FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI DESA TIRTOHARGO, KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1)

YOGYAKARTA

THE FACTORS THAT AFFECT INCOME OF ONION FARMERS IN TIRTOHARGO VILLAGE, KRETEK DISTRICT, BANTUL REGENCY,

YOGYAKARTA PROVINCE

Oleh

DEWI SETIYOWATI 20120430246

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

PETANI BAWANG MERAH DI DESA TIRTOHARGO,

KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL,

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

THE FACTORS THAT AFFECT INCOME OF ONION FARMERS IN TIRTOHARGO VILLAGE, KRETEK DISTRICT, BANTUL REGENCY,

YOGYAKARTA PROVINCE

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

DEWI SETIYOWATI 20120430246

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii Nama : Dewi Setiyowati

Nomor Mahasiswa : 20120430246

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG

MERAH DI DESA TIRTOHARGO, KECAMATAN KRETEK

KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 30 September 2016


(4)

iii

Bukankah kami telah melapangkan dadamu….? Dan kami telah menurunkan bebanmu darimu

Dan kami tinggikan sebutan namamu

Maka sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan

Sesungguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan Maka apabila engkau telah selesai dengan satu urusan,

Tetaplah bekerja keras untuk urusan lain Dan kepada Tuhan mu engkau berharap (QS AL-Insyirah)


(5)

iv

tanda rasa syukur atas nikmat yang deberi.

Salawat beserta salam selalu mengiringi kepada Nabi Muhammad SAW Sang perevolusi akhlak di dunia

Skripai ini kupersembahkan sebagai wujud kasih sayang dan baktiku kepada bapak dan ibu yang kuhormati dan cintai, karena selama ini telah mendukungku secara moril dan materil serta membimbingku dalam mewujudkan keinginan ku untuk memperoleh gelar sarjana.

Kakak-kakak ku yang memberikan dorongan dan inspirasi dalam pengerjaan skripsi ini.

Seluruh keluarga besar ku bulek dan simbah yang tak ada henti untuk mengingatkanku menyelesaikan skrpsi.

Teman-teman ku yang sudah membantuku dan memberiku semangat deri, adi, apri, sadam, nurma, dian.


(6)

v

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Desa Tirtohargo memiliki luas 281.8990 Ha yang terletak pada koordinat 8000’04” dan 110017’55” LS. Sebagian besar penduduk di sini merupakan pekerja di dalam bidang pertanian bawang merah, sehingga berpengaruh pada pendapatan para petani. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan. Ada lima faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bawang merah yaitu modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas lahan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani adalah modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas lahan. Variabel independen secara bersama – sama (simultan) berpengaruh terhadap terhadap pendapatan petani bawang merah.


(7)

vi

Region of Yogyakarta, Tirtohargo village has extensive 281.8990 ha located at coordinates 8000'04 "and 110017'55" LS. Most of the population here are workers in onion farming, so that influence on farmers' income. Income is the amount of money received by a company from its activities, mostly from the sale of products and or services to customers. There are five factors that influence the income of red onion farmers including capital, number of workers, hours of work, education and land area.

From the research result obtained that independent variables that significantly influence to the income of red onion farmers are capital, number of workers, hours of work, education and land area. Independent variables have simultaneously effect to the income of red onion farmers.


(8)

vii

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI BAWANG MERAH DI DESA TIRTOHARGO, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.

Dalam melakukan penyusunan usulan skripsi ini peneliti mendapat banyak masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto M.A Selaku Rektor Universitas Muhammadyah Yogyakarta

2. Bapak D.r Nano Prawoto S.E M.Si Selaku DEKAN Universitas Muhammadyah Yogyakarta

3. Bapak D.r Masyhudi Muqarrabin M.Ec. Selaku pembimbing dalam penyusunan usulan skripsi ini

4. Teman-Teman Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah banyak memberi masukan

5. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang tiada letih selalu member dukungan dan bantuan baik itu berupa moril maupun materil. Penulis menyadari bahwa penyusunan usulan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap semoga penulisan ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh mahasiswa setelah penulis.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah, semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Agustus 2016 Peneliti


(9)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Pengertian Ekonomi Pertanian ... 7


(10)

ix

3. Peran Sektor Pertanian Dalam Perekonomian

Nasional... 8

4. Syarat-syarat Pembangunan Pertanian ... 10

5. Pengertian Pendapatan ... 11

6. Teori Produksi ... 13

7. Fungsi Produksi Linier ... 18

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Bawang Merah ... 20

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 29

C. Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Subyek Penelitian ... 36

B. Jenis Data ... 36

C. Teknik Pengambilan Sampel... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Definisi Operasional Variabel ... 38

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 38

a. Uji Asumsi Klasik ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Multikolinearitas ... 41

3. Uji Heterokedastisitas ... 42

b. Pengujian Hipotesis ... 43


(11)

x

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 48

1.Uji Asumsi Klasik ... 49

a.Uji Normalitas ... 49

b. Uji Multikolinearitas ... 49

c. Uji Heterokedastisitas... 50

2. Pengujian Hipotesis ... 52

a. Uji t ... 54

b. Uji F ... 55

c. Uji Koefisien Determinasi ... 56

C. Pembahasan ... 56

a.Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Petani ... 57

b. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Petani .... 58

c. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan Petani ... 59

d. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Petani ... 60

e. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani ... 61

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65


(12)

xi

C. Keterbatasan Penelitian ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xii

4.2 Tabel Jumlah Penduduk menurut Golongan Usia ... 47

4.3 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 48

4.4 Tabel Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 49

4.5 Tabel Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

4.6 Tabel Ringkasan Hasil Uji Heterokedastisitas ... 51

4.7 Ringkasan Hasil Uji Statistik Langkah 1 ... 52


(14)

xiii

2.1 Kurva Hubungan TP, MP dan AP ... 16 2.2 Grafik Fungsi Produksi ... 23 4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 45


(15)

(16)

(17)

(18)

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Desa Tirtohargo memiliki luas 281.8990 Ha yang terletak pada koordinat 8000’04” dan 110017’55” LS. Sebagian besar penduduk di sini merupakan pekerja di dalam bidang pertanian bawang merah, sehingga berpengaruh pada pendapatan para petani. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan. Ada lima faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bawang merah yaitu modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas lahan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani adalah modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas lahan. Variabel independen secara bersama – sama (simultan) berpengaruh terhadap terhadap pendapatan petani bawang merah.


(19)

Yogyakarta, Tirtohargo village has extensive 281.8990 ha located at coordinates 8000'04 "and 110017'55" LS. Most of the population here are workers in onion farming, so that influence on farmers' income. Income is the amount of money received by a company from its activities, mostly from the sale of products and or services to customers. There are five factors that influence the income of red onion farmers including capital, number of workers, hours of work, education and land area.

From the research result obtained that independent variables that significantly influence to the income of red onion farmers are capital, number of workers, hours of work, education and land area. Independent variables have simultaneously effect to the income of red onion farmers.


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris telah menjadikan negara ini kaya akan sumber daya alam dan tanahnya yang subur, hal ini patut di maksimalkan dengan meningkatkan motivasi dan keinginan masyarakat Indonesia untuk bertani. Sektor pertanian sangat berperan penting dalam pembangunan di Indonesia, karena dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional yaitu penyerapan tenaga kerja. Kemajuan perekonomian dan perkembangan suatu daerah dapat dilihat dari banyaknya sumber daya alam yang tersedia.

Krisis ekonomi yang terjadi saat ini menyebabkan banyak industri tidak mampu bertahan dikarenakan kurang kuatnya permodalan yang ada, sehingga membuat mereka yang bergerak di bidang industri menengah hingga industri kecil gulung tikar terutama dalam bidang pertanian, dikarenakan harga input semakin tidak dapat di jangkau. Dengan banyaknya badan usaha yang menutup usahanya membuat banyak permasalahan yang timbul di masyarakat, terutama permasalahan dalam bidang ekonomi.

Usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini untuk menghindari keterpurukan yang berkelanjutan yaitu dengan melakukkan pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Masalah ekonomi


(21)

dan sosial yang terjadi dalam masyarakat saat ini terjadi karena kurangnya peluang kerja yang ada sehingga menyebabkan banyaknya penggangguran dan rendahnya pendapatan perkapita.

Pembangunan ekonomi sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi, karena keduanya dianggap mempunyai keterkaitan dan hubungan yang kuat. Pembangunan industry merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Pada dasarnya proses industrialisasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya lainya. Hal tersebut dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja, karena sector industri mempunyai peran sebagai sector pemimpin (leading sector). Leading sector yang di maksud bahwa dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Sektor jasa juga dapat berkembang dengan adanya industrialisasi, karena dari industri tersebut dapat berdiri lembaga-lembaga yang memberikan jasanya, seperti lembaga keuangan, lembaga pemasaran dan lembaga lainya.

Industri di Indonesia dapat di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu industri dasar, industri kecil dan industri hilir. Dari ketiga industri tersebut yang paling cocok untuk di gunakan sebagai media pembangunan untuk perekonomian rakyat menengah ke bawah adalah dengan pengembangan industry hilir, karena dilihat berdasarkan ciri-cirinya industri ini tidak padat modal dan menggunakan teknologi yang


(22)

sederhana. Salah satu contoh pertanian yang dikelola di Indonesia adalah pertanian bawang merah.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia, oleh masyarakat Indonesia bawang merah digunakan sebagai bahan bumbu masakan. Bawang merah merupakan pertanian yang mudah rusak atau busuk yang berpengaruh terhadap perkembangan harga bawang merah. Namun sebagian penduduk Indonesia menjadikan pertanian bawang merah sebagai sumber pendapatan.

Khususnya di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian besar penduduk di sini merupakan pekerja di dalam bidang pertanian bawang merah yang di kelola dengan sistem kelompok tani. Dalam pelaksanaanya pertanian bawang ini dapat menjadi pendapatan bagi masyarakat Desa Kretek. Namun perlu di ketahui apa saja faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bawang di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek agar pendapatan petani bawang ini dapat di maksimalkan.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tingkat pendapatan petani bawang di Desa Kretek Kabupaten Bantul dengan judul

penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN


(23)

KRETEK, KABUPATEN BANTUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini peneliti batasi hanya pada petani bawang merah dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rata-rata petani bawang di Kretek Kabupaten Bantul. Pendapatan adalah penghasilan yang diterima oleh petani bawang di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul dan dinyatakan dalam rupiah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani adalah modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas lahan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah modal usaha berpengaruh terhadap petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

2. Apakah jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

3. Apakah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

4. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul


(24)

5. Apakah Luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan di lakukanya penelitian ini adalah ntuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul 2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan petani bawang

merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

3. Untuk mengetahui pengaruh jam kerja terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul 5. Untuk mengetahui pengaruh Luas Lahan terhadap pendapatan petani bawang

merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul E. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan penulis tentang pendapatan petani bawang merah di Kecamatan Kretek Bantul, serta dapat mengembangkan teori-teori yang di peroleh dari proses perkuliahan hingga berguna bagi masyarakat.


(25)

Penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi para petani tentang bagaimana caranya agar usaha yang mereka jalani dapat berkembang dan lebih maju.

3. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bawang, serta dapat di jadikan panduan untuk penelitian selanjutnya.


(26)

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Ekonomi Pertanian

Mubyarto (1989 : 16 ) mengatakan bahwa terdapat dua bidang pertanian yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian) tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan dengan tujuan utama pendapatan keluarga yang terbesar.Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan dan perikanan dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Sektor pertanian dalam arti luas mempunyai peranandalam mengatasi masalah urbanisasi yang menjadi salah satu permasalahan nasional karena sebagian besar kegiatanya berada di wilayah pedesaaan.Dengan demikian sektor pertanian merupakan basis ekonomi kerakyatan yang menjadi agenda utama pembangunan nasional terutama pembangunan daerah yang merupakan bagian dari pembangunan nasional.


(27)

2. Pembangunan Pertanian di Indonesia

Indonesia merupakan daerah tropis, oleh karena itu sistem pertanian di Indonesia adalah pertanian tropis.Letak Indonesia yang berada di khatulistiwa, memberikan dampak positif terhadap pola pertanian di Indonesia.Meskipun demikian, pertanian di Indonesia tak terlepas dari masalah.Keadaaan ini diakibatkan oleh kebijakan nasional yang terlalu berorientasi pada pencapaian produksi yang tinggi dan lebih mengutamakan pada pengembangan industri padat modal yang akibatnya pertanian di Indonesia di kesampingkan.

Pembangunan sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih mengikuti pola pembangunan pertanian Negara-negara berkembang pada umumnya. Peran sektor pertanian bergerak sesuai proses transformasi struktural, hal ini dapat diamati dari beberapa hal, misalnya dari sumbangan terhadap pendapatan nasional, terhadap nilai ekspor, peluang kerja dan dalam menyediakan pangan bagi masyarakat.

3. Peran Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam menyediakan input yaitu tenaga kerja, sektor industri dan sektor-sektor modern lainya. Sebagian besar populasi pada sektor pertanian pedesaan merupakan sumber utama bagi kebutuhan tenaga kerja yang meningkat di sektor perkotaan, disamping itu sektor


(28)

pertanian merupakan sumber modal yang utama bagi pertumbuhan ekonomi modern.

Strategi pembangunan mulai dipikirkan pada masa awal sesudah kemerdekaan.Para pemimpin, perumus kebijaksanaan dan perumus kebijakan pada umumnya lebih tertarik pada gagasan industrialisasi dibandingkan sektor pertanian.Industrialisasi diwujudkan dengan pendiri-pendiri pabrik besar dan modern bagi para politisi dan negarawan merupakan symbol dari pembangunan dan kemajuan.

Para ahli sektor pertanian beranggapan bahwa keberhasilan industrialisasi tergantung dari suatu pembangunan pertanian yang dapat menciptakan landasan bgi pertumbuha ekonomi. Ada beberapa alasan kenapa sektor pertanian perlu dibangun terlebih dahulu, yaitu :

a. Barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat, karena sebagian besar calon pembelinya adalah masyarakat petani yang merupakan mayoritas penduduk Negara-negara berkembang, maka tingkat pendapatan mereka harus ditingkatkan melalui sektor pertanaian.

b. Untuk menekan ongkos produksi dari komponen upahdan gaji diperlukan tersedianya bahan-bahan makanan yang murah, sehingga upah dan gaji yang diterima dapatdipakai untuk memenuhi kebutuhan pokokburuh dan pegawai.


(29)

c. Industri juga membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertanian karena itu produksi bahan-bahan industri memberikan basis bagi pertumbuhan industri itu sendiri.

4. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Syarat-syarat pembangunan pertanian harus dikembangkan dengan baik, syarat-syarat tersebut adalah (Mubyarto 1994 :231) :

a. Adanya pasar untuk hasil pertanian, hasil pertanian nantinya harus dipasarkan, karena itu haruslah terdapat pasar yang cukup untuk menampung hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran dan kepercayaan para petani pada sistem pemasaran tersebut.

b. Teknologi yang senantiasa berkembang, meningkatnya hasil pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik-teknik baru dalam usaha tani. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus maka harus selalu terjadi perubahan, apabila perubahan iniberhenti maka pembangunan pertanian itu terhenti

c. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus oleh petani. Diantaranya termasuk bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama, makanan dan obat ternak. Semua faktor ini diperlukan dalam pembangunan pertanian.


(30)

d. Adanya perangsang produksi bagi para petani, faktor perangsang utama bagi para petani agar bergairah dalam usahanya adalah harga hasil pertanian yang menguntungkan, pembagian hasil pertanian yang wajar dan tersedianya barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh para petani untuk keluarganya.

e. Tersedianya pengangkutan yang kontiyu, tanpa hal ini maka syarat mutlak seperti yang telah disebutkan di atas tidak dapat berjalan efektif.

Disamping syarat mutlak di atas menurut Mosher masih ada syarat pelancar, yaitu (Mubyarto, 1994 :232)

a. Pendidikan pembangunan b. Kredit produksi

c. Kegiatan gotong-royong petani

d. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. e. Perencanaan nasional pembangunan. 5. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan.Bagi investor, pendapatan kurang penting dibandingkan denga keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi dengan pengeluaran.

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh


(31)

tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiun, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah.

Pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang, baik berupa uang maupun natural. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Gaji atau upah

Merupakan imbalan yang diperoleh setelah melakukan pekerjaan orang lain, perusahaan/pemerintah.

2. Pendapatan dari uaha sendiri

Merupakan nilai total dari hasil produksi dikurangi dengan biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang maupun natural), tenaga kerja keluarga dan nilai sewa capital milik sendiri (tanah, ternak, pertanian).

3. Pendapatan sumber lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, seperti : menyewa asset, bunga bank, sumbangan, pensiunan.


(32)

6. Teori Produksi

Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakuka proses produksi. Faktor produksi yang dipelajari dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=TK), modal (uang atau alat modal seperti mesin=M), SDA (tanah=T), dan skill (teknologi=T). Materi utama dari teori produksi tentu adalah sekitarfungsi produksi di atas, fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Secara matematis hubungan teknis ini dapat ditulis O = f (TK,M,T,S). Hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan hanya menggunakan faktor produksi yang dimaksud. Bila faktor produksi tidak ada, maka tidak ada juga produksi.

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input adalah barang atau jasa yang diperlukan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Jadi produksi tidak harus mengubah barang yang berwujud menjadi barang lainya secara fisik dapat dilihat, seperti halnya dalam suatu pabrik. Dalam analisis faktor produksi, hubungan input dan output biasanya ditunjukkan dalam bentuk hubungan fungsi sebagai berikut :


(33)

Y = F (X1, X2,…Xn)

Dimana :

Y : Hasil produksi atau variabel yang dipengaruhi

X : Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi

Dalam teori ekonomi diambil pula suatu asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut dengan The Law of Diminshing Return. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambahkan penggunaanya dengan input-input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yng ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input secara terus-menerus ditambah. Hal ini berarti pada dasarnya hubunga antara input dan output dalam suatu prosses produksi mempunyai bentuk salah satu dari tiga bentuk yang mungkin terjadi, yaitu :

a. Kenaikan hasil yang berubah untuk kombinasi ini terjadi apabila penambahan satu satuan input menyebabkan kenaikan produksi yang senantiasa berubah b. Kenasikan hasil yang tetap, bentuk ini terjadi apabila penambahan satu satuan

unit input menyebabkan kenaikan produksi yang senantiasa tetap.

c. Kenasikan hasil yang berkurang, bentuk ini terjai apabila penambahan satu satuan unit input menyebabkan kenaikan yang senantiasa berkurang.


(34)

Penambahan satu unit variabel secara matematis dapat dinyatakan secara berikut :

MPx =

= =

Kurva total product (TP) adlah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (=Q) pada tingkat penggunaan input variabel (input-input lain dianggap tetap). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

TP = f (x) atau Q = f (x)

Kurva average product (AP) adalah kurava yang menunjukkan hasil rata-rata perunit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, secara matematis dapat dinyatakan sebagaiberikut :

AP = = =


(35)

Sumber : Ari Sudarman : 2004

Gambar 2.1 Kurva hubungan TP, MP dan AP

Jadi hubungan antara ketiga kurva tersebut secara variabel dapat disimpulkan:

1. Penggunaan input X sampai pada tingkat dimana TP cekung keatas (0 sampai 1) maka MP menaik demikian pula AP .

2. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TP yang menaik dan cembung keatas (yaitu antara A dan C) MP menurun.

3. Pada tingkat penggunaan X yang menghasilkan TP yang menurun, maka MP negatif.

4. Pada tingkat penggunaan input (x) dimana garis singgung pada TP tetap melalui titik origin (2) maka MP sama dengan AP maksimum. (Boediono 2002, hal 64-65)


(36)

Dengan melihat gambar tersebut diatas, maka dalam satu proses produksi mempunyai salah satu bentuk dari tiga tahap kemungkinana yang terjadi.

a. Tahap 1 : pada saat TP mulai berubah arah pada titik 1, maka kurva MP mencapai titik maksimum, inilah batas dimana hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang mulai berlaku. Di sebelah kiri kenaikan hasil masih menurun. Tahap 1 meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di sebelah kiri titik 5, dimana produksi rata-rata mencapai titik maksimum. b. Tahap 2 : titik 2 menunjukkan AP mencapai maksimum dimana kurva MP

memotong kurva AP. Tahap 2 meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabeln diantara titik 5 dan titik 6, dimana marginal product dari faktor produksi variabel adalah 0.

c. Tahap 3 : titik 3 adalah titik kurva TP mencapai maksimum. Tahap 3 ini meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di sebelah kanan titik 6, dimana marginal product dari faktor produksi variabel adalah negatif.

Dari tiga tahap produksi diatas maka jelaslah seorang produsen tidak akan melakukan produksi pada tahap 3, karena dalam tahap ini produsen akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi yang lebih banyak, ini berarti pengusaha atau produsen tidak efisien dalam memanfaatkan faktor produksi.


(37)

Pada tahap 1, produksi rata-rata dari faktor produksi variabel menaik dengan sermakin ditambahnya faktor produksi variabel tersebut. Bila harga faktor produksi perunit tetap, maka naiknya produksi rata-rata dari faktor produksi variabel akan berarti biaya produksi perunit makin kecil dengan ditambahnya produksi.

Efisiensi produksi maksimal akan terjadi pada tahap 2. Dimana pada tahap ini ditandai dengan turunnya MP dan AP lebih besar daripada MP dan AP positif. Untuk mengetahui suatu produksi efisien, maka dapat digunakan cara yaitu dengan membandingkan besar MP dan AP, jadi seorang produsen yang rasional akan berhenti berusaha pada tahap ini dan efisiensi produksi akan maksimal, hal ini akan terjadi pada tahap 3.

7. Fungsi Produksi Linier 1. Fungsi Produksi Linier.

a. Fungsi produksi linier sederhana

Fungsi produksi linier sederhana adalah hanya sebagai sebuah model, Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = a+bx

Dimana :

Y= Variabel dipendent


(38)

a = Intersep (perpotongan)

b = Koefisien regresi

Dalam praktek, penggunaan garis linier ini banyak dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan hubungan dua variabel. Model sederhana ini sering digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti secara cepat, sedangkan kelemahanya adalah jumlah variabel X yang dimasukkan dalam model hanya satu, sehingga peneliti akan kehilangan informasi tentanmg variabel yang tidak dimasukkan dalam model tersebut.

b. Fungsi Linier Berganda

Fungsi linier berganda adalah fungsi produksi yang menggunakan variabel X lebih dari satu.Secara matematia dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ...bnXn

Fungsi ini bermanfaat untuk mengatasi kelemahaan yang ada pada fungsi produksi linier sederhana. Kelebihan dari fungsi ini adalah garis duga yang didapat akan lebih baik bila dibandingkan dengan cara linier sederhana, sehingga diperoleh informasi yang lebih lengkap. Kelemahan dari fungsi ini adalah estimasi garis liniernya adalah tidak bias menunjukkan hasil produksi baik maksimum amupun minimum yang dapat dihasilkan dari kombinasi hasil-hasil produksi yang digunakan. 2. Fungsi Produksi Kuadratik.


(39)

Rumus matematis dari fungsi kuadratik biasanya sebagai berikut : Y = f (X1) atau dapat dituliskan

Y = a + bX +Cx2 Dimana :

Y = Variabel dipendent X= Variabel independent

Berbeda dengan garis linier (sederhana dan berganda) yang tidak mempunyai nilai maksimum maupun nilai minimum, maka fungsi kuadratik memilikli kelebihan dengan mempunyai nilai maksimal maupun nilai minimum yang akan dicapai bila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol. Kelemahan dari model ini adalah karena dalam model ini menyatakan produksi pada titik tertentu akan turun dan sampai pada produksi nol, padahal produksi tidak mungkin nol selama perusahaan masih beroperasi.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Bawang Merah a. Modal

Dalam menjalankan kegiatanya, suatu badan usaha membutuhkan dana yang disebut dengan modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh badan usaha yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh badan usaha terhadap seluruh hutang-hutangnya. Modal dapat berupa elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan baku, mesin, gedung.


(40)

Sedangkan sumber dari modal adalah berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak milik atas suatu usaha yang timbul akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik.

Modal pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian : 1. Modal aktif

Pengertian modal aktif adalah modal yang tertera disebuah dabit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif atau kekayaan suaru perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar menurut Riyanto (1995) adalah aktiva yang habis dalam satu kali putaran dalam proses produksi dan proses perputaranya adalah dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dalam satu tahun). Aktiva tetap menurut Riyanto(1995) adalah aktiva yang tahan lama atau secara berangur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.

2. Modal pasif

Modal pasif adalah modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dimana dana diperoleh atau dengan kata lain modal pasif menunjukkan sumbernya atau asalnya.

Dalam model sallow yang didasarkan pada faktor produksi, menyatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja.


(41)

Y = F (K,L) Dimana : Y= Output K= Modal

L= Angkatan Kerja

Model pertumbuhan sallow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki pengembalian skala konstan. Fungsi produksi memiliki pengembalian konstan jika

zY= F (zK,zL) Dimana : Z= Konstan K= Modal

L= Angkatan Kerja

untuk setiap angka positif z, yaitu jika mengalikan modal dan tenaga kerja dengan z, juga mengalikan utput dengan z.

Fungsi produksi dengan pengembalian skala konstan memungkinkan untuk menganalisis seluruh jumlah dalam perekonomian relative terhadap besarnya angkatan kerja. Untuk melihat hal ini adalah benar, gunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan

Y/L = F (K/L, 1) Dimana :


(42)

K/L= Modal Pekerja 1 = Konstan

Persamaan ini menunjukkan bahwa output per pekerja Y/L adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka “1” adalah tentu saja konstan, sehingga bisa dihilangkan.. Asumsi pengembalian skala konstan menunjukkan bahwa ukuran hubungan diantara output per pekerja dan modal per pekerja.

Mengingat ukuran erekonomian tida menjadi masalah, cukup beralasan untuk menyatakan seluruh kuantitas dalam istilah per pekerja. Hal ini bisa dinyatakan dengan huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja, Sehingga bisa dituliskan fungsi produksi sebagai berikut

y = f (k)

Dimana defenisinya f(k) = F(K,1)


(43)

Kemiringan dari fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyak output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan unit modal tambahan jumlah ini adalah produk marginal MPK. Secara matematis ditulis :

MPK = f (k+1) – f(k) Dimana :

MPK = Marginal Product of Capital f = fungsi

k = kapital

Ketika jumlah modal meningkat, fungsi produksi menjadi lebih datar, yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi menunjukkan produk marginal modal yang kian menurun. Ketika K adalah rendah, pekerja rata-rata hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga sebuah unit modal tambahan begitu berguna dan memproduksi banyak output tambahan. Ketika K adalah tinggi, pekerja rata-rata memiliki banyak modal, sehingga sebuah unit modal tambahan hanya sedikit meningkatkan produksi dalam hal ini produksi bawang merah.

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau yang bersama-sama faktor produksi lain menghasilkan barang dan jasa baru. Modal sebagai biaya produksi untuk menghasilkan produksi bawang merah akan mempengaruhi pendapatan petani bawang merah. Pengaruh


(44)

modal terhadap peningkatan pendapatan petani bawang merah dalam artian bahwa apabila modal ditambahkan maka pendapatan yang akan diterima akan meningkat. Beberapa hasil penelitian terhadap pengusaha sektor informal menunjukkan terdapatnya kaitan langsung antara modal dan pendapatan. Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas hasil usahanya. Dengan cara ini berarti akan semakin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar. Elastisitas modal terhadap pendapatan petani bawang merah adalah presentase perubahan petani bawang merah dibagi presentase perubahan modal yang dimiliki.Faktor produksi modal pengaruhnya kuat terhadap pendapatan petani bawang merah.

b. Jumlah Tenaga Kerja

Selain faktor modal, tingkat pendapatan juga ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan.Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi Variabel yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Menurut M.Tohar (1999) tenaga kerja adalah sekelompok orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan suatu barang atau jasa untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting kedudukannya, bukan karena


(45)

peranannya pada proses produksi saja, tetapi juga karena menyangkut kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak output yang diproduksi. Tenaga kerja sebagai faktor produksi untuk menghasilkan produksi bawang merah akan mempengaruhi peningkatan pendapatan petani bawang merah.

Berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dalam arti bahwa apabila tenaga kerja ditambah maka pendapatan yang diterima akan meningkat. Elastisitas jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan adalah persentase perubahan pendapatan pengusaha dibagi dengan persentase perubahan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Faktor produksi tenaga kerja pengaruhnya kuat terhadap pendapatan petani bawang merah.

c. Jam Kerja

Dengan jam kerja yang tepat maka bisa mempengaruhi tingkat pendapatan petani bawang merah. Jam kerja yang berlebihan bisa saja mempengaruhi pendapatan para petani bawang merah menurun dan usaha yang dihasilkan tidak optimal seperti jika jam kerja yang digunakan tidak berlebihan dalam bekerja. Jam kerja yang digunakan petani bawang merah dalam sehari rata-rata 7 jam kerja dengan 1 jam istirahat.

Dari segi Undang-Undang Perburuhan, jam kerja adalah jam waktu yang dilakukan dibawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah jam kerja tergantung dari pihak kantor yang


(46)

memperkerjakan para karyawan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, jam kerja yang dijelaskan pada Undang-Undang ini pada pasal 77 adalah :

1. Tujuh jam kerja untuk satu hari kerja (1 jam istirahat) untuk enam hari kerja dalam satu minggu

2. Delapan jam kerja untuk satu hari kerja (1 jam istirahat) untuk lima hari kerja dalam satu minggu.

d. Tingkat Pendidikan

Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan akan tetapi juga meningkatkan keterampilan pekerja dan meningkatkan produktifitas kerja. Hubungan pendidikan dengan produktifitas kerja juga tercermin dalam tingkat penghasilan, pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktifitas yang tinggi sehingga penghasilan yang diterima juga tinggi. Sebaliknya, jika pendidikan lebih rendah mengakibatkan produktifitas kerja rendah dan upah yang diterima juga rendah (payaman: 2001).

Pendidikan juga dapat menaikkan produktifitas tenaga kerja, yang pada akhirnya akan menaikkan juga tingkat tingkat pendapatan. Pendidikan termasuk latihan, perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Pendidikan atau latihan diselenggarakan dengan maksud untuk menaikkan pengetahuan, keahlian, atau keterampilan tenaga kerja sehingga dengan peralatan dan lingkungan yang sama setiap satuan tenaga kerja dapat menghasilkan lebih banyak dan mungkin dengan kualitas yang lebih baik


(47)

pula. Perbaikan tingkat kesehatan mempunyai pengaruh searah dengan pengaruh pendidikan dan tenaga kerja atas produktifitas tenaga kerja. Besarnya pengaruh antara keduanya sudah tentu berbeda dan sulit untuk ditentukan. Semua biaya untuk penyelenggaraan program-program pendidikan, penelitian, kesehatan semacam itu baik yang berupa pengeluaran langsung maupun yang bersifat oportunitas itu dapat digolongkan sebagai investasi yang dikapitalisasikan menjadi modal manusiawi (human capital). Makin banyak investasi yang dialirkan kedalam diri tenaga kerja makin besar produktifitas potensialnya. Dilihat dari sudut pandang tenaga kerja sebagai pemilik modal manusiawi, mereka mengharapkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Ekuilibrium tingkat upah atau gaji, luasnya kesempatan kerja dan besar nya bagian pendapatan tenaga kerja dan perusahaan sama. Dilihat dari segi ini sebenarnya kenaikan modal manusiawi dapat digolongkan kedalam kekuatan yang menggeser kurava penawaran tenaga kerja keatas.Jadi dilihat dari kerangka pemikiran yang kita kembangkan disini pengaruh dari pemupukan modal manusiawi mengarah kedua jurusan uaitu melelui permintaan, karena menggeser fungsi produksi ke atas dan penawaran, karena kenaikan presepsi pemilik modal manusiawi terhadap nilai persatuan tenaga kerja.


(48)

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Kepemilikan lahan sempit kurang efisien disbanding lahan yang lebih luas.Semakin sempit lahan pertanian maka semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan administrasi yang baik serta teknilogi yang tepat.Penggunaan lahan sangat tergantung pada keadaan dan lingkungan lahan berada.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Liza Patria Sari (2004) yang berjudul “Analisis pendapatan pengrajin batik (Studi Kasus Industri Pengrajin Batik Di Kota Pekalongan)”, dengan menggunakan model analisis regresi berganda mencoba mengalisis seberapa besar faktor modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja mempengaruhi pendapatan pengrajin batik di Pekalongan. Dari data yang telah diolah dapat ditarik kesimpulan bahwa modal, pendidikam, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, dapat dilihat dari uji t signifikansi yang menunjukkan bahwa semua nilai t hitung > t tabel dan dilihat dari besarnya koefisien regresi modal 0,609, pendidikan 0,286, jumlah tenaga kerja 0,362, jumlah jam kerja 1,312. Hasil penelitian ini lolos dari uji asumsi klasik.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Banu Kuncoro Aji (2005) yang berjudul “Pengaruh Modal, Curahan Jam Kerja, Pengalaman Kerja dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang disektor Informal” (Studi kasus pada pedagang


(49)

“Warung koboi” di Yogyakarta) berusaha mencari seberapa besar pengaruh modal, curahan jam kerja, pengalaman kerja dan pendidikan terhadap pendapatan pedagang warung koboi di Yogyakarta.Adapun metode yang digunakan adalah menggunakan myode regresi linier berganda.Hasil analisis regresi diperoleh bahwa modal mempunyai koefisien 0,683, curahan jam kerja 1169, 217, pengalaman kerja 6678,546, pendidikan 8100,716. Keempatnya mempunyai nilai positif yang menandakan adanya hubungan searah antara variabel-variabel tersebut dengan pendapatan.Maka terbukti bahwa modal, curahann jam kerja, pengalaman kerja dan pendidikan berpengaruh secara positif terhadap pendapatan pedagang warung koboi di Yogyakarta. Hasil pengujian secara serempak (uji F) membuktikan bahwa modal, curahan jam kerja, pengalaman kerja dan pendidikan secara serempak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang warung koboi. Hal ini dibuktikan dengan F hitung lebih besar dari F tabel (46,744 > 2,5787).

Penelitian yang dilakukan oleh Desi Gustina (2013) Penelitian dengan judul pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani karet di Desa Pulau Ingu Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Ingu dari bulan Agustus 2014 sampai selesai.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.Populasi adalah semua petani karet di Desa Pulau Ingu sebanyak 60 responden yang di pilih sebagai sampel.Instrument penggumpulan data yang digunakan adalah angket dan data di analisis dengan model regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap


(50)

pendapatan petani karet di Desa Pulau Ingu Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arliman (2013) dengan judul Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Populasi penelitian ini adalah nelayan tangkap sebagai pemilik kapal.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel 100 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hasil regresi pengaruh variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi terhadap pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima, artinya variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka akan diuji beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Pengaruh modal terhadap pendapatan petani bawang merah

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh badan usaha yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilaiaktive yang dimiliki oleh badan usaha terhadap seluruh


(51)

hutang-hutangnya.Modal dapat berupa elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan baku, mesin, gedung. Pengaruh modal terhadap peningkatan pendapatan petani bawang merah dalam artian bahwa apabila modal ditambahkan maka pendapatan yang akan diterima akan meningkat. Beberapa hasil penelitian terhadap pengusaha sektor informal menunjukkan terdapatnya kaitan langsung antara modal dan pendapatan. Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas hasil usahanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liza Patria Sari (2004) yang menunjukkan bahwa modalberpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, dapat dilihat dari uji t signifikansi yang menunjukkan bahwa semua nilai t hitung > t tabel dan dilihat dari besarnya koefisien regresi modal 0,609.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis:

H1 = modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah.

2. Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani bawang merah

Selain faktor modal, tingkat pendapatan juga ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan. Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi Variabel yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi.Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak output yang diproduksi. Berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dalam arti bahwa apabila tenaga kerja ditambah maka pendapatan yang diterima akan meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh


(52)

Liza Patria Sari (2004) yang menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan, dapat dilihat dari uji t signifikansi yang menunjukkan bahwa semua nilai t hitung > t tabel dan dilihat dari besarnya koefisien regresi jumlah tenaga kerja 0,362. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arliman (2013) juga menunjukkan bahwa variabel jam kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis:

H2 = Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah

3. Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan petani bawang merah

Jam kerja merupakan jam waktu yang dilakukan dibawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah jam kerja tergantung dari pihak kantor yang memperkerjakan para karyawan tersebut. Dengan jam kerja yang tepat maka bisa mempengaruhi tingkat pendapatan petani bawang merah. Jam kerja yang berlebihan bisa saja mempengaruhi pendapatan para petani bawang merah menurun dan usaha yang dihasilkan tidak optimal seperti jika jam kerja yang digunakan tidak berlebihan dalam bekerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Banu Kuncoro Aji (2005) menunjukkan bahwa curahan jam kerja, berpengaruh secara positif terhadap pendapatan pedagang warung koboi di Yogyakarta.


(53)

H3 = Jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah

4. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan petani bawang merah

Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan akan tetapi juga meningkatkan keterampilan pekerja dan meningkatkan produktifitas kerja. Pendidikan juga dapat menaikkan produktifitas tenaga kerja, yang pada akhirnya akan menaikkan juga tingkat tingkat pendapatan. Pendidikan termasuk latihan, perbaikan tingkat kesehatan masyarakat.Pendidikan atau latihan diselenggarakan dengan maksud untuk menaikkan pengetahuan, keahlian, atau keterampilan tenaga kerja.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Banu Kuncoro Aji (2005) terbukti bahwa pendidikan pedagang berpengaruh secara positif terhadap pendapatan pedagang warung koboi di Yogyakarta.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis:

H4 = Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah

5. Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani bawang merah

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Kepemilikan lahan sempit kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas.Semakin sempit lahan pertanian maka semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan administrasi yang baik serta teknilogi yang tepat.Penggunaan lahan sangat tergantung pada keadaan dan lingkungan lahan


(54)

berada. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Gustina (2013) menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani karet di Desa Pulau Ingu Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis:

H5 = Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah


(55)

36

A.

Subjek dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Petani yang dimaksud adalah petani yang memiliki lahan sendiri yang ditanami dengan bawang merah. Pada penelitian ini peneliti membatasi wilayah penelitian yaitu hanya pada petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yang informasinya dikumpulkan dari data paguyuban kelompok petani serta melakukan wawancara langsung dan menyediakan kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu.

B. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data paguyuban kelompok petani bawang merah yang diperoleh dari data base kelompok petani bawang merah sebagai sumber data.

1. Dependen Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu pendapatan. 2. Independen Variabel


(56)

a. Modal : Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam menanam bawang merah.

b. Jumlah Tenagakerja : Banyaknya tenaga kerja dalam mengerjakan penanaman bawang merah dihitung dalam satuan orang.

c. Jam Kerja : Lama waktu yang digunakan petani dalam bekerja pada lahan pertanian bawang merah per hari.

d. Tingkat Pendidikan : Lama responden dalam memperoleh pendidikan atau tingkat pendidikan terakhir yang dijalani responden.

e. LuasLahan : Lahan garapan petani yang ditanami bawang merah dihitung dalam M2

C. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini populasi maupun sampel merupakan hal yang penting. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani bawang merah yang berada di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni mengambil sampel petani yang memiliki data lengkap.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data base kelompok petani bawang merah dan juga data


(57)

pendukung lainnya berupa hasil wawancara kepada petani dengan pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

E. Definisi Operasional Variabel

a. Petani merupakan pemilik lahan yang ditanami dengan bawang merah b. Tingkat pendapatan petani bawang merah merupakan penerimaan

pendapatan yang diterima petani (responden) dalam rupiah perpanen c. Modal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam menanam

bawang merah

d. Jumlah tenaga kerja merupakan banyaknya tenaga kerja dalam mengerjakan penanaman bawang merah dihitung dalam satuan orang. e. Jam Kerja merupakan lama waktu yang digunakan petani dalam bekerja

pada lahan pertanian bawang merah per hari.

f. Tingkat pendidikan merupakan lama responden dalam memperoleh pendidikan atau tingkat pendidikan terakhir yang dijalani responden g. Luas Lahan merupakan lahan garapan petani yang ditanami bawang

merah dihitung dalam M2. F. Uji Hipotesis dan Analisa Data

Analisi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X (Jumlah tenaga kerja, modal, jam kerja, tingkat pendidikan dan luas


(58)

lahan) terhadap variabel Y (Pendapatan). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y=

0+

1X1 +

2X2 +

3X3 +

4X4++

5X5Ui Y : Pendapatan

X1 : Modal

X2 : Jumlah Tenaga Kerja X3 : Jam Kerja

X4 : Tingkat Pendidikan X5 : Luas Lahan

Kemudian model di atas melalui transformasi dikembangkan menjadi suatu model logaritma natural. Adapun penggunaan logaritma natural ini bertujuan untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel independent terhadap variabel dependen.

Maka didapat suatu model sebagai berikut :

LnY=

0+

1LnX1 +

2LnX2 +

3LnX3 +

4LnX4++

5LnX5Ui Dimana :

Ln : Logaritma Natural

Y : Tingkat Pendapatan (dalam satuan rupiah) X1 : Modal (Dalam satuan rupiah)


(59)

X2 : Jumlah Tenaga Kerja (Dalam satuan orang) X3 : Jam Kerja (Dalam satuan jam)

X4 : Tingkat Pendidikan (Dalam satuan tahun) X5 : Luas Lahan (M2)

Ui : Variabel pengganggu

0 : Intersep

1,

2,

3,

4,

5 Merupakan koefisien regresi yang menunjukkan besarnya pengaruh x terhadap y.

Selanjutnya dengan pendekatan model regresi linier kuadrat terkecil akan diperoleh parameter estimasi masing-masing variabel independen yang berpengaruh. Agar model tersebut dapat dianggap memenuhi syarat maka terdapat dua pengujian yang harus dipenuhi yaitu pengujian statistik dan pengujian asumsi klastik. Dengan menggunakan variabel regresi maka diperoleh koefisien dari masing-masing variabel untuk memperoleh koefisien regresi penulis menggunakan program spss, sehingga diperoleh koefisien dari masing-masing variabel.

a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas residual dilakukan dengan mengunakan uji

Kolmogorov Smirnov. Kriteria penerimaan normalitas residual adalah jika


(60)

distribusinya dinyatakan normal, sebaliknya jika lebih kecil dari α = 0,05 maka distribusinya dinyatakan tidak normal (Ghozali, 2013).

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti terdapat korelasi yang tinggi diantara dua atau lebih variable independen dalam model regresi. Akibat-akibat yang ditimbulkan jika suatu model regresi terkena multikolinieritas adalah sebagai berikut :

a. Dengan naiknya derajat korelasi diantara variabel-variabel, penaksiran-penaksiran OLS (Ordinary Least Square) masih bias diperoleh, namun adanya kesalahan-kesalahan baku (standar eror) cendrung menjadi besar.

b. Taksiran-taksiran parameter OLS dan kesalahan-kesalahan baku yang akan terjadi sangat sensitive terhadap perubahan dalam data sampel yang terkena sekalipun.

c. Jika multikolinieritas tinggi, R2 bisa tinggi namun tidak satupun (sangat sedikit) taksiran koefisien regresi yang signifikan secara statistik.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi adalah :

1. R2 cukup tinggi (0,7-01), tetapi uji t untuk masing-masing koefisien regresinya tidak signifikan.


(61)

2. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup (Sufficient) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary) untuk terjadinya multikolinearitas, sebab R2 yang rendah< 0,5 bisa juga terjadi multikolinearitas.

3. Meregresikan variable independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian dihitung R2 denganuji F. Jika F* > F tabel berarti Ho ditolak, ada multikolinieritas jika F*<F tabel berarti Ho diterima, tidak ada multikolinieritas.

4. Menggunakan matriks korelasi (correlation matrix) 5. Menggunakan Wald test

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dimana seluruh factor gangguan tidak memiliki varian atau varianya tidak konstan, yaitu varian setiap ᶙji adalah sama untuk seluruh nilai-nilai variabel bebas.

Untuk menguji heteroskedastisitas dapat digunakan uji Park :

a. Melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan heteroskedastisitas, sehingga kita peroleh e2i

b. Melakukan regresi terhadap nilai e2i sebagai dependen dengan masing-masing variabel independen yang diteliti.

c. Melakukan pengujian individual t-test.

Langkah-langkah untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:


(62)

1. Melakukan regresi Ordinaly Least Square (OLS) dengan tidak memandang persoalan heteroskedastisitas, dari hasil regresi akan diperoleh nilai residual 2. Melakukan regresi nilai residual dari hasil di atas sebagai variabel tidak bebas.

Regresi dilakukan satu persatu dengan masing-masing variabel bebas.

3. Kesimpulan dengan adanya heteroskedastisitas diambil signifikan secara statistik.

b. Pengujian Hipotesis 1. Uji t Statistik

Untuk masing-masing variabel, koefisienya akan diuji tingkat signifikansinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ghozali, 2013).

t =

Dimana :

1 : Nilai koefisien variabel pendapatan nasional

Sc : Standar eror koefisien variabel pendapatan nasional

Dalam pengujian ini menggunakan uji satu sisi, analoginya disebut perumusan satu ekor,karena hipotesisnya memiliki satu daerah penolakan.

2. Uji F (F-test)

Menujukkan signifikansi variabel bebas secara bersama-sama terhadap persamaan regresi yang ada (Ghozali, 2013).


(63)

F = Dimana :

R2 : Koefisien determinasi

Menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel bebas yang bersangkutan, betul dijelaskan oleh garis liniernya

K : Jumlah seluruh variabel N : Jumlah responden

Sedangkan untuk menguji hubungan variable independen dengan variable dependen dapt diukur dengan menggunakan koefisien korelasi parsial dari masing-masing variabel.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui berapa besar variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya. Nilai R2 adalah 0 dan 1, semakin besar nila R2 maka semakin besar nilai variabel bebas mampu menjelaskan variabel tak bebasnya. Apabila R2 bernilai 1 maka berarti seluruh (100%) variabel tak bebas dijelaskan oleh variabel bebasnya. Sedangkan R2 bernilai 0 berarti variabel bebas sama sekali tidak menjelaskan variabel tak bebasnya.


(64)

45

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Letak Geografis

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini terletak dibagian selatan pulau Jawa. Lokasi penelitian dapat dilihat seperti pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian

Desa Tirtohargo terletak dibagian Selatan Pulau Jawa, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Tirtosari Sebelah Timur : Desa Parangtritis Sebelah Selatan : Samudera Hindia


(65)

koordinat 8000’04” dan 110017’55” LS, terbagi menjadi enam wilayah Pedukuhan, yaitu :

a. Baros b. Muneng c. Gunung Kunci d. Gegunungan e. Kalangan f. Karang

2. Jumlah Penduduk Desa Tirtohargo Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul pada tahun 2015, jumlah penduduk yang terdapat di Desa Tirtohargo berjumlah 3042 terdiri dari 1.502 laki-laki dan 1540 perempuan. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

NO Desa /Kelurahan Penduduk

L P L+P

1 TIRTOMULYO 3.509 3.61 7.119

2 PARANGTRITIS 3.821 3.954 7.775

3 DONOTIRTO 4.186 4.416 8.602

4 TIRTOSARI 2.226 2.337 4.563

5 TIRTOHARGO 1.502 1.540 3.042

Jumlah 15.244 15.857 31.101


(66)

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Usia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul tahun 2015, berdasarkan golongan usia di Desa Tirtohargo terdapat 523 jiwa yang berumur antara 0-14 Tahun, 1029 jiwa berumur antara 15-69 tahun dan 257 jiwa di atas 64 tahun. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Desa Tirtohargo Berdasarkan Golongan Usia

Usia Jumlah (Jiwa)

L P L + P

0-14 tahun 269 254 523

15-64 tahun 1.027 1.029 2.056 64 tahun ke atas 206 257 463

Total 1.502 1.54 3.042

(Sumber : Badan Pusat Statistik Bantul 2015) 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul pada tahun 2015, berdasarkan jenis pekerjaan di desa Tirtohargo terdapat 298 jiwa yang belum bekerja, 65 sebagai ibu rumah tangga, 530 sebagai pelajar, 33 pensiunan, 80 PNS, 10 TNI, 14 Polri, 1125 Petani, 89 Tukang, 207 karyawan swasta, 392 wiraswasta, 2 Tenaga medis dan 197 pekerjaan lainya. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti pada tabel 4.3


(67)

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 Belum Bekerja 298

2 Ibu Rumah Tangga 65

3 Pelajar 530

4 Pensiunan 33

5 PNS 80

6 TNI 10

7 Polri 14

8 Petani 1125

9 Tukang 89

10 Karyawan Swasta 207

11 Wiraswasta 392

12 Tenaga Medis 2

13 Pekerjaan Lainya 197

3042

Jumlah

(Sumber : Badan Pusat Statistik Bantul 2015)

B. Hasil Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Regresi Linier Ganda yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel serta meramalkan nilai satu atau lebihn variabel. Untuk menyusun fungsi regresi menyangkut analisis regresi, metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil biasa. Metode ini memberikan kepada kita semua alat yang digunakan atau diperlukan untuk penakiran ataupun pengujian hipotesis regresi linier. Sebelum sebuah data di analisis untuk pengambilan keputusan maka lebih baik dilakukan uji kevalidan data untuk pengambila keputusan yang lebih valid dan terpercaya. Untuk pengujian tersebut penulis menggunakan uji asumsi klasik, pengujian ini meliputi multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Dimana pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kelayaka sebuah data. Selanjutnya akan dilakukan uji statistik, yang meliputi pengujian koefisien regresi secara partial (individu) yaitu dengan


(68)

menggunakan uji t (t-test), pengujian secara serempak (F-test) dan pengujian koefisien determinasi (R2).

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan sebuah data yang selanjutnya akan diinterpretasikan, maka terlebih dahulu dilakukan uji kevalidan dan dimana dalam penelitian ini akan menggunakan uji asumsi klasik meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas residual dilakukan dengan mengunakan uji

Kolmogorov Smirnov. Kriteria penerimaan normalitas residual adalah jika

nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka distribusinya dinyatakan normal, sebaliknya jika lebih kecil dari α = 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak normal (Ghozali, 2013). Hasil penghitungan untuk semua variabel disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

Variabel KSZ Sig. Kesimpulan Unstandardized Residual 0,973 0,395 Normal (Sumber : Lampiran Data Diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov pada variabel penelitian, dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi diemukan adanya korelasi antar variabel independent.Jika terjadi korelasi berarti terdapat masalah pada uji multikolinearitas. Model


(69)

independent.

Penguji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai R2, F-hitung serta t-F-hitung yang akan mendukung uji toleransi (TOL) dan faktor inflasi varian (VIF) dengan hipotesis : (Gujarati : 1991 : 328)

Ho : VIF < 10 atau TOL = 1 atau mendekati 1, maka artinya tidak terdapat multikolinearitas.

Ho : VIF > 10 atau TOL ≠ 1 atau mendekati 0, maka artinya terdapat multikolinearitas.

Berikut disajikan hasil ringkasan untuk uji multikolinearitas : Tabel 4.5

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas Variabel

terikat Variabel bebas TOL VIF Keterangan

Pendapatan

(Y) Modal (X1) 0,412 2,427

Non Multikolinearitas Jumlah Tenaga

Kerja (X2) 0,234 4,274

Non Multikolinearitas Jam Kerja (X3) 0,409 2,444 Non

Multikolinearitas Pendidikan (X4) 0,583 1,714 Non

Multikolinearitas Luas Lahan (X5) 0,344 2,903 Non

Multikolinearitas (Sumber : Lampiran Data Diolah)

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semua variabel bebas tidak terjadi gejala multikolinearitas karena nilai VIF < 10 dan nilai TOL mendekati 1.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke


(70)

pengamatan yang lain dan atau apabila variabel gangguan tidak mempunyai variabel yang sama untuk semua observasi, untuk dapat mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan uji park. Langkah-langkah dalam Uji Park sebagai berikut:

a. Melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan heteroskedastisitas, sehingga kita peroleh e2i

b. Melakukan regresi terhadap nilai e2i sebagai dependen dengan masing-masing variabel independen yang diteliti.

c. Melakukan pengujian individual t-test.

Dari hasil pengujian dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05) dan nilai df = 50-6 = 44 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,01 Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan yang tertera dalam lampiran, secara keseluruhan ditabulasikan hasil pengujiannya sebagai berikut :

Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.6

Ringkasan Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel thitung ttabel Keterangan

LnX1 2,045 2,01 Non Heterokedastisitas LnX2 2,818 2,01 Non Heterokedastisitas Ln X3 2,997 2,01 Non Heterokedastisitas LnX4 2,304 2,01 Non Heterokedastisitas LnX5 6,010 2,01 Non Heterokedastisitas (Sumber : Lampiran Data Diolah)

Dari hasil perhitungan di atas, dapat dinyatakan model regresi di muka masing-masing variabel tidak signifikan dan thitung > ttabel , artinya homokedastisitas atau tidak terdapat gejala heterokedastisitas.


(71)

Setelah dilakukan uji asumsi klasik sekarang akan disajikan hasil uji statistik yang akan menguraikan satu persatu tentang seberapa besar elastisitas atau pengaruh masing-masing variabel penjelas terhadap pendapatan. Adapun persamaan pendapatan dengan model pendekatan Linear berganda adalah sebagai berikut :

Ln Yt= Ln δ

0 + δ

1 Ln X1t + δ

2 Ln X2t + δ

3 Ln X3t+ D + δᶙt Dimana :

0 : Konstanta

1,

2 : Koefisien elastisitas variabel independent Yt : Pendapatan

X1t : Modal

X2t : Jumlah Tenaga Kerja X3t : Jam kerja

X4t : Tingkat Pendidikan X5t : Luas lahan

ᶙt : Variabel Pengganggu

Hasil uji regresi dengan melakukan transformasi data Ln pada variabel modal dan luas lahan diperoleh hasil sebaga berikut:

Tabel 4.7

Ringkasan hasil uji statistic langkah 1.

Variabel Koefisien t hit Sig. t

Ln Modal (X1) 0,087 1,902 0,064

Jumlah Tenaga Kerja

(X2) 0,060 2,546 0,014

Jam kerja (X3) 0,064 2,653 0,011

Tingkat Pendidikan (X4) 0,022 2,509 0,016 Ln Luas lahan (X5) 0,429 5,878 0,000

Konstanta 11,381

Fhitung 60,901

Sig. F 0,000

R Square 0,859

Keterangan : α = 5% F-tabel = 3,99


(1)

Penerapan jam kerja yang tepat dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani bawang merah. Jam kerja yang berlebihan bisa saja mempengaruhi pendapatan para petani bawang merah menurun dan usaha yang dihasilkan tidak optimal seperti jika jam kerja yang digunakan tidak berlebihan dalam bekerja. Jam kerja yang digunakan petani bawang merah dalam sehari rata-rata 7 jam kerja dengan 1 jam istirahat.

Arliman (2013) menambahkan tenaga kerja informal yang bekerja diatas 35 jam seminggu mempunyai peluang lebih besar untuk memperoleh pendapatan sama atau lebih besar dari UMP dibanding kelompok tenaga kerja pembandingnya.

Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul dibuktikan dengan nilai sig < 5%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penilaian untuk memprediksi pendapatan petani bawang merah dapat dilakukan melalui penilaian pendidikan terakhir petani. Pendidikan petani meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan pendapatan petani sebesar 0,192%.

Menurut Payaman (2001), pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan akan tetapi juga meningkatkan keterampilan pekerja dan meningkatkan produktifitas kerja. Hubungan pendidikan dengan produktifitas kerja juga tercermin dalam tingkat penghasilan, pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktifitas yang tinggi sehingga penghasilan yang diterima juga tinggi. Sebaliknya, jika pendidikan lebih rendah mengakibatkan produktifitas kerja rendah dan upah yang diterima juga rendah.

Pendidikan juga dapat menaikkan produktifitas tenaga kerja, yang pada akhirnya akan menaikkan juga tingkat tingkat pendapatan. Pendidikan termasuk latihan, perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Perbaikan tingkat kesehatan mempunyai pengaruh searah dengan pengaruh pendidikan dan tenaga kerja atas produktifitas tenaga kerja.


(2)

Pengaruh Faktor Luas Lahan terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani merah di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul dibuktikan dengan nilai signifikan < 5%. Dengan demikian hipotesis kelima didukung. Koefisien regresi menunjukkan hasil positif yang artinya semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka tingkat produksi petani akan semakin meningkat. Pertambahnya hasil produksi, tentu saja dapat meningkatkan pendapatan petani bawang merah.

Koefisien regresi luas lahan = 0,423 yang artinya apabila luas lahan meningkat 1% maka pendapatan petani akan bertambah sebesar 0,423% dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saihani (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh luas lahan terhadap pendapatan yang diperoleh petani. Besarnya pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani yaitu sebesar 0,497 atau 49,7%. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya luas lahan yang dimiliki petani berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya pendapatan petani.

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Kepemilikan lahan sempit kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Salah satu ciri dari pertanian Indonesia adalah pemilikan lahan yang sempit, sehingga dengan demikian penguasaan pertanian di Indonesia dicirikan oleh banyaknya rumah tangga tani yang berusahatani dalam skala kecil. Akibatnya petani sebagian besar adalah petani-petani kecil. Hal ini seringkali menjadi kendala-kendala yang signifikan untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.

Semakin sempit lahan pertanian maka semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan administrasi yang baik serta teknilogi yang tepat. Penggunaan lahan sangat tergantung pada keadaan dan lingkungan lahan berada. Maka, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan luas lahan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang ada serta petani diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan penerapan berbagai teknologi


(3)

pertanian agar hasil pertanian dapat diperoleh secara maksimal dan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Pengaruh Faktor Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Jam Kerja, Pendidikan dan Luas Lahan Secara Bersama-sama terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul

Hasil pengujian signifikansi regresi ganda diketahui nilai Fhitung sebesar 62,651 lebih besar

dari Ftabel (3,99) dengan signifikansi F = 0,000 < 0,05 maka model regresi signifikan secara statistik,

atau dengan kata lain modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, pendidikan dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan petani cabai merah. Artinya demikian hipotesis didukung. Sehingga, pendapatan petani dapat diindikasikan melalui penilaian kelima faktor tersebut diantaranya faktor modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, pendidikan dan luas lahan.

Analisis koefisien determinasi menggunakan R squares (R2) untuk menentukan besar kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen pada regresi ganda. Berdasarkan hasil regresi ganda didapatkan nilai R squares (R2) sebesar 0,863. Nilai ini menunjukkan bahwa 86,3% varians yang terjadi terhadap pendapatan petani dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, pendidikan dan luas lahan, sebesar 13,7% ditentukan oleh faktor lain.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa, pendapatan petani bawang merah dapat meningkat, dengan meningkatkan faktor modal, tenaga kerja, jam kerja, pendidikan petani dan luas lahan yang dimiliki. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Banu Kuncoro Aji (2005) yang menunjukkan hasil pengujian secara serempak (uji F) membuktikan bahwa modal, curahan jam kerja, pengalaman kerja dan pendidikan secara serempak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang warung koboi. Hal ini dibuktikan dengan F hitung lebih besar dari F tabel (46,744 > 2,5787).


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo. Hipotesis yang menyatakan modal memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah terbukti.

2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo. Hipotesis yang menyatakan Jumlah tenaga kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah terbukti

3. Jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo. Hipotesis yang menyatakan jam kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah terbukti

4. Tingkat Pendidikan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo. Hipotesis yang menyatakan jam kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah terbukti

5. Luas lahan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo. Hipotesis yang menyatakan luas lahan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah terbukti

6. Modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, pendidikan dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa Tirtohargo

Saran

Dari hasi analisis pembahasan serta kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Pendidikan dan penyuluhan bagi petani hendaknya terus di tingkatkan agar mampu menghasilkan produksi yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar.


(5)

2. Para petani hendaknya menambah luas lahan pertanian mereka agar produksi yang di hasilkan juga meningkat.

3. Sebaiknya pemerintah, lembaga pendidikan dan badan usaha memperhatikan keadaan para petani secara umum dan petani bawang bawang merah secara khususnya, agar petani dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat kelemahan dan kekurangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh penulis. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jumlah responden penelitian hanya 50 petani, sehingga data yang diperoleh belum menggambarkan kondisi secara keseluruhan.

2. Sampel diambil menggunakan metode random sampling, dimana setiap populasi dipilih secara acak untuk menjadi sampel. Dengan metode ini tidak menutup kemungkinan adanya error sampling (perbedaan antara hasil yang diperoleh dari satu sampel dan hasil yang diperoleh dari sampel yang lain).

3. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan wawancara langsung dengan terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan. Adapun pertanyaan ini hanya terbatas pada permasalahan yang diangkat dari skripsi ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bawang merah (Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Jam kerja, Pendidikan, Luas lahan) di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Penelitian hanya dilakukan pada desa Tirtohargo kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aji Banu Kuncoro, 2005,

Pengaruh Modal, Curahan Jam Kerja, Pengalaman Kerja dan

Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang di Sektor Informal (Studi Kasus

pada Pedagang Warung Koboi di Yogyakarta)

Arliman, Muhammad, 2013,

Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman Kerja dan

Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Desa Tamasaju Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar. Skripsi: Universitas Hasanuddin

Astari (2015). Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, Dan Pelatihan Melalui Produksi Sebagai Variabel Intervening Terhadap Pendapatan Petani Asparagus Di Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Tesis: Universitas Udayana Denpasar

Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21 Update

PLS Regresi, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gustina, Desi, 2013,

Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani Karet di Desa

Pulau Ingu Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi, Jurnal:

Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

M. Tohar, 1999, Membuka Usaha Kecil, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Payaman J Simanjuntak, 2001, Ekonomi Sumber Daya Manusia, FE UI, Jakarta.

Saihani, Azwar, 2011, Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani Padi

Ciherang Di Desa Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu

Sungai Utara. Jurnal. Volume 31 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman 219-225.

Sari Liza Patria, 2004,

Analisis Pendapatan Pengrajin Batik (Studi kasus Industri