73
3. Sony Maulana Sikumbang, S.H., M.H Pertama.
Alenia keempat Pembukaan UUD 1945 menyebutkan tujuan bernegara, yaitu
“... untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, ...” Dalam upaya
mencapai tujuan bernegara tersebut, Pasal 23 ayat 1 UUD 1945 menetapkan, bahwa Pemerintah perlu mengelola keuangan negara yang
diwujudkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu sumber pendapatan negara itu
adalah Pajak. Dengan demikian, pajak berfungsi untuk menghimpun dana pendapatan negara. Inilah fungsi budgeterdarl pajak. Selain itu, perlu diingat,
bahwa oleh karena dihimpun melalui pungutan yang bersifat memaksa, Pasal 23A UUD 1945 mengharuskan pengaturan atas pajak melalui dengan Undang-
Undang; Sama dengan jenis pajak yang lain, Pajak Pertambahan Nilai PPN diadakan
untuk menghimpun dana pendapatan negara. Jenis pajak ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah;
Kedua.
Pasal 4A ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah menetapkan, bahwa jenis
barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak. Inilah fungsi lain dari pajak, yaitu fungsi
regulerend . Pajak diadakan
bukan semata-mata untuk menghimpun dana pendapatan negara, melainkan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
74
juga bisa digunakan sebagai alat untuk mendukung kebijakan perekonomian negara;
Ketentuan dalam Pasal 4A ayat 2 huruf b yang menetapkan barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak sebagai jenis
barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai digunakan oleh Pemerintah untuk mendorong kemampuan masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya atas barang kebutuhan pokok demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia sebagaimana
diamanatkan Pasal 28C ayat 1 UUD 1945. Agar setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun sebagaimana
diamanatkan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945, ketentuan dalam Pasal 4A ayat 2 huruf b cukup menentukan “barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak”;
Ketiga
. Penjelasan Pasal 4A ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah menentukan, bahwa barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi 11 sebelas komoditas pangan tertentu;
Penjelasan ini telah men-distorsi kententuan dalam Pasal 4A ayat 2 huruf b sehingga bertentangan dengan pengakuan dan perlindungan atas hak setiap
orang untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar dan bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun sebagaimana
diamanatkan Pasal 28C ayat 1 dan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945;
Keempat
. Selain itu, secara teknis perancangan peraturan perundang- undangan, Penjelasan Pasal 4A ayat 2 huruf b telah melebihi fungsinya
sebagai tafsir resmi dari pembentuk peraturan perundang-undangan untuk memperjelas ketentuan-ketentuan yang terdapat peraturan perundang-
undangan yang dibentuknya. Penjelasan pasal ini telah mengandung atau menciptakan penormaan baru. Suatu hal yang bertentangan dengan teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
75
Keterangan Saksi Pemohon 1. Libertina Layk
- Saksi sudah berkeluarga, mempunyai 3 orang anak, masing-masing berumur 17 tahun, 12 tahun, dan 17 bulan;
- Suami saksi bekerja sebagai sopir; - Saksi setiap hari mendapat uang belanja dari suami saksi sebesar Rp.
50.000. Uang tersebut saksi gunakan untuk belanja sebanyak Rp. 25.000 sampai dengan Rp. 30.000,-
- Saksi merasakan uang belanja Rp. 25.000 sampai dengan Rp. 30.000 tersebut cukup untuk makan, namun tidak dapat terpenuhi gizinya;
- Dengan uang belanja sebanyak itu maka saksi menggunakan lauk tahu – tempe;
- Ketika saksi membeli barang kebutuhan pokok dari warung, saksi tidak tahu apakah dikenakan PPN atau tidak sebab kala belanja di warung tidak
ada tulisan catatan belanja, tetapi kalau belanja di mini market ada PPN sebanyak 10 sebagaimana tercantum dalam struk belanja;
- Saksi berharap PPN tersebut dapat dihapus; - Pengenaan PPN sebanyak 10 persen tersebut ketika saksi membeli
kacang hijau, jagung;
2. Linda Barus