keseimbangan dengan
benang lusi tetap.
Gambar 2.2 Proses produksi weaving
Sumber PT. Kapas putih 2007
8. Proses Penggarukan Setelah pertenunan selesai berarti sudah dihasilkan kain selimut dalam
gulungan panjang. Selimut yang dihasilkan tersebut masih dalam bentuk standar untuk meningkatkan kualitas kain selimut dilaksanakan proses penggarukan
menjadikan kain selimut keluar bulu-bulunya supaya dicapai hasil yang nyaman. Prinsip kerja mesin garuk ini adalah gulungan selimut dilewatkan pada mesin
garuk dimana pada mesin garuk dipasang jarum kecil sepanjang lebar kain. Selimut yang keluar dari mesin garuk sudah mulai muncul bulu-bulunya untuk
mendapatkan hasil yang maksimal pada proses penggarukan dilakukan 2 - 3 kali untuk mencapai hasil yang bagus.
Gambar 2.3 Proses penggarukan
Sumber PT. Kapas putih 2007
9. Proses Pemotongan Proses pemotongan dilakukan untuk memenuhi permintaan yang rata-rata
konsumen lokal yaitu masyarakat Indonesia yang mempunyai tinggi antara 160 cm-180 cm, maka pemotongan dilakukan dengan ukuran panjang 180 cm. Proses
pemotongan yang masih sederhana, pemotongan hanya dilakukan dengan bantuan alat penjepit yang berguna untuk melipat kain selimut sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Jika telah mencapai ukuran, kain dipindahkan keatas meja lalu dipotong dengan bantuan pisau. Proses pemotongan kadang pernah terhambat jika
pisau yang digunakan tumpul. Operator mengasah pisau yang juga hanya dengan bantuan batu gerinda.
Gambar 2.4 Proses pemotongan
Sumber PT. Kapas putih 2007
10. Proses Penjahitan dan Pengepakan Proses pemotongan dilakukan tahapan terakhir, pada proses ini yaitu
proses penjahitan untuk merapikan bekas potongan kain selimut, selanjutnya kain selimut yang sudah dijahit dikemas ke dalam plastik dan sekaligus pada saat
pengepakan dilakukan pengecekan pada kain selimut. Jika kain dalam kondisi tidak layak atau tidak presisi ukuran 180 cm dengan toleransi 1 cm-2 cm maka
kain selimut dipisahkan dan dikemas terpisah.
Gambar 2.5 Hasil pengepakan
Sumber PT. Kapas putih 2007
2.2 LANDASAN TEORI