PERANAN ANGKATAN GERILYA SIPIROK DALAM AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1949 DI SIPIROK.

Peranan Angkatan Gerilya Sipirok Dalam Agresi Militer Belanda II
Tahun 1949 di Sipirok
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Pitriana Simamora
3113321028

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK
ABSTRAK
Pitriana Simamora, NIM 3113321028, Peranan Angkatan Gerilya Sipirok
Dalam Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Sipirok. Jurusan Pendidikan
Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dibentuknya Angkatan
Gerilya Sipirok dan peranannya pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di
Sipirok. Untuk memperoleh data-data tersebut, peneliti mengadakan penelitian
dengan menggunakan penelitian Sejarah dengan teknik heuristik. Jenis penelitian ini
merupakan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data berupa
wawancara, serta nara sumber yang digunakan adalah orang-orang yang merupakan
anggota dari Angkatan Gerilya Sipirok, selain itu penelitian ini juga menggunakan
studi kepustakaan dengan menggunakan berbagai buku-buku yang berkaitan dengan
objek penelitian. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa latar
belakang dibentukya Angkatan Gerilya Sipirok adalah karena adanya keinginan untuk
terbebas dari penjajahan Belanda kembali yang dibarengi munculnya semangat yang
tinggi dalam diri pemuda Sipirok untuk tetap mempertahankan Sipirok sebagai
bagian dari wilayah Indonesia yang telah merdeka. Angkatan Gerilya Sipirok
memperlihatkan peranannya sebagai laskar rakyat yang berjuang melawan Belanda,
mereka melakukan bentuk perjuangan dan pengorbanan nyawa. Meskipun hanya
memiliki persenjataan yang tidak sebanding dengan Belanda. Hal tersebut tidak
mematahkan semangat Angkatan Gerilya Sipirok untuk tetap melakukan gerakan
perjuangan hingga terbebas dari penguasaan Belanda di dapatkan kembali.
Kata Kunci: Angkatan Gerilya Sipirok


i

I

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya yang
telah memberikan kesehatan serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan dengan judul “Peranan Angkatan Gerilya Sipirok Dalam
Agresi Militer Belanda II Tahun 1949 di Sipirok”.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan, skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, baik
dari segi isi maupun dalam hal penyajian. Oleh karena itu, masukan berupa saran
serta kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Keberhasilan penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak
terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan yang berupa
saran, kritik, serta dorongan dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Untuk itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.

2.

Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan.

3.

Ibu Dra. Flores Tanjung, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan
Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.
iii

4.

Bapak Pristi Suhendro S.Hum, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, kritik, pemikiran

dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5.

Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
penguji utama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penulis
mengikuti perkuliahan.

6.

Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku Dosen Penguji ahli yang telah memberikan
msukan dan saran bagi penulis.

7.

Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
pemikiran dan saran bagi penulis

8.


Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah
UNIMED yang telah berbagi ilmu melalui proses belajar mengajar selama
beberapa tahun ini, penulis ucapkan banyak terima kasih atas bimbingan kalian
semua.

9.

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis , Ayahanda Alm. Rayan Simamora
dan Ibunda Naima Lubis. Terima kasih atas doa, dukungan, biaya, bimbingan
serta kasih sayang yang tak terhingga batasnya diberikan kepada penulis selama
ini. Dorongan yang tiada henti sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi dan
meraih gelar Sarjana Pendidikan. Semuanya ini penulis persembahkan buat
Ayahanda dan ibunda tercinta.

10. Kepada Abang, kakak dan adik penulis. Abang ku Masrul Simamora dan Faisal
Simamora, kak Rahmadhani Syafitri dan adikku tersayang Nur Azizah. Terima
iii

kasih penulis ucapkan buat kalian atas kasih sayangnya dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.

11. Kepada seluruh informan penulis. Pak Ismet Pakpahan, Pak Syamsunur
Batubara, Pak Makdin Pane dan informan lainnya yang sangat berjasa telah
memberikan informasi yang membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
12. Buat teman-teman penulis, Oktora Feronika Damanik, Fitri Andriani, Rima
Sihombing, Sentimina Simbolon, Samsul Bahri selaku komting. Teman-teman
lainnya di kelas Ekstensi 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan skripsi ini dan jika ada yang terlewatkan penulis
mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca. Penulis minta maaf atas kekurangan dan keterbatasan pada skripsi
ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bahan masukan
bagi yang membutuhkan.

Medan,

Maret 2015

Penulis


Pitriana Simamora
Nim. 3113321028

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL


vii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Identifikasi Masalah

6

C. Pembatasan Masalah

6

D. Rumusan Masalah

7


E. Tujuan Penelitian

7

F. Manfaat Penelitian

8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA
9

A. Kerangka Konseptual
1. Peranan Angkatan Gerilya Sipirok

9

2. Agresi Militer Belanda II di Sipirok

16
19


B. Kerangka Berfikir

BAB III: METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian

23

B. Lokasi Penelitian

23

C. Sumber Data

24
v

D. Teknik Pengumpulan Data

25


E. Teknik Analisis Data

26

BAB IV: PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

29

1. Keadaan Wilayah dan Penduduk

29

B. Sejarah Awal Sipirok

38

C. Sipirok Pada Masa Penjajahan Belanda

40

D. Sipirok Pada Masa Penjajahan Jepang

46

E. Sipirok Pada Masa Kemerdekaan

49

F. Sipirok Pada Masa Agresi Militer Belanda II

53

G. Pembentukan Angkatan Gerilya Sipirok

58

H. Peranan Angkatan Gerilya Sipirok

67

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan

87

2. Saran

88

DAFTAR PUSTAKA

89

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. luas wilayah menurut desa/kelurahan tahun 2013

32

Tabel 4.2. Topografi desa/kelurahan tahun 2013

33

Tabel 4.3. Jarak dari desa/kelurahan ke ibukota kecamatan

34

Tabel 4.4. Luas, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

36

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu
perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat
Indonesia. Perjuangan yang telah berbuah dengan kemerdekaan Indonesia juga di
iringi dengan semangat untuk mempertahankan negara kesatuan republik
Indonesia untuk tetap berdaulat dan berdiri menjadi sebuah negara yang diakui
keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang
telah menggapai kemerdekaan itu terlihat ketika rakyat Indonesia mengetahui
kedatangan sekutu di Indonesia pada akhir September 1945, yang diboncengi oleh
NICA (Nederlands Indies Civil Administration) dengan KNIL (Koninklijk
Nederlands Indisch Leger) nya yang menyebabkan terjadinya pertempuran yang
terus-menerus antara pihak RI, Inggris dan Belanda.
Untuk menunjukkan bahwa Inggris datang ke Indonesia tidak untuk
mengobarkan api kekacauan, maka diusahakanlah olehnya agar pihak Belanda
dan Indonesia bisa dipertemukan dalam suatu perundingan untuk menyelesaikan
persoalan mereka secara damai. Kemudian dapatlah dicapai persetujuan gencatan
senjata pada tanggal 14 oktober 1946. Pertempuran antara Pihak Indonesia dan
Inggris berhenti. Tetapi sementara itu tentara Inggris telah berhasil menduduki
beberapa tempat yang penting di Jawa maupun di Sumatera, yaitu kota-kota
Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang, Padang dan Medan,
yang selanjutnya diserahkan kepada pihak Belanda.

1

2

Pemerintah Inggris mengirimkan diplomatnya, Lord Killearn, ke Indonesia
untuk menjadi perantara yang kemudian atas jasanya dapatlah dicapai persetujuan
Linggarjati pada tanggal 15 November tahun 1946. Delegasi RI dipimpin oleh
Syahrir dan delegasi Belanda adalah Schermerhorn. Moedjanto, (1988: 183)
dalam Indonesia Dalam Abad ke 20 menjelaskan:
“Adapun yang menjadi alasan pemerintah RI menerima persetujuan
Linggarjati:
1) Keyakinan bahwa bagaimanapun juga jalan damai untuk mencapai
tujuan adalah yang paling baik dan paling aman bagi Idonesia karena
kelemahannya di bidang militer. Karena itu tercapainya tujuan
perjuangan tergantung pada kepandaian bangsa Indonesia di dalam
berdiplomasi. Cara damai akan mendatangkan simpati dan dukungan
internasional yang pasti akan dan harus diperhitungkan oleh lawan.
2) Sehubungan dengan kelemahan militer Indonesia, maka adanya
perjanjian itu memungkinkan pihak Indonesia untuk memperoleh
kesempatan yang baik guna mengadakan tindakan konsolidasi
militer.”
Belanda yang tidak puas dan menganggap RI tidak mentaati perjanjian
Lingarjati kemudian pada tanggal 20 Juli malam hari Belanda menyatakan tidak
terikat lagi oleh persetujuan tersebut dan bebas bertindak. Ini berarti agresi militer
belanda yang pertama bagi RI yang dilancarkan keesokan harinya tanggal 21 Juli
1947 dengan menyerang daerah-daerah RI baik di Jawa maupun di Sumatera
dengan menggunakan seluruh kekuatannya, termasuk pesawat-pesawat terbang.

3

Selama dua tahun masa kemerdekaan, atau sampai pada agresi Belanda
yang pertama setelah pertengahan tahun 1947 kawasan Sipirok masih dalam
keadaan aman. Tetapi karena serdadu Sekutu dan NICA sudah berada di Sumatera
Timur (Medan) sejak bulan Oktober 1945 dan mereka melakukan berbagai
tindakan yang mengancam kedaulatan Republik dan kemerdekaan bangsa
Indonesia, maka sejak bulan-bulan pertama kemerdekaan, di Sipirok sudah
dibentuk barisan-barisan pemuda untuk menjaga keamanan dan menghadapi
serangan musuh.
Setelah perundingan Renville direncanakan oleh Komisi Tiga Negara
sebagai jalan damai bagi Bangsa Indonesia dan pihak belanda juga dilakukan,
ternyata tidak membuahkan hasil juga. Belanda tetap ingin melakukan
keinginannya untuk menduduki kembali Indonesia dan Indonesia juga tetap pada
pendiriannya untuk menjaga kedaulatan Indonesia sebagai negara yang telah
memperoleh kemerdekaan. Belanda tidak menerima sikap pihak Indonesia karena
pihak Indonesia yang tidak dengan mudah menerima keinginan Belanda yang
bermaksud untuk berkuasa kembali di Indonesia. Karena tidak diperoleh titik
temu antara pihak Belanda dan pihak Indonesia, maka pada tanggal 19 Desember
1948 Belanda melakukan serangan militer nya yang kedua terhadap Indonesia.
Ketika rakyat Indonesia yang sudah merdeka mengetahui maksud jahat
dari Belanda, maka dengan spontan rakyat membentuk kekuatan berupa kesatuankesatuan laskar rakyat yang siap bertempur menghadapi Belanda. Setelah kabar
tentang adanya agresi yang akan dilancarkan Belanda yang hendak menegakkan
kembali kekuasaannya di Indonesia sampai ke Tapanuli Selatan, maka masyarakat

4

setempat seperti masyarakat Sipirok segera membentuk barisan-barisan pemuda
sebagai kekuatan perjuangan untuk menghadapi Belanda. Para pejuang menerima
berita bahwa konvoi pasukan Belanda akan mengadakan perjalanan dari Medan
ke Bukittinggi. Tetapi sebelum berangkat ke Bukittinggi, pasukan Belanda ini
lebih dahulu akan meninjau ke daerah Sipirok (Panitia penerbitan buku
Inventarisasi tugu Perjuangan 1945-1949 daerah Sumatera Utara, 1995: 127)
Pada tanggal 28 Desember 1948 telah ada berita di Sipirok bahwa pasukan
Belanda sudah maju ke Batang Toru setelah menguasai Sibolga, ibukota
Keresidenan Tapanuli. Hal ini menunjukkan bahwa Belanda sudah mulai
memasuki daerah Tapanuli Selatan. Setelah mengetahui bahwa pasukan Belanda
sudah sampai ke Batang Toru, rakyat di Sipirok mulai bergerak membuat kubukubu pertahanan untuk menghadapi pasukan Belanda apabila datang menyerang.
Karena terhalang oleh jembatan Batang Toru yang runtuh dan berulang-ulang
diserang oleh pasukan Republik, maka pasukan Belanda baru sampai di Padang
Sidimpuan pada tanggal 1 Januari 1949.
Setelah berhasil menduduki Padang Sidimpuan, pasukan Belanda tidak
segera melakukan serangan ke tempat-tempat lain di sekitarnya. Pasukan Belanda
beranggapan pada waktu itu bahwa keberhasilan mereka menduduki Padang
Sidimpuan sudah membuat rakyat di Seluruh Tapanuli Selatan merasa takluk
kepada mereka. Akan tetapi pada kenyataan yang sebenarnya bahwa rakyat di
Tapanuli Selatan yang mendiami ratusan desa sudah mempersiapkan diri untuk
berperang melawan pasukan Belanda.

5

Sementara pasukan Belanda belum datang menyerang, sibuk mengatur dan
memusatkan kekuatan mereka di kota Padang Sidimpuan, di Sipirok yang hanya
berjarak 37 kilometer dari kota Padang Sidimpuan yang sudah di duduki Belanda
itu, Pimpinan pertahanan wilayah Sipirok meresmikan pembentukan Angkatan
Gerilya Sipirok pada tanggal 3 Januari 1949. Dalam hal ini Pimpinan Pertahanan
Wilayah Sipirok mengangkat Sahala Muda Pakpahan sebagai komandan pasukan
Gerilya Sipirok.
Keinginan pasukan belanda untuk menduduki tempat-tempat lain di
wilayah Tapanuli Selatan akhirnya berlanjut menuju wilayah Sipirok. Pada
tanggal 21 Januari 1949 Sipirok mulai diserang oleh pasukan Belanda. Pasukan
Belanda yang khawatir akan mendapat perlawanan yang kuat sengaja melakukan
serangan ke Sipirok dengan pasukan yang besar dan bergerak menyerbu dari tiga
jurusan. Masing-masing ialah dari jurusan Padang Sidimpuan, dari jurusan
Hopong melalui pagaran Siantar, Lancat dan Arse serta dari Jurusan Tarutung
melalui Pahae.
Angkatan Gerilya Sipirok yang dipimpin oleh Sahala Muda Pakpahan juga
melakukan kerja sama dengan Mayor Bejo yang menjadi komandan sektor I,
Subteritorial VII Tapanuli Selatan-Sumatera Timur. Mereka yang tergabung
dalam Angkatan Gerilya Sipirok senantiasa mengobarkan semangat kemerdekaan.
Kompi Sahala Pakpahan melakukan penghadangan di bukit Simagomago
antara Sipirok dengan Padang Sidempuan daerah itu terkenal sebagai
daerah angker bagi pasukan tentara Belanda, karena pasukan gerilya
sering melakukan sergapan dan penghadangan yang mengakibatkan
banyak korban pasukan tentara TKB dan juga dipihak pasukan gerilya
(TWH, 1999:228).

6

Bersatunya Angkatan Gerilya Sipirok dengan Kompi Mayor Bejo
menjadikan kekuatan baru bagi wilayah sipirok karena rakyat Tapanuli Selatan
adalah rakyat yang memiliki semangat kemerdekaan yang kuat, rakyat yang tidak
mau begitu saja takluk kepada Belanda. Hal ini lah yang membuat belanda tidak
berani segera melakukan serangan ke Sipirok. Belanda harus lebih dahulu
mengumpulkan kekuatan yang lebih besar, baru kemudian maju menyerang ke
kawasan yang dikawal oleh Angkatan Gerilya Sipirok.
Dari uraian di atas yang dijadikan sebagai dasar pemikiran, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “PERANAN ANGKATAN GERILYA SIPIROK
DALAM AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1949 DI SIPIROK”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Keberadaan Sipirok sebelum agresi militer Belanda II tahun 1949
2. Latar Belakang berdirinya Angkatan Gerilya Sipirok
3. Peranan Angkatan Gerilya Sipirok dalam Agresi Militer Belanda II
tahun 1949 di Sipirok.

C. Pembatasan Masalah
1. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti, yaitu “Peranan Angkatan Gerilya Sipirok
dalam Agresi Militer Belanda II tahun 1949 di Sipirok”.

7

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Angkatan Gerilya Sipirok?
2. Bagaimana peranan Angkatan Gerilya Sipirok dalam Agresi Militer
Belanda II di Sipirok?
3. Siapakah tokoh-tokoh yang termasuk kedalam Angkatan Gerilya Sipirok?
4. Bagaimanakah riwayat hidup tokoh-tokoh yang termasuk kedalam
Angkatan Gerilya Sipirok?

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Angkatan Gerilya Sipirok
2. Untuk mengetahui peranan Angkatan Gerilya Sipirok dalam Agresi Militer
Belanda II di Sipirok
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang termasuk kedalam Angkatan
Gerilya Sipirok
4. Untuk mengetahui bagaimana riwayat hidup tokoh-tokoh yang termasuk
kedalam Angkatan Gerilya Sipirok

8

F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat:
1. Bagi peneliti, dapat memahami secara komprehensif peranan Sahala Muda
Pakpahan dalam Agresi Militer Belanda II di Sipirok.
2. Bagi guru, sebagai referensi dalam mengajar sejarah lokal.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan tambahan literatur sehingga dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai Agresi Militer Belanda
II di Sipirok.
4. Bagi pemerintah, bahan pertimbangan pengajaran sejarah lokal di sekolahsekolah.
5. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang memiliki objek yang sama
untuk hasil penelitian yang lebih baik.
6. Bagi UNIMED, menambah perbendaharaan penulisan karya Ilmiah.

9

1

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Angkatan Gerilya Sipirok dibentuk untuk dijadikan sebagai tempat pemuda
Sipirok

untuk

mempersatukan

kekuatan

dengan

penuh

semangat

kemerdekaan dalam mempertahankan kemerdekaan dan merebut kembali
kedaulatan Indonesia yang telah mendapatkan kemerdekaannya. Angkatan
Gerilya Sipirok terdiri dari pemuda yang gigih dan berani untuk menentang
kedatangan Belanda di Sipirok. Pembentukan Angkatan Gerilya Sipirok
merupakan dilalui dengan waktu yang sangat singkat dengan komandan
terpilih Sahala Muda Pakpahan. Sahala Muda Pakpahan pribadi yang lebih
berpengalaman dalam pertempuran dimedan perjuangan serta kebaikannya
dalam berperilaku menjadikan anggota Angkatan Gerilya Sipirok dan
seluruh masyarakat Sipirok begitu mencintainya. Dengan demikian
perjalanan Angkatan Gerilya Sipirok bisa berjalan dengan baik dan di
dukung oleh bantuan masyarakat Sipirok selama Agresi Militer Belanda II
berlangsung di Sipirok pada tahun 1949.
2. Angkatan Gerilya Sipirok memiliki peranan yang sangat penting dalam
menghadapi Agresi Militer Belanda II pada tahun 1949 di Sipirok.
Persenjataan dan ilmu militer yang tidak sebanding dengan pasukan
Belanda tidak membuat Angkatan Gerilya Sipirok untuk mudah menyerah.
Peranan Angkatan Gerilya Sipirok adalah terletak dalam hal penyerangan.
Angkatan Gerilya Sipirok melakukan berbagai hal untuk menyerang
pasukan Belanda yang telah berhasil menduduki wilayah Sipirok bahkan
87
87

2

telah berhasil mengambil hati beberapa tentara Belanda sehingga dapat
menambah persenjataan Angkatan Gerilya Sipirok dan membuat tentara
Belanda tersebut berbelok arah dan memilih untuk bergabung berjuang
bersama Angkatan Gerilya Sipirok. Penyerangan yang dilakukan oleh
Angkatan

Gerilya

Sipirok

merupakan

bentuk

perlawanan

yang

menginginkan agar tentara Belanda segera meninggalkan Wilayah
Indonesia khususnya Sipirok.

B. Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat Sipirok agar menumbuhkan rasa
kepedulian terhadap sejarah perjuangan yang telah terjadi di wilayah
Sipirok agar dapat menumbuhkan sikap menghargai jasa para pahlawan
serta mengambil nilai-nilai positif semangat perjuangan yang ada pada diri
pahlawan sehingga tercipta kesadaran dan pemahaman yang utuh untuk
tidak melupakan sejarah perjuangan yang telah terjadi di Sipirok.
2. Kepada pemerintah perlu mengapresiasi perjuangan yang telah terjadi di
Sipirok agar masyarakat juga turut serta untuk menjaga, merawat dan
melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah di wilayah Sipirok.
3. Perlunya diadakan penelitian lanjutan guna dijadikan masukan dan saran
yang konstruktif terhadap kesempunaan hasil penelitian ini.

1

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. 2011. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widya
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Daerah Kecamatan Sipirok 2014.
Padangsidimpuan
Guevara, Ernesto Che. 2004. Perang Gerilya. Jakarta: Utan Kayu
Harahap, H.M.D. 1986. Perang Gerilya Tapanuli Selatan Front Sipirok.
Jakarta: PT. Azan Mahani
Harahap. Marah Tigor. 1992. Catatan Peranan Kota Padangsidimpuan Selama
Perang Kemerdekaan Perjuangan 1945. Padang Sidimpuan: Dewan
Harian Cabang Angkatan-45 Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan45 Kabupaten Tapanuli Selatan
Huen, dkk. 2000. Sejarah Lisan di Asia Tenggara Teori dan Metode. Jakarta:
LP3ES
Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Masayarakat. Jakarta: PT
Gramedia
Lubis, Z. Pangaduan. 1998. Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan
Masyarakat Sipirok. Medan: Badan Pengkajian Pembangunan Sipirok dan
USU PRESS
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad Ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius
Nasution, A.H. 1964. Pokok-pokok Gerilja. Jakarta: P.T. Pembimbing Masa
Pakpahan, Sofyan. 2012. Catatan: Sahala Muda Pakpahan Mamang Sahala
Dalam Memory Keluarga. Medan.
Said, dkk. 1976. Medan Area Mengisi Proklamasi. Medan: Badan Musyawarah
Pejuang Republik Indonesia Medan Area Medan-Indonesia
Simanjuntak. 2008. Pikiran Kritis Untuk Rakyat Indonesia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Simatupang. 1981. Pelopor Dalam Perang Pelopor Dalam Damai. Jakarta:
Sinar Harapan
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Sudharmono, dkk. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta: PT.
Citra Lamtoro Gung Persada
Thompson, Paul. 2012. Suara Dari Masa Silam Teori dan Metode Sejarah
Lisan. Yogyakarta: Ombak

89

2

TWH, Muhammad. 1999. Sumatera Utara Bergelora. Medan: Yayasan
Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan R.I
___________ . Inventarisasi Tugu Perjuangan 1945-1949 Daerah Sumatera
Utara. 1995. Medan: Panitia Penerbitan Buku Inventarisasi Tugu
Perjuangan 1945-1949 Daerah Sumatera Utara