Perjanjian Elektronik Pada Umumnya

TUGAS ANALISIS DALAM PERJANJIAN ELEKTRONIK
DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM
PERDATA, UU NO.11 TAHUN 2008, DAN PP NO.82 TAHUN 2012

OLEH :

MUHAMMAD IQBAL

NPM :

1006709494

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Teknologi merupakan hal yang paling saklak dalam kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi dan media yang termasuk
kategori internet ini telah merambah dan telah mencakup wilayah global. e-Commerce
(Electronic Commerce) merupakan konsep baru yang digambarkan sebagai proses jual
beli barang atau jasa pada World Wide Web atau biasa kita kenal dengan www 1,

pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi. e-Commerce pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali elektronik dipakai untuk
tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman web. Sebelum melakukan eCommerce
maka kita perlu melakukan analisis yaitu analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan berbagai strategi
penjualan. Analisis ini mempunyai empat komponen yaitu Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat.
Pertukaran informasi dalam e-Commerce dilakukan dalam format digital sehingga
kebutuhan akan pengiriman data dalam bentuk cetak akan dihilangkan. Dengan
menggunakan sistem komputer yang saling terhubung melalui jaringan telekomunikasi,
transaksi penjualan dapat dilakukan secara otomatis dan dalam waktu yang sangat
singkat. Akibatnya informasi yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi penjualan
tersedia pada saat diperlukan. Dengan melakukan penjualan secara elektronik, produsen
dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan pengiriman informasi.
Proses transaksi yang berlangsung secara cepat juga mengakibatkan meningkatnya
produktifitas pada produsen. Dengan menggunakan teknologi informasi, e-Commerce
dapat dijadikan sebagai solusi untuk membantu produsen dalam menghadapi saingan.
Tingginya saingan penjualan yang muncul mengharuskan produsen dapat memberikan
respon yang baik. Penggunaan e-Commerce dapat meningkatkan efisiensi biaya dan
produktifitas produsen, sehingga dapat meningkatkan kemampuan produsen dalam

bersaing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian e-Commerce?
2. Bagaimana hubungan hukum antar pelaku e-Commerce?
3. Bagaimana hubungan antara e-Commerce dengan KUHPerdata dan UU No.11
TAHUN 2008, dan PP No.82 TAHUN 2012?

1 WWW (World Wide Web) adalah salah satu fasilitas di internet yang menawarkan
berbagai kecanggihan dan kemudahan.

1.3 Tujuan
1. Menjabarkan secara global apa itu e-Commerce.
2. Menjelaskan hubungan hukum antar pelaku e-Commerce.
3. Menjelaskan hubungan antara e-Commerce dengan KUHPerdata dan UU No.11
TAHUN 2008, dan PP No.82 TAHUN 2012.

BAB II
ANALISIS

2.1 Pengertian

e-Commerce atau Electronic Commerce Transaction adalah transaksi dagang
antara penjual dengan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak.
Kontrak ini dilakukan dengan media elektronik di mana para pihak tidak hadir secara
fisik. Medium ini terdapat di dalam jaringan umum dengan sistem terbuka yaitu internet
atau world wide web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat nasional.
Terdapat 6 (enam) komponen dalam Electronic Commerce Transaction (Kontrak Dagang
Elektronik) yaitu:
1. Ada kontrak dagang.
2. Kontrak itu dilaksanakan densgan media elektronik.
3. Kehadiran fisik dari para pihak tidak diperlukan.
4. Kontrak itu terjadi dalam jaringan publik.
5. Sistem terbuka, yaitu dengan internet atau www.
6. Kontrak itu terlepas dari batas yurisdiksi nasional.
e-Commerce merupakan metode untuk menjual produk secara on line melalui
fasilitas internet. e-Commerce merupakan bidang multidisipliner (multidisciplinary field)
yang mencakup
1. Bidang teknik: jaringan, telekomunikasi, pengamanan, penyimpanan dan
pengambilan data dari multimedia
2. Bidang bisnis: pemasaran (marketing), pembelian dan penjualan (procurement and
purchasing), penagihan dan pembayaran (billing and payment), manajemen

jaringan distribusi (supply chain management)
3. Aspek hukum information privacy, hak milik intelektual (property right).

Di dalam e-Commerce ini terdapat digital contract atau lebih dikenal dengan
kontrak elektronik yaitu sebuah kontrak baku yang dirancang, ditetapkan, dan
disebarluaskan secara digital melalui suatu situs di internet (website), secara sepihak oleh
pembuat kontrak, untuk ditutup secara digital pula oleh penutup kontrak. Ciri-ciri kontrak
elektronik, yaitu:
1. Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan melampaui batas-batas
suatu negara melalui internet;
2. Para pihak dalam kontrak elektronik tidak pernah bertatap muka, bahkan mungkin
tidak akan pernah bertemu.
2.2 Aspek Hukum e-Commerce
Di dalam hukum perdata indonesia, masih menganut burgerlijk wetboek (kitab
undang undang hukum perdata) yang mana mengatur tentang orang, kebendaan, perikatan
dan tentang pembuktian dan daluwarsa. Dalam KUHPerdata syarat sahnya perjanjian
terdapat dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu
1. Kesepakatan untuk membuat suatu perjanjian;
2. Cakap melakukan perbuatan hukum;
3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.
Berakunya hukum bagi dunia maya (virtual world), informasi yang didapat dari
internet berupa data/informasi tertulis, suara dan gambar (integrated service digital
network/ISDN). Disebut virtual world (dunia maya) sebagai lawan real world (dunia
nyata), hal yang dapat dilakukan di dunia nyata, dapat pula dilakukan di dunia maya.
Interaksi dan perbuatan-perbuatan hukum yang terjadi melalui atau di dunia maya adalah
sesungguhnya interaksi antara sesama manusia dari dunia nyata dan apabila terjadi
pelanggaran hak atas perbuatan hukum melalui atau di dunia maya itu adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh manusia di dunia nyata dan hak yang dilanggar adalah hak
manusia dunia nyata, maka hukum yang berlaku dan harus diterapkan adalah hukum dari
dunia nyata.
Penggunaan Domain name di dalam e-Commerce sangatlah penting. Penentuan
alamat dalam dunia maya dikenal dengan istilah domain name. Contoh. Klikbca.com
Caranya dengan mendaftarkan pada InterNIC untuk mencek apakah domain name
tersebut telah digunakan oleh pihak lain atau belum. InterNIC adalah suatu organisasi
yang mendaftar domain name dan mengikuti perkembangannya melalui database searcher
yang disebut whois. Di USA sedang dibuat undang-undang mengenai penggunaan
domain name pada jaringan internet dan melarang seseorang untuk mendaftarkan suatu
nama yang seharusnya tidak dimiliki oleh pihak tersebut. Pihak yang mendaftarkan suatu
nama harus memberikan alasan mengapa pihak tersebut ingin mendaftarkan dengan nama

tertentu.
Di dalam e-Commerce terdapat pembuktian, yaitu dengan lahirnya UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
yaitu berdasarkan Pasal 5 UU ITE mengakui informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagai alat bukti yang sah. Hukum pembuktian
mengenal adanya alat bukti dan barang bukti. Barang bukti dikenal dalam hukum acara
pidana dengan sistem pembuktian negatif.. Alat bukti menurut Subekti adalah alat-alat

yang dipergunakan untuk membuktikan dalil-dalil suatu pihak di muka pengadilan, baik
bukti-bukti yang bersifat tertulis maupun bukan tulisan.
Berdasarkan pengaturannya tipologi alat bukti di Indonesia dibedakan menjadai
alat bukti konvensional, alat bukti modern, dan alat bukti yang diakui oleh undangundang. Alat bukti konvensional diatur dalam KUH Perdata, HIR/RBG, dan KUHAP.
Alat bukti modern merupakan alat bukti elektronik yang merupakan perluasan dari alat
bukti yang sudah ada dan pengaturannya berdasarkan pada UU ITE, sedangkan alat bukti
yang diakui oleh undang-undang berupa akta otentik yang pengaturannya berdasarkan
UU Jabatan Notaris. Berdasarkan Pasal 164 HIR (Pasal 284 RBG) dan Pasal 1903 KUH
Perdata terdapat 5 (lima) macam alat bukti, yaitu bukti tulisan, bukti dengan saksi,
persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP,
yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Alat
bukti tertulis dapat berupa surat dan akta. Surat maupun akta merupakan alat bukti yang
sah menurut hukum. Menurut A. Pitlo, alat pembuktian berupa surat adalah pembawa

tanda tangan bacaan yang berarti menerjemahkan suatu isi pikiran. Alat bukti tertulis
berupa surat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu surat biasa, akta otentik, dan akta di
bawah tangan. Dokumen elektronik dalam kerangka e-Commerce tersebut memerlukan
peranan dari beberapa pemangku kepentingan, yaitu para pihak yang terlibat, masyarakat
dan negara.
UU No. 11 Tahun 2008 ini memberikan kedudukan pada dokumen elektronik
dengan digital signature sebagai alat bukti, karena data elektronik belum terakomodasi
dalam sistem hukum pembuktian dan hukum acara di Indonesia. Hal ini merupakan
perluasan alat bukti berdasarkan Hukum Pembuktian di Indonesia, yang hanya mengenal
5 (lima) macam alat bukti dan KUH Perdata menentukan bahwa alat bukti tertulis terdiri
atas data pribadi dan data untuk untuk menjalankan perusahaan. Informasi elektronik
sebagai alat bukti dalam pembuktian perdata berawal dari pemikiran bahwa esensi dari ecommerce terletak pada informasi elektronik dan electronic signature sebagai kunci
pengamanannya.
Ketentuan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tersebut harus dicermati lebih dalam. Ini
terkait dengan Pasal 5 ayat (4) UU No. 11 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa ketentuan
mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tidak berlaku untuk:
1. surat yang menurut undang-undang harus dibuat secara tertulis
2. surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
UU No. 11 Tahun 2008 juga mengatur mengenai informasi dan dokumen

elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah. Pengaturan ini merupakan perluasan
alat bukti berdasarkan Hukum Pembuktian di Indonesia. Perluasan alat bukti dari eCommerce menimbulkan permasalahan hukum jika ditinjau dari keotentikan alat bukti
tertulis. Dokumen elektronik dan digital signature yang lahir dari e-Commerce menurut
UU No. 11 Tahun 2008 perlu dikaji terkait dengan akta otentik, karena lahirnya UU No.
11 Tahun 2008 menimbulkan pertanyaan, apakah transaksi elektronik atau dokumen
elektronik dapat dipersamakan dengan akta otentik. Hal ini disebabkan kepentingan
informasi elektronik mempunyai nilai pembuktian hukum berhubungan dengan
otentisitas.
Berdasarkan Pasal 1868 KUH Perdata, syarat otentisitas suatu dokumen
ditentukan oleh

1. bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
2. dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum
3. pejabat tersebut harus berwenang di tempat akta dibuat.
Selain harus memperhatikan syarat otentisitas suatu dokumen tersebut, proses
otentisitas dokumen dan informasi elektronik dapat diperoleh pada saat terjadi
perselisihan hukum. Perselisihan hukum mengenai dokumen elektronik dalam transaksi
elektronik dapat diselesaikan secara litigasi. Penyelesaian sengketa ini tunduk pada
hukum acara perdata dan sistem pembuktiannya yang menganut sistem pembuktian
positif. Para pihak dalam transaksi elektronik harus membuktikan sedangkan hakim

hanya membagi dan membebankan kepada pihak untuk mengajukan alat bukti, guna
menguatkan dalil atau peristiwa yang dikemukakan. Hal ini sesuai dengan asas umum
dalam Pasal 163 HIR/283 RBG/1865 KUH Perdata. Beban pembuktian ini apabila
dihubungkan dengan ketentuan UU No. 11 Tahun 2008 diatur dalam Pasal 5 UU No. 11
Tahun 2008. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) UU No. 11 Tahun 2008, informasi
dan/atau dokumen elektronik berikut dengan hasil cetaknya merupakan alat bukti yang
sah. Ketentuan ini memperluas cakupan alat bukti yang sah sesuai yang berlaku di
Indonesia, apabila dokumen elektronik tersebut dibuat dengan menggunakan sistem
elektronik yang diatur dalam UU No. 11 Tahun 2008. Berdasarkan Pasal 5 ayat (4) UU
No. 11 Tahun 2008, ketentuan mengenai informasi elektronik tidak berlaku bagi surat
yang menurut undang-undang dibuat tertulis dan surat beserta dokumennya yang
menurut undang-undang dibuat dalam bentuk akta notaril atau pejabat yang berwenang.
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi e-Commerce
sangatlah penting. Di dalam kontrak baku dan ketentuan jual beli konsumen umumnya
disodori kontrak baku yang tertuang dalam website untuk berbelanja lalu konsumen
harus secara seksama membaca klausula – klausula kontrak yang ada sebelum
memberikan persetujuannya dan konsumen harus berani menolak atau membatalkan
(“cancel”) jika terdapat klausul kontrak yang menyatakan bahwa barang yang sudah
dibeli tidak dapat ditukarkan atau dikembalikan.
Berbeda dengan konsumen perbankan, khususnya dalam pelayanan jasa

perbankan melalui internet (internet banking) perlu diperhatikan kesiapan bank
mengingat bank bertanggung atas pengendalian dan monitoring sistem yang dibuat
maupun yang dioperasikan oleh vendor. Hal lain yang perlu dilakukan adalah perlunya
dibuat perjanjian interkoneksi (interconnected agreement) antara website satu bank
dengan website bank lain atau perusahaan lain interkoneksi dengan sistem internet
banking. Hendaknya dibuat klausul eksenorasi yang intinya melepaskan tanggungjawab
bank atas kemungkinan gugatan konsumen akibat memanfaatkan informasi dari penjual
yang ter interkoneksi atau iklan-iklan lain yang muncul pada homepage bank tersebut