KEBIJAKAN PEMDA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SENGKETA LAHAN DI DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

KEBIJAKAN PEMDA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SENGKETA LAHAN DI DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Oleh: Nama: Sadrul Imam

NIM: 20100520053

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

KEBIJAKAN PEMDA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SENGKETA LAHAN DI DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Oleh: Nama: Sadrul Imam

NIM: 20100520053

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Sadrul Imam

NIM : 20100520053

Menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul “ Kebijakan PEMDA Dalam Penyelesaian Konflik Sengketa Lahan Di Desa Parangtritis Kec.Kretek Kab. Bantul DIY.” Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah dimuat atau diterbitkan oleh orang lain maka bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta 10 Desember 2016

Sadrul Imam


(4)

MOTTO

Tiada tara suatu cinta kecuali kita saling

membebaskan

Liberta Patria

Liberta Povo

Jika Pengguasa Memberikan Penindasan, Maka

balaslah Dengan Perlawanan

&

Getarkan Kelas Pengguasa Dengan Revolusi Kaum

Sosialis

( Gevan Uyeak )


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrahmannirrahiim,

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

1. Kedua orang tua tercinta Ibuku

Ibuku

Ibuku Hj. Juhran

Dan Ayahku H. Ruslin Abdullah

Bapak serta ibu : kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah untuk selalu memanjatkan doa untuk keberhasilan anaknya dan juga tidak pernah putus asa meberikan dukungan baik moril serta materi untuk anaknya agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menyelesaikan tulisan ini. Bapak dan ibu terimakasih curahan kasih sayang kalian berikan kepada saya sejak kecil sampai saya dewasa ini dan selalu mejadi tempat saya berkeluh kesah kalah susah dan bahagia. Berkat doa dan dukungan Bapak Ibu akhirnya saya bisa menyelesaikan tulisan ini, Karya kecil ini tulus saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang selalu menjadi pahlawan dalam Hidup saya. Bapak dan Ibu terimakasih untuk kepercayaanmu, segala dukungan moral dan materi. Untuk segala maaf atas kesalahan berulang yang kubuat, atas segala ketidak patuhanku. Terimakasih untuk segala doa yang kalian panjatkan untuk keberhasilanku, Terimaksih.


(6)

2. Saudara dan saudariku tercinta

Kakak Nuraeni super pelit dan Hera Uraidin. AdikAllmarhum Jali Zulhija. Adik ZulKiflin. Ponakan Aera . juga keluarga besarku di Bima Sape. Terimakasih atas do’a dan dukungan yang telah kalian berikan, Terimakasih.

3.

Keluarga Naganuri sape YK Dan kawan-kawanku Kos 3 island.

Pusat

Pejuangan

Mahasiswa

Untuk

Pembebasan

Nasional

(PEMBEBASAN).

Partai Pembebasan Rakyat ( PPR).

Kamrade seperjuangan, Seluruh Sahabat, kerabat, dan Teman-teman.

Terimakasih kasih berbagai tukar-pikiran dengan teman-teman yang memperkaya wacana dan menambah pengetahuan saya tentang sebuah arti perjuangan Memanusiakan-manusia dengan mempertanggung jawabkan isi kepala masing-masing lewat Praktek Revolusioner. Teman-teman seperjuanganku di PEMBEBASAN Dan PPR salut, hormat dan Tundukku kepada garis perjuangan kawan-kawan yang sampai sekarang masih konsisten mempertahangkan dan memperjuangan garis politik kerakyatan sesuai dengan Tradisi Marxisme-Leninisme. Teruslah Bergerak dan teruslah Maju untuk menciptakan tatanan masyarakat Sosialis.!!!

4. Untuk semua yang pernah terlibat dalam kehidupan saya, terimakasih atas dukungan, perhatian, kasih dan sayang yang kalian berikan.

5. Untuk almamaterku

Prodi ilmu Pemerintahan, Fisipol Umy. Skripsi ini adalah Kristalisasi dari ilmu pengetahuan yang kuperoleh. Semoga bermanfaat.


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT serta Shalawat dan salam yang selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Limpahkan kasih, rahmat dan hidayat-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“KEBIJAKAN PEMDA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SENGKETA LAHAN DI DESA PARANGTRITIS KEC. KRETEK KAB. BANTUL DIY”.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki serta berbagai hambatan dan kendala mewarnai proses penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, Terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Ali Muhammad, S.ip., M.A., ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih., S.IP.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

4. Bapak DR. Inu Kencana, M.SI. Selaku DosenPembimbing skripsi (DPS) yang memberikan saran, kritikan, masukan, serta arahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi.


(8)

5. Bapak DR. Zuli Qadir, M.Si. selaku Dosen penguji I yang memberikan saran, kritikan, masukan, serta arahan kepada penulis untuk penulisan skripsi.

6. Bapak Drs. Juhari Sasmita Aji,M.Si. selaku Dosen penguji II yang memberikan saran, kritikan, masukan, serta arahan kepada penulis untuk penulisan skripsi

7. Kepada seluruh Staf UMY dan karyawan pada umumnya dan jurusan Ilmu Pemerintahan pada khususnya, yang telah membantu saya dalam bidang pelayanan baik administratif maupun non-administratif selama saya menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8. Orang tua, untuk ayah dan ibuku tersayang. Terimakasih untuk kepercayaanmu, segala dukungan moral dan materi. Untuk segala maaf atas kesalahan berulang yang kubuat, atas segala ketidak patuhanku. Terimakasih untuk segala doa yang kalian panjatkan untuk keberhasilanku. Terimakasih

9. Untuk Laila Savirda Amd. Rmik., SKM. terimakasih atas dukungan, motivasi, sekaligus orang yang Spesial saat ini dalam hidup saya. kasih dan sayang serta bantuan kendaraan dan materi kau berikan kepada saya sangat membantu menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih


(9)

10.Untuk sahabatku, abang Rifaid AR M.IP. Hairil Syafrudin M.IP. Yaldy M.IP. ilham M.IP. Fikri M.IP. Dan kamrade seperjuangan Abdul govur M.talib (PEMBEBASAN), Om Sugi (PPR), Pentol (PPR), Mbah watin (ARMP), Ibu Kawit (ARMP), Angga (FMN). Terimakasih kasih kalian semua selalu mendukungku dan berbagai saran, masukan dan kritikan yang kalian berikan sanggat membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Yogyakarta, 10 Desember 2016

Sadrul Imam


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

SINOPSIS ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7


(11)

E. Kerangka Dasar Teori ... 8

a. Teori kebijakan publik ... 8

b. Teori Konflik ... 10

c.Resolusi Konflik dan Manajemen Konflik ... 13

F. Definsi Konseptual dan Definisi Operasional ... 18

G. Metode Penelitian ... 20

1. Jenis Penelitian... 20

2. Sumber Data... 21

a. Data Primer ... 21

b. Data Sekunder ... 21

3. Teknik Pengumpulan Data ... 22

a. Observasi... 22

b. Wawancara ... 22

c. Responden ... 24

4. Lokasi Penelitian ... 24

5. Teknik Analisa Data ... 24

a. Tahap Pengumpulan Data ... 26

b. Reduksi Data ... 26

c. Display Data (Penyajian Data)... 27

d. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ... 27


(12)

BAB II. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 29

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul ... 29

B. Data Monografi Desa/Kelurahan Parangtritis Tahun 2009 ... 31

1. Bidang Pemerintahan ... 31

2. Kependudukan ... 33

3. Kelembagaan Desa Parangtritis ... 47

C. Sosio Historis Masyarakat Desa Parangtritis ... 50

BAB III. PEMBAHASAN DAN ANALSIS DATA ... 66

A. Kebijakan Penyelesaian Konflik ... 66

a. Tahap Penyusunan Agenda (Agenda Setting) ... 67

b. Tahap Formulasi kebijakan (Policy Formulation) ... 70

c. Tahap Adopsi Kebijakan (Policy Adoption) ... 73

d. Tahap Implementasi Kebijakan (Policy Implementation) ... 76

B. Faktor yang mendukung dan menghambat Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa Parangtritis... 82

a. Faktor Yang Mendukung ... 82

1. Regulasi Yang Memadai ... 82

2. Massifnya Sosialisasi ... 80

b. Faktor Yang Menghambat ... 87


(13)

BAB V. PENUTUP... 91 A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... HALAMAN LAMPIRAN ...


(14)

(15)

SINOPSIS

Konflik pertanahan di Desa Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi kerena akibat perubahan status tanah seluas1.079.245 Ha dari Tanah Milik Adat yang di klaim dimiliki oleh 256 orang warga desa parangtritis namun telah dicoret pada Buku C Desa dengan tinta merah dan menjadi Tanah Istimewa. Namun pencoretan itu dianggap oleh masyarakat tidak sesuai dengan prosedur, karena tidak ada keterangan mengenai sebab-sebab yang menjadi dasar adanya pencoretan tersebut. Sehingga sampai sekarang belum ada titik temu maupun solusi, juga kebijakan yang terbaik dari pemerintah dalam menyelesaikan konflik lahan yang terjadi.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa Parangtritis Kabupaten Bantul DIY dan juga faktor pendukung dan kendala Pemerintah Daerah dalam penyelesaian konflik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Dimana hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk pengembangan Pariwisata dengan melestarikan Cagar Budaya sebagai Fenomena Alam melalui penetapan tiga Zone yaitu Zone Inti Gumuk Pasir, Zone Terbatas Gumuk Pasir, Zone Penunjang pada Gumuk Pasir sehingga Pemerintah melakukan penataan ruang melalui penggusuran yang ada di sekitar GumukPasir. Adapun beberapa faktor yang mendukung pemerintah dalam penyelesaian konflik sengketa lahan tersebut adalah selain karena Regulasi yang memadai juga massifnya sosialisasi yang dilakukan namun masih mendapat kendala akibat adanya resistensi atau perlawanan dari masyarakat.

Kata kunci :Kebijakan, Pemerintah Daerah, Konflik


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam masyarakat. Selain memiliki nilai ekonomis yang dapat dicadangkan sebagai sumber pendukung kehidupan manusia di masa mendatang, tanah juga mengandung aspek spiritual dalam lingkungan dan kelangsungan hidupnya.Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Bagi bangsa Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, serta hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah bersifat abadi, maka dalam hal ini harus dikelola secara cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Tanahmempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karenasemuaorang memerlukan tanah semasa hidup sampai dengan meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.Tanah bagi kehidupan manusia mengandung makna yang multidimensional. Pertama, dari sisi ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara politis tanah dapat menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan di masyarakat. Ketiga,


(17)

2 sebagai kapital budaya dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral karena pada akhir hayat semua orang akan kembali kepada tanah (Nugroho, 2001:237). Makna yang multidimensional tersebut ada kecenderungan bahwa orang yang memiliki tanah akan mempertahankan tanahnya melalui apapun bila hak-haknya dilanggar.

Para pejuang bangsa sejak awal telah menyadari tentang arti pentingnya nilai tanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu mereka merumuskan tentang perihal tanah dan sumber daya alam secara ringkas tetapi sangat filosofis substansial didalam konstitusi didalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang mengamanatkan : “Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalam dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.Dari uraian tersebut diatas dapat dijabarkan bahwa negara mengatur dan mengelola atas hutan, lahan, pertanahan yang menjadi hak privat masyarakat. Negara mengatur dan mengelola secara maksimal tanah negara untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, negara berusaha mengatur rakyatnya guna menghindari konflik antara mereka terkait kasus perebutan, tumpang tindih dalam kepemilikan lahan dan penguasaan pertanahan atas segala hak-haknya yang telah dilimpahkan dari negara kepada masyarakatnya. Hal ini tidak terlepas konsep awal apa saja yang menjadi kebutuhan manusia, dan dapat kita tinjau dari keberadaan manusia, sifat dasar dan kebutuhan alamiahnya.

Begitupun dalam konsep dan budaya Jawa tanah menjadi hal yang amat

menjadi penting sebagaimna dalam ungkapan dalam peptah “ Shakdumuk bhatuk


(18)

3 ungkapan tersebut bahwa kedudukan tanah di masyarakat jawa yang agraris nilainya setara dengan harga diri manusia yang dicerminkan dengan dahi, akan dikukuhi dengan pecahnya dada, dan tumpahnya darah.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal mempunyai sistem pengelolaan tanah yang khusus.Undang-undang pokok agraria (UUPA) seakan tidak mampu menembus sistem pengelolaan tanah yang khusus dan mandiri tersebut.Sebagai bekas wilayah kesultanan dan Pura Pakualaman, DIY mempunyai tiga kelompok status tanah dengan sistem hukum yang berbeda pengaturannya, pertama, tanah bekas hak barat yang dipunyai oleh orang-orang Eropadan Timur Asing.Tanah model ini telah dikonversi menjadi salah satu hak atas tanah menurut UUPA dan tunduk pada ketentuan hukum agraria nasional.Kedua, tanah milik Kesultanan dan Pakualaman, yang telah diberikan menjadi milik perseorangan atau desa.Tanah diatur dengan peraturan daerah.Ketiga, tanah milik Kesultanan dan Pakualam.Penguasaan dan penggunaan tanah ini di atur berdasarkan Rijksblad Kasultanan dan Pakualam.

Namun pada kenyataannya di beberapa daerah di Indonesia masih terjadi kasus-kasus perampasan tanah yang berujung pada konflikhorisontal warga setempat dengan pemerintah daerah dan perusahaan yang berkepentingan terhadap tanah tersebut.Berdasarkan data dari KPA sepanjang tahun 2013 terkait permasalahan agraria di Indonsia, dirilis 19 Desember 2013.Jumlah konflik agraria 2012 sebanyak198 kasus, 2013 sebanyak 369 kasus, sedangkan dari hasil laporan Kontras selama tahun 2015, terdapat 29 kasus konflik agraria terjadi di Sumatera


(19)

4 Utara. Sumatera Utara menjadi penyumbang konflik agraria terbanyak di Indonesia.

Sedangkan konflik agraria yang terjadi di wilayah ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menurut Badan Pusat Statistik sebayak 20 kasus di tahun 2014 lebih banyak dari tahun 2015 yang hanya sebanyak 25 kasus. Salah satu kasus yang terjadi sekarang ini di daerah Istimewa propinsi Yogyakarta adalah di desa Parangkusumo yang sejak 2007 mengalami kasus konflik agraria dengan pemerintah daerah.Kasus-kasus yang terja di DIY merupakan produk dari UUK yang sangat bertentangan dengan UU Pasal 33.

Semenjak UU No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY (UUK) disahkan, telah terjadi perubahan yang mendasar dalam hal penguasaan tanah di seluruh DIY. Melalui UUK, Kasultanan/Pakualaman menjadi badan hukum khusus sehingga dapat memiliki tanah. Badan hukum ini bernama Badan Hukum Warisan Budaya dan bersifat swasta. Dalam praktiknya, penguasaan tanah di DIY mengarah pada penetapan Kasultanan/Pakualaman sebagai pemilik tunggal (monopoli) dari seluruh tanah di DIY. Upaya monopoli pemilikan tanah itu dilakukan dengan cara menghidupkan kembaliRijksblad No 16 dan No 18 tahun 1918 yang berbunyi: Sakabehing bumi kang ora ana tanda yektine kadarbe ing liyan mawa wewenang eigendom, dadi bumi kagungane keraton ingsun”, artinya, “semua tanah yang tidak ada bukti kepemilikan menurut hak eigendom (hak milik, menurut UU Agraria 1870), maka tanah itu adalah milik kerajaanku”. Dampak dari UUK tersebut dapat dilihat langsung dibeberapa daerah di DIY salah satunya adalah di dusun Paragkusumo. Penggusuran di sebagian kawasan Parangkusumo


(20)

5 terjadi pada 2007 dengan isu pembersihan aktivitas prostitusi (Perda Kabupaten Bantul No 5 Tahun 2007), namun perluasan penggusuran terhenti karena perlawanan warga. Akar permasalahan terdapat di tingkat propinsi, namun konflik struktural dialihkan ke tingkat kabupaten karena ijin telah dilimpahkan. Saat ini warga yang bertahan masih dihantui ancaman penggusuran dengan alasan: tanah SG (Sultan Grond) dan proyek pariwisata mewah (Bali ke-2).

Atas kebijakan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang ingin membangun mega proyek dikawasan Parangkusomo mengabaikan dari hak hidup rakyatnya sendiri, dimana seharusnya pemerintah memberikan ruang untuk rakyat/masyarakatnya untuk hidup tenang, bukan malah merampas tanahnya hanya untuk memenuhi hasrat nafsu dengan alasan percepatan roda perekonomian, isu yang selalu di dengungkan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah khususnya DIY dalam merampas tanah warganya selalu menggunakan slogan untuk melakukan relokasi perbaikan hidup masyarakat itu sendiri, sehingga dilakukan penataan dengan membangun sarana dan prasarana seperti bandara, hotel, tempat wisata dll, padahal itu semua hanya berupa slogan kosong yang digunakan oleh pemerintah daerah dalam rangka memuluskan rencananya mengambil atau merampas hak hidup masyarakatnya yaitu tanah (lahan). Hal-hal semacam itulah yang menjadi awal daripada konflik lahan yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di daerah Parangkusumo, dimana konflik lahan yang terjadi antara pemerintah dan warga sampai sekarang belum ada titik temu maupun ada solusi dan kebijakan yang terbaik dari pemerintah dalam menyelesaikan sengketa atau konflik lahan yang terjadi.


(21)

6 Kebijakan pemerintah DIY yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan proyek pariwasata yang ada di Parangkusomo sangat merugikan warga sekitar, ketika proyek itu benar-benar terealiasi maka warga sekitar bukan saja kehilangan tanah, tetapi juga akan kehilangan mata pencaharian yang menopang kehidupannya sehari-hari, karena sebagian besar warga parangkusomo sehari-hari mengandalkan hidupnya pada pertanian dan nelayan. Dalam tata kelola pemerintah yang baik, pemerintah DIY dalam melaksanakan kebijakannya seharusnya melihat dampak yang terjadi atas kebijakan tersebut, sebagaimana dalam merencanakan kebijakan membangun proyek wisata di dusun Parangkusomo dampak dari kebijakan tersebut benar-benar sangat merugikan masyarakat banyak, dan seharusnya kebijakan yang baik adalah kebijakan yang tidak merugikan masyarakat banyak.

Sehingga berdasarkan hal tersebut maka peneliti berniat untuk meneliti kasus tersebut di daerah Parangkusumo dengan judul penelitian adalah “Kebijakan Pemda Dalam Penyelesaian Konflik Sengketa Lahan Di Desa ParangtritisKecamatan KretekKabupaten Bantul DIY”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka peneliti dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa Parangtritis Kabupaten Bantul DIY? 2. Apa saja faktor yang mendukung dan kendala Pemerintah Daerah


(22)

7 C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ditetapkan sebagai berikut:

1. Untukmengetahui kebijakan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa ParangtritisKabupaten Bantul DIY. 2. Untukmengetahui apa saja Faktor yang mendukung dan kendala

Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa Parangtritis.

D. ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya:

a. Manfaat Teoritis

1.Penelitian ini diharapkan nantinya mampu memberikan penambahan khazanah keilmuan dan memperkaya konsep atau teori yang mampu mendukung perkembangan wawasan keilmuan khususnya tentang Kebijakan dalam penyelesaian konflik sengketa lahan.

b.Manfaat Praktis

1. Bagi pemerintah,dapat dijadikansebagairekomendasi untukpengambilankebijakandalammenanganipersoalankonflik.

2. Bagi Masyarakat, memberikan informasi tentang pentingnya memahamikebijakanpemerintahdanresolusikonflik.


(23)

8 E. Kerangka Dasar Teori

a. Kebijakan Publik

Pada dasarnya kebijakan negara adalah apapun yang diambil pemerintah, baik melakukan sesuatu itu atau tidak melakukan sama sekali.Istilah “kebijakan” disempadankan dengan kata bahasa Inggris “Policy” yang dibedakan dari kata “kebijaksanaan” (wisdom) maupun “kebajikan” (virtues). Dengan demikian kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Menurut Ealu dan Prewit (Edi Suharto, 2008:7 ) bahwa kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilakuyang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu). Kemudian menurut tadaro (1997) dalam Trodoyo Kusumastanto (2003: 13) menambahkan bahwa suatu kebijakan sifatnya komplementer, terpadu dan saling mendukung. Artinya dalam merumuskan suatu kebijakan sebagai payung bagi pembangunan, kebijakan tersebut tidak boleh berdiri sendiri melainkan merupakan paket kebijakan yang komponen-komponennya saling melengkapi dan menunjang.

Dan dalam pembuatan kebijakan publik dimaksudkan untuk mengatasi masalah masalah yang timbul di masyarakat, merumuskan masalah merupakan salah satu tahapan dalam pembuatan kebijakan, sehingga merumuskan masalah merupakan hal pokok dalam pembuatan kebijakan. Maka yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah, sebagaimana pendapat William Dunn dalam tahapan-tahapan kebijakan publik terdiri dari :


(24)

9 1. Tahap penyusunan agenda.

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada, akhirnya beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan.

2. Tahap formulasi kebijakan.

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Tahap adopsi kebijakan.

Dari beberapa alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

5. Tahap penilaian kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat. Ditentukan


(25)

ukuran-10 ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.1

b. Konflik

Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa Latin configureyang berarti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi kedalam bahasa Inggris, conflict yang kemudian diadopsi kedalam Bahasa Indonesia, konflik. Para pakar telah mengemukakan berbagai definisi mengenai konflik. Definisi yang dikemukakan para pakar tersebut tampak berbeda, walaupun intinya sama, karena mereka mendefinisikan konflik dari perspektif yang berbeda. Ada yang mendefinisikan dari perspektif psikologi, sains, prilaku, sosiologi, komunikasi, antropologi dan ilmu sosial. Menurut Lewis Coser seperti dikutip oleh Joseph P. Flogerdan Marshal S. Poole (1984) dalam Wirawan,2013:51) menjelaskan bahwa konflik terjadi karena perbedaan dan ketidak sepahaman cara pencapaian tujuan atau mengenai tujuan yang akan dicapai.

Konflik pada dasarnya dapat timbul karena adanya perbedaan suatu pemahaman yang tidak sejalan antara beberapa pihak. Selain itu dapat juga timbul sebagai pertentangan kepentingan dan tujuan antara individu atau kelompok.Hal ini terjadi jika dalam hubungan tersebut terjadinya suatu kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran serta kekuasaan yang tidak seimbang. Kepentingan dan keinginan-keinginan yang tidak lagi harmonis akan membawa masalah dalam hubungan antara individu atau


(26)

11 kelompok yang satu dengan yang lainnya.2Demikian menurut Charles Watkins yang memberikan suatu analisis tajam tentang kondisi dan prasyarat terjadinya suatu konflik.Menurutnya,konflik terjadi bila terdapat dua hal.Peratama, konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat saling menghambat. Secara potensial artinya, mereka memiliki kemampuan tadi bisa diwujudkan dan ada didalam keadaan yang memungkinkan perwujudannya secara mudah. Artinya, bila kedua bela pihak tidak dapat menghambat atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan, maka konflik tidak akan terjadi. Kedua, konflik dapat terjadi bila ada sesuatu sasaran yang sama-sama dikejar oleh kedua pihak, namun hanya salah satu pihak yang akan memungkinkan mencapainya.

Sedangkan Menurut Lewis E. Coser, bahwa konflik bersumber pada empat unsur, yakni: pertama, ekonomi, yang merupakan sumber munculnya konflik berangkat dari kekuasaan ekonomi. Kedua, politik, yang merupakan sumber konflik yang muncul dari perebutan kekuasaan politik.Ketiga, budaya yang merupakan sumber konflik yang berangkat dari pertentangan nilai dan budaya.Keempat, identitas, sumber konflik yang berkaitan dengan pertentangan dari kepentingan-kepentingan yang mempertahakan identitas. Coser juga menjelaskan bahwa intensitas konflik amat mempengaruhi faktor sebagai berikut: pertama, keterlibatan emosional para partisipan konflik. Kedua, ketataan struktur sosial.Ketiga,

2Thomas Sunaryo. 2002.”Manajemen Konflik dan Kekerasan”, Makalah pada Sarasehan tentang Antisipasi Kerawanan Sosial di DKI.Diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa Prop.DKI t, di Bogor.


(27)

12 taraf realism konflik.Keempat, jangkuan konflik terhadap nilai-nilai.Kelima, tingkat obyektifitas.3

Jikadilihatdarijenisnya, makakonflikdibagimenjadiduayaitu: konflikkonstruktif dankonflikdeskruktif.Dalam koflik konstruktif terjadi siklus konflik konstruktif yaitu siklus di mana pihak-pihak yang terlibat konflik sadar akan terjadinya konflik dan merespon konflik secara potisif untuk menyelesaiakan konflik. Secara give and take. Kedua belah pihak berupaya berkonpromi atau berkolaborasi sehingga terciptanya win dan win. Solution yang memuaskan kedua belah pihak yang terlibat konflik.

Dalam konflik deskrutif, pihak-pihak yang terlibat konflik tidak fleksibel atau kaku karena tujuan konflik didefinisikan secara sempit yaitu untuk mengalahkan satu sama lain. Interaksi konflik berlarut-larut, siklus konflik tidak terkontrol karena menghindari isu konflik yang sebenarnya interaksi pihak-pihak yang terlibat konflik membentuk spiral yang panjang yang makin lama makin menjauhkan jarak pihak-pihak yang terlibat konflik. Pihak-pihak yang terlibat konflik menggunakan teknik manajemen konflik kompetisi, ancaman konfrontasi, kekuatan, agresi dan sedikit sekali menggunakan nigosiasi untuk menciptakan win dan win solution. Konflik jenis ini merusak kehidupan dan menurunkan kesehatan organisasi konflik deskrutif sulit diselesaikan karena pihak-pihak yang terlibat konflik berupaya saling menyelamatkan muka mereka.


(28)

13 Adapun langkah-langkah dalam mengatasi konflik menurut Stevenin (2000: 134-134):

1. Pengenalan

Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada). 2. Diagnosis

Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.

3. Menyepakati suatu solusi

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

4. Pelaksanaan

Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.


(29)

14 5. Evaluasi

Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

F. Definsi Konsepsionaldan DefinisiOperasional

Definisi Konsep dan Definisi Operasional peneliti sampaikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Definisi Konsep dan Operasional

No Definisi Konsep Definisi Operasional Indikator Wawancara

1 Kebijakan

-Langkah yang diambil

-Langkah yang tidak diambil

-Tahapan

-Mendamaikan yang bersangkutan -Mencari titik temu -Pengenalan, Diagnosis, Pelaksanaan, Evaluasi

-W 1

-W 2 -W 3

2 Konflik

-Lahan

-Lokalisasi

-Gumuk pasir

-Pariwisata

-Antara warga dan Satpol PP

-Antara PSK dan Satpol PP

-Kebijakan perlindungan Alam

-Masyarakat dan Investor

-W 4

-W 5

-W 6

-W 7 Sumber :Hasil pengolahan


(30)

15 Dalam Tabel tersebut diatas penulis menjelaskan bahwa kebijakan terbagi atas langkah yang diambil, dengan langkah yang tidak diambil.

Sesuai dengan pendapat Thomas R. Dye dalam BukuINTRODUCING PUBLIK POLICY : “whatever government choose, to do or not to do”.

Kebijakan adalahKegiatan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu untuk kepentingan seluruh rakyat.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Dengan difinisi operasional maka memberikan kejelasan dan indikator terhadap peneliti sendiri mengenai data apa yang akan dicari, dan oranglain atau maksud konsep yang dipakainya dalam penelitian. Maka indikator Kebijakan Pemda Dalam Penyelesaian Konflik Sengketa Lahan Di Kecamatan Kretek Desa Parangtritis Kabupaten Bantul DIY”, sebagai berikut:


(31)

16 1. Kebijakan

1. Tahap penyusunan agenda. 2. Tahap formulasi kebijakan. 3. Tahap adopsi kebijakan. 4. Tahap implementasi kebijakan. 5. Tahap penilaian kebijakan.

2. Langkah-langkah Menyelesaikan konflik 1. Pengenalan

2. Diagnosis

3. Menyepakati suatu solusi 4. Pelaksanaan

5. Evaluasi G. MetodePenelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif menurut Husaini Usman dan Punomo Setiady Akbar (2011: 130) yaitu penelitian yang diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisi pula dengan kata-kata apa yang melatarbelakangi respoden berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu. Minimal ada tiga hal yang di gambarkan dalam penelitian kualitatif, yaitu karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung. Muhammad Idrus (2009:62) menambahkan bahwa dalam jenis penelitian ini peneliti berusaha


(32)

17 untuk mendeskripsikan secara detail tentang situasi yang diamatinya sejelas mungkin.

1. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer

Adalah data yang sifatnya sangat subjektif karena merupakan pendapat pribadi dari pihak pertama yang diperoleh oleh peneliti. Data primer merupakan data yang diperolehnya langsung dari obyek yang diteliti atau dari keterangan pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah konfliksengketalahan, jugaberkaitandengansebabakibat yang ditimbulkandari konfliksengketalahansertakebijakan yang diambilolehpemerintah setempat ataupun dinas-dinas terkait padalokasikonflik.

b. Data Sekunder

Adalah data yang cenderung objektif karena sudah diolah pihak ke-tiga, biasanya diperoleh dari koran,majalah,buku,jurnal, atau monografi, lokasi penelitian. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen, publikasi-publikasi, atau literatur berupa buku-buku, artinya data itu sudah dalam bentuk jadi.4Juga James A. Black dan Dean J.Champion, (2009:349) juga menambahkan sumber-sumber data sekunder antaralain dokumen ekspresif (expressive document), seperti laporan media-massa dan catatan pejabat resmi. Sumber data sekunder juga bisa dipilahkan yaitu sebagai sumber data pribadi dan sumber data masyarakat. Dimana sumber


(33)

18 data pribadi mencakup banyak sekali macam bahan, beberapa di antaranya dipakai secara berkala oleh peneliti, misalnya dokumen pribadi seperti surat, catatan harian dan bahan-bahan biografis lain seperti riwayat hidup individu termasuk kedalamnya. Sumber data sekunder masyarakat, yakni arsip data, data resmi dari pemerintah dan bahan lain yang dipublikasikan.

Misalnya dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan literatur ataupun buku-buku terkait kebijakandankonflik dan juga Peraturan Daerah setempat yang dipublikasikan terkait dengankebijakanresolusikonflik sengketan lahan di Desa Parangtritis Kabupaten Bantul DIY.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri atas kuisioner dan observasi (observation). a. Wawancara

Wawancara ini penulis buat berdasarkan Definisi Konsep agar tidak ada pertanyaan yang keluar dari jalur penelitian sesudah dilakukan penelitian nanti dan penulis akan membandingkan antara jawaban masing-masing Responden sebagai informan sehingga dengan demikian penulis dapat melakukan analisa dan pembahasan

b. Observasi

James A. Black dan Dean J.Champion, (2009: 288) menjelaskan bahwa observasi merupakan sebuah metode, yang bersifat alamiah, dengan demikian pemahamannya harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus dari peneliti, dari pentingnya permasalahan dan sasaran umum dari penelitian. Rianto Adi dan Heru Prasadja (1992: 70) juga menambahkan


(34)

19 untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala-gejala yang diteliti. Dalam hal ini panca indera manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamatinya.

Muhammad Idrus (2009:101) juga menjelaskan bahwa observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun non partisipatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti. Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan partisipatif ini, peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang dimiliki misalnya terkait kegiatanPemerintahDaerahKabupatenBantuldalammenanganipenyelesaiank onflik.

3. Responden

Responden penulis ambil sedemikian rupa sebagai sampel sesuai dengan kebutuhan dan maksud peneliti (Porposive Sampling)


(35)

20 Tabel 1.2

Responden

No Jumlah

1 Pemda 5

2 Tokoh 5

3 Polisi 5

4 Sat Pol PP 5

5 Masyarakat 5

6 Organisasi Massa 5

Jumlah 30

4. Lokasi Penelitian

Penelitian inimengambillokasidi Desa Parangtritis Kabupaten Bantul DIY,dimanalokasi tersebut sangat strategis dalam melihat studi kasus dan permasalahan yang terjadi dimanakonfliksengketa lahan tersebutterjadi.

5. Teknik Analisa Data

Setelah data selesai di kumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya yang harus dimasuki adalah tahap analisa data. Ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data dikerjakan dan


(36)

21 dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran yang diajukan dalam penelitian.5

Teknik analisa data model interaktif menurut Miles dan Huberman (1992), dalam Muhammad Idrus (2009; 148) dimana model interaktif ini terdiri dari dari tiga hal utama, yaitu; (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar dan untuk membangun wawasan umum. Selanjutnya gambaran analisa data model interaktif sebagai berikut;

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1992 dalam Muhammad Idrus (2009: 148)

Dalam model interaktif, tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Dengan sendirinya peneliti harus miliki kesiapan untuk bergerak aktif di antara empat sumbu kumparan itu selama

5Koentjaraningrat, 1993.Metode-metodePenelitianMasyarakat. Jakarta. GramdeiaPustakaUtama. Hal: 269


(37)

22 pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama penelitian.

1. Tahap Pengumpulan Data

Dalam proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah proses pengumpulan data. Dimana pengumpulan data yang berupa kata-kata, fenomena, foto, sikap, dan perilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil observasi mereka dengan menggunakan beberapa teknik seperti observasi, wawancara, dokumentasi dan dengan menggunakan alat bantu yang berupa kamera, video tape. Data tersebut masih berwujud data lapangan yang masih belum beraturan dan belum dipilah-pilah yang akan diolah ditahap kedua yaitu reduksi data.6

2. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu hingga data terkumpul banyak. Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Pada tahapan ini setelah data di pilah kemudian disederhanakan, data yang tidak

6 Muhammad Idrus. 2009. MetodePenelitianIlmuSosial “PendekatankualitatifdanKuantitatif” edisikedua. Jakarta. Erlangga. Hal: 148


(38)

23 diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.7

3. Display Data (Penyajian Data)

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah penyajian data. Dimana penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.8

4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokkan, dan pencarian kasus-kasus negative (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat).

Dalam kegiatan penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung, baru kemudian dilakukan yang dibuat itu bukan sebagai sebuah

7Ibid, hal: 150 8Ibid Hal: 151


(39)

24 kesimpulan final. Hal ini karena setelah proses penyimpulan tersebut, peneliti dapat melakukan verifikasi hasil temuan ini kembali di lapangan. Dengan begitu, kesimpulan yang diambil dapat sebagai pemicu peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses observasi dan wawancara. Proses verifikasi hasil temuan ini dapat saja berlangsung singkat dan dilakukan oleh peneliti tersendiri, yaitu dilakukan secara lintas dengan mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cek silang (cross Check) dengan temuan lainnya. Namun, proses verifikasi dapat juga berlangsunglebih lama jika peneliti melakukannya dengan anggota peneliti lain atau dengan koleganya. Proses ini dapat menghasilkan model “kesepakatan intersubjektif”, dan ini dapat dianggap bahwa data tersebut bernilai valid dan realiabel, dengan melakukan verifikasi, peneliti kualitatif dapat mempertahankan dan menjamin validitas dan reliabilitas hasil temuannya.9


(40)

25 BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran umum Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah kabupaten /kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Apalagi di lihat dari bentang alamnya secara makro.Wilayah kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan bagian barat,serta kawasan pantai di sebelah selatan.Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan.

Secara geografis kabupaten Bantul terletak pada 07°44’04” - 08°00’27” lintang selatan dan 110°12’34” - 110°31’08” Bujur Timur.Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul,di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo,dan di sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia.

Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari luas wilayah Provinsi DIY) dengan Toppografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari


(41)

26 separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari :

a. Bagian barat,adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 Km2 (17,735 dari seluruh wilayah)

b. Bagian tengah,adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210,94 Km2 (41,62% dari seluruh wilayah) c. Bagian timur adalah daerah pantai,miring dan terjal yang keadaannya

masih lebih baik dari daerah bagian barat, seluas 206,05 Km2 (40,65% dari seluruh wilayah)

d. Bagian selatan,adalah sebenarnya bagian dari daerah bagian tengah dan keadaan alam yang berpasir dan sedikit berlansung,terbentang di pantai selatan dari kecamatan srandakan,sanden dan kretek.

Secara administrasi Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yang di bagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan.Secara umum jumlah desa yang temasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa. Sedangkan yang termaksud dalam kawasan pedesaan sebanyak 34 desa.


(42)

27 B. Data Monografi Desa/Kelurahan Parangtritis Tahun 2009.

a. Desa/kelurahan : Parangtritis b. Nomor kode : 34.42.03.002 c. Kecamatan : Kretek d. Kabupaten : Bantul

e. Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta f. Keadaan data : tahun 2009


(43)

28 1. Bidang Pemerintahan

a. Umum

1) Luas dan batas wilayah

a) Luas desa/kelurahan : 967.2015 Ha b) Batas wilayah

1. Sebelah utara : Desa Donotirto 2. Sebelah selatan : Samudra Indonesia 3. Sebelah Barat : Desa Tirtohargo

4. Sebelah Timur : Desa Soloharjo/Desa Girijati 2) Kondisi Geografis

a) Ketinggian tanah dan permukaan air laut : 25 M

b) Banyaknya curah hujan : 110 mm/tahun

c) Topografi : Dataran rendah

Pantai.

d) Suhu udara rata-rata : 30 derajatCC e) Peta Desa Kelurahan Parangtritis


(44)

29 2. Kependudukan :

a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin. 3) Jenis kelamin

a) Laki – laki : 3.530 orang b) Perempuan : 3.777 orang Jumlah : 7.316 orang c)Kepala keluarga : 1990 KK

b. Jumlah penduduk menurut agama/penghayatan terhadap Tuhan YME

1) Islam : 7.020 orang 2) Kristen : 254 orang 3) Katolik : 34 orang


(45)

30 4) Hindu : -

5) Budha : -

6) Penganut kepercayaan tuhan YME : 8 orang. c. Jumlah Penduduk Menurut Usia.

1) Tabel 2.1. Data Kelompok Masyarakat Berdasarkan Usia

No Kelompok usia Jumlah

1 00 - 03 tahun 516 orang

2 04 – 06 tahun 341 orang 3 07 – 12 Tahun 559 orang 4 13 – 15 tahun 669 orang 5 16 – 18 tahun 666 orang 6 19 – keatas 4.665 orang

Jumlah 7416 orang

Sumber : kantor desa parangtritis

Berdasarkan data pemetaan kelompok masyarakat berdasarkan usia dapat di ketahui bahwa masyarakatdesa kelurahan parangtritis memiliki 62,9 % usia di atas 19 tahun. Sebagian besar dari masyarakat desa kelurahan parangtritis merupakan usia yang produktif.


(46)

31 2) Tabel 2.2. DataKelompok Tenaga Kerja

No Usia Kelompok tenaga kerja Jumlah

1 10 - 14Tahun 599 orang

2 15 - 19Tahun 581 orang

3 20 – 26 Tahun 875 orang 4 27 – 40 Tahun 1.430 orang 5 41 – 56 Tahun 1.238 orang 6 57 – keatas 2.140 orang

Jumlah 6863 orang

Sumber desa kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan tabel 2.2. Kelompok tenaga kerja di desa parangtritis dapat di lihat bahwa terdapatangkatan kerja kerja yang tidak produktif lagi yaitu pada usia 57 tahun keatas.

d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. 1) Tabel 2.3 Lulusan Pendidikan Umum

No Lulusan Pendidikan Umum Jumlah 1 Taman kanak – kanak 514 orang 2 Sekolah Dasar 2.641 orang

3 SMP/SLTP 2.502 orang

4 SMA/SLTA 1.008 orang

5 Akademi/DI – D3 135 orang 6 Sarjana (SI – S3) 115 orang


(47)

32 Sumber : Kantor desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan data tabel Tabel 2.3 lulusan pendidikan umum dapat di ketahui bahwa lulusan terbanyak adalah lulusan sd pada kisaran 38,1 % sedangkan lulusan sarjana masih sangat minimal dan sedikit yaitu pada kisaran 1,6 %.

2) Tabel 2.4. Lulusan Pendidikan Khusus

No Lulusan Pendidikan Khusus Jumlah 1 Pondok Pesantren 3 orang

2 Madrasah 89 orang

3 Pendidikan Keagamaan 13 orang 4 Sekolah Luar Biasa 9 orang 5 Kursus Ketrampilan 86 orang

jumlah 200 orang

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan Tabel 2.4. Lulusan Pendidikan khusus dapat di ketahui bahwa terdapat masyarakat desa kelurahan parangtritis yang merupakan lulusan dari pendidikan khusus dari tabel di atas sekitar 44,5% dari keseluruhan lulusan pendidikan khusus adalah lulusan dari sekolah madrasah.

e. Tabel 2 .5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 663 orang

2 ABRI 77 orang

3 Karyawan Swasta 331 orang 4 Wiraswasta/Pedagang 1.037 orang


(48)

33

5 Tani 1.737 orang

6 Pertukaran 381 orang

7 Buruh Tani 1.121 orang

8 Nelayan 175 orang

9 Jasa 141 orang

Jumlah 5663 orang

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan Tabel 2.5. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di desa kelurahan parangtritis dapat di lihat bahwa penduduk desa parangtritis mayoritas merupakan pekerja buruh tani yaitu sekitar 19,7 % sedangkan pekerjaan yang paling minoritas adalah ABRI yaitu sekitar 1,3 %.

f. Tabel 2.6 Jumlah Pelayanan Masyarakat

No Jumlah Pelayanan Masyarakat Jumlah 1 Pelayanan Umum 751 orang 2 Pelayanan Kependudukan 2.198 orang 3 Pelayanan Legislasi 2.117 orang

Sumber : kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.6.jumlah pelayanan masyarakat terdapat beberapa pelayanan baik pelayanan kesehatan dan juga pelayanan masyarakat sipil.

g. Tabel 2.7. Data Pajak Bumi dan Bangunan

No Pajak Bumi dan Bangunan Jumlah 1 Jumlah wajib pajak 2.085 orang


(49)

34 3 Jumlah Ketetapan Rp.59.539.870,-

4 Jumlah Realisasi Rp.59.559.870,- Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan Tabel 2.7. Data Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilihat terdapat wajib pajak bagi masyarakat desa kelurahan parangtritis sebagai guna berjalannya pelayanan public yang baik dan menyeluruh di desa kelurahan parangtritis.

h. Keamanan Desa/Kelurahan 1) Pembinaan hansip

a) Jumlah anggota

1) Laki – laki : 71 orang

2) Perempuan : 13 orang

b) Alat pemadam kebakaran : 9 buah c) Jumlah hansip terlatih : 55 orang 4) Ketentraman dan Keteertiban

a) Jumlah kejadian criminal : 4 kali b) Jumlah bencana alam : - c) Jumlah operasi penertiban : 4 kali d) Jumlah penyuluhan : 2 kali e) Jumlah pos kamling : 12 kali

f) Jumlah balakar : -

g) Jumlah kenakalan remaja : 3 kali h) Jumlah peronda kampung : 847 kali


(50)

35 i) Jumlah satpam : 7 orang

j) Jumlah posko bencana alam : 3 buah k) Jumlah posko hutan lindung : -

Berdasarkan data keamanan desa kelurahan parangtritis terdapat infrastruktur keamanan desa yang akan menjawab berbagai permasalahan keamanan di desa parangtritis. Kegiatan ronda malam berjalan dengan baik.

i. Tabel 2.8 Ideologi Politik

No Organisasi social kemasyarakatan Jumlah 1 Organisasi social 1 organisasi 2 Organisasi kemasyarakatan 11 organisasi 3 Tokoh masyakarat dan politik 4 organisasi 4 Organisasi profesi 4 organisasi

Total 20 organisasi Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parantritis.

Berdasarkan Tabel 2.8. Ideologi Politik terdapat spectrum organisasi kemasyarakatan di desa kelurahan parangtritis.Pada tabel di atas terdapat 11 organisasi kemasyarakatan di desa parangtritis.

3. Pembangunan sarana Desa Parangtritis a. Tabel 2.9. Sarana Ibadah

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 11 buah


(51)

36

3 Gereja 1 buah

4 Vihara

-5 Pura

-Sumber Desa Kelurahan parangtritis

Berdasarakan Tabel 2.9. Sarana ibadah dapat dilihat pembangunan masjid dan mushola sebagai tempat beribadah bagi umat muslim sebanyak 11 masjid dan 12 mushola di karenakan bahwa mayoritas masyakrat desa kelurahan parangtritis adalah umat muslim sedangkan hanya terdapat 1 gereja untuk umat Kristen. Tidak terdapat vihara dan pura di desa kelurahan parangtritis.

b. Tabel 2.10. Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Poliklinik BPM 2 buah 2 Laboratorium 1 lab alam 3 Apotek/depot obat 2 buah

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan Tabel 2.10. sarana kesehatan terdapat pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa parantritis sehingga dapat memudahkan masyarakat desa kelurahan parangtritis untuk melakukan pengobatan.

c. Tabel Bab 2.11.Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 TK 3 swasta

2 Sekolah Dasar (SD) 5 Negeri 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Negeri


(52)

37 4 Sekolah Menengah Atas (SMA)

-Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan tabel Tabel 2.11.Sarana Pendidikan dapat dilihat bahwa terdapat pembangunan sarana pendidikan.pembangunan Sekolah Dasar negeri (SD) adalah yang terbanyak sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) belum terdapat di Desa kelurahan Parangtritis.

4. Potensi Ekonomi

a. Tabel 2.12. Industri

No industri Jumlah

1 Besar

-2 Sedang 3 buah

3 Kecil 10 buah

4 Rumah Tangga 13 buah

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.12. Industri dapat di ketahui bahwa industri rumah tangga adalah industri yang mendominasi di Desa Kelurahan Parangtritis sedangkan industri dengan klasifikasi besar tidak terdapat di Desa Kelurahan Parangtritis.

b. Tabel 2.13. Pariwisata

No Sarana Pariwisata Jumlah 1 Tempat Rekreasi 3 pantai

2 Hotel 11 buah


(53)

-38

4 Losmen 36 buah

5 Restoran/rumah makan 186 buah

6 Museum 1 lap alam

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.13. Pariwisata di ketahui bahwa Desa Kelurahan parangtritismemiliki pariwisata yang sudah terkenal di Provinsi DIY dan bahkan pariwisata di Desa parangtritis sudah terkenal hingga di Indonesia dan dunia. Terdapatbanyak penginapan baik hotel maupun losmen. Restoran dan rumah makan yangterhampar di pesisir pantai di desa kelurahan Parangtritis.Pariwisata pantai parangtritis sangat menjanjikan dengan pengunjung yang tahun pertahun terus melonjak naik.

c. Tabel 2.14. Perikanan

No Perikanan Jumlah

1 Empang/kolam 0,4 Ha.1,7 ton

2 Laut 58 ton

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.

Berdasarkan Tabel 2.14. Perikanan dapat di ketahui bahwa penghasilan ikan laut di desa kelurahan parangtritis lumayan besar di bandingkan dengan menggunakan kolam atau empang dikarenakan bahwa desa kelurahan Parangtritis berada di pesisir selatan pantai jawa.

d. Tabel 2.15.Perkebunan

No Perkebunan Jumlah


(54)

39 2 Dan lain – lain 2 Ha.4,1 ton

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.15.Perkebunan dapat di lihat bahwa perkebunan yangproduktif di Desa Kelurahan Parangtritis hanya kelapa. Sedangkan yang lain tidak merupakan pilihan dari perkebunan masyarakat di Desa Keluraha Parangtritis.

e. Tabel 2.16. Pertanian

No Pertanian Jumlah

1 Padi 65 Ha.76 Ton

2 Jagung 2 Ha.1,5 Ton

3 Ketela Pohon 4 Ha.7,1 ton 4 Kacang Tanah 22 Ha.15,3 ton

5 Cabai 63 Ha,31 ton

6 Bawang Merah 65 Ha,65 ton

7 Ketimun 0,02 Ha,0,46 ton

8 Pisang 31 Ha.14,6 ton

9 Mangga 2,6 Ha. 2,3 ton

10 Lain – lain 30 Ha.

Jumlah 284,6 Ha.213,3 ton

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.16. Pertanian dapat dilihat bahwa mayoritas petani di Desa Kelurahan Parangtritis adalah petani padi,cabai dan bawang


(55)

40 merah.Sedangkan untuk pertanian yang lain lebih sedikit memerlukan tabai dan juga tenaga petani.

f. Tabel Bab II.17 Pertambangan dan Bahan Galian

No Pertambangan dan Bahan Galian Jumlah

1 Pasir 102 Ha

2 Batu Kapur 30 Ha

3 Batu gunung 98 Ha

4 Batu kali 0,2 Ha

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel Bab 2.17.Pertambangan dan Bahan Galian dapat dilihat bahwa tambang yang terbesar di Desa Kelurahan Parangtritis adalah tambang pasir dikarenakan Desa Parangtritis berada di pesisir pantai yang banyak mengandung pasir untuk kebutuhan masyarakat maupun industri.

g. Tabel Bab 2.18 Peternakan

No Peternakan Jumlah

1 Ayam kampong 1.465 ekor

2 Itik 5.139 ekor

3 Kambing 1.189 ekor

4 Domba 292 ekor

5 Sapi 864 ekor

6 Kerbau 14 ekor

7 Kuda 165 ekor


(56)

41 Berdasarkan Tabel 2.18. Peternakan dapat dilihat bahwa terdapat Beragam peternakan di Desa Kelurahan Parangtritis.Itik merupakan peternakan yang mayoritas di parangtritis di bandingkan dengan hewan lain.

h. Tabel 2.19 Kehutanan

No Kehutanan Jumlah

1 Kayu jati 48 Ha

2 Kayu akasia 46 Ha

3 Luas hutan 165 Ha

Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.19. Kehutanan dapat dilihat bahwa terdapat penyebaran kayu jati dan akasia yang memiliki angka ekonomis yang tinggi.

i. Tabel 2.20. Perdagangan dan Jasa

No Perdagangan dan jasa Jumlah 1 Pasar lingkungan 4 buah.44 kios

2 Toko 11 buah

3 Warung 152 buah

4 Kaki lima 251 buah

5 Biro perjalanan 1 buah Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.20. Perdagangan dan Jasa dapat di lihat bahwa terdapat banyak warung dan juga warung kaki lima di Desa Kelurahan Parangtritis hal ini berhubungan dengan daerah wisata pantaiyang terdapat di Desa Kelurahan parantritis. Perdagangan merupakan mata pencaharian yang paling utama bagi


(57)

42 masyarakat desa parantritis yang bertempat tinggal di pesisir pantai yang menghidupi ekonominya dari wisatawan domestic maupun wisatawan luar negeri yang berkunjung di pantai parangtritis untuk menikmati keindahan pantai parangtritis.

5. Kelembagaan Desa Parangtritis a. Tabel 2.21 Perkoperasian

No Perkoperasian Jumlah

1 Koperasi simpan pinjam 3 buah

2 Lumbung Desa 1 buah

3 Badan – Badan Kredit 2 buah 4 Usaha – usaha ekonomi Desa 2 buah 5 Lain – lain 1 buah Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.21. Perkoperasian dapat dilihat bahwa terdapat lembaga – lembaga yang membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya. Hal ini agar memastikan bahwa masyarakat tidak kesusahan dalam mendapatkan modal maupun mengelola modal.

b. Tabel 2.22. Kelembagaan Desa.

No Kelembagaan Desa Jumlah 1 Pengurus LKMD 30 orang 2 Kader Pembangunan Desa 9 orang 3 Kader dan tim penggerak PKK 41 orang Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis.


(58)

43 Berdasarkan Tabel Bab 2.22. Kelembagaan Desa dapat dilihat bahwa terdapat kelembagaan Desa yang dimana pengurusnya adalah warga Desa Kelurahan parangtritis. Hal ini adalah bagian dari pembelajaran terhadap masyarakat akan pentingnya organisasi kelembagaan desa yang berguna untuk masyarakat Desa.

c. Tabel 2.23 Bidang Keagamaan.

No Bidang Keagamaan Jumlah

1 Majelis Ta’lim 2.158 orang

2 Majelis Gereja 226 orang 3 Remaja Masjid 964 orang 4 Remaja Gereja 47 orang Sumber : Kantor Desa Kelurahan Parangtritis

Berdasarkan Tabel 2.23. Bidang Keagamaan. Dapat dilihat bahwa terdapat majelis – majelis keagamaan di Desa Kelurahan Parangtritis.Hal ini sebagai bagian dari kebutuhan rohani masyarakat.

d. Tabel 2.24 Organisasi Sosial

No Organisasi Sosial Jumlah

1 Pramuka 12 kel/639 anggota

2 Karang Taruna 12 kel/124 anggota

3 LSM 1 kel/20 anggota

4 PKK 12 kelompok

5 Dasa Wisma 11 kelompok


(59)

44 Berdasarkan Tabel 2.24. OrganisasiSosial dapat dilihat bahwa terdapat organisasi social di Desa Kelurahan Parangtritis.

Sejak jaman dahulu,komplek pantai Parangtritis telah terkenal.Tidak saja sebagai kawasan rekreasi pantai,tetapi juga terkenal sebagai tempat yang memiliki banyak peninggalan sejarah , khususnya yang berkaitan dengan legenda Kanjeng Ratu Kidul atau Ratu penguasa Pantai Selatan.Sebagai suatu kawasan wisata alam yang sekaligus juga kawasan wisata budaya dan ziarah.Desa Parangtritis telah melengkapi dengan infrastruktur seperti penginapan,rumah makan dan lahan – lahan parkir. Serta berbagai fasilitas rekreasi seperti kolam permandian,bumi perkemahan,dan sebagainya. Objek wisata yang dapat di kunjungi di kawasan wisata parantritis antara lain :

a. Pantai wedang : suatu sumber mata air panas mineral yang tidak pernah kering sepanjang tahun,yang sering di gunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit kulit.

b. Parangkusuma : tempat ini dianggap sebagai tempat paling sacral di antara tempat di kawasan pantai selatan parangtritis.dimana menurut kepercayaan jawa sebagai tempat pertemuan antara raja – raja yang memerintah kerajaan Yogyakartadengan Kanjeng Ratu Kidul.Pertemuan ini terjadi pada sebuah batuan yang merupakan sisa kegiatan vulkanik di masa silam. Yang merupakan suatu batuan intrusi di tengah hamparan pasir pantai,dengan nama watu gilang dan fasilitas seperti penginapan,masjid,rumah makan dan toilet.


(60)

45 c. Dataran tinggi Gambirowati : dataran tinggi gambirowati merupakan salah satu tempat yang memiliki pemandangan indah ke kompleks pantai Parangtiritis dan kelaut lepas sekitarnya. Tempat ini dapat di capai dengan menyusuri jalan dari parangtritis kearah panggang dan goa langse,yang merupakan jalan menanjak ke perbukitan. Bukit gupit yang ada di jalan ini sering di gunakan sebagai tempat meloncat para pecinta olahraga laying gantung.

d. Goa Langse : merupakan goa pertapaan yang berwujud suatu lorong di bawah batu karang,yang mulutnya menghadap kearah laut lepas.Goa ini dapat di capai melalui batu karang yang terjal,dan bebatuan melalui tangga dari tali atau bambo,untuk itu diperlukan suatu keberanian yang prima dan keterampilan khusus. Pada saat air laut pasang,mulut goa itu tertutup oleh air laut,sehingga untuk masuk atau keluar dari mulut goa hanya pada saat air laut sedang surut.

Setiap objek wisata yang ada di kawasan wisata Parangtritis memiliki keindahan dan keistimewaan masing-masing, dengan adanya objek wisata seperti di atas menambah nilai lebih terhadap keberadaan objek wisata parangtritis.Apabila objek wisata di manfaat sebaik mungkin maka dapat menjadi pemasukan dalam segi ekonomi dan menambah taraf hidup masyarakat desa Parangtritis.


(61)

46 C.Sosio Historis dan Budaya Masyarakatdi Desa/Kelurahan Parangtritis

Desa Parangtritis merupakan salah satu wisata pantai yang paling diminati oleh wisatawan.Dibalik kekurangannya tersimpan sejuta pesona yang menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik pengunjung.Dari dulu hingga sekarang pantai parangtritis tetap menjadi salah satu icon di Yogyakarta.

Sejarah permukiman Parangtritis dimulai oleh seorang tokoh pelarian dari Majapahit yang bernama Dipokusumo.Dipokusumo membangun padepokandi atas salah satu bukit yang sekarang menjadi makamnya.Didekatpadepokannya, terdapat sebuah goa dan di depannya terdapat air mengaliryang jatuh dari ketinggian kaki bukit meluncur ke arah batu di bawahnya.Momentum yang unik dan langkah ini kemudian ditangkap dan diabadikanoleh Dipokusurno dalam sebuah nama Parangtritis (Penuturan kepalajurukunci, 2002). Parang berarti batu, sedangkan teraritis adalah air yangmengalir jatuh.Bukti empiris momentum tersebut saat ini masih dapatdisaksikan dalam wujud kolam renang yang terletak di kawasan yang disebut sebagai Parangtritis Park.Berdasarkan alur sejarah tersebut, semula yangdisebut Parangtritis adalah kawasan yang terbentang antara kolam renangsampai tepi pantai laut selatan.Ketika Sultan Hamengku Buwono VI berkunjung ke Desa Pemancingan(Dusun Mancingan, sebelah barat Parangtritis), Sultan menemukan sumber airpanas yang sangat melimpah, dan kemudian diberi sebutan Parangwedang.Selanjutnya, Sultan mendirikan pesanggrahan Parangtritis di tempat yang saat ini menjadi tempat area permainan anak-anak (Parangtrilis Park), atau beradadi bawah padepokan yang dibangun oleh Dipokusumo.Konon, pesanggrahantersebut merupakan bangunan beratap joglo yang dipakai oleh


(62)

47 SultanHamengku Buwono VI untuk menikmati ombak bareng, yakni ombak yangsangat besar terjadi karena benturan dari ombak yang berasal dari arah sebelahtimur dan ombak yang berasal dari arah barat.Kedua arus ornbak tersebut berbenturan dan titik Parangtritis membentuk bentukan-bentukan yang mirip kepala dan badan banteng.Waktu itu, ombak banteng masih dapatdisaksikan dari padepokan tersebut.Semula kawasan Parangtritis merupakan tanah kosong.Pemukiman mula- mula hanya terdapat di Desa Pemancingan dan di Desa Grogol (terutama Grogol VII saat ini).10

Sejarah permukiman Desa Grogol dimulai oleh seorangDemang yang bernama Kromodimejo, yang diberi wewenang dan tugas oleh Sultan Hamengku Buwono V1 untuk memerintah wilayah Desa Grogol danDesa Pemancingan.Asal-usul nama Grogol, berasal dari alat pembungkusbabi yang terbuat dari anyaman bambu. Pada waktu itu, setiap unit wilayah dibawah pemerintahan Kraton, harus menyerahkan wulu wetu-bulu bekti -glorzdong pengarong-arong (pajak bumi dalam siklus tahunan) kepada pihakKraton, berupa produk-produk spesifik yang dihasilkan oleh sctiap wilayah.Untuk wiiayah Grogol, produk spesifiknya pada waktu itu adalah ternak babi.Kretek dan Sono pada hakikatnya adalah satu keluarga, yakni keturunan dari Demang Kromodimejo. Penghuni Parangtritis yang dapat dikategorikan sebagai pendatang, menurut penuturan Jurukunci hanyalah beberapa orang saja yakni mereka yang datang dari seberang Sungai Opak. Paraperintis atau pemula yang mendirikan permukirnan di Kawasan Parangtritis diantaranya adalah: Surakso Warnomo, Mbah Seger dan Mbah Parang

10 Sudaryono,Pilar Pilar Tata Ruang Lokal,Studi Kasus Parangtritis,Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,Volume 18 nomor 2 Agustus 2007,Halaman 33 – 73.


(63)

48 Harjonoyang diberi tugas oleh Sultan untuk merawat pemandian Parangtritis danParangwedang. Generasi pemula seperti Surakso Wamomo, Mbah Sager danMbah Parang Harjono, pada awalnya mereka mcmbuat rumah di atas tanah milik Sultan (terbentang dari kolam renang sampai pantai).11

Permukiman Parangtritis berkembang secara signifikan pada sekitar tahun1985 dan berkembang semakin pesat setelah jembatan Kletek selesaidibangun pada tahun 1987.Puncak tertinggi dari perkembangan permukimandi Parangtritis terjadi pada tahun 1999 sampai saat ini, sebagai dampak darireformasi.Pada saat penelitian ini dilakukan, ekspansi permukiman ke arah gumuk-gumuk pasir(tanah lapang yang luas)masih dan sedangberlangsung.12

Permukiman Parangkusumo, secarahistori muncul hampir bersamaan dengan permukinan Parangtritis. Pada sekitar tahun1949 permukiman ini dirintis oleh Pak Muhsin seorang abdi mantra jurukunci. Setelah Pak Muhsin tinggal di kawasan ini dan diikuti olehkerabatnya, mulailah orang-orang yang berasal dari luar Parangkusumo ikut berdatangan dan bermukimdi kawasan ini, termasuk para PSK (Pekerja SaksKomersial) menyusul ditutupnya lokalisasi Sanggrahan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.Aktivitas utama di kawasan Parangkusumo adalah kegiatan spiritual berupaziarah di peti niasan Panembahan Senopati - Kanjeng Ratu Kidul, yang kononmerupakan dua buah batu yang dipercaya sebagai bekas tempat perjanjianantara kedua tokoh spiritual Jawa tersebut.Kedua batu tersebut oleh penduduksetempat dinamai sebagai watu gilang, merupakan singkapan lava vulkanikbatuan penyusun perbukitan di belakangnya.Keberadaan

11 Ibid hal 34 12 Ibid hal 34


(64)

49 yangkemudiandilestarikan dalam bentuk kompleks Cepuri Parangkusumo padaperkembangannya menjadi pemicu munculnya usaha-usaha ekonomi rakyat berupa warung dan penginapan, yang menyatu dengan pemukiman yang membujur sejajar pantai di beting gisik yang sudah tidak aktif.Lapis permukirnan Parangendog muncul setelah permukimanParangtritis penuh, sebagai dampak dibangunnya pesanggrahan Kolombo.Nama Parangendog berasal dari batu-batu koral yang berbentuk seperti telur(endog).Batu-batu tersebut, bersama dengan produk-produk lain seperti suketgrirzting, undur-undur, pong-pongan dan selo manila banyak terdapat di sub-kawasan ini.Setelah tumbuh menjadi permukiman padat, pada tahun 1984,lahan tempat permukiman Parangendog tersebut berdiri (berstatus tanah kasdesa) dibeli oleh Susiyani, seorang wanita pengusaha Yogyakarta.Pada tahun 1984, perrnukiman di kawasan ini digusur dan dipindahkan ke kawasan yangsaat ini disebut sebagai Parangharjo.Pada saat penggusuran dilakukan yangkemudian dilanjutkan dengan pemindahan penduduk ke Parangharjo.13

Permukiman Parangbolong, konon mulai berkembang sekitar tahun 1995, diawali oleh beberapa orang yang kemba1i dari transmigrasi di Sulawesikarena tertarik melihat perkembangan Parangtritis yang semakin ramai.Mereka membuat petak-petak rumah untuk mereka sendiri dan anak—anaknya.Saat ini, sebagian besar rumah-rumah di kawasan Parangbolong dihuni olehpara PSK pendatang yang dibawa oleh seorang germo yang bemama Pak Ibnu yang memiliki isteri orang asli Parangtritis (Grogol).Sebenarnya, Pak Ibnudikenal sebagai seorang germo berpengaruh yang memiliki rumah di kawasan PSK Sanggrahan -


(65)

50 Yogyakarta.Ketika kompleks PSK Sanggrahan ditutup olehpemerintah Kota Yogyakartauntuk dijadikan terminal bus.Pak lbnumembawa beberapa wanita PSK untuk tinggal dan berpraktek di kawasan Bolong dan parangkusumo sampai saat ini.

Para penghuni pendatang tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) DusunMancingan atau Kelurahan Parangtritis. Mereka masih ber-KTP tempat asal,seperti: Bantan, Semarang,Purworejo, Kebumen, Magelang, Klaten, Solo,Sragen, Jepara, Lampung, Riau, Banyumas, dan Ciamis. Beberapa pendatangpernah berusaha mencoba menyusupkan diri dengan memasukkan namanya ke dalam kartu keluarga (kartu C-1) warga asli dengan niat untuk menjadi penduduk tetap Parangtritis.Walaupun jumlah pendatang semakin bertarnbah.Namun menurut pengamatankepala jurukunci sebagian besar dari mereka masih menyewa Beberapapendatang yang berhasil memiliki rumah dan tanah di kawasan ini belumbanyak, yaitu sekitar 3-5 persen.Tumbuhnya PSK di kawasan Bolong dan Parangkusumo, karena hal itu merupakan konsekuensi dari Parangtritissebagai kawasan wisata.14

Pemukiman Parangharjo merupakan suatu sub-kawasan permukimanyang terletak di sebelah barat Plaza Parangtritis.Permukiman ini muncul sebagai permukiman pengganti dari komunitas penghuni Parangendog yangdigusur karena tanah kas desa yang mereka tempati. Pada tahun 1984 akan dipakainya kawasan Parangendog untukfestival layang-layang pada waktu itu.

Ketika kawasan Parangtritis masih dalam masa sebelum jembatan Kretekdibangun pada tahun 1987, suasana perebutan ruang atau permainan


(66)

51 kekuasaan(power play) terhadap ruang belurn tampak. Walaupun pada masa itu banyakbermunculan gubug-gubug hunian yang menempel pada batu gilang, namun fenomena tersebut bukanlah cermin dari perebutan ruang atas nama kepentinganekonomi. Hal tersebut dapat tersimpulkan dari perbandingan antara skalabentang alam yang tersedia secara melimpah, dengan kemunculan gubug-gubughunian pada masa itu, ibarat hanya suatu titik di tengah padang pasir.15

Penduduk Parangtritis sebagian besar merupakan warga asli yang berasal dari Desa Parangtritis, terutama dari Dusun Mancingan (52,9 persen) dan DusunGrogol (20,6 persen); hanya sebagian kecil berasal dari Dusun Duwuran (2,9 persen). Selebihnya(26,S persen), berasal dari wilayah luar Desa Parangtritis.Pada umumnya, penduduk asli Parangkusumo tinggal di seputar Cepuri Parangkusumo.Selain warga asli, terdapat sejumlah warga pendatangyang berasal dari Kartosuro dan Magelang dan juga beberapa daerah di jawa yang telah memiliki kapling di wilayah Pantai Parangkusumo, yang diperoleh dengan cara membeli. Beberapa orang yang berasal dari Brebes didapati menyewa tempat untuk menjalankan kegiatan usaha ekonomi. Secara eksistensial, permukiman Parangtritis "mengada" karena adanya kenyamanan dari tiga kekuatan dasar, yaitu:

1. Kelompok manusia sebagai penghuni dan pembentuk nilai.

2. Bentang alam yang berwujud hamparan pasir, laut, dan perbukitan. 3. Infrastruktur atau prasarana ruang yang diciptakan oleh manusia karena

memiliki kepentingan di tempat tersebut.

Di Parangkusumo terdapat Aktifitas budaya yang sangat menonjol dilakukan di kawasan Pantai yaitu labuhan.Tampaknya, aktifitas labuhan yang


(1)

86 tersebut sehingga hal ini dianggap sebagai tindakan pembatalan secara sepihak.

b. Kemudian Pemda melakukan Formulasi kebijakan dengan mempertemukan keinginan masyarakat dengan pemerintah. Persoalan tanah yang disengketakan seperti yang disampaikan diatas adalah hanya sebagai langkah penertiban agar zona-zona yang sudah ditetapkan pemerintah baik sebagai kawasan pengembangan pariwisata,kawasan lindung, kawasan resapan air,kawasan pertanian dan sebagainya di Desa Parangtritis tidakterintimidasi oleh aktifitas masyarakat yang dapat menggangu keindahan dan kelestarian kawasan.

c. Setelah itu barulah Pemda membuat pilihan kebijakan melalui dukungan stakeholders. Terlebih adanya kebijakan pemerintah untuk melindungi kawasan kagungan dalem gumur pasir sebagai Cagar Budaya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Sehingga secara Garis besar kawasan Kagungan Dalem Gumuk Pasir diwilayah Parangtritis dibagi menjadi Tiga Zona.Pertama, Zona Inti Gumuk Pasir (ZIGP) dengan luas 141,14 ha yangdirekomendasikan sebagai kawasan suaka alam dan Cagar Budaya (SC).Kedua, Zona Terbatas Gumuk Pasir (ZTGP) dengan luas 95,30 ha,dimana Zona ini berfungsi sebagai lorong angin untuk pergerakan angin.Ketiga, Zona Penunjang Gumuk Pasir (ZPGP) dengan luas 176,60 ha yang terletak di bagian timur kawasan Gumuk Pasir Parangtritis.Sehingga idealnya Zone ini harus dikosongkan dari semua aktivitas yang dapat menghalangi pembentukan Gumuk Pasir.


(2)

87 d. Akhirnya Pemda memperoleh implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program. Dengan demikian untuk melakukan penertiban, penataan dan untuk mengatasi masalah konflik pertanahan didesa Parangtritis kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta,pemerintah didukung oleh peraturan yang memadai dengan melalui Undang-undang RI Nomor 51 PRP tahun 1960 tentang larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Ketertiban, Keindahan, Kesehatan Lingkungan dan Restribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan, juga Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5 tahun 2011 tentang bangunan gedung, Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2007 tentang pelarangan pelacuran, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 115 tahun 2015 tentang pelestarian kawasan Geologidan juga Peraturan Daerah Yogyakarta No 4 tahun 2015 tentang pelestarian habitat alami.


(3)

88 2. Faktor yang mendukung dan menghambat Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa ParangtritisKabupaten Bantul DIY.

a. Faktor yang mendukung

Adapun faktor yang mendukung langkah pemerintah dalam menyelesaikan konflik sengketa lahan di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, selain dukungan regulasi yang memadai seperti diatas, jugaintensitas sosialiasi yang merupakan salah satu bagian terpenting selain untuk mencegah terjadinya konflik juga dapat memberikan peluang dalam penyelesaian konflik. Dengan melakukan sosialisasi dan pendataan kepada pemilik bangunan yang akan dilakukan penertiban, terlebih dengan adanya koordinasi lintas SKPD yang terkait untuk melakukan sosialisasi. Dengan model sosialisasi secara dorto dor/face to face dan juga gencar melakukan sosialisasi melalui media dianggap sebagai langkah efektif selain sebagai upaya pendekatan kepada masyarakat untuk membangun integrasi dengan harapan mampu menarik simpati dan membangun kepedulian masyarakat juga untuk meminimalisir konflik.

b. Faktor yang menghambat

Namun dalam usaha penyelesaian konflik sengketa pertanahan di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek oleh Pemerintah Daerah sampai dengan bulan Oktober 2016 ini masih mendapati kendala akibat adanya resistensi (perlawanan)dari masyarakat. Karena menurut masyarakat bahwa kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul terlalu diskriminasi


(4)

89 dan sangat merugikan warga. Terlebih aktifitas penertiban melalui penggusuran yang dilakukan Pemerintah yang sangat sepihak karena sangat elitis dan tentunya tidak pro terhadap masyarakat dengan tidak melalukan diskusi panjang terlebih dahulu dengan masyarakat untuk mencari solusi bersama.

Namun masyarakat yang didampingi oleh beberapa organisasi Yaitu PEMBEBASAN (Pusat Perjuangan Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasional), PPR (Partai Pembebasan Rakyat), PPRI (Pusat Perjuangan Rakyat Indonesia) dan ARMP (Aliansi Rakyat Menolak Penggusuran) melakukan perlawanan untuk menolak penggusuran dengan dalil apapun, dan tegas meminta kepada pemerintah untuk memperjelas status tanah milik masyarakat.

Sehingga beberapa kali usaha penertiban yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Satpol PP mendapatkan protes keras masyarakat lewat beberapa kali Aksi massa turun kejalan, bahkan sampai peringatan hari tani pada 24 September 2016 pun dijadikan momentum bagi masyarakat terdampak dengan yang didampingi oleh beberapa organisasi dan beberapa kali pernah melakukan aksi protes, aksi pendudukan yaitu di Kantor Desa Parangtritis, Kantor Satpol PP, Kantor DPRD Provinsi DIY, Kantor Gubernur DIY, sampai pergi ke ibu kota Jakarta melakukan Aksi protes depan kantor DPR RI dan Istana Negara RI untuk meminta agar kebijakan penggusuran tidak dilakukan, serta meminta untuk memperjelas status tanah


(5)

90 masyarakat agar tidak dimonopoli oleh Sultan Ground dan Pakualaman Ground.

B. Saran

Adapun saran tindak yang dapat penulis sampaikan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut.

1. Pemerintah tentunya harusmemperjelas status tanah milik masyarakat. Pemerintah juga harus menyediakan sarana prasarana dan biaya ganti rugi sebagai akibat dari pelaksanaan penertiban dan penggusuran nantinya. Pemerintah harus melakukan sosialisasi yang lebih kepada masyarakattidak hanya berkaitan penertiban dan penggusuran namun juga sosialisasi terkait fungsi peruntukkan bagi kawasan milik masyarakat,selain memberikan pengetahuan kepada masyarakat juga untuk membangun integrasi dengan harapan mampu menarik simpati dan membangun kepedulian masyarakatuntuk meminimalisir konflik.Dan tentunya dengan jalan memberikan ruang kepada masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya agar pemerintah tidak cenderungterlihat elitis dalam membuat kebijakan. 2. Konflik terjadi karena perbedaan nilai kepatutan dalam masyarakat artinya

apa yang dianggap patut oleh segolongan Masyarakat, dianggap tidak patut bagi golongan Masyarakat lain, termasuk antara Pemerintah dengan Masyarakat. Nuansa ini diusahakan harus dicegah dengan mencari jalan keluar yang agamais, sehinga dengan Demikian kedamian di Kabupaten Bantul DIY dapat dipertahankan.


(6)

91 DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2004. Metodelogi Sosial dan Hukum. Granit, Jakarta.

Adi, Rianto dan Heru Prasadja. 1993. Langkah-langkah penelitian sosial. Jakarta. Arcanha; 43.

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Dua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Indonesia, R. (2004). Undang-undang Republik nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Jakarta: UU RI.

James, A Black dan J, Champion, Dean, 2009. Metode & masalah penelitian Sosial.Bandung. Refika Aditama. Cetakan keempat

Koentjaraningrat, 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hal: 269.

Muhammad, Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial“Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif” edisi kedua. Jakarta. Erlangga.

M.Irfan, Islamy. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta. Bumi. Aksara

Nugroho, Rianto. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang “Model-model perumusan, Implementasi, dan Evaluasi”. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Syafii inu, Kencana. 2014. Ilmu Pemerintahan. Bumi Aksara: Jakarta.

Sudarsono, Pilar-Pilar Tata Ruang Lokal, Studi kasus parangtritis, Jurnal perencanaan Wilayah dan Kota, volume 28 nomor 2 Agusutus 2007 33-73


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI DESA TIRTOHARGO, KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4 11 112

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KEDELAI ( Glycine max (L.) Merill ) DI LAHAN PASIR PANTAI PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL

7 25 110

TATA NIAGA BAWANG MERAH Studi Kasus : Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY Tahun 2014.

0 6 15

PENDAHULUAN DAMPAK OBYEK WISATA PANTAI PARANGTRITIS TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN MANCINGAN DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL.

1 34 23

PENUTUP DAMPAK OBYEK WISATA PANTAI PARANGTRITIS TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN MANCINGAN DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL.

0 9 18

PERAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA KEBONAGUNG, KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

17 72 197

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS CAPUNG (ODONATA) DI KAWASAN BAKAU, DUSUN BAROS, DESA TIRTOHARGO, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 0 2

MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN DI DESA WISATA TEMBI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 6 177

KAJIAN KERENTANAN AIRTANAH BEBAS TERHADAP PENCEMARAN DI KAWASAN PESISIR PARANGTRITIS KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

0 0 10

STUDI DEGRADASI GUMUK PASIR AKIBAT PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN PARANGTRITIS DAN SEKITARNYA KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 14