Perancangan Alat Bantu Pada Proses Pemanggangan Roti Untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Di Cirasa Bakery

(1)

PERANCANGAN ALAT BANTU PADA PROSES PEMANGGANGAN ROTI UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL

DI CIRASA BAKERY

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

FAKHRURRAZI SUZLI 050403010

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah sebagai rasa Syukur tak terhingga penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di industri kecil roti dengan nama Cirasa Bakery yang beralamat di Jalan Seto No 74 Medan, Sumatera Utara yang dijadikan sebagai salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Perancangan Alat Bantu pada Proses Pemanggangan Roti untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal di Cirasa Bakery”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2010


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah yang tak hentinya terucap atas selesainya Tugas Sarjana ini, Banyak pihak yang telah membantu baik itu berupa bimbingan ataupun berupa bantuan moril dan materil, sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, teristimewa kepada keluargaku tercinta. Ayahanda Suaib Araby us, Ibunda Mazliana OK Siddiq, kalau ada balasan perbuatan baik yang kulakukan saat ini, semuanya untuk ayah dan ibuku. Adik-adiku tercinta Wirda, Gilang dan Awang yang senantiasa menjadi inspirasi dan semangat penulis.

Pada kesempatan ini pula, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. A Jabbar M. Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I atas waktu untuk bimbingan, arahan, dan masukan serta ilmu yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Mangara M.Tambunan, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar serta memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini. 4. Bapak Ir. Abadi Ginting, MSIE, selaku Dosen Pembimbing Akademis yang

telah memberikan dukungan dan motivasi serta perhatian yang diberikan kepada penulis dalam menjalani kegiatan akademis.


(7)

5. Dosen-dosen yang telah menjadi guru teladan yang senantiasa sabar memberikan arahan, dan masukan serta ilmu kepada penulis dalam menjalani kegiatan akademis.

6. Pegawai administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Bowo, Kak Dina, Bang Mijo, Bang Nur, Bang Ridho dan Bu Ani yang telah membantu penulis dalam melakukan urusan administrasi di Departemen Teknik Industri USU. Bang Kumis dan Kak Rahma atas kebaikan hatinya meminjamkan buku demi kelancaran pembuatan laporan Tugas Akhir ini.

7. Bapak Yusuf serta karyawan Cirasa Bakery yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan meluangkan waktu untuk bimbingan penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Sahabat-sahabatku SUPER 05 Teknik Industri USU angkatan 2005, yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu. Teman-teman SUPER yang hebat, Menopangku dari belakang, menyanggaku ketika jatuh, dan tidak pernah bermaksud untuk menjadi orang-orang yang mematahkan sayapku.

9. Keluarga besar Himti-USU dan teristimewa untuk Keluarga besar HMI FT-USU yang telah memberikan banyak hal kepada penulis.

10.Abang dan kakak angkatan 2001, 2002, 2003 dan 2004. Adik-adik angkatan 2006, 2007, 2008 dan 2009, terimakasih atas doa dan semangatnya.

11.Aceh Tamiang, suatu tempat yang telah memberikan semangat besar kepada penulis.


(8)

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010


(9)

DAFTAR ISI

BAB Halaman LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan masalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-3 2.3.3. Sistem Pengupahan ... II-4 2.4. Proses Produksi ... II-4 2.4.1. Bahan ... II-4 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-5 2.4.3. Pengolahan Limbah ... II-8 2.4.4. Mesin dan Peralatan ... II-8

III LANDASAN TOERI

3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Keluhan Muskuloskeletal ... III-2


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman III LANDASAN TEORI

3.3. Standard Nordic Body Map ...III-6 3.4. PLIBEL ...III-8 3.5. Postur Kerja ...III-18 3.6. REBA (Rapid Entire Assesment) ...III-20 3.7. Peta Pekerja dan Mesin (Man Machine Chart) ...III-25 3.8. Antropometri ...III-28 3.8.1. Pengolahan Data Antropometri ...III-33 3.9. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test ...III-36

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...IV-1 4.2. Jenis Penelitian ...IV-1 4.3. Kerangka Koseptual ...IV-1 4.4. Objek Penelitian ...IV-4 4.5. Metode Pengumpulan Data ...IV-4 4.6. Pengumpulan Data ...IV-4 4.6.1. Data Primer ...IV-5 4.6.2. Data Sekunder ...IV-5


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman IV METODOLOGI PENELITIAN

4.7. Instrumen Penelitian ...IV-5 4.8. Pengolahan Data ...IV-6 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ...IV-6 4.10. Kesimpulan dan Saran ...IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Metode Kerja Aktual ...V-1 5.1.2. Data Keluhan Muskuloskeletal ...V-2 5.1.3. Pengumpulan Data Postur Kerja ...V-7 5.1.4. Pengumpulan Data Antropometri ...V-8 5.2. Pengolahan Data... V-9 5.2.1. Pengolahan Data Muskuloskeletal ...V-9 5.2.2. Penilaian Postur Kerja dengan REBA ...V-11 5.2.3. Man Machine Chart (MMC) ...V-32 5.2.4. Pengolahan Data Antropometri ...V-34 5.2.5. Penentuan Dimensi Produk yang Akan Dirancang ...V-41


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Tingkat Keluhan Muskuloskeletal ... VI-1 6.2. Analisis Postur Kerja Aktual ... VI-2 6.3. Analisis Kondisi Aktual Fasilitas Kerja ... VI-4 6.4. Analisis Man Machine Chart (MMC) ... VI-6 6.5. Usulan Rancangan Alat Bantu ... VI-7 6.6. Analisa Postur Kerja Usulan dengan Menggunakan Alat Bantu ... VI-11 6.7. Perbandingan Metode Kerja Aktual dan Metode Kerja baru ... VI-24 6.8. Perbandingan Penilaian Postur Kerja Aktual dan Postur Kerja

Usulan ... VI-27 6.9. Prosedur Kerja Usulan dengan Alat Bantu ... VI-29 6.10. Penerapan Meode Kerja Baru ditinjau dari Aspek Ekonomi ... VI-30 6.11. Penerapan Meode Kerja Baru ditinjau dari Aspek Sosial-Budaya .. VI-31

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ...VII-1 7.2. Saran ...VII-2 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1. Form PLIBEL ... III-9 3.2. Skor Batang Tubuh REBA ... III-21 3.3. Skor Leher REBA ... III-21 3.4. Skor Kaki REBA ... III-22 3.5. Skor Beban REBA ... III-22 3.6. Skor Lengan Atas REBA ... III-22 3.7. Skor lengan Bawah REBA ... III-23 3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-23 3.9. Coupling ... III-24 3.10. Skor Aktivitas ... III-24 3.11. Skor Akhir REBA ... III-24 3.12. Nilai Level Tindakan REBA ... III-25 3.13. Lambang Peta Pekerja dan Mesin ... III-27 3.14. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Dudu k ... III-33 5.1. Data Hasil Rekapitulasi SNQ ... V-4 5.2. Rekapitulasi PLIBEL ... V-5 5.3. Kegiatan Operator yang Diamati ... V-7 5.4. Data Antropometri Operator ... V-9


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 5.5. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... V-14 5.6. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri ... V-15 5.7. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... V-18 5.8. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri ... V-19 5.9. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... V-22 5.10. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri... V-23 5.11. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... V-26 5.12. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri... V-27 5.13. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... V-30 5.14. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri... V-31 5.15. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA ... V-32 5.16. Perbandingan Waktu Delay dan Produktif pada MMC... V-33 5.17. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum Data Antropometri Operator... V-36 5.18. Perhitungan Uji Keseragaman Data Antropometri Operator... V-37 5.19. Uji Kecukupan Data Operator ... V-40 5.20. Uji Kolmogorof Smirnov ... V-41 6.1. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... VI-14 6.2. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri ... VI-15


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel Halaman 6.3. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... VI-18 6.4. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri ... VI-19 6.5. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kanan ... VI-22 6.6. Nilai Level Tindakan REBA Bagian Kiri ... VI-23 6.7. Perbandingan Metode Kerja Aktual dan Metode Kerja Baru ... VI-24 6.8. Perbandingan Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Postur Kerja


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. Struktur Organisasi Cirasa Bakery ... II-3 2.2. Proses Pengadonan ... II-6 2.3. Proses Pemotongan Adonan ... II-6 2.4. Proses Pembentukan ... II-7 2.5. Proses Fermentasi... II-7 2.6. Proses Pemanggangan ... II-8 3.1. Standard Nordic Questionaire (SNQ) ...III-7 3.2. Postur Batang Tubuh REBA ...III-20 3.3. Postur Leher REBA ...III-21 3.4. Postur Kaki REBA ...III-21 3.5. Postur Lengan Atas REBA ...III-22 3.6. Postur Lengan Bawah REBA ...III-23 3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA ...III-23 3.8. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk ...III-32 4.1. Kerangka Konseptual ...IV-2 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian...IV-8 5.1. Peta Tubuh pada SNQ dan Keterangan Gambar ... V-4 5.2. Peta Tubuh Identifikasi Keluhan Musculoskeletal... V-10


(18)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

Gambar Halaman 5.3. Kegiatan Mengangkat Loyang ... V-12 5.4. Kegiatan Mengankat Loyang ... V-16 5.5. Kegiatan Memasukkan Loyang ke Mesin Panggang ... V-20 5.6. Kegiatan Mengeluarkan Loyang dari mesin Panggang ... V-24 5.7. Kegiatan Meletakkan Loyang ... V-28 5.8. Peta Kontrol TBB ... V-29 6. 1. Loyang yang digunakan pada bagian Pemanggangan ... VI-5 6. 2. Alat Bantu Usulan Pandangan Tiga Dimensi (Dalam Cm) ... VI-9 6. 3. Alat Bantu Usulan Pandangan Atas (Dalam Cm) ... VI-10 6.4. Alat Bantu Usulan Pandangan Depan (Dalam Cm) ... VI-10 6. 5. Alat Bantu Usulan Pandangan Samping (Dalam Cm) ... VI-11 6. 6. Operator meletakkan Loyang pada Alat Bantu……...………..VI-12 6. 7. Operator Memutar Tuas Pada Alat Bantu ... VI-16 6.8. Operator Mendorong Alat Bantu ... VI-20


(19)

ABSTRAK

Cirasa Bakery merupakan industri kecil yang memproduksi makanan ringan yaitu roti dengan berbagai bentuk dan rasa. Terletak di jalan Seto No. 74 Medan dan beroperasi sejak tahun 1991. Dalam proses produksinya terdapat beberapa gerakan-gerakan operator yang memungkinkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Pada bagian pemanggangan, operator pada saat memulai mengangkat loyang-loyang banyak melakukan gerakan-gerakan yang membungkuk dan hal ini terus dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian pada proses ini juga dilakukan proses pemindahan loyang yang berisi roti yang ditumpuk dengan jumlah yang cukup banyak secara manual. Hal ini yang menyebabkan operator sangat berpotensi mengalami keluhan.

Sikap kerja yang tidak baik ini dibuktikan dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengindentifikasi beberapa keluhan di beberapa bagian tubuh yang sangat sakit seperti di bahu kiri dan kanan, lengan atas kiri dan kanan, punggung, pinggang, bokong, pantat dan lutut kiri dan kanan. Hasil penilaian postur kerja aktual diketahui terdapat beberapa sikap kerja yang sangat perlu diperbaiki dengan sesegera mungkin. Sikap kerja tersebut adalah Meletakkan loyang distasiun pemanggangan (11, sangat tinggi), meletakkan loyang yang telah dipanggang (9, tinggi) dan mengangkat loyang dari ruang fermentasi (8, tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat bantu pemindahan loyang agar gerakan-gerakan yang berpotensi mengalami keluhan tersebut berkurang. Maka usulan rancangan alat bantu yang diusulkan tentunya harus mengeliminasi kegiatan mengangkat loyang dengan cara membungkuk atau mengangkat loyang dengan menjangkau terlalu tinggi. Disamping itu rancangan alat bantu yang dibuat memudahkan operator untuk membawa loyang.

Hasil perbaikan metode kerja dengan menggunakan alat bantu usulan menghasilkan gerakan operator yang lebih baik. Hal ini terlihat dari pengolahan postur kerja dengan metode usulan menghasilkan tidak ada lagi elemen kegiatan yang berada pada skor level tinggi dan sangat tinggi. Sehingga penggunaan alat ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pada bagian pemanggangan.

Keyword : Keluhan Muskuloskeletal, SNQ, REBA, Man Machine Chart (MMC) dan Antropometri


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Adanya suatu kenyataan bahwa didalam berkerja menggunakan fisik atau non fisik dapat menimbulkan ketegangan otot. Ketegangan otot tersebut dapat mengakibatkan keluhan-keluhan pada saat bekerja, sehingga dapat mengakibatkan cedera atau penyakit pada operator. Sering kali ditemukan gerakan kerja operator yang berulang-ulang tanpa fasilitas alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Hal ini tentunya dapat menyebabkan tubuh melakukan aktivitas kerja secara terpaksa dalam kondisi yang tidak nyaman. Kenyamanan ataupun ketidaknyamanan menggunakan alat tergantung dari kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Apabila ukuran alat tidak disesuaikan ukuran manusia maka pengguna alat tersebut pada jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stres tubuh. Stres tubuh tersebut antara lain bisa berupa tidak nyaman, lelah, nyeri, pusing dan lain-lain1

Cirasa Bakery merupakan industri kecil yang memproduksi makanan ringan yaitu roti dengan berbagai bentuk dan rasa. Dalam proses produksinya operator banyak sekali melakukan gerakan berulang-ulang yang berpotensi menyebabkan terjadinya keluhan. Hal ini dapat terlihat lebih jelas pada proses pemanggangan. Pada proses pemanggangan, operator yang berkerja hanya satu

.

1

Santoso, Gempur. 2004. “Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan”. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher


(21)

orang dan operator tersebut banyak melakukan pekerjaannya dengan manual. Dapat dilihat pada saat operator mengangkat loyang-loyang dari lantai, operator banyak melakukan gerakan-gerakan yang membungkuk dan hal ini terus dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian pada proses ini juga dilakukan proses pemindahan loyang yang berisi roti yang ditumpuk dengan jumlah yang cukup banyak secara manual. Hal ini yang menyebabkan operator dalam melakukan pekerjaannya sering mengalami keluhan muskuloskeletal terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan.

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit2. Salah satu penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah aktivitas angkat angkut yang dilakukan secara manual. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat bantu yang sesuai dengan ukuran tubuh operator sehingga keluhan muskuloskeletal dapat dikurangi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dilihat bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu terjadinya keluhan musculoskeletal karena sikap tubuh yang tidak baik saat melakukan kegiatan kerja yang berulang-ulang. Maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :

1. Bagaimana merancang alat bantu yang sesuai dengan dimensi antropometri pekerja?

2

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press


(22)

2. Apakah alat bantu tersebut dapat memperbaiki postur kerja untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal operator pada bagian pemanggangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah memperoleh rancangan alat bantu pemindahan loyang dengan menggunakan data antropometri operator sebagai acuan memperbaiki postur kerja sehingga dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal.

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi keluhan muskuloskeletal yang dialami operator di bagian pemanggangan.

2. Menganalisa dan melakukan penilaian postur kerja aktual operator di bagian pemanggangan.

3. Menganalisa elemen kerja yang memungkinkan untuk dieliminasi agar ditemukan metode kerja yang lebih baik

4. Merancang alat bantu sesuai dengan dimensi antropometri yang telah ditentukan.

5. Membandingkan postur kerja aktual dengan postur kerja usulan. 6. Membuat prosedur kerja baru/usulan di stasiun pemanggangan.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat memahami dan mengetahui berbagai aspek kegiatan di usaha pembuatan roti serta menambah pengalaman peneliti untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan perancangan alat bantu kerja.

2. Manfaat bagi Cirasa Bakery

Manfaat bagi Cirasa Bakery adalah menjadi bahan masukan bagi usaha tersebut sehingga lebih mementingkan keselamatan dan kenyamanan karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaannya.

3. Manfaat bagi Lembaga atau Institusi Pendidikan

Manfaat bagi lembaga atau institusi pendidikan adalah sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian berikutnya. Selain itu dpat juga dijadikan sarana untuk memperluas pengenalan akan jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan pada bagian pemanggangan di Cirasa Bakery yang berlokasi di jalan Seto No. 74 Medan.


(24)

b. Penilaian postur kerja hanya dilakukan pada operator saat berkerja pada bagian pemanggangan. Tanpa dipengaruhi oleh komponen sistem kerja yang lain.

c. Data antropometri yang digunakan adalah data dimensi tubuh pekerja di Cirasa Bakery.

d. Tidak dilakukan perhitungan estimasi biaya terhadap fasilitas kerja yang dirancang.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak ada penggantian proses produksi maupun penggantian mesin dan peralatan produksi selama penelitian dilaksanakan.

2. Tidak terjadi perubahan dimensi tubuh operator secara signifikan selama penelitian.

3. Operator yang diteliti sudah mengerti dan paham akan tugasnya.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar pembuatan tugas akhir ini dapat dipahami dengan mudah, maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI


(25)

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab, tenaga kerja perusahaan, sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan, proses produksi, bahan yang digunakan, jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi dan mesin serta peralatan yang digunakan.

BAB III LANDASAN TEORI

Berisi dasar-dasar teori yang mendukung permasalahan dalam perbaikan metode kerja.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian secara sistematis, yang meliputi identifikasi masalah, studi literatur, pengkajian, pengembangan kerangka dan alat pemecahan masalah, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, analisis dan kesimpulan.


(26)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisi data hasil penelitian, baik berupa data primer maupun data sekunder. Data ini kemudian digunakan sebagai acuan dalam perancangan alat bantu.

BAB VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Berisi analisis dan pembahasan masalah hasil dari penelitian. Dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang ada. BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari rangkaian penelitian yang sudah dilakukan. Dalam bab ini juga diberikan masukan berdasarkan kondisi nyata yang dihadapi pada saat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(27)

ABSTRAK

Cirasa Bakery merupakan industri kecil yang memproduksi makanan ringan yaitu roti dengan berbagai bentuk dan rasa. Terletak di jalan Seto No. 74 Medan dan beroperasi sejak tahun 1991. Dalam proses produksinya terdapat beberapa gerakan-gerakan operator yang memungkinkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Pada bagian pemanggangan, operator pada saat memulai mengangkat loyang-loyang banyak melakukan gerakan-gerakan yang membungkuk dan hal ini terus dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian pada proses ini juga dilakukan proses pemindahan loyang yang berisi roti yang ditumpuk dengan jumlah yang cukup banyak secara manual. Hal ini yang menyebabkan operator sangat berpotensi mengalami keluhan.

Sikap kerja yang tidak baik ini dibuktikan dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengindentifikasi beberapa keluhan di beberapa bagian tubuh yang sangat sakit seperti di bahu kiri dan kanan, lengan atas kiri dan kanan, punggung, pinggang, bokong, pantat dan lutut kiri dan kanan. Hasil penilaian postur kerja aktual diketahui terdapat beberapa sikap kerja yang sangat perlu diperbaiki dengan sesegera mungkin. Sikap kerja tersebut adalah Meletakkan loyang distasiun pemanggangan (11, sangat tinggi), meletakkan loyang yang telah dipanggang (9, tinggi) dan mengangkat loyang dari ruang fermentasi (8, tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat bantu pemindahan loyang agar gerakan-gerakan yang berpotensi mengalami keluhan tersebut berkurang. Maka usulan rancangan alat bantu yang diusulkan tentunya harus mengeliminasi kegiatan mengangkat loyang dengan cara membungkuk atau mengangkat loyang dengan menjangkau terlalu tinggi. Disamping itu rancangan alat bantu yang dibuat memudahkan operator untuk membawa loyang.

Hasil perbaikan metode kerja dengan menggunakan alat bantu usulan menghasilkan gerakan operator yang lebih baik. Hal ini terlihat dari pengolahan postur kerja dengan metode usulan menghasilkan tidak ada lagi elemen kegiatan yang berada pada skor level tinggi dan sangat tinggi. Sehingga penggunaan alat ini dapat menjadi solusi untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pada bagian pemanggangan.

Keyword : Keluhan Muskuloskeletal, SNQ, REBA, Man Machine Chart (MMC) dan Antropometri


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut pada tahun 1991. Kemudian pada tahun 2000 Cirasa Bakery diserahkan kepada bapak M. Yusuf selaku anak dari bapak M.Ali, untuk melanjutkan usaha tersebut. Usaha ini mulai beroperasi di Jalan Seto No. 74 Medan dan sampai saat ini usaha ini masih berlokasi di tempat tersebut.

Pada awalnya bapak M. Ali memulai usaha ini secara kecil-kecilan bersama keluarganya. Keahlian membuat roti ini di peroleh bapak M. Ali dengan mempelajarinya sendiri. Usaha pembuatan roti ini menjadi pilihan karena pada awal tahun 1990 bapak M. Ali mengalami kebangkrutan dalam usaha grosir. Kemudian bapak M. Ali melihat peluang yang cukup besar untuk menjalankan usaha ini karena didaerah tempat tinggalnya memiliki jumlah penduduk yang padat. Terbukti pilihan usaha ini sangat tepat karena seiring berjalannya waktu jumlah permintaan terhadap produk yang dihasilkan terus meningkat dan kini usaha Cirasa Bakery semakin berkembang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Cirasa Bakery merupakan usaha yang bergerak dalam pembuatan roti. Roti-roti yang diproduksi oleh perusahaan ini beraneka ragam rasa dan jenisnya,


(29)

yaitu roti manis, roti tawar, roti melon, roti selai, roti srikaya, roti kacang ijo, roti mocca, roti kelapa, donat kolong, donat sate, donat tepung, keju coklat, keju salju, dan roti coklat. Sistem produksi berdasarkan make to order, yaitu memproduksi sesuai dengan pesanan pelanggan.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan diantara mereka diberikan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

Struktur organisasi yang digunakan pada Cirasa Bakery adalah struktur organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (simple Organizations) adalah merupakan stuktur yang sederhana sekali yang dikesankan sebagai struktur yang tidak formal. Tipe ini umum dijumpai dalam perusahaan yang berskala kecil, dimana manager umumnya juga pemilik dari perusahaan itu sendiri. Disini semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun operasional akan diambil sendirian oleh sang manager pemilik. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.


(30)

Berikut Struktur organisasi pada usaha Cirasa Bakery dapat dilihat pada Gambar 2.1.

PEMIMPIN

PEKERJA

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Cirasa Bakery

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di Cirasa bakery saat ini adalah 7 orang. Yang terdiri dari 4 orang pekerja di bagian pembentukan, 1 orang bagian pemanggangan, 1 orang di bagian pengadonan dan 1 orang dibagian fermentasi. Masing-masing pekerja bertanggung jawab dengan stasiun kerjanya masing-masing.

Hari kerja di Cirasa Bakery sebanyak enam hari kerja dari hari Senin sampai hari Sabtu. Jam kerja per hari dari pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam yaitu dari pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB.

2.3.3. Sistem Pengupahan

Sistem gaji karyawan adalah harian. Gaji pekerja diberikan perhari sebesar Rp. 20.000 karena para pekerja hanya bertanggup jawab pada satu pekerjaan saja dan proses produksi berjalan dengan cepat. Terkadang pimpinan usaha


(31)

memberikan bonus apabila penjualan mereka melewati target serta tunjangan seperti THR pada hari-hari tertentu.

2.4. Proses Produksi

Proses Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang merupakan aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. Proses produksi merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Dimulai dari keinginan untuk dapat memproduksi suatu produk tertentu, proses produksi membantu perusahaan untuk menemukan teknik-teknik pengerjaan maupun pengolahan bahan yang efektif dan efisien untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

2.4.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk melancarkan kegiatan proses produksi roti pada Cirasa Bakery dapat dibagi atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Jadi bahan baku ini dapat juga disebut bahan


(32)

utama. Adapun bahan baku yang digunakan oleh Cirasa Bakery adalah tepung terigu, telur, gula, garam, dan mentega.

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk dan keberadaannya tidak mengurangi nilai produk yang dihasilkan. Bahan penolong yang dipergunakan dalam proses produksi adalah air, pewarna makan, minyak makan.

2.4.1.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dan ditambahkan pada proses produksi untuk membantu menghasilkan kualitas produk, tetapi bahan tersebut tidak ikut dalam proses produksi. Bahan tambahan yang dipergunakan dalam proses produksi ini adalah plastik, wijen, kelapa, coklat dan pisang.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Uraian tahapan produksi yang dilakukan pada Cirasa Bakery dapat dilihat pada Gambar 2.2 sampai dengan Gambar 2.6. dan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengadonan

Proses pertama yang dilakukan adalah memasukkan bahan-bahan yang telah ditimbang takarannya, seperti tepung, kelapa, mentega, telur, susu, garam, dan air di dalam mesin pengadon untuk dicampur/diadon. Proses pencampuran ini berlangsung 30 menit.


(33)

Gambar 2.2. Proses Pengadonan 2. Pemotongan

Proses selanjutnya adalah membawa adonan ke lokasi pemotongan untuk dipotong-potong. Biasanya dipotong dalam ukuran sedang yang bisa dilihat pada gambar, untuk tiap adonan yang nantinya akan menjadi satu buah roti.

Gambar 2.3. Proses Pemotongan Adonan 3. Pembentukan

Tiap-tiap adonan yang telah dipotong-potong ini selanjutnya digiling dengan menggunakan rol. Proses selanjutnya adalah mengisi adonan yang telah dipres dengan isi yang diinginkan. Misalnya jika ingin membuat roti coklat maka diisi dengan coklat, jika ingin roti pisang diisi dengan potongan pisang, dll. Agar roti nantinya nampak lebih menarik dilihat para konsumen, setelah diberi isi dan digulung, roti tersebut perlu diberi bentuk dengan menggunakan cetakan yang sudah tersedia. Sesudah diberi bentuk adonan tersebut diletakkan


(34)

dalam loyang, dimana dalam satu loyang dapat memuat 12 adonan. Sesudah semua adonan telah diberi bentuk dan diletakkan dalam loyang, semua loyang dibawa kedalam ruang penguapan.

Gambar 2.4. Proses Pembentukan 4. Fermentasi

Di dalam ruang penguapan ini, adonan-adonan yang tersusun dalam loyang diuapkan agar mengembang. Proses pengembangan ini berlangsung sekitar 2 jam. Perlu diketahui bahwa ruang penguapan ini adalah sebuah ruang yang tidak berventilasi. Pada saat pengembangan dilakukan, sebuah kompor (yang sedang memasak air mendidih dengan mulut panci terbuka) diletakkan di tengah ruangan.

Gambar 2.5. Proses Fermentasi 5. Pemanggangan

Setelah dilakukan fermentasi sekitar 2 jam, adonan-adonan ini sudah mengembang. Adonan ini selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin


(35)

pemanggang. Pemanggangan berlangsung sekitar 30 menit. Setelah pemanggangan selesai maka roti tersebut sudah siap untuk diambil oleh pedagang eceran untuk selanjutnya di pasarkan.

Gambar 2.6. Proses Pemanggangan 2.4.3. Pengolahan Limbah

Setiap penyelenggaraan kegiatan industri hampir selalu ada limbah yang apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Namun hal ini tidak terjadi pada proses pembuatan roti karena setiap bahan yang di gunakan akan habis terpakai.

2.4.4. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan merupakan alat-alat yang digunakan untuk membantu lancarnya kegiatan produksi. Mesin dan peralatan digunakan dari awal proses produksi sampai nanti dapat terbentuk suatu produk yang dapat dipasarkan ke pasar.


(36)

2.4.4.1. Mesin Produksi

Mesin yang digunakan di Cirasa Bakery untuk pembuatan roti sebagai berikut:

1. Mesin pengadon, berfungsi untuk mencampur bahan-bahan seperti tepung, gula, telur, kelapa, mentega, susu dan penyedap seperti garam, dengan air. Mesin ini berjumlah 1 buah.

2. Mesin pemanggang, berfungsi untuk memanggang adonan yang sudah dibentuk dan diberi isi. Loyang-loyang yang berisi adonan ini di masukka n pada mesin pemanggang ini secara manual. Jumlah mesin ini hanya 1 buah. 3. Mesin pemarut, berfungsi untuk memarut kelapa yang akan digunakan dalam

pembuatan roti. Kelapa yang di parut ini digunakan sebagai bahan tambahan untuk menambah rasa roti.

2.4.4.2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan untuk membantu dalam pembuatan roti ini adalah:

a. Ember (5 buah)

Ember berfungsi sebagai tempat air. b. Alat pemotong adonan (3 buah)

Alat pemotong ini berfungsi untuk memotong adonan yang baru dicampur sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.

c. Rol/alat penggiling (5 buah)

Alat ini berfungsi untuk menggiling atau membuat tipis adonan yang sudah dipotong.


(37)

d. Alat pencetak (7 buah)

Alat ini berfungsi untuk memberi bentuk pada roti, agar nantinya roti lebih menarik dilihat para calon pembeli.

e. Loyang (300 buah)

Loyang berfungsi sebagai tempat adonan yang sudah dibentuk. f. Kompor (3 buah)

Alat ini berfungsi untuk memanggang roti dan untuk memanaskan air agar menghasilkan uap dalam proses pengembangan.


(38)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004)3. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979)4

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004) .

5

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

:

3

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 1998

4

Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung. 5

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press


(39)

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Salah satu tujuan dari ergonomi adalah membuat suatu keadaan ataupun kegiatan menjadi efektif dan efisien yang hasil akhirnya agar dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas dapat dicapai bila ouput yang dihasilkan lebih besar. Dalam ergonomi, mengatasi keluhan MSDs pada pekerja pun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas, oleh karena itu untuk mengurangi keluhan MSDs yang dirasakan pekerja, perlu diketahui terlebih dahulu sebab dan akibat dari keluhan MSDs tersebut.

3.2. Keluhan Musculoskeletal

Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka;2004)6

6

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press

. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligemen dan tendon. Keluhan


(40)

hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapt dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain = LBP).

Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut.


(41)

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karna pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapt mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan keluhan.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tenpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekwensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.


(42)

Langkah-langkah untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal sebagai berikut:

1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai berikut :

- Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang dapat dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan menggunakan peralatan yang ada.

- Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan

- Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, contonya memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya.

- Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

2. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan sebagai berikut : - Pendidikan dan pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan lebih inovatif dalam upaya pencegahan resiko sakit akibat kerja.


(43)

Menyesuaikan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

- Pengawasan yang intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja. Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai metoda yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Questionnaire.

3.3. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), agak sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja (Tarwaka;2004).

Cara ini merupakan cara yang cukup sederhana dan mengandung nilai subjektivitas yang tinggi. Untuk menekankan bias yang terjadi, maka sebaiknya


(44)

pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja. Cara ini dilakukan agar dapat diketahui perbedaan sebelum dan sesudah berkerja agar dapat diketahui perbandingannya.

Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) 7

7

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press

KETERANGAN

NO JENIS KELUHAN

0 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri


(45)

3.4. PLIBEL

Plibel merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti itu. Plibel sudah digunakan di dalam beberapa penelitian ergonomi dan sebagai suatu alat di bidang pendidikan. Plibel merupakan suatu alat checklist yang sederhana untuk memeriksa penyebab utama resiko musculoskeletal serta hubungannya dengan penilaian tempat kerja. Aspek waktu, lingkungan dan organisasi juga turut menjadi pertimbangan dalam metode ini sebagai faktor-faktor pengubah.

Checklist pada alat ini dirancang agar setiap item yang biasanya diperiksa pada suatu penilaian tempat kerja terhadap resiko ergonomi akan tercatat dan dihubungkan dengan lima bagian tubuh. Jika terdapat suatu pertanyaan yang tidak relevan terhadap suatu daerah tubuh tertentu, dan/atau jika dokumentasi yang ada tidak ditemukan di dalam lembar plibel, hal tersebut ditunjukkan pada bidang abu-abu dalam daftar dan tidak perlu dijawab. Untuk lebih jelasnya form plibel akan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Penilaian tempat kerja dengan menggunakan plibel dimulai dengan wawancara pengantar dengan karyawan dan dengan suatu pengamatan pendahuluan. Penilaian berfokus pada bagian dari pekerjaan yang mewakili, tugas-tugas yang dilaksanakan paling banyak dari waktu kerja, dan tugas-tugas yang dianggap pekerja dan peneliti sebagai pekerjaan yang terutama sekali menyebabkan ketegangan sistem musculoskeletal. Dengan demikian form plibel mungkin harus diisi oleh masing-masing karyawan. Penilaian tersebut harus


(46)

dihubungkan dengan kapasitas setiap individu yang diamati. Cara-cara yang tidak biasa dan bersifat pribadi juga direkam.

Tabel 3.1. Form PLIBEL Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?

2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja? 3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan? 4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?


(47)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal Bagian-bagian Tubuh Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?

6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?

7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?

8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...

a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.

b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?


(48)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?

9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:

a) Agak bungkuk ke depan?

b) Sangat bungkuk ke depan?

c) Bengkok menyamping atau agak membelit?


(49)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:

a) Bungkuk ke depan?

b) Bengkok menyamping atau agak membelit?

c) Sangat membelit?

d) Lurus ke belakang?

11: Apakah beban diangkat secara manual? Catatan faktor-faktor yang penting:


(50)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

a) Periode pengangkatan yang berulang

b) Berat dari beban

c) Genggaman yang tidak alami pada beban

d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan

e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah


(51)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

g) Pengangkatan di atas bahu

12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?

13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?

14: Adakah terdapat pengulangan pada:


(52)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal Bagian-bagian Tubuh Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman? 15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti: a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas

b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas

16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?

17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:


(53)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan) Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

a) Gerakan-gerakan membelit?

b) Gerakan-gerakan yang kuat?

c) Posisi tangan yang tidak nyaman?


(54)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Skor Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul Punggung Bagian Bawah Jumlah Persentase

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk

istirahat dan berhenti?

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?

21: Apakah dalam bekerja dapat terjadi situasi yang tidak diharapkan?

22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin

b) Panas c) Aliran udara d) Bising


(55)

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi e) Masalah kondisi visual

f) Hentakan, goncangan, atau getaran

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah

Persentase

Sumber: Stanton, Neville, dkk. 2005. “Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods” .

CRC Press.

3.5. Postur Kerja

Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan postur tubuh saat bekerja :

1. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan memperhatikan fasilitas kerjanya yang sesuai dengan kondisi fisik pekerja, agar operator dapat menjaga postur kerjanya dalam keadaan tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan khususnya pada pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam keadaan berdiri.


(56)

2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang nyaman.

3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri dengan leher, kepala, dada atau kaki berada dalam posisi miring.

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000) bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg) 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.


(57)

3.6. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Data yang diperoleh dikumpulkan dari postur tubuh, gerakan, dan coupling8

a.Batang tubuh (trunk)

. Penilaian dilakukan pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu: Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs). Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).

Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA yang ditunjukkan pada Gambar 3.2. sampai dengan Gambar 3.8 dan masing-masing skornya pada Tabel 3.2. sampai dengan Tabel 3.10.

Grup A:

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA

8

Stanton, Neville, dkk. 2005. “Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods” . CRC Press.


(58)

Tabel 3.2. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20-600 3

>600 4

b. Leher (neck)

Gambar 3.3. Postur Leher REBA

Tabel 3.3. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2

c. Kaki (legs)


(59)

Tabel 3.4. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-60 +2 jika lutut >60

0 0

Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (load)

Tabel 3.5. Skor Beban REBA Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat 5-10 kg 1

>10 kg 2

Grup B:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.5. Postur Lengan Atas REBA Tabel 3.6. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1

+1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat lengan >200 (ke belakang) atau 20-450 2

45-900 3


(60)

b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA Tabel 3.7. Skor Lengan Bawah REBA

Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA Tabel 3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1

+1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah


(61)

d. Coupling

Tabel 3.9. Coupling

Coupling Skor Keterangan Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Tabel 3.10. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

Dari analisa postur kerja diatas maka dapat diketahui skor akhir REBA dengan melakukan pegisian pada Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11. Skor Akhir REBA

Tabel A Tabel B

Bagian Tubuh Skor Bagian Tubuh Skor

Trunck Upper arm

Neck Lower Arm

Legs Wrist

Total Total

Load Coupling

Skor A Skor B

Skor Tabel C = Activity Score =


(62)

Dari pengisisan Tabel 3.11. maka akan diketahui berapa skor akhir REBA. Skor akhir REBA ini akan menunjukkan level tindakan dan level resiko yang akan terjadi pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Dari level tersebut maka akan direkomendasikan jenis tindakan yang akan dilakukan mulai dari tidak perlu dilakukan perbaikan sampai sangat perlu dilakukan perbaikan secepatnya. Nilai level tindakan REBA dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Risiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

3.7. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart) 9

Peta pekerjaan dan mesin merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menganggur. Kegunaan peta pekerja dan mesin antara lain berupa informasi yang paling penting diperoleh melalui peta pekerja dan mesin yaitu hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, kita mempunyai data yang baik

9


(63)

untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan terhadap suatu sistem kerja.

Dalam beberapa hal, hubungan antara operator dengan mesin sering bekerja secara bergantian, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja atau sebaliknya. Waktu menganggur adalah suatu kerugian, sehingga harus dihilangkan atau setidaknya diminimumkan, tetapi harus masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia dan mesinnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat peta pekerja dan mesin, yaitu10

1. Nyatakan identifikasi peta yang dibuat.

Biasanya dibagian paling atas kertas dinyatakan “ PETA PEKERJA DAN MESIN “ sebagai kepalanya, kemudian diikuti oleh informasi-informasi yang melengkapi, meliputi : nomor peta, nama pekerja yang dipetakan, metoda sekarang atau usulan, tanggal dipetakan, dan nama orang yang membuat peta tersebut.

2. Uraikan semua elemen pekerjaan yang terjadi.

Tiga jenis kolom (bar) digunakan untuk melambangkan elemen-elemen yang bersangkutan. Kolom tersebut dibuat memanjang dari atas hingga ke bawah dengan panjang masing-masing sebanding dengan lamanya waktu pelaksanaan elemen pekerjaan tersebut.

10


(64)

3. Buatlah kesimpulan dalam bentuk ringkasan yang memuat waktu menganggur dan waktu kerja, sehingga dapat diketahui penggunaan waktu dari pekerja atau mesin tersebut. Satuan waktu biasanya digunakan dalam detik.

Peta pekerja dan mesin ini, seperti peta-peta lainnya mempunyai fungsi khusus, sehingga penganalisis harus dapat memilih mana diantara peta kerja tersebut yang paling cocok untuk pekerjaan yang akan dianalisis. Peta pekerja dan mesin dapat digunakan hanya jika terdapat hubungan kerja sama antara mesin atau fasilitas kerja dengan pekerja/operator. Dari peta ini dapat dihitung waktu menganggur dari pekerja dan mesin serta menentukan jumlah mesin yang dapat ditangani oleh seorang pekerja.

Lambang yang digunakan terdapat 3 jenis, yang pertama adalah lambang yang menunjukkan waktu menganggur pada mesin atau pekerja. Lambang kedua menunjukkan waktu yang independen atau waktu yang tidak terikat antara mesin dan pekerja. Lambang terakhir menunjukkkan waktu kombinasi antara mesin dan pekerjanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Lambang Peta Pekerja dan Mesin

Lambang Fungsi Keterangan

Menunjukkan waktu menganggur

Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin yang sedang menganggur atau salah satu sedang menunggu yang lain


(65)

Tabel 3.13. Lambang Peta Pekerja dan Mesin (Lanjutan)

Lambang Fungsi Keterangan

Menunjukkan kerja independen

Jika ditinjau dari pekerjanya, keadaan ini menunjukkan seorang pekerja yang sedang bekerja dan independen dengan mesin dan pekerja lainnya, sebaliknya jika ditinjau dari pihak mesin, mesin sedang beroperasi tanpa bantuan pekerja.

Menunjukkan kerja kombinasi

Jika ditinjau dari pihak pekerja, lambang ini digunakan apabila diantara operator dan mesin atau dengan operator lainnya sedang bekerja secara bersama-sama. Jika ditinjau dari pihak mesin, mesin tersebut memerlukan pelayanan dari operator.

Sumber: Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung.

3.8. Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Sritomo Wignjosoebroto,


(66)

1995)11

1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim. . Manusia pada umumnya memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

- Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)

- Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya. - Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan

lain-lain.

- Perancangan lingkungan kerja fisik.

Agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip penggunaan data antropometri harus sesuai. Prinsip tersebut adalah (Sutalaksana, 1979) :

Rancangan produk dibuat agar dapat memenuhi dua sasaran produk, yaitu: a. Dapat sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi

ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-rata.

b. Dapat digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Ukuran yang diaplikasikan agar memenuhi sasaran pokok tersebut yaitu :

- Dimensi minimum yang ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th.

11


(67)

Contoh kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.

- Dimensi maksimum yang ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang terendah, seperti 1-th, 5-th, atau 10-th dari distribusi data antropometri yang ada. Contohnya penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip Perancangan Produk yang Dapat Dioperasikan Pada Rentang Ukuran Tertentu (Adjustable).

Rancangan dapat berubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju dan mundur, begitu juga dengan sandarannya bisa dirubah sudutnya sesuai dengan keinginan. Untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel hal semacam ini umumnya mengaplikasikan data antropometri dalam rentang persentil 5-th s/d 95-th.

3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini adalah justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sanders dan Mc. Comick, 1987) :


(68)

a. Tetapkan anggota tubuh yang mana yang akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static anthropometry atau dynamic anthropometry.

c. Tentukan apakah produk dirancang khusus untuk individu tertentu, untuk semua populasi, atau dilakukan pengambilan sampel dengan tujuan mewakili populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.

d. Untuk perancangan fasilitas atau produk dengan target pemakainya adalah populasi, tetapkan prinsip ukuran yang harus diikut i misalnya apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, adjustable, ataukah ukuran rata-rata.

e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya apakah dilakukan pengukuran langsung terhadap dimensi tubuh tersebut atau ukurannya telah tersedia dan dapat diambil dari tabel data antropometri yang sesuai.

f. Jika data berasal dari sampel dan perancangan produk atau fasilitas kerja diaplikasikan untuk populasi atau tujuan perancangan untuk ukuran rata-rata, pilih persentil populasi yang harus diikuti; persentil 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

g. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian


(69)

yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan sebagainya.

Pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat pada Gambar 3.8. Nama dimensi tubuh untuk pengukuran antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.14. (Eko Nurmianto ,1998).12

Gambar 3.8. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk

12

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 1998


(70)

Tabel 3.14. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk

No. Nama Dimensi

1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 2 Tinggi mata posisi berdiri tegak 3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak

4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak 6 Tinggi tubuh posisi duduk

7 Tinggi mata posisi duduk 8 Tinggi bahu posisi duduk 9 Tinggi siku posisi duduk 10 Tebal atau lebar paha

11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut

12 Panjang paha diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis 13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk

14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha 15 Lebar dari bahu

16 Lebar pinggul/pantat

17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar) 18 Lebar perut

19 Panjang siku dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak lurus 20 Lebar kepala

21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari 22 Lebar telapak tangan

23 Lebar tangan posisi tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan 24 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai

dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas

25 Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)

26 Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan

Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya,

Surabaya, 1998

3.8.1. Pengolahan Data Anthropometri

Data mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji keseragaman data, uji kecukupan data, dan uji kenormalan data. Hal tersebut dilakukan agar data yang


(71)

diperoleh bersifat representatif, artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan.13

1. Uji Keseragaman Data

Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Tahapan perhitungannya yaitu:

a. Membagi data ke dalam suatu sub grup (kelas)

Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3 , 3 log N

dimana N = jumlah data.

b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :

Dimana k = jumlah subgrup yang terbentuk i

X = harga rata-rata dari subgrup ke-i c. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:

Untuk sampel : Untuk populasi :

1 ) ( 2 − − =

n X Xi σ N X X s =

i

2

) (

dimana:

N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan

13


(72)

Xi

d. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus:

= data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i

Dimana n =ukuran rata-rata satu sub grup

e. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus:

x Z X

BKA= +

σ

x Z X

BKB= −

σ

Jika X min > BKB dan Xmax

Jika X

< BKA maka data seragam.

min < BKB dan Xmax

Nilai Z diperoleh dari tabel distribusi normal.

> BKA maka data tidak seragam.

2. Uji Kecukupan Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi oleh:

a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya probabilitas bahwa data yang didapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan.


(73)

Rumus uji kecukupan data: 2 1 2 1 1 2 / '                     −       =

= = = n i i n i i n i i

X

X

X

N s z N Keterangan:

N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan

Z = diperoleh pada tabel normal untuk luasan sebesar tingkat keyakinan S = tingkat ketelitian

Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.

3. Uji Kenormalan Data

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh telah memenuhi distribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal. Uji kenormalan data dalam penelitian kali ini menggunakan SPSS 10 for windows. Alat uji yang digunakan disebut dengan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K- S).

3.9. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov - Smirnov Test14

Uji Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak digunakan. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan

14

Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik, Jakarta, Kencana, 2008, p.307-311


(74)

perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test.

Untuk mengatasi subjaktivitas yang tinggi tersebut maka diciptakan model analisis untuk mengetahui normal tidaknya distribusi serangkaian data. Model analisis yang digunakan adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.

Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak berbeda dengan normal baku.


(75)

Yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan (actual observed cumulative frequency dengan expected cumulative frequency).

Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Kemudian susunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif dari nilai pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X).

3. Hitunglah nilai Z dengan rumus:

σ X X

Z = − Dimana : Z = satuan baku pada distribusi normal

X = nilai data X = mean

σ = standar deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva normal) dan notasikan dengan Fe (X).

5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).

6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. D = Max Fa(X)-Fe(X)

7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan Dα, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah:


(76)

Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα Ho diterima artinya data berdistribusi normal.


(77)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Cirasa Bakery yang beralamat di jalan Seto No. 74 Medan, Sumatera Utara. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian melalui wawancara, observasi (pengamatan dan pengukuran secara langsung) dimulai pada bulan Februari hingga bulan Maret 2010.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian action research yaitu penelitian yang menerapkan teori dalam pemecahan masalah. Penelitian ini meliputi proses pengumpulan data, penyajian data dan pengolahan data serta analisis pemecahan masalah yang bermanfaat dalam perancangan metode kerja yang ergonomis pada bagian pemanggangan di Cirasa Bakery.

4.3. Kerangka Konseptual

Berikut adalah kerangka konseptual dalam penelitian ini yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.


(78)

1. Terdapat gerakan kerja yang berpotensi mengalami keluhan, seperti gerakan membungkuk, menjangkau yang terlalu tinggi dan membawa beban secara berulang-ulang.

2. Proses pekerjaan dilakukan secara manual, tidak adanya alat bantu yang dapat membantu operator saat berkerja sehingga menyebabkan gerakan-gerakan yang menyebabkan keluhan ini terjadi.

Rancangan alat bantu pemindahan loyang yang dapat memperbaiki postur kerja sehingga dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada operator pada bagian pemanggangan.

SNQ dan PLIBEL

1. Mengindentifikasi keluhan musculoskeletal, agar ditemukannya bagian tubuh yang menjadi pusat utama untuk perbaikan dan alasan terjadinya keluhan tersebut

2. Melakukan penilaian postur kerja untuk mengetahui gerakan-gerakan operator dan menilai level resiko yang dilakukan akibat gerakan tersebut.

3. Melihat proporsi kerja antara mesin dan operator, sehingga dapat diketahui gerakan yang

memungkinkan untuk dihilangkan

4. Penentuan data antropometri untuk rancangan alat bantu yang akan dirancang

5. Penentuan dimensi yang digunakan dalam ukuran alat bantu yang dirancang

Peta Kerja Manusia dan

Mesin Metode REBA

Uji keseragaman data, kecukupan data, dan

kenormalan

Prinsip penggunaan data

antropometri

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan:

1. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

a) Terdapat gerakan kerja yang berpotensi mengalami keluhan, seperti gerakan membungkuk, menjangkau yang terlalu tinggi dan membawa beban secara berulang-ulang.

b) Proses pekerjaan dilakukan secara manual, tidak adanya alat bantu yang dapat membantu operator saat berkerja sehingga menyebabkan gerakan-gerakan yang menyebabkan keluhan ini terjadi.


(79)

2. Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, maka dilakukan pertama sekali adalah Mengindentifikasi keluhan musculoskeletal, agar ditemukannya bagian tubuh yang menjadi pusat utama untuk perbaikan. Metode yang di gunakan adalah metode Standard Nordic Quetionare (SNQ). Selanjutnya untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya keluhan serta hubungannya dengan tempat kerja maka digunakan metode PLIBEL.

3. Penilaian postur kerja dilakukan untuk mengetahui gerakan-gerakan operator dan menilai level resiko yang dilakukan akibat gerakan tersebut. Metode yang digunakan adalah Rapid Entire Body Assesment (REBA). Pada REBA akan dinilai tiap gerakan berdasarkan sudut tubuh yang terbentuk dan hasil akhirnya akan menunjukkan level resiko yang perlu dilakukan untuk perbaikan.

4. Untuk menilai proporsi antara mesin dan operator maka dibuatlah peta kerja manusia dan mesin, sehingga dapat diketahui gerakan yang memungkinkan untuk dihilangkan.

5. Penentuan data antropometri untuk rancangan alat bantu yang akan dirancang berdasarkan antropometri tubuh operator. Data ini akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji keseragaman data, kecukupan data dan uji kenormalan data.

6. Penentuan dimensi yang digunakan dalam ukuran alat bantu yang dirancang dengan menggunakan prinsip data antropometri.


(80)

7. Hasil akhirnya adalah maka didapat rancangan alat bantu pemindahan loyang yang dapat memperbaiki postur kerja aktual sehingga dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pada operator pada bagian pemanggangan.

4.4. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja pada bagian pemanggangan roti.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Observasi merupakan kegiatan berupa kunjungan secara berkala ke bagian yang akan diamati kegiatannya. Dalam hal ini melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu operator yang bekerja pada bagian pemanggangan roti. Sedangkan wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan staf perusahaan. Observasi dan wawancara awal ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi penilitian pada operator bagian pemanggangan.

4.6. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:


(81)

4.6.1. Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau eksperimen. Data primer yang dikumpulkan berupa:

1. Waktu operasi stasiun kerja 2. Jumlah operator

3. Postur Kerja/Sikap Kerja Operator

4. Tahapan kegiatan produksi beserta urutannya 5. Data anthropometri operator

4.6.2. Data Sekunder

Merupakan data yang dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari laporan-laporan perusahaan yang ada.

4.7. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :

1. SNQ dan form Plibel SNQ

Digunakan untuk untuk mengidentifikasi keluahan yang dialami oleh operator

2. Kamera digital

Digunakan untuk mengambil foto postur kerja operator pada proses penyaringan.


(82)

3. Human body martin ( model YM-1)

Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh operator. 4. Stopwatch (merek Sony Ericson)

Digunakan untuk mengukur waktu proses pada pemanggangan roti.

4.8. Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam hal ini, ada beberapa teknik analisis data yang digunakan untuk memperoleh outcome yang tertera pada kerangka pikir penelitian ini adalah:

1. Metode SNQ dan Plibel untuk menentukan bagian tubuh yang mengalami keluhan muskuloskeletal.

2. Nilai postur kerja dengan REBA untuk memperoleh gambaran tentang gerakan kerja operator dan mengetahui level resikonya.

3. MMC (Man Machine Chart) untuk mengetahui proporsi kerja mesin dan operator.

4. Uji keseragaman, kecukupan dan kenormalan data 5. Penerapan dimensi anthropometri pada fasilitas kerja

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan, analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah menganalisis kekurangan-kekurangan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)