ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA
A. Hakim Bersifat Menunggu: maksudnya ialah hakim bersifat menunggu datangnya
tuntutan hak di ajukan kepadanya, kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan maka
tidak ada hakim. Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau
tuntutan hak itu akan di ajukan atau tidak, sepenuhnya di serahkan kepada pihak yang
berkepentingan.
Pasal 118 Hir:
1. Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang
pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang
ditandatangan oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua
pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika tempat diamnya tidak diketahui,
kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggalnya yang sebenamya. (KUHPerd. 15;
IR. 101 .)
2. Jika yang digugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di daerah hukum
pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepadaketua pengadilan negeri
ditempat salah seorang tergugat yang dipilih oleh penggugat. Jika yang digugat itu adalah
seorang debitur utama dan seorang penanggungnya maka tanpa mengurangi ketentuan
pasal 6 ayat (2) "Reglemen Susunnan Kehakiman dan Kebijaksanaan mengadili di
Indonesia", tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal
debitur utama atau salah Seorang debitur utama.
3. Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat dan tempat tinggalnya yang sebenarnya, atau

jika tidak dikenal orangnya, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri
di tempat tinggal penggugat atau salah seorang penggugat, atau kalau tuntutan itu tentang
barang tetap, diajukan kepada ketua pengadilan negeri yangdalam daerah hukumnya
terletak barang tersebut.
4. Jika ada suatu tempat tinggal yang dipilih dengan surat akta, maka penggugat, kalau
mau, boleh mengajukan tuntutannya kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah
hukumnya terletak tempat tinggal yang dipilih itu. (Ro. 95-11, 4', 5'; KUHPerd. 24; Rv. 1,
99; IR. 133, 238.)
Pasal 142 RBg:

1. Gugatan-gugatan perdata dalam tingkat pertama yang menjadi wewenang pengadilan
negeri dilakukan oleh penggugat atau oleh seorang kuasanya yang diangkat menurut
ketentuanketentuan tersebut dalam pasal 147, dengan suatu surat permohonan yang
ditandatangani olehnya atau oleh kuasa tersebut dan disampaikan kepada ketua

2.

3.
4.
5.


pengadilan negeri yang menguasai wilayah hukum tempat tinggal tergugat atau, jika
tempat tinggalnya tidak diketahui di tempat tinggalnya yang sebenarnya.
Dalam hal ada beberapa tergugat yang tempat tinggalnya tidak terletak di dalam wilayah
satu pengadilan negeri, maka gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang
berada di wilayah salah satu di antara para tergugat, menurut pilihan penggugat. Dalam
hal para tergugat berkedudukan sebagai debitur dan penanggungnya, maka sepanjang
tidak tunduk kepada ketentuan-ketentuan termuat dalam ayat (2) pasal 6 Reglemen
Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili di Indonesia (selanjutnya disingkat
RO)gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri tempat tinggal orang yang
berutanpokok (debitur pokok) atau seorang diantara para debitur pokok.
Bila tempat tinggal tergugat tidak dikenal, dan juga tempat kediaman yang sebenarnya
tidak dikenal atau maka gugatan diajukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat
tinggal salah satu dari para penggugat.
jika telah dilakukan pilihan tempat tinggal dengan suatu akta, maka penggugat dapat
memajukan gugatannya kepada ketua pengadilan negeri di tempat pilihan itu.
Dalam gugatannya mengenai barang tetap maka gugatan diajukan kepada ketua
pengadilan negeri di wilayah letak barang tetap tersebut; jika barang tetap itu terletak di
dalam wilayah beberapa pengadilan negeri gugatan itu diajukan kepada salah satu ketua
pengadilan negeri tersebut atas pilihan penggugat. (IR.119.)


B. Hakim Bersifat Pasif : hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam
arti kata bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang di ajukan kepada hakim
untuk di periksa pada asasnya di tentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan
oleh hakim.
Pasal 178 (3) Hir:
(3) Ia dilarang menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak dituntut, atau memberikan
lebih daripada yang dituntut.(Rv. 50.)
Pasal 154 RBg:
1. Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka pengadilan
negeri dengan perantaraan ketua berusaha mendamaikannya.
2. Bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam si dang itu juga dibuatkan suatu akta dan
para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta itu mempunyai
kekuatan serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa.
3. Terhadap suatu keputusan tetap semacam itu tidak dapat diajukan banding.
4. Bila dalam usaha untuk mendamaikan para pihak diperlukan campur tangan seorang juru
bahasa, maka digunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal berikut. (Rv. 31;
IR. 130.)

C. Persidangan Terbuka Untuk Umum: sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya

adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang di bolehkan hadir dan
mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuannya ialah untuk memberi
perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin
objektifitas peradilan dengan mempertanggung jawabkan pemeriksaan yang fair (pasal
19 ayat 1 dan 20 UU no.4 tahun 2004). Apabila tidak dibuka untuk umum maka putusan
tidak sah dan batal demi hukum.
Pasal 19 ayat 1 dan 20 UU no.4 tahun 2004:
Pasal 19:
1. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang
menentukan lain.
Pasal 20:
Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.
D. Mendengarkan Kedua Belah Pihak: Dalam pasal 5 ayat 1 UU no.4 tahun 2004
mengandung arti bahwa di dalam hukum acara perdata yang berperkara harus sama-sama
di perhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing-masing harus di
beri kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
Pasal 5 ayat 1 UU no.4 tahun 2004:
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang
Pasal 132a:

1. Dalam tiap-tiap perkara, tergugat berhak mengajukan tuntutan balik, kecuali:




bila penggugat semula itu menuntut karena suatu sifat, sedang tuntutan balik itu
mengenai dirinya sendiri, atau sebaliknya.
bila pengadilan negeri yang memeriksa tuntutan asal tak berhak memeriksa tuntutan balik
itu, berhubung dengan pokok perselisihan itu.
dalam perkara perselisihan tentang pelaksanaan putusan hakim

2. Jika dalam pemeriksaan pada tingkat pertama tidak diajukan tuntutan balik, maka dalam
banding tak boleh lagi diajukan tuntutan itu.

Pasal 121 (2) Hir:
(2). Ketika memanggil si tergugat, hendaklah diserahkan juga sehelai salinan surat
tuntutan, dengan memberitahukan bahwa ia, kalau mau, boleh menjawab tuntutan itu
dengan surat.
Pasal 157 RBg:
Rekonpensi (gugat balik/balas)

Hak Tergugat untuk mengajukan gugatan balik atas gugatan Penggugat diajukan
bersamaan dengan jawaban Tergugat, dimana dalam gugatan rekonpensi maka Penggugat
dalam konpensi menjadi Tergugat dalam rekonpensi, dan Tergugat dalam konpensi
menjadi Penggugat dalam Rekonpensi.
E. Putusan Di Sertai Alasan-alasan : semua putusan pengadilan harus memuat alasanalasan putusan yang di jadikan dasar untuk mengadili (pasal 25 UU no 4 tahun
2004,pasal 184 ayat 1,319 HIR,195,618 Rbg).Alasan-alasan atau argumentasi itu
dimaksudkan sebagai pertanggungan jawab hakim dari pada putusanya terhadap
masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hokum, sehingga oleh
karenanya mempunyai nilai objektif.
Pasal 25 UU No.1/2004:
1. Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut,
memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau
sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.
2. Tiap putusan pengadilan ditandatangani oleh ketua serta hakim yang memutus dan
panitera yang ikut serta bersidang.
3. Penetapan, ikhtisar rapat permusyawaratan,dan berita acara pemeriksaan siding
ditandatangani oleh ketua majelis hakim dan panitera sidang.
Pasal 184 (1) Hir:
1. Dalam putusan hakim harus dicantumkan ringkasan yangjelas dari tuntutan dan jawaban
serta dari alasan keputusan itu; begitu juga, harus dicantumkan keterangan tersebut pada

ayat (14) pasal 7 "Reglemen susunan kehakiman dan kebijaksanaan mengadili di
Indonesia", keputusan pengadilan negeri tentang pokok perkara dan besarnya biaya, serta
pemberitahuan tentang hadir tidaknya kedua belah pihak itu pada waktu dijatuhkan
keputusan itu.
Pasal 319 Hir:
Keputusan itu harus berisi:
1. nama-nama, umur sebenar, mungkin, tempat lahir, tempat diam atau tempat tinggal dan
pekerjaan pesakitan;
2. keputusan tentang kesalahan pesakitan, serta dengan ringkas menyebutkan dasar
keputusan itu, tetapi tidak perlu memuat isi upaya bukti;

3. surat tuntutan jaksa dan hal yang disebutkan pada pasal 7 dalam reglemen tentang
susunan hakim dan mahkamah dan kebijaksanaan justisi di Indonesia (R.O);
4. hukuman, yang dijatuhkan kepada orang yang dinyatakan salah dengan menyebutkan
aturan undang-undang yang pasti yang dikenakan jika keputusan itu beralasan demikian;
5. keputusan tentang biaya perkara dan tentang pengembalian barang yang dipakai sebagai
tanda bukti, dan jika didapati pemalsuan dalam surat itu sama sekali palsu atau
penunjukkan, di dalam hal mana ada pemalsuan;
6. penyebutan tanggal menjatuhkan keputusan dan nama hakim, yang memutuskan, dengan
menyebutkan sebab-sebab yang menjadikan hakim tidak dapat menandatangani surat

keputusan itu;
7. perintah untuk menahan sementara atau akan mengeluarkan dari tahanan di dalam hal
yang lain daripada hal kebebasan, dengan menerangkan alasan-alasan yang menyebabkan
perintah itu. Keputusan tentang semua pesakitan yang tersangkut dalam satu perkara itu
juga, dan karena itu diadili serempak, dimuat di dalam surat keputusan yang satu itu juga.
Pasal 195:
1. Keputusan hakim harus memuat secara singkat tetapi jelas tentang apa yang dituntut serta
jawabannya, begitu pula tentang dasar-dasar keputusan itu dan apa yang dimaksud dalam
pasal 7 RO. dan akhirnya putusan pengadilan negeri mengenai gugatan pokoknya serta
biayanya dan mengenai para pihak mana yang hadir pada waktu putusan diucapkan.
2. Keputusan yang didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang pasti harus
menyebutkan peraturan-peraturan itu.
3. Surat-surat keputusan ditandatangani oleh ketua dan panitera.
Pasal 619 RBg:
Dalam hal seperti tercantum dalam alinea ketiga dari pasal 615, para pihak pada saat
terjadinya sengketa tidak memperoleh kata sepakat mengenai penunjukan wasit-wasit, maka
wasit-wasit itu, atas permohonan pihak yang paling siap, diangkat oleh hakim yang
berwenang untuk mengadili sengketa itu, sekiranya tidak terjadi kompromi.
F. Beracara di Kenakan biaya : untuk beracara pada asasnya di kenakan biaya.Biaya
perkara ini meliputi biaya kepaniteraan, dan biaya untuk pengadilan, pemberitahuan para

pihak serta biaya materai.

Pasal 4(2):
Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,cepat,dan biaya ringan.

Pasal 5(2) UU No.4/2004:

2. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Pasal 121(4):
4. Pencatatan dalam daftar termaksud dalam ayat (1), tidak boleh dilakukan, kalau
kepada panitera pengadilan belum dibayar sejumlah uang, yang untuk sementara
banyaknya ditaksir oleh ketua pengadilan negeri menurut keadaan untuk biaykantor
panitera pengadilan dan biaya panggilan serta pemberitahuan yang dilakukan
kepada kedua belah pihak dan harga meterai yang akan dipakai uang yang dibayar
itu akan diperhitungkan kemudian.

Pasal 182 Hir:

Hukuman membayar biaya perkara tidak boleh melebihi:
1. biaya kantor panitera pengadilan dan biaya meterai, yang perlu dipakai dalam perkara itu
2. biaya saksi, ahli dan juru bahasa, terhitung juga biaya sumpah mereka itu, dengan
pengertian,bahwa pihak yang minta supaya diperiksa lebih dari lima orang saksi tentang
satu kejadian tidak boleh menuntut pembayaran biaya kesaksian yang lebih itu kepada
lawannya.
3. biaya pemeriksaan setempat dan tindakan-tindakan lain yang bersangkutan dengan
perkara itu.
4. gaji pegawai yang disuruh melakukan panggilan,pemberitahuan dan segala surat juru sita
yang lain.
5. biaya tersebut pada pasal 138 ayat (6).
6. gaji yang harus dibayar kepada panitera pengadilan atau pegawai lain karena
menjalankan keputusan hakim; semuanya itu menurut peraturan dan tarif yang telah atau
akan ditetapkan oleh pemerintah (Gubernur Jenderal), atau jika itu tidak ada, menurut
taksiran ketua.
Pasal 183 Hir:
1. Besarnya biaya perkara yang dibebankan kepada salah satu pihak, harus disebutkan pada
putusan hakim itu.
2. Ketentuan itu berlaku juga tentang jumlah biaya,kerugian dan bunga, yang harus dibayar
oleh satu pihak kepada yang lain menurut keputusan itu.


G. Tidak ada keharusan mewakilkan : pasal 123 HIR, 147 Rbg tidak mewajibkan para
pihak untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi
secara langsung terhadap para pihak yang langsung berkepentingan.
Pasal 123 Hir:
1. Kedua belah pihak, kalau mau, masing-masing boleh dibantu atau diwakili oleh
seseorang yang harus dikuasakannya untuk itu dengan surat kuasa khusus,kecuali kalau
pemberi kuasa itu sendiri hadir.Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat
permintaan yang ditandatanganinya dan diajukan menurut pasal 118 ayat (1) atau pada
tuntutan yang dikemukakan dengan lisan menurut pasal 120 dan dalam hal terakhir ini,
itu harus disebutkan dalam catatan tentang tuntutan itu
2. Pejabat yang karena peraturan umum dari pemerintah harus mewakih negara dalam
perkara hukum, tidak perlu memakai surat kuasa khusus itu.
3. Pengadilan negeri berkuasa memberi perintah, supaya kedua belah pihak, yang diwakili
oleh kuasanya pada persidangan, datang menghadap sendiri Kekuasaan itu tidak berlaku
bagi Pemerintah (Gubernur Jenderal).
1.

2.
3.

4.

Pasal 147 RBg:
para pihak boleh dibantu atau diwakili oleh orang-orang yang secara khusus dan tertulis
diberi kuasa untuk itu kecuali bila pemberi kuasa hadir sendiri. penggugat dapat memberi
kuasa yang dinyatakan pada surat gugatan yang diajukan dan ditandatangani olehnya
seperti dimaksud dalam ayat I pasal 142 atau sesuaidengan ayat 1 pasal 144 jika diajukan
dengan lisan, dalam hal yang terakhir harus disebut pada catatan gugatan tersebut.
Jaksa yang bertindak sebagai wakil negara tidakperlu dilengkapi dengan surat kuasa
khusus semacam itu.
Surat kuasa seperti dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan dengan suatu akta
notaris,atau dengan suatu akta yang dibuat oleh panitera pengadilan negeri dalam wilayah
tempat tinggal atau tempat kediaman pemberi kuasa atau oleh jaksa yang mempunyai
wilayah yang meliputi tempat tinggal atau tempat kediaman pemberi kuasa ataupun
dengan suatu surat di bawah tangan yang akan dan didaftar menurut ordonansi.
pengadilan negeri berwenang untuk memerintahkankehadiran para pihak pribadi yang di
sidang diwakili oleh kuasanya. Ketentuan ini tidak berlaku bagi gubemur jenderal.