Analisa Penelitian METODE PENELITIAN

47 6. Setelah temperatur pemadatan tercapai, maka campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan yang telah diolesi oli terlebih dahulu, serta bagian bawah cetakan diberi sepotong kertas filter yang telah dipotong sesuai dengan diameter cetakan kemudian ditusuk-tusuk dengan spatula sebanyak 15 kali di bagian tepi dan 10 kali di bagian tengah. 7. Dilakukan pemadatan dengan menumbuk spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 112 kali per bidang karena disesuaikan dengan jenis lalu lintas yang direncanakan yaitu lalulintas berat. Definisi lalu lintas berat yaitu kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda meliputi: bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi Bina Ma ga atau ≥ 10000 cycl . 8. Setelah proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan alat ejector dan diberi kode atau tanda. 9. Benda uji lalu dipotong menjadi dua bagian masing-masing bagian setengah silinder. Setelah itu diberi kode atau tanda setiap benda uji setengah silinder lalu diukur diameter, tinggi dan berat setiap benda uji setengah silinder tersebut agar mendapatkan diameter, tinggi dan berat awal sebelum di uji. 10. Masing-masing benda uji kemudian dibuat alur sesuai arah tinggi sedalam 1 cm pada sisi benda uji yang berbentuk persegi panjang. 11. Masukan benda uji ke alat Universal Testing Machine UTM dengan melentangkan benda uji pada kedua penopang yang telah diatur jaraknya 48 7 cm, lalu alatnya akan menekan bagian tengah benda uji secara perlahan yang di operasikan dengan komputer. 12. Dari hasil pengujian akan didapat displacement load curve dari setiap benda uji. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian

1. Analisa Saringan Hal pertama yang harus dilakukan sebelum membuat benda uji adalah menguji material yang akan digunakan sebagai bahan campuran agregat beton. Penelitian menggunakan agregat bantak, progo, clereng dan krasak, sehingga memiliki komposisi campuran yang berbeda. Berikut adalah hasil pengujian masing-masing jenis agregat: a. Hasil Pengujian Agregat Bantak 1 Berat jenis agregat kasar bantak Hasil pengujian agregat kasar bantak disajikan pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini: Tabel 9. Agregat kasar bantak Persen Persen Persen Lubang Berat Tertinggal Tertinggal Tembus Ayakan mm Tertinggal gr B=AΣA100 Komulatif Komulatif A C=B D=ΣB-C 9,5 61,73 6,51 6,51 93,49 4,75 223,60 23,59 30,10 69,90 2,36 96,05 10,13 40,23 59,77 1,18 115,02 12,13 52,37 47,63 0,6 125,05 13,19 65,56 34,44 0,3 118,20 12,47 78,03 21,97 0,15 94,15 9,93 87,96 12,04 ˂0.15 114,15 12,04 100 0,00 Jumlah Σ 947,95 100 460,75 50 Tabel 10. Berat jenis agregat kasar Rata-rata hasil Pengujian Formula Hasil Satuan Berat jenis curah kering Sd [ AB + S - C] 2,41 grcc Berat jenis curah jenuh kering [ SB + S - C] 2,59 grcc permukaan Ss Berat jenis semu Sa [ AB + A - C] 2,94 grcc Penyerapan air Sw [S-AA x 100 7,45 2 Berat jenis agregat halus bantak Berikut ini disajikan hasil pengujian agregat halus pada Tabel 10 dan 11 di bawah ini. Tabel 11. Agregat halus bantak Persen Persen Lubang Berat Persen Tertinggal Tembus Ayakan mm Tertinggal gr Tertinggal Komulatif Komulatif A B=AΣA100 C=B D=ΣB-C 1,18 189,42 40,04 40,04 100 0,6 98,66 20,85 60,89 59,96 0,3 50,93 10,77 71,66 39,11 0,15 53,55 11,32 82,98 28,34 ˂0.15 80,53 17,02 100 17,02 Jumlah Σ 473,09 100,00 355,57 Tabel 12. Berat jenis agregat halus Rata-rata hasil Pengujian Formula Hasil Satuan Berat jenis curah kering Sd [ AB + S - C] 2,52 grcc Berat jenis curah jenuh kering [ SB + S - C] 2,55 grcc permukaan Ss Berat jenis semu Sa [ AB + A - C] 2,60 grcc Penyerapan air Sw [S-AA x 100 1,33