Analisis Soal Literasi Sains

49 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Perhitungan CVR dilakukan untuk menentukan apakah sebuah item diterima atau ditolak. Untuk menentukan validitas tiap aspek, dilakukan perhitungan Content Validation Index CVI. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan Lawshe, 1975. 3.2 Setelah divalidasi, bahan ajar langsung diujicobakan kepada siswa. Ujicoba pembelajaran dilakukan sebanyak lima pertemuan.

3. Analisis Soal Literasi Sains

Status dari implementasi pembelajaran ini adalah untuk mengujicobakan bahan ajar yang telah disusun, bukan implementasi penelitian sebenarnya. Pretes dan postes dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah diuji validitas isinya saja. Analisis soal ini dilakukan untuk melengkapi informasi tentang kualitas tes, jika ada peneiti lain yang bertujuan menggunakan instrumen ini pada penelitian sebenarnya. a. Validitas Bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin ini ditujukan untuk meningkatkan literasi sains siswa. Oleh sebab itu, soal-soal evaluasi yang digunakan harus disesuaikan dengan indikator-indikator literasi sains. Soal-soal evaluasi yang digunakan diuji validitas isinya. Tes yang memiliki validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai Djaali dan Pudji, 2008. Validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran, sehingga tidak memerlukan cara perhitungan tertentu untuk menentukannya. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah lembar penilaian kesesuaian butir soal dengan indikatornya, serta tata tulis soal. Validitas isi diuji melalui penilaian 50 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dosen mengenai soal-soal literasi sains selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.3.a. Semua butir soal telah dinyatakan sesuai dengan indikatornya. Adapun koreksi yang harus dilakukan berkenaan dengan tata tulis butir soal, diantaranya: penggunaan huruf kapital dan jumlah titik pada tipe soal melengkapi kalimat. Soal-soal literasi sains juga digunakan untuk mengukur kemampuan akademis. Instrumen ini bisa dikatakan valid jika siswa yang memiliki prestasi akademis yang baik akan mendapatkan skor tinggi pada kegiatan postes. Metode pembeda merupakan validitas yang digunakan untuk membedakan antara orang yang memiliki sifat tertentu dengan orang yang tidak memiliki sifat tersebut Sukardi, 2011. Diperlukan nilai pembanding sebagai kriteria eksternal, untuk menguji validitas kriteria validitas banding dari instrumen. Untuk menentukan tingkat validitas kriteria suatu tes dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar yang telah mencerminkan kemampun siswa Priatna, 2008. Nilai yang dipilih sebagai kriteria eksternal adalah nilai ujian tengah semester UTS. Kedua kumpulan nilai akan dicari koefisien korelasinya dengan menggunakan persamaan korelasi produk momen Pearson. r xy : Koefisien korelasi n : jumlah siswa X : skor postes Y :skor UTS kriteria. Nilai koefisien korelasi hasil perhitungan r hit harus dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi pearson dari tabel, pada dk = n-2 dan taraf signifikansi 0,05 r dk, 0,05 . Tes diinterpretasikan 51 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu valid, jika nilai r hit r dk, 0,05 . Guilford 1956 dalam Priatna 2008 mengemukakan kategori validitas instrumen sebagai berikut: 0,8 r ≤ 1,0 validitas sangat tinggi 0,6 r ≤ 0,8 validitas tinggi 0,4 r ≤ 0,6 validitas sedang 0,2 r ≤ 0,4 validitas rendah 0,0 r ≤ 0,2 validitas sangat rendah r ≤ 0,0 tidak valid. Setelah tata tulis butir soalnya dikoreksi, tes digunakan dalam kegiatan pretes dan postes. Data dari postes digunakan untuk menguji validitas kriteria tes, memanfaatkan nilai UTS siswa sebagai pembandingnya. Perhitungan Lampiran B.3.b menghasilkan nilai koefisien validitas sebesar 0,59. Nilai ini lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n-2, sebesar 0,2826. Hal ini menunjukan bahwa tes valid dan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan akademis siswa, dengan kriteria sedang. b. Reliabilitas Syarat kedua untuk menentukan layak tidaknya suatu instrumen adalah nilai reliabilitas. Reliabilaitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur Priatna, 2008. Perhitungan koefisien reliabilitas pada penelitian ini menggunakan persamaan Kuder-Richardson KR-21, seperti pada persamaan 3.4. r 11 : koefisien korelasi M : rata-rata skor total. n : jumlah butir soal s 2 : variansi total. 52 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Guilford 1956 dalam Priatna 2008 mengemukakan kategori derajat reliabilitas instrumen yang diiperoleh, yang dapat dilihat dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria 0,81 r ≤ 1,00 sangat tinggi 0,61 r ≤ 0,80 Tinggi 0,41 r ≤ 0,60 Sedang 0,21 r ≤ 0,40 Rendah 0,00 r ≤ 0,21 sangat rendah Perhitungan pada Lampiran B.3.b menghasilkan nilai r 11 sebesar 0,75. Berdasarkan informasi dalam Tabel 3.7, dapat disimpulkan bahwa tes termasuk kriteria reliabilitas tinggi. c. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah Arikunto, 2009. Karno To 1996 mengemukakan langkah-langkah menentukan daya pembeda tiap butir soal sebagai berikut: 1 Mengurutkan siswa berdasarkan skor total yang diperoleh dari skor terbesar. 2 Mengambil kelompok atas, yaitu 27 siswa yang mendapat skor tertinggi dan kelompok bawah, yaitu 27 siswa yang mendapatkan skor terendah. 3 Menghitung daya pembeda tiap butir soal dengan persamaan: DP : daya pembeda. B A : jumlah jawaban benar pada kelompok atas. 53 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B B : jumlah jawaban benar pada kelompok bawah. N A : jumlah siswa pada kelompok atas. Arikunto 2009 mengemukakan interpretasi angka hasil perhitungan daya pembeda, yang dapat dilihat pada Tabel 3.8 Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda Koefisien Korelasi Kriteria 0,70 – 1,00 baik sekali exelent 0,40 – 0,70 Baik good 0,20 – 0,40 Cukup satisfactory 0,00 – 0,20 Jelek poor Dari hasil perhitungan pada Lampiran B.3.c diperoleh hasil daya pembeda butir soal dengan persentase kriteria ditunjukan seperti pada Gambar 3.4. Gambar 3.4 Perbandingan persentase kriteria daya pembeda butir soal Tingkat kesukaran diperoleh dengan menghitung jumlah siswa dari kelompok atas dan bawah yang dapat menjawab soal dengan benar. Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal digunakan persamaan 3.6. 54 Efik Firmansah, 2014 Rekonstruksi bahan ajar IPA terpadu pada tema lemari pendingin berbasis literasi sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TK : tingkat kesukaran. N B : jumlah siswa pada kelompok bawah. Arikunto 2009 mengemukakan interpretasi angka tingkat kesukaran, yang dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria 0,00 – 0,30 sukar 0,30 – 0,70 sedang 0,70 – 1,00 mudah Dari hasil perhitungan pada Lampiran B.3.c diperoleh hasil tingkat kesukaran butir soal dengan persentase kriteria ditunjukan seperti pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 Perbandingan persentase kriteria tingkat kesukaran butir soal

4. Data Kemampuan Literasi Sains Siswa