ORGANISASI ADVOKAT KETENTUAN PIDANA KETENTUAN PERALIHAN

7 Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi Advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat. Pasal 27 1 Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan Organisasi Advokat baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. 2 Dewan Kehormatan di tingkat Daerah mengadili pada tingkat pertama dan Dewan Kehormatan di tingkat Pusat mengadili pada tingkat banding dan terakhir. 3 Keanggotaan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas unsur Advokat. 4 Dalam mengadili sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Dewan Kehormatan membentuk majelis yang susunannya terdiri atas unsur Dewan Kehormatan, pakar atau tenaga ahli di bidang hukum dan tokoh masyarakat. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan kewenangan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat diatur dalam Kode Etik.

BAB X ORGANISASI ADVOKAT

Pasal 28 1 Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang- Undang ini dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi Advokat. 2 Ketentuan mengenai susunan Organisasi Advokat ditetapkan oleh para Advokat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 3 Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan partai politik, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. Pasal 29 1 Organisasi Advokat menetapkan dan menjalankan kode etik profesi Advokat bagi para anggotanya. 2 Organisasi Advokat harus memiliki buku daftar anggota. 3 Salinan buku daftar anggota sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri. 4 Setiap 1 satu tahun Organisasi Advokat melaporkan pertambahan danatau perubahan jumlah anggotanya kepada Mahkamah Agung dan Menteri. 5 Organisasi Advokat menetapkan kantor Advokat yang diberi kewajiban menerima calon Advokat yang akan melakukan magang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf g. 6 Kantor Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat 5 wajib memberikan pembimbingan, pelatihan, dan kesempatan praktik bagi calon advokat yang melakukan magang. Pasal 30 1 Advokat yang dapat menjalankan pekerjaan profesi Advokat adalah yang diangkat sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. 2 Setiap Advokat yang diangkat berdasarkan Undang-Undang ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.

BAB XI KETENTUAN PIDANA

Pasal 31 Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat dan bertindak seolah-olah sebagai Advokat, tetapi bukan Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32 1 Advokat, penasihat hukum, pengacara praktik dan konsultan hukum yang telah diangkat pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, dinyatakan sebagai Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2 Pengangkatan sebagai pengacara praktik yang pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku masih dalam proses penyelesaian, diberlakukan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 3 Untuk sementara tugas dan wewenang Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, dijalankan bersama oleh Ikatan Advokat Indonesia IKADIN, Asosiasi Advokat Indonesia AAI, Ikatan Penasihat Hukum Indonesia IPHI, Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia HAPI, Serikat Pengacara Indonesia SPI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia AKHI, Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal HKHPM dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia APSI. 4 Dalam waktu paling lambat 2 dua tahun setelah berlakunya Undang- Undang ini, Organisasi Advokat telah terbentuk. Pasal 33 Kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Profesi Advokat yang telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia IKADIN , Asosiasi Advokat Indonesia AAI, Ikatan Penasihat Hukum Indonesia IPHI, Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia HAPI, Serikat Pengacara Indonesia SPI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia AKHI, dan Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal HKHPM, pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis menurut Undang-Undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP