Biologi reproduksi cumi-cumi (Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830)

BIOLOGI REPRODUKSI CUMI-CUM1
( Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830 )

OLEH :
SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR Biologi Reproduksi Cumi-cumi
(Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830). Dibimbing oleh MOZES R
TOELIHERE, MUHAMMAD EIDMAN, MOCHAMAD ICHSAN EFFENDIE,
dan EDWARD DANAKUSUMAH.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aspek
biologi reproduksi cumi-cumi S. lessoniana, dan terbagi atas lima bagian, yaitu: (a)
aspek-aspek biologi, yang meliputi distribusi ukuran berdasarkan panjang mantel dan
bobot tubuh, biometik, hubungan bobot tubuh - panjang mantel, faktor kondisi, dan
studi kebiasaan makan; (b) aspek-aspek reproduksi, yang meliputi nisbah kelamin,
ukuran pada saat pertama kali matang kelamin, morfologi dan histologi gonad, indeks

reproduksi, fekunditas, dan distibusi diameter telur; (c) pengaruh suhu terhadap
perkembangan kapsul telur, meliputi perkembangan kapsul telur, laju pertumbuhan,
lama inkubasi, dan daya tetas; (d) pengaruh salinitas terhadap perkembangan kapsul
telur, meliputi perkembangan kapsul telur, laju pertumbuhan, lama inkubasi, dan
daya tetas; dan (e) perkembangan embrio. Rangkaian penelitian tersebut di atas
dilaksanakan sejak bulan Mei 2000 sampai bulan Mei 200 1 di Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP), Bojonegara, Cilegon, Banten. Dalam
penelitian ini, beberapa data baru dalam biologi reproduksi cumi-cumi diberikan dan
histologi gonad S. lessoniana ditampilkan untuk pertama kali.
Selama penelitian dilakukan, diperoleh 591 ekor cumi-cumi berkelamin
jantan dan 302 ekor curni-cumi berkelamin betina. Kisaran ukuran panjang mantel
cumi-cumi jantan adalah 25.53 - 267.38 mm dengan bobot tubuh berlusar 2.92 787.70 g. Cumi-cumi betina memiliki panjang mantel berkisar 34.14 - 217.72 rnm
dengan bobot tubuh 5.21 - 554.10 g. Kebanyakan curni-cumi yang tertangkap
berukuran kecil, baik pada cumi-cumi jantan maupun betina. Berdasarkan hasil
pengukuran dan perhitungan 33 parameter biometrik yang dilakukan pada tubuh
cumi-cumi jantan dan betina, hperoleh hanya satu parameter yang berbeda nyata (P <
0.05), yaitu indeks lebar gladius. Hasil pengukuran keempat lengan cumi-cumi jantan
dan betina dapat dberikan dalam bentuk formula: 3 > 4 > 2 > 1. Hubungan panjang
mantel - bobot tubuh yang diperoleh adalah: W = 0.0008 L 5066 (r = 0.9945, untuk
cumi-cumi jantan) dan W = 0.0004 L 2 6342 (r = 0.9939, untuk cumi-cumi betina).

Nilai koefisien regresi ( b ) yang diperoleh dari masing-masing persamaan regresi
berbeda dengan tiga (tipe pertumbuhan alometrik negatif), menunjukkan bahwa
hampir seluruh sampel yang diperoleh memiliki pertambahan bobot tubuh yang tidak
secepat pertambahan panjang mantelnya. Curni-cumi jantan memilil faktor kondisi
relatif yang berkisar dari 0.0294 hingga 7.9258, sedangkan yang betina dari 0.0434
hingga 4.0127. Kandungan isi perut dapat diklasifikasikan dalarn empat kelompok,
yaitu kelompok ikan, kelompok krustase, kelompok moluska, dan kelompok tak
dikenal.

Secara keseluruhan, jumlah cumi-cumi jantan dan betina yang diperoleh
adalah 59 1 dan 302 ekor, sehingga nisbah kelamin jantan dan betina mendekati 2 : 1.
Ukuran terkecil cumi-cumi jantan mencapai matang kelamin adalah pada kisaran
panjang mantel 80 - 89 mm dengan bobot tubuh 41 - 60 g, sedangkan cumi-cumi
betina pada kisaran 120 - 129 mm dengan bobot tubuh 121 - 140 g. Baik cumi-cumi
jantan maupun cumi-cumi betina dibedakan atas empat tingkat kematangan gonad
berdasarkan morfologi gonad dan organ asesori. Sedangkan secara histologi, cumicumi jantan dibedakan atas tiga tingkat dan cumi-cumi betina atas empat tingkat.
Rataan nisbah gonad - somatik bulanan cumi-cumi jantan berkisar 0.1696 - 0.7562
dan cumi-cumi betina berkisar 0.0300 - 3.0681, rataan nisbah nidamental- somatik
berlusar 0.0240 - 2.7045, dan rataan indeks gonad cumi-cumi jantan dan betina
berturut-turut adalah 0.0013 - 0.0062 dan 0.0003 - 0.0204. Fekunditas (fekunditas

parsial individu) berkisar dari 175 hingga 1347 butir telur untuk cumi-curni dengan
ukuran panjang mantel berkisar 19.93 - 200.27 mrn. Fekunditas relatif individu
(jurnlah telur per gram bobot tubuh) berkisar 0.81 - 4.74 dengan rataan untuk semua
ukuran 2.29 butir telurtg bobot tubuh. Hubungan antara fekunditas - panjang mantel
memenuhi persamaan: F = 1.1842 PM
( r = 0.2506), antara fekunditas - bobot
tubuh: F = -70.1393 + 2.59 13 BW (r = 0.5958) dan antara fekunditas - bobot gonad:
F = 255.0093 + 29.1109 GW (r = 0.6882). Hubungan linier antara fekunditas - bobot
tubuh dan antara fekunditas - bobot gonad mengindikasikan bahwa jumlah telur di
dalam ovarium meningkat secara proporsional terhadap kedua variabel tersebut.
Modus distribusi fiekuensi diameter telur pada TKG I[ adalah pada kisaran 0.51 1.00 mm, TKG HI pada kisaran 2.51 - 3.00 rum, dan TKG IV pada kisaran 4.51 5.00 mm.Cumi-cumi S. lessoniana termasuk tipe uniseasonal-iteroparous.
Lama inkubasi pada penelitian suhu berkisar 13 - 21 hari dan yang tersingkat
ditemukan pada perlakuan suhu 32°C. Daya tetas tertinggi (98%) dicapai pada
perlakuan suhu 30°C. Persamaan regresi antara suhu dan lama inkubasi adalah: D =
0.1042 T' - 6.6917 T + 119.95 (r = 0.9835), sedangkan antara daya tetas dan suhu
adalah: H = - 3.4375 T~+ 191.9 T - 2574.1 (r = 0.9468 )
Pada penelitian perlakuan salinitas, diperoleh lama inkubasi tersingkat pada
perlakuan salinitas 32% (14 hari), sedangkan daya tetas tertinggi ditemukan pada
perlakuan salinitas 30% (97%). Korelasi antara salinitas dan lama inkubasi
m e m e n h persamaan: D = 0.0811 s2- 4.75 74 S + 84.652 (r = 0.9 102), sedangkan

antara salinitas dan daya tetas adalah: H = - 0.7937 s2+ 45.75 1 S - 561.49 (r =
0.8776 ).
Perkembangan embrio berlangsung selarna 16 hari pada suhu sekitar 27 28°C. Beberapa paralarva telah nampak pada hari ke-13 atau ke-14. Ukuran panjang
mantel paralarva berkisar 5.29 - 6.20 dengan bobot tubuh berlusar 0.014 - 0.032 g.
Pada awal masa hidupnya, paralarva bersifat planktonik dan kemudian berubah
dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil setelah berumur 10 hari. Selama
pemeliharaan (sekitar 10 hari) diberikan Mesopodopsis spp. sebagai makanan.

ABSTRACT
SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR Reproductive Biology of the Big Fin Squid
(Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830). Under the direction of MOZES R
TOELIHERE, MUHAMMAD EIDMAN, MOCHAMAD ICHSAN EFFENDIE,
and EDWARD DANAKUSUMAH
The big fin squid Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830, together with Sepiella
inermis and Loligo spp., constitute the most commercial squid species in Indonesia.
The big fin squid occurs in coastal waters of eastern Sumatra, northern Java, around
Lombok Island, North Sulawesi, South Sulawesi, Moluccas, and Papua (West Irian).
There have been several reports on the biology and culture of S. lessoniana in
Indonesia, e.g. spawning season, feeding studies, fecundity, and stocking density,
however, it seems that information of reproductive biology of this squid is still

lacking.
The objectives of this study were to document some biological and
reproductive aspects of the big fin squid (S. lessoniana). The investigation was
carried out in the following five studies: (a) biological studies (mantle length and
body weight frequency distribution, biometric, mantle length and body weight
relationship, condition factor, and feeding studies; (b) reproductive studies (sex ratio,
size at the first maturity, morphology and histology of testis and ovary, reproduction
index, fecundity, and egg diameter distribution; (c) the effect of temperature on
capsule development (development of egg capsules, growth rate of egg capsules,
incubation period, and hatchability); (d) the effect of salinity on capsule development
(development of egg capsules, growth rate of egg capsules, incubation period, and
hatchability); and (e) embryonic development. The research was conducted from May
2000 to May 2001 at the Bojonegara Research Station for Coastal Aquaculture,
Cilegon, Banten. In the present study, new data on reproductive biology are given and
gonad histology of S. lessoniana is described for the first time in Indonesia.
The ranges of squid mantle length (ML) were 25.53 to 267.38 mm in males
and 34.14 to 217.72 rnm in females. Body weight (BW) of males ranged from 2.92 to
787.70 g and females ranged from 5.21 to 554.10 g. Both males and females were
predominant in smaller size groups of mantle length and body weight.
Morphometrically, gladius width index of males and females showed significant

differences. The mantle length and body weight relationship was determined for
(r = 0.9945, males) and BW
males and females separately as: BW = 0.0008 ML
= 0.0004 ML 26342 (r = 0.9939, females). Both b values were highly significant
different from the isometric value 3 indicating allometric ( b < 3, negative
allometric), thus weight increases relatively slower than length. Ponderal index of
males ranged from 0.0294 to 7.9258 and females 0.0434 to 4.6127. The stomach
contents of squid were generally classified into fishes, crustaceans, mollusks, and
unidentified materials. Even though fishes and crustaceans were equally common for

'

all sizes, there was a tendency towards increase in the number of squids containing
fishes but the occurrence of crustaceans decreased as the size increased.
The overall sex ratio of male to female squid was determined to be
approximately 2 : 1. Of the 893 squids sectioned, 66% were males and 34% females.
Males matured at a smaller size (80 to 89 mm ML) compared with -the females (120
to 129 mm ML). Morphologically, both male and female were divided into four
stages of maturity. Based on the hstological observation of the testis, the male
maturity was divided into three stages, while the female was divided into four stages

based on the histological observation of ovary. Monthly average gonad-somatic ratio
of females ranges from 0.0300 to 3.0681 and males from 0.1696 to 0.7562, the ranges
of nidamental-somatic ratio were 0.0240 to 2.7045, and the ranges of gonad index of
males and females were 0.0013 to 0.0062 and 0.0003 to 0.0204, respectively.
Fecunhty (individual partial fecundity) ranged from 175 to 1347 eggs for the squids
of 19.93 to 200.27 mm MI,.Individual relative fecundity ranges from 0.81 to 4.74
with the averages for all sizes is 2.29 eggslg BW. The relationship between fecundity
(F) and mantle length (ML) was apparently parabolic and could be expressed by the
equation of: F = 1.1842 ML "loo ( r = 0.2506). A linear relationship was obtained
between fecundity and body weight (BW) and between fecundity and gonad weight
(GW). The regression equations for these relationships are F = -70.1393 + 2.5913
BW (r = 0.5958) and F = 255.0093 + 29.1109 GW (r = 0.6882), respectively. The
linear relationship of fecundity to body weight and fecundity to gonad weight
indicated that in S. lessoniana the number of eggs in the ovaries increased in
proportion to these two variables. The modes of frequency distribution of egg
diameter were 0.51 to 1.00 mm, 2.5 1 to 3.00 mm, and 4.51 to 5.00 mm for stage II,
111, and IV ovary, respectively.
The shortest incubation period was found at 32OC (13 to 17 days). Highest
hatching rate was observed at 30°C (98%). The relationship between incubation
period on water temperature was: D = 0.1042 T~ - 6.6917 T + 119.95 (r = 0.9835).

Moreover, the relationship between hatching rate and water temperature was
following the equation: H = -3.4375 T~+ 191.9 T - 2574.1 (r = 0.9468 ).
In salinity experiments, the shortest incubation period was found at 32%0(14
days). Highest hatchability was observed at 30%0(97%). The regression of incubation
period on salinity and of hatchability on salinity were D = 0.0811 s2- 4.7574 S +
84.652 (r = 0.9102) and H = -0.7937 s2 + 45.751 S - 561.49 (r = 0.8776 ),
respectively.
In the present research, embryonic development takes 16 days in aquaria at
~ when a
approximately 27 to 28OC. Usually, hatching begins on the 1 3 or~ 1 4 day,
few of hatchlings appear, and continues for 3 to 9 days. The size of newly hatched
larvae (paralarvae) was expressed as the mean mantle length varied between 5.29 and
6.20 mm, while the average body weight ranged from 0.014 to 0.032 g. The
paralarvae change their living behaviour from planktonic larvae to small schooling
after ten days of age. The main food item of paralarvae during rearing is
Mesopodopsis spp.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:


BIOLOGI REPRODUKSI CUMI-CUM1
( Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830 )

adalah benar merupakan hasil k q a saya sendlri dan belurn pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2002.

s&
-

u
BIN ANDY OMAR

BIOLOGI REPRODUKSI CUMI-CUM1
( Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830 )

OLEH:

SHARIFUDDIN BLN ANDY OMAR

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Biologi Reproduksi

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Disertasi

: Biologi Reproduksi Cumi-cumi

(Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830)

Nama

: Sharifuddin Bin Andy Omar


NRP

: 985079

Program Studi

: Biologi Reproduksi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr. Mozes R. Toelihere, M.Sc.
Ketua
I

J%

pbp%b'
I
/

I

FroEDr. H. Moch. Ichsan Effendie. M. Sc.
Anggota

9.

Dr.Ir. Edward Danakusurnah, M. Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Biologi Reproduksi,

Tanggal Lulus: 5 Juni 2002

,,

&--+
c%AC e m
~~b*
sA~b* 9

JE:rI

?on?

/ .*'

\

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak sulung dari ltujuh bersaudara, pasangan Andy Omar
bin Andy We110 (almarhum) dan Hj. Sarintan binte Moch. Thayyeb, dilah~rkandi
Singapore pada tanggal 23 Februari 1959. I'endidikan Sekolah Dasar diselesaikan
pada tahun 1971 di SD Frater Thamrin Makassar, Sekolah Menengah Pertama di
SMP Frater Thamrin Makassar pada tahun 1974, dan Sekolah Menengah Atas di
SMA Katolik Cendrawasih Makassar pada tahun 1977. Pada tahun 1978, penulis
melanjutkan studi di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Hasanuddin,
Makassar, pada Jurusan Teknik Perkapalan. Tahun 1979, penulis memasuki Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian, Universitas Hasanuddin, dan menyelesaikan
studi pada tahun 1985. Setelah bekerja selama beberapa lama di perusahaan swasta,
penulis diangkat sebagai staf pengajar pada Yurusan Perikanan, Fakultas Peternakan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, tahun 1989.
Tahun 1994 penulis memperdalam ilmu dalam bidang ekologi kelautan pada
Institute of Biological Sciences, Department of Ecology and Genetics, Universiy of
Aarhus, Denmark, dengan memanfaatkan beasiswa dari pemerintah Denmark
(Danish International Development Agency, DANIDA). Gelar Master of Science
diperoleh pada bulan Februari 1996. Pada tahun 1998 penulis kembali memperoleh
beasiswa pendidikan pascasarjana dari Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia untuk melanjutkan studi di Program Doktor pada Program Studi Biologi
Reproduksi, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Selma mengikuti Program Doktor, penulis menyajikan karya ilmiah berjudul
Incubation period and hatching rate of the big fin squid, Sevioteuthis lessoniana, in
dlflerent temperatures pada The JSPS International Symposium on Fisheries Science
in Tropical Area yang diselenggarakan pada tanggal 21 - 25 Agustus 2000 di Bogor.
Karya ilmiah ini telah dimuat pada "The Proceedings of the JSPS-DGHE
International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area", halaman 525-528.
Pada tanggal 28 September hlngga 8 Oktober 2000, penulis mengikuti Eleventh
Internatlonal Tropical Marine Mollusc Prcgramme Congress and Workshop di
Kodaikanal, Rameswaran dan Tuticorin, India, dan menyajikan karya ilrniah berjudul
Incubation period and hatching rate of big fin squid, Sevioteuthis lessoniana, in
salinities of 24 to 38%. Karya ilmiah ini diterbitkan pada jurnal "Phuket Marine
Biological Center Special Publication No. 25", halaman 139-143. Kedua karya ilmiah
tersebut merupakan bagian dan program doktc)rpenulis. Sebuah artikel lain yang juga
merupakan bagian dari program doktor penulis berjudul: Hubungan bobot - panjang
dun faktor kondisi cumi-cumi (Sepioteuths lessoniana Lesson, 1830) akan diterbitkan
oleh Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia pada bulan Desember 2002.
Penulis menikah dengan Harliah Andi Harun, SE. pada tanggal 23 Juli 1989.
Saat ini penulis telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Mohammad Ikhwan (29 Maret
1990), Maghfirah (18 Nopember 1993), dan Muthrnainnah (22 April 1997).

PRAKATA
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
rakhmat, taufik, dan hidayah yang diberikan sehingga penelitian dan penulisan hasil
penelitian ini dapat diselesaikan. Tema penelitian yang telah dilakukan sejak bulan
Mei 2000 hingga bulan Mei 2001 di perairan Teluk Banten adalah biologi reproduksi
dengan judul Biologi Reproduksi Cumi-cumi (Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830).
Agar pembenihan dan pemeliharaan cumi-cumi (S. lessoniana) dapat berhasil,
pengetahuan biologi reproduksi cumicumi tersebut perlu diketahui. Untuk itu,
penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan infonnasi dasar tentang
biologi reproduksi. Disertasi ini memuat d m bagian yang merupakan pengembangan
dari artikel yang telah diterbitkan, yaitu Incubation period and hatching rate of the
big fin squid, Se~ioteuthislessoniana, in diferent temperatures pada "The
Proceedings of the JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in
Tropical Area", halaman 525-528 (bagian dari penelitian suhu), clan Incubation
period and hatching rate of bigfin squid, Se~ioteuthislessoniana, in salinities of 24
to 38% pada jurnal "Phuket Marine Biological Center Special Publication No. 25",
halaman 139-143 (bagian dari penelitian salinitas). Sebuah artikel lain yang berjudul:
Hubungan bobot - panjang dun faktor kondisi cumi-cumi (Se~ioteuthislessoniana
Lesson, 1830) aka. diterbitkan oleh Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia pada bulan Desember 2002.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat besar penulis sampaikan
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Moies R. Toelihere, MSc., sebagai ketua
Komisi Pembimbing, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Eidman, M.Sc., Bapak Prof. Dr.
H. Mochamad Ichsan Effendie, M.Sc., dan Bapak Dr. Ir. Edward Danakusurnah,
M.Sc., masing-masing sebagai Anggota ~ o m i i iPembimbing yang telah banyak
memberi saran, pengarahan, dan bantuan selama penulisan hasil penelitian ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Hasanuddin,
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Rektor Institut
Pertanian Bogor, Direktur Program Pascasarjana IPB, dan Ketua Program Studi
Biologi Reproduksi PPS-IPB, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pascasarjana di IPB. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Yayasan Orbit, Yayasan Latimojong,
Yayasan Supersemar, Yayasan Aji Dharma Bhakti, dan Danish International
Development Agency (DANIDA, Denmark), penulis ucapkan terima kasih atas
bantuan dana pendidikan dan penelitian yang diberikan. Juga penulis ingin
menyatakan terima kasih kepada staf pengajar Program Studi Biologi Reproduksi
dan staf Instalasi Penelitian dan Pengkajiarl Teknologi Pertanian di Bojonegara,
Cilegon (Pak Pramu, Pak Sofyan, Pak Cece, dan Pak Nasrudin), serta adik-adik
mahasiswa Arif Budiman dan Edi Siswanto, yang telah membantu selama
pelaksanaan penelitian, baik di lapangan maupun di dalam laboratoriurn. Tentunya
tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Murniarti Brodjo, h4.Si. yang

telah membantu mengidentifikasi jenis-jenis makanan cumi-cumi S. lesson~unu,serta
kepada Bapak Dr. Ir. Atmadja Hardjamulia, MS dan Bapak Dr. Ir. Ridwan Affandi,
DEA, yang telah membantu penulis dalam histologi gonad. Terima kasih kepada
Bapak Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. penulis ucapkan atas diskusi dan bantuan yang
tak terlupakan sejak awal penulisan proposal hingga selesainya penulisan disertasi
ini.
Beberapa artikel telah penulis terima dari Dr. Alan J. Kohn (Department of
Zoology, University of Washington, Seattle, Washington, United States of America),
Dr. Anuwat Nateewathana (Fisheries Scierlce Museum, Department of Fisheries,
Bangkok, Thailand), Jaruwat Nabhitabhata (Kayong Coastal Aquaculture Station, Tapong, Rayong Province, Thailand), Dr. John W. Forsythe (National Resource Center
for Cephalopods, Marine Biomedical Institute, University of Texas Medical Branch,
Galveston, Texas, United States of America), Jrsrgen Kristensen Hylleberg, Ph.D.
(Institute of Biological Sciences, Department of Ecology and Genetics, University of
Aarhus, Aarhus, Denmark), Dr. Kelly Selman (Department of Anatomy and Cell
Biology, College of Medicine, University of Florida, Gainesville, Florida, United
States of America), Dr. Marek R. Lipinski (Department of Environmental Affairs and
Tourism, Marine and Coastal Management, South Africa), Michael Bech, M.Sc.
(Institute of Biological Sciences, Department of Ecology and Genetics, University of
Aarhus, Aarhus, Denmark), Dr. Michael 'Vecchione (National Marine Fisheries
Service Systematics Laboratory, National Museum of Natural History, Washington,
(Universitd Pierre et Marie Curie,
United States of America), Dr. Sigurd von Bole*
C.N.R.S., Laboratoire Arago, Banyuls-swMer, France), Dr. Susumu Segawa
(Laboratory of Invertebrate Zoology, Department of Aquatic Bioscience, Tokyo
University of Fisheries, Minato, Tokyo, Japan), Dr. Tomas Cedhagen (Institute of
Biological Sciences, Department of Ecology and Genetics, University of Aarhus,
Aarhus, Denmark), dan Yuzuru Ikeda, Ph.D. (Riken Brain Science Institute, Wakoshl, Saitama, Japan). Juga kepada Bapak Ir. Machluddin Arnin Mannaga, MS. dan Ir.
Usman, MS (Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros), serta Ibu Dr. Ir.
Yunizar Ernawati, MS. Untuk itu penulis merlgucapkan banyak terima kasih.
Kepada istri tercinta Harliah Andi Harun, SE, penulis sampaikan ucapan
terima kasih yang khusus atas kesetiaan dan dukungan yang senantiasa diberikan,
Juga kepada putra-putri Iwan, Firah, dan Muthi, yang selalu mendoakan agar
ayahandanya sukses dalam pendidikan. Kasih sayang serta doa tulus ibunda Hj.
Sarintan binte Moch. Thayyeb dan Hj. Fahirah Arsyad yang senantiasa mengiringi
langkah penulis, semoga dibalas oleh Allah SWT. Kepada Kak Saadiah dan adik-adik
Salma, Ahrnad, Syaiful, Syahnl, Adam, SE:, dan Ir. Abraham, MM, terima kasih
penulis ucapkan atas bantuan dana dan doanya. Demikian pula atas bantuan dana dari
Pamanda H. Andi Patonangi Wello, terima kasih penulis sampaikan.
Akhirnya kepada semua rekan-rekan sepondokan di Purbasari dan Gunung
Batu (Ir. Sayuti Mas'ud, M.Si; Ir. Rindham Latief, M.Si.; Tr. Widodo, M.Si.; Ir.
Rustanari), rekan-rekan mahasiswa Program Studi Biologi Reproduksi Institut
Pertanian Bogor (Dr. Ir. Sukendi, M.Si.; Ir. Isdrajad Setyobudiandi, M.Sc.; Drs. Eddy

Soekendarsi, M.Sc.; Drs. Agung Pramana, M Si; Ir. Surya Natal, M.Si.; Ir. Jaswandi,
M.Si.) dan Syamsir, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis ucapkan terima kasih.
Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada rekan Fitri Anggraeni Suhiln~anatas dorongan moril yang sering
diberikan. Atas bantuan anda, penulis memperoleh beberapa kemudahan untuk
berkomunikasi dengan para peneliti Cephalopoda lainnya di luar negeri. Juga kepada
gambar-gambar yang sangat menarik,
Pak Gatot Supriadi, terima kasih atas bandan Pak Ranta atas bantuan pembuatan preparat histolops.
Tulisan ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis
dengan hati terbuka bersedia menerima segaWa kritikan yang tentunya dapat penulis
manfaatkan pada tulisan-tulisan selanjutnya. Ilengan segala keterbatasannya, semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Wassalam.
Bogor, Juni 2002.
Penulis,

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................

xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................

xix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................

xxii

Latar Belakang...............................................................
Perurnusan Masalah.........................................................
Tujuan Penelitian.............................................................
Hipotesis......................................................................
Manfaat Penelitian............................................................

Taksonomi.....................................................................
. .
Desknpsi.......................................................................
Habitat dan Daerah Penyebaran ............................................
Kebiasaan Makan .............................................................
Pertumbuhan ..................................................................
Aspek Reproduksi Cumi-cumi ..............................................
Anatomi Sistem Reproduksi.......................................
Dimorfisme Seksual.................................................
W a n Saat Matang Gonad........................................
Spennatofora.........................................................
Fekunditas dan Kapsul Telur......................................
Tingkah Laku Reproduksi..........................................
Indeks Reproduksi ...................................................
Vitelogenesis .........................................................
Perkembangan Embrio ..............................................
Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Kapsul
Telur...................................................................

9
11
16
17
17
21

xiv
Halaman
MATERI DAN METODA PENELITIAN .....................................

58

Lokasi dan Waktu Penelitian................................................

58

Aspek Biologi Cumi.cumi ...................................................

58

Pengambilan Sampel dan P e r l h n Cumi.cumi ................
Biometrik.............................................................
Hubungan Bobot Tubuh - Panjang Mantel ......................
Faktor Kondisi.......................................................
Studi Kebiasaan Makan.............................................

58
60
63
64
65

Aspek Reproduksi Cumi.cumi .............................................

66

Nisbah Kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad ..............
Pengamatan Histologi Testis dan Ovarium.......................
Indeks Reproduksi ....................................................
Fekunditas............................................................

66
67
69
70

Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Kapsul Telur .................

71

Bahan ...................................................................
Wadah .................................................................
Kelompok Perlakuan ................................................
Peubah yang Diuji ...................................................
Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Kapsul Telur ............
Bahan ..................................................................
Wadah .................................................................
Kelompok Perlakuan ................................................
Peubah yang Diuji ...................................................
Perkembangan Embrio .......................................................
Kualitas Air ....................................................................
Analisis Statistik...............................................................

71
72
73
73

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................

81

Aspek Biologi Cumi.cumi ...................................................

81

..........

81
85
90
92
93

Aspek Reproduksi Cumi.cumi .............................................

98

Distribusi Ukuran Panjang Mantel dan Bobot
Biometrik
Hubungan Bobot Tubuh .
Panjang Mantel
Faktor Kondisi
Studi Kebiasaan Makanan

!

Nisbah Kelamin dan Ukuran Pertama Kali Mata g Gonad ....
Perkembangan Testis Cumi-cumi .................................
Perkembangan Ovarium Cumi.cumi .............................
Indeks Reproduksi...................................................
Fekunditas.............................................................
Penyebaran Diameter Telur .......................................

98
102
105
115
122
124

Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Kapsul Telur .................

128

Kapsul Telur ..........................................................
Perkembangan Kapsul Telur .......................................
Laju Pertumbuhan Seketika........................................
Laju Pertumbuhan Harian .........................................
Lama Inkubasi dan Daya Tetas ....................................

128
129
129
133
134

Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Kapsul Tel ............

139

Perkembangan Kapsul Telur.......................................
Laju Pertumbuhan Seketika........................................
Laju Pertumbuhan Harian .........................................
Lama Inkubasi dan Daya Tetas...................................

139
142
142
146

Perkembangan Embrio .......................................................
Spermatofora..........................................................
Kapsul Telur ...................................................... ...
Perkembangan Telur .................................................
Kualitas Air ..................

149
149
151
153

xvi

Halaman
PEMBAHASAN UMUM ...........................................

KESPMPULAN DAN SARAN.....................................
Kesimpulan....................................................
Saran.............................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................

DAFTAR TABEL
No.

Teks

I.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830. Kriteria penilai; perkembangan testis dan ovarium curni-cumi............... ......

Halaman

2.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830. Rataan, simpan I
baku, dan kisaran beberapa hasil pengukuran clan inde pads
cumi-cumi jantan (n = 20). ................................. .......

3.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Rataan, simpan; 1
baku, dan kisaran beberapa hasil penpkuran clan inde pada
cumi-curni betina (n = 10).................................. .......

4.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Persamaan hub1 ;an
bobot tubuh - panjang mantel cumi-cumi.. ............. .......

5.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..Faktor kondisi I ltif
cumi-cumi jantan dan betina berdasarkan tingkat kemi ngan
gonad. ......................................................... .......

6.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis kebiasi L
makanan cumi-cumi pada berbagai kelompok ukuran 1 ljang
.......
mantel.........................................................

7.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi tingk
kematangan gonad berdasarkan ukuran panjang mante
cumi-cumi jantan dan betina.. .............................

nm)
.......

8.

Sepioteutlzis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi tingk
kematangan gonad berdasarkan bobot tubuh (g) cumi-c ni
jantan dan betina.. ........................................... .......

9.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi, mi
jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gon ......

10.

SepiofeuthisIessonianu Lesson, 1830. Laju pertumbuh
seketika (%) panjang kapsul dan bobot kapsul cumi-CL I
pada setiap perlakuan suhu................................. ......

68

No.

Teks

11.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Laju pertumbuhan
harian relatif (%) panjang kapsul dan bobot kapsul cumi-cumi
pada setiap perlakuan suhu..........................................

12.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Lama inkubasi dan
daya tetas telur cumi-curni pada setiap perlakuan suhu..........

13.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830. Laju perturnbuhan
seketika (%) panjang kapsul dan bobat kapsul cumi-cumi
pada setiap perlakuan salinitas.......................................

14.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Laju perturnbuhan
harian relatif (%) panjang kapsul dan bobot kapsul cumi-cumi
pada setiap perlakuan salinitas.. .....................................

15.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830. Lama inkubasi dan
daya tetas telur cumi-cumi pada setiap perlakuan salinitas......

16.

Ukuran telur, jumlah telur, dan lama perkembangan
embrionik beberapa spesies Cephalopoda.........................

Halaman

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..............................

10

Sepioteutlzis lessoniana Lesson, 1830. Morfologi.. ...............

13

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Morfologi dan bagianbagian lengan ..........................................................

Organ reproduksi Cephalopoda......................................
Dimorfisme seksual pada Cephalopoda............................
Spermatofora...........................................................
Berbagai posisi kawin pada Cephalopoda..........................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Tingkah laku
perkawinan. ............................................................

Diagram pengaruh hormon kelenjar optik.........................
Diagram perubahan morfologi di dalam telur Eledone
cirrhosa. ...................................... :. ........................
Lokasi pengarnbilan sampel cumi-cumi dan laboratorium
..
penelltian. ..............................................................
Beberapa pengukuran pada cumi-cumi..................................
Beberapa pengukuran pada gladius dan lengan cumi-cumi.. ....
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..Histogram persentase
cumi-curni berdasarkan kelompok ukuran panjang mantel
dan jenis kelamin selama penelitian .......................................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..Histogram persentase
cumi-cumi berdasarkan
. . kelompok bobot tubuh dan jenis
...................................................
kelamin selama penelit~an..

No.

Teks

16.

Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Morfologi testis cumicumi pada berbagai tingkat kematangan gonad.......................

104

Sepioteut1zis lessoniunu Lesson, 1830. Histologi testis cumicumi pada berbagai tingkat kematangan gonad.......................

106

Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Histologi ovarium
cum1-cum1..............................................................

108

Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Morfologi ovarium
cumi-cumi pada berbagai tingkat kematangan gonad...............

110

Sepioteuthis lessonianu Lesson, 1830. Histologi ovarium
cumi-cumi pada berbagai tingkat kematangan gonad...............
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Kurva nisbah gonad somatik cumi-cumi jantan dan betina pada setiap waktu
pengambilan sampel.............................................................
Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830..Kurva nisbah
nidamental - somatik (NSR) dan nisbah gonad - somatik
(GSR) curni-cumi pada setiap waktu pengambilan sampel......
Sepioteuthis lessoniuna Lesson, 1830. Kurva indeks gonad
cumi-cumi jantan dan betina pada setiap waktu pengambilan
sampel................................................................................
Sepioteutlzis lessoniunu Lesson, 1830. K u ~ fekunditas..
a
......
Sepioteutlzis lessoniunu Lesson, 1830. Histogram sebaran
diameter telur cumi-cumi pada TKG IT, TKG III, dan TKG
IV ........................................................................
Sepiotetttlzis lessoniunu Lesson, 1830. Perkembangan panjang
kapsul cumi-cumi pada berbagai suhu..............................
Sepioteutlzis lessoniunu Lesson, 1830. Perkembangan bobot
kapsul curni-cumi pada berbagai suhu ..............................
Sepioteut1zi.s lessoniunu Lesson, 1830. Hubungan antara lama
inkubasi (hari) dan suhu ("C). .......................................

Halaman

xxi

No.

Teks

29.

Sepioteuthis lessoniana Lesson,' 1830. Hubungan antara daya
tetas (%) dan suhu ("C). .. ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..Perkembangan panjang
kapsul cumi-cumi pada berbagai salinitas... ... ... ... ... ... .......
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Perkembangan bobot
kapsul cumi-cumi pada berbagai salinitas. .. ... ... ... ... ... .......
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Hubungan antara lama
inkubasi (hari) dan salinitas (%o). .. ... . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Hubungan antara daya
tetas (%) dan salinitas (%o). .. ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ....
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Spermatofora cumicum1... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ......... ... ... ... ...
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Kapsul telur cumicumi ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ...... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ...
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Perkembangan
embrio. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ..... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
Ukuran beberapa paralarva curni-cumi pada saat menetas.. . ...
Sepioteuthis lessoni'anaLesson, 1830..Paralarvaberumur 10
hari ... ... .. . ... ... . . . ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..

Halaman

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

No.

Teks

1.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, I 830. Distribusi cumi-cumi
berdasarkan kelompok ukuran panjang mantel (mm). ...........

197

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Distribusi cumi-cumi
berdasarkan kelompok bobot tubuh (g).............................

197

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Distribusicumi-cumi
berdasarkan kelompok ukuran panjang mantel (mm) pada
setiap waktu pengambilan sampel ....................................

198

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Distribusicumi-cumi
berdasarkan kelompok bobot tubuh (g) pada setiap waktu
pengambilan sampel...................................................

199

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Uji-tterhadap beberapa
hasil pengukuran dan indeks pada curni-curni jantan dan
betina. ...................................................................

200

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Uji-t terhadap beberapa
hasil pengukuran dan indeks pada curni-cumi jantan di
Indonesia dan Thailand...............................................

20 1

2.
3.

4.

5.

6.

7.

Sepioteuthis lessonianu Lesson, 1 830. Uji-t terhadap beberapa
hasil pengukuran dan indeks pada curni-cumi betina di
Indonesia dan Thailand...............................................

8.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Uji-t terhadap beberapa
hasil pengukuran dan indeks pada cumi-cumi jantan di
Indonesia dan Filipina................................................

9.

Sepioteuthis lessoniuna Lesson, 1 830. Uji-t terhadap beberapa
hasil pengukuran dan indeks pada cumi-cumi betina di
Indonesia dan Filipina................................................

10.

Sepioteuthis lessonianu Lesson, 1830. Analisis hubungan
bobot tubuh - panjang mantel cumi-cu~nijantan dan
betina. ..................................................................

xxiii
No.

Teks

11.

Sepioteuthis lessoniuna Lesson, 1830. Analisis uji t terhadap
koefisien regresi cumi-cumi jantan dan betina....................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
jantan dan betina berdasarkan kelompok faktor kondisi relatif
pada setiap waktu pengambilan sampel............................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Jenis-jenis organisme
makanan yang terdapat di dalam perut cumi-cumi.. .............
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Nisbah kelamin cumicumi jantan dan betina berdasarkan waktu pengambilan
sampel .................................................................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Nisbah kelamin cumicumi jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan
gonad. ....................................................................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
betina matang gonad berdasarkan kelompok ukuran panjang
mantel. ...................................................................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
betina matang gonad pada setiap wakl:u pengambilan
sampel..................................................................
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
jantan dan betina berdasarkan kelompok nisbah gonad somatik (%) pada setiap waktu pengaxnbilan sampel.. ..........
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi curni-curni
jantan dan betina berdasarkan kelompok ukuran bobot gonad
(g) pada setiap waktu pengambilan sampel.. ......................
Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
jantan dan betina berdasarkan kelompok nisbah nidamentalsomatik (%) pada setiap waktu pengarnbilan sampel............
Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi
jantan dan betina berdasarkan kelompok bobot kelenjar
nidamental (g) pada setiap waktu pengambilan sampel.. .......

Halaman

204

xxiv

No.

Teks

22.

Sepioteuthis lessoniuna Lesson, 1830. Distribusi cumi-cumi,
jantan dan betina berdasarkan kelompok indeks gonad setiap
waktu pengambilan sampel..........................................

213

Sepioteuthis lessoniuna Lesson, 1830..Fekunditas parsial
individu (butir) dan fekunditas relatif individu (butirlg bobot
tubuh) cumi-cumi.. ....................................................

214

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Distribusi diameter
telur cumi-cumi pada setiap ringkat kematangan gonad.........

215

23.

24.
25.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis ragam laju
pertumbuhan seketika panjang kapsul cumi-cumi pada
berbagai suhu.........................................................

26.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830..Analisis ragam laju
pertumbuhan seketika bobot kapsul cumicumi pada berbagai
suhu.....................................................................

27.

Sepioteuthis Iessoniana Lesson, 1830..Analisis ragam laju
perturnbuhan harian relatif panjang kapsul cumi-cumi pada
berbagai suhu...........................................................

28.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis ragam laju
perturnbuhan harian relatif bobot kapsul cumi-cumi pada
berbagai suhu...........................................................

29.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis ragam lama
inkubasi telur cumi-cumi pada berbagai suhu.....................

30.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830. Analisis ragam daya
tetas telur cumi-curni pada berbagai suhu..........................

3 1.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis ragam laju
pertumbuhan seketika panjang kapsul cumi-cumi pada ber. . .
bagai salinitas...........................................................

32.

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1 830..Analisis ragam laju
perturnbuhan seketika bobot kapsul cumi-cumi pada berbagai
. .
salinitas..................................................................

Halaman

216

xxv

No.
33.

34.

35.
36

Teks

Halaman

Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Analisis ragam laju
pertumbuhan harian relatif panjang kapsul cumi-cumi pada
berbagai salinitas.......................................................

220

Sepioteuthis lessoniunu Lesson, 1830. Analisis ragam laju
pertumbuhan harian relatif bobot kapsul cumi-cumi pada
berbagai salinitas.......................................................

220

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830. Analisis ragam lama
inkubasi telur curni-curni pada berbagai salinitas.................

22 1

Sepioteuthis lessoniana Lesson, 1830.Analisis ragam daya
tetas telur cumi-cumi pada berbagai salinitas.. ...................

22 1

PENDAHUILUAN
Latar Belakang
Cephalopoda merupakan salah satu kelompok binatang lunak (filum
Moluska),

meliputi cumi-cumi (squid), sotong (cuttlefish), gurita (octopus) dan

kerabatnya. Sekitar 700 spesies telah diketahui hidup tersebar di perairan pasang
surut (intertidal), di samudera yang dalam, dan di lapisan penndcaan laut, baik di
perairan kutub yang dingin maupun di perairan tropis yang hangat (Hanlon dan
Messenger 1996; Vecchione et al. 2001; Day 2002). Beberapa jenis Cephalopoda
memiliki nilai komersial dan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang penting
dalam sektor perilcanan laut (Roper et al. 1984).
Cephalopoda yang hidup di perairan Indonesia dan telah diidentifikasi sekitar
100 jenis, narnun yang memiliki nilai komersial sekitar 24 jenis (Djajasasmita et al.
1993). Salah satu jenis cumi-cumi yang tersebar di seluruh pesisir laut Indonesia dan
memiliki potensi yang cukup besar adalah Sepioteuthis lessoniana (Chikuni 1983).
Cumi-cumi jantan dapat mencapai ukuran panjang mantel 36 cm dengan bobot tubuh
1.8 kg, sedangkan hewan betina memilih panjang mantel yang berkisar antara 8 - 20
cm (Silas et al. 1982 dalam Roper et al. 1984).Di dalam laboratorium, S. lessonrana
dapat tumbuh sampai 2 kg bobot basah dalam waktu enam bulan (DiMarco et al.
1993), bahkan pada umur 194 hari ada yang telah mencapai panjang mantel 280 rnrn
dengan bobot tubuh 2.21 kg (Lee et al. 1994).

Di perairan Indonesia Timur, cumi-cumi S. lessoniana dikenal dengan nama
sotong buluh (Sudjoko 1988), di perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat, disebut
cumi lamun (Marzulu et al. 1989), di perairan Riau Qsebut sotong karang (Sukendi et
al. 1993), di perairan Sulawesi Selatan disebut pantolang dan sumampara, dan di

daerah Bojonegara (Cilegon, Banten) disebut corak.
Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Selat Malaka, Selat
Makassar - Laut Flores, dan Laut Jawa, telah melebihi loo%, yang berarti telah
terjadi ~xnangkapanyang berlebih (ove$shing), narnun secara nasional masih sekitar
76% (Anonim 1998). Hal ini disebabkan karena banyaknya jurnlah alat tangkap yang

terpasang serta gangguan alarn yang relatif kecil pada perairan-perairan tersebut di
atas (Djajasasmita et al. 1993).
Alat penangkap cumi-cumi yang biasa dipakai di perairan Selat Alas (Nusa
Tenggal-a Barat) dan perairan sebelah barat Pulau Flores

adalah payang oras

(Marzuki et al. 1989), sedangkan di perairan Sulawesi Selatan digunakan payang atau
lampara, pukat pantai, pukat cincin, jaring hanyut, bagan perahu, bagan tancap, dan
pancing (Djajasasmita et al. 1993). Di perairan Pulau Haruku, Maluku Tengah,
pernah dilakukan ujicoba penangkapan sotong buluh dengan menggunakan ~ z g s
(lambaian) dan dioperasikan dengan cara tonda (Yusuf dan Hamzah 1996).
Ilasil tangkapan yang diperoleh nelayan diperdagangkan dalam bentuk olahan
dan segar. Pengolahan dilakukan dengan penggaraman yang diikuti dengan
pengerir~gandengan bantuan sinar matahari. Selain itu ada juga yang diperdagangkan
dalam bentuk segar baik didinginkan di dalam es maupun dibekukan. Sebagian besar

hasil tangkapai dijual di pasaran lokal. Beberapa daerah produksi cumi-cumi telah
melakukan ekspor (Djajasasmita et al. 1993). Konsumen cumi-cumi terbesar adalah
Jepang, Spanyol, Italia, dan Korea (Sudjoko 1988).
Daging cumi-cumi licin dan bersih, memiliki aroma yang khas, dan sekitar
80% biigian tubuhnya dapat dimakan (Tang dan Alawi 1996). Selain itu, daging
cumi-cimi mempunyai nilai gizi yang baik karena mengandung asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Sarvesan 1974). Salah satu di antara asam
amino esensial yang ditemukan pada cumi-cumi adalah lisina (lysine), dengan
kandungan 560 mglg total nitrogen. Daging Cephalopoda juga mengandung asam
lemak tidak jenuh (polyrmrsaturated fatty acid, PUFA). Jaringan otot cumi-curni
rnengan~dung 11.6 sarnpai 19.4% asam eikopentanoat (20:s Omega-3) dm 37.1
sampai 51.3% asam dokosaheksanoat (22:6 Omega-3) (Kreuzer 1986). Kandungan
asam lemak yang terdapat pada daging cumi-cumi mengandung 48.9 sampai 58.9%
Omega--3 dan 1.0 sampai 2.6% Omega4 (Takama et a/. 1994).
Seluruh produksi cumi-cumi di Indonesia berasal dari h a i l tangkapan di
alam, slzdangkan sumbangan dan hasil budidaya sampai saat ini belurn terungkap.
Jika pei~angkapandilakukan secara terus-menerus tanpa memperhatikan kelestarian
sumbertlaya dapat menyebabkan terjadinya overfishzng dan pada gilirannya akan
menyebabkan kepunahan. Untuk itu perlu dilakukan usaha budidaya Cephalopoda
terutama yang memiliki nilai komersial. Usaha budidaya yang baik dapat dilakukan
jika telih diketahui sifat-sifat biologis hewan tersebut, baik mengenai reproduksi,

makanan, pertumbuhan, maupun aspek-aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi
kehidupannya.
Beberapa penelitian budidaya di Indonesia yang menggunakan S. lessoniana
antara lain meliputi musim pemijahan (Danakusumah et al. 1995a), penetasan telur
( H a m h 1993, 1997; Ahmad dan Gunarto 1995; Danakusumah et al. 1995b, 1997;
Pongsapan et al. 1995; Hamzah dan Prarnudji 1996;

Ahmad et al. 1996),

pembenihan (Tang dan Alawi 1996), pemeliharaan larva (Ahmad et al. 1996; Usman
et al. '1998), pakan (Marthnus dan Ahmad 1996; Ahmad et al. 1996), dan padat
penebaran (Ahrnad et al. 1996; Danakusumah 1999).
Teknologi budidaya cumi-curni untuk skala laboratorium yang meliputi upaya
penangkapan dan penyediaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva,

dan pernbesaran, telah dilakukan sejak tahun 1994 (Danakusumah et al. 1995a). Pada
tahaptahap am1 penelitian, tingkat kelulusan hidup (sintasan) dari masa larva
sampai menjadi induk hanya sekitar 3%. Namun dengan adanya usaha penelitian
yang inirensif, meliputi pemberian pakan hidup