Tujuan dan fungsi evaluasi

pengukuran baru melakukan proses menilai penilaian tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.

2.2.2 Tujuan dan fungsi evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut : 1 untuk memperoleh data yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertanggungjawaban program. Dengan data tersebut untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perbaikan khusus; 2 untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program. Dengan demikian akan terjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi pendidikan manusiatenaga, saranaprasarana, biaya secara efisiensi dan ekonomis, untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan dan kemajuan belajar Depdikbud, 1995: 15. Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1 sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. 2 untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. 3 mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4 sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber siswa. 5 sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. 6 sebagai materi utama laporan hasil laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. Dalam proses pembelajaran, terdapat tiga fungsi besar evaluasi. Tagliante 1996 menyebutnya Trois grands fonctions del evaluation. Tiga fungsi itu, yaitu : 1 fungsi pronostik; 2 fungsi diagnostik; 3 fungsi sertifikasi. Pertama, fungsi pronostik, yaitu tes awal proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi obyektif dari pembelajar. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan dimana posisi pembelajar, misalnya apakah dia termasuk pemula dalam sebuah materi atau dia sudah pantas menerima kelanjutan materi tersebut dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi pronostik juga berguna untuk memprediksi kompetensi lanjutan yang mungkin dapat dicapai oleh pembelajar. Artinya, dengan hasil tes yang ada, dapat direncanakan kompetensi apa yang dapat dikuasai pada tahap berikutnya. Menyamaratakan kemampuan pembelajar pada awal proses akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembelajar itu. Selaku pembelajar, tiap individu berbeda-beda kemampuan dasarnya. Perbedaan itu harus dicermati dan diakomodir dengan memberikan perlakuann yang berbeda juga. Perbedaan itu meliputi pemberian materi lanjutan yang akan dibahas, penugasan, dan penghargaan. Penghargaan di sini lebih bersifat penguatan reinforcement. Ini berhubungan dengan kejiwaan. Penghargaan minimal yang bisa diberikan adalah dengan ucapan selamat atas usahanya untuk mengetahui sesuatu lebih cepat dari orang lain. Dari segi proses dan pemilihan materi bahasan memang sedikit agak menyulitkan pengajar dalam mengelola kelas. Namun itu akan berakibat kondusifnya suasana kelas yang dapat mengarahkan pembelajarnya lebih berprestasi lagi. Akan tercipta situasi yang penuh dengan kompetisi sehat yang menjadi pemicu bagi setiap individu untuk tampil. Atmosfer akademik dalam suasana saling berkompetisi sangat berkontribusi terhadap pencapaian target pembelajaran. Memberi perlakuan yang sama berarti kurang menghargai kemampuan seseorang yang lebih dari yang lainnya. Bagi pengajar, menyamakan atau generalisasi ini akan mempermudah dia dalam bertugas. Namun efek yang bisa timbul adalah munculnya kebosanan dan rasa pesimis dari mereka yang memiliki kemampuan lebih. Fungsi diagnostik, yaitu : evaluasi yang menganalisis kemampuan pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah membantu pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi diagnostik, memungkinkan seorang guru mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya. Fungsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk tes formatif, yang mengevaluasi pembelajar pada setiap sub pokok bahasan, atau sub unit suatu pelajaran. Jadi, tes itu tidak hanya dilakukan sekali diakhir suatu periode pembelajaran, melainkan ada tes-tes pengontrol atau pendamping dari tes akhir. Bentuk dan pelaksanaanyapun tidak sekaku yang ada selama ini, seperti mid semester, tidak, tapi bisa lebih dinamis, yang sedemikian rupa bisa dirancang oleh pengajar. Fungsi sertifikasi, berguna untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpama diakhir semester, program, paket, atau tingkat. Fungsi sertifikasi dalam evaluasi pembelajaran sama sekali tidak menggiring pembelajar untuk meningkatkan kemampuan akademisnya, karena dia dilaksanakan terakhir. Tujuannya hanya menyatakan status dan mendapatkan laporan hasil belajar atau sertifikat. Pada waktu melaksanakan evaluasi, harus berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1 prinsip totalitas atau keseluruhan. Obyek penilaian pendidikan yang utama adalah “the whole child”, anak sebagai keseluruhan atau anak seutuhnya, tidak berat sebelah ke salah satu segi saja; 2 prinsip Kontinuis atau terus-menerus, kesinambungan. Penilaian tidak boleh hanya dijalankan secara operasional atau insidental. Kadang-kadang atau hanya pada suatu momen saja, karena pendidikan dan perkembangan adalah suatu proses yang kontinyu; 3 prinsip objektivitas. Penilaian harus didasarkan pada kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh rasa suka maupun benci, untung atau rugi, saudara atau bukan dan sebagainya. Sedangkan Nanang Fatah, 1999: 114 mengatakan : prinsip evaluasi, yaitu : 1 prinsip berkesinambungan, artinya evaluasi dilakukan secara berlanjut; 2 prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek yang dievaluasi; 3 prinsip objektif, artinya evaluasi mempunyai kebebasan dari subjektivitas; 4 prinsip keterandalan dan sahih; 5 prinsip penggunaan kriteria; 6 prinsip kegunaan, artinya evaluasi yang dilakukan hendaknya bermanfaat. Dalam melaksanakan evaluasi program atas dasar keinginan atau pesanan membuat keputusan, Benedict Hutchincin Sudjana, 2000: 332, menetapkan tahapan kegiatan sebagai berikut : 1 negosiasi perundingan tentang perjanjian kerja kontrak antara penilai dan pembuat keputusan, kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendiskusikan dan menyepakati tujuan evaluasi, menentukan program yang akan dievaluasi; 2 penyusunan tujuan evaluasi, tujuan umum goals, kegiatan evaluasi dijabarkan dalam tujuan-tujuan khusus; 3 penentuan bagian program yang akan dievaluasi, dalam tahap ini dilakukan identifikasi bagian-bagian atau program yang telah berjalan baik dan belum berjalan sebagaimana mestinya dalam suatu program; 4 penjelasan tujuan dengan bagian yang dievaluasi, dalam tahap ini penilai menyusun daftar prioritas tujuan yang diangkat dari daftar prioritas bagian-bagian tujuan yang akan dievaluasi; 5 proses operasionalisasi, dalam proses ini penilai menerjemahkan keinginan pihak pengambil keputusan dalam pernyataan-pernyataan yang dapat diukur; 6 penentuan alat pengukuran yang valid dan reliabel, validitas adalah ketepatan alat pengukur dengan data yang akan diukur; 7 pengumpulan dan pengolahan data, dalam tahap ini penilai mengembangkan teknik-teknik pengumpulan data, penentuan populasi dan sampel, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penyusunan dan pelaporan, disusun berdasarkan rambu-rambu laporan yang telah disetujui oleh penilai dan pihak pengambil keputusan.

2.2.3 Evaluasi dalam pembelajaran