Nasib Sa’d bin ‘Ubadah

Bab 9. Nasib Sa’d bin ‘Ubadah

Kembali kepada pidato Umar tentang pemimpin Anshar, Sa’d bin ‘Ubadah, yang lafalnya: “Sambil bertindak demikian, kami meloncat ke arah Sa’d bin ‘Ubadah, dan seseorang mengatakan ‘Kamu membunuhnya’. saya katakan, ‘Allah yang membunuhnya’. 392

Dari pidato Umar ini dapat diambil kesimpulan bahwa Umar, atau rombongan Umar, meloncat hendak membunuh Sa’d bin ‘Ubadah, dan ia tidak menceritakan apakah Sa’d bin ‘Ubadah terbunuh pada saat itu atau tidak. Tetapi nampak seakan­akan Sa’d bin ‘Ubadah telah mati terbunuh, dan orang menuduh Umar yang membunuhnya, lalu Umar mengatakan bahwa Allah yang membunuh Sa’d bin ‘Ubadah.

Menurut Ya’qubi, pada saat itu keadaan sedang gaduh, dan orang­orang melangkahi permadani tempat Sa’d bin ‘Ubadah duduk. Pengawal Sa’d berteriak:

“Minggir, beri ruang agar Sa’d dapat bernafas.” Pada saat itu Umar berseru: “Bunuh Sa’d, mudah­mudahan Allah membunuhnya!” Umar lalu mendekati Sa’d bin ‘Ubadah seraya berkata: “Saya ingin menginjak engkau sampai remuk!” Putra Sa’d bin ‘Ubadah, Qais, berteriak kepada Umar: “Bila engkau menyentuh sehelai

rambutnya, akan aku rontokkan semua gigimu!” Abu Bakar berteriak: “Umar, tenang! Dalam keadaan seperti ini, kita perlu ketenangan!” Umar pergi meninggalkan Sa’d, tetapi Sa’d berteriak: “Bila aku dapat berdiri, aku akan membuat huru­hara di kota Madinah, agar engkau dan teman­

temanmu bersembunyi ketakutan. Kemudian aku akan menjadikanmu pelayan, bukan penguasa.” Lalu ia berpaling kepada orang­orangnya dan berkata: “Bawalah saya dari tempat ini!”. Mereka pun membawanya pergi. “Diriwayatkan 393 , beberapa

waktu kemudian seorang utusan telah dikirim untuk mengajaknya membaiat Abu Bakar: ‘Karena orang­orang dan kaummu sendiri sudah membaiat!’. Sa’d bin ‘Ubadah:

“Demi Allah, aku bersama keluargaku dan kaumku yang masih patuh kepadaku akan memerangimu dengan panah, tombak dan pisau. Demi Allah, andaikata seluruh jin dan manusia berkumpul membantumu, aku tetap tidak akan membaiatmu, sampai aku melaporkannya kepada Tuhanku Yang Maha Mengetahui tentang hisabku’.

Dan tatkala Abu Bakar mendengar berita ini Umar lalu berkata pada Abu Bakar: ‘Jangan tinggalkan sebelum dia membaiat!’

Dan Basyir bin Sa’d menyela: ‘Ia adalah seorang kepala batu dan ia telah menolak untuk membaiat. Ia tidak akan membaiat

sampai ia terbunuh. Kalau ia dibunuh, harus dibunuh juga anaknya, keluarganya dan sebagian dan kaumnya. Maka lebih baik, tinggalkan! Ia tidak akan merugikan kamu. Ia hanya seorang diri!’

Mereka meninggalkannya. Sejak itu Sa’d tidak shalat bersama mereka, tidak berkumpul dengan mereka, tidak juga naik haji bersama mereka dan tidak mengikuti kegiatan mereka. Hal ini berjalan terus sampai Abu Bakar meninggal dan digantikan Umar.” 394

“Dan tatkala Umar menjadi khalifah, sekali ia bertemu dengan Sa’d di salah satu jalan Madinah:

Thabari, Tarikh, jilid 4, hlm. 52; Ibnu Qutaibah, al­Imámah wa’s Siyasah, jilid 1, hlm. 18; Mas’udi, Muruj adz­Dzahab, jilid 1, hlm. 414; Ibnu ‘Abd Rabbih, ‘Iqd al­Farid, jilid 2, hlm. 254.

Thabari, ibid, jilid 3, hlm. 459; Ibnu Atsir, Tarikh, jilid 2, hlm. 126; Kanzu’1­’Ummál, jilid 3, hlm. 134; Imámah wa ‘s Siyasah, jilid 1, hlm. 10; Sirah al­Halabiyah, jilid 4, hlm. 397.

Muhibbuddin Thabari, Ar­Riyadh an­Nadhirah, jilid 1, hlm. 168.

Umar: ‘Hai Sa’d!’ Sa’d: ‘Hai Umar!’ Umar: ‘Bagaimana! Masih ngotot pada pendirianmu?’ Sa’d: ‘Ya, sekarang kekuasaan telah dialihkan kepadamu, demi Allah sahabatmu lebih kami sukai

dari dirimu. Dan demi Allah aku makin tidak suka menjadi tetanggamu!’ Umar: “Kalau tidak menyukai tetangga, maka pergilah meninggalkannya!’ Sa’d: ‘Aku tahu, dan aku akan pergi kepada tetangga yang lebih baik dari Anda!’ Dan tidak lama kemudian ia pergi ke Syam pada permulaan kekhilafahan Umar”. 395 Dan Baladzuri meriwayatkan:

“Sa’d bin ‘Ubadah tidak membaiat Abu Bakar dan ia pergi ke Syam. Umar mengirim seseorang dengan berpesan: ‘Ajaklah ia agar membaiat dan biarkan dia menetap di sana, dan bila ia menolak maka serahkanlah dia kepada Allah, dan utusan tersebut menemui Sa’d di pinggir kota Hauran dan memintanya untuk berbaiat.

Sa’d :’Aku tidak akan membaiat orang Quraisy untuk selamanya’. Jawab: ‘Aku akan membunuhmu!’ Sa’d: ‘Biarkau membunuhku!’ Jawab: ‘Apakah engkau akan keluar dari tempat di mana umat telah masuk?’ Sa’d: ‘Mengenai baiat maka memang aku keluar!’ Maka laki­laki itu pun menombaknya dan meninggallah Sa’d”. 396 “Dalam riwayat lain, mereka mengirim Muhammad bin Maslamah al­Anshari dan ia

menombaknya. Dan dikatakan bahwa Khalid bin Walid pada waktu itu berada di Syam dan ia membantu membunuh Sa’d”. 397

Mas’udi meriwayatkan: “Dan Sa’d bin ‘Ubadah tidak membaiat dan ia pergi ke Syam dan ia dibunuh di sana pada tahun

15 Hijriah.” 398 Dan Dalam riwayat Ibnu ‘Abd Rabbih: “Sa’d bin ‘Ubadah dibunuh dengan tombak yang

membenam ke tubuhnya dan meninggal. Dan jin menangisinya sambil membaca syair: Kami membunuh Sa’d bin ‘Ubadah, pemimpin Khazraj!

Kami rodokkan dua tombak kejantungnya, dengan tepat. 399 Ibnu Sa’d meriwayatkan: “Ia sedang duduk sambil kencing, kemudian ia dibunuh dan mati di tempat. Waktu mayatnya

ditemukan, kulitnya telah menghijau. 400 Dan dalam Usdu ‘I­Ghabah: “Sa’d tidak membaiat Abu Bakar dan Umar. Ia pergi ke Syam dan tinggal di Hauran sampai

meninggal tahun 15 Hijriah. Tidak diragukan lagi ia meninggal di tempat mandinya. Tubuhnya telah menghijau dan orang tidak mengetahui bahwa ia telah meninggal sampai mereka mendengar suara orang yang tidak kelihatan berasal dari sumber air.’ 401

Ibnu Sa’d, Thabaqat al­Kubra, jilid 3, hlm. 140; Ibnu ‘Asakir, jilid 6, hlm. 90; Kanzu’I’Ummal, jilid 3, hlm. 134; Halabiyah, jilid 3, hlm. 397.

Ansab al­Asyraf, jilid 1, hlm. 589; ‘Iqdal­Farid, jilid 3, hlm. 64­65 dengan sedikit perbedaan.

Thabshirah al­ ‘Awam, al­Majlis, Teheran, hlm. 32.

Mas’udi, Muruj Adz­Dzahab, jilid 1, hlm. 414 dan jilid 2, hlm. 194.

‘Iqdal­Farid, jilid 4, hlm. 259­260.

Ibnu Sa’d, Thabaqat al­Kubra, jilid 3, hlm. 145; Abu Hanifah, al­Ma ‘arif, hlm. 133.

Isti’ab, jilid 2, hlm. 37.

Ahli­ahli sejarah mengatakan bahwa jinlah yang membunuh Sa’d: “Jin­jin yang beriman tidak menyukai Sa’d bin ‘Ubadah melawan Abu Bakar, maka jin­jin itu pun membunuhnya.”

Ibn Abil­Hadid menulis: “Ada lagi yang menceritakan bahwa Sa’d meninggal dibunuh jin karena ia pada suatu malam

kencing di padang pasir sambil berdiri. Dan peristiwa ini termasyhur dengan adanya dua bait syair. Diceritakan bahwa kedua bait syair ini terdengar dibacakan malam hari tatkala ia dibunuh, dan pembacanya tidak terlihat:

Kami membunuh Sa’d bin ‘Ubadah, pemimpin Khazraj! Kami merodokkan dua tombak ke jantungnya, dengan tepat

Dan orang­orang berkata bahwa pemimpin Syam pada masa itu adalah orang yang melemparkan dua buah tombak kepadanya dan ia lari ke padang pasir dengan membawa kedua tongkat yang tertancap di dadanya. Dan dia dibunuh karena tidak mau membaiat dan patuh pada pemimpin, dan orang membuat syair sindiran:

Mereka katakan jin menombak Sa’d, di ulu hati, Aneh, orang mensahkan agama dengan menipu diri, Dan apa dosa Sa’d, bila ia kencing berdiri, Sejujurnya kerana tidak membaiat Abu Bakar, maka ia mati, Orang bisa menahan diri dari nikmatnya kehidupan, Tapi tidak dari nikmatnya kekuasaan. 402

Ibn Abil­Hadid, Syarh Nahju’l Balaghah, jilid 10, hlm. 111.