Pengangkatan Khalifah, Nas atau Musyawarah

Bab 16. Pengangkatan Khalifah, Nas atau Musyawarah

Semua ulama sependapat bahwa apabila sesuatu masalah telah ditetapkan Allah SWT dan Rasul­ Nya secara jelas, maka memilih yang lain dari itu tidaklah dibolehkan. Dengan kata lain, apabila telah ada nas (nash), maka orang tidak boleh berusaha mencari hukum yang lain daripada yang telah ditetapkan nas. Apabila telah ada nas tentang sesuatu, maka tidaklah boleh melakukan ijtihad mengenai masalah tersebut. Demikian pula tentang pemilihan. Allah SWT berfirman:

Tuhanmu telah berfirman dan memilih apa yang Ia kehendaki. Bagi mereka tiada pilihan. Mahasuci Allah dan Maha tinggi di atas sekutu­sekutu yang mereka persekutukan dengan­Nya. 546

Ayat ini menunjukkan dengan tegas bahwa manusia tidak boleh memilih selain apa yang telah dipilih oleh Allah SWT. Dalam surah yang lain, Allah berfirman:

Ingatlah, kepunyaan­Nya ciptaan dan perintah. 547 Sebab turunnya ayat di atas itu, menurut ahli tafsir Sunni al­Hazm 548 dan banyak ahli tafsir

lainnya, adalah jawaban kepada kaum musyrikin yang menuntut kepada Rasul Allah saw agar dua orang, Walid bin Mughirah di Makkah, dan ‘Urwah bin Mas’ud ats­Tsaqafi di Tha’if, diangkat menjadi Nabi atau agar mereka menerima wahyu, sebagaimana tersebut dalam Al­Qur’an:

Dan mereka berkata (pula), Mengapa Al­Qur’an ini tiada diturunkan kepada seorang yang besar dalam salah satu dari kedua kota (Makkah dan Taif)? 549

Maka Allah SWT memberitahukan bahwa Allah tiada akan mengutus seseorang dengan mengikuti pilihan orang lain. Dalam surah al­Ahzab, Allah SWT berfirman:

‘Tiada dibenarkan bagi orang mu’minin dan mu’minat, apabila Allah dan Rasul­Nya telah menetapkan sesuatu keputusan, bahwa mereka akan mengambil pilihan (lain) dalam soal mereka itu. Barangsiapa yang durhaka kerada Allah dan Rasul­Nya, pastilah ia tersesat dalam kesesatan yang nyata.’ 550

Allah juga berfirman dalam surah Ali ‘Imran: Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk

yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.

mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan

ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang­orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati. 551 Dalam surah al­Hujurat, Allah berfirman:

Hai orang­orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul­Nya. Tetapi takwalah kepada Allah. Sunggh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. 552

Ayat berikut ini ditunjukkan kepada Ibrahim, dalam Al­Qur’an: ‘Akan Kujadikan kau imam bagi manusia’. Ibrahim memohon, ‘Dari keturunanku juga, jadikan

pemimpin­pemimpin’. Menjawab (Tuhan) dan berfirman, ‘Janji­Ku tiada berlaku bagi orang yang zalim’. 553

Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa kepemimpinan itu janji Allah, sedang manusia tidak mempunyai hak untuk memilih. Kepemimpinan (Imamah) adalah hak mutlak dari Allah SWT, dan Allah SWT juga berfirman:

Al­Qur’an, al­Qashash (XXVIII). 68.

Al­Qur’an, al­Araf (VII). 54.

Al­Hazm, Tafsir, jilid V, hlm. 195.

Al­Qur’an, az­Zukhruf (XLIII), 31.

Al­Qur’an, al­Ahzab (XXXIII), 36.

Al­Qur’an, Ali Imran (III), 154.

Al­Qur’an, al­Hurujat (XLIX), 1.

Al­Qur’an, al­Baqarah (II), 124.

Dan urusan mereka dimusyawarahkan antara sesamanya. 554 Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat yang dikutipkan sebelumnya, karena, sebagaimana

telah dikatakan, apabila telah jelas nas dari sesuatu masalah, maka tidak boleh dimusyawarahkan lagi. Perintah Allah serta janjiNya telah demikian jelasnya, sehingga kaum Muslimin tidak boleh lagi memusyawarahkannya.

Demikian pula ayat Al­Qur’an: Maka disebabkan rahmat dari Allah­lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya

kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena

itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan

mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang­orang yang bertawakkal kepada­Nya. 555

Para ulama sependapat bahwa segala sesuatu dapat dimusyawarahkan, kecuali yang telah ditentukan Allah dan Rasul­Nya.

Masalahnya sekarang, adakah penunjukkan pengganti Rasul oleh Allah SWT dan Rasul­Nya? Sekiranya tidak ada, maka masalah yang luar biasa pentingnya ini, yaitu pengangkatan pemimpin

umat untuk mengganti Rasul, harus dilakukan dengan musyawarah.

Al­Qur’an, asy­Syura (XLII), 38.

Al­Qur’an, Ali­Imran (III), 159.