PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT) - Test Repository

  

PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

(TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT)

  

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat

  Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

  

Oleh:

MUSTHOFIAH

211 06 007

  

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

2011

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Musthofiah NIM : 21106007 Jurusan

  : Syari’ah Program Studi : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 26 Januari 2011 Penulis

MUSTHOFIAH NIM: 21106007

  MOTTO DO’A DAN USAHA ADALAH KUNCI UTAMA DALAM MENUJU SEBUAH KEBERHASILAN PERSEMBAHAN 1.

  Bapak dan ibu (Purnomo dan Tasmiyah) tercinta yang telah memerah pengorbanan baik jasmani maupun rohani sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi di STAIN Salatiga dengan lancar.

  2. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan kesabaran dan ketelatenannya sejak awal hingga akhir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis 4.

  MazQ yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini 5. Teman-teman AHS 06 yang tersayang khususnya Titik, Ema, Hanik, Fahrudin, dan lain- lain yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Teman-teman kos Sitol, Pipit, Sari, Lutfi, Mb Evi dan Eki yang selalu memberikan semangat dalam penulisan ini

  

Kata Pengantar

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW yang memberikan rahmat dan syafa’atnya. Berkat rahmat dan pertolongan dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana hukum islam di STAIN Salatiga.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari para pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2.

  Bapak Illya Muhsin, M.Si selaku ketua program studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah 3. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan dalam penulisan skipsi ini.

  4. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis 5.

  Kedua orang tuaku yang telah memberikan segenap perhatian dan kasih sayangnya sehingga penulisan skipsi ini berjalan dengan lancar.

  6. MazQ yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan kekeliruan yang perlu untuk diperbaiki. Semua itu terjadi dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu bimbingan, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya, atas segala keikhlasan dan jasa-jasa beliau di atas penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin Penulis

  Musthofiah

  

ABSTRAK

  Musthofiah. 2011. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga (Tinjauan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat). Skripsi. Jurusan Syari’ah.

  Program Studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Star Nurhaida, M.Si Kata Kunci: Peranan, Advokat, Perkara dan Pengadilan Agama.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk meminimalkan pendapat negatif masyarakat tentang peranan Advokat. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga? dan (2) Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan sosiologis.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan Advokat dalam memberikan jasa hukum untuk kepentingan kliennya sangat penting dalam penegakan hukum, kebenaran dan keadilan. Peranan tersebut berupa mewakili klien jika berhalangan hadir, mendampingi di dalam persidangan, dan juga memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan perkara yang dihadapi.

  Pemakaian jasa Advokat lebih sedikit dari pada yang tidak menggunakan jasa Advokat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mendorong penggunaan jasa Advokat adalah karena ketidaktahuan masyarakat tentang hukum, malu datang ke pengadilan secara mendiri, sibuk dengan pekerjaan, dan masalah yang dihadapi terlalu berat. Faktor yang mendorong masyarakat tidak menggunakan jasa Advokat adalah biaya untuk jasa advokat sangatlah mahal, masalah yang dihadapi adalah perceraian bukan perkara pidana, memakai jasa Advokat akan menambah rumit masalah dan Advokat adalah calo perkara.

  DAFTAR ISI

  JUDUL ........................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................

  6 C. Tujuan Penetilian ..................................................................

  7 D. Kegunaan Penelitian ..............................................................

  7 E. Penegasan Istilah ...................................................................

  7 F. Metode Penelitian .................................................................

  8 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................

  8 2. Lokasi Penelitian .............................................................

  9 3. Sumber Data ....................................................................

  9 4. Prosedur Pengumpulan Data ............................................ 10 5. Analisis Data ................................................................... 11

  7. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ............................................................ 13

  BAB II KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT A. Devinisi Advokat .................................................................. 15 B. Advokat Dalam Perspektif Islam ........................................... 16 C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003 .................. 21 D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat ......................... 25 E. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga ................... 28 BAB III PERANAN ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA A. Profil Pengadilan Agama Salatiga ........................................ 34 B. Data perkara Pengadilan Agama Salatiga .............................. 37 C. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara ........................ 47 D. Faktor Penggunaan Jasa Advokat .......................................... 58 BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA A. Analisis Terhadap Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara di Pengadilan Agama Salatiga ..................................

  62 B. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penggunaan Jasa Advokat .. 66

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 70 B. Saran ..................................................................................... 71

  DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 73 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 perkara bulan September tahun 2010Tabel 1.2 perkara bulan Oktober tahun 2010Tabel 1.3 perkara yang menggunakan jasa advokat di bulan September tahun 2010Tabel 1.4 perkara yang menggunakan jasa advokat di bulan Oktober tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena sering kali datang

  secara tak diduga dan akhirnya memang harus menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang selalu penuh dengan sengketa. Perkara dapat timbul dari berbagai sebab dan alasan, mulai dari hubungan antar individu, kelompok, masyarakat, bahkan sampai antar negara.

  Untuk menyelesaikan suatu perkara, ada beberapa cara dan proses yang dapat digunakan, tetapi tentunya dengan pertimbangan yang baik dan harus hati-hati. Cara dan proses yang digunakan dalam suatu penyelesaian perkara sering kali meninggalkan trauma, pengalaman bahkan mimpi buruk bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tersebut. Hal ini disebabkan tidak tepatnya cara atau proses yang digunakan dalam penyelesaian perkara tersebut.

  Telah banyak pengalaman yang mengakibatkan seseorang menerima suatu putusan perkara di Pengadilan, dinilaikan tidak sesuai dengan rasa keadilan khususnya dalam perkara perceraian. Hal tersebut sering terjadi disebabkan ia tidak mampu mendapatkan seseorang yang dapat memberikan bantuan hukum terhadap keadilan yang diperjuangkan atau tidak memiliki kecakapan dalam membela suatu perkara. Meskipun ia mempunyai bukti dan fakta yang dapat menunjukkan kebenaran dalam perkara itu.

  Diketahui bahwa keadilan yang hakiki sulit dicapai. Meski demikian dalam kehidupan sehari-hari semua orang harus selalu mencoba secara maksimal untuk mencapainya. Sebagai suatu negara hukum yang berdasarkan konstitusi kita tentunya mendambakan bahwa segala aspek kehidupan di dalam masyarakat dapat diatur dengan Undang-Undang dan persoalan-persoalan yang timbul dapat diselesaikan secara hukum baik melalui Pengadilan maupun melalui Negosiasi dan Mediasi sehingga semua persoalan diharapkan dapat diselesaikan secara adil berdasarkan landasan hukum yang menyertainya (Rambe, 2001:8).

  Manusia memang mempunyai keterbatasan dan kelemahan seperti kekhilafan, kekeliruan, dan kesalahan. Maka dari itu, tidak mustahil bila terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap kaidah sosial yang menimbulkan keadaan tidak tertib dan tidak stabil yang perlu dipulihkan kembali. Untuk menegakkan ketertiban dan kestabilan keadaan diperlukan sebuah sarana pendukung seperti organisasi masyarakat dan organisasi negara. Melalui organisasi tersebut diharapkan dapat memulihkan keadaan dalam masyarakat.

  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat membuat kebutuhan akan jasa hukum semakin meningkat khususnya jasa hukum dari Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Notaris, dan Advokat. Dalam hal ini, peran seorang Advokat sangatlah penting dalam memberikan bantuan hukum di dalam Pengadilan seperti mendampingi, mewakili, membela/menjalankan kuasa demi kepentingan kliennya. Selain itu, Advokat juga memberikan bantuan hukum di luar Pengadilan seperti konsultasi hukum kepada orang yang membutuhkannya.

  Peranan Advokat diatur dalam UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat. Dalam ketentuan UU No 18 Tahun 2003 disebutkan bahwa jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien yang diatur dalam pasal 1 ayat 2. Dalam pasal 18 ayat 1 disebutkan bahwa dalam menjalankan profesi Advokat dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, rasa tau latar belakang, sosial dan budaya.

  Hal ini diperkuat oleh Kode Etik Advokat dalam pasal 3 (a) yang berbunyi: “Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan/ bantuan hukum dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan ke dudukan sosialnya.”

  Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memperjuangkan Hak Asasi Manusia dalam negara hukum Indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 3 (c). Dalam pasal 7 (h) disebutkan bahwa Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu.

  Dikaitkan dengan realita yang terjadi sekarang, ternyata di Jakarta, ada Advokat yang mengucapkan kata “bangsat kamu!” dalam persidangan kasus korupsi Dana Nonbujuter Badan Urusan Logistik. Padahal dalam Kode Etik Advokat pasal 5 (b) disebutkan bahwa Advokat jika membicarakan teman sejawat/jika berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata tidak sopan baik secara lisan maupun tulisan. fashionprivate.com, diakses tanggal 2 agustus 2010)

  Ada seorang Advokat yang melakukan penyuapan terhadap dua orang saksi dalam kasus kepemilikan senjata api agar mencabut keterangan mereka dalam berita acara pemeriksaan. Selain itu, ada juga Advokat yang mencak-mencak karena rekan seprofesinya diduga menyerobot kuasa yang diberikan mantan kliennya. Palmer Situmorang mengatakan bahwa etika moral para Advokat sudah bangkrut. Beliau juga menambahkan proses pengadilan di Indonesia harus lebih terbuka, sehingga seorang Advokat yang curang dalam proses peradilan bisa diketahui oleh masyarakat. fashionprivate.com, diakses tanggal 2 agustus 2010)

  Dalam penelitian awal di Pengadilan Agama Salatiga, peneliti menemukan bahwa ada Advokat yang dalam persidangan hanya diam saja saat para klien saling ngotot dan tidak mau mengalah dalam perkara pembagian harta bersama. Kedua Advokat dari Penggugat dan Tergugat itu ditegur oleh majlis hakim. Hakim tersebut b erkata “ kalian itu dibayar mahal- mahal untuk membantu kliennya malah diam saja, kalau begini caranya persidangan tidak akan selesai- selesai”. Akan tetapi setelah ditegur oleh majlis hakim, kedua Advokat itu hanya diam dan keduanya hanya tersenyum saja sehingga sidang harus ditunda lagi.

  Selama ini memang banyak sekali kesan pro dan kontra dalam masyarakat terhadap peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan. Bagi yang kontra memberi kesan yang negatif dan yang pro memberikan kesan positif. Kesan negatif itu menyatakan bahwa untuk mendapatkan jasa hukum sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan membuat rumit masalah yang dianggap sederhana, sehingga penyelesaiannya lambat. Akan tetapi, kesan positif masyarakat menyatakan bahwa untuk berperkara di Pengadilan dengan menggunakan jasa Advokat, dapat memudahkan pengurusan administratif dan juga memberikan kepuasan serta dapat memenuhi rasa keadilan sekalipun dalam posisi kalah. (Rosyadi, 2003:63)

  Kejujuran adalah kunci utama dalam hubungan antara klien dan Advokat. Suatu dosa terbesar yang dilakukan oleh seorang Advokat apabila melakukan persengkokolan dengan pihak lawan, dan sengaja mengalah dalam pengadilan. (Soebekti, 1997:103)

  Memilih seorang Advokat itu hampir sama dengan proses memilih Dokter, Notaris, Arsitek dan pekerja profesional lainnya. Tentu dengan menjamin profesionalisme dalam pekerjaannya. Seorang Advokat harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi kliennya, sehingga klien dapat menilai dan percaya akan kwalitas kerja si Advokat. Akan tetapi, perlu kehati-hatian dan ketelitian klien dalam memilih dan menentukan jasa Advokat.

  Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, penulis ingin mengkaji tentang Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Khususnya Perceraian Di Pengadilan Agama Salatiga, dengan harapan penulisan ini dapat memberikan jalan keluar bagi orang-orang yang akan menggunakan jasa Advokat.

  B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah 1. Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama

  Salatiga? 2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa advokat?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang tepat dalam proses dan pelaksanaan penelitian, agar penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa advokat?

  D. Kegunaan Penelitian 1.

  Kegunaan Teoritik

  Kegunaan teoritik yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peran advokat yang berkaitan dengan UU NO 18 Tahun 2003 dan juga Kode Etik Advokat. Selain itu, agar masyarakat tahu tentang penggunaan Advokat secara nyata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman jika terjadi calo perkara.

2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Progdi AHS Sebagai masukan agar progdi dapat memilih tenaga pengajar dalam mata kuliah advokasi yang benar-benar mahir dalam bidang advokasi.

  b.

  Bagi Pengadilan Membantu memberikan masukan bagi pengadilan khususnya Pengadilan Agama agar berhati-hati terhadap calo perkara dan mafia peradilan demi menegakkan hukum.

  c.

  Bagi Advokat Dapat dipergunakan sebagai masukan, karena betapa penting jasanya bagi masyarakat dalam menemukan keadilan.

  d.

  Bagi Masyarakat untuk membantu dalam pemilihan jasa Advokat yang benar-benar dapat memberikan jasanya sesuai dengan ketentuan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat.

E. Penegasan Istilah Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam suatu lembaga.

  (Fajri, hal:641) Advokat adalah pembela, seorang (ahli hukum) yang pekerjaannya mengajukan dan membela perkara dalam/luar sidang pengadilan. (Simorangkir, 2000:4)

  Perkara adalah urusan yang harus dikerjakan. (Poerwadarmita, 2006:8777) Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama untuk menyelesaikan, memutuskan perkara-perkara antara orang-orang islam di bidang kewarisan, perkawinan, wasiat, hibah, wakaf, shodaqoh berdasarkan hukum islam (Depag RI, 1996:119). Di Pengadilan Agama ini peneliti mencoba menggali tentang peranan Advokat dalam proses beracara dalam perkara perceraian, dari pengurusan administrasi hingga mendampingi klien dalam ruang sidang sampai putusan majelis hakim di Pengadilan.

F. Metodologi Penelitian

  Suatu penelitian agar menghasilkan data-data yang akurat dan tidak meragukan mesti dilakukan secara sistematis, sehingga penentuan metode yang akan dipakai merupakan langkah awal dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan pendekatan sosiologis. Pendekatan normatif yaitu cara mendekati masalah yang sedang diteliti apakah sesuatu itu baik/buruk, benar/salah berdasarkan norma yang berlaku (Sumitro, 1990:54). Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat. (Soekanto,1988:4-5)

  Jenis penelian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku dan tindakan (Moleong, 2007:6) 2. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga tepatnya di Jalan Lingkar Selatan Desa Cebongan Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

  3. Sumber Data a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru/mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan/ide, yakni mencakup undang-undang, buku, dll (Soekanto & Namudji, 1985:13).

  Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah UU No 18 tahun 2003 tentang advokat, kode etik advokat, serta buku-buku yang berhubungan dengan advokat.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah bahan pustaka yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dll (Soekanto & Namudji, 1985:13).

  Penulis menjadikan hasil wawancara terhadap advokat, hakim, panitera serta klien sebagai sumber data sekunder, karena wawancara tersebut yang menjadi pendukung/penjelas dari sumber data primer.

  4. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a.

  Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya secara langsung. Wawancara yang digunakan ialah wawancara terarah (directive interview), yaitu wawancara yang di dalamnya terdapat pengarahan atau struktur tertentu, yaitu : rencana pelaksanaan, mengatur daftar pertanyaan dan membatasi jawaban, memperhatikan karakteristik yang diwawancarai, membatasi aspek-aspek yang di periksa. Biasanya wawancara terarah mempergunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan (Soemitro, 1988:60).

  Wawancara dilakukan terhadap para responden/subjek penelitian yaitu beberapa hakim, beberapa panitera, para pihak yang berperkara dan advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama Salatiga. Metode ini digunakan untuk menggali data tentang peranan advokat di Pengadilan Agama Salatiga dalam membantu klien menemukan keadilan.

  b.

  Observasi Observasi adalah melihat dan mengamati kondisi kasus dan orang-orang yang terlibat di dalamnya tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Sumanto,

  1995:88-90). Observasi ini digunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan peranan para Advokat dengan melihat tingkah laku Advokat saat berada di Pengadilan.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu alat pengumpulan data melalui data tertulis

  (Soekanto, 1984:21). Data tertulis tersebut berupa buku-buku, surat kabar, jurnal, dan buku register pengadilan baik bulana maupun tahunan.

5. Analisis Data

  Dalam sebuah penelitian setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan penganalisisan terhadap data yang diperoleh. Analisis data merupakan hal yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat memberikan arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian.

  Dalam analisis data ini penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penyelidikan yang menuturkan, menggambarkan, menganalisa, dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, interview dan observasi.

  (Surakhmad, 1990:139) Kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan statistik (Moleong, 2007:6).

  Dalam melaksanakan analisa, peneliti bergerak diantara tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

  Dalam menyusun data, penulis tidak menggunakan rumus-rumus statistik, akan tetapi menggunakan bentuk tabulasi yaitu penyusunan dalam bentuk tabel. Lewat tabulasi data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun ke dalam satu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah serta makna akan mudah dipahami. (Kuentjaraningrat, 1994:280) 6. Pengecekan Keabsahan Data

  Setelah semua data terkumpul baik dari buku-buku maupun hasil dari wawancara, maka langkah selanjutnya adalah pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan hasil wawancara dari orang satu dengan yang lainnya, membandingkan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan membandingkan hasil wawancara dengan buku yang berhubungan dengan penelitian (Moleong,1989:195). Tujuan dari pengecekan keabsahan data tersebut yaitu supaya memperoleh data yang valid.

7. Tahap-Tahap Penelitian

  Sebelum melakukan penelitian, penulis menentukan tema yang cocok untuk diteliti serta mengumpulkan data-data yang sesuai dengan tema. Setelah itu, penulis mencari permasalahan yang menarik untuk diteliti dan menentukan judul yang sesuai dengan permasalahan.

  Kemudian penulis melakukan observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada subjek penelitian yang bersangkutan di lapangan. Hasil dari observasi dan wawancara dibandingkan dengan data-data lain, supaya tahu sesuai tidaknya data-data yang ada dengan kenyataan yang telah terjadi di lapangan. Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian ke dalam sebuah laporan penelitian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencapaian ide dan tema dalam penelitian ini, maka penulis merangkai dan merancang sistematika pembahasan ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Kajian Pustaka yang meliputi kajian Advokat dalam perspektif islam, kajian tentang peranan Advokat dalam UU No 18 tahun 2003 dan Kode Etik Advokat dan kajian tentang peranan Advokat dalam pemberian jasa hukum di Pengadilan Agama

  Bab III berisi tentang profil Pengadilan Agama Salatiga, data-data para klien yang menggunakan Advokat dan yang tidak menggunakan Advokat, peranan Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dan faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat.

  Bab IV Analisis Terhadap peranan Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dan analisis terhadap faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat.

  Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian ini dan saran.

BAB II KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT Advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien

  yang menghadapi masalah hukum keberadaannya sangat dibutuhkan. Masalah pemberian jasa hukum oleh Advokat ternyata bukan sesuatu yang baru sekarang dilakukan. Pemberian jasa hukum merupakan kebutuhan masyarakat untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka. Advokat dapat berperan sebagai pendamping, pemberi nasehat hukum, atau menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya (Rosyadi, 2003:17).

  Kajian tentang peranan Advokat adalah sebagai berikut: A.

   Definisi Advokat

  Kegiatan advokasi adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seorang Advokat atau penasehat hukum yang melaksanakan asas kebenaran, persamaan dihadapan hukum, asas kepastian berdasarkan hukum, guna memperjuangkan hak-hak dan kewajiban pihak yang didampingi dalam rangka mewujudkan kesetaraan hak-hak kewajiban masing- masing pihak (Gofar, 2003:13).

  Advokat berasal dari bahasa Latin yaitu “Advocatus” mengandung arti seorang ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum. Bantuan atau pertolongan ini bersifat memberi nasehat-nasehat sebagai jasa-jasa baik, dalam perkembangannya kemudian dapat diminta oleh siapapun yang memerlukan, membutuhkannya untuk beracara dalam hukum (Wlas, 1989:2).

  Berkaitan dengan penggunaan jasa Advokat, dijelaskan bahwa Advokat/Pengacara adalah orang yang mewakili kliennya untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan di Pengadilan atau beracara di Pengadilan. Advokat adalah termasuk Penasehat Hukum, Pengacara dan para konsultan hukum (Pandu, 2001: 76).

  Secara etimologi, Advokat berasal dari kata Advocate yang artinya penyokong atau penganjur. Sedangkan secara terminologi tugas Advokat adalah melaksanakan kegiatan advokasi yaitu suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk menfasilitasi dan memperjuangkan hak-hak maupun kewajiban klien seseorang atau kelompok berdasarkan aturan hukum yang berlaku (Mimbar hukum, 2003:13).

  Di dalam UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat diterangkan bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar Pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.

B. Advokat Dalam Perspektif Islam 1.

  Sejarah Pemberian Jasa Hukum Dalam Islam Pada dasarnya, pemberian jasa hukum kepada para pihak yang bersengketa telah berlangsung sejak lama. Dalam catatan sejarah peradilan Islam, praktek pemberian jasa hukum telah dikenal sejak zaman pra-Islam. Pada saat itu, meskipun belum terdapat system peradilan yang terorganisir, setiap ada perssengketaan mengenai hak milik, hak waris, dan hak-hak lainnya sering kali diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang berselisih.

  Pada masa pra-Islam pemberi bantuan jasa hukum itu harus memenuhi beberapa kualifikasi. Di antara syarat yang terpenting bagi mereka adalah harus cakap dan memiliki kekuatan supranatural. Atas dasar persyaratan tadi, pada umumnya pemberi jasa hukum itu terdiri atas ahli nujum. Karena itu dalam pemeriksaan dan penyelesaian persengketaan dikalangan mereka lebih banyak menggunakan kekuatan firasat daripada alat-alat bukti, seperti saksi atau pengakuan. (Rosyadi, 2003:36)

  Pada waktu Islam datang dan berkembang yang dibawa oleh Nabi Muhammad, praktek pemberian jasa hukum terus berjalan dan dikembangkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang pernah berlaku pada masa pra-Islam. Hal-hal yang bersifat takhayul dan syirik mulai dieliminir secara bertahap dan disesuaikan dengan al- qur’an dan as-sunah. Pada awal perkembangan Islam, tradisi pemberian bantuan jasa hukum lebih berkembang pada masyarakat Makkah sebagai pusat perdagangan untuk menyelesaikan sengketa bisnis diantara mereka (Rosyadi, 2003:37).

  Perkembangan pemberian jasa hukum lebih berkembang pada masa Umar bin Khattab yang mulai melimpahkan wewenang peradilan kepada pihak lain yang memiliki otoritas. Umar bin Khattab mulai membenahi lembaga peradilan untuk memulihkan kepercayaan umat terhadap lembaga peradilan.

  Pembicaraan Advokat dalam perspektif sejarah Islam tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan hukum Islam itu sendiri yang mengikuti geraknya masyarakat pada waktu itu. Nabi Muhammad SAW, sebagai figure tunggal yang sangat dipercaya telah memberikan contoh bagi umat, tentang bagaimana beliau menyelesaikan sengketa dengan cara yang dapat diterima oleh semua pihak tanpa menimbulkan keraguan dan penyesalan (Rosyadi, 2003:38).

2. Profesi Jasa Hukum Dalam Perspektif Islam

  Profesi jasa hukum dalam perspektif Islam ada tiga kategori yaitu hakam,

  

mufti, dan mashalaih-alaih . Fungsi mereka sama halnya seperti advokat, pengacara,

  konsultan hukum atau penasehat hukum yang berperan sebagai pemberi jasa hukum (Rosyadi, 2003: 39).

  a.

  Hakam

  Hakam adalah orang yang ditunjuk sebagai penengah dalam menyelesaikan sengketa.

  Sumber hukumnya adalah firman Allah QS. An- Nisa’: 35 yaitu :

                      

     Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.

  Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Tugas dan Fungsi Hakam: 1.

  Tugas hakam yaitu memberikan bantuan, nasehat mengenai perkara yang ditanganinya sesuai dengan hukum yang ada.

2. Fungsi hakam adalah berusaha mendamaikan para pihak yang bersengketa, supaya menyelesaikan masalahnya secara damai atau kekeluargaan.

  b. Mufti

  Mufti adalah orang yang memberi fatwa. Fatwa pada dasarnya sama

  dengan memberikan nasehat kepada seseorang yang belum mengetahui tentang sesuatu.

  Sumber hukum mufti adalah QS. An- : Nisa’ ayat 176 yaitu

                                                        

    Artinya : mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki- laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Tugas dan fungsi Mufti yaitu memberikan putusan hukum dalam masalah tertentu, tetapi bersifat tidak mengikat bagi yang meminta fatwa. (Rosyadi, 2003:47) c. Mushalih-Alaih

  Mushalih-Alaih adalah suatu jenis aqad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan

  antara dua orang yang berlawanan. (Rosyadi, 2003:51) Sumber hukum Mushalih-Alaih yaitu QS.AL-Hujarat ayat 9 yaitu:                              

      Artinya: ”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku a dil”.

C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003

  Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena itu, selain pelaku kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah agung dan mahkamah konstitusi, badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman juga harus mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang merdeka. Salah satunya adalah profesi Advokat yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab yang selanjutnya diatur dalam UU No 18 Tahun 2003.

  Dalam menjalankan profesinya, peranan yang harus diberikan seorang Advokat adalah

1. Memberikan konsultasi hukum 2.

  Memberikan bantuan hukum 3. Menjalankan kuasa atas nama klien 4. Mewakili klien 5. Mendampingi klien

6. Membela klien 7.

  Melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan baik di dalam maupun di luar Peradilan (UU Advokat, 2003:23).

  Dalam UU ini diatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang melingkupi profesi Advokat, dengan tetap mempertahankan prinsip kebebasan dan kemandirian Advokat seperti dalam pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta ketentuan bagi pengembangan organisasi Advokat yang kuat dimasa mendatang. Di samping itu diatur pula berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip- prinsip negara hukum pada umumnya.

  Dalam pasal 4 ayat (1) sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau janji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.

  Ketentuan dalam pasal 5 ayat (1) UU Advokat memberikan status kepada Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian profesi Advokat mempunyai peran penting dalam upaya penegakan hukum. Setiap proses hukum baik pidana, perdata, tata usaha negara bahkan tata negara selalu melibatkan profesi Advokat yang kedudukannya setara dengan penegak hukum lainnya. Misalnya dalam upaya pemberantasan korupsi, terutama praktik mafia peradilan, Advokat dapat berperan besar dalam mengatur mata rantai praktik mafia peradilan yang terjadi. Peran tersebut dijalankan atau tidak tergantung kepada profesi Advokat dan organisasi Advokat yang telah dijamin kemerdekaan dan kebebasannya dalam Undang-Undang Advokat.

  Untuk mewujudkan profesinya, Advokat juga berfungsi sebagai penegak hukum dan keadilan juga ditentukan oleh Organisasi Advokat. Undang-Undang Advokat telah memberikan aturan tentang pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran, dan pemberhentian Advokat yang pelaksanaannya dijalankan oleh Advokat. Dalam pasal 6 UU No 18 Tahun 2003 seorang Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan: a.

  Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya b. Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya c. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau peradilan d. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya e.

  Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela f.

  Melanggar sumpah atau janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat Dalam pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa jenis tindakan yang dikenakan terhadap

  Advokat dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai (12 dua belas) bulan, dan pemberhentian tetap dari profesinya.

  Dalm pasal 18 (1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya. Dalam bab VI tentang bantuan hukum cuma-cuma pada pasal 22 dijelaskan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Ketentuan mengenai persyaratan dan tatacara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan peranannya, seorang Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Profesi Advokat dan Ketentuan Kehormatan Organisasi Advokat.

D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat

  Kode Etik ini bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang menjalankan profesi Advokat/Penasehat Hukum sebagai pekerjaannya (sebagai mata pencaharian-nya) maupun oleh mereka yang bukan Advokat/Penasehat Hukum akan tetapi menjalankan fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum atas dasar kuasa insidentil atau yang dengan diberikan izin secara insidentil dari pengadilan setempat diakses tanggal 7 oktober 2010).

  Kode etik pada pokoknya mengatur tentang hal kepribadian Advokat, hubungan dengan klien, hubungan dengan teman sejawat, cara bertindak dalam menangani perkara dan memuat ketentuan-ketentuan lainnya (Wlas, 1989:12).

  Dalam pasal 3 (b) disebutkan bahwa Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan. Selain itu dalam pasal 3 (c) disebutkan bahwa Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam Negara Hukum Indonesia.

  Pada dasarnya, Kode Etik Advokat dan Undang-Undang Advokat mengatur tentang hubungan Advokat dengan Klien dan Hubungan Advokat dengan teman sejawat. Hubungan antara Advokat dengan klien diatur di dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat, yaitu: a.

  Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.

  b.

  Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.

  c.

  Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang.

  d.

  Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien.

  e.

  Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.

  f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.

  g.

  Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.

  h.