PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949

ABSTRAK
PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949

Oleh :
Vredy Saputra
0853033047

Selama periode perang kemerdekaan (1945-1949) banyak peraturan-peraturan
pusat mengenai administrasi pemerintahan daerah yang tidak dapat dilaksanakan
sebagai mana mestinya. Pasca Agresi Militer Belanda II, Lampung juga harus
menghadapi kenyataan yang cukup berat, karena Belanda mendarat di pelabuhan
Panjang pada tanggal 1 Januari 1949. Sebagai konskuensi dari pendaratan ini
maka pimpinan formal dan non formal dari para penyelenggara pemerintah,
pimpinan TRI (Tentara Rakyat Indonesia), pimpinan partai politik, pimpinan
laskar rakyat dan badan badan pejuangan mengadakan rapat kilat di gedung PU
Metro yang di adakan pada tanggal 1 Januari 1949.
Belanda mendarat di pelabuhan Panjang pada tanggal 1 Januari 1949 pagi sekitar
pikul 06.00. Kedatangan Belanda di lampung mendapat perlawanan di berbagai
tempat di lampung baik di Tanjung karang-Teluk Betung,Lampung Utara,Lamung
Tengah,lampung Selatan. Setelah Belanda mampu menduduki Tanjung KarangTeluk Betung belanda memperluas daerah kekuasaannya di berbagai tempat dan

sampailah perluasannya di Lampung Tengah, Dan pada tanggal 3 Januari 1949
Pasukan belanda memasuki Kota Metro.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimanakah Proses terjadinya pertempuran di wilayah Metro Kabupaten
Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949 ? Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Proses pertempuran di wilayah Metro Kabupaten
Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949. Metode yang digunakan
adalah metode historis. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota Metro diduduki Belanda sejak 3 Januari
1949, keadaan daerah itu kemudian terus dipantau oleh para pejuang yang
bergerak di front bagian utara. Untuk selanjutnya pertempuran di Metro Tengah
dari tanggal 3 Januari sampai 27 Desember 1949. Pertempuran tersebut terjadi di
tiga titik yang ada di wilayah Metro antara lain pertempuran di bedeng 14,1 metro,
bedeng 12a Tempuran, dan di Desa Trimurjo, yang yang pada saat itu masih
merupakan bagian dari wilayah Lampung. Perang tersebut merupakan bentuk
perlawanan rakyat Metro sebagai bentuk usaha untuk mempertahankan hak
kemerdekaan.


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Vredy Saputra dilahirkan di Desa Totokaton
Kec.Punggur Kab. Lampung Tengah pada tanggal 25 Januari
1989 dan

merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak

Wagimin dan Ibu Sutilah. Pendidikan yang telah diselesaikan
oleh penulis adalah :

1. SD Negeri 1 Totokaton, selesai pada tahun 2001
2. SMP Negeri 1 Punggur, selesai pada tahun 2004
3. SMA Negeri 1 Punggur, selesai pada tahun 2007

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(Mandiri).


Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Yogyakarta dan pada tahun 2011 melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata
(KKN) dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1
Way Kenanga, Tulang Bawang Barat.

ERSEMBAHAN

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang tak terhingga yang telah melimpahkan
keruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan
kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada

Ayahanda Hi.Wagimin dan Ibunda Hj.Sutilah yang telah membesarkan,
mendidik dan mendo’akan ananda dengan penuh kasih sayang. Kupersembahkan
sebuah
karyasederhana ini untuk bliau, mohon maaf jika selama ini ananda belum
bisa memberikan apa-apa semoga kelak ananda
bisa mumbuat kalian bangga.

Almamater tercinta Universitas Lampung.


MOTO
Sejarah bukanlah hanya rangkaian cerita, ada banyak
pelajaran, kebanggaan dan harta di dalamnya.
(Vredy Saputra)
Pendidikan merupakan perlengkapan
paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S, Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus dosen Pembimbing
Akademik dan Pembimbing I, terima kasih atas segala kasih sayang
tulus, nasehat serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) FKIP Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Maskun, M. H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila serta sebagai pembahas utama,
terima kasih atas segala nasehat serta bimbingannya untuk membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasehat
kepada penulis dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing
peneliti selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Sejarah.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan 2008 Mandiri Andrian Rifa’i,Lian
Pratama, Nanank Dito Adi, Edi Hartono, Tahrir Mustofa, Febri,
Ginanjar Rahmadi, Dadang Ansori, Riko Sanjaya, Irianto Ibrohim, Sahri
Sahdan, Joko Prasetiyo, Joko Yuda Novri, Alpes, Win Fahlefi, Vani,
Jaenal Abidin, Berta Safitri, Ina Novianti, Een, Melisa Rahayu,
Melia,Reti, Betri. Serta temen-temen 2008 Reguler Diyana sisca,
Solikin, Andik, Samsul , Ginanjar Saputro,Restra, Doli, Nopan, Umar,
Ketut Mahardika, Rahman,Relian, esty, Rina, Tika, Aas, Iin, Resti, Lia,
Indah, Tanti, Anggun, serta teman-teman lain yang kiranya tidak dapat
peneliti tuliskan satu persatu terima kasih atas kebersamaan kita selama
ini dalam suka maupun duka, dan trimakasih pula untuk sebuah
kekeluargaanya semoga akan tetap terjalin sampai nanti.

10. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat, angkatan 2006, 2007, 2009, 2010
dan 2011, 2012.
11. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima
kasih atas segalanya.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat
bagi yang membaca.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, September 2014
Penulis

Vredy Saputra
NPM 0853033047

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
HALAMAN PESETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
SURAT PERNYATAAN ...............................................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
PERSEMBAHAN ...........................................................................................

MOTO .............................................................................................................
SANWACANA ...............................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiii
xiv

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
B. IdentifikasiMasalah ...................................................................................

C. Pembatasan Masalah .................................................................................
D. Rumusan Masalah .....................................................................................
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................
F. Kegunaan Penelitian ....................................................................................
G. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................

1
5
5
5
5
6
6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................
1. Konsep Tinjauan Historis. .......................................................................
2. Konsep Wilayah Metro ...........................................................................
3 .Konsep Proses .........................................................................................
4. Konsep Pertempuran ...............................................................................

5. Konsep Ageresi Militer ..........................................................................
B. Kerangka Pikir ...........................................................................................
C. Paradigma ..................................................................................................

8
8
10
10
11
12
12
15

III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................................
B. Metode yang di gunakan ...........................................................................
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...............................
1. Variabel Penelitian ................................................................................
2. Definisi Operasional Variabel ...............................................................
3. Informan ................................................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................

17
18
21
21
22
22
23

ii

a. Wawancara .............................................................................................
b. Kepustakaan ............................................................................................
c. Dokumentasi ..........................................................................................
E. Teknik Analisis Data .................................................................................

23
25
26
27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...........................................................
1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya kota Metro .............................................
1.2 Letak Geografis dan Topografo kota Metro ..........................................
1.3 Kondisi Kota Metro Zaman Penjajahan...................................................

31
31
38
39

2. Pertempuran di wilayah Metro Kabupaten lampung Tengah pada Ageresi
Belanda II Tahun 1949 ................................................................................

43

A. Pertempuran di Bedeng 14,1 Metro .............................................
B. Pertempuran di Bedeng 12A Tempuran ......................................
C. Pertempuran di Desa Trimurjo ......................................................

43
50
54

B. Pembahasan
B.1. Proses Pertempuran di Wilayah Metro Kabupaten lampung Tengah Pada
Ageresi Belanda II tahun 1949..................................................................

60

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

65
66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Data

Halaman

1.

Peta seketsa setrategi pertempuran .......................................................... 72

2.

Foto Tugu Pahlawan ................................................................................ 73

3.

Foto Nara sumber ..................................................................................... 74

4.

Pedoman Wawancara ................................................................................ 76

5.

Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................................. 78

6.

Daftar informan ......................................................................................... 79

7.

Hasil Wawancara............................................................................. 80

8.

Daftar Vetran yang masih hidup........................................................ 85

9.

Lembar pengajuan judul.. ......................................................................... 89

10. Surat izin penelitian di Desa Tempuran .................................................... 90
11. Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Unila ............................................. 91
12. Surat izin penelitian di Perpustakaan Daerah Lampung .......................... 92

1

I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lampung masih
merupakan sebuah karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian
Dalam Negeri dari 12 Kemerdekaan pemerintah, memutuskan bahwa seluruh
wilayah Indonesia dibagi dalam delapan Provinsi dan setiap provinsi dibagi lagi
menjadi beberapa keresidenan, kabupaten, kotapraja, dan kawedanan (Supangat,
Dewan Harian Angk’45:10).
Selama periode perang kemerdekaan (1945-1949) banyak peraturan-peraturan
pusat mengenai administrasi pemerintahan daerah yang tidak dapat dilaksanakan
sebagai mana mestinya.
Perkembangan administrasi pemerintahan selanjutnya menjadi provinsi
sumatera dengan sepuluh karesidenan yaitu : karesidenan Aceh,
karesidenan Sumatera Timur, karesidenan Tapanuli, karesidenan Sumatera
Barat, karesidenan Riau, karesidenan Jambi, karesidenan Bengkulu,
karesidenan Lampung dan karesidenan Bangka-Belitung (Nugroho
Notosutanto, 1975:244).

Memasuki zaman kemerdekaan dua hari setelah proklamasi PPKI menetapkan
keputusan yaitu tentang pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi delapan
Provinsi yaitu : Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil,
Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Setiap provinsi membawahi beberapa

2

Karesidenan dan setiap karesidenan dibagi lagi menjadi beberapa kabupaten/kota
praja. (Supangat, Dewan Harian angk’ 45,1994:105).
“Daerah lampung kemudian segera dijadikan daerah Karesidenan yang dikepalai
oleh seorang Residen Militer bernama Letnan Kol. Kurita” (Dewan Harian
Daerah, 1994:104). Sekitar tahun 1937 para kolonisasi (transmigran) asal Jawa
membuka daeah Metro. Mulanya dibuka bedeng 15, yang menempati tanah marga
Buay Nuban dari suku Lampung Abung Siwo Mego.Pemukiman tersebut lalu
dinamakan kelurahan Metro, dengan dukuh-dukuhnya 15 polos, 15 A, 15 B,
dengan Sastro Gondo Wardoyo sebagai Lurah yang pertama. Pemukiman yang
dibuka sebelum Metro adalah Trimurjo, sedangkan sesudah Metro diantaranya
Pekalongan, Batanghari, Sekampung.

Pada masa revolusi phisik, Lampung Tengah merupakan daerah pertahanan di
bawah Komado Front Utara yang berpusat di Kotabumi. Waktu itu beberapa kota
strategis di Lampung Tengah selalu menjadi incaran Belanda karena mempunyai
letak strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi maupun militer. Khusus di
Kawedanan Metro dan kabupaten Lampung Tengah pada umumnya,maka dari itu
rakyat mempertahankan Kawedanan Metro dari incaran Belanda rakyat tidak
ingin Kawedanan metro jatuh ke tanganan Belanda dan langkah yang diambil oleh
para penyelenggara pemerintahan dan para pejuang bersenjata pada waktu perang
kemerdekaan dari tahun 1945-1950, telah membuat sejarah yang sangat heroik.
Akhir bulan Agustus 1945 getaran Proklamasi telah bergema diseluruh
Kabupaten Lampunh Tengah umumnya dan Kawedanan Metro khususnya.
Sebaga perwujudan sebagai rasa gembira dan harga diri yang tinggi, lepas
dan bebas dari penajajahan Belanda dan facisme Jepang, maka secara
spontan pimpinan formal dan nonformal dengan dukungan seluruh rakyat,
mengadakan rapat dan memutuskan :

3

1. Rakyat Metro khususnya dan Lampung Tengah pada umumnya
bertekad bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan
sembuyan merdeka atau mati.
2. Sebagai perwujudan pernyataan tersebut, segera akan dibangun
monumen berupa kapal dengan tiang bendera ditepi lapangan
Merdeka Metro. Ide pembuatan monumen dari dr. Sumarno
Hadiwinoto pada tahun 1946, dilaksanakan pada tahun 1947 oleh
R. Sukarso Kepala PU Metro. Tenaga dan dana pembangunan hasil
gotongroyong dari berbagai pihak.
Kini moumen telah tiada, terpaksa dibongkar karena perkembangan
pembangunan kota Metro berdasarkan rencana Induk Kota tahun
1985 – 2004 yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah No. 3
Tahun 1988.
3. Siap mengirim bahan makanan dan lasykar ke front utara terutama
di daerah Baturaja dan Martapura.
4. Terus mengelola semangat perjuangan untuk menghadapi Belanda.
Bila Belanda melanggar gencatan senjata akan terjadi perang yang
berkepanjangan.
Untuk itulah sejak bulan September 1948 dibentuk lasykar rakyat
di tiap-tiap desa di Kawedanan Metro dengan jumlah desa
sebanyak 60 desa dimana setiap desa terdiri 50 lasykar.
Dengan bekerjasama dan bantuan dari PDM (Perwira Distrik
Militer), ODM (Onder Distrik Militer), Pandu Rakyat, Hizbullah,
Sabilillah, dilakukan latihan baris-berbaris dan ditingkatkan
menjadi latihan perang (Proyek penelitian dan pencatatan
kebudayaan daerah ,pusat penelitian sejarah dan budaya depdikbud.
1977 :407).
Belanda melakukan serangan besar-besaran untuk menghancurkan Republik
Indonesia, Pada tanggal 3 Januari 1949 sekitar pukul 10.00 pagi pasukan Belanda
menyerang kota Metro dari pangkalan mereka di Tegineneng. Kekuatan mereka
kurang lebih 1 platon lengkap,dengan formasi penyerangan membagi pasukan dari
kiri satu regu dari arah timur dan atu regu lagi dari arah barat menuju ke pusat
kota. Pada tanggal 3 Agustus 1949 Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI
Presiden Sukarno di Yogyakarta mengeluarkan perintah penghentian tembak
menembak,yang selanjutnya juga disusul perintah dari Panglima Besar TNI
Jenderal Sudirman ditujukan kepada TNI dan pejuang-pejuang bersenjata lainnya
yang setia kepada pemerintah RI. Pada tanggal 6 Agustus 1949 Panglima Tentara

4

Teritorial Sumatra Kolonel Hidayat mengeluarkan perintah dengan radio telegram
kepada Gubernur Militer Sumatera Selatan dan para Komandan Sub Teritorial
bahwa berdasarkan perintah Panglima Tertinggi.
Maka penghentian tembak menembak mulai berlaku tanggal 15 Agustus
1949 jam 00.00 tengah malam. Isinya :
1) Supaya TNI dan pasukan yang setia kepada RI menghentikan
tembak menembak.
2) Daerah yang kita kuasai tetap di bawah kekuasaan kita.
3) Agar dicegah tindakan indisipliner.
4) Local Joint Comitte segera melakukan pembicaraan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1977 :469).
Upacara pengakuan kedaulatan dilaksanakan di Kotabumi pada tanggal 27
Desember 1949. Selain itu untuk pasukan yang ada di Menggala dan Terbanggi
Besar yaitu pasukan Lettu Endro Suratmin dilaksanakan di Menggala.
Sejak lahir 1949 maka Sub Teritorial Sumsel berubah menjadi Brigade Suamtera
Selatan termasuk Jambi. Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan,

maka

pokok

permasalahnnya

adalah

“Proses

terjadinya

pertempuran di Metro Lampung Tengah pada masa Ageresi Belanda II Tahun
1949”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :
1.

Latar belakang terjadinya pertempuran di

Wilayah Metro

Kabupaeten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.
2.

Proses terjadinya pertempuran di wilayah Metro Kabupaten
Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

5

3.

Dampak terjadinya pertempuran di Wilayah Metro

Kabupaten

Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu
membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang “Proses terjadinya
pertempuran di Wilayah Metro Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda
II Tahun 1949.”
D. .Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimanakah Proses terjadinya pertempuran di Wilayah Metro
Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949 ?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimanakah proses pertempuran di
Wilayah Metro Kabuaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung.
2. Menambah dan membuka wawasan pengetahuan tentang perjuangan di
daerah-daerah lampung.

6

G. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup ilmu

:Ruang lingkup ilmu dalam Penelitian ini adalah ilmu
sejarah khususnya sejarah perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia di Lampung.

Ruang Lingkup Objek :Objek penelitian ini adalah pertempuran di Wilyah Metro
Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II
Tahun 1949.
Ruang Lingkup Subjek

:Yang menjadi ruang lingkup subjek pada penelitian ini
adalah Masyarakat Metro Lampung Tengah.

Ruang Lingkup Waktu

: Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013

Ruang Lingkup Penelitian:

Perpustakaan Universitas Lampung, Arsip Nasional,
Perpustakaan Daerah Lampung sebagai sumber
kajian

pustaka,Perpustakaan

kota

Kecamatan Trimurjo Desa Tempuran.

Metro,dan

7

Refrensi

Notosusanto, Nugroho 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Depdikbud:Jakarta.
Halaman 244.
Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Sejarah Perkembangan Pemerintahan di
Lampung buku I .Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi
Lampung.halaman 10
.
Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di
Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi
Lampung.Halaman 469.
Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di
Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi
Lampung.Halaman 407.
Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di
Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi
Lampung.Halaman 105.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau
konsep-konsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis
bagi penelitian yang akan dilakukan.Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini
adalah :
1. Konsep Tinjauan Historis
Tinjauan historis adalah tinjauan tentang masa lalu mengenai manusia dan
sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap
meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran juga penjelasan yang
memberikan pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah berlalu.
Menurut

Nevis dalam Moh. Nazir “Sejarah adalah pengetahuan yang tepat

terhadap apa yang telah terjadi.” (Moh. Nazir, 2009 :48).
Sedangkan menurut Nevis dalam buku Metode Penelitian, mengemukakan bahwa
“Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta
masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk
mencari kebenaran.” (Moh. Nazir, 2009 : 48).

9

Sedangkan menurut Mohammad Ali dalam Hugiono dan PK. Poerwantana,
Sejarah adalah :
1.
2.
3.

Jumlah perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan
sekitar kita
Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam
kenyataan sekitar kita
Ilmu yang bertugas perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa
dalam kenyataan sekitar kita
(Hugiono dan P. K Poerwantana, 1992 : 2).

Adapun manfaat belajar sejarah menurut Nugroho Notosusanto antara lain :
1. Member pelajaran bahwa kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman masa
lampau yang dapat kita jadikan pelajaran, sehingga hal yang buruk dapat kita
hindari.
2. Memberikan ilham bahwa tindakan kepahlawanan dan peristiwa gemilang di
masa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf perjuangan sekarang
serta peristiwa besar akan memberikan ilham besar pula.
3. Memberikan kesempatan, bahwa kita dapat terpesona oleh suatu roman yang
bagus dengan sendirinya kita berhasil mengangkat aspek seni (Nugroho
Notosusanto 1964).
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka sejarah adalah ilmu yang mempelajari
segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang dialami manusia
dan disusun secara sistematis sehingga hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tinjauan historis adalah suatu prosedur penelitian terhadap
segala peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang terjadi pada manusia baik
individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang disusun secara ilmiah,

10

kritis, logis, faktual, dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian
peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang
mendukung sehingga memiliki makna yang jelas terhadap fenomena peristiwa
tersebut.
2. Konsep Wilayah Metro
Wilayah Metro yang di maksut dalam penelitian ini adalah wilayah metro pada
saat masih masuk dalam Kabupaten Lampung Tengah.pada saat itu Metro di bagi
berdasarkan Bedeng-bedeng yang antara lain pembagiannya, Bedeng 1 bertempat
di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut
diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi. Istilah bedeng-bedeng itu masih
dijumpai sampai sekarang. Jika datang ke kota ini lebih mudah menemukan
daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3,
4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai
67 di Sekampung (sekarang masuk Lampung Timur). Bedeng yang termasuk kota
Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14-2, 15, 16a, 16c, dst. (Badan perencana
pembangunan wilayah Metro 2005).

3. Konsep Proses
Proses didefinisikan sebagai :Sutu program yang sedang berjalan atau di eksekusi
Proses didefinisikan sebagai runtutan perubahan (peristiwa) dalam suatu
perkembangan. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah “berlangsungnya
peristiwa dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian
perubahan”. Kemudian menurut Muhammad Ali (1985:24), yang dimaksud dengan
Proses adalah “serangkaian tindakan yang harus dilalui dengan harapan agar segala
yang diinginkan dapat terwujud”.

11

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan proses adalah suatu
runtutan peristiwa yang didalamnya terdapat bagian- bagian tertentu yang saling
berhubungan dalam suatu perubahan.

4. Konsep Pertempuran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pertempuran memiliki arti “perkelahian
yang hebat; peperangan; perjuangan (Dendy Sugono, 2008 : 1672).
Pertempuran merupakan suatu konflik fisik yang terjadi antara dua pihak yang
memeiliki suatu tujuan mengalahkan dan yang di dalamnya ada unsup pemimpin
dan sistim persenjataan yang di gunakan dalam bertempur,dan menggunakan
taktik dan strategi tertentu untuk mengalahkan lawannya.
Pertempuran adalah suatu kontak senjata antara dua atau lebih pihak di mana
masing-masing pihak bertujuan mengalahkan pihak lainnya. Pertempuran
umumnya terjadi dalam suatu perangatau kampanye militer dan biasanya terjadi
pada waktu, lokasi, dan aktivitas tertentu,sedangkan pertempuran adalah suatu
arena dimana taktik dipergunakan (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pertempuran merupakan suatu
perkelahian,peperngan yang di lakukan oleh dua atau lebih suatu kelompok tertentu
yang bertujuan saling mengalahka yang mengakibatkan suatu kerugian bagi yang
kalah begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugeng
yang merupakan sesepuh di desa tempuran, beliau mengatakan “Pertempuran di
Metro Lampung Tengah merupakan pertempuran antara Tentara Rakyat Indonesia
yang di bantu oleh TNI melawan Belanda di karenakan rakyat ingin
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Adapun senjata yang di gunakan oleh

12

rakyat tidak sebanding senjata musuh rakyat memiliki snjata api buatn Gunuk
Merak hanya mampu menenbakkan 7 peluru setelah itu macet,dan juga di bantu
senjata golok,bambu runcing.Adapun taktik perang yang di gunakan adalah Taktik
perang Geriliya.
4. Konsep Agresi Militer
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948
yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu,
serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh
lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah
Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin
Prawiranegara. Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan
pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI di
Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil
keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan
Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat diadakan.
(Wikepidea Indonesia). Agresi adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun mental. Murray mendefinisikan
agresi sebagai suatu alat untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi,melukai,
menyerang, membunuh atau menghukum orang lain.Agresi juga diartikan sebagai
segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik
maupun

psikis

pengertian-agresi/).

(

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205848-

13

Militer adalah angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan angkatan bersenjata.kata lainnya adalah tentara atau
angkatan bersenjata. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.Kata
lain yang sangat erat dengan militer adalah militerisme, yang artinya kurang lebih
perilaku tegas, kaku, agresif dan otoriter "seperti militer". Padahal pelakunya bisa
saja seorang pemimpin sipil.Karena lingkungan tugasnya terutama di medan
perang, militer memang dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin.
Dalam kehidupan militer memang dituntut adanya hirarki yang jelas dan para
atasan harus mampu bertindak tegas dan berani karena yang dipimpin adalah
pasukan bersenjata ( http://id.wikipedia.org/wiki/Militer ).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Agresi Militer merupakan suatau
bentuk serangan yang di lakukan di medan perang oleh sekelompok pasukan yang
brtujuan untuk menyakiti seseorang atau kelopok lain yang dapat menyakiti orang
baik secara fisik maupun psikis.

B. Kerangka pikir
Pada masa revolusi phisik, Lampung Tengah merupakan daerah pertahanan di
bawah Komado Front Utara yang berpusat di Kotabumi. Waktu itu beberapa kota
strategis di Lampung Tengah selalu menjadi incaran Belanda karena mempunyai
letak strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi maupun militer. . Khusus di
Kawedanan Metro dan kabupaten Lampung Tengah pada umumnya, langkah yang
diambil oleh ara penyelenggara pemerintahan, dan para pejuang bersenjata pada
waktu perang kemerdekaan dari tahun 1945-1950, telah membuat sejarah yang
sangat heroik.

14

Belanda melakukan serangan besar-besaran untuk menghancurkan Republik
Indonesia, Pada tanggal 3 Januari 1949 sekitar pukul 10.00 pagi pasukan Belanda
menyerang kota Metro dari pangkalan mereka di Tegineneng. Kekuatan mereka
kurang lebih 1 pleton lengkap, dengan formasi penyerangan membagi pasukan
jalan kiri dari pabrik beras satu regu dari arah timur dan satu regu lagi dari arah
barat menuju ke pusat kota. Pada tanggal 3 Agustus 1949 Panglima Tertinggi
Angkatan Perang RI Presiden Sukarno di Yogyakarta mengeluarkan perintah
penghentian tembak menembak, yang selanjutnya juga disusul perintah dari
Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman ditujukan kepada TNI dan pejuangpejuang bersenjata lainnya yang setia kepada pemerintah RI. Pada tanggal 6
Agustus

1949

Panglima

Tentara

Teritorial

Sumatra

Kolonel

Hidayat

mengeluarkan perintah dengan radio telegram kepada Gubernur Militer Sumatera
Selatan dan para Komandan Sub Teritorial bahwa berdasarkan perintah Panglima
Tertinggi.

15

C. Paradigma

Pertempuran di Metro Tahun
1949

Proses Pertempuran di Metro Tahun 1949

Mempertahankan Kemerdekaan indonesia

Keterangan :
A
B
C

Garis pengaruh
Gareis Proses
Garis Tujusn

16

Refrensi
Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan strategi.
angkasa.Bandung.Halaman 24.
Koenjaraningrat.1984.Kamus Istilah Antropologi.Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.Jakarta.Halaman 24.
Notosusanto,Nugroho.1964.Hakekat Sejarah dan Azas-Azas Metode Sejarah.Mega
Bookstore. Halaman 17
Hugiono dan P.K Poerwantana.1992.Pengantar ilmu Sejarah.Rinika
Cipta.Jakarta.Halaman 2

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu
masalah yang turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa “metode merupakan suatu cara atau jalan yang
digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang
berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.”
(Husin Sayuti, 1989:32).
Metode adalah suatu rangkaian pengertian dasar, kerangka dasar, tetapi
penerapannya merupakan bagian dari proses yang diawasi oleh si peneliti dengan
tidak terlalu ketat (Basri MS, 2006 :1).
Dalam suatu penelitian, metode adalah faktor yang sangat penting dalam
menentukan

keberhasilan

suatu

penelitian.

Berdasarkan

pendapat

yang

dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang ditempuh seseorang dalam
melakukan suatu penelitian
diharapkan.

A.1.Metode yang digunakan

guna mendapatkan kebenaran dari tujuan yang

18

Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data
yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian historis karena
penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau.
Adapun maksud dari metode historis adalah prosedur pemecahan masalah
dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik
untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada
masa lalu ,terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami
kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian
atau keadaan masa lalu, untuk kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan
untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari
Nawawi, 1993 : 78-79).

Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa
lalu.Pendapat lain menyatakan bahwa :
Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang
sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif
dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara
kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya
(biasanya dalam bentuk tertulis).(Nugroho Notosusanto, 1984 : 11).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian
Historis adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan
mengumpulkan data yang sistematis dan evaluasi yang objektif dari data yang
berhubungan dengan kejadian masa lampau untuk memahami kejadian atau suatu
keadaan baik masa lalu maupun masa sekarang.

19

Metode historis lebih memusatkan pada masa lalu yang berupa peninggalanpeninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan tempat-tempat yang dianggap
keramat. Data tersebut tidak hanya sekedar diungkapkan dari sudut kepentingan
sejarahnya, namun untuk memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu seperti
adat istiadat, kebudayaan, hukum, pemerintah, pendidikan dan lain-lain. Masalah
yang diselidiki oleh peneliti pada dasarnya terbatas pada data yang sudah ada.
Tujuan penelitian historis adalah membuat rekontruksi masa lampau secara
objektif dan sistematis dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan,
mengintesikan bukti-bukti untuk memperoleh hasil serta penafsiran yang
baik. Dalam penelitian historis, validitas dan reabilitas hasil yang dicapai
sangat ditentukan oleh sifat data yang ditentukan pula oleh sumber
datanya.Sifat data historis diklasifikasikan dala dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder, adapun data Primer adalah data autentik atau data
langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara
sederhana data ini disebut juga data asli. Sedangkan data Sukender, adalah
data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat autentik
karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan selanjutnya, dengan
demikian data ini ini disebut juga data tidak asli.”(Budi Koesworo dan
Basrowi, 2006 : 122)

Pengertian yang disampaikan dalam kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam setiap penelitian, harus dilihat sifat- sifat penelitian yang dipakai.
Maka dengan demkian sifat penelitian historis adalah sifat data yang ditentukan
oleh sumber yang diperoleh seperti data primer dan data sekunder.Data-data ini
dikumpulkan lalu di klasifikasikan, tidak hanya itu saja dalam setiap penelitian
dibutuhkan langkah-langkah dalam mengolah data menjadi sebuah tulisan.

20

Langkah-langkah penelitian historis menurut Nugroho Notosusanto, 1984 : 11)
adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis tersebut, maka langkah-langkah
kegiatan penelitian adalah :
1.Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber- sumber sejarah.
Proses yang dilakukan penulis dalam heuristik adalah mencari sumbersumber sejarah berupa buku,arsip dan dokumen di perpustakaan daerah
Lampung dan perpustakaan Unila sesuai dengan tema penulisan.
2.Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan
apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini
dilakukan penulis dengan memilah-milah dan menyesuaikan data yang
penulis dapatkan dari heuristik dengan tema yang akan penulis kaji, dan arsip
atau data yang diperoleh penulis telah diketahui keasliannya.
3.Interpretasi pada bagian ini setelah mendapat fakta-fakta yang diperlukan
maka kita merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk
akal. Dalam hal ini penulis berupaya untuk mengananilisis data dan fakta
yang telah diperoleh dan dipilah yang sesuai dengan kajian penulis.
4.Historiografi adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil
penelitian. Dalam hal ini penulis membuat laporan hasil penelitian berupa
penulisan skripsi dari apa yang didapatkan penulis saat heuristik, kritik dan
interpetasi. Penulisan skripsi disusun berdasarkan metode penulisan karya
ilmiah yang berlaku di Universitas Lampung.

21

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian historis
adalah

sebuah

penelitian

yang

digunakan

uktuk

memecahkan

sebuah

permasalahan dengan menggunakan data-data masa lalu berupa peninggalanpeninggalan dengan tujuan untuk merekonstruksi masa lalu tersebut dengan
langkah-langkah yang sistematis sehingga menghasilkan sebuah jawaban atas
permasalahan tersebut secara utuh berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang
diperoleh.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
B.1.Variabel penelitian
Dalam suatu penelitian variabel merupakan sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan
begitu saja karena dengan variabel kita lebih dapat memfokuskan apa yang
menjadi objek penelitian kita sehingga akan lebih mempermudah cara kerja.
Menurut Mohammad Nazir (1984 : 149) “variabel dalam arti sederhana adalah
suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai”, sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (1989 : 91) mendefinisikan variabel sebagai suatu objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
variabel penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat
perhatian dalam sebuah penelitian.Berdasarkan pengertian variabel di atas, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan
fokus penelitian pada Pertempuran di Metro Lampung Tengah pada Ageresi
Belanda II Tahun 1949.

22

B.2. Definisi Operasional Variabel
“Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak
atau variabel tersebut” (Muh. Nazir,Ph.D, 1985: 162).
“Definisi Operasional variabel adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel” (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,
1989:46). “Definisi Operasional yaitu definisi yang menunjukkan indikatorindikator sesuatu gejala sehingga memudahkan pengukuran” (Tatang M. Amirin,
1995:63). “Definisi variabel operasional bukanlah definisi konsep yang diajukan
para ahli, tetapi sudah merupakan definisi yang lebih operasional tentang variabel
itu sendiri dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu” (Muhammad Idrus,
2009: 81).
Berdasarkan tiga pengertian konsep di atas definisi operasional variabel adalah
definisi yang menunjukkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang telah
ditentukan sehingga objek yang diteliti dapat diamati dengan jelas.
C. Informan
Dalam proses pengumpulan data yang akurat diperlukan informasi-informasi yang
berhubungan dengan kajian penelitian, sehingga penulis memerlukan data dari
informan. Informan adalah orang yang dalam latar penelitian, yang dapat
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang suatu penelitian, seorang
informan harus memiliki pengalaman tentang latar belakang penelitian (Moleong).
Informan adalah seseorang yang memiliki informasi relatif lengkap terhadap

23

budaya yang akan diteliti (Suwardi, 2006:119). Kriteria informan yang dipilih
dalam penelitian ini antara lain :
1. Orang yang memahami dan memiliki pengetahuan mengenai obyek yang
akan diteliti,
2. tokoh masyarakat yang memahami tentang
3. informan yang memiliki kesediaan waktu dan
4. dapat dipercaya dan bertanggungjawab atas apa yang dikatakan.

D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan.
pengumpulan data selalu memiliki hubungan dengan dengan masalah yang
hendak dipecahkan atau diteliti dan hasil-hasil pengumpulan data menjawab
pertanyaan dari suatu masalah penelitian.
Tekhnik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang diperlukan
(Muhammad Nazir.1993:211). Oleh sebab itu diharapkan dengan adanya
penggunaan teknik-teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat
diperoleh data-data yang akan dapat menjawab dari apa yang menjadi
permasalahan dari penelitian yang direncanakan.
D.1.Teknik Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data, merupakan cara yang
digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan cara bercakap-cakap

24

berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat,1983 : 81). Menurut
Sutrisno Hadi yang dimaksud dengan wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan
penyelidikan pada umumnya dua atau lebih orang yang hadir dalam proses tanya
jawab itu secara fisik masing-masing pihak dapat menggunakan saluran
komunikasi secara wajar dan lancar (Sutrisno Hadi, 1984 : 50).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh pihak penanya
kepada pihak yang ditanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahn dalam
sebuah penelitian untuk mendapatkan jawaban berupa data atau fakta yang
relevan untuk keperluan penelitian.
Dalam teknik wawancara ini peneliti akan menggunakan langkah-langkah
wawancara yakni :
1.Persiapan
1.

Menentukan Informan

2.

Membuat daftar alat-alat yang digunakan

3.

Menentukan prosedur wawancara

2.Pelaksanaan
1.

Mewawancarai,

yaitu

mengajukan

Pertanyaan

tentan

pistiwa

pertempuran di Mertro Lampng Tengah.
2.

Pengolahan hasil wawancara, dari hasil wawancara dianalisa sesuai
dengan metode yang digunakan

25

3.

Membuat laporan hasil wawancara.

Penulis akan melakukan wawancara dengan saksi hidup atau ahli waris yang
mengetahui tentang Pertempuran di Metro Lampung Tengah pada masa Ageresi
Belanda II tahun 1949.
D.2.Teknik Kepustakaan
“Teknik kepustakaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara
lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah
penting

dalam

kegiatan

ilmiah

(Joko

Subagyo

1997:109)”,sedangkan

Kontjaraningrat (1983:133) menyatakan bahwa “Teknik kepustakaan merupakan
cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi
yang terdapat diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk koran, naskah,
catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian.” Sementara itu teknik kepustakaan juga dapat diartikan sebagai “studi
penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang
diperoleh diperpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti (Hadari Nawawi 1993:133).
Dengan demikian, teknik kepustakaan adalah teknik dalam pengumpulan data
melalui buku-buku, koran, naskah serta materi lainnya yang ada diperpustakaan
dalam upaya untuk memperoleh argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang
sesuai dengan kajian yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis berupaya untuk
memperoleh literatur yang berhubungan dengan kejadian Pertempuran di Metro
Lampung Tengah pada masa Ageresi Belanda II Tahun 1949 terutama yang

26

berkaitan dengan Peroses terjadinya Pertempuran di Metro Lampung Tengah pada
masa Ageresi Belanda II Tahun 1949.
Manfaat dari penggunaaan teknik kepustakaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah topik penelitian kita telah diteliti oleh
orang lain sebelumnya, sehingga penenlitian kita bukan hasil
duplikasi.
2. Untuk mengetahui hasil penelitian orang lain yang ada kaitannya
dengan penelitian kita, sehingga kita dapat memanfaatkannya
sebagai bahan referensi tambahan.
3. Untuk memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah dalam penelitian kita.
4. Untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang
telah diterapkan (Muhammad Nazir, 1989 :97).

D.3.Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan denga masalah yang diteliti, sehingga
akan memperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.
(Basrowi dan Suwandi. 2008 : 158).
Teknik dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan,transkrip, surat kabar, majalah, notulen,lengger, agenda dan
sebagainya (Suharsimi Arikuto.1989:188). Sedangkan menurut Hadari Nawawi
dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis,

27

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain dan berhubungan
dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi.1991:133).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa teknik
dokumentasi dapat dipergunakan untuk mendapatkan data dan informasi secara
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen yang berkaitan dengan
sejarah daearah Lampung di perpustakaan Universitas Lampung maupun
perpustakaan daerah Lampung dan juga di Perpustakaan kota Metro.
E.Teknik Analisis Data
Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data yaitu analisis data.
Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena analisis data
digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang,
menggolongkan data untuk menjawab dua permaslahan pokok : (1) tema apa yang
dapat ditemukan pada data-data ini, dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat
menyokong tema tersebut. (Basrowi dan Suwandi. 2008 : 192).
Analisis

data menurut

Moeleong

yaitu proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data (Moeleong, 2007 : 280).

28

Dalam hal ini, analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
anlisis data kualitatif mengingat data tersebut berupa fenomena-fenomena yang
terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dari karangan para sajarawan
sehingga memelukan pemikiran yang tepat dalam menyelesaikan masalah
penelitian tersebut.
Menurut Kirk dan Miller, dalam Moeleong (2004 : 3) penelitian kualitaif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristiwanya.
Sedangkan menurut Bodgan dan Biklen, 1982 dalam Moeleong (2007
: 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
ja