PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA ‘ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN TUNANETRA

PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA ‘ABDULLAH BIN
UMMI MAKTUM DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN
TUNANETRA

SKRIPSI

Oleh:
Jumaida Aulia Abidsyah
NPM: 20120720196

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA ‘ABDULLAH BIN
UMMI MAKTUM DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN
TUNANETRA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Strata Satu
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Jumaida Aulia Abidsyah
NPM: 20120720196

FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i

NOTA DINAS

Lampiran

: 4 eks. Skripsi


Hal

: Persetujuan

Yogyakarta, 08 Agustus 2016

Kepada Yth
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat
bahwa skripsi saudara:
Nama

: Jumaida Aulia Abidsyah

NPM


: 20120720196

Judul

:

PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA
‘ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM DAN
RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN
TUNANETRA

telah memenuhi syarat untuk diajukan pada akhir tingkat Sarjana pada Fakultas
Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat
diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,


Nurwanto, M.A., M.Ed.
NIK. 19770101200104113036

ii

PENGESAHAN

Judul Skripsi
PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA ‘ABDULLAH BIN
UMMI MAKTUM DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN
TUNANETRA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama

: Jumaida Aulia Abidsyah

NPM


: 20120720196

telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam pada tanggal 29 Agustus 2016 dan dinyatakan
memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang

: Sadam Fajar Shodiq, M.Pd.I.

(

)

Pembimbing

: Nurwanto, M.A., M.Ed.

(


)

Penguji

: Dr. Abd. Madjid, M.Ag.

(

)

Yogyakarta, 05 September 2016
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dekan,

Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si.
NIK 19660717199203113014

iii


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa

: Jumaida Aulia Abidsyah

Nomor Mahasiswa

: 20120720196

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 08 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan

Jumaida Aulia Abidsyah
NPM: 20120720196

iv

MOTTO

‫اس إِنا َخلَ ْقَا ُكم ّمن ذَ َك ٍر َوأُنثَى َو َج َع ْلَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا ۚ إِن‬
ُ ‫يَا أَي َها ال‬
ِ
ِ ِ
ِ
]٣١:٩٤[ ٌ‫يم َخبِر‬
ٌ ‫أَ ْكَرَم ُك ْم ع َد الل أَتْ َقا ُك ْم ۚ إن الل َ َعل‬


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al.Hujurat: 13)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk;
Ayahanda Juma’ Aziz, ibunda Ida Herliana, adinda Khorunnisa Al Atiqoh, dan
seluruh keluarga besar saya.
Dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tidak hanya
mencerdaskan akal namun juga mencerdaskan hati.
Almamater yang selalu kubanggakan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Agama Islam
Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Terima Kasih.


vi

KATA PENGANTAR

‫َحــــــــــــــــــــــــــــــ ْي‬

ْ‫َح‬

‫ْــــــــــــــــــــــــــــــ ه‬

ِ ّ ‫اْم ُد لِل ِ ر‬
َ ْ‫ي أَ ْش َه ُد أَ ْن اَ إِلَ َ إِا اهُ َو ْح َد ُ اَ َش ِري‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬
ُ َ‫ك ل‬
ْ َْ
َ
ُ ُ‫َوأَ ْش َه ُد أَن َُُم ًدا َعْب ُد ُ َوَر ُس ْول‬
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkah nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu

yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan untuk
Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang setia
mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul Prinsip Pendidikan Rasulullah kepada „Abdullah bin
Ummi Maktum dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Tunanetra, yang disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S-1) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah), Fakultas Agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
hal ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si., selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

vii

3. Bapak Dr. Abd. Madjid, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Nurwanto, MA., M.Ed.,

selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan serta nasehat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
5. Segenap Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan sumbangan ilmu kepada
penulis.
6. Segenap Pengurus dan Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu kelancaran dalam
penulisan skripsi ini.
7. Segenap Dosen, Pengurus dan Karyawan Pendidikan Ulama Tarjih
Muhammadiyah Yogyakarta.
8. Ayahanda Juma’ Aziz, ibunda Ida Herliana, adinda Khorunnisa Al Atiqah,
eyang Siti Amini dan seluruh keluarga besar yang telah mencurahkan kasih
sayang dan doa demi kesuksesan penulis selama menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
9. Seluruh

teman-teman

angkatan

2012

Pendidikan

Ulama

Tarjih

Muhammadiyah.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan dan andil dalam penyelesaian skripsi ini.

viii

Bantuan dari mereka berupa arahan, bimbingan, motivasi dan lain-lain
yang tak ternilai harganya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah Swt. dan
mendapatkan rida-Nya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, baik penulis maupun pembaca. Saran dan kritik dari pembaca
senantiasa penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa
meridai kita. Aamiin.
Yogyakarta, 08 Agustus 2016
Penulis,

Jumaida Aulia Abidsyah
NIM.20120720196

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN NOTA DINAS ...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................iv
HALAMAN MOTTO .........................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
ABSTRAK ..........................................................................................................xiii
TRANSLITERASI ..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................7
D. Kegunaan Penelitian................................................................................7
E. Sistematika Pembahasan .........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................10
B. Kerangka Teori........................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................38
B. Sumber Penelitian ...................................................................................38
x

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................40
D. Teknik Analisis Data ...............................................................................40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Biografi ‘Abdullah bin Ummi Maktum ..................................................42
1. Nama Lengkap ‘Abdullah bin Ummi Maktum .................................42
2. Prestasi ‘Abdullah bin Ummi Maktum .............................................43
3. Ayat-ayat dan Hadis-hadis yang Berkaitan dengan ‘Abdullah bin
Ummi Maktum ..................................................................................46
B. Prinsip Pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum ...48
1. Prinsip Tauhid ..................................................................................50
2. Prinsip Ibadah ...................................................................................53
3. Prinsip Akhlak ..................................................................................57
4. Prinsip Kemasyarakatan ...................................................................60
5. Prinsip Kepercayaan dan Penghargaan ............................................61
6. Prinsip Kasih Sayang .......................................................................63
C. Relevansi antara Pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi
Maktum dengan Pendidikan Tunanetra ...................................................65
1. Pendidikan Tunanetra ........................................................................65
2. Relevansi Prinsip Pendidikan ‘Abdullah bin Ummi Maktum terhadap
Pendidikan Tunanetra ........................................................................68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................72
B. Saran ........................................................................................................72

xi

C. Kata Penutup ...........................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................74
LAMPIRAN ........................................................................................................81

xii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan dan merumuskan prinsip
pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum sebagai hasil kajian
terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur`an, hadis dan sejarah Islam.
Kedua, untuk mengetahui relevansi antara prinsip pendidikan Rasulullah kepada
‘Abdullah bin Ummi Maktum dengan pendidikan bagi anak tunanetra.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan
cara dokumentasi. Data dianalisis secara konten dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen dan buku, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.
Hasil penelitian menunjukkan prinsip pendidikan Rasulullah kepada
‘Abdullah bin Ummi Maktum mencakup enam prinsip, yaitu prinsip tauhid,
ibadah, akhlak, kemasyarakatan, kepercayaan dan penghargaan, serta prinsip
kasih sayang. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya relevansi antara
pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum dengan pendidikan
anak tunanetra. Pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum
menekankan pada pendidikan tauhid, mencakup akidah, akhlak, ibadah dan sosial,
yang semuanya dikemas dengan kasih sayang dan kepercayaan serta penghargaan.
Kesadaran terhadap pendidikan tauhid inilah yang selanjutnya memunculkan
pengertian pada diri anak tunanetra untuk mampu mandiri, swasembada, bersikap
ekstrover, dan mampu bersosialisasi secara wajar dengan lingkungannya.
Kata Kunci: Prinsip; Pendidikan; Rasulullah; Tunanetra.

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata Arab-Latin yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987
tertanggal 22 Januari 1988.
I.

Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
‫أ‬

Nama

Huruf Latin

Keterangan

Alif

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan

Ba’

B

-

Ta

T

-

Sa
‫ج‬

Jim

s (dengan titik di atas)
J

-

Ha

h (dengan titik di bawah)

Kha’

KH

-

‫د‬

Dal

D

-

‫ذ‬

Zal

z (dengan titik di atas)

Ra’

R

-

Za’

Z

-

Sin

S

-

Syin

SY

-

‫ص‬

Sad

s (dengan titik di bawah)

‫ض‬

Dad

d (dengan titik di bawah)

‫ط‬

Ta

t (dengan titik di bawah)

‫ظ‬

Za ‘

z (dengan titik di bawah)

xiv

‫ع‬

‘Ain



koma tebalik ke atas

‫غ‬

Gain

G

-

‫ف‬

Fa’

F

-

Qaf

Q

-

Kaf

K

-

Lam

L

-

Mim

M

-

Nun

N

-

Wawu

W

-

Ha’

H

-

Hamzah



Apostrof

Ya’

Y

-

‫ء‬

II. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

َ
َ

ditulis

rabbanā

ditulis

nazzala

III. Ta Marbūṭ di akhir kata
a. Bila dimatikan tulis h

‫ْض‬
ْ‫ط‬

ditulis

rauḍah

ditulis

alḥah

(Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
b. Bila ta-marbu diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h

xv

ْ ‫ْ ض ْأ‬
‫ط‬

rauḍah al-a fāl

ditulis

IV. Vokal Pendek
__َ___

fatḥaḥ

ditulis

A

_____

kasrah

ditulis

I

_____

ḍammah

ditulis

U

ditulis

ā

ditulis

ī

ditulis

ū

V. Vokal Panjang

. ....

. ...

. ....
. ....

fatḥaḥ dan alif
atau ya
kasrah dan ya
ḍammah dan
wawu

Contoh:

‫ق‬

ditulis

qāla

ditulis

ramā

‫ق ْي‬

ditulis

qīla

ْ ‫ي‬

ditulis

yaqūlu

VI. Vokal Rangkap

....

fatḥaḥ dan ya’ mati

ditulis

ai

....

fatḥaḥ dan wawu mati

ditulis

au

Contoh:

‫ك‬

ditulis

xvi

kataba

‫ي ْه‬
‫س‬

ditulis

yażhabu

ditulis

su‟ila

VII. Kata sandang (‫)ال‬
Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariyah.
a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai
bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti
kata sandang itu.
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Contoh:

‫َج‬
ْ

ditulis

ar-rajulu

ditulis

al-qamaru

VIII. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

‫َ ق ْي‬

‫خ ْي‬

‫إ َه‬

ditulis

Wa innallāha lahuwa khair arrāziqīn.

‫ْ ْي‬
‫ْس‬

‫ْ ه‬

‫فأ ْ ف ْ ْ ْي‬

Ditulis

Wa aufū al-kaila wa al-mīzān.

‫ْ ه‬

Ditulis

Bismillāhi majrēha wa mursāhā

xvii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan dan merumuskan prinsip
pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum sebagai hasil kajian
terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur`an, hadis dan sejarah Islam.
Kedua, untuk mengetahui relevansi antara prinsip pendidikan Rasulullah kepada
‘Abdullah bin Ummi Maktum dengan pendidikan bagi anak tunanetra.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan
cara dokumentasi. Data dianalisis secara konten dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen dan buku, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.
Hasil penelitian menunjukkan prinsip pendidikan Rasulullah kepada
‘Abdullah bin Ummi Maktum mencakup enam prinsip, yaitu prinsip tauhid,
ibadah, akhlak, kemasyarakatan, kepercayaan dan penghargaan, serta prinsip
kasih sayang. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya relevansi antara
pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum dengan pendidikan
anak tunanetra. Pendidikan Rasulullah kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum
menekankan pada pendidikan tauhid, mencakup akidah, akhlak, ibadah dan sosial,
yang semuanya dikemas dengan kasih sayang dan kepercayaan serta penghargaan.
Kesadaran terhadap pendidikan tauhid inilah yang selanjutnya memunculkan
pengertian pada diri anak tunanetra untuk mampu mandiri, swasembada, bersikap
ekstrover, dan mampu bersosialisasi secara wajar dengan lingkungannya.
Kata Kunci: Prinsip; Pendidikan; Rasulullah; Tunanetra.
ABSTRACT

This research aims at explaining and formulating the education principles of
Rasulullah for ‘Abdullah bin Ummi Maktum as the result of studying Islamic
values in Al Qu’ran, hadith, and Islam history. In addition, it is to find out the
relevance of educational principles of Rasulullah for ‘Abdullah bin Ummi
Maktum using education for blind children.
This research employed qualitative approach. The data were collected using
documentation, and then the content was analyzed by collecting documents and
books, whether theoretically or empirically.
The research result shows that the education principles of Rasulullah for
‘Abdullah bin Ummi Maktum comprises six principles – monotheism, worship,
moral, social, trust and appreciation, and affection. The research finding shows
that there is relevance between Rasulullah’s education for ‘Abdullah bin Ummi
Maktum through education for blind children. Rasulullah’s education for
‘Abdullah bin Ummi Maktum emphasizes education of monotheism, aqidah,
moral, worship and social, which are wrapped with affection, trust, and
appreciation. The awareness for having monotheism education generates
understanding for blind children to be independent, self-supporting, extrovert, and
able to socialize normally with the society.
Key words: principle; education; Rasulullah; blind children.

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang
seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Kemunculan Islam lengkap
dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar dalam budaya
masyarakat Arab. Sebab, masyarakat Arab pra-Islam pada dasarnya tidak
memiliki sistem pendidikan formal (Azra, 2000: vii).
Pendidikan yang berlangsung pada masa awal perkembangan Islam
umumnya bersifat informal, dan lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah
Islamiyyah, seperti penyebaran, dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan
ibadah Islam. Oleh karena itu, dapat difahami alasan mengapa proses
pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat tertentu. Tetapi
ketika masyarakat

Islam sudah terbentuk, maka pendidikan Islam

diselenggarakan di masjid. Pendidikan formal Islam baru muncul pada masa
lebih belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah (Azra, 2000: vii).
Islam memandang pendidikan bukan hanya sebatas pada proses
memindahkan pengetahuan dari orang yang lebih tahu kepada orang yang
belum tahu. Akan tetapi, pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang
mengarahkan pembinaan manusia sepenuhnya. Artinya, keseluruhan proses
atau kegiatan yang berkaitan dengan penyempurnaan dan pemberdayaan
seluruh potensi manusia, baik fisik, intelektual, psikis, spiritual, dan sosial
(Nata, 2010: 26).

2

Tugas utama pendidikan Islam adalah meningkatkan sumber daya
manusia. Sarana strategis untuk melahirkan manusia yang terbina seluruh
potensi dirinya (fisik, psikis, akal, spiritual, fitrah, talenta, dan sosial). Hal ini
dimaksudkan agar mereka dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya dalam
rangka beribadah kepada Allah serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat (Nata, 2010: 31).
Sistem pendidikan Islam pada masa Rasulullah terbagi dalam dua
periode, yakni: periode pembangunan insan di Mekkah dan periode
pembangunan material di Madinah. Pembangunan insaniah (spiritual), yakni
melahirkan manusia-manusia yang mengabdikan diri mereka hanya kepada
Allah. Setelah pendidikan spiritual terwujud, barulah Rasulullah memulai
pembangunan material, yakni menghidupkan tugas manusia sebagai khalifah
Allah. Mengatur dan memeriahkan bumi Allah sesuai dengan yang Allah
kehendaki (At-Tamimi, 2004: 3-22).
Sejalan dengan semangat pendidikan Islam di atas, didapati bahwa
pendidikan adalah bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Tanpa memandang
suku, ras, fisik, status sosial, jenis kelamin dan lainnya. Sebagaimana
pernyataan Hasan al-Banna bahwa, pendidikan adalah usaha manusia untuk
merubah kondisi ke arah yang lebih baik (Iqbal, 2015: 415). Perubahan
kondisi ke arah yang lebih baik tidak akan terlaksana secara maksimal jika
masih terdapat pengkhususan dalam memperoleh pendidikan dalam
masyarakat.

3

Sejarah Islam mengungkapkan bahwa terdapat salah seorang sahabat
tunanetra yang karenanya beberapa ayat al-Qur`an diturunkan. Sebut saja
misalnya QS. „Abasa: 1-12 dan QS. An-Nisa: 95. Dia bernama „Abdullah bin
Ummi

Maktum.

Seorang

sahabat

dengan

keterbatasan

penglihatan

(tunanetra).
„Abdullah bin Ummi Maktum merupakan salah satu sahabat istimewa
Rasulullah. Keistimewaan itu terlihat dari beberapa ayat al-Qur`an yang turun
berkenaan dengannya. Bahkan, karena „Abdullah bin Ummi Maktum
Rasulullah pernah mendapat teguran langsung oleh Allah, yang kemudian
diabadikan dalam QS. „Abasa: 1-12. Sejak itu, berkata a - auri, ketika
Rasulullah melihat Abdullah bin Ummi Maktum datang, beliau menggelar
baju luarnya seraya bersabda,”Selamat datang sahabat, yang aku dicela
Tuhanku karenanya! Apa kau memerlukan sesuatu?” (Umairah, 2000: 95).
Selain itu, Rasulullah menjadikan „Abdullah bin Ummi Maktum
sebagai muazin disamping Bilal bin Rabbah, sehingga keduanya mendapat
julukan Mua in li Rasūlillah (Aż-Ẑahabī, 1982: 360). Rasulullah pernah pula
mengangkat „Abdullah bin Ummi Maktum sebagai wali kota Madinah tatkala
Rasulullah meninggalkan kota. Sebanyak 13 kali jabatan tersebut
dipercayakan kepada „Abdullah bin Ummi Maktum dari total 27 gazwah
(perang yang diikuti Rasulullah) (Al-Maqrazī, 1999: 133).
Fakta sejarah di atas secara tersirat menunjukkan salah satu bentuk
pendidikan nonformal yang diberikan Rasulullah kepada „Abdullah bin
Ummi Maktum. Dengan indikasi, bentuk materi pengajaran, metode

4

pengajaran, guru, dan lainnya tidak dibakukan secara formal (Nata, 2010:
192). Konteks pendidikan dan pengajaran tersebut tidak hanya berlaku bagi
„Abdullah bin Ummi Maktum saja. Namun juga dapat dijadikan pembelajaran
bagi orang-orang dengan kondisi yang sama seperti „Abdullah bin Ummi
Maktum. Beberapa istilah muncul untuk

menyebut “orang berkelainan”

diantaranya, Difabel, Penyandang Ketunaaan, Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK), dan Penyandang Disabilitas (Sholeh, 2015: 302).
Saat ini, pendidikan bagi ABK disediakan dalam tiga macam lembaga
pendidikan, Sekolah Berkelainan (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua,
menampung anak dengan jenis kebutuhan khusus yang sama. Sementara
pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang juga menampung ABK, dengan
kurikulum, guru, sarana pengajaran dan kegiatan belajar mengajar yang sama.
Namun, dalam perkembangannya kurang menggembirakan, karena banyak
sekolah umum yang keberatan menerima ABK, dan juga saat ini baru
menampung anak tunanetra (Ilahi, 2013: 18).
Data yang dikeluarkan oleh WHO (Tarsidi, 2011) menunjukkan bahwa
terdapat +284 juta orang tunanetra di seluruh dunia. Berdasarkan hasil survei
nasional tahun 1993-1996 angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5%.
Angka ini menempatkan Indonesia untuk masalah kebutaan di urutan pertama
di Asia dan nomor dua di dunia setelah negara-negara di Afrika Tengah
sekitar Gurun Sahara. Sebagai perbandingan, di Bangladesh angka kebutaan

5

mencapai 1%, di India 0,7%, di Thailand 0,3%, Jepang dan AS berkisar 0,10,3%. Gsianturi, et.al. (2004) dalam Tarsidi (2011).
Menurut data statistik dari Kementerian Pendidikan tahun 2008, di
Indonesia terdapat 32 SLB/A. Di samping itu, terdapat juga 1036 Sekolah
Khusus yang mengakomodasi anak-anak dari bermacam-macam kategori
ABK termasuk tunanetra, dan banyak siswa tunanetra yang belajar di
sekolah-sekolah inklusif. Data sensus penduduk Indonesia tahun 2010
menyatakan bahwa populasi Indonesia >237 juta orang, dan populasi anak
usia sekolah (7-17 tahun) diperkirakan sebanyak 49.6 juta orang (atau >20%).
Beberapa sumber menyatakan bahwa populasi tunanetra diperkirakan antara
1-1.5% dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menunjukkan bahwa jumlah
tunanetra di Indonesia diperkirakan >3 juta orang, sehingga jumlah anak
tunanetra usia sekolah diperkirakan +600 ribu orang (Tarsidi, 2016).
Data-data di atas menunjukkan tingginya jumlah penyandang tunanetra
di Indonesia. Para penyandang tunanetra jelas butuh pendampingan dan
pendidikan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita temui
diskriminasi terhadap penyandang tunanetra. Mulai dari dunia kerja sampai
dunia pendidikan. Sebut saja misalnya dalam pelaksanaan Ujian Nasional
(UN) 2016.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI),
Retno Listyarti menerangkan, para penyandang tunanetra mengalami
kesulitan saat mengerjakan soal UN Kertas Pensil (UNKP). Sebab, tidak
tersedianya soal UN braille, dikarenakan harga soal yang mahal, yakni

6

diperkirakan Rp 500 ribu/soal. Menurut Retno, selama ini penyadang
tunanetra harus dibacakan soalnya oleh pengawas. Jika terdapat soal-soal
yang disertai gambar, simbol, dan grafik, maka peserta tunanetra dipaksa
untuk berimajinasi, sebab pengawas kesulitan untuk menjelaskannya
(Fizriyani, Murdaningsih dan Hakim, 2016).
Skripsi ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis terkait pendidikan Rasulullah terhadap „Abdullah bin
Ummi Maktum. Fokus penelitian sebelumnya ialah penelitian kualitas dan
orisinalitas hadis-hadis yang berkaitan dengan „Abdullah bin Ummi Maktum.
Menganalisis dan merumuskan nilai-nilai yang terkandung dalam hadis-hadis
tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih jauh pendidikan
Rasulullah terhadap „Abdullah bin Ummi Maktum dengan referensi yang
lebih lengkap. Diharapkan mampu memunculkan atau menyusun secara
sistematik prinsip-prinsip pendidikan yang Rasulullah terapkan kepada
„Abdullah bin Ummi Maktum dan relevansinya terhadap pendidikan
tunanetra saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yang
hendak dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Apa prinsip pendidikan Rasulullah kepada „Abdullah bin Ummi Maktum
yang terkandung dalam al-Qur`an, hadis dan sejarah Islam?

7

2.

Adakah relevansi antara prinsip pendidikan Rasulullah kepada „Abdullah
bin Ummi Maktum dengan pendidikan bagi anak tunanetra?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Menerangkan dan merumuskan prinsip pendidikan Rasulullah kepada
„Abdullah bin Ummi Maktum sebagai hasil kajian terhadap nilai-nilai
yang terdapat dalam al-Qur`an, hadis dan sejarah Islam.

2.

Mengetahui relevansi antara prinsip pendidikan Rasulullah kepada
„Abdullah bin Ummi Maktum dengan pendidikan bagi anak tunanetra.

D. Kegunaan Penelitian
Mengacu pada permasalahan di atas, maka diharapkan penelitian ini
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Kegunaan Praktis
Menambah

informasi

dan

pengembangan

keilmuan

Islam,

khususnya pada bidang Pendidikan Islam bagi akademisi dan
masyarakat.
2.

Kegunaan Teoritik
Memberikan kontribusi yang berarti dalam perkembangan,
pembaharuan dan perbaikan wacana keagamaan sekaligus kependidikan
sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memberikan solusi bagi
permasalahan umat.

8

E. Sistematika Pembahasan
Penulisan hasil penelitian ini disusun dalam lima bagian yang masingmasing bagian akan dijabarkan secara lebih mendalam. Sistematika
pembahasannya dapat dilihat sebagai berikut:
1.

Bab Pertama: Pendahuluan. Bagian ini merupakan bagian yang paling
umum pembahasannya karena berisi dasar-dasar dari penelitian. Isi dari
bagian pertama ini terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

2.

Bab Kedua: Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. Pada bagian ini
memuat uraian tentang penelitian-penelitian pendidikan Islam pada masa
Rasulullah, pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dan
pendidikan bagi anak tunanetra, serta kerangka teori yang relevan dan
terkait dengan prinsip pendidikan Rasulullah kepada „Abdullah bin
Ummi Maktum.

3.

Bab Ketiga: Metode Penelitian. Pada bab ini memuat secara rinci metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini beserta pertimbangannya.

4.

Bab Keempat: Hasil dan Pembahasan. Merupakan inti dari penelitian
yang memuat hasil penelitian dan pembahasan mengenai prinsip
pendidikan Rasulullah kepada „Abdullah bin Ummi Maktum dan
relevansinya terhadap pendidikan bagi anak tunanetra yang disesuaikan
dengan metode penelitian dan fokus penelitiannya.

9

5.

Bab Kelima: Penutup. Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan
seluruh analisis penelitian, berisi pula saran-saran disertai daftar pustaka
sebagai sumber referensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka dilakukan agar penelitian yang akan dilakukan tidak
terjadi pengulangan tema, masalah, dan tujuannya dengan penelitianpenelitian sebelumnya (Ismail, 2015: 54). Berikut akan ditampilkan beberapa
penelitian yang terkait:
1.

Penelitian Hamim Hafiddin (2015) tentang Pendidikan Islam pada Masa
Rasulullah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
metode analisis isi. Secara garis besar penelitian ini memfokuskan diri
pada pengembangan pendidikan Islam di masa Rasulullah. Secara
ringkas, pokok bahasan pada penelitian ini tentang pendidikan Islam
pada masa Rasulullah di Mekkah yang menekankan pada pendidikan
tauhid, pembinaan moral dan akhlak. Kedua, pendidikan Islam pada
masa Rasulullah di Madinah yang pokok pembinaan terlihat pada bidang
sosial dan politik. Ketiga, kurikulum pendidikan Islam pada masa
Rasulullah di mana sistem pendidikan lebih bertumpu pada Nabi. Materi
pendidikan periode Mekkah menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan
akhlak. Sedang pada periode Madinah, materi yang diajarkan berkisar
pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmani dan
pengetahuan kemasyrakatan. Keempat, kebijakan Rasulullah dalam
bidang pendidikan yang pada saat di Mekkah pendidikan berlangsung
dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi, sedang di Madinah

11

kebijakan pendidikan terlihat pada pembangunan masjid sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan dakwah, serta dibuatnya piagam Madinah
dengan maksud mempersatukan berbagai potensi yang pada mulanya
berserakan dan saling bermusuhan. Kelima, metode yang dikembangkan
oleh Nabi. Pada bidang keimanan dengan metode tanya jawab, bidang
ibadah dengan metode demonstrasi dan peneladanan, lalu pada bidang
akhlak dengan metode peneladanan.
2.

Penelitian Iskandar dan Najmuddin (2013) tentang Pola Pendidikan
Islam pada Periode Rasulullah di Mekkah dan Madinah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis isi. Secara
garis besar penelitian ini berisi tentang sosiokultural masyarakat Mekkah
dan Madinah, tahapan dan materi pendidikan Islam pada fase Mekkah
dan Madinah, metode, kurikulum dan lembaga pendidikan Islam pada
saat itu. Pola pendidikan yang diterapkan Rasulullah sejalan dengan
tahapan-tahapan

dakwah

kepada

kaum

Quraisy,

yakni

tahapan

pendidikan Islam secara rahasia dan perorangan, secara terang-terangan,
dan tahapan pendidikan Islam untuk umum. Metode yang digunakan
Rasulullah dalam mendidik para sahabat antara lain, metode ceramah,
dialog, diskusi atau tanya jawab, perumpamaan, kisah, pembiasaan, dan
terakhir metode hafalan.
3.

Penelitian Akhmad Sholeh (2015) tentang Islam dan Penyandang
Disabilitas: Telaah Hak Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam
Sistem Pendidikan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam

12

penelitian ini adalah metode kualitatif. Pada penelitian ini diterangkan
tentang pergeseran istilah-istilah penyebutan dan pendekatan disabilitas.
Paradigma lama menggunakan istilah ”penyandang cacat” untuk
menyebut disabilitas (orang berkelainan). Model pendekatan yang
digunakan diantaranya medical model, tradisional model, dan individual
model. Sedang, sifat pendekatannya ialah charity (belas kasihan).
Berbeda dengan paradigma baru yang menyebut disabilitas dengan istilah
”difabel, penyandang ketunaan, anak berkebutuhan khusus, dan
penyandang disabilitas”. Sedang model pendekatan yang digunakan ialah
social model, dan sifat pendekatannya melalui human rights approach
(hak asasi). Pandangan Islam terhadap penyandang disabilitas dijelaskan
secara singkat dengan mengungkapkan sejarah sahabat ’Abdullah bin
Ummi Maktum dan Amr ibn al-Jamuh, serta perumusan Universal
Islamic Declaration of Human Right oleh para ahli hukum Islam pada
tahun 1981. Deklarasi HAM tersebut berisi dua puluh tiga bab, enam
puluh tiga pasal, yang meliputi segala aspek kehidupan dan penghidupan
manusia.
4.

Penelitian Syamsul Huda Rohmadi (2012) tentang Kurikulum Berbasis
Inklusi di Madrasah (Landasan Teori dan Desain Pembelajaran
Perspektif Islam). Sebuah makalah pada Conference Proceedings Annual
International Conference on Islamic Studies (AICIS XII), di Surabaya 58 November 2012. Secara garis besar penelitian ini berisi tentang teori
dan desain pembelajaran pendidikan inklusi. Dikatakan bahwa desain

13

kurikulum inklusi mempunyai prinsip holistik, artinya pendidikan lebih
memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan peserta
didik. Anak akan dipandang secara keseluruhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Lebih lanjut, hendaknya sistem pendidikan lebih berpusat pada
peserta didik. Artinya sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan
dilaksankan demi kepentingan peserta didik, bukan demi kepentingan
guru, sekolah atau lembaga lain. Hal tersebut meliputi kurikulum,
administrasi, kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikuler.
5.

Penelitian Sitriah Salim Utina (2014) tentang Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini memaparkan beberapa istilah yang digunakan
sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment dan
handicap serta perbedaan istilah disability dan handicap. Disability ialah
keadaan aktual, fisik, mental, dan emosi, sedang handicap ialah suatu
kondisi yang dibebankan pada seseorang yang memiliki keterbatasan.
Kondisi ini dapat dibebankan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau
sikap orang itu sendiri. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
terdapat beberapa prinsip pendidikan yang dapat digunakan bagi anak
disability, yaitu prinsip kasih sayang, prinsip layanan individual, prinsip
kesiapan, prinsip keperagaan, prinsip motivasi, prinsip keterampilan,
prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.

6.

Penelitian Sri Nurul Azmil dan Agus Santoso (2013) tentang Bimbingan
dan Konseling Islam dengan Media Braille dalam Meningkatkan

14

Motivasi Diri Pada Penyandang Tunanetra. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan
kualitatif

dengan

analisa

deskriptif

komparatif.

Penelitian

ini

menghasilkan kesimpulan bahwa pelaksanaan BKI dengan media Braille
dalam meningkatkan motivasi diri pada penyandang Tunanetra adalah
dengan melibatkan diri dengan klien, perilaku sekarang, menilai diri
sendiri,

merencanakan

tindakan

yang

bertanggung jawab,

tidak

menerima alasan, dan tidak ada hukuman. Pelaksanaan tersebut
dapat dikatakan berhasil, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
perubahan pada peningkatan motivasi yang nampak pada diri klien
setelah mendapatkan BKI menuju ke arah yang positif dan lebih
baik lagi dari peningkatan motivasi diri klien sebelum dan sesudah
mendapatkan BKI dengan media Braille.
7.

Penelitian Muhammad Jafar Shodiq (2014) tentang Problematika
Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Mahasiswa Tunanetra di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan
kualitatif

dengan

analisa

deskriptif

komparatif.

Penelitian

ini

menghasilkan kesimpulan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, mahasiswa tunanetra mengalami
problem non linguistik, yakni latar belakang mahasiswa difabel tunanetra
yang heterogen, kurangnya motivasi, kurangnya variasi dalam penerapan
metode pengajaran, dan keterbatasan fasilitas. Peneliti juga memberikan

15

saran untuk Dosen dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam
mengatasi problem non linguistik, yakni dosen memberikan perhatian
khusus bagi mahasiswa tunanetra, menyelingi proses pembelajaran
dengan memberikan motivasi, membuat soal UTS dan UAS yang
aksesible bagi mahasiswa tunanetra, menyelenggarakan workshop dan
seminar tentang metodologi pembelajaran bagi mahasiswa tunanetra,
melengkapi sarana dan prasarana, dan menyelenggarakan sosialisasi
pembelajaran khusus bagi mahasiswa tunanetra.
Penelitian ini tidak megulang penelitian-penelitian sebelumnya. Sebab
fokus penelitian ini terletak pada menemukan prinsip pendidikan yang
Rasulullah terapkan kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum dan relevansinya
terhadap pendidikan tunanetra. Penelitian-penelitian yang telah ada
menjelaskan pendidikan Islam pada masa Rasulullah secara umum, teori dan
praktik pendidikan inklusif, termasuk pendidikan tunanetra dari segi ilmu
pendidikan, sedang pembahasan dari perspektif Islam masih jarang
ditemukan.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut Nata (2010: 7), kata-kata yang berkaitan dengan
pendidikan Islam tidak hanya at-tarbiyyah, at-ta‟līm, dan at-ta`dīb,
namun juga at-tazkiyyah, al-muwā‟i ah, at-tafaqquh, at-tilāwah, attahżīb, al-irsyād, at-tabyīn, at-tafakkur, at-ta‟aqqul, dan at-tadabbur.
Berikut akan dijabarkan deskripsi dari kata-kata tersebut secara ringkas.

16

a. At-Tarbiyyah
Kata “tarbiyah” berasal dari kata rabba atau rabā dengan tiga
bentuk yang berbeda dalam bahasa Arab, yakni rabā-yarbūtarbiyatan, rabā-yurbī-tarbiyatan, dan rabba-yarubbu-tarbiyatan.
1) Rabā-yarbū-tarbiyatan, yang bermakna tambah dan berkembang.
Pengertian ini sebagai contoh terdapat dalam QS. Ar-Rum: 39.
Maknanya adalah proses menumbuhkan dan mengembangkan apa
yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, sosial, maupun
spiritual.
2) Rabā-yurbī-tarbiyatan, dengan makna tumbuh dan menjadi besar
atau dewasa. Artinya usaha menumbuhkan dan mendewasakan
peserta didik, baik secara fisik, sosial, maupun spiritual.
3) Rabba-yarubbu-tarbiyatan, yang mengandung arti memperbaiki,
menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
memberi makna, mangasuh, memiliki, mengatur dan menjaga
kelestarian maupun eksistensinya. Maksudnya adalah usaha
memelihara, mangasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur
kehidupan peserta didik, agar dapat bertahan lebih baik dalam
kehidupannya.
Berdasar pengertian di atas, Nata (2010: 8) mendeskripsikan attarbiyah sebagai proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi
(fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual) yang terdapat pada
peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal

17

melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan
mengaturnya secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan.
b. At-Ta’līm
Asal kata at-ta‟līm adalah „allama-yu‟allimu-ta‟līman, yang
berarti mengajar, memberi tanda, dan mendidik (Munawwir, 1997:
965).

Sedang

arti

kata

sendiri

at-ta‟līm

ialah

information

(pemberitahuan tentang sesuatu), advice (nasihat), instruction
(perintah), direction (pengarahan), teaching (pengajaran), training
(pelatihan), schooling (pembelajaran), education (pendidikan), dan
apprenticeship (pekerjaan sebagai magang, masa belajar suatu
keahlian) (Wehr, 1976: 636). Menurut Nata (2010: 14), kata at-ta‟līm
termasuk kata yang paling tua dan banyak digunakan dalam kegiatan
nonformal dengan tekanan utama pada pemberian wawasan,
pengetahuan, atau informasi yang bersifat kognitif.
c. At-Ta`dīb
Kata at-ta`dīb berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta`dīban yang
berarti mendidik, memperbaiki, melatih berdisiplin, menghukum,
mengambil tindakan (Munawwir, 1997: 12). Arti at-ta`dīb sendiri
ialah education (pendidikan), discipline (disiplin, patuh, dan tunduk
pada

aturan),

punishment

(peringatan

atau

hukuman),

dan

chastisement (hukuman-penyucian) (Wehr, 1976: 10). Al-Naquib alAttas

memberi

makna

at-ta`dīb

dengan

pendidikan.

Bahwa

pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang

18

bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi
dasar bagi terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan.
d. At-Tazkiyyah
Asal kata at-tazkiyyah ialah zakkā-yuzakkī-tazkiyyatan, dengan
arti berkembang, tumbuh, bertambah, haus, dahaga, mengembangkan,
menumbuhkan,

menyucikan,

membersihkan,

memperbaiki,

menguatkan, dan memuji (Munawwir, 1997: 577). Kata at-tazkiyyah
sendiri

bermakna purification

chastening

(kesucian

dan

(pemurnian atau pembersihan),
kemurnian),

pronouncement

of

(pengumuman atau pernyataan), integrity or credibility (ketulusan
hati, kejujuran, atau dapat dipercaya), attestation of a witness
(pengesahan atas kesaksian), honorable record (catatan yang dapat
dipercaya atau dihormati) (Wehr, 1976: 380). Kata at-tazkiyyah atau
yuzakkī telah digunakan oleh para ahli dalam kaitannya dengan
menyucikan atau pembersihan jiwa seseorang dari sifat-sifat yang
buruk, dan mengisinya dengan akhlak yang baik. Singkatnya kata attazkiyyah digunakan dalam arti pendidikan yang bersifat pembinaan
mental spiritual dan akhlak mulia.
e. Al-Muwā’iẓah
Al-ẑaw‟i ah berasal dari kata wa‟a a, yang bermakna to preach
(mengajar), conscience (kata hati, suara hati, atau hati nurani), to
admonish (memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak),
dan to warn (memperingatkan) (Wehr, 1976: 1082). Inti kata al-

19

ẑaw‟i ah adalah pendidikan dengan cara memberikan penyadaran
dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi
orang yang baik.
f. At-Tafaqquh
Asal kata dari at-tafaqquh ialah tafaqqaha-yatafaqqahutafaqquhan, yang berarti mengerti, memahami, dan mempelajari ilmu
fiqih (Munawwir, 1997: 1067). Kata at-tafaqquh dalam kaitannya
dengan pendidikan dan pengajaran ialah kegiatan memahami dalam
rangka memperoleh pengertian tentang sesuatu secara mendalam.
Selanjutnya kata at-tafaqquh lebih digunakan untuk menunjukkan
pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama Islam.
g. At-Tahżīb
Asal kata at-tahżīb ialah hażżaba-yuhażżibu-tahżīban, yang
mempunyai arti membetulkan, memperbaiki, membersihkan dari halhal yang tidak perlu/patut, mendidik, dan memperbaiki akhlaknya
(Munawwir, 1997: 1497). Pada arti at-tahżīb sendiri mengandung
pengertian expurgation (menghilangkan bagian-bagian yang tidak
patut dari buku, surat, dan sebagainya), emendation (perbaikan atau
perubahan),
revision

correction

(perbaikan),

(perbaikan),
training

rectification

(latihan),

(pembetulan),

instruction

(perintah

mengerjakan sesuatu), education (pendidikan), upbringing (asuhan,
didikan), culture (budaya), dan refinement (kehalusan budi bahasa,
perbaikan, dan kemurnian) (Wehr, 1976: 1024). Secara keseluruhan

20

kata at-tahżīb terkait dengan perbaikan mental spiritual, moral dan
akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan
dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran
atau norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan
terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi
berakhlak mulia.
h. Al-Irsyād
Kata al-irsyād berasal dari kata arsyada-yursyidu-irsyādan,
yang berarti mengajar, memimpin, membimbing, menunjukkan, dan
memberi nasehat/petunjuk (Munawwir, 1997: 499). Makna al-irsyād
sendiri

mengandung

arti

guidance

conducting

(bimbingan),

(melakukan sesuatu), showing the way (menunjukkan jalan), guiding
hand (penolong), care (perhatian), spiritual guidance (bimbingan
rohani), instruction (perintah), direction (pengarahan), information
(pemberitahuan), dan advising (nasihat) (Wehr, 1976: 341).
i. At-Tabyīn
At-Tabyīn berasal dari kata bayyana-yubayyinu-tabyīnan, yang
mempunyai

pengertian

tampak,

jelas,

terang,

menjelaskan,

menerangkan, melahirkan, dan menikahkan (Munawwir, 1997: 125).
Sedang pada kata at-tabyīn menunjukkan pengertian exposition
(mengemukakan), demonstration (mempertunjukkan), explanation
(penjelasan), dan illustration (penggambaran) (Wehr, 1976: 88). Di
kalangan para ahli, belum ada yang menggunakan kata at-tabyīn

21

sebagai salah satu arti pendidikan. Namun, pada umumnya kata attabyīn diartikan menerangkan atau menjelaskan tentang ayat-ayat
Allah sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan kitab-kitab
lainnya yang diwahyukan Tuhan.
j. Ar-Riyāḍah
Ar-Riyāḍah berasal dari kata rauḍa, yang bermakna to tame
(menjinakkan), domesticate (menjinakkan), to break in (mendobrak
atau membongkar), train (latihan), to train (melatih), coach (melatih),
to pacify (menenangkan atau menentramkan), placate (mendamaikan,
menenteramkan), to practice (memperagakan), exercise (melatih),
regulate (mengatur), to seek to make tractable (menemukan untuk
membuat mudah dikerjakan), dan try to bring round (mencoba
membawa keliling) (Wehr, 1976: 367). Di kalangan para ahli tasawuf
ar-riyāḍah diartikan sebagai latihan spiritual rohaniah dengan cara
khalwat dan uzlah (menyepi dan menyendiri) disertai perasaan batin
yang takwa dan sebagainya. Sedang dalam arti pendidikan ar-riyāḍah
dimaksudkan dengan mendidik atau melatih mental spiritual agar
senantiasa mematuhi ajaran Allah.
k. At-Talqīn
Kata at-talqīn berasal dari laqqana-yulaqqinu-talqīnan, yang
berarti

mendikte,

mengajar,

memahamkan

secara

lisan,

dan

membisikkan (Munawwir, 1997: 1282). At-talqīn sendiri bermakna
instruction (perintah atau anjuran), direction (pengarahan), dictation

22

(pengimlaan atau perintah), dictate (mendikte atau memerintah),
inspiration (ilham, inspirasi), insinuation (sindiran atau tuduhan tidak
langsung), suggestion (dorongan), dan suborning of a witness
(pengimlaan atau perintah) (Wehr, 1976: 875).
l. At-Tadrīs
Asal kata at-tadrīs ialah darrasa-yudarrisu-tadrīsan, yang
mengandung makna melatih, dan mengajar (Munawwir, 1997: 397).
At-Tadrīs sendiri bermakna teaching (pengajaran atau mengajarkan),
instruction (perintah), dan tution (kuliah, uang kuliah) (Wehr, 1976:
278). Kata at-tadrīs berarti pengajaran. Artinya menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh
dan menimbulkan perubahan pada dirinya.
m. At-Tażkirah
Kata at-tażkirah berasal dari kata żakkara-yużakkiru- tażkīran,
yang berarti mengingatkan, dan memberi nasihat (Munawwir, 1997:
448). Arti at-tażkirah sendiri ialah reminding (mengingatkan
kembali), fecundation (memproduksi), dan pollination (penyerbukan)
(Wehr, 1976: 311). Salah satu maksud kata at-tażkirah ialah
mengingatkan kembali atau memberikan peringatan, karena di dalam
kegiatan pendidikan dan pengajaran terdapat kegiatan yang bertujuan
mengingatkan

peserta

didik

agar

memahami

sesuatu

mengingatkan agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang keji.

atau

23

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketiga belas kosakata tersebut
ialah bahwa kata-kata tersebut termasuk dalam rumpun pendidikan.
Pendidikan dalam Islam mengandung pengertian yang sangat luas, yaitu
kegiatan dalam bentuk arahan, bimbingan, pembinaan, perintah,
peringatan, pemberian pengetahuan, penjelasan, pendalaman pemahaman,
pencerahan akal dan spiritual, pencerdasan, pengajaran, dan penyucian
diri. Seluruh kegiatan tersebut berkaitan dengan pembinaan dan
pemberdayaan seluruh potensi manusia, baik fisik, intelektual, psikis,
spiritual, dan sosial. Singkatnya, pendidikan Islam mengarahkan
pembinaan manusia seutuhnya. Pendalaman terhadap seluruh kosakata
tersebut merupakan sebuah keharusan bagi setiap pendidik (Nata, 2010:
26).
2. Nilai-nilai Pendidikan Islam
Arti “nilai” dalam KBBI secara ringkas dapat diartikan sebagai
sifat-sifat penting dan berguna yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakikatnya, mencakup nilai budaya, moral atau etik, dan agama.
Zulkarnain (2008: 26-29) menyatakan bahwa setiap aspek pendidikan
Islam mengandung beberapa unsur pokok yang mengarah kepada
pemahaman dan pengamalan doktrin Islam secara menyeluruh. Pokokpokok yang harus diperhatikan oleh pendidikan Islam mencakup:
a. Tauhid/Aqidah
Pada dasarnya, aspek pengajaran tauhid dalam dunia pendidikan
Islam merupaka