Antibacterial Activity of Microencapsulation of Trigona spp. Propolis Pandeglang after Following Exposure to Cattle Rumen Fluid.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MIKROKAPSULASI PROPOLIS
Trigona spp. PANDEGLANG SETELAH TERPAPAR
CAIRAN RUMEN SAPI

INDRA SAPUTRA

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MIKROKAPSULASI PROPOLIS
Trigona spp. PANDEGLANG SETELAH TERPAPAR
CAIRAN RUMEN SAPI

INDRA SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.
Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi
Nama
: Indra Saputra
NIM
: G44104010

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. H. A.E. Zainal Hasan, M.Si.
Anggota


Dr. Ir. I Made Artika, M.App, Sc.
Ketua

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan dari bulan April 2008 ini ialah growth promoter
(pemacu pertumbuhan), dengan judul Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi
Propolis Trigona spp. Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Made Artika, M.App,
Sc. sebagai pembimbing utama, Ir. H. A.E. Zainal Hasan, M.Si. sebagai anggota,
dan seluruh staf laboratorium Biokimia (Pak Yadi, Pak Nana, Pak Arya, Ibu Is,

Ibu Mery, Ibu Tuti) atas kenangan indah kepada penulis selama penelitian. Di
samping itu, terima kasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan laskar
propolis (Intan, Dedy, Fitri, Dian, Datasena, Desy) yang selalu memberi
dukungan, perhatian, dan semangatnya. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman satu kos (Nanda RP, Syahrul F, Aji P, Harry W, Aris K, Miko A)
dan teman satu perjuangan Biokimia angkatan 2004 atas kebersamaannya selama
ini. Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis ucapkan kepada orang tua, adik
yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan bantuan baik moril maupun
materil, serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

Indra Saputra

3


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 1986 dari ayah Juan
Mukri dan ibu Yusnainah. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta Barat dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
(USMI) IPB. Penulis memilih Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Ketua Rohis
Departemen Biokimia IPB tahun 2005-2006, Ketua Departemen Kerohanian
Community of Research and Education in Biochemistry (CREBs) periode 20052006, dan anggota Departemen Mikrobiologi CREBs periode 2006-2007. Penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar TPB tahun 2006, asisten
Struktur dan Fungsi Subseluler 2007, staf pengajar Kimia BTA 8 Bogor tahun
2006-2007, dan staf pengajar Kimia Primagama Merdeka Bogor 2008-sekarang.
Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia. Penulis
melakukan praktik lapang di Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia Cibinong
tahun 2007 dengan judul Fermentasi Berbagai Substrat oleh Bakteri Asam Laktat
Heterofermentatif.

4


ABSTRAK
INDRA SAPUTRA. Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.
Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi. Dibimbing oleh I MADE
ARTIKA dan ZAINAL HASAN.
Penggunaan antibiotika pada sapi potong untuk mengatasi masalah diare,
ternyata mempunyai beberapa kekurangan, yaitu menimbulkan residu antibiotika
dan resistensi mikrob. Solusi alternatif adalah pemakaian antibakteri alami seperti
propolis. Untuk mencapai mikrob target pada usus halus, propolis harus melewati
rumen. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh mikrokapsulasi propolis
terhadap waktu pelepasan propolis setelah terpapar cairan rumen sapi. Propolis
Trigona spp. yang digunakan berasal dari Pandeglang, Jawa Barat. Propolis
diekstraksi dengan metode maserasi. Ekstrak pekat propolis kemudian dibuat
mikrokapsul dengan maltodekstrin sebagai bahan penyalut. Konsentrasi
mikrokapsul yang dibuat, yaitu 2% dan 4%. Campuran kemudian dikeringkan
dengan teknik vaccum drying. Hasil mikrokapsul yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam kapsul gelatin keras ukuran 00 dan 1. Kemudian, kapsulkapsul tersebut diuji ketahanannya terhadap rumen sapi. Setelah itu, dilakukan uji
residu akivitas antibakteri propolis dengan metode difusi sumur. Rendemen
ekstrak propolis yang dihasilkan sebesar 8.81%. Mikrokapsul propolis berwarna
kuning kecoklatan. Aktivitas antibakteri propolis masih terlihat sampai jam ke-24
setelah perlakuan dengan cairan rumen sapi. Mikrokapsulasi propolis berpotensi

dalam memperlambat pelepasan komponen aktif propolis dalam cairan rumen
sapi. Efektivitas penghambatan tertinggi terhadap propolis merk-X terjadi pada
ukuran kapsul 227 mg dan konsentrasi propolis 4% sebesar 160.69%.

5

ABSTRACT
INDRA SAPUTRA. Antibacterial Activity of Microencapsulation of Trigona spp.
Propolis Pandeglang after Following Exposure to Cattle Rumen Fluid. Under the
direction of I MADE ARTIKA and ZAINAL HASAN.
The use of antibiotics to overcome diarrhea in cattle causes some problems
related to microbe resistence and antibiotic residue. The alternative solution is
using natural antibiotic like propolis. Aim of this research is study the effect of
propolis microencapsulation on release time of propolis following exposure to
cattle rumen fluid. Trigona spp. Propolis used on this research collected from
Pandeglang, West Java. Propolis was extracted with maseration method. Then,
condensed extract propolis was microencapsulated using maltodextrin as filler.
Concentration of propolis were 2% and 4%. The mixture was dried using vaccum
drying method. Then, propolis microcapsule was put into hard gelatine capsule
size 00 and 1. Capsules were then tested with endurance test to cattle rumen. After

that, antibacterial activity of propolis was tested using well diffusion method.
Rendement of propolis extract produced is 8.81%. Propolis microcapsule has
brown-yellow colour. Antibacterial activity of propolis was still detected until 24
hour after cattle rumen fluid treatment. Microencapsulation of propolis has a
potency to slow down release of propolis active compounds in cattle rumen. The
effective value of the highest inhibition compared to propolis X-brand on 227 mg
of capsule size and propolis 4% is 160.69%.

6

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Lebah Madu Trigona spp. ........................................................................... 1
Propolis....................................................................................................... 2
Pemacu Pertumbuhan .................................................................................. 3

Rumen Sapi ................................................................................................ 4
Mikrob Rumen Sapi .................................................................................... 5
Kapsul......................................................................................................... 5
Mikrokapsulasi ........................................................................................... 6
Escherichia coli .......................................................................................... 7
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................... 7
Metode ........................................................................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Propolis ........................................................................ 9
Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp. ........................................................ 10
Uji Ketahanan Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp. ................................. 11
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Trigona spp .................................... 12
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Ukuran Kapsul 00 ........................... 12
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Ukuran Kapsul 1 ............................. 14
Interaksi Konsentrasi, Waktu Kontak, dan Ukuran Kapsul
terhadap Aktivitas Antibakteri Propolis ...................................................... 16
Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis terhadap Kapsul Ampisilin ..... 16
Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis terhadap Propolis Merk-X ...... 17
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
LAMPIRAN .................................................................................................... 21

7

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi propolis ...................................................................................... 3
2 Aktivitas biologis komponen propolis .......................................................... 3
3 Proses mikrokapsulasi dan ukuran kapsul yang dihasilkan ........................... 6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Trigona spp. ................................................................................................ 2

2

Propolis dalam sarang lebah ........................................................................ 3


3

Jalur pencernaan ruminansia ....................................................................... 5

4

Hasil mikrokapsulasi propolis Trigona spp. 2% dan 4% ........................... 11

5

Diameter zona bening semua perlakuan konsentrasi ukuran kapsul 00........ 13

6

Diameter zona bening konsentrasi mikrokapsul propolis dengan kapsul
2% dan 4% ukuran kapsul 00 ................................................................... 13

7


Diameter zona bening mikrokapsulasi dengan atau tanpa kapsul
konsentrasi 2% dan 4% ukuran kapsul 00 .................................................. 13

8

Diameter zona bening semua perlakuan konsentrasi ukuran kapsul 1.......... 14

9

Diameter zona bening konsentrasi mikrokapsul propolis dengan kapsul
2% dan 4% ukuran kapsul 1 ..................................................................... 15

10 Diameter zona bening mikrokapsulasi dengan atau tanpa kapsul
konsentrasi 2% dan 4% ukuran kapsul 1..................................................... 15
11 Efektivitas penghambatan ekstrak propolis terhadap kapsul ampisilin ........ 17
12 Efektivitas penghambatan ekstrak propolis terhadap propolis merk-X ........ 17

8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Tahapan penelitian .................................................................................... 22

2

Ekstraksi propolis....................................................................................... 22

3

Perhitungan rendemen ................................................................................ 23

4 Formulasi campuran A dan B dalam pembuatan mikrokapsul
propolis asal Pandeglang ............................................................................ 24
5

Tahapan pembuatan mikrokapsul propolis.................................................. 24

6

Diameter daerah bening kapsul ukuran 00 .................................................. 25

7

Diameter zona bening kapsul ukuran 1 ....................................................... 27

8

Diameter zona bening kontrol .................................................................... 29

9

Hasil pengukuran zona bening ukuran kapsul 1 .......................................... 30

10 Hasil pengukuran zona bening kapsul 00 ................................................... 31
11 Zona bening kontrol ................................................................................... 32
12 Hasil ANOVA menggunakkan SAS 9.1 ..................................................... 33
13 Hasil two-way ANOVA menggunakkan Minitab 14................................... 34
14 Berbagai ukuran kapsul gelatin keras yang sudah diisikan
hasil mikrokapsulasi ................................................................................... 35
15 Desain alat uji ketahanan mikrokapsul propolis ........................................ 35
16 Efektivitas antibakteri ekstrak propolis ....................................................... 36

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MIKROKAPSULASI PROPOLIS
Trigona spp. PANDEGLANG SETELAH TERPAPAR
CAIRAN RUMEN SAPI

INDRA SAPUTRA

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MIKROKAPSULASI PROPOLIS
Trigona spp. PANDEGLANG SETELAH TERPAPAR
CAIRAN RUMEN SAPI

INDRA SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.
Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi
Nama
: Indra Saputra
NIM
: G44104010

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. H. A.E. Zainal Hasan, M.Si.
Anggota

Dr. Ir. I Made Artika, M.App, Sc.
Ketua

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan dari bulan April 2008 ini ialah growth promoter
(pemacu pertumbuhan), dengan judul Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi
Propolis Trigona spp. Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Made Artika, M.App,
Sc. sebagai pembimbing utama, Ir. H. A.E. Zainal Hasan, M.Si. sebagai anggota,
dan seluruh staf laboratorium Biokimia (Pak Yadi, Pak Nana, Pak Arya, Ibu Is,
Ibu Mery, Ibu Tuti) atas kenangan indah kepada penulis selama penelitian. Di
samping itu, terima kasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan laskar
propolis (Intan, Dedy, Fitri, Dian, Datasena, Desy) yang selalu memberi
dukungan, perhatian, dan semangatnya. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman satu kos (Nanda RP, Syahrul F, Aji P, Harry W, Aris K, Miko A)
dan teman satu perjuangan Biokimia angkatan 2004 atas kebersamaannya selama
ini. Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis ucapkan kepada orang tua, adik
yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan bantuan baik moril maupun
materil, serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

Indra Saputra

3

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 1986 dari ayah Juan
Mukri dan ibu Yusnainah. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta Barat dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
(USMI) IPB. Penulis memilih Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Ketua Rohis
Departemen Biokimia IPB tahun 2005-2006, Ketua Departemen Kerohanian
Community of Research and Education in Biochemistry (CREBs) periode 20052006, dan anggota Departemen Mikrobiologi CREBs periode 2006-2007. Penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar TPB tahun 2006, asisten
Struktur dan Fungsi Subseluler 2007, staf pengajar Kimia BTA 8 Bogor tahun
2006-2007, dan staf pengajar Kimia Primagama Merdeka Bogor 2008-sekarang.
Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia. Penulis
melakukan praktik lapang di Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia Cibinong
tahun 2007 dengan judul Fermentasi Berbagai Substrat oleh Bakteri Asam Laktat
Heterofermentatif.

4

ABSTRAK
INDRA SAPUTRA. Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.
Pandeglang setelah Terpapar Cairan Rumen Sapi. Dibimbing oleh I MADE
ARTIKA dan ZAINAL HASAN.
Penggunaan antibiotika pada sapi potong untuk mengatasi masalah diare,
ternyata mempunyai beberapa kekurangan, yaitu menimbulkan residu antibiotika
dan resistensi mikrob. Solusi alternatif adalah pemakaian antibakteri alami seperti
propolis. Untuk mencapai mikrob target pada usus halus, propolis harus melewati
rumen. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh mikrokapsulasi propolis
terhadap waktu pelepasan propolis setelah terpapar cairan rumen sapi. Propolis
Trigona spp. yang digunakan berasal dari Pandeglang, Jawa Barat. Propolis
diekstraksi dengan metode maserasi. Ekstrak pekat propolis kemudian dibuat
mikrokapsul dengan maltodekstrin sebagai bahan penyalut. Konsentrasi
mikrokapsul yang dibuat, yaitu 2% dan 4%. Campuran kemudian dikeringkan
dengan teknik vaccum drying. Hasil mikrokapsul yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam kapsul gelatin keras ukuran 00 dan 1. Kemudian, kapsulkapsul tersebut diuji ketahanannya terhadap rumen sapi. Setelah itu, dilakukan uji
residu akivitas antibakteri propolis dengan metode difusi sumur. Rendemen
ekstrak propolis yang dihasilkan sebesar 8.81%. Mikrokapsul propolis berwarna
kuning kecoklatan. Aktivitas antibakteri propolis masih terlihat sampai jam ke-24
setelah perlakuan dengan cairan rumen sapi. Mikrokapsulasi propolis berpotensi
dalam memperlambat pelepasan komponen aktif propolis dalam cairan rumen
sapi. Efektivitas penghambatan tertinggi terhadap propolis merk-X terjadi pada
ukuran kapsul 227 mg dan konsentrasi propolis 4% sebesar 160.69%.

5

ABSTRACT
INDRA SAPUTRA. Antibacterial Activity of Microencapsulation of Trigona spp.
Propolis Pandeglang after Following Exposure to Cattle Rumen Fluid. Under the
direction of I MADE ARTIKA and ZAINAL HASAN.
The use of antibiotics to overcome diarrhea in cattle causes some problems
related to microbe resistence and antibiotic residue. The alternative solution is
using natural antibiotic like propolis. Aim of this research is study the effect of
propolis microencapsulation on release time of propolis following exposure to
cattle rumen fluid. Trigona spp. Propolis used on this research collected from
Pandeglang, West Java. Propolis was extracted with maseration method. Then,
condensed extract propolis was microencapsulated using maltodextrin as filler.
Concentration of propolis were 2% and 4%. The mixture was dried using vaccum
drying method. Then, propolis microcapsule was put into hard gelatine capsule
size 00 and 1. Capsules were then tested with endurance test to cattle rumen. After
that, antibacterial activity of propolis was tested using well diffusion method.
Rendement of propolis extract produced is 8.81%. Propolis microcapsule has
brown-yellow colour. Antibacterial activity of propolis was still detected until 24
hour after cattle rumen fluid treatment. Microencapsulation of propolis has a
potency to slow down release of propolis active compounds in cattle rumen. The
effective value of the highest inhibition compared to propolis X-brand on 227 mg
of capsule size and propolis 4% is 160.69%.

6

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Lebah Madu Trigona spp. ........................................................................... 1
Propolis....................................................................................................... 2
Pemacu Pertumbuhan .................................................................................. 3
Rumen Sapi ................................................................................................ 4
Mikrob Rumen Sapi .................................................................................... 5
Kapsul......................................................................................................... 5
Mikrokapsulasi ........................................................................................... 6
Escherichia coli .......................................................................................... 7
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................... 7
Metode ........................................................................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Propolis ........................................................................ 9
Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp. ........................................................ 10
Uji Ketahanan Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp. ................................. 11
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Trigona spp .................................... 12
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Ukuran Kapsul 00 ........................... 12
Residu Aktivitas Antibakteri Propolis Ukuran Kapsul 1 ............................. 14
Interaksi Konsentrasi, Waktu Kontak, dan Ukuran Kapsul
terhadap Aktivitas Antibakteri Propolis ...................................................... 16
Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis terhadap Kapsul Ampisilin ..... 16
Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis terhadap Propolis Merk-X ...... 17
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
LAMPIRAN .................................................................................................... 21

7

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi propolis ...................................................................................... 3
2 Aktivitas biologis komponen propolis .......................................................... 3
3 Proses mikrokapsulasi dan ukuran kapsul yang dihasilkan ........................... 6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Trigona spp. ................................................................................................ 2

2

Propolis dalam sarang lebah ........................................................................ 3

3

Jalur pencernaan ruminansia ....................................................................... 5

4

Hasil mikrokapsulasi propolis Trigona spp. 2% dan 4% ........................... 11

5

Diameter zona bening semua perlakuan konsentrasi ukuran kapsul 00........ 13

6

Diameter zona bening konsentrasi mikrokapsul propolis dengan kapsul
2% dan 4% ukuran kapsul 00 ................................................................... 13

7

Diameter zona bening mikrokapsulasi dengan atau tanpa kapsul
konsentrasi 2% dan 4% ukuran kapsul 00 .................................................. 13

8

Diameter zona bening semua perlakuan konsentrasi ukuran kapsul 1.......... 14

9

Diameter zona bening konsentrasi mikrokapsul propolis dengan kapsul
2% dan 4% ukuran kapsul 1 ..................................................................... 15

10 Diameter zona bening mikrokapsulasi dengan atau tanpa kapsul
konsentrasi 2% dan 4% ukuran kapsul 1..................................................... 15
11 Efektivitas penghambatan ekstrak propolis terhadap kapsul ampisilin ........ 17
12 Efektivitas penghambatan ekstrak propolis terhadap propolis merk-X ........ 17

8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Tahapan penelitian .................................................................................... 22

2

Ekstraksi propolis....................................................................................... 22

3

Perhitungan rendemen ................................................................................ 23

4 Formulasi campuran A dan B dalam pembuatan mikrokapsul
propolis asal Pandeglang ............................................................................ 24
5

Tahapan pembuatan mikrokapsul propolis.................................................. 24

6

Diameter daerah bening kapsul ukuran 00 .................................................. 25

7

Diameter zona bening kapsul ukuran 1 ....................................................... 27

8

Diameter zona bening kontrol .................................................................... 29

9

Hasil pengukuran zona bening ukuran kapsul 1 .......................................... 30

10 Hasil pengukuran zona bening kapsul 00 ................................................... 31
11 Zona bening kontrol ................................................................................... 32
12 Hasil ANOVA menggunakkan SAS 9.1 ..................................................... 33
13 Hasil two-way ANOVA menggunakkan Minitab 14................................... 34
14 Berbagai ukuran kapsul gelatin keras yang sudah diisikan
hasil mikrokapsulasi ................................................................................... 35
15 Desain alat uji ketahanan mikrokapsul propolis ........................................ 35
16 Efektivitas antibakteri ekstrak propolis ....................................................... 36

1

PENDAHULUAN
Keseimbangan mikroflora di dalam usus
sapi sangat penting karena berpengaruh
terhadap pertumbuhan sapi. Keseimbangan
yang bernilai negatif, yang berarti bakteri
patogen berjumlah lebih besar daripada
bakteri tidak patogen merupakan penyebab
diare yang banyak terjadi pada sapi. Salah
satu bakteri yang dapat menyebabkan diare
adalah Escherichia coli. E. coli merupakan
bakteri
tidak
patogen
yang
dapat
menyebabkan diare ketika jumlah populasinya
di dalam usus melebihi jumlah populasi
normal. Masalah diare yang terjadi
menyebabkan penurunan bobot sapi, yang
berdampak pada menurunnya harga sapi di
pasaran. Hal ini sangat merugikan para
peternak sapi yang ada. Solusi yang ada
adalah dengan menambahkan pada pakan
beberapa antibiotika yang telah memenuhi
syarat seperti basitrasin dan virginiamisin
(Sutisna 2008). Antibiotika yang ditambahkan
ke dalam pakan ternak sering disebut dengan
pemacu pertumbuhan (growth promoter).
Menurut Ulfah (2007), pemakaian
antibiotika yang pada awalnya untuk
mengatasi masalah diare pada sapi, ternyata
menimbulkan
masalah
baru,
yaitu
ditemukannya resistensi mikrob dan residu
antibiotika pada produk ternak. Resistensi
mikrob dapat ditransfer dari ternak ke tubuh
manusia melalui kontak langsung manusia
dengan ternak maupun secara tidak langsung
melalui konsumsi produk hewani (termasuk
hewan laut), dan bahan-bahan makanan yang
diawetkan dengan antibiotika. Pernyataan ini
pun diperkuat oleh Naim (2003), penggunaan
antibiotika pada pakan hewan sebagai pemacu
pertumbuhan
telah
mengakibatkan
pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap
antibiotika yang umum digunakan untuk
terapi infeksi pada manusia.
Propolis yang dihasilkan oleh lebah madu
Trigona spp. terbukti mampu berperan
sebagai agen antibakteri pada beberapa bakteri
uji seperti Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas
aeruginosa (Anggraini 2006). Penelitian
selanjutnya, yaitu Lasmayanty (2007) telah
mengujikan propolis Trigona spp. pada
Streptococcus mutans, penyebab karies gigi.
Fatoni (2008) menyatakan bahwa ekstrak
propolis pada konsentrasi 2.04% dan 5.90%
berturut-turut dapat menghambat beberapa
bakteri patogen dan tidak patogen di usus
sapi potong dewasa.

Hipotesis penelitian, yaitu bahwa
mikrokapsul propolis yang telah terpapar
cairan rumen sapi akan tetap aktif. Penelitian
bertujuan mempelajari waktu pelepasan
propolis setelah terpapar cairan rumen sapi.
Adanya resistensi mikrob dan ditemukannya
residu antibiotika pada produk ternak menjadi
alasan utama diperlukannya alternatif
antibiotika yang bersifat alami dan aman
untuk manusia.
Pencarian alternatif antibiotika sebagai
pemacu pertumbuhan sudah banyak dilakukan
di antaranya Ulfah (2007) melaporkan bahwa
minyak esensial berpotensi sebagai alternatif
antibiotika pemacu pertumbuhan. Akan tetapi,
penelitian mengenai uji mengetahui sifat
ketahanan propolis yang telah dimikrokapsul
dengan bahan penyalut maltodekstrin di dalam
cairan rumen sapi belum dilakukan. Oleh
karena itu, uji ketahanan mikrokapsulasi
propolis Trigona spp. Pandeglang dalam
cairan rumen sapi in vitro perlu dilakukan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi tentang waktu pelepasan propolis
yang dimikrokapsul setelah terpapar cairan
rumen sapi.

TINJAUAN PUSTAKA
Lebah Madu Trigona spp.
Lebah madu Trigona spp. merupakan
serangga yang hidup berkelompok dan
membentuk suatu koloni. Lebah madu
Trigona spp. termasuk ke dalam golongan
stingless bee. Lebah madu Trigona spp. Juga
sering disebut dengan Melipona. Golongan
stingless bee adalah golongan lebah yang
menggigit akan tetapi tidak menyengat. Lebah
ini mudah dijumpai di daerah tropis dan
subtropis di Amerika Selatan, setengah bagian
Afrika Selatan, dan Asia Tenggara. Koloninya
terdiri atas 300-80.000 ekor lebah (Free
1982). Lebah Trigona spp. diklasifikasikan
dalam divisi Animalia, filum Arthopoda, kelas
Insecta, ordo Hymenoptera, famili Apidae,
genus Trigona, dan species Trigona spp.
(Sihombing 1997). Menurut Singh (1962)
kandungan madu pada Trigona lebih sedikit
daripada golongan lebah lokal seperti Apis.
Madu yang terdapat pada Trigona juga sulit
untuk diekstrak. Akan tetapi, kandungan
propolis pada Trigona lebih banyak daripada
golongan Apis. Lebah madu Trigona spp.
dapat dilihat pada Gambar 1.
Trigona spp. (gala-gala, lebah lilin),
dalam bahasa daerah dinamakan klanceng,
lenceng (Jawa), atau teuweul (Perum

2

Perhutani 1986). Jumlah madu yang
dihasilkan lebih sedikit dan lebih sulit
diekstrak, namun jumlah propolisnya lebih
banyak dibandingkan dengan lebih jenis lain
(Singh 1962). Trigona spp. memiliki sengat
sisa akan tetapi tidak digunakan sebagai alat
pertahanan. Lebah ini akan menggigit
musuhnya atau membakar kulit musuhnya
dengan larutan basa. Lebah ini juga dilengkapi
dengan sistem kekebalan untuk menyerang
serangga penggangu lain (Free 1982). Trigona
spp. lebih banyak mencari makanan pada pagi
hari dibandingkan dengan sore hari. Hal ini
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari.
Ukuran tubuh sangat mempengaruhi jarak
terbang lebah mencari makanan. Makin besar
tubuh lebah maka makin jauh jarak
terbangnya. Trigona spp. dengan ukuran 5 cm
mempunyai jarak terbang sekitar 600 m
(Amano et al. 2000 dalam Nelli 2004).
Koloni lebah madu terdiri atas dua
golongan, yaitu golongan reproduktif (lebah
jantan dan ratu) dan golongan nonreproduktif
(lebah pekerja). Satu sama lainnya dapat
dibedakan dari bentuk, rupa, warna, dan
tingkah laku. Satu koloni lebah hanya
memiliki satu ekor ratu, ratusan ekor lebah
jantan, dan ribuan ekor lebah pekerja
(Sumoprastowo 1980). Ratu memiliki ukuran
paling besar dan paling menarik di antara
lebah lainnya dalam koloni. Ratu hanya
bertugas menghasilkan telur dan lebah jantan
bertugas mengawini lebah ratu. Semua
pekerjaan dilakukan oleh lebah pekerja, baik
pekerjaan di dalam sarang maupun di luar
sarang. Semua pembagian tugas dilakukan
dengan teratur berdasarkan tingkatan usia
(Sumoprastowo 1980).

Gambar 1

Lebah madu Trigona spp.

Propolis
Propolis merupakan produk selain madu
yang dihasilkan lebah
yang digunakan
sebagai pertahanan ataupun bahan pengisi
retakan pada struktur sarang (Munstest &
Zygmut dalam Haddadin 2008 ; Krell 2004).
Propolis sering disebut dengan bee glue atau
lem lebah (Iraz et al. 2005). Propolis
merupakan resin lengket yang dikumpulkan
oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit kayu,

dan dari bagian tumbuhan lain (Gojmerac
1983). Resin-resin yang diperoleh dari
bermacam-macam
tumbuhan
kemudian
dicampur dengan saliva dan enzim lebah
sehingga berbeda dari resin tumbuhan
asalnya. Propolis di dalam sarang lebah dapat
dilihat pada Gambar 2.
Propolis berwarna kuning sampai coklat
tua, bahkan ada yang transparan. Perbedaan
warna tersebut dipengaruhi oleh kandungan
flavonoidnya. Pada suhu di bawah 15°C,
propolis keras dan rapuh, tetapi kembali lebih
lengket pada suhu 25-45°C. Propolis
umumnya meleleh pada suhu 60-69°C dan
beberapa sampel mempunyai titik leleh di atas
100°C (Woo 2004).
Propolis
sangat
diperlukan
bagi
kelangsungan kehidupan lebah madu, yaitu
sebagai antimikrob (Dharmayanti 2000) dan
digunakan untuk mengisi celah dan retakan
serta menghaluskan permukaan yang kasar
pada sarang lebah madu (Gojmerac 1983).
Lebah madu sangat memerlukan propolis
karena lebah madu sangat rentan dengan
infeksi bakteri dan virus (Chinthalapally et al.
1993).
Propolis
mampu
menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri seperti Bacillus
subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, dan Pseudomonas aeruginosa (Anggraini
2006). Lasmayanty (2007) telah menguji efek
ekstrak propolis Trigona spp. terhadap bakteri
Streptococcus mutans penyebab karies gigi.
Propolis Trigona spp. asal Pandeglang dan
Bukittinggi diketahui bahwa pada tingkat
konsentrasi tertentu lebih menghambat bakteri
patogen daripada bakteri tidak patogen di
usus sapi (Fatoni 2008 ; Tukan 2008).
Gojmerac (1983) menyatakan bahwa
propolis mengandung bahan campuran
kompleks malam, resin, balsam, minyak, dan
sedikit polen (Tabel 1). Unsur aktif yang
penting dalam bidang farmakologi adalah
flavonoid (flavon, flavonol, flavonon),
senyawa fenolat, serta senyawa aromatik.
Flavonoid berperan dalam pewarnaan
tumbuhan. Senyawa flavonoid yang ada di
antaranya
adalah
flavonol
(galangin,
kaemferol, quersetin), flavonon (pinocembrin
dan pinosrobin), serta falvon (chrysin,
acacetin, apigenin, ermanin). Beberapa
senyawa fenolat yang ada di antaranya adalah
hidroksisinamat, asam sinamat, vanilin, benzil
alkohol, asam benzoat, kafeat, kumarat, serta
asam ferulat. Berbeda dengan komposisi
kimia yang dikandung oleh propolis nilai
nutrisi yang dikandung propolis sangat
sedikit, yaitu berasal dari protein, asam amino,
mineral dan gula, serta vitamin dalam jumlah

3

kecil seperti vitamin A, B1, B2, B6, C, dan E
(Khismatulina 2005).
Komposisi
kimia propolis sangat
kompleks dan tergantung vegetasi lingkungan
tempat pengumpulannya. Pada daerah
beriklim sedang seperti Eropa, Asia, dan
Amerika Utara, sumber utama propolis adalah
kuncup pohon poplar. Aktivitas biologis
propolis dapat dilihat pada Tabel 2.
Kelebihan propolis sebagai antibiotika
alami dibandingkan dengan bahan sintetik
adalah lebih aman serta dengan efek samping
yang relatif kecil. Satu-satunya efek samping
yang terjadi dan itu pun jarang terjadi, yaitu
timbulnya reaksi alergi. Selain itu, propolis
sebagai antibiotika mempunyai selektivitas
yang tinggi. Propolis hanya membunuh
bakteri penyebab penyakit sedangkan mikrob
yang berguna seperti flora usus tidak
terganggu (Winingsih 2004).

Tabel 2 Aktivitas biologis komponen propolis
No

Jenis aktivitas

Senyawa

1

Antibakteri

Prenylated pcoumaric
acids
Lignans
Diterpenic
acids

2

Sitotoksik

Flavonoid
Prenylated pcoumaric
acids
Lignans
Diterpenic
acids

3

imunomodulasi

Caffeoulquini
c acids

4

antihepatotoksik

Caffeoulquini
c acids

(Bankova et al. 2000)

Gambar 2

Propolis dalam sarang lebah.

Tabel 1 Komposisi propolis
Kelas
Golongan
Senyawa
Senyawa
Flavonoid,
asam
Resin
aromatik, dan
esternya
Asam lemak
Lilin
dan esternya
Minyak
Volatil
esensial
Protein dan
Polen
asam amino
bebas
Mineral,
Senyawa
lakton, quinon,
organik dan
steroid,
mineral
vitamin, dan
gula
(Khismatullina 2005)

Jumlah

50%

30%
10%
5%

5%

Pemacu Pertumbuhan
Pemacu pertumbuhan (growth promoter)
adalah zat aditif yang ditambahkan ke dalam
pakan
ternak
untuk
mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas
(Sutisna 2008). Zat-zat yang biasa digunakan
sebagai
pemacu
pertumbuhan
adalah
antibiotika, hormon, dan acidifier. Menurut
National Office of Animal Health (NAOH
2001 dalam Tukan 2008), antibiotic growth
Promoter (AGP) meningkatkan efisiensi
pencernaan makanan pada hewan sehingga
pertumbuhannya cepat dan kondisi tubuhnya
sehat. Antibiotic growth promotor adalah
antibiotika yang berfungsi sebagai pemacu
pertumbuhan. Dosis antibiotika sebagai
pemacu pertumbuhan, yaitu subteurapetik (di
bawah dosis pengobatan). Sifat pemberian
pemacu pertumbuhan lebih bersifat suplemen.
Selain bahan-bahan tersebut terdapat
bahan-bahan lain seperti obat herbal,
imunomodulator, probiotik dan prebiotik.
Ketiga bahan tersebut memang memiliki
fungsi yang mirip dengan (antibiotika dan
hormon) tetapi memiliki cara kerja yang
berbeda, yaitu melalui penyehatan saluran
pencernaan atau penguatan sistem kekebalan
tubuh yang bertujuan
meningkatkan
kesehatan sehingga mampu mempercepat

4

pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas
hewan ternak.
Masyarakat telah lama mengenal dan
menerapkan antibiotika sebagai pemacu
pertumbuhan pada ternak. Akan tetapi,
penggunaan antibiotika dinilai banyak
memiliki kekurangan. Salah satu yang penting
adalah penggunaan antibiotika pada pakan
hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah
mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang
resisten terhadap antibiotika yang umum
digunakan untuk terapi infeksi pada manusia
(Naim 2003; Ulfah 2007).
Mekanisme resistensi pada bakteri
meliputi mutasi, penghambatan aktivitas
antibiotika secara enzimatik, perubahan
protein yang merupakan target antibiotika,
perubahan jalur metabolik, efluks antibiotika,
perubahan pada saluran porin, dan perubahan
permeabilitas membran (Naim 2003). Ada
beberapa syarat antibiotika sebagai pemacu
pertumbuhan antara lain 1) antibiotika yang
digunakan harus aman buat manusia, hewan
dan lingkungan, 2) antibiotika memiliki
keampuhan
yang tinggi, 3) antibiotika
bermutu bagus, 4) antibiotika yang digunakan
pada ternak adalah yang tidak digunakan pada
manusia,
khususnya
untuk
mencegah
resistensi bakteri pada manusia, 5) sifat
antibiotika harus tidak diserap oleh usus, 6)
dosis penggunaannya sangat kecil antara 1
dan 2 ppm atau 1-2 kg per ton pakan, 7) sifat
antibiotika harus mudah terdegradasi (Sutisna
2008). Oleh sebab itu, hanya beberapa jenis
antibiotika saja yang boleh digunakan sebagai
pemacu pertumbuhan dari sekian banyak
antibiotika, sebagai contoh basitrasin, dan
virginiamisin.
Obat-obatan herbal, probiotik, dan
imunomodulator mempunyai cara kerja yang
berbeda dengan antibiotika. Obat herbal
menurut Sutisna (2008) seperti kunyit, jahe,
temulawak dapat memberi khasiat secara
empiris sebagai peningkat nafsu makan pada
ternak. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
dari (Kandou 2008 dalam Sutisna 2008)
bahwa produk herbal dari ekstrak Curcuma
domestica (kunyit), Curcuma xanthorrhizae
(temulawak) berdasarkan penelitian tim riset
independen memang memiliki keunggulan
mampu memperbaiki pencernaan ayam,
mencegah defisiensi vitamin, membentuk
jaringan tubuh yang sehat, dan menjaga daya
tahan
tubuh
ayam
tetap
tinggi.
Imunomodulator
dapat
berfungsi
meningkatkan kekebalan hewan ternak
sedangkan probiotik berfungsi menyeleksi

pertumbuhan bakteri yang baik dalam saluran
pencernaan (Sutisna 2008).
Rumen Sapi
Rumen sapi adalah kompartemen terbesar
dari penyusun perut sapi. Rumen mengandung
miliaran bakteri, protozoa, dan fungi.
Mikroorganisme tersebut bersimbiosis dengan
sapi. Rumen sapi menyediakan substrat
penting untuk mikrob sedangkan mikrob
membantu sapi dalam mencerna makanannya
(Caert 2006). Hal ini menjadi alasan yang
membuat sapi dapat makan makanan dalam
jumlah besar. Jalur pencernaan hewan
ruminansia dapat dilihat pada Gambar 3.
Hungate (1966) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa cara pengambilan cairan
rumen antara lain (1) pengambilan langsung
dari tempat penjagalan, (2) menggunakan
tabung perut, dan (3) melalui fistula. Ketiga
metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan
masing-masing.
Metode
pengambilan langsung dari tempat penjagalan
dilakukan apabila kita ingin melihat aktivitas
rumen. Kekurangan metode ini adalah
tercampurnya mikrob dengan pakan, kondisi
aerobik, kontaminan dari luar, dan perubahan
suhu rumen sampai 20-23°C. Pengambilan
rumen memakai tabung perut digunakan
untuk diagnosis. Pengambilan melalui fistula
dilakukan dengan melubangi bagian perut
hewan ruminansia.
Mikrob
rumen
membantu
dalam
pencernaan. Bakteri, protozoa dan fungi
mengubah nutrien pakan secara fermentatif
menjadi senyawa lain yang berbeda dari
molekul asalnya, misalnya protein dirombak
menjadi amoniak, karbohidrat diubah menjadi
asam lemak terbang, CO2, dan gas metana.
Gas metana dan CO2 merupakan komposisi
gas terbesar hasil fermentasi mikrob di dalam
rumen sapi (Dehority 2003). Volatile Fatty
Acids (VFA) yang paling banyak dihasilkan
adalah asam asetat, diikuti oleh asam
propionat, butirat, dan valerat (Hungate 1966).
Nilai pH rumen merupakan salah satu
faktor
yang
sangat
penting
dalam
mempengaruhi lingkungan rumen sapi. Nilai
pH rumen sangat mempengaruhi fermentasi
mikrobial. Kisaran nilai pH normal rumen
sapi, yaitu antara 5.5 sampai 7.0 dengan suhu
normal antara 38-40°C pada pakan normal
(Dehority 2003). Nilai pH rumen sangat
dipengaruhi oleh kandungan serat pakan yang
diberikan dan kandungan pengeluaran saliva
(Rychlik & Russell 2001). Kelenjar saliva
yang dikeluarkan akan memelihara nilai pH
agar tetap sesuai dengan nilai pH untuk

5

fermentasi mikrob. Saliva ruminansia banyak
mengandung anion bikarbonat dan fosfat
dengan nilai pH 8 atau lebih. Saliva akan
menetralkan pH ketika produk asam hasil
fermentasi dihasilkan. Produksi saliva lebih
besar saat hewan makan daripada tidak
makan (Dehority 2003). Produksi saliva per
hari yang dihasilkan tergantung pada tipe
hewan ruminansia dan jumlah pakan,
misalkan pada kambing sekitar 5-15 L dan
75-190 L untuk sapi (Hungate 1966).
Proses pencernaan makanan pada rumen
merupakan proses kombinasi antara motoris
dan biologis. Beberapa istilah penting dalam
pencernaan yang terjadi di dalam sapi, yaitu
ingesi, ruminansi, dan eruktasi. Ingesi adalah
teknik mengunyah awal makanan yang
dilakukan di mulut dan biasanya hanya untuk
mencampurkan makanan dengan saliva.
Ruminansi adalah teknik mengunyah dan
menelan kembali makanan. Teknik ruminansi
dapat membantu fermentasi oleh mikrob
dengan mengurangi partikel pakan (luas
permukaan
semakin
besar)
sehingga
meningkatkan kontak pakan dengan mikrob,
menambah
kandungan
saliva,
dan
meningkatkan laju pencampuran (Al-Bagdadi
2008). Ruminansi adalah proses pencernaan
yang di awali dari mulut, retikulum, mulut,
rumen, omasum, abomasum, usus halus, usus
besar, dan rektum. Eruktasi adalah teknik
mengeluarkan gas hasil fermentasi mikrob
seperti CO2 dan metana (Hungate 1966).
Gangguan dalam eruktasi dapat menyebabkan
perut yang membesar pada sapi akibat
berkumpulnya
gas
yang
tidak
bisa
dikeluarkan.
Rumen dalam mencerna makanan
melakukan kontraksi 2 sampai 3 kali tiap
menit. Proses ruminansi terjadi 8-12 jam
setiap hari dan selama proses ruminansi
tersebut dilepaskan gas 30-50 L tiap jam
(Dana 2008). Menurut Dehority (2003) dalam
24 jam, hewan ruminansia menghabiskan 6
jam makan, 9 jam ruminansi, dan 9 jam
bermalas-malasan. Ada beberapa alasan
mengapa hewan ruminansia melakukan proses
ruminansi, yaitu menghindari predator,
menyediakan oksigen, meningkatkan laju
pemasukan makanan ke dalam omasum, dan
mengurangi ukuran partikel pakan yang
diasup. Proses fermentasi juga terjadi di dalam
rumen sapi. Sistem fermentasi yang terletak di
dalam
rumen
mempunyai
beberapa
keuntungan, yaitu bakteri dalam rumen dapat
menggunakan senyawa nitrogen bukan protein
menjadi protein tubuhnya yang akhirnya dapat
tersedia bagi induk semang (Dehority 2003).

Gambar 3 Jalur pencernaan ruminansia.
Mikrob Rumen Sapi
Mikrob rumen dapat dibagi dalam tiga
grup utama, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi.
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat
bermanfaat bagi pencernaan pakan serat
karena fungi dapat membentuk koloni pada
jaringan selulosa pakan. Rhizoid fungi
tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman
sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna
oleh enzim bakteri rumen. Berbeda dengan
mikrob usus sapi, mikrob rumen bermanfaat
karena dapat menghasilkan asam lemak
terbang yang dapat dipakai sebagai sumber
energi (Hungate 1966). Bakteri tidak patogen
banyak berada di dalam saluran pencernaan
sapi dan membantu proses pencernaan.
Bakteri-bakteri rumen dapat digolongkan
menjadi bakteri selulolitik, proteolitik,
lipolitik, dan bakteri probiotik (Hungate
1966).
Jumlah bakteri di dalam rumen sapi
sekitar >1010 sel bakteri per gram (Russell &
Rychlik 2001). Bakteri rumen dapat
diklasifikasikan berdasarkan substrat utama
yang
digunakan,
karena
sulit
mengklasifikasikan
berdasarkan
morfologinya.
Kebalikannya
klasifikasi
protozoa didasarkan pada morfologinya sebab
mudah dilihat berdasarkan penyebaran
silianya. Beberapa jenis bakteri yang ada
adalah (a) bakteri pencerna selulosa
(Bakteroidessuccinogenes,
Ruminococcus
flavafaciens,
Ruminococcus
albus,
Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna
hemiselulosa
(Butyrivibrio
fibrisolvens,
Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp.),
(c) bakteri pencerna pati (Bakteroides
acmylophilus,
Streptococcus
bovis,
Succinnimonas
amylolytica), (d)
bakteri
pencerna
gula
(Triponema
bryantii,
Lactobasilus ruminus), dan (e) bakteri
pencerna protein (Clostridium sporogenus,
Bacillus licheniformis) (Hungate 1966).

6

Kapsul
Kapsul adalah bentuk padat sediaan obat
berbahan lembam yang dilapisi oleh gelatin.
Pelindung kapsul dari gelatin dapat bersifat
keras dan lembut tergantung komposisinya.
Pelindung kapsul gelatin kosong terdiri atas
gelatin, gula, air, dan pewarna. Kapsul
digunakan untuk melindungi zat atau senyawa
aktif yang ingin dimasukkan ke dalam tubuh
makhluk hidup. Ukuran kapsul bermacammacam tergantung pada dosis yang akan
dimasukkan dan densitasnya. Ukuran kapsul
yang sudah banyak dikenal, yaitu 000, 00, 0,
1, 2, 3, 4, dan 5. Ukuran tersebut berturutturut dari yang terbesar 000 dan terkecil 5
(Ansel 1989).
Kapsul gelatin keras biasa digunakan
untuk kebutuhan media dan klinis. Biasanya,
kapsul gelatin keras mengandung 13-16%
campuran bahan. Pelindung kapsul gelatin
keras terdiri atas 2 bagian, yaitu badan kapsul
dan tutup kapsul. Contoh kapsul gelatin keras
yaitu kapsul tetrasiklin. Kapsul gelatin lunak
dibuat dari gelatin, gliserin, sorbitol, dan air.
Keuntungan
kapsul
gelatin
lunak
dibandingkan dengan kapsul gelatin keras
adalah dapat digunakan dalam bidang farmasi
dan mudah ditelan. Komponen penyusun
kapsul gelatin lunak, yaitu gelatin, gliserin, air
atau bahan pelembab, bahan pengawet,
pewarna, penanda, perasa, dan pemanis (5%
sukrosa).
Mikrokapsulasi
Mikrokapsulasi adalah suatu cara
penggunaan matriks penyalut yang relatif
tipis pada partikel-pertikel zat padat atau
tetesan cairan dan dispersi. Ukuran partikel
yang dimikrokapsulasi dari puluhan mikron
sampai
5000 mikron (Lachman 1994).
Mikrokapsulasi juga merupakan suatu teknik
untuk menyalut suatu senyawa (dapat berupa
padatan, cairan, dan gas) dengan suatu
polimer penyalut yang berukuran sangat kecil
(mikron) (Yoshizawa 2004). Keuntungan
mikrokapsulasi adalah melindungi suatu
senyawa dari penguraian dan mengendalikan
pelepasan suatu senyawa aktif sehingga
mampu mencegah peningkatan konsentrasi
obat dalam saluran pencernaan secara
mendadak (Babstov et al. 2002). Beberapa
komponen penting dalam mikrokapsulasi,
yaitu bahan inti dan penyalut.
Bahan inti atau core (Yoshizawa 2004)
adalah bahan spesifik yang akan disalut dapat
berupa cairan dan padatan (Lachman 1994).
Penyalut adalah bahan yang menyalut bahan
inti. Polimer yang dapat digunakan sebagai

penyalut dalam mikrokapsulasi contohnya
adalah etilselulosa (Sutriyo 2004), alginat
(Rosalita 2008), kitosan, PLA (poli asam
laktat) (Robbani 2004 dalam Prihatiningsih
2008), pektin, gelatin (Rahmawati 2000),
CMC-kitosan
(Yundhana
2008),
dan
maltodekstrin (Anwar 2004 & Pratiwi 2005 ).
Syarat polimer yang digunakan dalam
mikrokapsulasi, yaitu biodegradable (mudah
terurai), biocompatible (dapat diterima), tidak
toksik, murah, dan stabil dalam bentuk
tunggal dan dalam larutannya (Lachman
1994). Bahan lain selain penyalut yaitu
perekat, pelincir, perekat, dan pewarna. Bahan
pelincir yang digunakan dalam penelitian
adalah magnesium stearat. Magnesium stearat
digunakan untuk memudahkan mengalirnya
bahan obat keluar dari matriks dan
memudahkan dalam pencetakan bentuk tablet.
Menurut Lachman (1994) metode
mikrokapsulasi yang dapat dilakukan dalam
bidang farmasi antara lain suspensi udara,
pemisahan
fase
koaservasi
(melalui
pencampuran melalui tiga tahap reaksi),
pengeringan semprot dan
pembekuan,
penyalutan di dalam panci, serta teknik
penguapan pelarut. Penelitian menggunakan
proses penguapan pelarut melalui teknik
vaccum drying. Ukuran partikel yang
dihasilkan dan bahan inti yang digunakan
dalam mikrokapsulasi dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3

Proses mikrokapsulasi dan ukuran
partikel yang dihasilkan

Proses
mikrokapsulasi

Bahan
inti

Ukuran
partikel

Suspensi udara

Padat

35-5000

Pemisahan fase
koaservasi

Padat dan
cair

2-5000

Sentrifugal
lubang ganda

Padat dan
cair

1-5000

Penyalutan di
dalam panci

Padat

600-5000

Penguapan
pelarut

Padat dan
cair

5-5000

Pengeringan
semprot dan
pembekuan

Padat dan
cair

600

(Lachman 1994)

7

Escherichia coli
Escherichia co