PERJUANGAN LETTU CPM SURATNO DALAM UPAYA MELAWAN BELANDA DI DESA PANGGUNGREJO KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 1949

(1)

ABSTRAK

PERJUANGAN LETTU CPM SURATNO DALAM UPAYA MELAWAN BELANDA DI DESA PANGGUNGREJO

KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 1949

Oleh

Bambang Hernawan

Pada tanggal 11 maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya di Kota Agung, Belanda berusaha dengan keras untuk merebut Pringsewu. Usaha-usaha untuk merebut Pringsewu dengan menyerang dari jurusan Gadingrejo yang dipusatkan dari darat dan udara tidak berhasil. Maka pendaratan Belanda di Kota Agung adalah dengan tujuan untuk menyerang Pringsewu dari dua arah, yaitu arah Gadingrejo dan Talang Padang.

Angkatan laut Belanda yang mendarat di Kota Agung terus bergerak langsung ke Talang Padang dan Pringsewu. Akhirnya setelah melalui pertempuran-pertempuran sengit, Pringsewu jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 13 maret 1949. Pasukan Lettu Suratno kemudian mundur ke arah utara menyeberang sungai way sekampung ke daerah Sukoharjo. Pasukan menuju desa Pandan Sari dan diadakan kembali konsolidasi kekuatan yang menghasilkan putusan oleh Komandan Lettu CPM Suratno bahwa markas berkedudukan di Panggungrejo. Adapun yang menjadi rumusan masalah masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Perjuangan Lettu Suratno Dalam Upaya Melawan Belanda Di Desa Panggungrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis karena penelitain ini mengambil obyek masa lampau pada umumnya menggunakan metode historis.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa walaupun Belanda tidak henti mengadakan serangan-serangan untuk menerobos ke basis pertahanan di desa Panggungrejo, akan tetapi pasukan CPM Kompi C dibawah pimpinan Lettu CPM Suratno tetap dengan gigih menjaga dan melawan terhadap serangan-serangan Belanda, sampai terjadi perundingan desa Panggungrejo tidak pernah berhasil diduduki oleh tentara Belanda.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bambang Hernawan, dilahirkan di Desa Sukanegara Kecamatan Bangunrejo pada tanggal 10 Agustus 1988, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugito dan Ibu Ponirah.

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukanegara Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah, selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo dan selesai pada tahun 2004. Pendidikan selanjutnya dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Masuk Bersama (SPMB). Pada Tahun 2009 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jakarta sedangkan pada tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 14 Bandar Lampung selama 3 bulan.

Penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi intern kampus yaitu tahun 2007-2008 penulis aktif di Racana Pramuka Unila, tahun 2007-2008 aktif di HIMAPIS sebagai pengurus bidang pendidikan, tahun 2008-2009 aktif di FOKMA sebagai Sekretaris Umum.


(7)

MOTTO

Orang-Orang Yang Sukses Telah Belajar Membuat Diri

Mereka Melakukan Hal Yang Harus Dikerjakan Ketika Hal

Itu Memang Harus Dikerjakan, Entah Mereka Menyukainya

Atau Tidak

”.

(Aldus Huxley)

KEGEMILANGAN MASA DEPAN TERGANTUNG KEPADA

APA YANG KAMU PERBUAT

HARI INI

.


(8)

PERSEMBAHAN

Syukur tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa,

ALLAH SWT, atas segala kemudahan dan kasih sayang-Nya.

Bapak dan Ibuku tercinta (Sugito dan Ponirah),

terima kasihku yang tak berujung waktu.

Nenek tercinta (Mbah Semi) terima kasih atas kasih sayang,

semangat, Perhatian dan doa selama ini, yang mendidikku

sejak kecil, semoga cepat sembuh.

Adekku tercinta (Ari Wibowo) terima kasih atas perhatian

dan semangatnya,

Hatiku tercinta (Sevtiana) terima kasih atas cinta dan kasih

sayang, perhatiannya, semangatnya, kesabarannya, dan


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin....

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perjuangan Lettu CPM Suratno Dalam Upaya Melawan Belanda Di

Desa Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun 1949

pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. 6. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah M.H, Dosen Pembimbing I, terima kasih

atas nasihat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa, dan terima kasih pula atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

7. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembahas Utama, terima kasih atas kesediaannya, serta saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, serta Pembimbing Akademik (PA), terima kasih atas saran, kritik, solusi serta bimbingan yang tak kenal lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah. 10.Bapak Nur Ahmad Kepala Pekon Panggungrejo terima kasih telah

memberikan masukan dan informasi tentang desa Panggungrejo,

11.Sahabat-sahabat seperjuangan Woko, Herwin, Ardi, Aan, Ago, Juli, Togar, Four Nine, Hendra, Yogi, Rama, Neni, Era, Aldila, Ria, Ericka, Mandewi, Ririn, Mimi, Mega, Gris, Nining, Yanah, Arlen, Desi, Diaz, Yessi, Binti, Ina, Meli, Novia, Siti Rosidah, Wuri, Upik, terima kasih atas kebersamaan dan menjadi teman yang baik selama ini.

12.Rekan-rekan PPL SMPN 14 Bandar Lampung ; Ade, Rahmad, Adang, Mifta, Hendra, Yahya, Silvi, Tara, Beta, Anis, Dola. Terima kasih atas pengalaman dan persahabatan yang penuh perjuangan selama tiga bulan yang telah menginspirasiku.


(11)

13.Teman-teman pendidikan sejarah Angkatan 07 Non Reguler yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan yang baik selama ini.

14.Seluruh kakak dan adik tingkat pendidikan Sejarah FKIP UNILA.

15.Raja Com dan Silo Com, terima kasih atas fasilitas dan segalanya semoga Allah SWT memberikan yang terbaik buat semua.

16.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,

Bambang Hernawan NPM. 0713033017


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Kegunaan Penelitian ... 4

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Proses Perjuangan ... 7

2. Konsep Bentuk Perjuangan ... 8

3. Konsep Proses Perjuangan ... 8

4. Konsep CPM (Corps Polisi Militer) ... 10

B. Kerangka Pikir. ... 12

C. Paradigma ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Teknik Pengumpulan Data ... 19

1. Teknik Kepustakaan... ... 19

2. Teknik Dokumentasi ... 21

3. Teknik Wawancara ... 21

D. Teknik Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A HASIL 1. Riwayat Hidup Lettu CPM Suratno ... 24

2. Terbentuknya Corps Polisi Militer (CPM) di Karesidenan Lampung ... 30

3 Perjuangan Lettu CPM Suratno Di Pangungrejo Sukoharjo Pringsewu ... 32


(13)

3.1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung (1948-1949) .. 32 3.1.1 Persiapan ... 32 3.2 Perjuangan Melawan Belanda Di Pringsewu (1948-1949) ... 39 3.2.1 Pelaksanaan ... 39 3.3 Pertahanan Lettu CPM Suratno Di Panggungrejo ... 47 3.3.1 Hasil ... 47 3.3.1.1 Fungsi Daerah Sukoharjo Dalam Perang Gerilya .... 51

B. PEMBAHASAN

1. Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Pangungrejo Kecamatan Sukoharjo Tahun 1949 ... 54 2. Pertempuran di Daerah Sukoharjo Persiapan

Mengadakan Konsolidasi ... 55 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. ... 58 B. Saran ………. ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar ... 66

2. Hasil Wawancara ... 71

3. Rencana Judul Penelitian ... 74

4. Pengesahan Komisi Pembimbing ... 75

5. Surat Keterangan Penelitian ... 76


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Foto Lettu CPM Suratno ... 66

2. Foto Lettu CPM Suratno Dkk ... 67

3. Foto Jembatan Way Sekampung Pringsewu ... 68

4. Foto Monumen Perjuangan di Desa Panggungrejo Sukoharjo ... 69

5. Foto Rumah Markas Lettu CPM Suratno di Desa Panggungrejo ... 70


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang gigih dan tidak mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan diarahkan untuk mengadakan konsolidasi kekuatan perpanjangan dalam bidang pemerintah dan dalam bidang kekuatan militer untuk menahan serangan dari luar yang sewaktu-waktu mengancam kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan untuk menegakkan kemerdekaan dalam kurun waktu tahun 1946-1947 melawan Belanda telah melibatkan hampir seluruh lapisan sosial masyarakat, mulai dari lapisan sosial atas sampai bawah, mulai dari kota sampai pelosok desa. Perjuangan ini yang sering disebut sebagai perang kemerdekaan atau revolusi kemerdekaan, mulanya meletus di daerah perkotaan. Dalam perkembangannya kemudian, terutama setelah terjadinya agresi militer Belanda yang pertama tahun 1946-1947, perkembangan perjuangan kemerdekaan itu juga berkembang dan melibatkan desa-desa. Bahkan desa-desa itulah yang kemudian dijadikan sebagai basis perjuangan, khususnya dalam kaitannya dengan perang gerilya (Depdikbud, 1998 : 1).


(17)

2

Basis pertahanan desa bukan semata-mata tertuju pada aspek militer seperti daerah konsentrasi kekuatan tentara, melainkan juga dalam arti sebagai sumber dukungan logistik, dapur umum, dukungan moral, dan sebagainya.

Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan diarahkan untuk mengadakan konsolidasi kekuatan perjuangan dalam bidang pemerintahan dan dalam bidang kekuatan militer untuk menahan serangan dari luar yang sewaktu-waktu mengancam kemerdekaan. Pada awal tahun 1947, walaupun Belanda belum menduduki Lampung, tetapi suasana menghadapi agresi Belanda telah dipersiapkan.

Menjelang tahun 1949 sekitar bulan November dan Desember 1948, keadaan kota Tanjung Karang-Teluk Betung relatif tenang dan aman, dalam arti tidak terdengar adanya tembakan-tembakan, letusan senjata dan ledakan-ledakan seperti suasana dalam keadaan perang. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu masih dalam suasana genjatan senjata akibat adanya pejanjian renville.

Telah dipersiapkan bagaimana menghindari kepanikan jika terjadi penyerbuan, yaitu dengan menentukan bahwa para pemimpin sipil dan militer harus keluar dari kota dan melaksanakan gerilya di daerah-daerah tertentu. Disamping itu juga telah ditentukan ke daerah-daerah mana pengungsian keluarga-keluarga perwira TNI, pemimpin-pemimpin pejabat sipil dan lain-lain ke arah pedalaman dan pegunungan yaitu daerah Pringsewu, Way Lima, Gunung Meraksa, Talang Padang, Ulu Belu di wilayah Lampung Selatan, di sepanjang lereng bukit barisan.


(18)

3

Semua itu adalah berdasarkan strategi militer dan perjuangan yang telah digariskan oleh Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman, maka taktik menghadapi Belanda tidak akan mengadakan perlawanan terbuka, melainkan dengan taktik gerilya dan memutus jalur-jalur komunikasi lawan serta memecah kekuatan lawan atas kelompok kecil sehinga mudah diserang dan dihancurkan.

Disamping itu juga kerjasama dan bahu membahu dengan kekuatan perjuangan lain harus dibina dan dijaga kekompakannya, terutama yang menyangkut segi logistik. Dalam siasat perang gerilya, dukungan rakyat setempat sangat menentukan maka perlu dibina dan dipererat kerjasama antara tentara, laskar dan rakyat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai perjuangan lettu suratno dalam upaya melawan Belanda tahun 1949, setelah Pringsewu jatuh ditangan Belanda.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Perjuangan Lettu CPM Suratno membuat daerah basis pertahanan melawan Belanda,


(19)

4

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dianggap perlu untuk dikaji lebih dalam. Maka dalam hal ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu tentang Perjuangan Lettu Suratno Dalam Upaya Melawan Belanda Di desa Panggungrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 1949.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

masalah sebagai berikut : “ Bagaimana Proses Perjuangan Lettu Suratno Dalam Melawan Belanda Tahun 1949”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan Desa Panggungrejo yang digunakan pasukan Lettu Suratno sebagai basis pertahanan dari serangan Belanda tahun 1949,

2. Untuk mengetahui perjuangan rakyat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan penelitian ini antara lain : 1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca mengenai sejarah

perjuangan kemerdekaan di Lampung


(20)

5

3. Sebagai wacana untuk memperluas pengetahuan keilmuan sejarah

sehingga dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang ruang lingkupnya lebih luas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara kajian pustaka untuk mencari informasi yang dibutuhkan yaitu melalui Perpustakaan Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung, dan DPD Legium Veteran Bandar Lampung. Obyek penelitian ini adalah Perjuangan Lettu Suratno melawan Belanda di Desa Panggungrejo. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013, melalui pendekatan bidang ilmu sejarah.


(21)

6

REFERENSI

Depdik bud. 1998. Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan Di Sumatra Barat 1945-1950. CV. Eka Dharma. Jakarta.

Depdikbud. 1997. Peranan Masyarakat Desa Di Jawa Tengah Dalam Perjuangan Kemerdekaan Tahun 1945-1949 Daerah Kendal Dan Salatiga. CV. Putra Sejati Raya. Jakarta.

Dewan Harian Daerah A-45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung. CV. Mataram. Bandar Lampung.


(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Proses Perjuangan

Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan. Menurut Mohammad Ali (1985:24) yang dimaksud dengan proses adalah serangkaian tahapan yang harus dilalui dengan harapan agar semua tujuan dapat terwujud. Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan proses sebagai serangkaian kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan kemudian hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang sistematis atau tahapan yang jelas yang mempunyai akibat yang ditimbulkan dan jika setiap tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah pada hasil yang diinginkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 22 Juni 2014, pukul 22:22).

Dari pendapat di atas yang dimaksud dengan proses adalah suatu runtutan peristiwa yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan tertentu yang saling berhubungan dan menimbulkan suatu perubahan yaitu mulai dari persiapan, pelaksanaan, akibat yang ditimbulkan serta hasil yang diinginkan dapat tercapai. Maka proses perjuangan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan terdapat akibat yang ditimbulkan


(23)

8

serta hasil atau tujuan yang didapatkan dari suatu perjuangan yang dilakukan dari suatu usaha dan perlawanan untuk mempertahankan.

2. Konsep Bentuk Perjuangan

“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu

dikalangan militer dengan memakai strategi-diplomasi (Non Fisik) dan menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik) (Yahya A.Muhaimin, 1982 :

27)”.

Dari penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ditempuh denga dua bentuk yaitu perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.

Menurut Sagimun MD, 1989 :331, membedakan bentuk perjuangan non fisik dan perjuangan fisik adalah sebagai berikut :

Perjuangan non fisik :

1. Mengadakan perundingan-perundingan 2. Menarik simpati dari dunia internasional 3. Membentuk organisasi

4. Melakukan propaganda

5. Menghasilkan sebuah kesepakatan Perjuangan Fisik :

1. Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2. Dilakukan dengan pertempuran

3. Menimbulkan banyak korban Sumber : Sagimun MD 1989 : 331

3. Konsep Proses Perjuangan

Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan. Pada masa penjajahan, perjuangan adalah segala usaha


(24)

9

yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan. Sementara itu pada awal kemerdekaan, perjuangan dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan mempunyai arti luas, sehingga apa yang dilaksanakan oleh pahlawan-pahlawan di Nusantara merupakan peristiwa-peristiwa dalam perjuangan nasional Indonesia (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).

Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi; berlanggaran (Hoetoma M.A, 2005:224).

Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan. (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).

Perjuangan adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai dorongan perintis yang mengantarkan bangsa kedepan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala pengorbanan-pengorbanan (C.S.T Kansil dan Julianto, 1996: 182).

Perjuangan pada dasarnya memiliki banyak varian, dalam perjuangan dominan dilakukan dengan cara-cara peperangan dan juga adu pasukan di medan perang. Perjuangan juga tidak hanya sesuatu yang dilakukan dengan cara peperangan, namun dapat diartikan usaha-usaha mendapatkan atau mempertahankan sesuatu.

Mengenai perjuangan maka terdapat pendapat dari beberapa tokoh, antara lain yang pertama adalah Ben Anderson yang menyatakan bahwa perjuangan adalah


(25)

10

suatu usaha yang didasari dengan niat untuk membangkitkan suatu bangsa dari keterpurukan, ketertinggalan dan segala macam ancaman serta fakor yang bisa mengganggu gugat keutuhan sebuah kesatuan yang dinamakan bangsa. (Ben Anderson,2007.Http//dewa-api.blogspot.com). Selanjutnya menurut CST Kansil dan Julianto perjuangan adalah suatu usaha yang dilakukan bangsa Indonesia dalam rangka untuk mencapai kemerdekaan dalam organisasi yang teratur (Kansil dan Julianto.1984:15). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya untuk merebut sesuatu. (W.J.S. Purwadarminta,1985:647).

Perjuangan dan pergerakan timbul karena rakyat berkeinginan untuk menuju kepada perbaikan nasib, mengarah kepada kesejahteraan lahir batin. Semuanya itu dapat hanya dapat dijangkau kalau kunci untuk itu dapat digenggam, yakni kemerdekaan bangsa. Adanya jarak pemisah antara rakyat dengan penguasa kolonial yang begitu lebar mengakibatkan makin besarnya perasaan sentimen dan kebencian rakyat terhadap kaum penjajah. Semangat rakyat semakin kuat lagi setelah adanya usaha dari pihak pemerintah kolonial untuk membelokkan arah menuju status dominion. Tuntutan rakyat lewat kaum nasionalis selalu ditolak karena dipandang sebagai hal yang merugikan bagi pemerintah jajahan.

4. Konsep CPM (Corps Polisi Militer)

Polisi tentara merupakan nama awal dari satuan Polisi Militer, di Lampung dahulu Corps Polisi Militer (CPM) bernama Polisi Tentara Resimen XI Brigader Garuda


(26)

11

Hitam, namun setelah tahun 1948 Polisi Tentara digabungkan dengan polisi tentara laut serta udara dan kemudian berubah nama menjadi Corps Polisi Militer.

Angkatan Darat merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia terbesar di Indonesia yang memiliki beberapa kecabangan di dalam kesatuan. Kecabangan dari TNI AD yaitu :

1. Infantri (INF) 2. Kavaleri (KAV) 3. Artileri Medan (ARM) 4. Corps Polisi Militer (CPM) 5. Zeni (CZI)

6. Peralatan (CPL) 7. Perhubungan (CHB) 8. Ajudan Jendral (CAJ)

9. Pembekalan Angkutan (CBA) 10.Topografi (CTP)

11.Kesehatan Militer (CKM) 12.Keuangan (CKU)

13.Hukum (CHK) 14.Penerbangan (CPN)

Corps Polisi Militer (CPM) merupakan kecabangan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang mengalami perubahan nama akibat diadakannya rekonstruksi dan rasionalisasi yang diputuskan oleh Amir Syarifudin yang merubah nama TRI menjadi TNI dengan Panglima besar Jendral Sudirman, sejak saat itu, Polisi Tentara juga mengalami perubahan. Polisi Tentara, Polisi Tentara Laut dan Polisi Tentara Udara digabung menjadi satu kesatuan dengan nama Corps Polisi Militer (CPM) yang fungsinya untuk mengawasi gerakan-gerakan musuh, menarik perhatian musuh untuk keluar dari sarangnya agar mereka tidak merasa aman, operasi propaganda atau intelijen lapangan dengan tujuan mengantisipasi propaganda lawan dan mengadakan pengacauan di daerah musuh/daerah pendudukan Belanda (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 336).

Dari penjelasan para ahli di atas, maka Corps Polisi Militer (CPM) merupakan kecabangan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang bertugas sebagai penegak hukum disiplin dan tata tertib di lingkungan TNI AD serta menjaga dan mempertahankan keamanan negara yang tugas dan fungsinya diatur


(27)

12

oleh Undang-Undang dan Lettu CPM Suratno adalah pimpinan CPM pada tahun 1949.

B. Kerangka Pikir

Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan diarahkan untuk mengadakan konsolidasi kekuatan perjuangan dalam bidang pemerintahan dan bidang kekuatan militer untuk menahan serangan dari luar yang sewaktu-waktu mengancam kemerdekaan.

Menjelang tahun 1949, sekitar bulan November dan Desember 1948, keadaan kota Tanjungkarang-Telukbetung relatif tenang dan aman, dalam arti tidak terdengar adanya tembakan-tembakan seperti suasana keadaan dalam keadaan perang. Pada tanggal 1 Januari 1949 kapal perang Belanda menuju ke Teluk Lampung, kapal tersebut berusaha mendarat di pelabuhan Panjang. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1949 Tanjung Karang-Teluk Betung dikuasai Belanda setelah terjadi kontak senjata dengan pejuang.

Pasukan CPM dibawah Kapten Suratno dan pasukan kompi bantuan dari batalyon mobil di bawah Lettu Supomo setelah melihat kekuatannya tidak seimbang kemudian meninggalkan kota Tanjung Karang menuju ke Haji Pemanggilan melalui Pringsewu dan Pamansalak. Sehingga telah dipersiapkan bagaimana menghindari kepanikan jika terjadi penyerbuan, yaitu dengan menentukan bahwa pemimpin sipil dan militer harus keluar dari kota dan melaksanakan gerilya didaerah-daerah tertentu.


(28)

13

Berdasarkan strategi militer dan perjuangan yang telah digariskan oleh Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman, maka taktik manghadapi Belanda tidak akan mengadakan perlawanan terbuka, melainkan dengan taktik gerilya dan memutus jalur-jalur komunikasi lawan serta memecah kekuatan lawan.

Sehingga pasukan Lettu CPM Suratno mundur ke Kemiling, Gedongtataan, Pringsewu, hingga membuat pertahanan di Sukoharjo, setelah beberapa kali melawan kekuatan Belanda yang dimulai dari Tanjung Karang sampai Pringsewu. Pasukan CPM Kompi C Lettu CPM Suratno akhirnya mundur setelah Pringsewu dikuasai Belanda pada tanggal 13 Maret 1949, pasukan CPM Kompi C Lettu CPM Suratno mundur kearah utara menyeberang Way Sekampung dan membuat pertahanan di Desa Panggungrejo.


(29)

14

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Kegiatan : Garis Tujuan

Perjuangan Lettu CPM Suratno Di Desa Panggungrejo Kabupaten Pringsewu

Tahun 1949

Perlawanan di Kecamatan Sukoharjo - Persiapan

Mengadakan Konsolidasi Pasukan - Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan, Bentuk Perjuangan, Tempat Terjadi - Hasil

Diadakan perundingan antara CPM dengan Belanda

Proses Pertahanan Pasukan Lettu CPM Suratno Melawan Belanda Tahun 1949 Di Panggungrejo


(30)

15

REFERENSI

Depdikbud. 1997. Peranan Masyarakat Desa Di Jawa Tengah Dalam Perjuangan Kemerdekaan Tahun 1945-1949 Daerah Kendal Dan Salatiga. CV. Putra Sejati Raya. Jakarta.

Dewan Harian Daerah A-45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung. CV. Mataram. Bandar Lampung.

Wasistiono, Sadu. Irwan, Tahrir M. 2007. Prospek Pengembangan Desa. CV Fokus Media. Bandung.


(31)

16

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan

Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 :2).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Metode historis adalah metode yang merupakan sekumpulan prinsip-prinsip dan aturan yang sistematis untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan bagi sejarahwan dengan menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis (Nugroho Notosuanto, 1994:22).

Menurut Louis Gottschaalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu. (Louis Gottschaalk, 1986:32). Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian suatu keadaan yang berlangsung pada lalu terlepas dari keadaan sekarang.


(32)

17

Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. (Sumadi Suryabrata, 1992:16)

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian historis. Karena penelitian ini mengambil peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Penelitian sejarah merupakan salah satu penelitian untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta mentesiskanbukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. (Drs. Sumardi Suryabrata. 2012:73).

Dalam hal ini penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu. Pendapat lain menyatakan bahwa :

“Metode peneliian historis adalah sekumplan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menjadikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya ” (Nugroho Notosusanto.1984:11)

Langkah-langkah dalam penelitian historis meliputi :

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan data-data atau sumber- sumber sejarah,


(33)

18

2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah sejati baik isi maupun bentuknya,

3. Interpretasi adalah setelah mendapatkan fakta-faka yang diperlukan maka kita akan merangkaikan fakta-faka itu menjadi keseluruhan yang masuk akal. 4. Historiografi adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil

penelitian (Nugroho Notosusanto, 1984:11).

B. Variabel Penelitian

Untuk lebih mempermudah cara kerja dalam suatu penelitian, maka variabel merupakan sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja karena dengan variabel kita lebih dapat memfokuskan pada apa yang menjadi objek penelitian kita.

Variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya yang bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian (Hadari Nawawi, 1996: 55). (Nugroho Notosusanto, 1984 : 55). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 91) mendefinisikan Variabel sebagai suatu objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah suatu objek yang menjadi perhatian peneliti dalam melakukan sebuah penelitian.


(34)

19

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data selalu memiliki hubungan dengan dengan masalah yang hendak dipecahkan atau diteliti. Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan agar lebih akurat.

Pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang diperlukan (Muhammad Nazir, 1993 : 211). Oleh sebab itu diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat diperoleh data-data yang akan dapat menjawab dari apa yang menjadi permasalahan dari penelitian yang direncanakan.

Berikut beberapa teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian yang dilakukan :

1. Teknik Kepustakaan

Studi pustaka menurut Mestika Zed (2004 : 3) merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Teknik kepustakaan merupakan studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh diperpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi 1993:133).


(35)

20

Sedangkan menurut Kontjaraningrat (1997 : 8) menyatakan bahwa teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.

Adapun manfaat dari penggunaaan teknik kepustakaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah topik penelitian kita telah diteliti oleh orang lain

sebelumnya, sehingga penelitian kita bukan hasil duplikasi.

2. Untuk mengetahui hasil penelitian orang lain yang ada kaitannya dengan penelitian kita, sehingga kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan referensi tambahan,

3. Untuk memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah dalam penelitian kita,

4. Untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang telah diterapkan.

Dengan demikian, teknik kepustakaan adalah teknik dalam pengumpulan data melalui buku-buku, koran, naskah serta materi lainnya yang ada diperpustakaan dalam upaya untuk memperoleh argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang sesuai dengan kajian yang akan diteliti.


(36)

21

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan denga masalah yang diteliti, sehingga akan memperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi. 2008 : 158).

dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, notulen, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikuto. 1989 : 188).

Berdasarkan pendapat di atas, maka teknik dokumentasi yang penulis gunakan meliputi berbagai literatur buku, surat kabar, dokumenter dan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti.

3. Teknik Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab dengan sumber data. (Moh.Ali, 185:83). Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan dengan percakapan langsung dari orang yang paham tentang perjuangan Lettu CPM Suratno. Jadi wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur.

Dalam hal ini, analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah anlisis data kualitatif mengingat data tersebut berupa fenomena-fenomena yang


(37)

22

terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dari karangan para sajarawan sehingga memelukan pemikiran yang tepat dalam menyelesaikan masalah penelitian tersebut.

D. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif menurut Muhammad Ali (1985 : 151) yaitu:

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

2. Klasifikasi Data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.

3. Pengolahan Data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya kedalam suasana kalimat secara kronologis sehingga mudah dipahami.

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenarannya.


(38)

23

REFERENSI

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa, Bandung.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia,


(39)

58

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut:

1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung (1948-1949)

Pada mulanya tahun 1947, walaupun Belanda belum menduduki Lampung tetapi suasana menghadapi agresi Belanda telah dipersiapkan. Daerah Lampung sebagai bagian dari provinsi Sumatra Selatan ikut merasakan bagaimana suasana menghadapi agresi Belanda dan sekutu.

Daerah Lampung sebagai bagian dari Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta, dalam kenyataannya berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sebagai daerah lumbung padi untuk Sumatra Bagian Selatan, penduduk daerah Lampung berusaha dan bekerja sebagaimana biasanya. Lampung masih menikmati kemerdekaan bahkan turut memeriahkan hari Proklamasi 17 Agustus 1948 yang dipusatkan dilapangan Enggal Tanjung Karang. Kemeriahan ini tidak terjadi pada tahun berikutnya, karena daerah Lampung sudah diduduki oleh tentara Belanda.


(40)

59

Suasana pertengahan tahun 1948 tetap diliputi oleh kewaspadaan, karena pasukan Belanda sudah berada di Baturaja dan Martapura. Karena itulah pada saat menyusun strategi pertahanan daerah Lampung terdepat daerah pertahanan militer bagian utara dan bagian selatan. Sedangkan daerah pertahanan bagian tengah menunggu apabila kedua pertahanan itu telah diterobos oleh Belanda.

Pada tanggal 15 september 1948, diadakan pemisahan kesatuan Sub-Territorial dan Mobil secara administrasi dan sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan penetapan panglima TNI Komando Sumatra, khusus Batalyon Mobil telah selesai berikut persenjataannya. Hampir seluruh perwira-perwira pertama Brigade Garuda Hitam ditempatkan menurut organisasi dan formasi yang baru dengan posisi masing-masing, baik dalam Sub-Territorial dan mobil. Hanya yang belum selesai penempatan dan pemindahan perwira menduduki fungsi-fungsi desa militer karena terlalu banyak desa-desa yang ada di lampung dan Palembang Selatan. Akhirnya desa militer ini hanya pada desa-desa tertentu yang dianggap penting dan strategis.

Pengumuman itu dilaksanakan pada tengah malam tanggal 31 Desember 1948 kepada semua daerah Lampung. Batalyon mobil kompi I dan kompi II baru berangkat ke Lampung Utara pada pukul 03.00 tanggal 1 Januari 1949. Kemudian pukul 05.00 Komandan STL meninggalkan Tanjungkarang ke Gedongtataan dan pada jam tersebut Belanda sudah mulai mendarat di Panjang.


(41)

60

2. Perjuangan Melawan Belanda Di Pringsewu (1948-1949)

Dengan didudukinya kota Tanjung Karang-Teluk Betung oleh Belanda tidak berarti bahwa Indonesia kalah perang. Pasukan Polisi Militer di bawah Lettu CPM Suratno bertempur melawan Belanda di Kaliawi dan Langkapura dan berusaha untuk membuktikan bahwa tentara dan lasykar Indonesia masih sanggup mengusik kedudukan Belanda.

Belanda pun terus menyerang, hingga waktunya pun pada tanggal 15 januari 1949 pasukan Belanda lagi-lagi menyerang di Gedongtaan yang dilakukan melalui Branti. Pada sore harinya Gedongtaan jatuh ditangan Belanda setelah mengalami pertempuran sengit. Namun malam harinya pasukan kita mengadakan serangan balasan yang dilakukan oleh Pasukan CPM Kompi C dipimpin Kapten Suratno setelah mengadakan konsolidasi dan mengatur strategi untuk menyerang Belanda di Gedongtaan.

Sehingga Belanda terpaksa mundur kembali ke Tanjungkarang pada hari berikutnya yaitu tanggal 16 januari 1949. Namun pasukan Belanda mengadakan serangan kembali disertai serangan pesawat udara dengan menembaki Staf Komando di Gadingrejo. Tetapi serangan itu tidak berhasil menembus dan merebut pertahanan kita. Akibat seringnya serangan Belanda yang terus-menerus terhadap garis pertahanan di Gadingrejo, maka Staf Komando terpaksa mundur dipindahkan ke Pringsewu.


(42)

61

3. Pertahanan Lettu CPM Suratno di Panggungrejo

Pos-pos pertahanan yang dibuat oleh pasukan CPM Kompi C pimpinan Lettu CPM Suratno dipusatkan untuk pengamanan pertahanan pos terdepan, karena daerah-daerah tersebut merupakan sumber supplay bahan pangan yang sangat diperlukan oleh pasukan CPM di dalam operasi jangka panjang.

Pos-pos dipertahankan dengan gigih oleh Pasukan CPM Kompi C karena daerah-daerah itu merupakan sumber supplay bahan pangan yang sangat diperlukan oleh Kemudian Belanda mengarahkan penyerangan ke Fajar Baru dengan tujuan ingin merebut senjata kikangho yang dimiliki pasukan Lettu Abdulhak. Tetapi usaha serangan Belanda Gagal merebut senjata itu. Pasukan Lettu Abdulhak kemudian mundur ke Pandansari pertahanan Lettu CPM Suratno.

Seperti diketahui bahwa disebelah timur Sukoharjo yaitu Panggungrejo adalah markas Staf Komando CPM Kompi C dibawah Lettu CPM Suratno untuk mengawasi dan mempertahankan daerah ini dari serangan Belanda. CPM juga selalu menempatkan senjata kikangho diatas bukit yang kemudian bukit tersebut kini diberi nama bukit sutopo, karena yang menjaga bukit tersebut saat menjadi benteng pertahanan adalah Sersan Sutopo dan pada saat itu, jembatan sekampung telah diputus oleh pasukan Lettu CPM Suratno agar Belanda kesulitan menembus pertahanan Panggungrejo.

Kemudian, karena serangan-serangan Belanda dari darat selalu gagal, maka Belanda melakukan serangan dari udara. Bukit Ungkal, dimana pertahanan Serma Silitonga berada, diserang dari udara hampir setiap hari penuh. Pesawat terbang


(43)

62

Belanda berputar-putar bolak-balik hingga puluhan kali menembaki benteng Serma Silitonga. Sebaliknya Serma Silitonga juga tidak tinggal diam bersembunyi, tetapi justru setiap kali pesawat terbang itu menukik untuk melepaskan tembakan, dibalas juga tembakan dari Serma Silitonga dari senjata yang pegang, yaitu kikangho. Tembakan Serma Silitonga terhadap pesawat Belanda akhirnya membuahkan hasil, pesawat akhirnya meninggalkan arena pertempuran. Menurut keterangan pihak Belanda, diketahui bahwa pesawat itu rusak terkena tembak dan mendarat dilapangan terbang Branti.

Keberhasilan pasukan Lettu CPM Suratno menjaga benteng pertahanan dalam menghadapi dan melawan serangan udara itu, kemudian esok harinya dikibarkanlah bendera Merah Putih diatas bukit yang sejak terjadinya pertempuran tersebut, sehingga bukit itu diberi nama bukit silitonga. Pertahanan Sukoharjo sampai masa pengakuan kedaulatan tidak dapat direbut Belanda.

B. SARAN

Perjuangan Lettu CPM Suratno di Lampung merupakan perjuangan yang sangat berat dan penuh pengorbanan bersama rakyat untuk memepertahankan kemerdekaan di Lampung agar Indonesia tetap menjadi Negara Kesatuan yang merdeka dan terbebas dari bentuk penjajahan. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi muda penerus bangsa Indonesia khususnya Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan


(44)

63

meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Menghargai perjuangan para pejuang khususnya daerah Lampung yang telah banyak berkorban dalam merebut, membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

3. Hendaknya dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan perjuangan yang dilakukan oleh Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung dari ancaman bangsa asing yang ingin menjajah kembali negara Indonesia khususnya di Lampung.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis. Bina Aksara, Bandung.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Depdik bud. 1998. Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan Di Sumatra

Barat 1945-1950. CV. Eka Dharma. Jakarta.

Depdikbud. 1997. Peranan Masyarakat Desa Di Jawa Tengah Dalam Perjuangan Kemerdekaan Tahun 1945-1949 Daerah Kendal Dan Salatiga. CV. Putra Sejati Raya. Jakarta.

Dewan Harian Daerah A-45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung. CV. Mataram. Bandar Lampung.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia, Jakarta.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta. Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Tirtoprojo, Susanto. 1984. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. PT Pembangunan. Jakarta.

Wasistiono, Sadu. Irwan, Tahrir M. 2007. Prospek Pengembangan Desa. CV Fokus Media. Bandung.

W.J.S. Purwadarminta,1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.


(1)

Suasana pertengahan tahun 1948 tetap diliputi oleh kewaspadaan, karena pasukan Belanda sudah berada di Baturaja dan Martapura. Karena itulah pada saat menyusun strategi pertahanan daerah Lampung terdepat daerah pertahanan militer bagian utara dan bagian selatan. Sedangkan daerah pertahanan bagian tengah menunggu apabila kedua pertahanan itu telah diterobos oleh Belanda.

Pada tanggal 15 september 1948, diadakan pemisahan kesatuan Sub-Territorial dan Mobil secara administrasi dan sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan penetapan panglima TNI Komando Sumatra, khusus Batalyon Mobil telah selesai berikut persenjataannya. Hampir seluruh perwira-perwira pertama Brigade Garuda Hitam ditempatkan menurut organisasi dan formasi yang baru dengan posisi masing-masing, baik dalam Sub-Territorial dan mobil. Hanya yang belum selesai penempatan dan pemindahan perwira menduduki fungsi-fungsi desa militer karena terlalu banyak desa-desa yang ada di lampung dan Palembang Selatan. Akhirnya desa militer ini hanya pada desa-desa tertentu yang dianggap penting dan strategis.

Pengumuman itu dilaksanakan pada tengah malam tanggal 31 Desember 1948 kepada semua daerah Lampung. Batalyon mobil kompi I dan kompi II baru berangkat ke Lampung Utara pada pukul 03.00 tanggal 1 Januari 1949. Kemudian pukul 05.00 Komandan STL meninggalkan Tanjungkarang ke Gedongtataan dan pada jam tersebut Belanda sudah mulai mendarat di Panjang.


(2)

2. Perjuangan Melawan Belanda Di Pringsewu (1948-1949)

Dengan didudukinya kota Tanjung Karang-Teluk Betung oleh Belanda tidak berarti bahwa Indonesia kalah perang. Pasukan Polisi Militer di bawah Lettu CPM Suratno bertempur melawan Belanda di Kaliawi dan Langkapura dan berusaha untuk membuktikan bahwa tentara dan lasykar Indonesia masih sanggup mengusik kedudukan Belanda.

Belanda pun terus menyerang, hingga waktunya pun pada tanggal 15 januari 1949 pasukan Belanda lagi-lagi menyerang di Gedongtaan yang dilakukan melalui Branti. Pada sore harinya Gedongtaan jatuh ditangan Belanda setelah mengalami pertempuran sengit. Namun malam harinya pasukan kita mengadakan serangan balasan yang dilakukan oleh Pasukan CPM Kompi C dipimpin Kapten Suratno setelah mengadakan konsolidasi dan mengatur strategi untuk menyerang Belanda di Gedongtaan.

Sehingga Belanda terpaksa mundur kembali ke Tanjungkarang pada hari berikutnya yaitu tanggal 16 januari 1949. Namun pasukan Belanda mengadakan serangan kembali disertai serangan pesawat udara dengan menembaki Staf Komando di Gadingrejo. Tetapi serangan itu tidak berhasil menembus dan merebut pertahanan kita. Akibat seringnya serangan Belanda yang terus-menerus terhadap garis pertahanan di Gadingrejo, maka Staf Komando terpaksa mundur dipindahkan ke Pringsewu.


(3)

3. Pertahanan Lettu CPM Suratno di Panggungrejo

Pos-pos pertahanan yang dibuat oleh pasukan CPM Kompi C pimpinan Lettu CPM Suratno dipusatkan untuk pengamanan pertahanan pos terdepan, karena daerah-daerah tersebut merupakan sumber supplay bahan pangan yang sangat diperlukan oleh pasukan CPM di dalam operasi jangka panjang.

Pos-pos dipertahankan dengan gigih oleh Pasukan CPM Kompi C karena daerah-daerah itu merupakan sumber supplay bahan pangan yang sangat diperlukan oleh Kemudian Belanda mengarahkan penyerangan ke Fajar Baru dengan tujuan ingin merebut senjata kikangho yang dimiliki pasukan Lettu Abdulhak. Tetapi usaha serangan Belanda Gagal merebut senjata itu. Pasukan Lettu Abdulhak kemudian mundur ke Pandansari pertahanan Lettu CPM Suratno.

Seperti diketahui bahwa disebelah timur Sukoharjo yaitu Panggungrejo adalah markas Staf Komando CPM Kompi C dibawah Lettu CPM Suratno untuk mengawasi dan mempertahankan daerah ini dari serangan Belanda. CPM juga selalu menempatkan senjata kikangho diatas bukit yang kemudian bukit tersebut kini diberi nama bukit sutopo, karena yang menjaga bukit tersebut saat menjadi benteng pertahanan adalah Sersan Sutopo dan pada saat itu, jembatan sekampung telah diputus oleh pasukan Lettu CPM Suratno agar Belanda kesulitan menembus pertahanan Panggungrejo.

Kemudian, karena serangan-serangan Belanda dari darat selalu gagal, maka Belanda melakukan serangan dari udara. Bukit Ungkal, dimana pertahanan Serma Silitonga berada, diserang dari udara hampir setiap hari penuh. Pesawat terbang


(4)

Belanda berputar-putar bolak-balik hingga puluhan kali menembaki benteng Serma Silitonga. Sebaliknya Serma Silitonga juga tidak tinggal diam bersembunyi, tetapi justru setiap kali pesawat terbang itu menukik untuk melepaskan tembakan, dibalas juga tembakan dari Serma Silitonga dari senjata yang pegang, yaitu kikangho. Tembakan Serma Silitonga terhadap pesawat Belanda akhirnya membuahkan hasil, pesawat akhirnya meninggalkan arena pertempuran. Menurut keterangan pihak Belanda, diketahui bahwa pesawat itu rusak terkena tembak dan mendarat dilapangan terbang Branti.

Keberhasilan pasukan Lettu CPM Suratno menjaga benteng pertahanan dalam menghadapi dan melawan serangan udara itu, kemudian esok harinya dikibarkanlah bendera Merah Putih diatas bukit yang sejak terjadinya pertempuran tersebut, sehingga bukit itu diberi nama bukit silitonga. Pertahanan Sukoharjo sampai masa pengakuan kedaulatan tidak dapat direbut Belanda.

B. SARAN

Perjuangan Lettu CPM Suratno di Lampung merupakan perjuangan yang sangat berat dan penuh pengorbanan bersama rakyat untuk memepertahankan kemerdekaan di Lampung agar Indonesia tetap menjadi Negara Kesatuan yang merdeka dan terbebas dari bentuk penjajahan. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Kepada generasi muda penerus bangsa Indonesia khususnya Daerah Lampung untuk lebih giat mempelajari, menggali sejarah daerah dan


(5)

meningkatkan rasa nasionalisme sehingga dapat mengisi kemerdekaan dengan baik dan dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.

2. Menghargai perjuangan para pejuang khususnya daerah Lampung yang telah banyak berkorban dalam merebut, membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

3. Hendaknya dapat mengambil hikmah dari peristiwa pertempuran dan perjuangan yang dilakukan oleh Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung dari ancaman bangsa asing yang ingin menjajah kembali negara Indonesia khususnya di Lampung.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis. Bina Aksara, Bandung.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Depdik bud. 1998. Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan Di Sumatra

Barat 1945-1950. CV. Eka Dharma. Jakarta.

Depdikbud. 1997. Peranan Masyarakat Desa Di Jawa Tengah Dalam Perjuangan Kemerdekaan Tahun 1945-1949 Daerah Kendal Dan Salatiga. CV. Putra Sejati Raya. Jakarta.

Dewan Harian Daerah A-45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung. CV. Mataram. Bandar Lampung.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia, Jakarta.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta. Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Tirtoprojo, Susanto. 1984. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. PT Pembangunan. Jakarta.

Wasistiono, Sadu. Irwan, Tahrir M. 2007. Prospek Pengembangan Desa. CV Fokus Media. Bandung.

W.J.S. Purwadarminta,1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.