Klasifikasi Menurut Organisasi Pedoman Penyusunan RKAKL.

- 2 - 8. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden Perpres tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. 9. Perpres tentang Rincian ABPP menjadi dasar KL untuk menyusun konsep DIPA; 10. Konsep DIPA 3 ditelaah dan disahkan oleh Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Penyusunan RKA-KL seperti tersebut di atas menggunakan pendekatan penganggaran terpadu, KPJM, dan PBK sebagaimana dibahas pada Lampiran I. Selain menggunakan ketiga pendekatan penganggaran dimaksud, dokumen RKA-KL dirinci dalam klasifikasi menurut organisasi, fungsi,dan jenis belanja.

2.1. Klasifikasi Menurut Organisasi

Klasifikasi organisasi merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi Kementerian NegaraLembaga KL. Yang dimaksud organisasi adalah KL yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundangan yang berlaku. Suatu KL bisa terdiri dari unit-unit organisasi Unit Eselon I yang merupakan bagian dari suatu KL. Dan suatu unit organisasi bisa didukung oleh Satuan Kerja Satker yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit eselon I atau kebijakan Pemerintah dan berfungsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Klasifikasi anggaran belanja berdasarkan organisasi menurut KL disebut Bagian Anggaran BA. BA dilihat dari apa yang dikelola dapat dikelompokkan dalam 2 dua jenis. Pertama, Bagian Anggaran KL yang selanjutnya disebut BA-KL adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada MenteriPimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran. Kedua, Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, yang selanjutnya disebut BA-BUN adalah kelompok anggaran yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal. Suatu KL dapat diusulkan sebagai BA apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Pada prinsipnya sebuah BA diberikan kepada organisasi atau lembaga negara yang dibentuk untuk melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan atau melaksanakan tugas khusus dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden; 2. Dasar hukum pembentukannya berupa UU, PP, Perpres yang menyatakan bahwa pimpinan organisasi atau lembaga berkenaan ditetapkan sebagai Pengguna Anggaran; 3. Pengguna Anggaran merupakan pejabat setingkat menteriPimpinan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian LPNK; 4. Unit kesekretariatan yang dibentuk untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas lembaga dimaksud setingkat eselon I dan memiliki entitas yang lengkap unit perencanaan, pelaksana, pengawasan, pelaporan dan akuntansi serta telah ada penetapan dari Kantor MENPAN; 5. Struktur organisasi yang telah ditetapkan sudah ada pejabat yang definitif; 3 DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran - 3 - 6. Sumber dana untuk membiayai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya seluruhnyasebagian berasal dari APBN; 7. Usulan sebagai BA mendapat persetujuan dari KL induknya termasuk pengalihan anggaran yang dialokasikan dari KL yang bersangkutan. Selanjutnya yang dimaksud dengan unit organisasi pada KL sebagaimana uraian tersebut di atas adalah Unit Eselon I yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran programhasil outcome dan pengkoordinasian atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja. Dalam hal ini yang bertanggung jawab terhadap suatu program kebanyakan Unit Eselon IA. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab suatu program teknis, KL dan Unit Eselon IA-nya dikelompokkan dengan aturan umum sebagai berikut : 1. Kelompok Lembaga Tinggi Negara dapat menggunakan lebih dari 1 satu program teknis sesuai dengan lingkup kewenangannya; 2. Kelompok Kementerian untuk setiap 1 satu unit Eselon IA yang bersifat pelayanan eksternal akan menggunakan 1 satu Program Teknis; 3. Kelompok Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator menggunakan 1 satu Program Teknis untuk seluruh unit Eselon IA-nya; 4. Kelompok Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK dan Lembaga Non-Struktural menggunakan 1 satu Program Teknis untuk Lembaganya. Sedangkan satker pada unit organisasi KL adalah satker baik di kantor pusat maupun kantor daerah atau satker yang memperoleh penugasan dari unit organisasi KL. Suatu satker ditetapkan sebagai Kuasa Penguna Anggaran dalam rangka pengelolaan anggaran. Suatu KL dalam rangka pengelolaan anggaran dapat mengusulkan satker baru sebagai KPA untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan anggaran yang berasal dari kantor pusat KL apabila memenuhi seluruhsalah satu kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas unit perencanaan, pelaksana, pengawasan, pelaporan dan akuntansi;merupakan syarat wajib. 2. Lokasi satker yang bersangkutan berada pada propinsikabupatenkota yang berbeda dengan kantor pusatnya. 3. Karakteristik tugaskegiatan yang ditangani bersifat kompleksspesifik dan berbeda dengan kantor pusatnya. 4. Volume kegiatan dan anggaran yang dikelola relatif besar. 5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna AnggaranKuasa Pengguna Anggaran Eselon I satker yang bersangkutan. - 4 - Sedangkan usulan BA dan satker KL dapat dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: 1. Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II dan Direktorat Anggaran III menganalisismenilai usulan permintaan BA atau Satker sebagai KPA dari KL berdasarkan kriteria tersebut di atas. 2. Apabila berdasarkan hasil penilaian usulan tersebut di anggap memenuhi persyaratan dan dapat dipertimbangkan untuk disetujui, maka Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II dan Direktorat Anggaran III menyampaikan nota rekomendasi serta meminta kode BA atau Satker sebagai KPA kepada Direktorat Sistem Penganggaran. 3. Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II dan Direktorat Anggaran III memberitahukan persetujuanpenolakan atas usulan dimaksud kepada KL yang bersangkutan.

2.2. Klasifikasi Menurut Fungsi