Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui Payroll System Pada Bazis DKI Jakarta

EFEKTIVITAS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT PROFESI MELALUI
PAYROLL SYSTEM PADA BAZIS DKI JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

NURSEHA SATYARINI
NIM 1111046300013

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M

ABSTRAK
Nurseha Satyarini. NIM 1111046300013. Efektivitas Penghimpunan Dana
Zakat Profesi Melalui Payroll Sistem Pada BAZIS DKI Jakarta. Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf
(ZISWAF), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan zakat di BAZIS DKI
Jakarta, khususnya zakat penghasilan para pegawainya. Karena pada saat ini,
masyarakat masih kurang memahami tentang zakat penghasilan. BAZIS DKI
Jakarta mengikuti peraturan Gubernur No 34 tahun 2008 yang isinya
melaksanakan zakat penghasilan untuk para pegawainya. Pada penelitian ini
penulis memilih objek penelitian di Gedung Prasada Sasana Karya –Lt.3 Jl. Suryo
Pranoto No 8 Jakarta Pusat. Penulis ingin mengetahui pelaksanaan zakat di
BAZIS DKI Jakarta khususnya pada payroll system, apakah payroll system ini
sudah efektif untuk dana zakat di BAZIS DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan
data melalui wawancara dan studi dokumentasi terhadap kegiatan penghimpunan
dana zakat melalui payroll system. Adapun teknik pengelolaan data pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan
dengan pengumpulan data.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa zakat via payroll system sudah
efektif dalam penghimpunan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta. Hal ini didukung
dengan adanya aturan-aturan pemerintah. Mulai dari Undang-undang No.23
Tahun 2011, Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2014 dan terakhir yang sangat
mendukung zakat via payroll system adalah Instruksi Gubernur No.34 Tahun

2008. Dengan adanya peraturan ini semakin meningkatkan penghimpunan dana
zakat melalui payroll system karena adanya instruksi langsung dari Gubernur DKI
kepada instansi pemerintah untuk bersama-sama mengoptimalkan pengumpulan
dan zakat di BAZIS DKI Jakarta.

Kata kunci: Efektifitas, Penghimpunan Dana Zakat BAZIS DKI Jakarta, Zakat Via
Payroll System.
Pembimbing: M. Fudhail Rahman, Lc, MA

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT karena atas izin, rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Penghimpunan Dana Zakat Profesi Melalui
Payroll System Pada BAZIS DKI Jakarta”.
Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak
dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:
1. Kedua Orang Tuaku Bapak Jawari S.Pd dan Ibu Wartini yang tiada hentihentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun materil dan
selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan penulis dalam
penyelesaian skripsi ini,
2. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak M. Fudhail Rahman, Lc, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan pengarahan,

ilmu,

bimbingan, serta motivasi

kepada penulis,

dalam membantu


menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak M.Mujibur Rohman, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus
Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.
7. Ketua Pimpinan BAZIS DKI Jakarta yang telah memberikan izin penelitian
kepada peneliti serta Pak Sukiyana selaku Subag Umum BAZIS DKI Jakarta,
Pak Hj. Son, Pak Agam dan Pak Wawan, selaku karyawan BAZIS DKI
Jakarta yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan, informasi,
dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Adikku tersayang, Nugraha Isnan yang telah memberikan dukungan dan
doanya.
9. Sahabat seperjuanganku Farda Chalida, Putri Rahmawati, dan Ayu Cyntia
Dewi yang selalu menemani dan memberikan dukungan serta do’a kepada
penulis dari mulai awal penulisan skripsi hingga penulisan skripsi ini selesai.
10. Sahabatku seperjuangan Manajemen ZISWAF’11, dan sahabatku Ashfy yang
ada disini maupun di Negeri para Nabi (Egypt), serta teman-teman KKN

Atmosphere

2014.

Terima

kasih

telah

memberikan

dukungan

dan

semangatnya kepada penulis. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang
yang berguna bagi nusa, bangsa, maupun agama. Aamiin.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, terimakasih atas segala rahmat dan ridho-Mu

Ya Allah yang telah membuat satu per satu impian dan cita-cita terwujud. Penulis
sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena penulis
bukanlah makhluk yang sempurna. Dengan ini penulis berharap semoga semua
pihak yang telah membantu alam menyusun skripsi ini diberikan kebahagiaan
oleh Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
para pembaca. Amin Ya Rabbal’Alamin...

Ciputat,

Mei 2015

Nurseha Satyarini

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN.............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................. iv
ABSTRAK............................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.................................................................................. xii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 8
D. Review Studi Terdahulu.......................................................................... 10
E. Kerangka Teori........................................................................................ 13
F. Metodologi Penelitian............................................................................. 14
G. Sistematika Penulisan.............................................................................. 17

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Zakat Profesi
1. Pengertian Zakat Profesi.....................................................................19
2. Pengertian Payroll System.................................................................. 23

3. Manfaat dan Keuntungan Payroll System.......................................... 25

ix

B. Penghimpunan
1. Pengertian Penghimpunan ..................................................................... 25
2. Tujuan Penghimpunan........................................................................... 27
3. Metode Penghimpunan......................................................................... 30
4. Unsur-unsur Penghimpunan................................................................... 32

C. Teori Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas........................................................................... 36
2. Tolak Ukur Efektivitas........................................................................ 37
3. Kriteria Efektivitas Organisasi............................................................ 38
4. Pendekatan Terhadap Efektivitas....................................................... 40

BAB III

PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SHADAQAH
A. Profil BAZIS DKI Jakarta

1. Sejarah Beridirinya BAZIS DKI Jakarta.......................................... 42
2. Dasar Hukum..................................................................................... 44
3. Tujuan................................................................................................ 46
4. Tugas Pokok dan Fungsi................................................................... 47
5. Struktur Organisasi............................................................................ 48
B. Penghimpunan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah BAZIS DKI Jakarta
1. Kebijakan di Bidang Penghimpunan (Fundraising)........................... 52
2. Program Sosialisasi............................................................................. 53

x

3. Konsep Komunikasi........................................................................... 55
4. Manajemen Kemitraan dan Perusahaan............................................. 58
5. Pencarian Sumber ZIS Kontemporer................................................. 59
6. Manajemen Motivasi dan Kontrol...................................................... 60

BAB IV

SYSTEM PAYROLL PADA BAZIS DKI JAKARTA
A. Mekanisme Penghimpunan Dana Zakat dengan Payroll System............. 63

B. Efektifitas Penghimpunan Dana Zakat Melalui Payroll System.............. 70

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 79
B. Saran........................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1

Ringkasan Review Terdahulu ............................................................... 10

Gambar 4.1


Grafik Zakat Via Payroll System.......................................................... 67

Gambar 4.2

Kurva Kenaikan Zakat Via Payroll System.......................................... 67

Tabel 4.3

Contoh Perhitungan Zakat Profesi....................................................... 69

Tabel 4.4

Grafik Pengumpulan ZIS..................................................................... 77

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fundraising dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia diartikan sebagai
pengumpulan dana, sedangkan orang yang mengumpulkan dana di sebut
fundraiser.

1

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksudkan

pengumpulan adalah: Proses, cara, pembuatan, mengumpulkan, penghimpun,
pengerahan. Sedangkan yang dimaksud dana adalah uang yang disediakan
untuk suatu keperluan seperti: biaya, pemberian, hadiah. Sedangkan menurut
Eri Sudewo, fundraising adalah penghimpunan dari beberapa elemen
masyarakat

dan

pemerintah

bersinergi

dalam

pengelolaan

zakat,

penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan.2
Fundraising tidak hanya diartikan pengumpulan dana semata, tetapi
juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan masyarakat
kepada suatu organisasi/lembaga zakat yang berbentuk dana dan segala
macam benda dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lembaga.3
Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan
lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum
terpenuhi hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat
Peter Salim, Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dictinory,(Jakarta; Modern
English Press,2000),cet.ke-1,h.607.
2
Bazis Provinsi DKI Jakarta&Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi
DKI Jakarta.
3
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat, (Yogyakarta: Teras,
2009, cet. 1), h.4.
1

1

2

menjaga kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program
membutuhkan sumber daya yang berkelanjutan yang harus dicapai. Serta
keberlangsungan hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk
dapat berlanjut dan beraktifitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam
menghadapi tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan
membangun konsisten tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhan
pendukung dalam jangka panjang menciptakan organisasi yang giat dan
berkesinambungan.4
Dengan adanya strategi fundraising yang digunakan oleh suatu lembaga
atau organisasi merupakan titik tolak dalam menentukan kebutuhan
organisasi tersebut, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dari aktifitas
fundraising dalam masyarakat muslim sangat menentukan keberhasilan
organisasi atau lembaga yang akan dikelolanya.5 Pengumpulan zakat
diharapkan melalui lembaga zakat. Penyaluran langsung kepada mustahik
tidak dicontohkan dan seringkali menimbulkan masalah. Perencanaan yang
matang

dalam

pengumpulan

dan

penyaluran

dana

zakat

harus

memprioritaskan agar tercapainya kesejahteraan mustahik.6
Seiring dengan perkembangan zaman, zaman Rasul telah berlalu dan
zaman jahiliyah telah berganti dengan zaman modern, banyak umat Islam

4

http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising. Diakses
pada tanggal 21 November 2014 jam 21.17
5
Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat
Pulau Sumatera, (Jakarta: Kahirul Bayan, 2008), hlm.72.
6
Majalah Bazis DKI Jakarta Peduli Umat Zakat is My Life, Zakat Bermakna Bagi
Mustahik (Jakarta: PT. Desprindo Natamedia, 2010),No 42/Th.XI/Edisi Desember. h.5.

3

telah beralih dari bertani dan bercocok tanam ke industralisasi dan
pembentukan berbagai perusahaan. Perusahaan yang telah menjadi pilihan
ummat saat sekarang, andaikan dihitung dan di kalkulasikan, maka
penghasilannya akan lebih besar dari penghasilan pertanian dan bercocok
tanam. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan apakah perusahaan juga
dikenakan zakat, siapakah yang wajib mengeluarkannya, apakah hasil dari
perusahaan tersebut ataukah orang-orang yang terkait dengan perusahaan
(para pemilik saham).7
BAZIS Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat
resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara
resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68
tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.8
Adapun perolehan ZIS yang berhasil dicapai tahun 2011 naik sebesar
12,76 % dari perolehan tahun 2010. Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS
sebesar Rp 64,7 miliar, melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar
Rp

57,5

miliar.9

Bila

tahun

2012

perolehan

ZIS

sebesar

Rp

81.453.310.876.97, maka tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.270.

7

Sofyan Syafri, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, (Jakarta; Pustaka Quantum,
2001),cet.ke-1,h.304.
8
http://bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses tanggal 19 Januari 2015 jam 23:56
9
http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazisdki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses tanggal 20 Januari jam 0:09

4

Artinya perolehan dana ZIS meningkat sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20.06
%.10
Sesuai dengan undang-undang nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat
adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ)
dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga yang
dibentuk masyarakat yang bertugas membantu pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat, sedangkan unit pengumpulan zakat adalah satuan
organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.
Dan tujuan pengelolaan zakat menurut undang-undang nomor 23 pasal 3
adalah agar mampu meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.11
Sehingga dana ZIS sangat dimungkinkan digunakan untuk membiayai
program-program kreatif antara lain : pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta santunan guna
memenuhi kebutuhan pokok. Makin besar dana ZIS yang dikelola oleh
lembaga pengelola zakat, maka makin besar pula konstribusinya terhadap
pengentasan kemiskinan.12 Dengan keadaan seperti itu keberadaan BAZIS
Provinsi DKI Jakarta menjadi jawaban permasalahan diatas dimana

10

http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses 19 Jnauari 2015 jam 23:40
Siti Masuko,” Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasn Amaliah Astra Dalam Rangka
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5.
12
H. Cholid Fadhullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengalamannya di Jakarta, (Jakata:
1993), h.35.
11

5

pemerintah dan berbagai elemen masyarakat Jakarta bersinergi dalam
pengelolaan

zakat,

baik

dalam

penghimpunan,

pendistribusian

dan

pendayagunaannya.
Upaya sosialisasi program dan kegiatan BAZIS DKI dilakukan
beberapa cara, yaitu: media cetak, media elektronik, dan media lisan. Media
yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam mensosialisasikan program sesuai
dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini dimana media telekomunikasi
sudah menjadi sesuatu yang biasa digunakan oleh masyarakat. 13
BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki salah satu sistem informasi yang
di gunakan dalam mengumpulkan dana zakat, yaitu zakat via Payroll System,
yang mencoba mengelola dan mengembangkan zakat sebagai pemberdayaan
ekonomi masyarakat baik dengan cara penghimpunan dan pendayagunaan
dana ZIS .
Dengan adanya zakat via payroll system ini membantu BAZIS DKI
Jakarta dalam pengumpulan dana, maka dana zakat yang di dapat BAZIS
lebih banyak di dapat dari pemotongan setiap gaji karyawan BAZIS itu
sendiri melalui formulir yang harus diisi setiap karyawan.
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang
diberikan secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya.
Gaji juga sering disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu
bentuk kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas

13

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktik
Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta: Wahana Kardofa, 2012) Cet I, hlm.68.

6

prestasi kerja yang diberikan kepada seorang pegawai. Perbedaan gaji dan
upah hanya terleta pada kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaanya.
Seseorang menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat, sedang
seseorang menerima upah apabila ikatan kerjanya kurang kuat. Dilihat dari
jangka waktu penerimaannya, gaji pada umumnya diberikan pada akhir bulan,
sedang upah diberikan pada setiap hari ataupun setiap minggu.14
Sistem penggajian adalah proses yang menentukan tingkat penggajian
staf, memonitori, mengembangkannya, dan mengendalikannya. Inflasi terus
menerus dan berbagai usaha pemerintah untuk mengekangnya melalui
serangkaian kebijakan pengendalian penggajian, telah menyebabkan adanya
ketegangan dalam prosedur pelaksanaan penggajian. Akibatnya yang nyata
antara lain adalah pengikisan perbedaan, penyimpangan dalam penggajian,
dan struktur penggajian yang sudah tidak memenuhi syarat lagi. Hal ini
menimbulkan

masalah

dalam

menarik,

memberikan

motivasi,

dan

mempertahankan staf, karena manajemen tidak mungkin lagi mengendalikan
secara menyeluruh praktek pemberian gaji.15
Payroll System adalah sebuah bentuk pelayanan zakat melalui
pemotongan langsung dari gaji seorang karyawan disebuah perusahaan. Maka
penyusun tertarik untuk meneliti lebih jauh, terutama mengenai bagaimana
penghimpunan dana zakat dengan payroll system.

14

http://eprints.stainsalatiga.ac.id/831/1/Analisis%20Terhadap%20Produk%20%20Payrol
l%20PDF.pdf diakses pada tanggal 12 Januari 2015 jam 15:24.
15
Michel Armstrong dan Helen Murlis, Pedoman Praktis Sistem Penggajian, (Jakarta: PT
Pustaka Binaman Pressindo, 1995), h.1.

7

Tetapi, menurut informasi yang penulis dapatkan bahwa masih banyak
PNS ataupun pegawai yang merasa kurang atau bahkan tidak setuju dengan
adanya sistem pemotongan gaji dengan alasan untuk pembayaran apapun
termasuk untuk dana zakat. Karena menurut mereka pendapatan yang mereka
peroleh belum sebanding dengan tuntutan hidupnya. merekapun menilai
bahwa Perda dan Perwali terkait pemotongan gaji untuk dana zakat ini
dirasakan cukup berlebihan, karena setiap bulan Ramadhan seluruh umat
Muslim telah mengeluarkan zakatnya. Jadi, dengan adanya pemotongan gaji
dari para PNS dan pegawai sebesar 2,5 persen untuk dana zakat dinilai cukup
berlebihan.
Zakat merupakan ajaran yang harus dikembangkan dan pelaksanaanya
harus sesuai dengan ajaran agama Islam dan Undang-undang yang berlaku di
Indonesia. Mengingat sangat pentingnya untuk membayar zakat dikarenakan
zakat adalah sumber dana yang potensial bagi umat, maka penyusun memberi
judul skripsi ini: “EFEKTIFITAS PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT
MELALUI PAYROLL SYSTEM PADA BAZIS DKI JAKARTA”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi
Terkait dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
a.

Bagaimana BAZIS DKI Jakarta mengaktifkan pembayaran zakat
melalui Payroll System?

8

b.

Apakah dana zakat BAZIS DKI Jakarta meningkat dengan adanya
payroll system tersebut?

2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak
melebar, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
a. Karyawan yang diteliti adalah karyawan BAZIS DKI Jakarta.
b. Tempat penelitian di BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
c. Penelitian dilakukan pada tahun 2015.
d. Data yang diteliti adalah data dari penghimpunan dana zakat BAZIS
DKI Jakarta periode tahun 2011-2013 (3 tahun terakhir).
3. Perumusan Masalah
Sedangkan, berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka
rumusan yang akan dikaji meliputi:
a. Bagaimana mekanisme payroll system BAZIS DKI Jakarta dalam
penghimpunan dana zakat profesi?
b. Apakah penghimpunan dana zakat profesi melalui payroll system dalam
membantu peningkatan dana zakat profesi di Jakarta sudah efektif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitan
Dari perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka yang akan
menjadi tujuan penelitian penulis adalah:

9

a. Untuk mengetahui peningkatan dana zakat profesi pada BAZIS DKI
Jakarta dengan menggunakan payroll system.
b. Untuk mengetahui proses yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam
mengefektifkan pembayaran zakat profesi melalui payroll system.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat akademisi:
a. Setelah mengetahui strategi Penghimpunan dana zakat, infak dan
shadaqah yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui payroll system
diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang strategi
penghimpunan dana zakat profesi bagi para mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum dan khususnya bagi penulis.
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam mengatur
strategi penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah untuk
mensejahterakan ekonomi masyarakat.
2) Manfaat praktisi:
a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami strategi penghimpunan
dana zakat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dengan payroll
system terhadap peningkatan dana zakat. Sehingga masyarakat dapat
berpartisipasi dalam menyalurkan dana zakat, infak dan shadaqah
kepada BAZIS DKI Jakarta.

10

b. Sebagai bahan masukan terhadap BAZIS DKI Jakarta dalam
menerapkan dan mengembangkan strategi penghimpunan dana dengan
payroll system.
3) Manfaat Masyarakat:
Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat agar lebih
percaya untuk memberikan dana zakat, infak dan shadaqahnya ke
BAZIS DKI Jakarta.

D. Review Study Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang
dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur
yang membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:

Nama Peneliti,

Keterangan dan

Judul Penelitian

Isi Penelitian

No

1.

Perbedaan

Arif Khamdan

Skripsi ini membahas

Skripsi ini membahas

“Strategi

tentang strategi

tentang strategi

Fundraising Yang

fundraising yang

fundraising yang

Dilakukan BAZIS

dilakukan BAZIS DKI

dilakukan oleh BAZIS

DKI Jakarta Untuk

Jakarta dan tentang siapa

DKI Jakarta terhadap

Mencapai Target

yang menetapkan target

peningkatan

Penerimaan Dana

penerimaan zakat BAZIS

penerimaan dana ZIS,

11

Zakat, Infak dan

DKI Jakarta.

cara yang dilakukan

Sedekah”.

BAZIS DKI Jakarta

Konsentrasi

untuk menarik para

Perbankan Syariah,

muzakki dalam

Fakultas Syariah dan

menghimpun dana

Hukum, UIN Jakarta

melalui payroll system.

tahun 2010

2.

Beti Kurniati

Skripsi ini membahas

Skripsi ini membahas

“Mekanisme

tentang penghimpunan

tentang strategi

Penghimpunan dan

dan pendistribusian dana

fundraising yang

Pendistribusian

zakat dalam pemberdayaan dilakukan oleh BAZIS

Dana Zakat Pada

ekonomi umat

DKI Jakarta terhadap

LAZNAS Bangun

peningkatan

Sejahtera Mitra

penerimaan dana ZIS,

Umat Dalam Upaya

cara yang dilakukan

Pemberdayaan

BAZIS DKI Jakarta

Ekonomi Umat”.

untuk menarik para

Konsentrasi

muzakki dalam

Manajemen Dakwah,

menghimpun dana

Fakultas Dakwah dan

melalui payroll system

Komunikasi, UIN
Jakarta tahun 2010.

12

3.

Dewi Mayangsari

Skripsi ini membahas

Skripsi ini membahas

“Kajian Strategi

tentang strategi

tentang strategi

Fundraising BAZIS

fundraising yang

fundraising yang

Provinsi DKI

dilakukan oleh BAZIS

dilakukan oleh BAZIS

Jakarta Terhadap

DKI Jakarta dalam

DKI Jakarta terhadap

Peningkatan

meningkatkan pengelolaan

peningkatan

Pengelolaan Dana

dana ZIS, serta peranan

penerimaan dana ZIS,

ZIS”. Konsentrasi

BAZIS terhadap

cara yang dilakukan

Perbankan

masyarakat DKI Jakarta.

BAZIS DKI Jakarta

Syariah,Fakultas

untuk menarik para

Syariah dan Hukum,

muzakki dalam

UIN Jakarta tahun

menghimpun dana

2010

melalui payroll system

Berdasarkan dari review terdahulu diatas, penulis tertarik untuk
menggali lebih dalam mengenai penghimpunan dana zakat yang BAZIS
DKI Jakarta gunakan dengan payroll system. Penulis tertarik meneliti
judul ini karena penulis belum menemukan penelitian yang membahas
judul ini.

13

E. Kerangka Teori
Efektifitas diartikan sebagai pedoman kata yang menunjukan taraf
pencapaian suatu tujuan, dengan kata lain bahwa suatu usaha dapat dikatakan
efektif jika usaha tersebut telah mencapai tujuannya. Efektifitas merupakan
adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas yang dituju.
Selanjutnya dijelaskan bahwa efektifitas adalah berkaitan erat dengan
perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang
direncanakan.16
Fundraising dapat diartikan sebagai metode penghimpunan dana dari
masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu,
kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) yang akan digunakan
untuk membiayai program dan kegiatan operasional suatu lembaga/organisasi
sehingga mencapai tujuan.
Strategi fundraising merupakan titik tolak dalam menentukan
kebutuhan organisasi, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dalam hal ini,
strategi fundraising juga diperlukan oleh lembaga zakat. Memiliki potensi
yang strategis untuk dikembangkan menjadi salah satu instrument dalam
pengelolaan aktifitas ekonomi nasional, khususnya pengumpulan dan
pengelolaan zakat secara optimal.17

16

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 82.
17
Abdurraliman Abdul Kodir, Tatanan Sosial Islam, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2000),
h.1.

14

Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang
diberikan secara teratur kepada seorang karyawan atas jasa dan hasil
kerjanya. Karena itu gaji merupakan unsur yang penting bagi perusahaan.
Para karyawan sangat sensitif terhadap kesalahan dan ketidakwajaran dalam
hal gaji. Oleh sebab itu adanya sebuah sistem yang mampu melakukan
perhitungan gaji dengan tepat waktu dan dengan jumlah yang akurat menjadi
sangat dibutuhkan dalam sebuah instansi atau perusahaan. Selain itu
penggajian karyawan juga memberi efek yang signifikan terhadap besar laba
bersih pada sebagian besar usaha.
Sistem penggajian adalah untuk mengembangkan sekumpulan prosedur
yang memungkinkan perusahaan untuk menarik, menahan dan memotivasi
staf berkaliber yang diperlukan, serta untuk mengendalikan biaya pembayaran
gaji. Karena tidak ada satu pola yang dapat digunakan secara universal maka
prosedur ini harus disesuaikan dengan kebijakan gaji tiap-tiap organisasi, dan
hendaknya didasarkan atas kebijakan yang dianggap adil. Masalahnya ialah
bahwa pandangan para karyawan sering sangat berbeda, dan harapan mereka
dapat berubah mendadak menurut perkembangan pasar.18

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Menurut Mardalis: “Penelitian deskriptif bertujuan
18

Michel Armstrong dan Helen Murlis, Sistem Penggajian , (Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo, 1995), h.18.

15

untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat
upaya mendeskripsikan, mencatat analisis dan menginterprestasikan
kondisi-kondisi yang ada sekarang ini terjadi atau ada”. Dengan kata lain,
penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang
diteliti. Variabel ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan
hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai
dengan variabel-variabel yang diteiti.19 Sedangkan menurut Bogdan dan
Tailor penelitian kualitatif seperti yang dikutip Lexy J. Maleong yaitu
sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.20

2.

Sumber Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara yang
biasa dilakukan oleh peneliti.21 Dalam hal ini respondennya adalah
karyawan BAZIS DKI Jakarta dan PEMDA DKI Jakarta.

19

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

h. 25.
20

Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2000), Cet. Ke-11, h. 3.
21
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2004) Hal. 42.

16

b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak
lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.

3. Teknik Pengumpulan Data
a.

Observasi (pengamatan), penulis berusaha mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan langsung di kantor BAZIS DKI
Provinsi Jakarta terutama dalam penghimpunan dana melalui payroll
system.

b.

Wawancara (interview), penulis berusaha mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara dengan narasumber terdiri dari para pengurus
BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta, yaitu dengan wawancara beberapa
karyawan BAZIS DKI Jakarta sehubungan dengan zakat via payroll
system.

c.

Dokumentasi, penulis berusaha mengumpulkan data yang diperoleh
dari pengurus BAZIS DKI Jakarta dalam bentuk tertulis berupa
sejarah awal berdirinya, susunan pengurus, program kegiatan, dan
hasil pengumpulan dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta terhitung dari
tahun 2011-2013 dan ditambah dengan literatur-literatur yang
didapatkan dari berbagai pustaka, sebagai langkah untuk menemukan
hasil sesuai dengan judul skripsi.

17

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan
pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan
informasi-informasi
mengumpulkan

khusus

data,

menjadi

menyusun

satu

dan

kesatuan

dengan

mengklasifikasikannya

jalan
dan

menganalisa berhasilnya penghimpunan dana zakat melalui Payroll
System pada BAZIS DKI Jakarta.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiyah (Skripsi, Tessis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan memperoleh gambaran yang
jelas mengenai seluruh isi dari penulisan ini, berikut sistematika skripsi ini:
BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai
acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus
mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

18

tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,
kerangka

teori,

metodologi

penelitian,

sistematika

penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas tentang zakat profesi yang
terdiri dari pengertian zakat profesi, Strategi Penghimpunan
dan Teori dari Efekttivitas.

BAB III

PENGHIMPUNAN

DANA

ZAKAT,

INFAK,

SHADAQAH
Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum BAZIS DKI
Jakarta, serta Sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta,
Susunan Organisasi, Visi dan Misi, dan Penghimpunan
Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah yang dilakukan BAZIS
DKI Jakarta
BAB IV

PENGHIMPUNAN

DANA

ZAKAT

MELALUI

PAYROLL SYSTEM
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai mekanisme
payroll system yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam
menghimpun dana zakat profesi dan efektivitas dana zakat
melalui payroll system.
BAB V

PENUTUP
Merupakan bab yang membahas tentang kesimpulan dan
saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat Profesi
1. Pengertian Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau
keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun yang
dilakukan bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan
penghasilan (uang) yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bisa
berzakat.1 Zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan
bersama dengan orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan
(uang) yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bisa berzakat).
Contohnya adalah profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, seniman, dan
lain-lain.2
Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam.
Oleh karena itu, hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke
dalam zakat harta (kekayaan/simpanan). Dengan demikian, hasil profesi
seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat, ia wajib
menunaikan zakat.3

1

Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak & Sedekah Kami Menjawab
(Jakarta: BAZNAS, 2004), h. 149.
2
Sadudin “Zakat Profesi (Fiqh)”. Artikel diakseses pada 6 Juli 2015 dari
https://sadudinm.wordpress.com/resensi-film/zakat-profesi-dalam-perspektif-hukum-islam-fiqh
3
Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 217.

19

20

Yusuf al-Qardhawi4 menyatakan bahwa di antara hal yang sangat
penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah
penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik
keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara bersama-sama.
Yang dilakukan sendiri, misalnya profesi dokter, arsitek, ahli hukum,
penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau muballigh, dan lain sebagainya.
Yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya pegawai (pemerintah
maupun swasta) dengan menggunakan sistem upah dan gaji. Wahbah alZuhaili secara khusus mengemukakan kegiatan penghasilan atau
pendapatan yang diterima seseorang melalui usaha sendiri (wirausaha)
seperti dokter, insinyur, ahli hukum, penjahit dan lain sebagainya. Dan
juga yang terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta
yang mendapatkan gaji atau upah dalam waktu yang relatif tetap, seperti
sebulan sekali. Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam
istilah fiqh dikatakan sebagai al-maal al-mustafaad. Sementara itu, fatwa
ulama yang dihasilkan pada waktu Mukhtamar Internasional Pertama
tentang Zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H yang bertepatan
dengan tanggal 30 April 1984 M, bahwa salah satu kegiatan yang
menghasilkan kekuatan bagi manusia sekarang adalah kegiatan profesi
yang menghasilkan amal yang bermanfaat, baik yang dilakukan sndiri,
seperti kegiatan dokter, arsitek dan yang lainnya, maupun yang dilakukan

4

Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991) h.487.

21

secara bersama-sama, seperti para karyawan atau para pegawai. Semua itu
menghasilkan pendapatan atau gaji.5
Semua penghasilan melalui kegiatan profesional, apabila telah
mencapai nisab maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan
nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah swt dalam surat AlDzariyat: 19

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Qs: AlDzariyah: 19)

Imam al-Qurtubi sebagaimana dikutip oleh Wahbah al-Zuhaili dalam
kitabnya al-tafsir al-Munir menyatakan bahwa pendapat yang paling kuat
tentang makna haqqun adalah ukuran yang telah diketahui secara syara’,
yaitu zakat. hal ini juga diperkuat dengan oleh ibn al-Araby dan alJashash. Muhammad ibn Sirin dan Qatadah mengatakan bahwa kata
haqqun dalam ayat tersebut bermakna zakat wajib.
Oleh karena itu, dengan berbagai pertimbangan di atas, Didin
Hafidhuddin menyimpulkan bahwa setiap keahlian dan pekerjaan apapun
yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang tekait dengan orang
lain, seperti seorang pegawai dan karyawan, apabila penghasilan dan
pendapatannya mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.6

5

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2004),
Cet. Ke-3, h. 93-94.
6
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: UIN-Malang Press,
2008), Cet. Ke-1, h. 138-139.

22

Tidak ada ketetapan yang pasti tentang nishab, waktu, ukuran, dan
cara mengeluarkan zakat profesi. Namun demikian terdapat beberapa
kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nishab, ukuran dan waktu
mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sangat bergantung pada qiyas/analog
yang dilakukan.
Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab,
ukuran dan waktu mengeluarkannya sama dengannya dan sama pula
dengan zakat emas dan perak. Nishabnya senilai 85 gram emas, ukuran
zakatnya 2,5% dan waktu mengeluarkannya setahun sekali, setelah
dikurangi kebutuhan pokok.
Kedua, jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya senilai
653 kg pagi atau gandum, ukuran zakatnya sebesar 5% dan dikeluarkan
pada setiap mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan sekali.
Ketiga, jika dikategorikan dalam zakat emas atau perak dengan
mengacu pada pendapat yang menyamakan mata uang masa kini dengan
emas atau perak, maka dengan demikian nishabnya adalah setara dengan
nishab emas atau perak, dan ukuran yang harus dikeluarkan adalah 2,5%.
Sedangkan waktu penunaian zakatnya adalah segera setelah menerima.7
Penganalogian zakat profesi dengan zakat pertanian dilakukan karena
ada kemiripan antara keduanya (al-syabah). Jika hasil panen pada setiap
musim berdiri sendiri tidak terkait dengan hasil sebelumnya, demikian

7

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Jakarta: UIN-Malang Press,
2008), Cet. Ke-1, h. 142-143.

23

pula gaji dan upah yang diterima, tidak terkait antara penerimaan bulan
kesatu dan bulan kedua dan seterusnya.8
Jadi, Bahwa zakat profesi itu hukumnya wajib, sama dengan zakat
usaha dan penghasilan lainnya seperti pertanian, peternakan dan
perdagangan. Batas nisab harta kekayaan yang diperoleh dari usaha profesi
dapat disamakan nisabnya dengan zakat hasil tanaman yaitu 5 wasaq
(sekitar 750 kg beras), dengan kewajiban zakat 5 % atau 10 %, dan
dibayarkan ketika mendapatkan perolehan imbalan atau upah dari profesi
tersebut. Dan bagi profesi-profesi yang tidak tergolong œwhite collar
seperti dokter di rumah sakit, guru atau dosen yang hanya menerima gaji
tetap dari instansi pemerintah tempat bekerjanya, disamakan nisabnya
dengan nisab emas dan perak, yakni 93,6 gram, dengan kewajiban zakat
2,5 persen, yang dikeluarkan setiap satu tahun, dan setelah dikeluarkan
biaya kebutuhan pokok.9
2.

Pengertian Payroll System
Payroll System ialah satu projek yang dibangunan untuk kegunaan
pejabat atau industri kecil dan sederhana. Sistem ini sangat berguna dalam
proses membayar gaji. Sistem ini lebih menyenangkan kerja karyawan jika
dibandingkan dengan sistem secara manual. Sistem ini akan mengira gaji
secara automatik. Dengan adanya sistem ini, prestasi kerja karyawan

8

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2004),
Cet. Ke-3, h. 97.
9
Sadudin “Zakat Profesi (Fiqh)”. Artikel diakseses pada 6 Juli 2015 dari
https://sadudinm.wordpress.com/resensi-film/zakat-profesi-dalam-perspektif-hukum-islam-fiqh

24

meningkat. Tambahan pula, sistem ini dapat memaparkan maklumat
dengan cara yang mudah dan cepat. Dalam analisis yang dibuat, terdapat
beberapa masalah yang dikenal pasti dalam sistem yang digunakan
sekarang. Sebagai contoh, pejabat dan industri memerlukan satu sistem
yang dapat menjalankan semua proses membayar gaji. Sistem yang
digunakan harus selamat digunakan dan dapat mencetak pernyataan gaji
pekerja dan laporan. Selain itu, sistem ini juga perlu mengira gaji secara
automatik dan mempunyai fungsi mengekalkan maklumat pekerja, buat
salinan maklumat, mencari, menyimpan, maklumat sejarah dan dapat
menjimatkan massa. Kaedah yang digunakan untuk membangun Payroll
System ialah Model-driven development (MDD). MDD ialah teknik
melukis model untuk menganalisiskan masalah, mendapatkan keperluan
dalam perniagaan dan mereka bentuk sistem maklumat. Skop untuk
Payroll System ini dibagikan kepada enam bagian, yaitu bayaran biasa,
zakat, pinjamanan, insurans, tabungan haji dan A.S.N. Bayaran yang biasa
digunakan untuk menyimpan semua proses membayar gaji dan mencetak
pernyata gaji pekerja. Zakat digunakan untuk menyimpan maklumat zakat
dan mencetak maklumat zakat. Selain itu, pinjaman digunakan untuk
menyimpan maklumat pinjaman sekiranya seseorang pekerja dikehendaki
membayar pinjaman kereta, pinjaman rumah atau pinjaman komputer.
Bagi insurans pula, sistem ini juga digunakan untuk menyimpan maklumat

25

insurans yang dibeli oleh pekerja. Tambahan pula, tabung haji dan A.S.N
juga digunakan untuk menyimpan maklumat masing-masing.10
3.

Manfaat dan Keuntungan Payroll System
1.

Aman, karena perusahaan terhindar dari penyediaan uang tunai dalam
jumlah besar, kerahasiaan data terjamin.

2.

Mudah, karena perusahaan cukup menyediakan data pembayaran bagi
karyawan secara rutin dan selanjutnya melakukan transfer ke rekening
masing-masing karyawan.

3.

Akurat, karena perusahaan tidak perlu membulatkan nominal gaji
karyawan ke pecahan terdekat dan kesalahan data dapat dikurangi karena
selalu di update setiap periode pembayaran.11

B. Penghimpunan
1. Pengertian Penghimpunan
Menurut bahasa, fundraising berarti penghimpunan dana atau
penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan
suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat,
infaq dan shodaqoh serta sumber daya lainnya dari masyarakat baik
individu, kelompok, organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan
didayagunakan

untuk

mustahik.

April

Purwanto

mendefinisikan

fundraising sebagai proses memengaruhi masyarakat baik perseorangan

10

http://library.utem.edu.my/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=364
4&Itemid=342 diakses pada tanggal 11 Februari 15 jam 14:57
11
http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Jasa/Payroll.aspx diakses pada tanggal 12 Februari
15 jam 11:30

26

sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar
menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Peran dan fungsi tugas
divisi penghimpunan, memang dikhususkan mengumpulkan dana zakat
infak dan wakaf dari masyarakat. Dana ini tidak hanya berasal dari
perorangan, melainkan juga dari berbagai perusahaan dan lembaga. Pada
akhirnya bidang penghimpunan dapat meluaskan pencarian hingga ke luar
negeri juga, baik ke masyarakat luar negeri, lembaga-lembaga donor
maupun ke berbagai perusahaan di luar negeri. Dalam melaksanakan
aktivitas

penggalangan

dana,

bagian

penghimpunan

dapat

menyelenggarakan berbagai macam kegiatan. Ragam program kegiatan ini
akhirnya dapat ditawarkan sebagai kerja sama program dengan perusahaan
dan lembaga yang lain. Pada praktiknya, kegiatan fundraising juga tidak
hanya dalam bentuk dana.12
Penggalangan dana adalah sebuah proses menjual ide-ide kreatis
bahwa donasi dapat diwujudkan perubahan masyarakat. bila orang sudah
menerima ide itu, maka mereka mau menyumbang dengan memberikan
sebuah gambaran menggalang dana, bukan meminta uang.13 Sebagimana
firman Allah:

12

http://hidayatmuflih.blogspot.com/2014/03/pengertian-fundraising.html diakses pada
tangaal 12 Februari 2015 jam 13:46.
13
Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola
Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h.17.

27

Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) etentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S: AtTaubah 103).
2.

Tujuan Penghimpunan
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari fundraising bagi sebuah
organisasi pengelola zakat:
a.

Yang menjadi tujuan pokok dari gerakan fundraising adalah
mengumpulkan dana. Sesuai dengan istilahnya (fundraising) berarti
pengumpulan uang. Namun yang dimaksud disini bukanlah uang
saja, tetapi dana dalam arti yang luas. Termasuk di dalamnya barang
dan jasa yang memiliki nilai materi. Walaupun demikian dana dalam
arti uang adalah penting. Mengingat sebuah organisasi nirlaba (OPZ)
tanpa menghasilkan dana maka tidak ada sumber dana yang
dihasilkan. Sehingga apabila sumber daya sudah tidak ada maka
organisasi akan hilang kemampuan untuk terus bertahan menjaga
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
fundraising yang tidak menghasilkan dana adalah fundraising yang
gagal, meskipun memiliki bentuk keberhasilan yang lain.

b.

Gerakan fundraising yang bertujuan menghimpun para muzaki dan
donatur. OPZ yang baik OPZ yang setiap hari memiliki data
pertambahan muzakki dan donatur. Sebenarnya yang dibutuhkan
adalah pertambahan jumlah dana untuk program pemberdayaan
masyarakat peserta operasionalnya. Ada dua hal yang bisa dilakukan

28

oleh OPZ untuk tujuan ini, pertama, menambah jumlah sumbangan
dana setiap donatur dan muzaki, dan kedua, menambah jumlah
donatur dan muzakki itu sendiri.
c.

Jika kepercayaan masyarakat terhadap OPZ meningkat maka bisa
dipastikan citra OPZ juga ikut terbawa meningkat. Meningkatnya
rasa citra lembaga juga menjadi salah satu tujuan dari fundraising.
Aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi
pengelola zakat, baik langsung maupun tidak langsung akan
membentuk citra organisasi itu sendiri. Dengan gambaran-gambaran
yang diberikan melalui interaksi baik langsung maupun tidak
langsung akan menumbuhkan citra yang baik bersifat poitif maupun
negative. Dengan citra ini, setiap anggota mayarakat akan
mempersepsi organisasi pengelola zakat, yang dilanjutan dengan
mengambil sikap dan menunjukkan perilaku terhadap OPZ positif,
maka masyarakat akan mendukung dan bersimpati dengan
memberikan sumbangan ZISWAF-nya. Namun sebaliknya, apabila
citra yang da di dalam benak anggota masyarakat terhadap OPZ
negative, maka mereka akan menghindari, antisipasi dan mencegah
orang untuk memberikan sumbangan dana zakat, infak, shadaqah
dan wakafnya kepada lembaga.

d.

Ketika sebuah OPZ melakukan penggalangan dana ZISWAF, maka
ada tujuan jangka panjang untuk menjaga loyalitas muzaki dan
donatur agar tetap memberikan sumbangan ZISWAFnya kepada

29

OPZ. Walaupun harus dengan pengorbanan untuk memberikan
sumbangan dana tersebut. Pengorbanan yang dilakukan muzakki dan
donatur seolah tidak terasa setelah mendapat imbalan rasa puas dari
pengorbanan yang diberikan oleh lembaga tersebut. Jadi tujuan
memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai jangka panjang,
meskipun kegiatannya dilakukan setiap hari.
e.

Kadang-kadang
membatasi

pada

OPZ

melakukan

orang-orang

fundraising,

tertentu.

sebuah

Sehingga

OPZ

dibutuhkan

kepanjangan tangan untuk sampai pada donatur dan muzakki.
Apabila OPZ memiliki citra yang bak dimata masyarakat maka akan
banyak simpati dan dukungannya yang diberikan kepadanya. Bentuk
dukungan dan simpati dari masyarakat terhadap OPZ tidak
selamanya berupa dana, akan tetapi ada sebagian yang tidak dimiliki
kemampuan memberikan dana atau sesuatu sebagai sumbangan
ZISnya karena ketidakmampuan mereka sebagai donatur dan muzaki
dalam memberikan dana, memberikan bantuan tenaga dan pemikiran
untuk majunya sebuah organisasi pengelola zakat. kelompokkelompok seperti ini sangat diperlukan oleh OPZ sebagai pemberi
kabar

dan

pemberi

informasi

kepada

setiap

orang

yang

memerlukannya. Dukungan dan simpatisan yang berbentuk informan
seperti ini, memudahkan lembaga dalam fundraising. Sehingga

30

semakin banyak relasi dan pendukung sebuah OPZ juga merupakan
tujuan diadakannya fundraising.14
3.

Metode Penghimpunan
Dalam melak